Teori Keperawatan Florence Nightingale

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TENTANG

TEORI KEPERAWATAN FLORENCE NIGHTINGALE

DISUSUN OLEH :

NURSAHIDAH
NIM. 2021030027

STIKES YAHYA BIMA


TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era modern keperawatan ialah era perkembangan sistematik dari keperawatan
menuju kepada keperawatan sebagai profesi. Bermula dari pandangan dan pernyataan
dari Florence Nightingale yang mempunyai visi yang sangat maju tentang
keperawatan dalam perkembangan teori keperawatan (Kusnanto, 2004).
Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin
ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, dan
mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Teori
keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan
sehingga model keperawatan ini mengadung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu
sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam
batas kewenangan sebagai perawat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang teori Florence Nightingale
2. Apa definisi dan konsep mayor dari teori Florence Nightingale
3. Bagaimana penjelasan skema/bagan model konseptual teori FlorenceNightingale?
4. Bagaimana aplikasi model konseptual Florence Nightingale dalam
keperawatan?

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui latar belakang dan teori sejarah dari teori keperawatan menurut
Florence nightingel
2. Untuk mengetahui sumber teori untuk pengembangan teori
3. Untuk mengetahui konsep umum dan definisi dari teori modern Florence
nightingel
4. Untuk mengetahui penggunaan temuan empiris dari teori keperawatan menurut
Florence nightingle
5. Untuk mengetahui paradigma keperawatan dari Florence nightingle
6. Untuk mengetahui aplikasi teori keperawatan menurut Florence nightingle
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar belakang teori/sejarah


