Fix Skripsi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 117

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sistematis yang bertujuan agar setiap

manusia mencapai satu tahapan tertentu di dalam kehidupannya, yaitu

tercapainya kebahagian lahir dan batin.1 Pendidikan memiliki peran penting

dalam upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan

berdaya saing di tingkat global.2 Kualitas SDM yang mempunyai karakteristik

sangat diperlukai dalam menguasai dan mengembangkan ilmu pendidikan dan

teknologi (IPTEK). Kualitas SDM yang bagus merupakan salah satu faktor

yang sangat penting dalam suatu kehidupan, terutama dalam suatu negara.

Agar dapat tercapainya suatu negara yang makmur dan dapat menjadi negara

maju.

Salah satu tempat yang digunakan untuk merealisasikan tujuan dari

pendidikan nasional adalah sekolah. Sekolah merupakan pusat dari

pembelajaran, dengan tujuan untuk memberikan pengajaran, mengelola, dan

mendidik peserta didik yang dilakukan oleh tenaga pendidik atau guru.

Sekolah adalah salah satu tempat untuk mencetak generasi unggul yang dapat

meningkatkan kualitas manusia Indonesia.3


1
Munir Yusuf, Pengantar Ilmu pendidikan (Cetakan I; Palopo: Lembaga Penerbit
Kampus IAIN Palopo, 2018) Hal. 9
2
Wy. Sukarsa, Ny. Dantes, Ni Wy. Arin, Penerapan Model Pembelajaran Kuantum
Berbantuan Media Microsoft Powerpoint Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ipa
Siswa Kelas Iv Semester 1 Sd Negeri 6 Menanga, (Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014))
3
Ni Luh Putu Mita Sari, I Ngh. Suadnyana, I Wyn. Darsana, Model Mind Mapping

1
2

Sekolah merupakan pusat belajar mengajar. Maka diperlukan usaha

yang melibatkan semua komponen dalam lembaga pendidikan untuk

mewujudkan sekolah sebagai pusat pembelajaran. Dalam hal ini guru dan

siswa merupakan suatu komponen yang memegang peran penting

berlangsungnya pelaksanaan proses belajar mengajar. Peran guru yaitu

membuat desain intruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar,

bertindak mengajar, dan mengevaluasi hasil belajar. Sedangkan, peran siswa

dalam suatu pembelajaran adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses

belajar dan mencapai hasil belajar yang diajarkan oleh seorang guru.

Pembelajaran adalah hal pokok dalam suatu sistem pendidikan.

Sehingga guru dituntut supaya mampu menyusun, merancang, melaksanakan,

serta melakukan evaluasi dengan baik, agar tercipta kualitas dan hasil belajar

peserta didik yang maksimal. Dalam proses pembelajaran diperlukan strategi

dan media yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Strategi

belajar-mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam proses

pembelajaran.4

Mengingat pentingnya fisika dalam berbagai bidang kehidupan

manusia, maka perlu diperhatikan mutu pengajaran mata pelajaran Fisika/IPA

yang diajarakan ditiap jenjang pendidikan. Untuk mendapatkan pengetahuan

tentang ilmu fisika, maka siswa perlu menempuh proses belajar mengajar yang

baik. Belajar akan lebih berhasil bila telah diketahui tujuan yang ingin dicapai.

Dalam Pendekatan Saintifik Berbantuan Mediapowerpoint Untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Pengetahuan Ipa, (e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Ju rusan PGSD Vol: 4 No: 1
Tahun: 2016)
4
Rahmar Johar, Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar (Cetakan I; Yogyakarta:
Deepublish, 2016) Hal. 2
3

Salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan Fisika/IPA yang baik dan

untuk mengatasi berbagai kelemahan dalam proses belajar mengajar adalah

dengan menerapkan model pembelajaran examples non examples berbasis

fenomena alam, strategi yang digunakan adalah pemecahan masalah. Karena,

strategi example non example juga ditujukan untuk mengajarkan siswa dalam

belajar memahami dan menganalisis sebuah konsep.5

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dengan

Bapak Giri Prasetyaji, S.Pd. Model pembelajaran yang dilakukan oleh oleh

guru fisika disekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran yang

lama dimana proses belajar mengajar hanya terpaku pada guru dan siswa tidak

bisa terlalu aktif dalam kegiatan pembelajaran serta guru belum

mengedepankan pencapaian keterampilan berpikir kritis, sehingga siswa

hanya bisa menerima yang disampaikan oleh guru dan hal itu tentu saja

menyebabkan keterampilan berpikir kritis siswa tidak berkembang dengan

baik serta dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh

sekolah tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan prestasi belajar siswa yang

mencapai kategori baik hanya sejumlah 40% (8 siswa) dari 20 siswa yang

telah memenuhi KKM nilai ketuntasan yang ditetapkan sebesar 70.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mencoba menerapkan model

pembelajaran examples non examples berbasis fenomena alam diharapkan

siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis terutama dalam

pembelajaran Fisika/IPA.
5
Fendi Lestiawan, Arif Bintoro Johan, Penerapan Metode Pembelajaran Example Non-
Exampleuntuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasilbelajar Dasar-Dasar Pemesinan, (Jurnal Taman
VokasiVolume 6, Nomor 1, Juni 2018(Hal. 101))
4

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan,

keterampilan berpikir kritis adalah sebuah keterampilan yang dimiliki setiap

peserta didik untuk menganalisis ide atau gagasan kearah yang lebih spesifik

untuk mengejar pengetahuan yang relevan dalam hal ini tentang mata

pelajaran Fisika/IPA dengan melibatkan evaluasi bukti.

Sebagai upaya guru dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis

peserta didik yaitu dengan menggunakan berbagai metode seperti diskusi dan

eksperimen, serta kombinasi dengan model pembelajaran yang sesuai dengan

kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan

mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam hal ini

peneliti menggunakan model pembelajaran examples non examples berbasis

fenomena alam.

Examples non examples merupakan strategi belajar mengajar yang

menggunakan gambar sebagai penyampaian materi pelajaran. 6 Metode

pembelajaran examples non examples adalah metode pembelajaran yang

menggunakan contoh-contoh, contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau

gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar.7 Adapun tujuan dari model

pembelajaran examples non examples adalah mendorong siswa untuk belajar

berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang

terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

6
Rahayu Astriani, Pengaruh Model Pembelajaran Example Non Example Berbantu
Media Gaser Terhadap Ketrampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas Iv Sd N Ngesrep 01, (Jurnal
Pendas Mahakam.Vol Vol 2 (1). 91-99. Mei 2017)
7
Menurut “Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Pustaka Setia”, yang
dikutip oleh Fendi Lestiawan, Arif Bintoro Johan, Penerapan Metode Pembelajaran Example
Non-Example untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasilbelajar Dasar-Dasar Pemesinan, (Jurnal
Taman VokasiVolume 6, Nomor 1, Juni 2018(Hal.101))
5

Pemanfaatan model pembelajaran examples non examples berbasis

fenomena alam masih jarang digunakan, terutama sekolah yang terletak di

pedesaan dengan keterbatasan sarana prasarana yang dimiliki. Contohnya

adalah sekolah tempat peneliti akan melakukan penelitian, yaitu SMP

Cokroaminoto Pagedongan, setelah peneliti melakukan pengecekan terbukti di

sekolah tersebut belum terdapat LCD, yang dapat menunjang proses

pembelajaran, terutama proses pembelajaran yang seperti peneliti akan

lakukan dengan memanfaatkan media powerpoint. Serta dunia pendidikan saat

ini menuntut para pengajar untuk membuat media pembelajaran yang menarik,

menyenangkan, dan tentunya dapat meningkatkan minat belajar peserta didik,

supaya tarcapai target belajar yang diharapkan, dalam hal ini peneliti

mengharapkan peserta didik dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

Dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples dapat

menciptakan suasana belajar yang menarik dengan memanfaatkan berbagai

teknologi yang semakin berkembang. Sehingga pengajar dituntut untuk

mengurangi metode ceramah yang hanya memusatkan semua pembelajaran

hanya pada guru semata, dan menyebabkan peserta didik menjadi tidak aktif,

dan cenderung membosankan, meskipun pada materi terntentu metode

ceramah tetap jadi andalan dalam penyampaian materi.

Diharapkan dengan penggunaan model examples non examples

berbasis fenomena alam tersebut, proses pembelajaran akan lebih menarik,

semakin bermakna, dan dapat menghilangkan anggapan peserta didik yang

masih cenderung berpikir jika Fisika/IPA adalah mata pelajaran yang sulit dan
6

tidak menyenangkan. Lalu ada komponen pengelolaan kelas, yaitu kegiatan

belajar peserta didik bervariatif.

Pemanfaatan model examples non examples berbasis fenomena alam

dalam pembelajaran Fisika/IPA memiliki korelasi yang positif dengan

memanfaatkan bantuan teknologi media powerpoint, dimana model examples

non examples berbasis fenomena alam sebagai media yang dapat dijadikan

strategi belajar yang dapat meningkatkan aktivitas-aktivitas positif peserta

didik dalam belajar. Apabila media ini disajikan terkait materi pembelajaran

yang memang dituntut untuk dikuasai oleh peserta didik dengan adanya

evaluasi pencapaian kompetensi nantinya. Disinilah, urgensi pemanfaatan

media gambar yang berbasis fenomena alam atau dengan kata lain

meanfaatkan berbagai hal/sumber yang ada di alam serta lingkungan sekitar

dalam proses pembeajaran Fisika/IPA menjadi sangat relevan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis/peneliti

berkeinginan untuk melakukan penelitian yang dirancang dan diterapkan

dalam suatu studi eksperimen untuk melihat meningkatnya keterampilan

berpikir kritis peserta didik dengan judul: IMPLEMENTASI MODEL

EXAMPLES NON EXAMPLES BERBASIS FENOMENA ALAM

DALAM PEMBELAJARAN FISIKA/IPA UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS.

B. Identifikasi Masalah
7

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, terkait dengan

strategi, metode, dan media yang digunakan oleh guru selama proses

pembelajaran dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Guru masih belum mampu membuat media pembelajaran yang menarik

dan menyenangkan, supaya tarcapai target belajar yang diharapkan.

2. Guru masih terfokus dengan metode ceramah dalam menyampaikan materi

pembelajaran.

3. Kurangnya kreativitas guru dalam memilih, menggunakan, dan

memodifikasi media pembelajaran peserta didik.

4. Masih jarangnya penggunaan model examples non examples berbasis

fenomena alam.

5. Masih banyaknya peserta didik yang menganggap Fisika/IPA itu sulit dan

tidak menyenangkan sehingga peserta didik kurang tertarik dalam

memperhatikan materi yang disampaikan dikelas.

6. Keterampilan berpikir kritis peserta didik masih belum tercapai, yang

disebabkan guru masih terpaku pada metode ceramah.

C. Penegasan Istilah

Sebagai upaya untuk menghindari kesalah pahaman pembaca, ada

penegasan istilah tentang pokok-pokok yang dijelaskan, diantaranya sebagai

berikut:
8

1. Pembelajaran Fisika/ IPA

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu sistem atau proses

membelajarakan objek didik atau pembelajar yang direncanakan atau

didesain,dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik

dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.8

2. Examples non examples merupakan strategi belajar mengajar yang

menggunakan gambar sebagai penyampaian materi pelajaran.9

3. Powerpoint adalah software yang dapat menampilkan chart, gambar,

tabel, teks, animasi dan video yang dapat memudahkan siswa dalam

belajar.10

4. Fenomena alam, adalah suatu kejadian yang terjadi serta secara alami

dengan sendirinya di alam, dan ada sekitar manusia itu sendiri.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai

berikut:

8
Kokom Komalasari,Pembelajaran Kontekstual,Refika Aditama,Bandung,2013,hlm.3.
9
Rahayu Astriani, Pengaruh Model Pembelajaran Example Non Example Berbantu
Media Gaser Terhadap Ketrampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas Iv Sd N Ngesrep 01, (Jurnal
Pendas Mahakam.Vol Vol 2 (1). 91-99. Mei 2017)
10
Ni Luh Putu Mita Sari, I Ngh. Suadnyana, I Wyn. Darsana, Model Mind Mapping
Dalam Pendekatan Saintifik Berbantuan Mediapowerpoint Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Pengetahuan Ipa, (e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Ju rusan PGSD Vol: 4 No: 1
Tahun: 2016)
9

1. Apakah ada perbedaan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang

belajar menggunakan model examples non examples berbasis fenomena

alam dengan siswa yang tidak menggunakan model examples non

examples berbasis fenomena alam?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang telah

menggunakan model examples non examples berbasis fenomena alam

dalam pembelajaran?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dikelas dengan

menggunakan model pembelajaran examples non examples berbasis

fenomena alam?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan berpikir kritis

antara siswa yang belajar menggunakan model examples non examples

berbasis fenomena alam dengan siswa yang tidak menggunakan model

examples non examples berbasis fenomena alam.

2. Untuk mengetahui apakah model examples non examples berbasis

fenomena alam mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta

didik dalam pembelajaran Fisika/IPA.


10

3. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dikelas

dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples

berbasis fenomena alam.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara

lain:

1. Manfaat teoritis

a. Bagi calon guru dan guru, penelitian ini diharapkan dapat memberi

masukan untuk meningkatkan kualitas mengajar dan menggunakan

media yang bervariasi dan menarik, sehingga menambah minat siswa

dalam belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

b. Bagi sekolah penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

mengenai cara belajar dan pemilihan media yang tepat untuk

meningkatkan mutu pendidikan dari hasil belajar.

c. Sebagai kajian keilmuan untuk mendalami dan menerapkan model

examples non examples berbasis fenomena alam pada mata pelajaran

IPA.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti, memperoleh informasi tentang media pembelajaran

model examples non examples berbasis fenomena alam dan mampu


11

menerapkannya terutama dalam pembelajaran Fisika/IPA, serta

mendapat pengalaman dalam penelitian.

b. Bagi guru, diharapkan para guru dapat menjadikannya sebagai wahana

informasi dan masukan untuk dapat mengembangkannya dalam proses

pembelajaran Fisika/IPA dan mata pelajaran lainnya.

c. Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman

dan hasil belajar siswa

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika ini dimaksudkan sebagai gambaran umum dari urutan

pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Untuk lebih memudahkan dalam

memahami isi pembahasan di dalam skripsi ini, maka penulis sengaja

membuat rancangan yang telah tersusun sebagai berikut:

1. Bagian muka

Bagian muka, memuat halaman judul, nota pembimbing,

pengesahan skripsi, motto, halaman persembahan, pedoman transliterasi,

abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar

lampiran.

2. Bagian isi

Bab I Pendahuluan, memuat: latarbelakang masalah, identifikasi

masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan


12

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyusunan

skripsi.

Bab II Landasan teori, memuat: kajian pustaka, kajian teori, kerangka

berfikir dan hipotesis.

Bab III Metode penelitian, memuat: jenis penelitian, waktu dan tempat

penelitian, populasi dan sempel, variabel penelitian, teknik

pengumpulan data, istrumen penelitian dan teknik analisi data.

Bab IV Hasil penelitian dan analisis, memuat: profil objek

penelitian,deskripsi data, analisis data meliputi: analisis

pendahuluan, analisis uji prasyarat dan analisis lanjut.

Bab V Penutup, memuat: kesimpulan dan saran-saran.

3. Bagian akhir

Skripsi ini dicantumkan daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan

daftar riwayat pendidikan penulis.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari

penelitian-penelitian sebelumnya sabagai bahan perbandingan, baik mengenai

kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali

informasi dari buku-buku maupun skripsi dalam rangka mendapatkan suatu

informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul

yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.

1. Nurul Astuty Yensy.B dengan judul penelitian, Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples Dengan

Menggunakan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di

Kelas Viii Smp N 1 Argamakmur.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Meningkatkan aktivitas

belajar siswa kelas VIII SMP N 1 Argamakmur melalui penerapan model

pembelajaran cooperative tipe examples non examples dengan

menggunakan alat peraga pada pokok bahasan kubus dan balok; 2)

Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 1 Argamakmur

melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe examples non

examples dengan menggunakan alat peraga pada pokok bahasan kubus dan

balok. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP N 1

Argamakmur tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 29 siswa, yaitu 14


laki-laki dan 15 perempuan. Jenis penelitian adalah PTK dengan tiga

siklus dengan alur penelitian meliputi: rencana tindakan → pelaksanaan

tindakan → observasi → refleksi → rencana tindakan siklus selanjutnya.