Florence Nightingale lahir tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam suatu
perjalanan panjang keliling Eropa. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota
kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Florence Nightingale memiliki seorang kakak perempuan bernama Parthenope. Beliau
adalah seorang anak bangsawan Inggris yang kaya, beradab dan bercita-cita tinggi
yang bernama William Edward Nightingale.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik
ayahnya, William Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga
Nightingale adalah keluarga terpandang. Ia belajar bermacam-macam bahasa yaitu
bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan lain-lain. Ia senang memelihara binatang yang
sakit, selain itu ia senang bersama ibunya mengunjungi orang miskin yang sakit serta
rajin beribadah.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang kontras.
Kakaknya, Parthenope, hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan
tanah karena pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya
cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence sendiri lebih banyak
keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. Pada suatu ketika,
pada saat Florence berdoa dengan hikmat ia mendengar suara Tuhan bahwa dalam
hidupnya menanti sebuah tugas. Pada saat itu Folrence berusia tujuh belas tahun.
Akhirnya Pada tanggal 7 Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang
pengalamannya itu dengan judul “Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk
melayani-Nya. Tetapi pelayanan apa?”
Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita
bukan karena status sosial keluarganya yang kaya tetapi merasa bersemangat disaat ia
merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar rumah
keluarganya serta ia sangat gemar mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan
rumah sakit.
Sebagai keluarga yang berasal dari kalangan mapan, keinginan Florence untuk
berkarier sebagai perawat mendapat tantangan keras. Ibu dan kakaknya sangat
keberatan dengan jalur yang hendak ditempuh Florence. Sedangkan ayahnya, meski
mendukung kegiatan kemanusiaan yang dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin
Florence menjadi perawat. Karena pada masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang
dianggap pekerjaan yang hina. Adapun alasannya adalah sebagai berikut:
a. Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara
yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi,
b. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan
terbuka sehingga profesi ini dianggap sebagai profesi yang kurang sopan untuk
wanita baik-baik, selain itu banyak pasien memperlakukan wanita yang tidak
berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak sopan (tidak senonoh),
c. Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan
karena alasan-alasan di atas,
d. Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak dibandingkan
menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat.
Meskipun mengahadapi hambatan dari keluarga dan alasan-alasan Florence
tetap memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi seorang perawat. Ketika berumur
20 tahun Florence meminta izin kepada orang tuanya untuk bekerja di rumah sakit dan
belajar tentang keperawatan. Akan tetapi orang tuanya tetap tidak mengijinkannya
karena keadaan rumah sakit pada saat itu sangaat memprihatinkan. Walaupun
mendapat larangan dari kedua orang tuanya semangat Florence untuk menjadi perawat
tidak hilang.
Pada suatu hari nenek Florence sakit. Saat itu Florence mendapat kesempatan
untuk merawat neneknya sampai pada akhirnya beliau meninggal. Dengan
pengalaman merawat neneknya tersebut bertambahlah pengalaman Florence dalam
merawat orang sakit. Florence berpendapat bahwa ia perlu menuntut ilmu agar dapat
menjalankan pekerjaan perawat dengan baik karena menolong sesama manusia sama
halnya dengan mengabdikan diri kepada Tuhan. Florence bertanya kepada seorang
dokter tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe, “Apakah pantas bagi seorang gadis
Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?” Dr. Samuel Howe
menjawab, “Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah
sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat
bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain.”
Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti
Catholic Sisters of Charity yang memberikan jalan bagi para wanita untuk
mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan
kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner.
Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah
perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa
untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para
perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa. Florence
sangat tertarik dan bersemangat menanggapi cerita Dr. Howe dan mengatakan bahwa
Kaiserworth adalah tujuannya. Pada bulan Juli 1850 saat ia telah berusia 30 tahun,
Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan
tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa
dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Tiga tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang
pertama sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in
Distressed Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam
institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke
setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat
langsung memanggil para perawat dengan menekan bel.
Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte, institusi
tersebut menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. Di sini florence
beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien
yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila
komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis berbunyi; “rumah
sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan
agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-
pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam”
Menanggapi anccaman Florence ini, Komite Rumah Sakit pada akhirnya
merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.
B. Peran Florence Nightingale pada Perang Krimea
Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap
Rusia untuk menguasai Krimea dan Konstantinopel (pintu gerbang menuju Timur
Tengah). Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih
menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit
danluka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi
ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME wartawan tersebut menuliskan
bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan
sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau
mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”.
Hati rakyat Inggris pun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa saatnya
telah tiba abgi dirinya untuk bertindak, ia pun menulis surat kepada menteri perang
saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan di perang krimea..
Pada pertemuan antara Florence dan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence
adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Dijelaskan bahwa banyak prajurit-