Indikator keberhasilan tindakan jika nilai tes siswa rata-rata meningkat dan

minimal 60,0; ketuntasan belajar klasikal ≥ 85% serta hasil observasi

keaktifan siswa mencapai kriteria baik. Pengumpulan data menggunakan

lembar tes dan lembar observasi aktivitas siswa. Hasil penelitian

menunjukkan keaktifan siswa meningkat dengan nilai dan kategori

masing-masing siklus I, II dan III adalah 27 (cukup), 31 (baik) dan 32

(baik). Hasil belajar siklus I untuk pemahaman konsep menunjukkan nilai

rata-rata 58,68 dan ketuntasan belajar 51,72%. Siklus II rata-rata 72,81 dan

ketuntasan belajar 79,31%. Siklus III rata-rata 82,34 dan ketuntasan

belajar 96,57%. Hasil belajar siswa meningkat karena dengan

diberikannya Lembar Diskusi untuk dikerjakan secara berkelompok serta

digunakannya alat peraga dalam pembelajaran yang sesuai dengan bahan

ajar dan kompetensi dasar. Aktivitas siswa meningkat karena adanya

pengelompokan yang heterogen, diskusi kelompok dan persentasi,

pengarahan, penyimpulan serta evaluasi dari guru.

2. Fendi Lestiawan, Arif Bintoro Johan dengan judul penelitian, Penerapan

Metode Pembelajaran Example Non example Untuk Meningkatkan

Keaktifan Dan Hasil Belajar Dasar-Dasar Pemesinan

Tujuan penelitian ini untuk: (1) untuk meningkatkan aktifitas

belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Pemesinan melalui penerapan


metode pembelajaran Example non Example, (2) untuk meningkatkan

hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Pemesinan melalui

penerapan metode pembelajaran Example non Example. Jenis penelitian

ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini siswa

kelas X Program Keahlian Teknik Pemesinan A (TPA) SMK Tunggal

Cipta Manisrenggo sebanyak 1 kelas berjumlah 30 siswa. Teknik

pengumpulan data menggunakan teknik observasi, tes dan dokumentasi.

Teknik analisis data secara deskriptif dengan menggunakan persentase.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerapan

metode pembelajaran example non example dapat meningkatkan keaktifan

belajar siswa kelas X TPA SMK Tunggal Cipta Manisrenggo, pada siklus

I yaitu 63,09% (19 siswa) aktif dengan kategori sedang, pada siklus II

meningkat menjadi 89,97% (27 siswa) aktif dalam kategori tinggi.

Penerapan metode pembelajaran example non example dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TPA SMK Tunggal Cipta

Manisrenggo Klaten, yaitu pada prasiklus 50% (15 siswa) sudah

memenuhi KKM, pada siklus I pencapaian ketuntasan siswa meningkat

menjadi 70% (21siswa), pada siklus II pencapaian ketuntasan siswa 93,3%

(28 siswa) juga memenuhi KKM.

3. Km. Wardika, Md. Sulastri, Kt.Dibia dengan judul penelitian, Pengaruh

Model Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kls V

Sd Di Gugus Iii Kecamatan Tampaksiring


Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan hasil belajar

IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional; 2)

mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran

examples non examples; 3) mengetahui perbedaan yang signifikan hasil

belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan model

pembelajaran examples non examples dan kelompok siswa yang belajar

dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di

Gugus III Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran

2013/2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu

(quasi experiment). Populasi penelitian ini adalah kelas V SD di Gugus III

Kecamatan Tampaksiring yang berjumlah 5 kelas. Sampel dalam

penelitian ini adalah kelas V SD Negeri 1 Sanding berjumlah 23 orang dan

kelas V SD Negeri 2 Pejeng Kaja berjumlah 27 orang. Instrumen pada

penelitian ini yaitu tes hasil belajar IPA. Data dianalisis menggunakan

analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t independen). Hasil

analisis menunjukan bahwa perbedaan rata-rata skor hasil belajar IPA

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu = 21,11 >

=17,35. Dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung = 4,302

>ttabel(α=0,05) = 2,021. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara

kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran examples non

examples dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran

konvensional.
4. Rahayu Astriani dengan judul penelitian, Pengaruh Model Pembelajaran

Example Non Example Berbantu Media Gaser Terhadap Ketrampilan

Menulis Deskripsi Siswa Kelas Iv Sd N Ngesrep 01.

Penelitian ini dilaksanakan di SD N NGESREP 01, dengan

meneliti anak kelas IV pada semester 2 Tahun ajaran 2016/2017 yang

berjumlah 30 anak. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran example

non example berbantu media gaser terhadap keterampilan menulis

deskripsi siswa. Data keteampilan menulis deskripsi anak dianalisis

menggunakan metode observasi. Data kemudian dianalisis dengan metode

analisis statistik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh

model pembelajaran example non example berbantu media gaser terhadap

keterampilan menulis deskripsi siswa. Pada model pembelajaran example

non example berbantu media gaser tenyata mengalami pengaruh tehadap

keteampilan menulis deskripsi siswa kelas IV yang awalnya rendah

menjadi kategori tinggi.

5. Syarifah Habibah dengan judul penelitian, Penggunaan Model

Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Ketuntasan Hasil Belajar

Siswa Pada Materi Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional Kelas V Sdn 70

banda Aceh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa

dengan menggunakan Model pembelajaran Examples Non Examples pada

materi Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional kelas V SDN 70 Banda Aceh.


Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif dengan jenis

penelitiannya one shot case study. Subjek dalam penelitian ini adalah

siswa kelas V SDN Negeri 70 Banda Aceh sebanyak 20 siswa. Adapun

teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes ketuntasan

belajar siswa. Nilai yang di dapat inilah yang di ambil sebagai data.

Kemudian data diolah dengan menggunakan rumus persentase. Nilai rata-

rata hasil tes siswa adalah 77,75. Siswa yang tuntas belajar adalah 90%

yaitu sebanyak 18 siswa dan siswa yang tidak tuntas 10% yaitu sebanyak 2

siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penggunaan Model

Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Ketuntasan Hasil Belajar

Siswa Pada Materi Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional Kelas V SDN 70

Banda Acehdapat mencapai ketuntasan hasil belajar.

B. Kajian Teori

1. Pembelajaran Fisika/IPA

Pembelajran dapat diartikan sebagai suatu sistem atau proses

membelajarakan objek didik atau pembelajar yang direncanakan atau

didesain,dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik

dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. 11

Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam. Oleh karena itu,

hakekat fisika sama dengan hakikat ilmu pengetahuan alam.

11
Kokom Komalasari,Pembelajaran Kontekstual,Refika Aditama,Bandung,2013,hlm.3.
. Fisika sebagai ilmu merupakan landasan pengembangan

teknologi, sehingga teori-teori fisika membutuhkan tingkat kecermatan

yang tinggi. Oleh karena itu fisika berkembang dari ilmu yang bersifat

kualitatif menjadi ilmu yang bersifat kuantitatif.

Berkembangnya ilmu fisika ini diimbangi dengan berkembangnya

teknologi. Jadi, perkembangan teknologi yang ada sebagian besar

menerapkan teori-teori yang ada dalam fisika. Dalam pembelajaran ada dua

komponen aktif yang terlibat, yaitu guru yang mengajar dan murid belajar.

Pembelajaran fisika merupakan salah satu cara untuk mengajarkan kepada

peserta didik agar memiliki sikap ilmiah dan metode ilmiah untuk

memperoleh produk ilmiah. Selain mampu menghasilkan produk ilmiah,

melalui pembelajaran fisika peserta didik juga diharapkan mampu

menerapkan produk ilmiah tersebut kedalam kehidupan sehari-hari,

teknologi, industri maupun untuk jenjeng pendidikan yang lebih tinggi.

Pembelajaran fisika akan lebih berkesan jika efek dari pembelajaran fisika

tersebut menjadikan peserta didik dapat menumbuh kembangkan

pengalaman yang dimilikinya untuk melihat dan memahami dunia nyata

dengan menggunakan proses dan prinsip ilmiah. Pada hakekatnya,

pembelajaran fisika tidak sebatas mengingat dan memahami konsep,

prinsip, asas, hukum dan teori saja, akan tetapi lebih menekankan pada

kemampuan peserta didik untuk memanfaatkan ilmu yang mereka peroleh

dan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk kemaslahatan

umat manusia di dunia ini. Pembelajaran fisika sangatlah penting sebab


pengetahuan fisika terdiri dari banyak konsep dan prinsip yang pada

umumnya bersifat abstrak. Karena hal itulah kesulitan banyak dihadapi oleh

sebagian besar peserta didik dalam menginterpretasi berbagai konsep dan

prinsip fisika. Kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi dan

menginterpretasi konsep-konsep fisika jelas merupakan prasyarat penting

bagi penggunaan konsep-konsep untuk membuat inferensi-inferensi yang

lebih kompleks atau untuk pemecahan soal fisika yang berkaitan dengan

konsep-konsep tersebut.

2. Pembelajaran Examples Non Examples

a. Definisi/Konsep

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang melibatkan

peran serta seluruh siswa adalah model pembelajaran Examples Non

Examples. Model ini merupakan model pembelajaran berkelompok

dengan bantuan gambar-gambar yang menarik dan sesuai dengan

lingkup materi pembelajaran. Penggunaan gambar-gambar yang

menarik dan sesuai akan mengurangi dominasi guru dalam

pembelajaran. Model ini juga melibatkan keaktifan dan kerjasama

siswa dalam pembelajaran yaitu siswa melakukan diskusi kelompok

dan menyampaikan hasil diskusinya.12

12
Ni Nyoman Purna Dewi dkk, “Model Pembelajaran Examples Non Examples Berbasis
Lingkungan Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Kapten
Japa”. E-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 2 No. 1,
2014, hal. 3
Model Pembelajaran Examples Non Examples adalah model

yang menggunakan contoh-contoh (contoh dan bukan contoh).

Contoh-contoh diperoleh dari kasus/gambar yang relevan dengan

kompetensi dasar.13

Examples non examples adalah model pembelajaran yang

membelajarkan kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada di

sekitar melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-

gambar/foto/kasus yang bermuatan masalah. Siswa diarahkan untuk

mengidentifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, dan

menentukan cara pemecahan masalah yang paling efektif, serta

melakukan tindak lanjut.14

Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi

contoh akan sesuatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non

examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh

dari suatu materi yang sedang dibahas. Dengan memperlihatkan

contoh gambar yang ada diharapkan dapat memusatkan perhatian

siswa terhadap gambargambar dan materi yang sedang dipelajari.

Model pembelajaran ini juga dirancang agar siswa memiliki

kompetensi dalam menganalisis gambar dan memberikan deskripsi

mengenai apa yang ada di dalam gambar.

13
Nurul Astuty Yensy, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non
Examples Dengan Menggunakan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas
VIII SMPN 1 Argamakmur, 1412-3617,Jurnal Exacta: Volume X No. 1, Tahun 2012, hal.27
14
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2011), hal. 61
Dapat disimpulkan bahwa Examples Non Examples merupakan

suatu model pembelajaran yang memberikan contoh yang relevan yang

sesuai dengan materi pada pembelajaran tersebut, dan memberikan

perbandingan yang relevan juga mengenai bukan contoh dari materi

tersebut.Sehingga peserta didik dapat jelas dan mudah untuk

membandingkan mana yang contohnya dan mana yang bukan

contohnya dalam pembelajaran tersebut.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples

Strategi example non example juga ditujukan untuk

mengajarkan siswa dalam belajar memahami dan menganalisis

sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua

cara: pengamatan dan definisi. Example non example adalah

strategi yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.

Langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran example non

example dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2) Guru menempelkan gambar dipapan atau ditanyakan lewat OHP

atau proyektor.

3) Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing

terdiri dari 2-3 siswa.


4) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada

setiap kelompok untuk memperhatikan dan atau menganalisis

gambar.

5) Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas.

6) Memberi kesempatan bagi tiap kelompok untuk membacakan

hasil diskusinya.

7) Berdasarkan komentar atau hasil diskusi siswa, guru

menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

8) Kesimpulan.15

Terdapat beberapa pendapat terhadap langkah-langkah model

pembelajaran Examples Non Examples ini, akan tetapi pada dasarnya

mengandung unsur yang sama dalam setiap proses pembelajarannya.

Adapun langkah-langkah atau sintaks dari model pembelajaran

Examples Non Examples yang akan digunakan oleh peneliti dapat

dilihat pada tabel berikut:16

15
Fendi Lestiawan, Arif Bintoro Johan, Penerapan Metode Pembelajaran Example Non-
Exampleuntuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasilbelajar Dasar-Dasar Pemesinan, (Jurnal Taman
VokasiVolume 6, Nomor 1, Juni 2018(Hal. 98-106))
16
Menurut “Utri A, Penerapan Model Pembelajaran Example Non Examples Untuk
Meningkatkan Hasil dan Aktivitas Belajar Siswa di SMPN 6 Seluma, (Bengkulu: Skripsi Tidak
diterbitkan, 2010)”, yang dikutip oleh Hidayatul Istikomah, Pengaruh Model Pembelajaran
Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Al -Qur’an
Hadits Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah 01 Betak Kalidawir Tulungagung, (Skripsi, Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung, 2019), Skripsi Diterbitkan.
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Examples Non Examples

FASE LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN
Mempersiapkan media Guru mempersiapkan media gambar
(media-media konkrit) sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Menyajikan media Guru menunjukan media gambar
yang akan digunakan.
Mencermati sajian media Guru memberi petunjuk dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan dan menganalisa
media gambar yang dipersiapkan.
Melakukan diskusi Melalui diskusi kelompok 4-5 orang
kelompok siswa, hasil diskusi dari analisa
media gambar tersebut dicatat pada
kertas/lembar kerja.
Mempresentasikan hasil Tiap kelompok diberi kesempatan
diskusi membaca lembar kerja/hasil diskusi.
Membimbing kesimpulan Mulai dari komentar/ hasil diskusi
siswa, guru menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Guru dan siswa menyimpulkan
materi sesuai tujuan pembelajaran.
Evaluasi Guru menilai hasil kerja kelompok.

Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu

permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami

pengetahuan siswa, serta membuat suatu keputusan. Oleh karena itu,

diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi dari setiap

orang. Diskusi lebih mengutamakan bertukar pengatahuan dan

pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-

sama.

Dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran

Examples Non Examples akan melatih kerja sama antar peserta didik,

dan merangsang keaktifan peserta didik melalui media pembelajaran


yang mendukung berupa gambar-gambar yang terkait dengan materi

pembelajaran yamg sedang dipelajari.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Examples Non Examples

Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran

Examples Non Examples akan dijelaskan sebagai berikut.

1) Kelebihan Model Pembelajaran Examples Non Examples:

a) Siswa memiliki pemahaman lebih untuk memperluas

pemahaman konsepnya.

b) Siswa lebih terlibat dalam membangun konsep melalui

pengalaman dari gambar-gambar yang ada.

c) Siswa akan mendapatkan dua konsep sekaligus atas materi

yang sedang dibahas dan yang tidak dibahas.

d) Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

e) Siswa mendapatkan pengetahuan yang aplikatif dari materi

berupa contoh gambar.

f) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya

secara pribadi.17

2) Kekurangan Model Pembelajaran Examples Non Examples:

a) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

b) Memakan waktu yang banyak.18

17
Menurut “Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran, (Surabaya:Katapena, 2005), hal.43” yang dikutip oleh Hidayatul Istikomah,
Pengaruh Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
Mata Pelajaran Al -Qur’an Hadits Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah 01 Betak Kalidawir
Tulungagung, (Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2019), Skripsi Diterbitkan.
18
Menurut “Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013,
3. Fenomena Alam

Gejala alam/fenomena alam disebut juga dengan peristiwa alam

yang terjadi di permukaan bumi.19 Atau dengan kata lain adalah hal-hal

yang bisa dirasakan degan panca indra, hal-hal mistik atau klenik, fakta,

kenyataan, dan kejadian. Fenomena alam merupakan peristiwa yang

terjadi tanpa campur tangan manusia.

Alam (dalam artian luas memiliki makna yang setara dengan dunia

alam, dunia fisik, atau dunia materi) mengacu kepada fenomena dunia

fisik dan juga kehidupan secara umum. Kata alam mungkin mengacu

secara umum ke berbagai jenis tanaman hidup dan hewan, dan dalam

beberapa kasus ke proses yang berhubungan dengan benda mati –

mengenai keberadaan jenis-jenis tertentu suatu benda dan bagaimana

mereka berubah dengan sendirinya, seperti cuaca dan geologi di Bumi,

dan materi serta energi dari mana semua hal-hal tersebut tersusun darinya.

Contoh peristiwa yang termasuk fenomena alam diantaranya

bencana alam, sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi, terjadinya

peristiwa aurora di kutub, salju di wilayah yang beriklim subtropis, danau

yang membeku akibat cuaca dingin, terbentuknya gas alam, dan

sebagainya.

(Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2014), hal. 76”, yang dikutip oleh Hidayatul Istikomah, Pengaruh
Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Mata
Pelajaran Al -Qur’an Hadits Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah 01 Betak Kalidawir Tulungagung,
(Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2019), Skripsi Diterbitkan.
19
Menurut“Widodo dan Mulyadi, (2008:38)”, yang dikutip oleh Minuk Pahlawaniati,
Pengenalan Konsep Gejala Alam Melalui Pendekatan Kontekstual Dengan Media Flipchart
Pada Anak Kelompok B TK Kusuma Surabaya, (jurnal yang diterbitkan).
4. Keterampilan Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan suatu rangkaian yang tidak

terpisahkan antara karakteristik yang satu dengan yang lainnya. Setiap

argumen, klaim atau bukti harus dianalisis yang kesimpulan apakah

dengan alasan induktif atau deduktif. Dari kesimpulan tersebut bias

dinilai atau dievaluasi sehingga akan menghasilkan suatu keputusan

atau suatu pemecahan masalah. Menurut Ennis (critical thinking is

reasonable and reflective thinking focused on deciding what to believe

or do, yang artinya berpikir kritis adalah suatu proses berpikir reflektif

yang berfokus pada memutuskan apa yang diyakini atau dilakukan.20

1) Lebih lengkapnya Eliana Crespo (2012) menjelaskan bahwa

critical thinking adalah istilah umum yang diberikan untuk

berbagai keterampian kognitif dan intelektual membutuhkan:

mengidentifikasi, menganalisa, dan meng-evaluasi secara efektif

2) menemukan dan mengatasi prasangka

3) merumuskan dan menyajikan alasan-alasan yang meyakinkan

untuk mendukung kesimpulan • membuat pilihan yang cerdas dan

beralasan tentang apa yang harus dipercaya dan yang harus

dilakukan.21

b. Tujuan dan Manfaat Berpikir Kritis


20
Menurut “Ennis (Robert H. Ennis: 2011)”, yang dikutip Linda Zakiah, M.Pd, Dr. Ika
Lestari, S.Pd, M.Pd, Berpikir Kritis Dalam Konteks Pembelajaran, (cet, I, Bogor: Erza Tama
Karya Abadi, 2019), Hal. 3
21
Linda Zakiah, M.Pd, Dr. Ika Lestari, S.Pd, M.Pd, Berpikir Kritis Dalam Konteks
Pembelajaran, (cet, I, Bogor: Erza Tama Karya Abadi, 2019) Hal. 4&5
Berpikir kritis penting bagi peserta didik karena dengan

berpikir kritis peserta didik dapat menganalisis dan mencari solusi

serta membuat keputusan terhadap suatu masalah secara sistematis

khususnya dalam pembelajaran.22

Berpikir kritis juga memiliki beberapa manfaat, Eliana Crespo

(2012) menyebutkan beberapa manfaat dari berpikir kritis untuk

berbagai aspek seperti manfaat untuk performa akademis, tempat kerja,

dan kehidupan sehari-hari.23

1) Performa akademis yaitu mampu memahami argumen dan

kepercayaan orang lain, mengavaluasi secara kritis argumen dan

kepercayaan itu, dan mengembangkan dan mempertahankan

argumen dan percayaan sendiri yang didukung dengan baik.

2) Tempat kerja diantaranya membantu kita untuk menggambarkan

dan mendapat pemahaman yang lebih dalam dari keputusan orang

lain dan kita sendiri, mendorong keterbukaan pikiran untuk

berubah, membantu kita menjadi lebih analisis dalam memecahkan

masalah.

3) Kehidupan sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari yaitu dapat membantu kita terhindar

dari membuat keputusan personal yang bodoh, mempromosikan

22
Nur Asmah Djafar, Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas Viii.K Smp Negeri 4
Sungguminasa Kabupaten Gowa, (Jurnal Bionature, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2014, hlm. 67-
80)
23
Linda Zakiah, M.Pd, Dr. Ika Lestari, S.Pd, M.Pd, Berpikir Kritis Dalam Konteks
Pembelajaran, (cet, I, Bogor: Erza Tama Karya Abadi, 2019), Hal. 5
masyarakat yang berpengetahuan dan peduli yang mampu

membuat keputusan yang baik di masalah sosial, politis, dan

ekonomis yang penting, membantu dalam pengembangan pemikir

otonom yang dapat memeriksa asumsi, dogma, dan prasangka

mereka sendiri.

c. Ciri-ciri Berpikir Kritis

Terdapat beberapa ciri-ciri berpikir kritis yaitu mengenal secara

rinci bagian-bagian dari keputusan, pandai mendeteksi permasalahan,

mampu membedakan ide yang relevan dengan ide yang tidak relevan,

mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat, dapat

membedakan antara kritik yang membangun dan merusak, mampu

mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat, dan benda, seperti

dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain, mampu mendaftarkan segala

akibat yang mungkin terjadi atau alternatif terhadap pemecahan

masalah, ide dan situasi, mampu membuat hubungan yang berurutan

antara satu masalah dengan masalah lainnya, mampu menarik

kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang

diperoleh di lapangan, mampu membuat prediksi dari informasi yang

tersedia, dapat membedakan konklusi salah dan tepat terhadap

informasi yang diterima, dan mampu menarik kesimpulan dari data

yang telah ada dan terseleksi.24

d. Standar intelektual berpikir kritis

24
Ibid., hal. 10
Eliana Crespo (2012) merumuskan standar intelektual berpikir

kritis yang paling signifikan yaitu diantaranya: kejelasan, akurasi,

persisi, relevansi, kedalaman, luas, logika, dan keadilan.25

1) Kejelasan:

a) dapatkah anda menguraikan dalam pendapat itu?

b) dapatkah anda menjelaskan pendapat itu dalam hal lain?

c) dapatkah anda memberi saya ilustrasi?

d) dapatkah anda memberi saya permisalan?

2) Akurasi:

a) benarkah itu benar?

b) bagaimana kami dapat memastikan itu?

c) bagaimana kami temukan itu benar?

3) Presisi:

a) dapatkah anda memberi lebih detail?

b) dapatkah anda lebih spesifik?

4) Relevansi:

a) bagaimana itu berhubungan dengan pertanyaan?

b) bagaimana itu menanggung masalah?

5) Kedalaman:

a) bagaimana jawaban anda mengatasi kompleksirtas dalam

pertanyaan?

25
Ibid, hal. 11
b) bagaimana Anda memperhitungkan masalah dalam pertanyaan

itu?

c) apakah itu berurusan dengan faktor yang paling signifikan?

6) Luas:

a) apa kami perlu mempertimbangkan sudut pandang yang lain?

b) apa ada cara lain untuk memandang pertanyaan ini?

c) seperti apa ini dari sudut pandang konservatif?

d) seperti apa ini dari sudut pandang ...?

7) Logika:

a) benarkah ini masuk akal?

b) apa ini mengikuti apa yang anda katakan?

c) apa itu mengikuti?

d) tapi sebelumnya anda menyiratkan ini dan anda mengatakan;

bagaimana keduanya benar?

8) Keadilan:

Pemikiran kritis meminta kita untuk berpikir secara adil yaitu:

a) berpikiran terbuka

b) tidak memihak

c) terbebas dari prasangka dan bias yang menyimpang.

e. Cara Berpikir Kritis


Cara berpikir kritis terdiri atas mengidentifikasi dorong

informasi, analisa materi, dan membandingkan serta menerapkan

informasi26

f. Indikator Berpikir Kritis

Berikut ini adalah beberapa indikator berpikir kritis yang

dikemukakan oleh Ennis (1993), antara lain yaitu merumuskan pokok-

pokok permasalahan, mengungkap fakta yang ada, memilih argumen

yang logis, mendeteksi bias dengan sudut pandang yang berbeda, dan

menarik kesimpulan27

C. Kerangka Berpikir

Metode pembelajaran adalah sebuah teknik yang digunakan guru

dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat proses belajar mengajar.

Metode pembelajaran yang saat ini banyak digunakan oleh guru dalam

menyampaikan pelajaran adalah metode pembelajaran konvensional.28 Supaya

terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis pada peserta didik pada mata

pelajaran Fisika/IPA, seorang guru harus mampu meciptakan suasana belajar

yang optimal dengan menerapkan berbagai model atau metode pembelajaran

26
Ibid,.hal.13-14
27
Harlinda Fatmawati, Mardiyana , Triyanto, Analisis Berpikir Kritis Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat
(Penelitian Pada Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014),
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685 Vol.2, No.9, hal 899-910,
November 2014
28
Apriyaji Surono. Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan
Media Powerpoint Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Khusus. (Skripsi
Sarjana, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 2011).
Skripsi Diterbitkan
yang menarik, dan tidak hanya terpaku pada metode pembelajaran

konvensional atau metode ceramah saja.

Pelajaran fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam

(IPA) yang mempelajari keterkaitan konsep-konsep fisika dengan kehidupan


29
nyata. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya pada peristiwa jatuhnya kelapa ke tanah itu

menjelaskan hukum gravitasi Newton. Namun, karena minimnya model atau

metode pembelajaran yang menarik menjadikan peserta didik kesulitan dalam

memahami dan berpikir kritis dalam memahami materi.

Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh para peneliti,

banyak siswa yang belum mampu berpikir kritis dalam memahami setiap

konsep pelajaran Fisika/IPA. Untuk menghadapi masalah ini, guru

membutuhkan model pembelajaran dan media yang tepat guna untuk

menunjang pembelajaran yang efektif. Pembelajaran konvensional yang

kebanyakan menggunakan metode ceramah yang dimana perhatian hanya

terpusat pada guru dirasa mebosankan dan kurang efektif, sehingga peserta

didik hanya mampu menyerap sebagian dari materi pelajaran yang diberikan

oleh guru, dan peserta didik menjadi tidak aktif dan tidak mampu berpikir

kritis.

Model examples non examples berbasis fenomena alam menjadi salah

satu pilihan alternatif untuk dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis

peserta didik. Karena model examples non examples berbasis fenomena alam
29
Budi Kuspriyanto dan Sahat Siagian, Strategi Pembelajaran Dan Kemampuan Berpikir
Kreatif Terhadap Hasil Belajar Fisika, (Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 2, Oktober 2013,
ISSN: 1979-6692)
tujuan utamanya adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab

pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta membuat

suatu keputusan. Dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran

examples non examples akan melatih kerja sama antar peserta didik, dan

merangsang keaktifan peserta didik melalui media pembelajaran yang

mendukung berupa gambar-gambar yang terkait dengan materi pembelajaran

yamg sedang dipelajari.

Pelaksanaan pembelajaran model examples non examples berbasis

fenomena alam diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis

peserta didik dalam permasalahan yang disajikan oleh guru. Berdasarkan

uraian yang telah dipaparkan tersebut dapat dibuat bagan kerangka berpikir

sebagai berikut:
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Berpikir

Examples
Kelas Berpikir
non
eksperimen kritis
examples

2 Perbedaan
kelas berpikir
kritis

Kelas Konvensi Berpikir


kontrol onal kritis

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang

menggunakan model examples non examples berbasis fenomena alam

dibanding dengan siswa yang belajar dengan tidak menggunakan model

examples non examples berbasis fenomena alam.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada perbedaan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang

menggunakan model examples non examples berbasis fenomena alam

dibanding dengan siswa yang belajar dengan tidak menggunakan model

examples non examples berbasis fenomena alam.


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Pada awal kegiatan peneliti menggunakan 2 kelas masing-masing sebagai kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Setelah melakukan pembagian kelas kemudian

kelompok eksperimen dan kontrol di kenakan tes awal dan tes akhir hasil daei

kedua kelas kemudian dibandingkan untuk mengetahui tingkat kenaikan

keterampilan berpikir kritis siswa.

A. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu.30 Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah

penelitian kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data angka

(numerical) yang diolah dengan menggunakan metode statistika.31 Untuk jenis

penelitiannya adalah penelitian kuasi eksperimen (quasi-experiment research),

yaitu penelitian yang melibatkan penggunaan kelompok secara utuh dalam

kelas eksperimen yang telah terbentuk secara alami (tidak random).32 Dalam

penelitian ini, peneliti membagi objek atau subjek kedalam dua kelompok.

Yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (kelompok yang mendapat

perlakuan). Kemudian membandingkan kelompok eksperimen yang

menggunakan model examples non examples berbantuan powerpoint sebagai

30
Sugiono, Statistik untuk Penelitian, ( cetakan ke-28, Bandung: Alfabeta. 2017) hal. 1.
31
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011) hal. 5.
32
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal.86.
media pembelajaran dan kelompok kontrol yang diberi pembelajaran dengan

metode ceramah/ konvensional.

Karena penelitian ini menggunakan sampel yang tidak random maka

desain yang digunakan adalah Non-equivalent control group design,yaitu

desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya

pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih

secara random.33

Kemudian peneliti mebagi kelompok menjadi dua yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut kemudian

dilakukan pengukuran pada peningkatan keterampilan berpikir kritis sebelum

dan sesudah perlakuan.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Non-equivalent control group design

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test


E O1 X O2
K O3 - O4

Keterangan:

E: Kelompok eksperimen (kelompok yang diberi perlakuan dengan metode

examples non examples)

K: Kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi perlakuan dengan metode

examples non examples)

O1: pre-test kelompok eksperimen

O2: post-test kelompok eksperimen

O3: pre-test kelompok kontrol

33
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2014). Hal. 116
O4: post-test kelompok kontrol

X: Penggunaan metode examples non examples dalam pembelajaran IPA

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Cokroaminoto Pagedongan Banjarnegara.

Penelitian dilakukan di kelas VII tahun pelajaran 2020/2021. Alasan

pemilihan tempat di SMP Cokroaminoto Pagedongan dikarenakan

mempunyai potensi untuk digunakan sebagai objek peneitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara bertahap, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap persiapan. Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi:

Pengajuan Judul Skripsi, Penyusunan Proposal, Permohonan

Pembimbing. Dimulai pada tanggal 2 Desember 2019 s/d 10

Ferbuari 2020.

b. Tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:

Penyusunan Instrumen, Permohonan Ijin, Pelaksanaan Uji Coba Soal,

Pelaksanaan Pengumpulan Data. Dimulai pada tanggal 2 September

s/d 29 Oktober 2020.

c. Tahap penyelesaian. Tahap penyelesaian dalam penelitian ini

meliputi: Analisis data,penyusunan laporan. Dimulai pada tanggal 3

November s/d 5 Desember 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kuanita dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh


34
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditairk kesimpulannya. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Cokroaminoto

Pagedongan tahun ajaran 2020/2021. Kelas disini terdiri dari kelas A dan

B.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.35 Sampel penelitian dari populasi di atas akan diambil 2 kelas

yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, untuk kelas kontrol kelas VII A

dan kelas eksperimen kelas VII B.

3. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah teknik sampling Quota

Sampling yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang


36
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

Yang terbagi dalam bentuk populasi (kelas-kelas). Dimana dua kelas, satu

kelas sebagai kelompok yang diberi perlakuan dengan model

pembelajaran examples non examples (kelas VII B) dan satu kelas lagi

sebagai kelompok yang tidak yang tidak diberikan model pembelajaran

examples non examples (kelas VII A).

D. Variabel dan Indikator Penelitian

34
Sugiono, Statistik untuk Penelitian, ( cetakan ke-28, Bandung: Alfabeta. 2017) hal. 61
35
Ibid., hal. 62
36
Ibid.,hal. 67
Istilah variabel dapat diartikan macam-macam dalam metodologi

penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. 37

Dalam penelitian ini dikenal dengan istilah bivariate (hubungan antara dua

variabel atau lebih ),yaitu variabel independent (variabel bebas) dan variabel

dependent (variabel terikat). Variabel independent yaitu variabel

mempengaruhi variabel lain. Variabel dependent adalah variabel dipengaruhi

oleh variabel independent, oleh karena itu variabel ini sering disebut dengan

terpengaruh.

1. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi sebab akibat

atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang meliputi

variabel bebasnya adalah model pembelajaran examples non examples

pada kelas eksperimen dan model konvensional pada kelas kontrol.

Indikator penelitiannya adalah interaksi siswa,sikap siswa,dan aktifnya

siswa dalam pembelajaran berlangsung.

2. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang keadaannya dipengaruhi oleh

variabel lain atau variabel bebas,yakni variabel yang terjadi sebagai

37
Ibid.,hal.2
variabel akibat dari perlakuan tertentu (variabel bebas ). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah meningkatkan

keterampilan berpikir kritis. Indikator penelitiannya adalah hasil dari

pengetahuan dan keaktifan dalam proses belajar berlangsung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan variabel penelitian yang sudah ada maka teknik yang

dilakukan untuk memperoleh data adalah:

1. Angket

Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana respon siswa kelas

eksperimen terhadap pembelajaran model examples non examples yang

digunakan dikelas eksperimen. Cara mengisi lembar angket adalah dengan

cara memberi tanda centang pada kolom yang telah disediakan sesuai

dengan pilihannya.

2. Tes, digunakan untuk mengukur kemampuan awal dan akhir siswa, dalam

hal ini peneliti menggunakannya untuk mengukur tingkat perbedaan

peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

a. Pre-test

Teknik ini dilakukan sebelum diberikan perlakuan untuk mengetahui

kemampuan awal peserta didik.


b. Post-test

Teknik ini diberikan setelah diberikan perlakuan untuk mengetahui

data akhir peserta didik.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah sekumplan berkas yakni mencari data

mengenai catatan, transkrip buku, agenda, dll. Dalam penelitian ini

dokumentasi yang diambil adalah foto-foto kegiatan pembelajaran dengan

model examples non examples.

F. Instrumen Penelitian

Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila semakin banyak

menggunakan tematik,sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan

penelitian dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Instrumen

sebagai alat pengumpul data harus benar-benar dirancang dan dibuat

sedemikian rupa sehingga mampu menghasilakan data yang empiris

sebagaimana adanya.38 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tes (pre-test dan post-test), untuk mengetahui kemampuan awal dan akhir

siswa, bentuknya dalah soal essai dengan jumlah soal sebanyak 11 soal

tes.

2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) adalah pengangan seorang guru

dalam mengajar di dalam kelas. RPP dibuat oleh guru untuk membantunya

38
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 155.
dalam mengajar agar sesuai dengan satndar kompetensi dan kompetensi

dasar pada hari tersebut.

3. Silabus adalah garis besar,ringkasan,atau pokok-pokok isi atau materi

pelajaran.

4. Lembar angket adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengukur

tingkat keberhasilan atau respon siswa terhadap pembelajaran dikelas

dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples

berbasis fenomena alam.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan

dan keshahihan suatu instrumen. Valid juga berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. 39 Untuk

menguji validitas innstrumen dugunakan point biserial yaitu:

M p −M t p
rpbis =
St √
q

Keterangan :

Rpbis =koefisisen korelasi point biserial

Mp =rerata skor dari subjek yang menjawab butir soal dengan benar

Mt =rerata skor total

St =standar deviasi dari skor total

P =proporsi siswa yang menjawab benar

39
Sugiono, Statistik untuk Penelitian, ( cetakan ke-28, Bandung: Alfabeta. 2017) hal. 348
q =proporsi siswa yang menjawab salah (q=1 - p)

proposisubjekyangskornya 0
q =
q=1− p

dengan ketentuan :

Tabel 3.2 koefisisen korelasi point biserial

0,8≤ rpbis <1,00 :sangat tinggi

0,6≤ rpbis <0,8 :tinggi

0,4≤ rpbis <0,6 :cukup

0,6≤ rpbis <0,4 :sedang

0,0≤ rpbis <0,2 :sangat rendah

Soal dinyatakan valid jika rhitung > rtabel

Soal dinyatak tidak valid jika rhitung ≤ rtabel dengan taraf signifikan 5%.

Setelah dilakukan uji validitas,hasil uji coba soal menunjukan bahwa dari

12 soal tes, terdiri dari 11 soal tes valid dan 1 soal tes tidak valid.

Tabel 3.3 Validitas Tes

No rhitung rtabel Keterangan


Soal
1 0,6221 0,3291 Valid
2 0,43918 0,3291 Valid
3 0,61662 0,3291 Valid
4 0,17146 0,3291 Tidak Valid
5 0,60611 0,3291 Valid
6 0,60853 0,3291 Valid
7 0,50302 0,3291 Valid
8 0,81795 0,3291 Valid
9 0,74914 0,3291 Valid
10 0,87789 0,3291 Valid
11 0,33684 0,3291 Valid
12 0,48875 0,3291 Valid
2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas menunjukan kebenaran sesuatu. Instrumen yang reliabel

berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur

obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. 40 Adapun rumus

yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal tes bentuk pilihan ganda

adalah rumus KR-20 sebagai berikut :

s2 −∑ pq
r11 =
[ k
( k−1 ) ][ s2 ]
keterangan :

r11 =releabilitas tes secara keseluruhan /releabilitas instrumen

p =proporsi subjek yang menjawab item secara benar (skor 1)

∑pq =jumlah hasil perkalian antara p dan q

K =banyaknya butir pertanyaan

S =standar deviasi dari tes

Vt =varian skor total (semua dengan s2/standar deviasi dikuadratkan)

proposisubjekyangskornya 1
p=
n

proposisubjekyangskornya 0
q=
q=1− p

dengan ketentuan :

Tabel 3.4 Reliabilitas instrumen

r11<0,20 =sangat rendah


40
Ibid., hal. 348
0,20 ≤ r11 < 0,40 =rendah

0,40 ≤ r11 < 0,60 =cukup

0,60 ≤ r11 < 0,80 =tinggi

0,80 ≤ r11 < 1,00 =sangat tinggi

Tabel 3.5 Reliabilitas Tes

r11 = 0,76839 Tinggi

Reliabilitas tes (r11) tersebut berdasarkan hasil uji coba soal tes sebanyak

12 soal, yang terdiri dari 11 soal tes valid dan 1 soal tidak valid.

3. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan terlalu

sukar atau dengan kata lain soal yang baik dengan kategori sedang. Untuk

mengukur digunakan rumus : 41

B
p=
JS

Dimana :

P = tinggi/indeks kesukaran untuk setiap butir soal

B = banyak siswa yang menjawab benar

S = jumlah peserta yang mengikuti tes

Tingkat nilai kesukaran butir merentang antara 0 sampai 1, tingkat

kesukaran sebuah butir sama dengan 0 terjadi apabila semua peserta didik

41
Prof.Dr.Suharsimi Arikunto,dasar-dasar evaluasi pendidikan, (jakarta: bumi aksara),
hal.208
tidak ada yang menjawab benar, sebaliknya tingkat kesukaran sebuah butir

akan sama dengan satu apabila semua peserta didik menjawab benar.

Penggolongan tingkat kesukaran suatu soal tes adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6

Tingkat kesukaran

0,00 <p< 0,30 Adalah soal sukar


0,30 <p< 0,70 Adalah soal sedang
0,70 <p< 1,00 Adalah soal mudah

Tabel 3.7 Hasil Tingkat Kesukaran

Kriteria
No Soal Sa Sb Ia P
P
1 68 57 72 0,868 mudah
2 71 67 72 0,958 mudah
3 58 45 72 0,715 mudah
4 50 50 72 0,694 sedang
5 66 57 72 0,854 mudah
6 55 34 72 0,618 sedang
7 59 36 72 0,660 sedang
8 70 59 72 0,896 mudah
9 71 51 72 0,847 mudah
10 69 45 72 0,792 mudah
11 35 30 72 0,451 sedang
12 44 33 72 0,535 sedang

4. Daya Beda

Daya beda soal memberikan gambaran tentang kemampuan butir-

butir soal membedakan antara mereka yang kemampuan tinggi dan mereka

yang berkemampuan rendah ataupun yang berkemampuan pandai dan

kurang pandai. Rumus yang digunakan adalah :

BA BB
DB = − = PA-PB
J A JB
Dimana :

DB = daya beda

J = jumlah peserta tes

JA = jumlah peserta kelompok atas

JB = jumlah peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

BA
PA = = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dg benar
JA

BB
PB = = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dg
JB

benar

Penggolongan daya beda suatu soal tes adalah sebagai berikut :

Tabel 3.8 Daya Beda Suatu Tes Soal

0,00 <DB< 0,20 Jelek

0,20 <DB< 0,40 Cukup

0,40 <DB< 0,70 Baik

0,70 <DB< 1,00 Baik sekali

DB : negative Semuanya tidak baik

Tabel 3.9 Hasil Daya Beda Suatu Tes Soal

No Kriteria
SA SB IA DB
Soal DB
1 68 57 72 0,1528 jelek
2 71 67 72 0,0556 jelek
3 58 45 72 0,1806 jelek
4 50 50 72 0,0000 jelek
5 66 57 72 0,1250 jelek
6 55 34 72 0,2917 cukup
7 59 36 72 0,3194 cukup
8 70 59 72 0,1528 jelek
9 71 51 72 0,2778 cukup
10 69 45 72 0,3333 cukup
11 35 30 72 0,0694 jelek
12 44 33 72 0,1528 jelek

5. Validitas Angket

Uji validitas dilakukan untuk memastikan seberapa baik suatu

instrumen digunakan untuk mengukur konsep yang seharusnya diukur.

Untuk menguji validitas angket dilakukan dengan cara mengkorelasikan

antara skor butir pertanyaan dengan skor total.

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen ini adalah

Product Momen dari Karl Person, sebagai berikut:

Txy¿ N ∑ xy−¿ ¿ ¿

Kemudian hasil dari rxy dikonsultasikan dengan harga kritis product

momen (r tabel), apabila hasil yang diperoleh rhitung > rtabel, maka

instrumen tersebut valid.

Tabel 3.10 Validitas Angket

No Soal rhitung rtabel Keterangan


1 0,54877 0,3291 Valid
2 0,2089 0,3291 Tidak Valid
3 0,66625 0,3291 Valid
4 0,54877 0,3291 Valid
5 0,66625 0,3291 Valid
6 0,53136 0,3291 Valid
7 0,3425 0,3291 Valid
8 0,51108 0,3291 Valid
9 0,63357 0,3291 Valid
10 0,22782 0,3291 Tidak Valid
11 0,47755 0,3291 Valid
12 0,63357 0,3291 Valid
13 0,47755 0,3291 Valid
14 0,46968 0,3291 Valid
15 0,53717 0,3291 Valid
16 0,34212 0,3291 Valid
17 0,53136 0,3291 Valid
18 0,51108 0,3291 Valid
19 0,53624 0,3291 Valid
20 0,41161 0,3291 Valid
21 0,34626 0,3291 Valid
22 0,45906 0,3291 Valid

Sebanyak 22 soal angket yang di ujikan, terdapat 20 soal angket yang

valid dan 2 soal angket yang tidak valid. 2 soal angket yang tidak valid

tidak digunakan dalam proses penelitian/di eliminasi.

6. Reliabilitas Angket

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil

pengukuran. Kuisioner dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil

relatif sama (ajeg) pada saat dilakukan pengukuran kembali pada objek

yang berlainan pada waktu yang berbeda atau yang memberikan hasil yang

tetap.

Untuk reliabilitas angket dilakukan dengan rumus cronbach alpha

sebagai berikut:

∑ a 2b
r11 ¿ [ ] k
[ ]
( k −1 )
1−
a
2
t
Apabila koefisien Cronbach Alpha (r11) ≥ 0,7 maka dapat dikatakan

instrumen tersebut reliabel.

Tabel 3.11 Reliabilitas Angket

r11 = 0,82697 Sangat Tinggi

Reliabilitas angket (r11) tersebut berdasarkan hasil uji coba soal angket

sebanyak 22 soal, yang terdiri dari 20 soal angket valid dan 2 soal angket

tidak valid.

H. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut :

1. Uji Pendahuluan

Analisis data adalah cara yang paling menentukan untuk menyusun

dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu

kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sebelum

diadakan perlakuan terhadap sample yang akan diteliti,maka dicari dahulu

kesamaan keadaan awal antara kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Sedangkan hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ho = Tidak ada peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik

dalam penggunaan model examples non examples berbantuan

powerpoint sebagai media pembelajaran.

Ha = Ada peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam

penggunaan model examples non examples berbantuan powerpoint

sebagai media pembelajaran.


Untuk pengujian rata-rata kemampuan awal dapat dihitung dengan uji t

test.42

x́ 1−x́ 2

t = ( n1 −1 ) S +(n2−1) S 22
2

√ 1

n1 +n2 −2 ( n1 + n1 )
1 2

Keterangan:

x1 = rata-rata kelas eksperimen

x2 = rata-rata kelas kontrol

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = jumlah siswa kelas kontrol

s12= varian kelompok eksperimen

s22= varian kelompok kontrol

kriteria uji :

dengan derajad kebebasan (dk) = n1 +n 2−2

Ho diterima jika : -ttabel < thitung < ttabel

Ha ditolak jika : thitung < -ttabel atau thitung > ttabel

2. Uji Prasyarat

a. Uji Homogenitas

42
Sugiyono, statistika untuk penelitian, (Bandung, Alfa Beta, 2012). Hal.138
Dalam uji homogenitas,dengan F yang diharapkan adalah F yang

tidak signifikan yaitu harga F empirik yang lebih kecil daripada harga F

teoritik. Pengujian homogenitas dengan rumus :

varians terbesar
Fhitung=
varians terkecil

Keterangan :

Varians terbesar = nilai varians yang lebih besar dari dua sampel

yang dibandingkan

Varians terkecil = nilai varians yang lebih kecil dari dua sampel yang

dibandingkan

b. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengtahui apakah sampel yang digunakan

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun yang

digunakan adalah uji litlefors.43 Langkah-langkah yang diguakan adalah

sebagai berikut :

1) Hasil pengamatan X1,X2,X3...,...,...Xn dijadikan bilangan baku

Z1,Z2,Z3...,...,...,Zn dengan rumus :

Zi =[ x1-x]
sd

dimana :

N = jumlah rata-rata

Sd = standar deviasi

43
Ibid,hal 466-467
2) Data sampel tersebut diurutkan dari skor terendah sampai skor

tertinggi.

3) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal

baku,kemudian dihitung peluang F(Z1)= P(Z< Zn)

4) Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2,Z3...,...,...Zn yang levih kecil

atau sama dengan.

S(Z1)= banyaknya Z1,Z2,Z3,...,...,...Zn yang Z < Zi

Zi jika proporsi ini dinyatakan oleh B (Zi)

5) Menghitung selisih F(Z1) = B(Z1) kemudian menentukan harga

mutlaknya yang beristribusi normal.

6) Mengambil harga ‫׀‬f (z1) = s (z1)‫׀‬

Yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih terssebut

Ihitung.

7) Kemudian dikonsultasikan dengan Itabel pada taraf signifikan 5%.

Hipotesis :

Ho = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha = sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Kriteria Ihitung < Itabel maka hipotesis maka hipotesis Ho diterima atau

sampel dari populasi yang berdistribusi normal.

c. Uji Hipotesis

Adapun teknik uji yang digunakan :

X́−µ0
t= S
√n
Keteranagan :

t = nilai t yang dihitung,selanjutnya disebut t hitung

X́ = rata-rata x1

µ0= nilai yang dihipotesiskan

S = simpangan baku

n = jumlah anggota sampel

Kriteria uji:

Ho diterima jika –ttab < thitung < ttab

Ho ditolak jika thitung < -ttab atau thitung > ttab

d. Uji Gain

Uji ini digunakan unutk mengetahui seberapa peningkatan

HOTS siswa. Uji yag dilakukan menggunakan teknik penghitungan

faktor Hake <g>, sebagai berikut:

¿S ¿
<g>= post ¿−¿¿S pre> ¿
¿
100−¿ S post>¿ ¿

Keterangan:

<g> : Peningkatan HOTS siswa

Spost :: Skor postest

Spre : Skor pretest

e. Uji Respon Angket

Rentan

g = Nilai maksimal - Nilai minimal


= 88 - 68
= 20
Kelas = 1 + 3,3 x Log(n)
= 1 + 3,3 x log (20)
= 1 + 4,29
= 5,3
Interval = Rentang / Kelas
= 20 / 5,29
= 3,8
Analisis deskriptif:
Mi + 1,5 SDi < X = Sangat Baik
Mi ≤ X < Mi + 1,5 SDi = Baik
Mi – 1,5 SDi ≤ X < Mi = Cukup Baik
X < Mi – 1,5 SDi = Kurang Baik

Mi = Nilai rerata ideal


Mi = 0,5 × (skor tertinggi + skor terkecil)
= 0,5 X 88 + 68
= 78
SDi = Standar deviasi ideal
SDi = 1/6 × (skor tertinggi – skor terkecil)
= 1/6 X 88 - 68
= 3,3
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Objek Penelitian

Objek penelitian yaitu untuk menjelaskan karakteristik dari tempat,

waktu, populasi dan sampel penelitian. Dalam suatu penelitian tempat, waktu,

populasi dan sampel penelitian harus di uraikan dengan jelas. SMP

Cokroaminoto Pagedongan merupakan objek penelitian saya. Suasananya

sangat nyaman karena berada di desa, jauh dari keramaian kota sehingga baik

untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dan sangat mendukung kegiatan

penelitian saya yang menggunakan model pembelajaran Examples Non

Examples. Berikut penjelasan lebih lanjut profil sekolah SMP Cokroaminoto

Pagedongan.44

1. Letak Geografis

SMP Cokroaminoto Pagedongan terletak di jalan Watumas Desa

Kebutuhjurang Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara, yang

berjarak ± 13 km dari kota kabupaten Banjarnegara dan ± 7 km dari

kecamatan Pagedongan. Desa Kebutuhjurang merupakan daerah

pegunungan dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lebakwangi Kecamatan

Pagedongan

44
Hendra Agus Prasetyo ”Rencana Kerja Jangka Menengah” (Pagedongan 2017) Hal 3
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pesangkalan Kecamatan

Pagedongan

c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Duren Kecamatan Pagedongan

d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kebutuhduwur Kecamatan

Pagedongan

Secara fisik gedung SMP Cokroaminoto Pagedongan mempunyai

batas – batas sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan jalan raya

b. Sebelah barat berbatasan dengan Pemukiman penduduk

c. Sebelah timur berbatasan dengan Pemukiman penduduk

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Pemukiman penduduk

Ditinjau dari letaknya SMP Cokroaminoto Pagedongan Kabupaten

Banjarnegara menempati lokasi yang cukup strategis. Lingkungan tidak

terlalu ramai dan tidak terlalu bising oleh suara kendaraan, karena jalan

raya disebelah gedung SMP secara resmi belum ditetapkan sebagai jalur

resmi angkutan kendaraan umum. Kondisi ini menyebabkan proses belajar

mengajar berlangsung dengan tenang dan kondusif. Disamping itu juga

dapat ditempuh dengan jalan kaki karena dekat dengan pemukiman

penduduk yang berada dilingkungan sekolah.


2. Visi dan Misi

a. Visi Sekolah

“ Membantu penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan

tahun serta terciptanya ketahanan sekolah dengan meningkatkan

keimanan, ketaqwaan, pengetahuan dan kemandirian”.

Indikator

1) Meningkatkan standar kelulusan dan kenaikan kelas

2) Meningkatkan persaingan melanjutkan kejenjang sekolah lebih

tinggi

3) Unggul dalam budi pekerti luhur, disiplin dan sopan santun

4) Unggul dalam aktifitas keagamaan dan lomba keagamaan

5) Unggul dalam lomba akademis

6) Unggul dalam lomba olah raga

7) Unggul dalam bahasa dan seni

8) Memiliki sarana dan prasarana fasilitas pendidikan yang memadai

9) Memiliki lingkungan yang bersih, sehat, aman serta kondusif

sebagai sekolah berwawasan wiyata mandala

10) Mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat

11) Memiliki tenaga pendidik yang berkualitas tinggi, yang mampu

bekerja dengan penuh semangat, pengabdian, dedikasi, loyalitas

dan tidak tercela.


b. Misi Sekolah

Untuk merealisasikan indikator dalam meningkatkan keimanan,

ketaqwaan, pengetahuan dan kemandirian maka dirumuskan misi

sebagai berikut :

1) Meningkatkan proses pembelajaran dan bimbingan secara efektif,

sehingga kemampuan siswa berkembang secara optimal, sesuai

dengan potensi yang dimiliki.

2) Mendorong dan membantu siswa untuk mengendalikan potensi

dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal agar dapat

berkompetensi di bidang akademik maupun non akademik.

3) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada

seluruh warga sekolah sehingga terwujud sekolah sebagai wawasan

wiyata mandala.

4) Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler secara efektif, dan

membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga

dapat dikembangkan secara optimal.

5) Menyelenggarakan pembinaan budi pekerti dan nilai keagamaan

dalam keseharian serta membudayakan nilai – nilai sopan santun

yang berlaku.

6) Menumbuh kembangkan “Budaya Belajar” bagi seluruh warga

sekolah (Guru, TU, Siswa), yang berorientasi pada peningkatan

“Kualitas diri masing-masing”.


3. Keadaan Fasilitas (Sarana dan Prasarana)

Berikut adalah keadaan fasilitas (sarana prasarana) yang ada di

SMP Cokroaminoto Pagedongan :

Tabel 4.1 Sarana Prasarana Sekolah

No Jenis Ruangan Jumlah Ruang Keterangan


1 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
2 Ruang Tata Usaha 1 Baik
3 Ruang Tamu 1 Baik
4 Ruang Guru 1 Baik
5 Ruang Kelas 6 Baik
6 Laboratorium IPA 1 Baik
7 Ruang Ibadah/Musholla 1 Baik
8 Ruang Konseling (BP/BK) 1 Baik
9 Ruang OSIS/Pramuka 1 Baik
10 Ruang Perpustakaan 1 Baik
11 Ruang Gudang 1 Baik
12 Ruang UKS 1 Baik
13 Ruang Dapur 1 Baik
14 WC Guru 1 Baik
15 WC Siswa 2 Baik
16 Lapangan Upacara 1 Baik
17 Lapangan Olahraga 1 Baik
18 Tempat Pembuangan Sampah 1 Baik

Sarana Prasarana di SMP Cokroaminoto Pagedongan sudah

mendukung untuk melakukan Pembelajaran dengan menggunakan

Discovery Learning.

4. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

a. Jumlah Pendidik

Tabel 4.2 Jumlah Pendidik

Jumlah Guru/Staf Jumlah Keterangan


Guru Tetap/PNS -
Guru Tetap Yayasan 10
Guru Bantu -
Guru Kontrak -
Guru Wiyata Bakti 3
Staf Tata Usaha -
Wiyata Bakti TU 1
Penjaga -

b. Data Pendidik

Tabel 4.3 Data Pendidik

No Nama NIP Mapel Alamat


1 Yuli Suswanti, S.Pd - IPS Kutabanjar
Dwi Ifa Wahyuniati,
2 - BK, Bhs. Jawa Kebutuhjurang
S.Pd.
3 Suharti, S.Pd - Bhs. Indonesia Kebutuhduwur
4 Agus Siamto, A.Ma - Bhs. Inggris Kebutuhjurang
Akhmad Suroyo,
5 - PJOK Kebutuhjurang
A.Ma
6 Mustofa - Matematika Kebutuhjurang
Hendra Agus
7 - IPA Kebutuhjurang
Prasetyono
Ratri Hambarawati,
8 - Seni Budaya Gentansari
S.Pd
Eko Widiana Marwan,
9 - PAI Kebutuhduwur
S.Pd.I
Wahyuni Hidayati,
10 - Mulok sekolah Argasoka
S.Pd
Rizal Abdul Majid,
11 - Matematika Kutabanjar
S.Pd
12 Novan Novianto - PKn Kebutuhjurang
13 Gandi Saputra - TIK Kebutuhjurang

c. Data Tenaga Kependidikan

Tabel 4.4 Data Tenaga Kependidikan

No Nama NIP Tugas Alamat


1 Jarmini - TU Kebutuhduwur
5. Keadaan Peserta Didik

Keadaan siswa SMP Cokroaminoto Pagedongan Kabupaten

Banjarnegara Tahun Pelajaran 2016 / 2017 berjumlah 142 siswa. Distri

busi siswa dalam kelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5 Keadaan Peserta Didik

Kelas
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
VII+VIII+IX
Tahun
Jml. Jml. Jml. Jml.
Ajaran Jml. Jml. Jml. Jml.
Romb. Romb. Romb. Romb.
Siswa Siswa Siswa Siswa
Belajar Belajar Belajar Belajar
2015/2016 52 2 34 1 50 2 136 5
2016/2017 74 3 45 2 26 1 145 6
2017/2018 40 2 68 3 43 2 151 7
2018/2019 52 2 32 1 65 3 149 6
2019/2020 50 2 50 2 32 1 132 5
2020/2021 40 2 50 2 51 2 142 6

Berdasarkan dari tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang

menuntut ilmu di SMP cokroaminoto Pagedongan sudah memadai,

melihat sekolahan tersebut berada di pegunungan.

6. Keadaan Komite Sekolah

Tabel 4.6 Keadaan Komite Sekolah

NO NAMA JABATAN KOMITE


1 Maskur Ketua
2 Akhmad Sutarno Wakil Ketua
3 Akhmad Hamidin Sekretaris
4 Sutimah Bendahara
5 Ramidin Anggota
6 Ahmad Waluyo Anggota
7 Ibnu Hasan Anggota
7. Struktur Organisasi

a. Struktur Organisasi SMP Cokroaminoto Pagedongan

Tahun Pelajaran 2016/2017

Kepala Sekolah : Yuli Suswanti, S.Pd

Wakil Kepala Sekolah : Dwi Ifa wahyuniyati, S.Pd

Penanggungjawab 8 Standar :

1) Standar Isi : a) Dwi Ifa wahyuniyati, S.Pd

b) Hendra Agus Prasetyono

2) Standar Proses : a) Agus Siamto, A.Ma

b) Novan Novianto

3) Standar Pengelolaan : a) Dwi Ifa wahyuniyati, S.Pd

b) Hendra Agus Prasetyono

4) SKL : a) Suharti, S.Pd

b) Gandi Saputra

5) Standar PTK : a) Ratri Hambarawati, S.Pd

b) Rizal Abdul Majid, S.Pd

6) Srtandar Pembiayaan : a) Yuli Suswanti, S.Pd

b) Akhmad Suroyo, A.Ma

7) Standar Penilaian : a) Suharti, S.Pd

b) Wahyuni Hidayati, S.Pd

8) Standar SARPRAS : a) Mustofa

b) Eko Widianamarwan, S. Pdi

Bendahara BOS : Yuli Suswanti, S.Pd


Bendahara Sekolah : Gandi Saputra

Wali Kelas VII A : Ratri Hambarawati, S.Pd

Wali Kelas VII B : Suharti, S.Pd

Wali Kelas VIII A : Hendra Agus Prasetyono

Wali Kelas VIII B : Agus Siamto, A.Ma

Wali Kelas IX A : Yuli Suswanti, S.Pd

Wali Kelas IX B : Rizal Abdul Majid, S.Pd

B. Deskripsi Data

1. Data Keterampilan Berpikir Kritis (Pre-test dan Post-Test) Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan perhitungan statistik hasil pre-test dan post-test oleh

kelas eskperimen dan kelas kontrol, maka didapat beberapa nilai

pemusatan dan penyebaran data dari pre-test dan post-test tersebut

disajikan pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 4.7 Ukuran Pemusatan Dan Penyebaran Data

Keterampilan Berpikir Kritis (Pre-test dan Post-Test) Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Pre-test Post-test


Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Nilai 57 57 98 64
tertinggi
Nilai 14 34 57 32
terendah
KKM 70 70 70 70
Ketuntasan 0 Siswa 0 siswa 16 Siswa 0 siswa
(%) (0%) (0%) (67%) (0%)
Rata-rata 40,80 43,90 75,55 47,75
Berdasarkan tabel diketahui bahwa nilai Pre-test maksimum kelas

eksperimen adalah 57, sedangkan kelas kontrol adalah 57. Nilai minimum

pada kelas eksperimen adalah 14, sedangkan nilai minimum kelas kontrol

sebesar 34. Nilai Post-test maksimum kelas eksperimen adalah 98,

sedangkan kelas kontrol adalah 64. Nilai minimum pada kelas eksperimen

adalah 57, sedangkan nilai minimum kelas kontrol sebesar 32. Rata-rata

nilai Pre-test pada kelas eksperimen adalah sebesar 40,80, sedangkan pada

kelas kontrol sebesar 43,90. Rata-rata nilai Post-test pada kelas

eksperimen adalah sebesar 75,55, sedangkan pada kelas kontrol sebesar

47,75.

2. Data Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Dan

Kelas Kontrol

Berdasarkan perhitungan statistik hasil uji gain oleh kelas

eskperimen dan kelas kontrol, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan

penyebaran data dari pre-test dan post-test disajikan pada tabel 2 berikut

ini.

Tabel 4.8 Ukuran Pemusatan Dan Penyebaran Data

Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Dan

Kelas Kontrol

Data Uji Gain


Kelas Eksperimen Kontrol
Nilai <g> 0,587 0,069
Kriteria Sedang Rendah
Berdasarkan tabel diketahui bahwa nilai <g> kelas eksperimen

adalah 0,587, sedangkan kelas kontrol adalah 0,069. Kriteria peningkatan

keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen adalah termasuk

sedang, sedangkan pada kelas kontrol adalah termasuk rendah.

3. Data Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Examples Non

Examples Di kelas Eksperimen

Berdasarkan perhitungan statistik hasil angket respon siswa

terhadap pembelajaran examples non examples di kelas eksperimen, maka

didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari respon siswa

tersebut yang disajikan pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 4.9 Ukuran Pemusatan Dan Penyebaran Data Hasil

Angket respon siswa terhadap pembelajaran examples non examples

Kelas Eksperimen

Data Angket respon siswa


Kelas Eksperimen
Nilai 79,50
Kategori Baik

Berdasarkan tabel diketahui bahwa nilai angket respon siswa

terhadap pembelajaran examples non examples kelas eksperimen adalah

79,50, sehingga kategori angket respon siswa terhadap pembelajaran

examples non examples kelas eksperimen adalah termasuk baik.


C. Analisis Data

1. Hasil uji pendahuluan (uji rata-rata kemampuan awal/uji t awal)

Sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut dilakukan uji

pendahuluan, yaitu uji rata-rata kemampuan awal. Uji rata-rata

kemampuan awal digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan data

keadaan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dihitung dengan

menggunakan uji t-test. Perhitungan rata-rata kemampuan awal dapat

dilihat pada lampiran.

Hasil uji rata-rata kemampuan awal kedua kelompok sampel

penelitian dapat dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Uji Rata-Rata Kemampuan Awal Kelompok

Eksperimen dan Kontrol

Kelompok Jumlah ttabel thitung Kesimpulan


Sampel data
0,01 0,05
Eksperime 20 2,712 2,024 -1,30 Menerima HO dan
n menolak Ha
Kontrol 20

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh thitung sebesar -1,30 dan ttabel

pada taraf signifikan 1% dan 5% dengan derajat kebebasan 38 sebesar

2,712 untuk taraf signifikan 1% dan 2,024 untuk taraf signifikan 5%,

karena ttabel(1%) >thitung<ttabel(5%) (2,712 (1%)>(-1,30)<2,024 (5%)), maka Ho

diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.


2. Hasil Uji Prasyarat Analisis Keterampilan Berpikir Kritis

a. Uji Normalitas

Sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut dilakukan

pengujian prasyarat penelitian, yaitu uji normalitas. Uji normalitas

digunakan untuk mengetahui apakah data distribusi normal atau tidak

untuk menguji normalitas kemampuan berpikir kritis IPA siswa

dilakukan dengan menggunakan uji liliefors pada taraf signifikan (α)

0,05, dengan kriteria jikalhitunglebih besar dari ltabel maka data dinyatakan

tidak normal dan jika lhitunglebih kecil dari ltabel maka data dinyatakan

normal Perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada lampiran. Hasil

uji normalitas posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat

pada tabel 5.

Tabel 4.11 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kontrol

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


N 20 20
X 40,8000 43,9000
S 8,5446 6,4064
lhitung 0,1407 0,0290
ltabel 0,1900 0,1900
Kesimpulan Terdistribusi Normal Terdistribusi Normal

Dari tabel diperoleh lhitung<ltabel, maka dapat disimpulkan bahwa

data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Setelah data dikatakan berdistribusi normal, maka uji prasyarat

selanjutnya adalah uji homogenitas. Sama halnya dengan uji


normalitas, uji homogenitas diperlakukan sebagai n uji prasyarat

analisis statistik terhadap data nilai pre-test. Dalam penelitian ini

homogenitas disajikan pada lampiran. Berikut ini adalah hasil uji

homogenitas pre-test data penelitian dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas pre-test

Statistik Pre-test
Eksperimen Kontrol
N 20 20
X 18 19
S 73,01052632 41,04210526
Fhitung 1,778917671
Ftabel 2,16825
Kesimpulan Data Homogen

Ketentuan pengujian hipotesis homogenitas tes yaitu jika

Fhitung≤ Ftabel maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang

homogen, sebaliknya jika Fhitung>Ftabel maka dinyatakan bahwa kedua

data tidak memiliki varians yang homogen. Berdasarkan Tabel di atas

hasil perhitungan untuk data pre-test kelas kontrol dan kelas

eksperimen didapat Fhitung = 1,778917671 sedangkan Ftabel= 2,16825.

Dari data tersebut tampak bahwa hasil perhitungan tersebut didapat

Fhitung ≤ Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data keterampilan

berpikir kritis sampel tersebut mempunyai varian yang sama atau

homogen.