prajurit yang mati di Krimea bukan karena peluru ataupun bom, namun hal tersebut
disebabkan karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria yang ada jumlahnya
tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan
Florence menyanggupinya.
Sebagai Menteri Perang, Sidney Herbert meminta Florence untuk mengepalai
sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan
kesempatan tersebut dengan baik. Dia berangkat bersama sebuah tim pilihan yang
terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman
di lapangan sementara 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang
terdiri dari Biarawati Katolik Roma, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa
biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya,
Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong
semangatnya.
Tiba bulan November 1854 di Barak Selimiye, di Scutari dengan 38
rekanrekannya, mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat
tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka
bayangkan. Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung
bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang
terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat
berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Florence melihat para prajurit yang terluka tidak mendapat perawatan dengan
baik. Obat-obatan yang minim ditambah dengan tidak diperhatikannya kebersihan
sering membawa akibat yang fatal bagi pasien. Peralatan untuk menyiapkan makanan
bagi para pasien pun tidak tersedia.
Selama perang berlangsung, Florence menghadapi tantangan berat untuk
meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah
rumah sakit militer.
Dokter -dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong
tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemiliknya,
potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada
tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang
berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala
rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu. Kenyataan yang demikian
membuat Florence semakin yakin bahwa yang membunuh para prajurit justru kondisi
tempat perawatan yang sangat buruk. Sekembalinya ke Inggris, Florence
mengumpulkan lebih banyak bukti yang disodorkannya kepada Komisi Kesehatan
Angkatan Darat. Ia melaporkan betapa banyaknya prajurit yang meninggal akibat
buruknya kondisi di barak-barak. Hal inilah yang kemudian memengaruhi karier
keperawatan Florence.
C. Akhir Hidup
Florence Nightingale meninggal dalam tugasnya pada tanggal 13 Agustus
1910 pada usia 90 tahun karena penyakit tifus. Florence telah berjasa besar bagi dunia
medis, khususnya menetapkan fondasi keperawatan. Betapa perawat adalah profesi
yang penting dan harus diperlengkapi dengan pendidikan khusus. Tidak heran, bila
profesi ini kini menjadi profesi yang sangat mulia, jauh melebihi pandangan
masyarakat Inggris sebelumnya.
D. Warisan Florence Nightingale
Salah satu warisan yang sangat berharga dari Florence ialah sistem kesehatan
publik. Sistem tersebut menunjukkan keyakinannya akan hukum Tuhan, Sang
Pencipta segalanya, selain itu pendekatannya juga menyeluruh. Ia juga menekankan
pentingnya kesehatan dan pencegahan penyakit secara konsisten. Ia mencetuskan
perilaku hidup yang sehat dengan:
1. Rumah yang layak huni (sesuatu yang langka di masanya, bahkan bagi mereka
yang hidup makmur);
2. Air dan udara yang bersih;
3. Nutrisi yang baik;
4. Kelahiran yang aman (tingkat kematian dalam proses kelahiran maupun pasca
kelahiran karena demam, lebih tinggi);
5. Perawatan anak yang benar, yang ditunjukkan dengan tidak satu anak pun yang
menjadi pekerja.
Florence juga memegang peranan yang sangat penting dalam mengangkat
harkat para perawat. Meskipun bila kita cermati, hal ini sudah dilakukan sejak Pendeta
Theodor Fliedner dan istrinya membangun rumah sakit di Kaiserswerth, Florence
yang berperan menaikkan derajat para perawat sebagai profesional yang dihargai.
Pada tahun 1860, ia mendirikan Nightingale Training School bagi para perawat di
Rumah Sakit St. Thomas.
Pada tahun 1860, karya terbaiknya, Notes on Nursing dipublikasikan. Karya
ini menjadi penting mengingat di dalamnya terdapat prinsip-prinsip keperawatan yang
meliputi pengawasan yang teliti dan sensitif bagi para pasien.
Selain itu, minat dan kemampuan matematis yang dimilikinya semenjak kecil
membuat Florence menjadi salah satu tokoh yang turut berperan penting dalam hal
statistik. Ia mengompilasi, menganalisis, dan mempresentasikan pengamatan
medisnya dengan bidang yang juga dikuasai ayahnya. Salah satu peranannya ialah
dalam mempresentasikan informasi secara visual. Ia bisa dikatakan memperbaiki
"grafik kue pie" yang diperkenalkan pertama kali oleh William Playfair pada tahun
1801. Dalam penjelasannya di hadapan anggota parlemen, Florence menggunakan
grafik yang menyerupai histogram melingkar yang kita kenal belakangan, mengingat
para anggota parlemen terlihat tidak suka membaca atau memahami laporan statistik
tradisional.
Belakangan, Florence mempelajari sanitasi di India dengan statistik yang
komprehensif. Ia juga menjadi orang terkemuka yang memperkenalkan
pengembangan pelayanan medis dan kesehatan publik di sana. Atas perannya ini, ia
menjadi wanita pertama yang berbagian dalam Royal Statistical Society, yang juga
menjadi anggota kehormatan dari American Statistical Association.
Selain mempromosikan keseragaman statistik di rumah sakit Florence juga
merupakan salah satu penguji data yang berkenaan dengan kesehatan dan
keselamatan. Ia juga menjadi orang pertama yang memimpin studi tingkat kelahiran
anak-anak Aborigin di daerah-daerah koloni Inggris.
E. Sumber teori untuk pengembangan teori
Konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan
keperawatan dan perhatian di mana perawat tidak perlu memahami seluruh proses
penyakit merupakan upaya awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk
dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada
pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi
yang adekuat ( Nightingale, 1860; Torres, 1986 ). Melalui observasi dan pengumpulan
data, Nightingale menghubungkan antara status kesehatan klien dengan faktor
lingkungan dan, sebagai hasil, yang menimbulkan perbaikan kondisi higiene dan
sanitasi selama perang Crimean.
Torres mencatat ( 1986 ) mencatat bahwa nightingale memberikan konsep dan
penawaran yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik
keperawatan. Nightingale dalam teori deskripsinya memberikan cara berpikir tentang
keperawatan dan kerangka rujukan yang berfokus pada klien dan lingkungannya (
Torres, 1986). Surat Nightingale dan tulisannya tangannya menuntun perawat untuk
bekerja atas nama klien. Prinsipnya mencakup bidang pelayanan, penelitian, dan
pendidikan. Hal paling penting adalah konsep dan prinsip yang membentuk dan
melingkupi praktik keperawatan (marriner – tomey, 1994). Nightingale berpikir dan
menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi [pengkajian] bukan
demi berbagai informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyelamatan
hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan.”