3. Uji Hipotesis (uji t akhir)

Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa data

hasi belajar kedua kelompok pada penelitian ini berdistribusi normal dan

homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan


menggunakan rumus uji t. Perhitungan untuk menentukan nilai t hitung

disajikan pada lampiran. Uji hipotesis menggunakan uji t dengan kriteria

pengujian, yaitu jika thitung< ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika

thitung> ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Perhitungan uji hipotesis

dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh t hitung

= 10,60 pada taraf signifikan (α) 0,01 dan (α) 0,05 dengan derajat

kebebadan (dk) = 38 diperoleh ttabel= 2,712untuk (α) 0,01 dan ttabel= 2,024

untuk (α) 0,05. Tabel 7 berikut adalah tabel hasil pengujian hipotesis data

prestasi belajar.

Tabel 4.13 Hasil Posttest Uji-t

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok Jumlah ttabel thitung Kesimpulan


Sampel 0,01 0,05 data
Eksperime 20 2,712 2,024 10,54 Menerima Ha dan
n menolak Ho
Kontrol 20

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh thitung sebesar 10,54 dan ttabel pada taraf

signifikan 1% dan 5% dengan derajat kebebasan 38 sebesar 2,712 untuk

taraf signifikan 1% dan 2,024 untuk taraf signifikan 5%, karena ttabel(1%)

<thitung>ttabel(5%) (2,712 (1%)<10,54>2,024 (5%)), maka H o ditolak dan Ha

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan

signifikan penggunaan model example non example terhadap keterampilan

berpikir kritis siswa.

D. Interpretasi Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui

“Implementasi model pembelajaran example non example terhadap perbedaan,

peningkatan keterampilan berpikir kritis, dan respon siswa dalam

pembelajaran IPA/fisika “kalor dan perpindahannya” kelas VII di SMP

Cokroaminoto Pagedongan Banjarnegara tahun ajaran 2020/2021”.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen karena penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab dan akibat serta berapa besar

pengaruh sebab akibat tersebut dengan cara memberikan beberapa perlakuan-

perlakuan tertentu pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol tidak

diberi perlakuan.

Data yang terkumpul dalam penelitian ini menggunakan metode tes

dan angket. Metode tes digunakan peneliti untuk mengetahui peningkatan

keterampilan berpikir kritis dan perbedaan keterampilan berpikir kritis antara

kelas eksperimen serta kelas kontrol peserta didik sedangkan angket di

gunakan peneliti untuk mengetahui respon siswa pada materi “kalor dan

perpindahannya” menggunakan model pembelajaran example non example

siswa kelas VII B (Kelas Eksperimen) SMP Cokroaminoto Pagedongan.

Pada bagian interpretasi data ini dijelaskan gambaran umum dari data

yang diperoleh, yaitu meliputi data skor pre-test dan pos-ttest serta angket

respon siswa dari 40 siswa yang terdiri dari kelas eksperimen dengan

pembelajaran menggunakan metode eksperimen sebanyak 20 siswa dan kelas

kontrol dengan pembelajaran konvensional sebanyak 20 siswa. Instrumen

yang diberikan pada masing-masing kelompok tersebut berupa tes kognitif


sebanyak 11 soal pilihan ganda dan 20 soal angket (kelas eksperimen) yang

telah diuji coba dan dianalisis.

Pada penelitian ini, efektivitas penggunaan model pembelajaran

example non example dilihat dari peningkatan keterampilan berpikir kritis dan

perbedaan keterampilan berpikir kritis serta respon siswa, nilai prestasi belajar

dapat dilihat dari selisih nilai kelas ekserimen dan kelas kontrol. Juga dilihat

dari hasil angket respon siswa sebagai tolak ukur dalam efektivitas

penggunaan model pembelajaran example non example.

Untuk melihat perbedaannya kita dapat melihat pada tabel 4.7. Untuk

data hasil pre-test dan pos-ttest, skor maksimum pre-test pada kelas

eksperimen adalah 57, skor minimum sebesar 14, rata-rata kelas (mean)

sebesar 40,80. Sedangkan skor maksimum pre-test pada kelas kontrol, skor

maksimum yang diperoleh siswa adalah 57, skor minimum sebesar 34, rata-

rata kelas (mean) sebesar 43,90. Skor maksimum pos-test pada kelas

eksperimen adalah 98, skor minimum sebesar 57, rata-rata kelas (mean)

sebesar 75,55. Skor maksimum pos-test pada kelas kontrol 64, skor minimum

sebesar 32, rata-rata kelas (mean) sebesar 47,75. Berdasarkan hasil uji

statistik tersebut, dapat dikatakan bahwa penguasaan materi siswa setelah

pembelajaran menggunakan model pembelajaran example non example lebih

tinggi dibandingkan dengan menggunakan model konvensional. Pengaruh

signifikan penggunaan model pembelajaran example non example juga dapat

dilihat dari tabel 7 uji t akhir yang di ujikan pada hasil post-test. Pada tabel

tersebut, thitung sebesar 10,54 dan ttabel pada taraf signifikan 1% dan 5% dengan

derajat kebebasan 38 sebesar 2,712 untuk taraf signifikan 1% dan 2,024 untuk
taraf signifikan 5%, karena ttabel (1%) <thitung>ttabel (5%) (2,712

(1%)<10,54>2,024 (5%)), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dan juga dapat

kita lihat dari tabel 3 uji respon siswa yang di ujikan adalah pada hasil

penilaian angket respon siswa,berpedoman pada interval 78<x<83 adalah

kategori baik (terlampir), pada tabel tersebut juga diperoleh nilai sebesar 79,50

dan dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap model pembelajaran

example non example adalah baik.

Keberhasilan penguasaan materi dan peningkatan keterampilan

berpikir kritis pada kelas eksperimen tidak lepas dari peranan model example

non example dalam pembelajaran kalor dan perpindahannya. Hal ini sesuai

dengan indikator berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis (1993), yaitu

merumuskan pokok-pokok permasalahan, mengungkap fakta yang ada,

memilih argumen yang logis, mendeteksi bias dengan sudut pandang yang

berbeda, dan menarik kesimpulan. Indikator tersebut sesuai dengan sintaks

model examples non examples, seperti merumuskan pokok-pokok

permasalahan yang ada sesuai dengan sintaks mempersiapkan media dan

menyajikan media, mengungkapkan fakta yang ada sesuai dengan sintaks

mencermati sajian media, memilih argumen yang logis sesuai dengan sintaks

melakukan diskusi kelompok, mendeteksi bias dengan sudut pandang yang

berbeda sesuai dengan sintaks mempresentasikan hasil diskusi, serta menarik

kesimpulan sesuai dengan sintaks membimbing kesimpulan. Selain itu,

penggunaan model example non example telah terbukti mampu meningkatkan

suatu tujuan penelitan di dalam suatu proses pembelajaran di kelas, hal ini

didukung oleh beberapa contoh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Nurul Astuty

Yensy.B dengan judul penelitian, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Examples Non Examples Dengan Menggunakan Alat Peraga Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas Viii Smp N 1 Argamakmur,

dengan hasil penelitian menunjukkan keaktifan siswa meningkat dengan nilai

dan kategori masing-masing siklus I, II dan III adalah 27 (cukup), 31 (baik)

dan 32 (baik). Serta penelitian yang dilakukan oleh Fendi Lestiawan, Arif

Bintoro Johan dengan judul penelitian, Penerapan Metode Pembelajaran

Example Non example Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar

Dasar-Dasar Pemesinan, dengan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa

penerapan metode pembelajaran example non example dapat meningkatkan

keaktifan belajar siswa kelas X TPA SMK Tunggal Cipta Manisrenggo, pada

siklus I yaitu 63,09% (19 siswa) aktif dengan kategori sedang, pada siklus II

meningkat menjadi 89,97% (27 siswa) aktif dalam kategori tinggi. Selain itu,

siswa yang belajar menggunakan model example non example terlihat lebih

menikmati pembelajaran tentang kalor dan perpindahannya. Hal tersebut

karena model example non example merupakan model belajar yang lebih

menekankan pada konsep pembelajaran menggunakan gambar yang

sebelumnya belum banyak di ketahui oleh siswa. Oleh karena itu pengalaman

belajar yang diperoleh siswa lebih bermakna dan lebih menarik.

Perbedaan pengaruh tersebut di sebabkan karna siswa yang di ajarkan

dengan model example non example di kaitkan dengan kehidupan yang

berbasis fenomena alam, selain itu siswa di berikan banyak gambar-gambar

yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari untuk mencari informasi seluas-


luasnya pada kalor dan perpindahannya, dengan cara bertanya kepada

teman,membaca buku referensi dan bertanya kepada guru, serta mengamati

gambar-gambar yang telah disiapkan oleh guru.

Sedangkan siswa yang di ajarkan dengan pembelajaran konvesional

yang berpusat pada guru membuat keaktifan siswa tidak terlalu di tuntut.

Informasi yang di peroleh siswa hanya bersumber dari guru semata serta tidak

ada tuntutan untuk mencari informasi mengenai materi kalor dan

perpindahannya di buku penunjang atau arahan diskusi.

Materi kalor dan perpindahannya merupakan hal yang perlu di lakukan

praktikum jika hanya mengandalkan tulisan dan cerita saja maka hasilnya

akan sangat kurang baik, oleh karena itu penggunaan model example non

example dirasa berperan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis,

serta mengetahui perbedaan, dan respon siswa, karena dengan adanya

pengamatan dengan proses mencari konsep yang belum diketahui oleh siswa

akan membuat siswa memahami dan dapat meningkatkan daya ingatnya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat di ambil

kesimpulan:

1. Ada perbedaan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang

menggunakan model examples non examples berbasis fenomena alam

dibanding dengan siswa yang belajar dengan tidak menggunakan model

examples non examples berbasis fenomena alam, yang ditunjukan dengan

thitung (10,54) lebih besar dari ttabel (2,712) untuk taraf signifikan 1% dan

(2,024) untuk taraf signifikan 5%, (2,712 (1%)<10,54>2,024 (5%)).

2. Ada peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan

model pembelajaran example non example. Hasil tersebut di tunjukan

dengan hasil uji gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, yaitu

kelas eksperimen sebesar 0,587 (termasuk kategori sedang) dan kelas

kontrol sebesar 0,069 (termasuk kategori rendah).

3. Respon siswa terhadap model pembelajaran example non example pada

kelas eksperimen. Menunjukan nilai rata-rata sebesar 79,50 (termasuk

kategori baik).

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dirumuskan di atas diharapkan ada suatu

usaha dan tindakan. Untuk itu agar menjadi suatu tindakan perlu adanya

saran-saran, penulis mengajukan saran sebagai berikut :


1. Bagi Pengembangan Ilmu

Karena pentingnya ilmu dalam kehidupan manusia maka diperlukan

suatu cara yang lebih baik sehingga mampu mengembangkan ilmu yang

telah ada sebelumnya menjadi lebih baik lagi, dan model pembelajaran

example non example ini sebagai salah satu cara dalam mengembangkan

ilmu yang telah ada, dengan cara memperbaiki proses kegiatan

pembelajaran, agar aktivitas pembelajaran bagi siswa lebih menarik dan

tidak membosankan sehingga siswa dapat belajar dengan lebih baik serta

dapat menyerap materi pembelajaran lebih banyak.

2. Bagi guru

Guru di sarankan menerepakan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran example non example ini sebagai pilihan dalam praktik

pembelajaran di kelas, agar aktivitas belajar siswa dapat meningkat,

sehingga siswa tidak cepat bosan selama proses pembelajaran berlangsung

dan menyukai pelajaran IPA.

3. Bagi siswa

Siswa di harapkan bisa selalu berperan aktif di dalam kegiatan

pembelajaran dengan menjadikan guru sebagai pembimbing dan

menerapkan sikap ilmiah dalam setiap kegiatan pembelajaran.

4. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah dapat menjalin kerjasama atau hubungan

dengan orang tua wali murid, hal ini dikandung maksud agar dari sekolah

dapat memberikan informasi kepada orang tua siswa agar ikut berperan
aktif dalam masalah prestasi belajar dan sikap ilmiah putra putrinya

terutama dalam hal pemberian pengertian tentang pentingnya perhatian.


DAFTAR PUSTAKA

Astriani, Rahayu. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Example Non Example


Berbantu Media Gaser Terhadap Ketrampilan Menulis Deskripsi Siswa
Kelas Iv Sd N Ngesrep 01. Jurnal Pendas Mahakam.Vol 1 dan Vol 2.

Azwar, Saifuddin. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi, Ni Nyoman Purna, dkk. 2014. Model Pembelajaran Examples Non


Examples Berbasis Lingkungan Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa”. e-journal MIMBAR
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 2 No. 1

Djafar, Nur Asmah. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Example Non


Example Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Kelas Viii.K Smp Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Jurnal
Bionature, Volume 15, Nomor 2.

Fatmawati, Harlinda, dkk. 2014. Analisis Berpikir Kritis Siswa Dalam


Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok
Bahasan Persamaan Kuadrat (Penelitian Pada Siswa Kelas X Smk
Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014). Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685 Vol.2, No.9

Istikomah, Hidayatul. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Examples Non


Examples Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Al
-Qur’an Hadits Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah 01 Betak Kalidawir
Tulungagung, (Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung). Skripsi Diterbitkan.

Johar, Rahmar dan Latifah Hanum. 2016. Strategi Belajar Mengajar. Cetakan I;
Yogyakarta: Deepublish.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.


Bandung: PT Refika Aditama.

Kuspriyanto, Budi dan Sahat Siagian. 2013. Strategi Pembelajaran Dan


Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal
Teknologi Pendidikan, Vol.6, No. 2.

Lestiawan, Fendi dan Arif Bintoro Johan. 2018. Penerapan Metode Pembelajaran
Example Non-Exampleuntuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasilbelajar
Dasar-Dasar Pemesinan. Jurnal Taman VokasiVolume 6, Nomor 1.
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pahlawaniati, Minuk. 2019. Pengenalan Konsep Gejala Alam Melalui


Pendekatan Kontekstual Dengan Media Flipchart Pada Anak Kelompok
B TK Kusuma Surabaya. , (jurnal yang diterbitkan).

Sari, Ni Luh Putu Mita, dkk. 2016. Model Mind Mapping Dalam Pendekatan
Saintifik Berbantuan Mediapowerpoint Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pengetahuan IPA. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Ju rusan PGSD Vol: 4 No: 1.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan ( pendekatan kuantitatif,


kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Statistik untuk Penelitian. Cetakan 28; Bandung: Alfabeta.

Sukarsa, Wy, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Berbantuan


Media Microsoft Powerpoint Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Ipa Siswa Kelas Iv Semester 1 Sd Negeri 6 Menanga. Jurnal
Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol: 2
No: 1.

Surono, Apriyaji. 2011. Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Berbantuan Media Powerpoint Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Pokok
Bahasan Jurnal Khusus. Skripsi Sarjana, Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Skripsi Diterbitkan.

Yensy, Nurul Astuty. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Examples Non Examples Dengan Menggunakan Alat Peraga Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas VIII SMPN 1 Argamakmur.
Jurnal Exacta: Volume X No. 1.

Yusuf, Munir. 2018. Pengantar Ilmu pendidikan. Cetakan I; Palopo: Lembaga


Penerbit Kampus IAIN Palopo.

Zakiah, Linda dan Ika Lestari. 2019. Berpikir Kritis Dalam Konteks
Pembelajaran. cet I; Bogor: Erza Tama Karya Abadi.
Lampiran 1

SILABUS PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP Cokroaminoto Pagedongan


Kelas/Semester : VII/1
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan AlamB
Standar Kompetensi :
Kompetensi Materi Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Sumber
Dasar Pembelajaran Pencapaian Waktu Belajar
Kompetensi
3.1 Kalor dan  Melalui 3.1.1 Angket, pre- 5 JP Buku IPA
Menganalisis Perpindahannya pengamatan untuk Menjelaskan test, dan SMP kelas
konsep suhu, menentukan konsep suhu, post-test VII,
pemuaian, pengaruh kalor pemuaian, Puskurbuk
kalor, dalam pada suhu kalor, 2013
perpindahan dan pemuaian, serta perpindahan
kalor, dan dalam kehidupan kalor, dan
penerapannya sehari-hari. penerapannya
dalam dalam
kehidupan mekanisme
sehari-hari menjaga
terasuk kestabilan suhu
mekanisme tubuh pada
menjaga manusia dan
kestabilan suhu  Melakukan hewan serta
tubuh pada percobaan dengan dalam
manusia dan alat penentu suhu kehidupan
hewan. dan perubhannya sehari-hari.
serta pengaruh 3.1.2
kalor terhadap Melakukan
perubahan wujud percobaan
zat. untuk
menyelidiki
suhu dan
 Mengelompokan perubahannya
perpindahan kalor serta pengaruh
secara konduksi, kalor terhadap
konveksi, dan perubahan suhu
radiasi dan perubahan
wujud benda.
3.1.3
4.1 Melakukan Melakukan
percobaan  Menyimpulkan penyelidikan
untuk hasil pengamatan terhadap cara
menyelidiki dan percobaan berisi
pengaruh kalor penambahan
terhadap suhu kalor secara
dan wujud konduksi,
benda serta konveksi, dan
perpindahan radiasi.
kalor. 4.1.1 Menyusun
hasil percobaan
dan
penyelidikan
dalam bentuk
poster
(makalah).
4.1.2 Membuat
laporan hasil
percobaan dan
penyelidikan
tentang kalor
dan
perpindahannya
.
Lampiran 3: Kisi-Kisi Angket (TES)

Kisi-Kisi Angket

No Aspek Nomor Pernyataan


1. Semangat dalam mengikuti pembelajaran 1, 2
2. Penggunaan Media 3, 4, 5, 6
3. Ketertarikan dalam mempelajari IPA 7, 8
4. Memudahkan memahami konsep dan 9, 10, 11
pentingya IPA dalam kehidupan
5. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa 12, 13, 14
terhadap keterampilan berpikir kritis
6. Kejelasan dalam pemberian tugas 15, 16, 17
7. Pendapat siswa tentang model pembelajaran 18, 19, 20
terhadap materi kalor dan perpindahannya
Lampiran 4: Kisi-Kisi Soal (TES)

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Pembelajaran IPA

No Indikator No. Butir Jumlah Butir


Pertanyaan Soal
1. Mengidentifikasikan perpindahan 2, 6 2
energi panas dapat menyebabkan
perubahan wujud suatu benda
2. Menguraikan perpindahan sumber 4, 1
energi panas dalam kegiatan
sehari-hari
3. Mampu menggabungkan pokok- 5, 10 2
pokok masalah menjadi suatu
susunan atau permasalahan baru
mengenai materi suhu dan kalor
4. Mampu menggabungkan pokok- 8 1
pokok masalah menjadi suatu
susunan atau permasalahan baru
mengenai materi yang dapat
menghantarkan panas dengan baik
dan tidak dapat menghantarkan
panas dengan baik.
5. Memecahkan masalah yang 1, 7, 9 3
berhubungan dengan peristiwa
perpindahan suhu dan kalor.
6. Menyimpulkan hal-hal penting 3, 1
dalam peristiwa suhu dan kalor
yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.

7. Menilai perilaku atau tindakan 11, 12 2


suatu masalah mengenai peristiwa
perpindahan energi panas dalam
kehidupan sehari-hari
Jumlah 12
Lampiran 5: Angket Respon Siswa (TES)

ANGKET

Petunjuk Pengisian!

1. Pastikan anda telah mengisi data diri anda pada tempat yang telah tersedia.
2. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda (v) pada kolom yang
telah disediakan, SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RR (Ragu-Ragu), TS
(Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama, teliti, dan pilihlah yang sesuai.
4. Jawablah pertanyaan dibawah dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan
kondisi anda.
5. Angket ini tidak berpengaruh pada nilai akademik anda.

Option
No Pernyataan
SS S RR TS STS
1 Saya sangat senang mengikuti
pembelajaran IPA
2 Pembelajaran yang dilaksanakan sangat
membosankan
3 Guru menggunakan media yang
menarik dalam menjelaskan
permasalahan dan pemberian tugas
4 Media yang digunakan guru dalam
pembelajaran ini, sangat membantu
saya dalam memahami tugas yang harus
dikerjakan
5 Dalam pembelajaran ini, guru sangat
memanfaatkan media dengan baik
6 Gambar yang terdapat dalam materi
pembelajaran jelas, menarik, dan sangat
membantu memahami materi pelajaran
7 Pembelajaran IPA dengan
menggunakan model ini membuat saya
semakin tertarik terhadap pelajaran IPA
8 Pembelajaran IPA dengan
menggunakan model ini membuat saya
lebih mudah menerapkan pembelajaran
IPA dalam kehidupan sehari-hari
9 Pembelajaran IPA dengan
menggunakan model ini membuat saya
lebih memahami materi pelajaran yang
diberikan
10 Pembelajaran IPA ini membuat saya
lebih menyadari pentingnya
mempelajari IPA dalam kehidupan.
11 Melalui pembelajaran ini, saya semakin
menyadari pentingnya menjaga
lingkungan
12 Model pembelajaran ini membuat saya
lebih terampil dan berpikir kritis
13 Model pembelajaran ini membuat saya
kurang terampil dan berpikir kritis
14 Saya termotivasi untuk lebih banyak
belajar dan mampu menyelesaikan soal-
soal
15 Dengan model ini saya merasa sangat
terbantu ketika guru meminta saya
merencanakan suatu tugas
16 Dengan pembelajaran model ini
membuat saya bingung dengan tugas
yang diberikan
17 Model pembelajaran ini memudahkan
saya menjawab soal-soal tes
18 Saya setuju model examples non
examples diterapkan pada pembelajaran
materi kalor dan perpindahannya
19 Model pembelajaran ini membuat
keingintahuan saya besar
terhadap pokok bahasan kalor dan
perpindahannya
20 Belajar IPA menggunakan model ini
membuat materi mudah diingat
Lampiran 6: Soal Tes (TES)
SOAL TES
1. Rendi membuatkan secangkir kopi untuk ayahnya. Setelah mencampur
kopi dan gula, Rendi menuangkan air dari dalam termos ke cangkir dan
memegangnya, lalu tangan rendi kepanasan. Mengapa tangan rendi
kepanasan ketika memegang gelas? Lalu bagaimana caranya supaya
tangan Rendi tidak merasakan panas ketika membawakan kopi kepada
ayahnya, berikan 2 cara yang tepat menurutmu?

2. (a) (b) (c)


Perhatikan gambar diatas!
Es krim diletakkan pada ketiga tempat yang berbeda. Es krim (a)
diletakkan di bawah paparan sinar matahari, es krim (b) diletakkan di atas
meja dalam ruangan/dalam rumah, dan es krim (c) diletakkan di dalam
sebuah lemari es. Manakah es krim yang mencair terlebih dahulu? Faktor
apa menyebabkan es krim mencair? Mengapa es krim didalam lemari es
tidak mencair?

3. (a) gambar besi yang dipanaskan

(b) gambar tembaga yang dipanaskan

Perhatikan gambar tersebut!


Termasuk peristiwa apakah perpindahan panas pada gambar di atas?
Manakah yang menghantarkan panas lebih cepat, besi atau tembaga?
Apakah yang menyebabkan tangan bisa panas ketika besi dan tembaga
tersebut dipegang tangan?

gagang

Ingkaran wajan
4. (a) wajan besar

(b) wajan kecil


Perhatikan gambar berikut!
Pada kedua wajan diatas masing-masing diberi air sebanyak 7 sendok air,
kemudian direbus dengan api yang sama dan waktu yang sama pula. Pada
wajan manakah air yang mendidih terlebih dahulu? Lalu mengapa air
tersebut medidih lebih cepat? Termasuk perpindahan kalor apakah yang
terjadi pada peristiwa tersebut?

5. Air embun

Kakak sedang membuat es teh, didalam gelas sudah ada air teh yang
masih panas, kemudian kakak memasukkan es batu ke dalam gelas
tersebut. Apakah terdapat perubahan wujud dari es tersebut? Mengapa
pada gelas bagian luar terbentuk air embun? Lalu mengapa air embun
yang terdapat di luar gelas warnanya bening,tidak sama seperti warna es
teh didalam gelas?

6. (a) sendok logam

(b)sendok kayu
Perhatikan gambar diatas!
Peralatan dapur ibu terdiri dari berbagai macam jenis. Ibu ingin mengaduk
sayur menggunakan sendok. Sendok sayur yang ibu punya terbuat dari
kayu dan logam. Manakah sendok yang menghantarkan panas lebih baik,
serta jelaskan mengapa? Bantu ibu untuk memutuskan sendok mana yang
lebih baik digunakan untuk mengaduk sayur! Tuliskan alasanmu!

7. Alas/bawah

Perhatikan gambar diatas! setrika


Bahan-bahan apa sajakah yang dimiliki pada setrika? Mengapa bagian
alas/bawah setrika tersebut dapat berubah menjadi panas ketika
disambungkan ke listrik? Mengapa pada gagang setrika tidak panas ketika
dipegang pada saat menyetrika?
8.
Perhatikan gambar diatas!
Pada gambar diatas tampak perbedaan pada kabel listrik, pada siang hari
kabel memuai dan malam hari kabel menyusut. Jelaskan mengapa kabel
pada siang hari mengalami pemuain? Mengapa kabel pada malam hari
mengalami penyusutan? Mengapa pada pemasangannya kabel listrik
dibuat kendor!

9.

Pernahkah kamu melihat proses pemasangan proses pemasangan rel


kereta api seperti gambar diatas? Para pekerja selalu merancang ukuran
celah rel yang sedikit lebih besar dari ukuran sebenarnya. Mengapa
demikian? Apa yang terjadi jika para pekerja tidak merancang ukuran
celah rel tidak tepat?

10.
Pernahkah kamu melihat sebuah gelas kaca jika dituangkan air panas tiba-
tiba retak? Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Hal apa yang harus
diperhatikan agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi?
11. Perhatikan gambar cerobong asap dibawah!

Mengapa asap selalu bergerak ke atas ? Peristiwa perpindahan kalor apa


yang terjadi pada peristiwa tersebut, serta berikan penjelasannya?
Lampiran 7: Kisi-Kisi Angket (UJI COBA)

Kisi-Kisi Angket
No Aspek Nomor Pernyataan
1. Semangat dalam mengikuti pembelajaran 1, 2,3
2. Penggunaan Media 4, 5, 6,7
3. Ketertarikan dalam mempelajari IPA 8,9,10
4. Memudahkan memahami konsep dan 11,12,13
pentingya IPA dalam kehidupan
5. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa 14,15,16
terhadap keterampilan berpikir kritis
6. Kejelasan dalam pemberian tugas 17,18,19
7. Pendapat siswa tentang model pembelajaran 20,21,22
terhadap materi kalor dan perpindahannya
Lampiran 8: Angket Respon Siswa (UJI COBA)

ANGKET

Petunjuk Pengisian!

1. Pastikan anda telah mengisi data diri anda pada tempat yang telah tersedia.
2. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda (v) pada kolom yang
telah disediakan, SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RR (Ragu-Ragu), TS
(Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama, teliti, dan pilihlah yang sesuai.
4. Jawablah pertanyaan dibawah dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan
kondisi anda.
5. Angket ini tidak berpengaruh pada nilai akademik anda.

No Pernyataan Option
SS S RR TS STS
1 Saya sangat senang mengikuti
pembelajaran IPA
2 Pembelajaran IPA menjadi lebih
menarik karena mampu memadukan
berbagai keterampilan dalam proses
pembelajaran.
3 Pembelajaran yang dilaksanakan sangat
membosankan
4 Guru menggunakan media yang
menarik dalam menjelaskan
permasalahan dan pemberian tugas
5 Media yang digunakan guru dalam
pembelajaran ini, sangat membantu
saya dalam memahami tugas yang harus
dikerjakan
6 Dalam pembelajaran ini, guru sangat
memanfaatkan media dengan baik
7 Gambar yang terdapat dalam materi
pembelajaran jelas, menarik, dan sangat
membantu memahami materi pelajaran
8 Pembelajaran IPA dengan
menggunakan model ini membuat saya
semakin tertarik terhadap pelajaran IPA
9 Pembelajaran IPA dengan
menggunakan model ini membuat saya
lebih mudah menerapkan pembelajaran
IPA dalam kehidupan sehari-hari
10 Pembelajaran IPA dengan
menggunakan model ini membuat saya
lebih tertarik memahami konsep-konsep
IPA karena erat kaitannya dengan
kehidupan
11 Pembelajaran IPA dengan
menggunakan model ini membuat saya
lebih memahami materi pelajaran yang
diberikan
12 Pembelajaran IPA ini membuat saya
lebih menyadari pentingnya
mempelajari IPA dalam kehidupan.
13 Melalui pembelajaran ini, saya semakin
menyadari pentingnya menjaga
lingkungan
14 Model pembelajaran ini membuat saya
lebih terampil dan berpikir kritis
15 Model pembelajaran ini membuat saya
kurang terampil dan berpikir kritis
16 Saya termotivasi untuk lebih banyak
belajar dan mampu menyelesaikan soal-
soal
17 Dengan model ini saya merasa sangat
terbantu ketika guru meminta saya
merencanakan suatu tugas
18 Dengan pembelajaran model ini
membuat saya bingung dengan tugas
yang diberikan
19 Model pembelajaran ini memudahkan
saya menjawab soal-soal tes
20 Saya setuju model examples non
examples diterapkan pada pembelajaran
materi kalor dan perpindahannya
21 Model pembelajaran ini membuat
keingintahuan saya besar
terhadap pokok bahasan kalor dan
perpindahannya
22 Belajar IPA menggunakan model ini
membuat materi mudah diingat
Lampiran 9: Soal Tes (UJI COBA)

1. Rendi membuatkan secangkir kopi untuk ayahnya. Setelah mencampur


kopi dan gula, Rendi menuangkan air dari dalam termos ke cangkir dan
memegangnya, lalu tangan rendi kepanasan. Mengapa tangan rendi
kepanasan ketika memegang gelas? Lalu bagaimana caranya supaya
tangan Rendi tidak merasakan panas ketika membawakan kopi kepada
ayahnya, berikan 2 cara yang tepat menurutmu?

2. (a) (b) (c)


Perhatikan gambar diatas!
Es krim diletakkan pada ketiga tempat yang berbeda. Es krim (a)
diletakkan di bawah paparan sinar matahari, es krim (b) diletakkan di atas
meja dalam ruangan/dalam rumah, dan es krim (c) diletakkan di dalam
sebuah lemari es. Manakah es krim yang mencair terlebih dahulu? Faktor
apa menyebabkan es krim mencair? Mengapa es krim didalam lemari es
tidak mencair?

3. (a) gambar besi yang dipanaskan

(b) gambar tembaga yang dipanaskan

Perhatikan gambar tersebut!


Termasuk peristiwa apakah perpindahan panas pada gambar di atas?
Manakah yang menghantarkan panas lebih cepat, besi atau tembaga?
Apakah yang menyebabkan tangan bisa panas ketika besi dan tembaga
tersebut dipegang tangan?

4. Amir pergi ke Dieng. Suhu di Dieng cukup rendah, sehingga Amir merasa
kedinginan. Ketika hari semakin sore, Amir merasa semakin kedinginan
sehingga Amir memakai jaket. Ketika Amir memakai jaket, pada saat
awal amir merasa kedinginan namun lama-kelamaan badannya terasa
hangat.
a. Mengapa Amir merasa kedinginan?
b. Mengapa pada saat awal memakai jaket Amir masih kedinginan?
c. Mengapa lama-kelamaan Amir merasa hangat?
gagang

Ingkaran wajan
5. (a) wajan besar

(b) wajan kecil


Perhatikan gambar berikut!
Pada kedua wajan diatas masing-masing diberi air sebanyak 7 sendok air,
kemudian direbus dengan api yang sama dan waktu yang sama pula. Pada
wajan manakah air yang mendidih terlebih dahulu? Lalu mengapa air
tersebut medidih lebih cepat? Termasuk perpindahan kalor apakah yang
terjadi pada peristiwa tersebut?

Air embun
6.
Kakak sedang membuat es teh, didalam gelas sudah ada air teh yang
masih panas, kemudian kakak memasukkan es batu ke dalam gelas
tersebut. Apakah terdapat perubahan wujud dari es tersebut? Mengapa
pada gelas bagian luar terbentuk air embun? Lalu mengapa air embun
yang terdapat di luar gelas warnanya bening,tidak sama seperti warna es
teh didalam gelas?

7. (a) sendok logam

(b)sendok kayu
Perhatikan gambar diatas!
Peralatan dapur ibu terdiri dari berbagai macam jenis. Ibu ingin mengaduk
sayur menggunakan sendok. Sendok sayur yang ibu punya terbuat dari
kayu dan logam. Manakah sendok yang menghantarkan panas lebih baik,
serta jelaskan mengapa? Bantu ibu untuk memutuskan sendok mana yang
lebih baik digunakan untuk mengaduk sayur! Tuliskan alasanmu!
Alas/bawah
8.
setrika
Perhatikan gambar diatas!
Bahan-bahan apa sajakah yang dimiliki pada setrika? Mengapa bagian
alas/bawah setrika tersebut dapat berubah menjadi panas ketika
disambungkan ke listrik? Mengapa pada gagang setrika tidak panas ketika
dipegang pada saat menyetrika?

9.
Perhatikan gambar diatas!
Pada gambar diatas tampak perbedaan pada kabel listrik, pada siang hari
kabel memuai dan malam hari kabel menyusut. Jelaskan mengapa kabel
pada siang hari mengalami pemuain? Mengapa kabel pada malam hari
mengalami penyusutan? Mengapa pada pemasangannya kabel listrik
dibuat kendor!

10.

Pernahkah kamu melihat proses pemasangan proses pemasangan rel


kereta api seperti gambar diatas? Para pekerja selalu merancang ukuran
celah rel yang sedikit lebih besar dari ukuran sebenarnya. Mengapa
demikian? Apa yang terjadi jika para pekerja tidak merancang ukuran
celah rel tidak tepat?
11.
Pernahkah kamu melihat sebuah gelas kaca jika dituangkan air panas tiba-
tiba retak? Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Hal apa yang harus
diperhatikan agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi?

12. Perhatikan gambar cerobong asap dibawah!

Mengapa asap selalu bergerak ke atas ? Peristiwa perpindahan kalor apa


yang terjadi pada peristiwa tersebut, serta berikan penjelasannya?
Lampiran 10: Validitas Dan Reliabilitas Tes

Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
No Skor Y2
Siswa 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 S-1 4 3 4 4 4 1 2 3 2 2 1 1 31 961
2 S-2 2 4 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 19 361
3 S-3 2 4 1 2 3 2 2 2 1 2 1 1 23 529
4 S-4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 21 441
5 S-5 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 1 40 1600
6 S-6 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 2 41 1681
7 S-7 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 2 3 40 1600
8 S-8 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 42 1764
9 S-9 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 2 3 41 1681
10 S-10 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 2 3 41 1681
11 S-11 4 4 3 3 4 1 4 4 4 4 2 3 40 1600
12 S-12 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 2 4 42 1764
13 S-13 3 3 1 3 1 2 2 3 4 2 1 2 27 729
14 S-14 3 4 3 3 4 3 1 4 4 4 1 3 37 1369
15 S-15 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 2 3 40 1600
16 S-16 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 2 3 41 1681
17 S-17 4 4 3 3 3 3 1 4 4 4 2 3 38 1444
18 S-18 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3 41 1681
19 S-19 3 4 3 3 4 3 1 4 4 4 1 3 37 1369
20 S-20 3 4 3 3 4 2 1 4 4 4 1 3 36 1296
21 S-21 4 4 3 3 4 3 1 4 4 4 1 3 38 1444
22 S-22 3 4 2 3 4 2 3 4 3 2 3 3 36 1296
23 S-23 3 4 2 2 4 2 2 4 3 3 2 3 34 1156
24 S-24 3 4 2 2 4 2 2 4 3 3 2 3 34 1156
25 S-25 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 2 1 40 1600
26 S-26 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 2 1 38 1444
27 S-27 4 4 4 3 4 2 2 4 4 3 2 1 37 1369
28 S-28 3 4 4 4 4 2 2 4 4 3 2 1 37 1369
29 S-29 4 4 2 2 3 2 2 3 3 2 2 1 30 900
30 S-30 4 4 3 3 4 2 2 3 3 2 2 1 33 1089
31 S-31 4 4 2 3 2 1 2 4 4 2 3 1 32 1024
32 S-32 4 4 4 3 4 2 4 2 4 3 3 1 38 1444
33 S-33 4 4 4 3 1 2 3 3 0 3 2 1 30 900
34 S-34 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 2 1 38 1444
35 S-35 3 4 3 3 4 2 2 4 3 3 1 3 35 1225
36 S-36 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 1 3 32 1024
∑ 1280 46716
∑X 125 138 103 100 123 89 95 129 122 114 65 77  
∑ X2 449 536 321 292 451 251 295 483 450 392 129 201  
∑ XY 4528 4947 3772 3578 4490 3282 3494 4716 4495 4223 2351 2840  
rxy 0,6221 0,43918 0,61662 0,17146 0,60611 0,60853 0,50302 0,81795 0,74914 0,87789 0,33684 0,48875  
Kep valid valid valid invalid valid valid valid valid valid valid valid valid  
  σ2i 0,4159 0,1944 0,7307 0,3951 0,8542 0,8603 1,2307 0,5764 1,0154 0,8611 0,3233 1,0085  
  ∑σ2i 8,47                        
  σ2t 33,4691                        
  r11 0,76839                        
Keputusan Tinggi
r tabel 0,3291
Lampiran 11: Tingkat Kesukaran dan Daya Beda

NO ITEM
No Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
8 S-8 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3
12 S-12 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 2 4
6 S-6 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 2
9 S-9 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 2 3
10 S-10 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 2 3
16 S-16 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 2 3
18 S-18 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3
5 S-5 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 1
7 S-7 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 2 3
11 S-11 4 4 3 3 4 1 4 4 4 4 2 3
15 S-15 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 2 3
25 S-25 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 2 1
17 S-17 4 4 3 3 3 3 1 4 4 4 2 3
21 S-21 4 4 3 3 4 3 1 4 4 4 1 3
26 S-26 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 2 1
32 S-32 4 4 4 3 4 2 4 2 4 3 3 1
34 S-34 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 2 1
14 S-14 3 4 3 3 4 3 1 4 4 4 1 3
JUMLAH SA 68 71 58 50 66 55 59 70 71 69 35 44
                           
19 S-19 3 4 3 3 4 3 1 4 4 4 1 3
27 S-27 4 4 4 3 4 2 2 4 4 3 2 1
28 S-28 3 4 4 4 4 2 2 4 4 3 2 1
20 S-20 3 4 3 3 4 2 1 4 4 4 1 3
22 S-22 3 4 2 3 4 2 3 4 3 2 3 3
35 S-35 3 4 3 3 4 2 2 4 3 3 1 3
23 S-23 3 4 2 2 4 2 2 4 3 3 2 3
24 S-24 3 4 2 2 4 2 2 4 3 3 2 3
30 S-30 4 4 3 3 4 2 2 3 3 2 2 1
31 S-31 4 4 2 3 2 1 2 4 4 2 3 1
36 S-36 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 1 3
1 S-1 4 3 4 4 4 1 2 3 2 2 1 1
29 S-29 4 4 2 2 3 2 2 3 3 2 2 1
33 S-33 4 4 4 3 1 2 3 3 0 3 2 1
13 S-13 3 3 1 3 1 2 2 3 4 2 1 2
3 S-3 2 4 1 2 3 2 2 2 1 2 1 1
4 S-4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1
2 S-2 2 4 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1
JUMLAH SB 57 67 45 50 57 34 36 59 51 45 30 33

DAYA PEMBEDA TINGKAT KESUKARAN


NO ITEM SA SB IA DP KRITERIA DP NO ITEM SA SB IA TK KRITERIA TK
1 68 57 72 0,1528 jelek 1 68 57 72 0,868 mudah
2 71 67 72 0,0556 jelek 2 71 67 72 0,958 mudah
3 58 45 72 0,1806 jelek 3 58 45 72 0,715 mudah
4 50 50 72 0,0000 jelek 4 50 50 72 0,694 sedang
5 66 57 72 0,1250 jelek 5 66 57 72 0,854 mudah
6 55 34 72 0,2917 cukup 6 55 34 72 0,618 sedang
7 59 36 72 0,3194 cukup 7 59 36 72 0,660 sedang
8 70 59 72 0,1528 jelek 8 70 59 72 0,896 mudah
9 71 51 72 0,2778 cukup 9 71 51 72 0,847 mudah
10 69 45 72 0,3333 cukup 10 69 45 72 0,792 mudah
11 35 30 72 0,0694 jelek 11 35 30 72 0,451 sedang
12 44 33 72 0,1528 jelek 12 44 33 72 0,535 sedang
Lampiran 12: Validitas Dan Reliabilitas Angket

Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Sko
No Y2
Siswa 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 r
1 S-1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 7744
2 S-2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 81 6561
3 S-3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 82 6724
4 S-4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 78 6084
5 S-5 5 4 3 5 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 76 5776
6 S-6 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 85 7225
7 S-7 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 78 6084
8 S-8 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 5 82 6724
9 S-9 1 5 1 1 1 2 5 5 2 1 4 2 4 3 5 5 2 5 3 3 5 5 70 4900
10 S-10 5 4 3 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 3 87 7569
11 S-11 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 80 6400
12 S-12 5 3 4 5 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 5 3 4 3 4 3 79 6241
13 S-13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 85 7225
14 S-14 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 92 8464
15 S-15 3 5 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 5 3 4 4 4 3 3 77 5929
16 S-16 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 79 6241
17 S-17 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 86 7396
18 S-18 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 89 7921
19 S-19 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 2 77 5929
20 S-20 2 4 3 2 3 3 5 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 63 3969
21 S-21 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 78 6084
22 S-22 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 3 4 4 5 5 4 3 4 4 96 9216
23 S-23 5 3 4 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 78 6084
24 S-24 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 73 5329
25 S-25 4 5 5 4 5 4 5 3 4 3 4 4 4 4 5 5 4 3 3 4 4 5 91 8281
26 S-26 5 4 3 5 3 4 4 2 2 4 3 2 3 4 4 2 4 2 2 3 3 3 71 5041
27 S-27 5 5 3 5 3 4 4 2 2 3 4 2 4 4 4 2 4 2 3 4 4 3 76 5776
28 S-28 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 5 5 85 7225
29 S-29 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 71 5041
30 S-30 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 78 6084
31 S-31 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 81 6561
32 S-32 5 3 4 5 4 3 5 3 4 5 3 4 3 4 5 4 3 3 5 4 4 4 87 7569
33 S-33 5 4 4 5 4 4 5 4 4 2 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 93 8649
34 S-34 4 5 4 4 4 3 5 4 3 4 5 3 5 4 5 4 3 4 3 4 4 4 88 7744
35 S-35 5 4 4 5 4 4 5 5 5 2 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 91 8281
36 S-36 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 4 3 5 5 5 95 9025
29 2430

46 96
∑X 150 146 136 150 136 138 136 126 127
125 133 127 133 125 133 135 138 126 127 128 135 136  
∑ X2 652 604 532 652 532 542 538 460 465
455 505 465 505 453 513 525 542 460 465 468 519 534  
1240 119 1125 1240 1125 1137 112 1041 1051
1027 1096 1051 1096 1032 1099 1111 1137 1041 1049 1054 1110 1122
∑ XY  
3 80 7 3 7 9 05 1 0
6 3 0 3 1 6 4 9 1 2 1 3 2
0,54 0,20 0,66 0,54 0,66 0,53 0,34 0,51 0,63
0,22 0,47 0,63 0,47 0,46 0,53 0,34 0,53 0,51 0,53 0,41 0,34 0,45
rxy  
877 89 625 877 625 136 25 108 357
782 755 357 755 968 717 212 136 108 624 161 626 906
inval invali
Kep valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid  
id d
0,33 0,506 0,506 0,361 0,67 0,527 0,471 0,582 0,378 0,471 0,378 0,601 0,520 0,361 0,527 0,471 0,354 0,561
  σ2 i 0,75 0,75 0,527 0,358  
02 2 2 1 28 8 5 6 9 5 9 1 8 1 8 5 2 7
2 10,9
  ∑σ i                                            
7
55,9
  σ2 t                                            
722
  r11 0,82697                                           
Sangat
Keputusan
tinggi
r tabel 0,33024
Lampiran 13: Hasil Analisis Pre-Test Dan Post-Test

KELAS
  KELAS KONTROL
No Responden EKSPERIMEN
PRE POST   PRE POST
1 57 98   50 64
2 41 86   45 32
3 48 68   43 52
4 41 80   57 48
5 45 75   55 39
6 41 73   43 52
7 36 75   39 52
8 34 80   43 36
9 50 66   48 48
10 34 75   45 48
11 39 84   36 45
12 36 70   39 55
13 39 75   34 48
14 41 80   45 45
15 14 57   36 45
16 41 70   52 48
17 43 80   36 55
18 41 82   41 36
19 50 73   48 50
20 45 64   43 57
Jumlah 816 1511   878 955
Rata-rata 40,80 75,55   43,90 47,75
Nilai Tertinggi 57 98   57 64
Nilai Terendah 14 57   34 32
Blm Tuntas 20 4   20 20
Tuntas 0 16   0 0
% Ketuntasan 0% 67%   0% 0%
Lampiran 14: Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji T) Awal
Lampiran 15: Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji T) Akhir
Lampiran 16: Normalitas Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen

Normalitas Liliefors Eksperimen Pretest

No
X z F(z) S(z) S(z) - F(z)
.
1
1 -3,13648 0,000855 0,05 0,049145 Mean 40,8000
4
3
2 -0,79582 0,213068 0,15 -0,06307 Simpangan Baku 8,5446
4
3
3 -0,79582 0,213068 0,15 -0,06307 Lh 0,1407
4
3
4 -0,56176 0,287141 0,25 -0,03714 Lt 0,1900
6
3
5 -0,56176 0,287141 0,25 -0,03714 Terdistribusi Normal
6
3
6 -0,21066 0,416577 0,35 -0,06658
9
3
7 -0,21066 0,416577 0,35 -0,06658
9
4
8 0,023407 0,509337 0,65 0,140663
1
4
9 0,023407 0,509337 0,65 0,140663
1
4
10 0,023407 0,509337 0,65 0,140663
1
4
11 0,023407 0,509337 0,65 0,140663
1
4
12 0,023407 0,509337 0,65 0,140663
1
4
13 0,023407 0,509337 0,65 0,140663
1
4
14 0,257472 0,601593 0,7 0,098407
3
4
15 0,491537 0,688477 0,8 0,111523
5
4
16 0,491537 0,688477 0,8 0,111523
5
4
17 0,842636 0,800284 0,85 0,049716
8
5
18 1,076701 0,859193 0,95 0,090807
0
5
19 1,076701 0,859193 0,95 0,090807
0
5
20 1,89593 0,971015 1 0,028985
7
Normalitas Liliefors Kontrol Pretest

No
X z F(z) S(z) S(z) - F(z)
.
1 34 -0,79582 0,213068 0,05 -0,16307 Mean 43,9000
2 36 -0,56176 0,287141 0,2 -0,08714 Simpangan Baku 6,4064
3 36 -0,56176 0,287141 0,2 -0,08714 Lh 0,0290
4 36 -0,56176 0,287141 0,2 -0,08714 Lt 0,1900
5 39 -0,21066 0,416577 0,3 -0,11658 Terdistribusi Normal
6 39 -0,21066 0,416577 0,3 -0,11658
7 41 0,023407 0,509337 0,35 -0,15934
8 43 0,257472 0,601593 0,55 -0,05159
9 43 0,257472 0,601593 0,55 -0,05159
10 43 0,257472 0,601593 0,55 -0,05159
11 43 0,257472 0,601593 0,55 -0,05159
12 45 0,491537 0,688477 0,7 0,011523
13 45 0,491537 0,688477 0,7 0,011523
14 45 0,491537 0,688477 0,7 0,011523
15 48 0,842636 0,800284 0,8 -0,00028
16 48 0,842636 0,800284 0,8 -0,00028
17 50 1,076701 0,859193 0,85 -0,00919
18 52 1,310766 0,905032 0,9 -0,00503
19 55 1,661864 0,95173 0,95 -0,00173
20 57 1,89593 0,971015 1 0,028985
Lampiran 17: Perhitungan Homogenitas
Lampiran 18: Uji Gain

1
. Kelas Eksperimen

<g> =

75,55 - 40,8
100 - 40,8

= 34,75
59,2

= 0,587

Kriteria: N-gain termasuk kategori sedang

2
. Kelas Kontrol

<g> =

47,75 - 43,9
100 - 43,9

= 3,85
56,1

= 0,069

Kriteria: N-gain termasuk kategori rendah


Lampiran 19: Analisis Angket
Lampiran 20: Dokumentasi Kegiatan Siswa
Lampiran 22: Surat Keterangan Penelitian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Ernawati


NIM : 2016020048
TTL : Banjarnegara, 10 Januari 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Blimbing, Rt 05/ Rw 04, Desa Kebutuhduwur, Kecamatan
Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara
Program Studi : Pendidikan Fisika
Telepon : 081329321289 (whatsaap)
Riwayat Pendidikan :
 SD N 4 Kebutuhduwur
 SMP Cokroaminoto Pagedongan
 MAN 2 Banjarnegara
 Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo

Wonosobo, ...Desember 2020

Penulis

Siti Ernawati

Anda mungkin juga menyukai