F. Konsep Umum dan definisi


1. Definisi teori
Teori merupakan kumpulan konsep, definisi, dan usulan yang
memproyeksikan sebuah pandangan sistematis tentang suatu fenomena dengan
merancang hubungan khusus antar-konsep guna menggambarkan, menjelaskan,
memprediksi, dan/atau mengendalikan fenomena yang ada (Asmadi, 2008).
Untuk memudahkan alur berpikir mengenai hubungan dan pengaruh logis
antar-konsep serta untuk merealisasikan teori keperawatan ke dalam praktik,
diperlukan suatu model keperawatan. Keperawatan sebagai ilmu dan profesi harus
didukung oleh teori dan model konseptual agar pelayanan keperawatan yang
diberikan semakin professional (Asmadi, 2008).
Florence Nightingale adalah salah satu perawat pertama untuk
mendokumentasikan dampak lingkungan yang dibangun terhadap pasien. Selain
menulis tentang sanitasi, tingkat infeksi, dan ventilasi, Nightingale memahami
bahwa aspek lingkungan seperti warna, suara, dan cahaya, bersama dengan
kehadiran perawat, memberikan kontribusi untuk mendapatkan kesehatan
Florence Nightingale, yang kita kenal sebagai perawat yang membangun
landasan teori bagi profesi keperawatan, mengembangkan dan menerbitkan suatu
filosofi dan suatu teori tentang hubungan antara kesehatan dan keperawatan
(Soemowinoto, 2008). Titik berat teori ini adalah pada aspek lingkungan.
Nightingale meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat penting untuk
penanganan perawatan yang layak.
2. Konsep mayor teori Florence Nightingale
Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai
fokus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses
penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan
dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan
lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan,
kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat (jumlah vitamin atau mineral yang
cukup), dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan
pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu
menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.
Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik
keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat
dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan adalah
kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengarui proses perawatan pada
pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence Nightingale, pasien
dipandang dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan
fisik, lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik (Physical environment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi
dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang
bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam
ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus
bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan.
Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik
bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur
harus memberikan keleluasaan pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus
mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah.
Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat
ventilasi.
b. Lingkungan psikologi (Psychology environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif
dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien.
Oleh karena itu, ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya.
Mendapatkan sinar matahari, makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat
merangsang semua faktor untuk dapat mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara
menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-
putus.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya
sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar
lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan
harapan yang terlalu muluk muluk, menasehati yang berlebihan tentang
kondisi penyakitnya. Selain itu, membicarakan kondisi-kondisi lingkungan
dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para
pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
c. Lingkungan Sosial (Social environment)
Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama hubungan
spesifik (khusus), kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan
keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan
demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi
(pengamatan) dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih
sekadar data-data yang ditunjukan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komunitas dengan lingkungan sosial dugaannya
selalu dibicarakan dalam hubungan individu pasien yaitu lingkungan pasien
secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan
rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap
lingkungan secara khusus.
G. Paradigma Keperawatan Teori F.Nightingale
1. Manusia
Manusia mencerminkan tiga komponen, yaitu body, mind, and spirit.
Ketiga komponen tersebut saling berpengaruh dan menjadi satu kesatuan.
Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Kebutuhan-
kebutuhan tersebut melipupi kebutuhan bio-psiko,sosio,spiritual, kultural
(Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Ners, 2012). Manusia mencari dan
menggunakan sumber-sumber yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasarnya.
Keperawatan melihat manusia sebagai seorang klien yang menjadi sasaran
utama dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan
pandangan Nightingale mengenai manusia. Nightingale melihat manusia sama
seperti seorang klien. Konsep manusia menurut Nightingale, yaitu hubungan
timbal balik manusia dengan lingkungannya (Yetti, 2014).
Nightingale dikenal dengan teori keperawatannya yang berlandaskan pada
lingkungan sekitar pasien. Lingkungan yang dimaksud oleh Florence, yaitu
lingkungan fisik yang meliputi kebutuhan dasar manusia. Hal ini dikarenakan
situasi Nightingale yang berada pada situasi perang. Konsep manusia dalam
keperawatan menjadikan manusia sebagai pusat dalam pemberian asuhan
keperawatan dan landasan dalam praktik/asuhan keperawatan. Manusia selalu
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan hal ini dapat mempengaruhi status
kesehatannya.
Nightingale telah menginspirasi dunia keperawatan melalui pemikiran-
pemikiran hebatnya. Nightingale beranggapan bahwa setiap manusia merupakan
individu yang berbeda. Nightingale berfokus pada tujuan dalam meningkatkan
kesembuhan klien, yaitu lebih bertindak produktif dan memberikan asuhan
keperawatan yang lebih efisien. Hal ini yang menganjurkan perawat untuk
bertanya pendapat klien mengenai asuhan/pelayanan keperawatan yang
diberikan sudah sesuai dengan kondisi klien atau belum. Nightingale menekankan
bahwa perawat mengontrol dan bertanggung jawab terhadap lingkungan internal
dan eksternal klien. Hal ini secara langsung mengharuskan perawat untuk mampu
mengendalikan keinginan pribadi dan perilaku masing-masing
individu. Nightingale menekankan untuk dapat menghargai setiap orang dari
berbagai latar belakang dan tidak menghakimi orang lain.
2. Sehat-Sakit
Kesehatan adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri, dipelajari,
dilindungi, dan ditingkatkan. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus inverstasi
serta modal utama untuk berkarya dan beraktifitas serta produktif merupakan
tujuan hidup manusia. Sehat adalah keadaan seseorang yang dapat memenuhi
kebutuhan pokoknya sebagai umat manusia sesuai dengan tingkat dan derajat
masing-masing. Sehat yaitu individu yang mampu memanipulasi pengaruh
lingkungan tanpa menimbulkan ketegangan serta tidak menimbulkan ketidak
seimbangan pada dirinya. Sehat adalah adanya keseimbangan komponen-
komponen biologis, psikologis, sosial budaya dan spritual individu.
Nightingale mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan baik dan
menggunakan semua kekuatan atau sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup
(Alligood dan Tomey, 2010). Nightingale juga mendefinisikan kesehatan sebagai
kondisi sejahtera dan mampu memanfaatkan setiap daya yang dimiliki hingga
batas maksimal, sedangkan penyakit merupakan proses perbaikan yang dilakukan
tubuh untuk membebaskan diri dari gangguan yang dialami sehingga individu
dapat kembali sehat (Asmadi, 2008). Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh
berbagai macam dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh,
baik fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi tubuh.
Nightingale melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan
(reparative process) (Kusnanto, 2004). Konsep sehat-sakit Nightingale berfokus
pada perbaikan untuk sehat. Asumsi sehat-sakit Nightingale ialah perawatan
sebagai wujud tanggung jawab seseorang terhadap kesehatan. Manfaat teori ini
ialah menjadi suatu pijakan bagi pengembangan teori keperawatan sesudahnya,
dapat diterapkan dengan modifikasi dalam banyak tatanan keperawatan,
mendorong pemikiran produktif bagi perawat dan profesi keperawatan (Asmadi,
2008).
3. Lingkungan
Lingkungan adalah semua kondisi yang mungkin mempengaruhi klien dan
tempatnya berada, dimana terdapat kebutuhan pelayanan kesehatan.Terdapat
hubungan berkelanjutan antara klien dan lingkungan. Hubungan tersebut dapat
berupa pengaruh positif dan negative pada tingkat kesehatan manusia dan
kebutuhan pelayanan kesehatan. Selain itu, semua faktor-faktor di rumah, tempat
kerja, atau komunitas juga mempengaruhi tingkat kesehatan klien dan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
Dengan meyakini pentingnya faktor kondisi lingkungan yang sehat
berhubungan dengan status kesehatan klien. Didalamnya terdapat banyak
komponen lingkungan yang penting yang berpengaruh pada kesehatan, seperti
udara segar, air bersih, saluran pembuangan yang efisien, kebersihan, cahaya, dll.
Dengan aspek komponen lingkungan yang paling diutamakan
oleh Nightingale ketika melakukan perawatan terhadap klien yaitu ventilasi yang
cukup bagi klien.
Pada Meleis (2006) menyebutkan bahwa konsep Nightingale tentang
lingkungan berfokus pada pelayanan keperawatan dan sarannya, bahwa perawata
tidak perlu mengatahui semua tentnag proses penyakit yang merupakan awal
usaha untuk membedakan antara keperawatan dengan kedokteran, seperti
penyediaan udara segar, pencahayaan, kehangatan, sanitasi, ketenangan, dan
nutrisi yang kuat (Nightingale, 1860)
4. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu profesi yang mengabdi pada manusia dan
kemanusiaan, mendahulukan kepentingan kesehatan masyarakat diatas
kepentingan sendiri, menggunakan pendekatan holistic, bentuk pelayanannya
bersifat humanistik, dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan
berpegang pada standar asuhan keperawatan serta menggunakan kode etik
keperawatan sebagai tuntutan utama melaksanakan asuhan keperawatan. Teori
Nightingale dan kaitannya dengan keperawatan, Nightingale merupakan pelopor
model awal keperawatan
H. Aplikasi Proses Keperawatan
Membuat pasien merasa nyaman dan tenang di lingkungan rumah sakit
merupakan hal yang perlu dilakukan. Cara yang dilakukan untuk membuat pasien
merasa nyaman, pada saat memberi makanan di rumah sakit misal dengan
membersihkan meja tempat tidur dan yakinkan ada tempat untuk semua piring.
Makanan harus di hidangkan pada nampan bersih dan harus terlihat menarik.
Yakinkan ada alat makan yang digunakan.
Melalui observasi dan pengumpulan data Nightingale menghubungkan antara
status kesehatan klient dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang menimbulkan
perbaikan kondisi higiene dan sanitasi selama perang Crimean. Kondisi higene
penting untuk membantu pasien tetap bersih dan untuk merawat kulit, mulut, rambut,
mata, telinga, kuku. Di jaman sekarang ketika seseorang sakit, akan sulit memikirkan
tentang mandi atau menyikat gigi atau membersihkan kuku, bernapas atau mengatasi
nyeri tampak lebih penting. Oleh karena itu, perawat perlu melihat apakah pasien
dapat mebersihkan diri mereka sendiri dan membantu mereka bila mungkin. Penting
untuk menanyakan pasien apa yang biasanya mereka lakukan dan bagaimana mereka
menginginkan bantuan. Praktek budaya dan agama dapat membedakan praktek
higiene. Higiene adalah sangat pribadi dan masing – masing individu mempunyai ide
yang berbeda-beda tentang apa yang mereka ingin lakukan. Jika memungkinkan,
perawat harus membantu pasien memenuhi kebutuhan pribadinya daripada melakukan
standard rutin.
Florence Nightingale memfokuskan beberapa komponen dalam merawat
pasien yang diterapkan dalam keperawatan saat ini, dalam hal ini ventilasi menjadi
pokok utama dalam menentukan penyembuhan pasien.
1. Udara segar
Florence berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-
menerus merupakan prinsip utama dalam perawatan. Oleh sebab itu, setiap
perawat harus menjaga udara yang harus dihirup klien tetap bersih, sebersih udara
luar tanpa harus membuatnya kedinginan.
2. Air bersih
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu penyakit
pada pasien. Oleh karena itu, perawat harus berusaha dengan baik agar air tetap
terjaga kebersihannya.
3. Saluran pembuangan yang efesien
Dalam hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan
keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran
sehingga terpenuhinya kebutuhan pasien secara efisien.
4. Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang terpenting dalam merawat pasien.
Perawat memerlukan kebersihan yang optimal agar mempercepat proses
penyembuhan. Focus perawatan klien menurut Nightingale adalah pada
kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh
tingkat kebersihan, baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.
5. Cahaya
Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatan klien adalah
cahaya matahari. Nightingale yakin sinar matahari dapat memberi manfaat yang
besar bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga perlu membawa klien
berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar matahari selama tidak terdapat
kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh dilakukan).
Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan penyakit,
tetapi tidak untuk menyembuhkan penyakit. Ini karena tugas seorang perawat
adalah merawat orang yang sakit dan dokter adalah orang yang berperan penting
dan sangat membantu dalam proses penyembuhan penyakit. Itulah beda perawat
dan dokter. Perawat juga bukan hanya memberikan obat untuk menyembuhkan
penyakit kepada si pasien, tetapi mereka juga harus bisa membuat lingkungan
fisik, psikologis, sosial pasien sembuh. Setelah mereka merasa sehat atau sembuh
dari penyakit baik lahir maupun batin mereka tenang dan nyaman. Pada saat
pasien berada di rumah sakit pun perawat di tuntut untuk memberikan
kenyamanan bagi pasien, artinya kita bisa meringankan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai fokus
asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit
model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan lebih
diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adekuat (jumlah vitamin atau mineral yang cukup),
dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan
semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik
keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain. Inti konsep Florence
Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri
dari lingkungan fisik, lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial.

B. Saran
Dalam praktik pelayanan kesehatan sehari-hari perlu adanya penerapan teori
modern nursing ini oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
pasien. Selain itu, perawat perlu memahami lebih dalam lagi tentang teori
keperawatan menurut florence nightingale ini, supaya dapat meningkatkan kualita
pelayanan terhadap klien/pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Asmandi.(2008).Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC.


Potter,P.A. & Perry, A.G. (2010).Fundamental Keperawatan (3-vol set). Edisi Bahasa
Indonesia 7 Edition. Elseiver (Singapore) Pte.Ltd.
https://ahmadjamal09.blogspot.com/2017/12/teori-florence-nightingale.html?m=1
https://mediaangkona.blogspot.com/2013/12/sejarah-florence-nightingale.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai