Analisis Kelayakan Isi Buku Teks Bahasa Inggris Untuk Smp/Mts Di Kota Serang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

1

ANALISIS KELAYAKAN ISI


BUKU TEKS BAHASA INGGRIS UNTUK SMP/MTS DI KOTA SERANG

M.N. Arifin
[email protected]
Sultan Maulana Hasanuddin Banten State Islamic University

Abstract

In every process of learning activities, textbooks are not only a source of learning,
but also teaching materials that are always needed by teachers and students. Even
though the development of information and communication technology (ICT) both
software and hardware has had an influence on the field of education, including
learning media, but in practice, textbooks remain valuable references for the learning
process in school. The aims of this research is to find qualified English textbooks for
students of secondary school by analysing textbooks content using McDonough &
Shaw (2003) criterias. The method of this research is content analisis. The result of
this research is (1) that the selected English textbooks in this research have meet all
McDonough & Shaw’s criteria, (2) the textbooks have also meet the standards of
KTSP (School-based Curriculum), (3) the feasibility and graphics of the textbooks
are generally interesting and good, except for the class VIII "When English Rings a
Bell" book, the illustrator and the pictures are a little less interesting.

Keywords : buku teks, bahasa Inggris, kalayakan.

1. Pendahuluan

Dalam setiap proses kegiatan belajar, buku teks tidak hanya menjadi salah satu
sumber belajar, tetapi juga bahan ajar yang selalu dibutuhkan guru dan siswa.
Kendatipun perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) baik software
maupun hardware telah membawa pengaruh terhadap bidang pendidikan termasuk
media belajar, tetapi dalam praktiknya, buku teks tetap menjadi rujukan primadona
bagi proses belajar di sekolah. Tidak mengherankan jika anggaran pengadaan buku
untuk kurikulum 2013 misalnya, mencapai jumlah yang fantastis, ±172 M. (sumber :
Kemendiknas, 2013).
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pasal 1 Ayat 23 menyatakan bahwa buku teks pelajaran adalah buku
acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam
rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian,
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan
estetis, potensi fisik  dan kesehatan yang disusun berdasarkan Standar Nasional
Pendidikan. Buku-buku itu harus memenuhi kebutuhan siswa ; sebagai referensi,
bahan evaluasi, dan alat bantu pendidik melakasanakan kurikulum.
2

Penulisan buku teks pelajaran yang sesuai fungsi, tujuan dan manfaat tentu
sudah cukup menjadikan buku pelajaran sebagai bahan ajar yang tepat. Guru maupun
peserta didik juga tidak harus dipusingkan lagi dengan pemilihan sumber belajar
yang akan digunakan. Tentu saja pemilihan buku teks sebagai sumber belajar harus
memperhatikan hal-hal khusus serta komponen-komponen penyusun sumber belajar.
Seperti dirilis pada halaman website Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud bahwa untuk menyediakan buku teks
pelajaran yang bermutu dan murah serta merangsang minat baca pendidik, tenaga
kependidikan dan peserta didik, pemerintah telah melakukan pengalihan hak cipta
buku-buku teks, baik pada satuan pendidikan SD, SMP, SMA, dan SMK dan dapat
diperbanyak, digandakan, disebarluaskan, diperdagangkan oleh pihak manapun, serta
tersedia dan dapat diakses/diunduh secara secara gratis. Pada prinsipnya buku-buku
yang telah dibeli hak ciptanya oleh Kemdikbud telah diuji kelayakannya Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 43 ayat (5)
menyatakan bahwa Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks
pelajaran ditelaah dan/atau dinilai oleh BSNP atau tim yang dibentuk oleh Menteri
dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Disamping buku-buku yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan
tersebut, berdasarkan pengamatan, penulis menemukan beberapa buku yang
diterbitkan oleh penerbit-penerbit yang cukup popular, seperti Airlangga, dan
Yudistira yang juga banyak digunakan sebagan salah satu bahan ajar di sekolah.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa Pusat Kurikulum dan Perbukuan
memiliki standar penilaian kelayakan buku teks pelajaran, yaitu Kelayakan Isi,
Bahasa, Penyajian dan ke-Grafikaan (PP.No 32 Tahun 2013). Menurut hemat
penulis, instrumen penilain kelayakan buku teks pelajaran tersebut masih terlalu
longgar, terlebih lagi jika fokus pada jenis mata pelajaran tertentu, bahasa Inggris
misalnya. Dengan kata lain, masih ada beberpa instrument pertanyaan yang secara
detail perlu dikembangkan untuk mengetahui bobot dan kualitas buku yang ada di
pasaran. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji kelayakan buku teks pelajaran
bahasa Inggris menggunakan kriteria dan instrument yang dikembangkan oleh
McDonough and Shaw (1993).

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penedekatan Analisis isi (Content Analysis). Salah


satu metode penlitian yang digunakan untuk mengetahui simpulan dari sebuah teks,
atau metode penelitian yang digunakan untuk mengungkap gagasan penulis yang
termanifestasi maupun yang tersembunyi1 Metode ini di gunakan untuk
menganalisis kelayakan isi buku teks bahasa inggris baik secara internal maupun
eksternal. Berikut ini kriterian kelayakan buku menurut McDonough & Shaw
(2003)2. Evaluasi terdiri dari ; (1) the intended audience, (2) the proficiency level, (3)
1
Klaus Krippendorff, Content Analysis, An Introduction to its Methodology, (London: SAGE
Publication, 2004), 18.
2
J. McDonough, and C.Shaw, Materials and Methods in ELT. (Blackwell, 2003),45.
3

the context in which the materials are to be used, (4) how the language has been
presented and organized into teachable units/lessons, (5) the author’s views on
language and methodology, (6) are the materials to be used as the main ‘core’ course
or to be supplementary to it?, (7) the author’s views on language and methodology is
the teacher’s book in print and locally available?, (8) is a vocabulary list/index
included?, (9) what visual material does the book contain and is it actually integrated
into the text?, (10) is the layout and presentation clear or cluttered?, (11) is the
material too culturally biased or specific...[or]…represent minority groups and/or
women in a negative way?.Untuk kajian internal, menggunakan kriteria berikut; (1)
the presentation of the skills in the materials, (2) The grading and sequencing of the
materials, (3) Where reading/’discourse’ skills are involved, is there much in the way
of appropriate text beyond the sentence?, (4) Where listening skills are involved, are
recordings ‘authentic’ or artificial?, (5) Do you feel that the material is suitable for
different learning styles, and is it sufficiently transparent’ to motivate both students
and teachers alike?

3. Kajian Teori

Beberapa definisi dapat digunakan untuk menjelaskan analisis kualitas. Istilah


ini berasal dari dua kata, analisis dan kualitas. Quality Analysis is Examination of the
quality goals of a product or service.3
Istilah lain untuk menyebut analisi kualitas adakah Quality control (QC) is a
procedure or set of procedures intended to ensure that a manufactured product or
performed service adheres to a defined set of quality criteria or meets the
requirements of the client or customer. QC is similar to, but not identical with,
quality assurance (QA)4
Menurut Goetsh dan Davis kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan.5 Sedangkan Deming mengartikan kualitas sebagai sesuatu
yang cocok untuk digunakan (fitness for use).6
Jadi analisis kualitas itu adalah suatu aktivitas atau kegiatan untuk
menganalisis suatu persoalan baik itu dengan menguraikan, membedakan,
menggolongkan, dan mengelompokkan kembali sesuatu unit atau elemen menurut
kriteria dan sifat tertentu dan akhirnya dapat menemukan makna dan kesimpulannya.

1. Buku Teks
Pada saat pengajaran secara lisan masih digunakan sebagai cara untuk
mentransfer pengetahuan di dalam kelas, teks-teks tertulis, meskipun dikemudian
hari hanya menjadi alternatif pilihan untuk belajar secara mandiri, buku teks masih

3
http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/
4
techtarget.com/definition/quality-control-QC
5
Goetsch, D. L & Davis, S. Manajemen Pemasaran Jasa (Edisi Bahasa Indonesia).
(Englewood Clifffs, NJ : Prentice Hall International, Inc. 1994), 3.
6
Fandy Tjipto, Service Quality Statitisfaction. (Jogjakarta : ANDI, 2005), 24.
4

tetap berperan sebagai salah satu media pembelajaran di kelas. Apapun bentuknya,
teks-teks itu, selama berabad-abad telah menjadi alat bantu pengajaran dan
pembelajaran.
Sejak pendidikan diwajibkan untuk semua (education for all), pada mulanya,
buku teks hanya diperkenalkan di beberapa negara saja. Sejalan dengan kemajuan
masyarakat dunia, kemudian buku teks diakui sebagai hak universal, hak setiap anak
didik dan hak untuk semua pembelajar. Penggunaannya menjadi wajib dan
keberadaan buku teks bagi guru dan siswa dianggap sebagai media yang sangat
efektif. Namun, bagi negara-negara maju, ketersediaan dan produksi buku teks
tidaklah menjadi masalah. Berbeda dengan negara-negara miskin atau berkembang
pengadaaan buku menjadi masalah tersendiri.7 Alih-alih memikirkan kualitas buku-
buku teks yang beredar, untuk mengadakan buku-buku teks tersebut menjadi
masalah negara-negaranya. Banyak sekali masalah yang harus dihadapi, dari sumber
daya manusia (human resources), finansial, kurikulum hingga sarana dan prasasaran
belajar. Walaupun demikian halnya, badan dunia di bidang pendidikan, UNESCO
terus mendorong kualitas guru melalui beragam pelatihan, beasiswa, short cours dan
beberapa usaha substansial lainnya.
Permasalah kualitas pendidikan memang menjadi masalah tidak hanya bagi
negara-negara miskin dan berkembang, tetapi juga bagi negara-negara maju.
Meskipun beragam usaha telah dilakukan, seperti akses untuk pelatihan guru, siswa
dan tenaga kependidikan. Namun, usaha-usaha ini, menurut riset UNESCO masih
belum membuahkan hasil yang signifikan. Beberapa alasan dapat diungkapkan
mengapa kualitas pendidikan belum dapat diraih, diantaranya;
a) Guru belum mempu mengelola kelas dengan baik, seperti mengajar terlalu
cepat, dibayar murah, minimnya sarana dan prasarana pengembangan
kualitas guru (pelatihan, workshop dst).
b) Problem kelas besar selalu menjadi kendala bagi upaya peningkatan mutu
pendidikan.
c) Minimnya sarana dan materi ajar, khususnya buku teks. Di samping itu,
pelatihan pengembangan bahan ajar lain, seperti audio visual, internet, dan
media-media sosial lain masih sangat kurang.8
Meskipun secara statistik, sulit untuk mengevaluasi secara persis ketersediaan
buku-buku teks di negara maju dan berkembang saat ini. Namun, setidaknya dapat
digambarkan keadaan buku di negara-negara maju dan berkembang. Di negara maju,
produksi buku untuk kebutuhan siswa, dapat dikatakan tidak mengalami kendala.
Bahkan dalam banyak hal, negara-negara maju mampu mengekspor buku-buku teks
dan peralatan belajar lain kepada negara-negara berkembang.
Hampir dapat dipastikan semua guru dan ahli pendidikan sependapat, bahwa
buku (textbook) merupakan sumber belajar yang amat menarik. Di samping sebagai
sumber dan media belajar, buku juga dapat membakitkan minat dan ketertarikan

7
Roger Seguin, The Elaboration Of Schooltextbooks Methodological Guide, (UNESCO:
2005),5.
8
Ibid., 6
5

belajar siswa, membangun kebiasaan siswa dan menemukan informasi baru dan ilmu
pengetahuan baru.
Perdebatan tentang sejauh mana peran dan fungsi buku dalam pembelajaran
terus berajalan sejalan dengan pertumbuhan dan inovasi pembelajaran. Berdiskusi
tentang buku teks dan peranannya dalam proses pembelajaran siswa sangat erat
hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan, seperti Apa itu belajar?, Apa,
sebenarnya, belajar di kelas itu?, Bagaimana peran guru?, Tema-tema apa yang
cocok bagi siswa yang dituangkan dalam buku?.
Beberapa poin berikut menarik untuk digarisbawahi berkenaan dengan buku
teks.
Pertama, definisi kita terhadap buku teks dan pengetahuan atas konsep tentang
buku teks akan mempengaruhi proses penulisan buku teks, seperti apa modelnya,
kuantitas isinya, materi pengayaannya, estetika dan format tipografikanya.
Kedua, cara mengajar guru dan bagaimana siswa menggunakan buku teks
sangat dipengaruhi oleh apa kata guru (definisi) tentang buku teks. Apakah siswa
menggunakan buku teks secara mandiri atau dalam bimbingan guru dan orang tua.
Ketiga, pengadaan buku bahan ajar itu sangat terkait dengan stakeholders atau
pemangku kebijkan dan otoritas pemerintah. Dalam sejarah penulisan buku teks ada
beberapa kelompok sosial dan institusi yang memiliki kepentingan dalam penulisan
buku teks.
- Kelompok sejarah yang terbentuk dalam institusi, seperti universitas, lembaga-
lembaga akademik, kelompok profesional dan kelompok-kelompok masyarakat.
- Bidang-bidang tertentu, seperti pendidikan dan psikologi. Dalam hal ini, buku
harus menjadi jembatan untuk mengembangkan intelektual siswa, kemapuan
belajar dan perkembangan psikologinya.
- Kelompok politisi yang bertanggungjawab atas masalah-masalag domestik dan
luar negeri, seperti menteri pendidikan.
- Mainstream masayarakat yang memiliki interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa,
tokoh, dan fenomena-fenomena sejarah.
- Tempat-tempat ibadah yang menjadi salah satu pusat pendidikan masyarakat,
seperti gereja, masjid.
- Orang tua dan anak; orang tua bertanggungjawab atas pembentukan karakter
anak. Dalam hal-hal tertentu, orang tua dapat menjadi tutor atau guru bagi anak.9

Jadi, selama proses penulisan buku, tidak dipungkiri harus memperhatikan


kelompok-kelompok dan group di atas sebagai bahan relevansi. Sehingga isi buku
merupakan refleksi dari institusi, kelompok, dan stakeholder. Untuk meningkatkan
kualitas buku teks, ada prasarat yang harus dipenuhi, yaitu kesiapan institusi dan ahli
pada bidang-bidang tertentu. Institusi adalah lembaga yang memegang kebijakan,
finansial, dan distribusi. Ahli atau expert pada bidang-bidang tertentu adalah penulis

9
Ivan Ivić et al., Textbook Quality, A Guide to Textbook Standards, Gottingen: V&V Unipress,
2013), 22-23.
6

yang memiliki keahalian pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan


siswa, seperti bahasa inggris, biologi, fisika dan seterusnya.
Kualitas buku teks akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
pendidikan secara keseluruhan, karena buku teks adalah komponen penting
pendidikan secara umum. Ivan Ivic et al. secara tegas menyatakan;
By improving the quality of textbooks, we can make a significant contribution
to the improvement of education as a whole, because the quality of textbooks is
a very important component of the general quality of education.10

Pernyataan Mikk (2000) dan Johnsen (2001) seperti dikutip oleh Ivan Ivić,
bahwa tidak semua negara-negara di dunia ini dapat memenuhi kebutuhan buku teks
untuk siswa. Karenanya, sebagian negara tidak menggunakan buku teks sebagai
salah satu bahan ajar. Beberapa di antaranya menggunakan bahan ajar (instrcutional
material) yang berbeda-beda dari satu sekolah dengan sekolah lain. Partanyaannya
sekarang adalah masih perlu kah buku teks sebagai media dan bahan ajar dalam
konteks kekinian.
Menurut Ivan Ivić (2013), untuk meningkatkan kualitas pendidikan, bagi
siswa di negara-negara berkembang, buku teks tetap dibutuhkan. Berikut pernyataan
Ivan Ivić (2013);
‘...that in all developing countries there is a need for textbooks of guaranteed
scope and quality, because this is one of the most reliable and easiest ways to
secure the quality of education as a whole.11

Oleh karena itu, kedudukan buku teks bagi negara-negara berkembang masih
tetap dibutuhkan. Selain mudah digunakan, baik bagi siswa maupun guru, buku juga
dapat menjadi sumber belajar mandiri, seperti di sekolah maupun di rumah.
Buku teks yang berkualitas adalah lambang standar maksimum pendidikan,
sebagai penyambung aspirasi siswa dengan guru dan guru dengan orang tua dan
sebaliknya. Pada waktu sama Ivan Ivić (2013) juga menyatakan bahwa standar
maksimum pendidikan dapat dicapai tidak dengan mewajibkan buku teks sebagai
bahan ajar di kelas.12 Ada banyak alasan untuk pernyataan terakhir.
A high standard of education can also be achieved without compulsory
textbooks, but in order for this to happen the following conditions have to be
met: first, an abundance of learning resources such as school and other
institutional libraries, with diverse literature, encyclopaedias, popular science
books, dictionaries, thesauri, children’s books, etc.; second, there needs to be
wellequipped media libraries, laboratories with excellent facilities, computers
and internet access, opportunities for educational expeditions and excursions;
third, there is a need for highly educated teachers with opportunities for
continuous training and development and specialised teaching assistants and

10
Ibid., 23
11
Ibid, 24.
12
Ibid, 25
7

other learning support staff. Without such resources, the process of learning
largely depends on textbooks. There are a few fundamental reasons for this.13

Ada beberapa poin yang dapat disimpulkan dari paragrap diatas. Pertama
dalam konteks negara berkembang, buku teks tetap memegang peranan penting
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kedua, pertumbuhan buku teks di suatu
negara melambangkan pertumbuhan qualitas pendidikan di negara tersebut. Ketiga,
buku teks adalah lambang standar maksimum (maximum standard) pendidikan suatu
negara. Keempat, standar maksimum pendidikan bisa diraih dengan mengabaikan
atau tidak dengan mewajibkan buku teks sebagai bahan ajar, dengan prasarat sebagai
berukut;
pertama, sumber belajar yang melimpah, seperti perpustakaan sekolah dan
lembaga dengan beragam literatur, seperti ensiklopedia, buku ilmiah populer, kamus,
tesaurus, buku anak-anak, dan lain-lain. Kedua, perlu ada media perpustakaan
elektronik yang memadai, laboratorium dengan fasilitas komputer dan akses internet,
peluang untuk ekspedisi pendidikan dan wisata. Ketiga, guru berkualitas dan
berpendidikan tinggi yang mampu mengembangkan pelatihan dan pengembangan
secara terus menerus.

2. Buku Teks—sebagai sumber daya budaya


Seperti telah ditekankan di atas, bahwa di banyak negara peran integral buku
teks adalah sebagai media untuk meningkatkan standar pendidikan. Sejatinya, peran
buku teks sebagai standar kualitas adalah bagian dari trend untuk mengontrol
kualitas, contohnya dalam industri serta budaya. ISO 9000, misalnya digunakan
untuk mengontrol standar kualitas. ISO 9000 suatu standar internasional untuk sistem
manajemen mutu.
Ada banyak alasan mengapa kualitas buku teks menjadi salah satu isu sosial
yang sangat fundamental. Secara kuantitatif, output dari industri film dan produksi
media elektronik tidak sebanding dengan produk budaya sosial. Berbeda dengan
media cetak, buku teks misalnya, secara kuantitas pengguna buku teks jauh lebih
banyak dibanding pengguna produk elekstronik, film misalnya. Secara ekonomi,
sirkulasi buku-buku teks jelas sangat berimplikasi positif bagi penerbit buku. Fakta-
fakta kuantitatif ini secara jelas menunjukkan bahwa penerbitan buku teks secara
langsung berhubungan dengan kepentingan negara dan budaya masyarakat.
Oleh karena itu, buku teks memiliki peran yang sangat sentral pada setiap
awal-awal pertumbuhan hidup seseorang. Dengan kata lain, buku teks adalah jendela
ilmu pengetahuan, skill, kemampuan berpikir kritis, pembentukan kepribadian, nilai-
nilai, pandangan hidup dan kebiasaan. Melalui isi buku teks, warisan budaya
nasional dapat didiseminasi kepada para siswa baik di kelas maupun di rumah. Di
samping itu, interaksi siswa dengan buku-buku sekolah dapat mempengaruhi
karakter, sikap dan budayanya terhadap aktifitas membaca dan kegiatan-kegiatn
akademik. Pengalamannya bertahun-bertahun berinteraksi dengan buku dapat
13
Ibid.
8

mengubah perilaku siswa, seperti gemar dan senang membaca buku secara aktif,
selektif, analitis dan kritis. Menurut para ahli, inilah prestasi terbesar proses
pendidikan di sekolah dan fondasi utama pembangunan karakter anak didik.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa buku teks secara nyata dapat
menjadi media untuk membangun keterampilan dan kepribadian siswa. Dari situ,
beberapa keberhasilannya, seperti kualitas hidup, kesejahteraan dan kebahagian
dapat dilihat.
Itulah sebabnya, mengapa para ahli sepakat bahwa buku teks sekolah harus
menjadi benih untuk menyemai nilai-nilai budaya siswa. Cunningsworth (1995) dan
Holly (1990) menyebutnya sebagai ‘hidden curriculum’. Para ahli pendidikan
mengklaim bahwa hidden curriculum lebih efektif dari official curriculum. Buku teks
pelajaran bahasa misalnya, kini tidak lagi hanya mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan berbahasa, tetapi juga sebagai jembatan untuk menularkan nilai-nilai
budaya. Risager, seperti dikutip oleh Cunningsworth (1995) menyatakan;
Foreign language teaching textbooks no longer just develop concurrently with the
development of foreign language pedagogy in a narrow sense, but they increasingly
participate in the general cultural transmission with the educational system and in the
rest of society14

Oleh karena itu, kekuatan buku teks dalam membanguan kognisi dan budaya siswa
tak dapat lagi dibantah. Peranannya sangat jelas, konkrit dan kuat. Perhatian terhadap
kualitas buku harus diberikan, melalui dialog, kritik, review oleh lembaga-lembaga
yang ditunjuk oleh pemerintah atau swadaya masyarakat.
Ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam proses
pangajaran bahasa Inggris sebagai bahasa Asing (TEFL) di dalam kelas, pertama
buku teks pelajaran, dan kedua materi ajar. Keduanya memiliki posisi yang sangat
sentral pada setiap proses pengajaran. Begitu pentingnya peran buku ajar dan materi
ajar itu, sehingga dapat dikatakan tak ada buku dan materi ajar, maka tak akan terjadi
proses belajar. Hutchinson and Torres (1994) menguatkan gagasan ini;
The textbook is an almost universal element of [English language] teaching.
Millions of copies are sold every year, and numerous aid projects have been set
up to produce them in [various] countries…No teaching-learning situation, it
seems, is complete until it has its relevant textbook.15

Beberapa ahli menguatkan gagasan tersebut, seperti Sheldon (1988) yang


menyatakan bahwa buku teks pelajaran tidak hanya sebagai ‘jantung’ kegiatan
belajar bahasa Inggris, tetapi juga berperan sangat penting baik bagi guru maupun
siswa16. Haycroft, bahkan memandang buku teks pelajaran sebagai satuan media
pembelajaran yang secara psikologis dapat di gunakan untuk mengukur prestasi
siswa secara nyata. Oleh karena itu, selain menjadi instrumen dan perangkat belajar,
14
A. Cunningsworth,. Choosing your coursebook. (Cambridge University Press, 1995), 90.
15
Hutchinson, T. and E. Torres, 'The Textbook as Agent of Change'. ELT Journal, 1994,
Volume 48/4, hlm. 315.
16
Sheldon, L. 'Evaluating ELT Textbooks and Materials'. ELT Journal. 1988.Volume 42/2,
hlm.237.
9

buku menjadi sumber pengajaran yang sangat mudah didapatkan. Biasanya, buku-
buku teks pelajaran di sekolah didampingi dengan buku-buku penunjang lain yang
mendukung, seperti LKS, lembar kerja, buku latihan, buku guru atau multi modal
teks yang bermanfaat bagi siswa.

3. Pengertian Buku Teks


Ada tiga istilah penting yang berhubungan dengan buku teks dan maknanya
berbeda-beda, yaitu textbook, schoolbook, dan school textbook. Menurut Johnsen,
textbook is a book whose purpose is for ‘instructional use’17. Menurut Purves, yang
termasuk dalam kategori textbook adalah kamus, ensiklopedia, buku cara memasak,
manual software, buku petunjuk alat-alat dapur, buku manual mobil dan sejenisnya. 18
Dalam konteks sekolah schoolbook berarti buku-buku yang ditulis oleh para ahli dan
isinya tidak dirancang untuk materi pelajaran, buku-buku karya Shakespeare
misalnya, tidak dirancang sebagai materi pelajaran, tetapi pada saat-saat tertentu
dapat digunakan sebagai tujuan instruksional. Yang termasuk dalam schoolbook
adalah buku pedoman mengajar, buku referensi dan buku-buku pangayaan. Akan
tetapi, school textbooks memiliki arti berbeda. Istilah ini berkaitan dengan buku-
buku yang berisi rangkaian kegiatan belajar di kelas sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
Alan Cunningsworth menyebut buku teks seabgai “a book giving instruction
in a subject used especially in schools”19 yang dapat diterjemahkan bahwa buku teks
adalah buku yang memberikan petunjuk dalam sebuah pelajaran khususnya di
sekolah.
Buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang disusun
oleh para ahli dalam bidangnya untuk maksud dan tujuan pengajaran. Buku teks
dilengkapi dengan sarana pengajaran sesuai dengan kemampuan siswa yang mudah
dipahami oleh para pemakainya baik di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi
untuk menunjang program pengajaran20 Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa buku teks digunakan sebagai media belajar untuk mencapai
tujuan tertentu.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan
bahwa buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat
materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi
pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kepekaan dan kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan yang disusun
berdasarkan standar nasional pendidikan. Pusat perbukuan menyimpulkan bahwa
buku teks adalah buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai
media pembelajaran (instruksional), berkaitan dengan bidang studi tertentu. Maka
dari itu, dapat disimpulkan buku teks merupakan buku standar yang disusun oleh
17
Johnsen, 1993, 24
18
Purves...
19
Alan Cunningsworth, Choosing your Coursebook, (Oxford: Heineman, 1995), h., 5.
20
Sheldon, loc.cit.
10

pakar dalam bidangnya, bisa dilengkapi sarana pembelajaran (seperti rekaman) dan
digunakan sebagai penunjang program pembelajaran.
Lebih luas Cunningsworth menyebut Textbooks are a central part of any
educational system. They help to define the curriculum and can either significantly
help or hinder the teacher21 Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa
buku teks merupakan bagian utama dari proses pembelajarn di kelas yang membantu
memaparkan mater-materi dalam sesuai kurikulum dan dapat menjadi salah satu
media belajar bagi siswa. Oleh karena itu, secara singkat dapat disimpulkan bahwa
buku teks adalah sekumpulan tulisan yang dibuat secara sistematis oleh ahli dalam
bidang masing-masing berisi materi pelajaran tertentu dan telah memenuhi indikator
sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan sebelumnya sebagai pegangan
pendidik serta alat bantu siswa dalam memahami materi belajar.

4. Kualitas dan Kelayakan Buku Teks


McDonough & Shaw (2003) membuat kriteria penilain terhadap buku teks
pelajaran sebagai berikut22;
Evaluasi eksternal buku teks meliputi; a) materi buku sesuai dengan
kebutuhan siswa (student need) berdasarkan kurkulum yang berlaku, b) memiliki
ketentuan level kemahiran berbahasa yang jelas, c) menggunakan pendekatan
kontekstual, d)teknik penyajian bahasa yang mudah diadaptasi, e) penulis memiliki
pemahaman metodologi pengajaran bahasa, f) materi dalam buku merupakan ‘inti’
pelajaran, bukan suplementer, g) buku mudah ditemukan, h)buku memuat daftar
kosa-kata, i) mengintegrasikan visual, j) ke-grafikan/lay-out menarik, k)
mengintegrasikan aspek budaya,
Sedangkan untuk evaluasi internal meliputi; a) teknik penyajian keterampilan
berbahasa (language skill), b) tingkatan dan urutan materi, c) penyajian reading atau
wacana, d) penyajian keterampilan mendengar (authentic or artificial), e) materi
mudah dipelajari menggunakan ragam model pembelajaran, bersifat motifatif dan
suggestif.
Berdasarkan paparan tersebut, kualitas buku teks dapat dilihat berdasarkan
aspek isi/ materi, penyajian, grafika, serta aspek kebahasaan. Materi dalam buku teks
buku teks itu isinya haruslah sesui dengan tujuan pembelajaran yang berdasar pada
kurikulum, lebih baik lagi jika materi tersebut terintegrasi dengan pelajaran lain
namun tetap menghargai hal-hal yang tidak bertentangan seperti agama. Materi buku
teks diharapkan dapat membuat siswa giat mempelajari kembali meskipun di luar
proses belajar mengajar.
Selain aspek materi, cara menyajikan materi dalam suatu buku teks
diharapkan sistematis dan dapat membuat siswa lebih memahami pengetahuan yang
sesuai dengan umur siswa. Aspek penyajian materi berhubungan erat dengan aspek
grafika. Materi dalam buku teks hendaknya diimbangi dengan ilustrasi yang menarik
dan sesuai dengan materi sehingga membantu siswa dalam memahami berimajinasi
21
Alan, op.cit. h., 3.
22
Andrew White, Evaluation of a ELT Coursebook Based on Criteria designed by McDonough
and Shaw , ELT Journal. 2003.Volume 45/2, hlm.23.
11

tentang suatu pokok bahasan. Aspek kebahasaan tidak kalah penting, dalam
menyajikan materi hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami namun
jika memungkinkan, penggunaan kata-kata dalam penyajian materi tidak monoton
dan dikembangkan sesuai jenjang atau tingkatan sekolah siswa.
Berbdasarkan paparan di atas, dapata dikatakan bahwa aspek materi,
penyajian, grafika, serta kebahasaan dalam penyusunan buku teks adalah hal
terpenting yang diperhatikan. Buku teks yang berkualitas sudah semestinya
memenuhi aspek-aspek tersebut. Keempat aspek yang dijelaskan di atas merupakan
aspek yang sangat berhubungan sehingga sangat diharapkan penyusun buku teks
dapat memenuhi salah satu aspek tanpa mengurangi kualitas aspek lainnya.
Contohnya, ilustrasi yang digunakan dalam buk teks semestinya merupakan ilustrasi
yang bagus dan menarik namun jangan sampai mengganggu materi yang
disampaikan atau bahkan ilustrasinya bagus tetapi tidak sesuai dengan materi.
Cunningsworth dalam bukunya Choosing Your Coursebook menyebutkan
bahwa buku teks pelajaran merupakan buku teks yang digunakan siswa di sekolah
sebagai buku penunjang kegiatan pembelajaran23. Buku teks ini pada prosesnya
memiliki peranan yang sangat vital bagi siswa karena siswa “mengandalkan” buku
ini sebagai pegangan dan berlatih terhadap sebuah mata pelajaran.
Menurut Pusat Perbukuan, buku pelajaran merupakan salah satu sumber
pengetahuan bagi siswa di sekolah yang merupakan sarana yang sangat menunjang
bagi proses kegiatan belajar mengajar.24 Buku pelajaran sangat menentukan
keberhasilan pendidikan para siswa dalam menuntut pelajaran di sekolah. Oleh
karena itu, buku pelajaran yang baik dan bermutu selain menjadi sumber
pengetahuan yang dapat menunjang keberhasilan belajar siswa juga membimbing
dan mengarahkan proses belajar mengajar di kelas ke arah proses pembelajaran yang
bermutu pula.
Saat ini banyak sekali penerbit buku yang menerbitkan buku teks pelajaran.
Hal ini dapat dipahami karena penerbitan buku teks pelajaran memiliki sebuah
kepastian konsumen, yaitu para siswa. Penerbit tinggal mencetak dan pandai-pandai
memasarkan dan melobi para guru untuk menggunakan buku terbitan mereka dengan
jasa para sales buku pelajaran. Jika seoarang guru sudah menyetujui maka sudah
tentu siswa yang diajar oleh guru tersebut mau tidak mau akan membeli buku itu atas
dasar rekomendasi guru.
Sesungguhnya kasus tersebut tidaklah salah dan memang terjadi. Kita juga
tidak menutup mata akan peran penting dari buku teks pelajaran karena memang
sangat membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaan. Namun, karena
banyaknya terbitan buku teks pelajaran yang ada, alangkah baiknya jika sebelum
menentukan buku mana yang akan dipakai terlebih dahulu kita menilai kualitas buku
yang ada. Ada beberapa faktor yang dapat kita jadikan bahan penilaian terhadap
sebuah buku teks pelajaran. Kelayakan isi dan kelayakan penyajian merupakan hal
yang perlu diperhatikan dari buku teks yang akan dipilih karena kedua hal tersebut
23
Ibid.
24
Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Perbukuan. Standar Penilaian Buku Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia. (Jakarta: Depdiknas, 2003), h. 12.
12

menentukan kualitas dan kesesuaiannya diterapkan pada siswa. Sebagai contoh


berikut hal-hal yang perlu dinilai dalam pemilihan buku teks pelajaran Bahasa
Inggris; a) Kelayakan isi menyangkut materi apa yang disajikan dalam buku teks.
Ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi agar buku teks dapat dikatakan
memiliki isi yang layak untuk dipakai. Kelayakan isi terlihat dari kesesuaian uraian
materi dengan KI dan KD, keakuratan materi, dan materi pendukung. b) Kesesuaian
Uraian Materi dengan KI dan KD. Materi yang termuat dalam buku teks harus jelas
dan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
oleh BSNP dalam standar isi.

5. Fungsi dan Kedudukan Buku Teks


Ada beragam pendapat mengenai seberapa pentingnya buku pelajaran dalam
kelas. Harmer berpendapat bahwa buku pelajaran memiliki sejumlah keuntungan
namun juga batasan.25 Buku pelajaran yang baik menggunakan silabus yang sudah
dipersiapkan secara cermat, bahasa yang diajarkan sudah terkontrol, teks bacaan
sudah terpilih dengan saksama untuk member motivasi kepada siswa, dan buku
sudah dilengkapi dengan kaset, CD, video, dan materi sumber lainnya.
Namun, buku pelajaran juga bila tidak digunakansecara tepat akan
menimbulkan keterbatasan, yaitu, guru dan siswa terpaku pada pola yang terdapat
dalam buku teks. Dengan demikian, guru dan siswa menjadi terpaku pada buku teks,
sehingga dapat menyurutkan motivasi guru dan siswa. Jika pembelajaran hanya
terfokus pada apa yang terdapat dalam buku teks, pembelajaran terutama
pembelajaran bahasa Inggris menjadi tidak berkembang, membosankan, dan tidak
maksimal dalam menggali potensi dan kreativitas siswa. Guru pun menjadi tidak
kreatif karena pembelajaran bahasa yang dilakukannya hanya mengikuti halaman per
halaman yang ada di buku teks.
Kedudukan buku pelajaran adalah sebagai sumber (resourse) dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya terkait dengan kebutuhan
pelajar. Akan tetapi, harus diingat bahwa buku pelajaran sebaiknya tidak menjadi alat
penentu tujuan maupun menjadi ‘tujuan’ itu sendiri. Perhatian utama guru tetaplah
mengajarkan bahasa dan bukan mengajarkan buku pelajaran bahasa. Dengan kata
lain, guru tidak harus menghabiskan setiap halaman di buku pelajaran yang ia
gunakan dan guru dapat memilih bahasan mana yang akan digunakan atau yang akan
dilewatkan dalam kegiatan pembelajaran. Bahkan, guru juga dapat mengubah
sebagian kegiatan agar lebih sesuai dengan kondisi siswa di kelasnya. Namun,
apapun keputusan guru dalam menggunakan atau melewatkan sebagian aktivitas
dalam buku, guru harus berusaha agar siswa bisa melihat pola yang koheren dalam
apa yang dilakukan oleh guru dan apa alasan pengurangan tersebut.
Menurut Cunningsworth, rancangan buku pelajaran terdiri atas buku siswa,
buku guru, dan buku kerja.26 Buku siswa adalah pelajaran yang terpenting dalam
proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang terutama digunakan oleh siswa. Frase

25
Chambilss dan Calfee, Textbooks for Learning, (London: Blackwell, 1998), h. 1
26
Cunningsworth Loc.cit.,h., 3 dan 26.
13

“yang terutama digunakan oleh siswa” menyiratkan maksud bahwa buku siswa itu
juga digunakan oleh guru, misalnya dalam kaitannya dengen manajemen kelas ketika
proses KBm berlangsung. Buku guru digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam
pelaksanaan KBM, terutama, yang berkenaan dengan metodologi pengjaran. Buku
kerja digunakan oleh siswa untuk mengerjakan tugas-tugas atau latihan pelaksanaan
KBM.
Buku siswa memiliki kedudukan terpenting dalam konteks buku pelajaran itu. 27
Begitu pentingnya kedudukan buku siswa itu sehingga sering disebut “buku
pelajaran” yang sebenarnya sebutan untuk payungnya. Menyadari kenyataan ini, juga
kebiasaan di lingkungan pendidikan, istilah buku pelajaran yang digunakan dalam
kajian pengembangan ini sebenarnya mengacu kepada “buku siswa” itu.
Kedudukan buku pelajaran bahasa yang penting itu muncul karena buku
memiliki beberapa fungsi yang strategis. Berikut ini beberapa fungsi buku pelajaran
bahasa dalam KBm menurut Cunningsworth.28
1. Sumber bahan yang disajikan untuk pelatihan bahasa lisan dan tulis
2. Sumber kegiatan siswa dalam latihan berkomunikasi
3. Sumber acuan siswa untuk belajar tata bahasa, kosa kata, lafal, dan
sebagainya.
4. Sumber gagasan dan dorongan kegiatan-kegiatan belajar mengajar di
kelas.
5. Perwujudan silabus yang didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran telah
digariskan.
6. Sumber balajar dan tugas mandiri.
7. Bantuan bagi guru yang kurang berpengalaman untuk mengembangkan
kepercayaan diri.
Sejalan dengan ketujuh fungsi buku pelajaran bahasa yang sangat penting
tersebut, tidak berlebihan jika Cunningsworth mengatakan bahwa tidak ada sesuatu
yang mampu mempengaruhi bahan dan suasana belajar dan mengajar lebih dari buku
pelajaran29

6. Komponen Penilaian Buku Teks

Ada beberapa komponen untuk menganalisis kelayakan buku teks berdasarkan


standar yang dimiliki oleh BSNP yang dilaksanakan dengan dua tahap pokok. Ke-
empat komponen tersebut adalah:

1. Kelayakan Isi
Komponen kelayakan isi ini diuraikan menjadi beberapa sub komponen atau
indikator sebagai berikut:

27
Cunningsworth, op.cit. h.,25.
28
Cunningsworth. op.cit, h.7
29
Cunningsworth. op.cit.,h.,v
14

a. Alignment dengan SK dan KD mata pelajaran, perkembangan anak dan


kebutuhan masyarakat yaitu kesesuaian isi buku teks tersebut dengan S K dan
KD mata pelajaran, perkembangan anak dan kebutuhan masyarakat.
b. Substansi keilmuan dan life skills yaitu kandungan keilmuan atau Gaya
keilmuan dan kecakapan hidup yang terdapat pada isi buku teks pelajaran
tersebut.
c. Wawasan untuk maju dan berkembang adalah suatu ajakan kepada peserta
didik untuk berpikir lebih maju dan berkembang, ajakan ini terlihat pada
contoh masalah yang disajikan pada buku tersebut yaitu memuat contoh yang
merupakan konteks masalah masa kini atau konteks yang teknologi pada saat
ini sehingga peserta didik berpikir lebih maju untuk kemajuan teknologi
berikutnya.
d. Keberagaman nilai-nilai sosial adalah merupakan nilai yang terkandung dari
beberapa contoh soal, konteks masalah yang bisa mengajak peserta didik
untuk bisa menjadi pakar yang bisa membantu di kehidupan masyarakat. Hal
ini dapat terlihat pada contoh soal dan konteks masalah yang mengangkat
masalah sehari-hari, sehingga jika peserta didik bisa mengatasi masalah
tersebut peserta didik bisa sebagai pakar yang dibutuhkan di masyarakat.
Contoh: tentang kelistrikan, tentang dinamo pompa air dan lain sebagainya.

2. Kebahasaan

Komponen kebahasaan ini diuraikan menjadi beberapa sub komponen atau


indikator sebagai berikut:
a. Keterbacaan yaitu tingkatan bahasa yang bisa memahamkan pembaca dalam
mempelajari buku teks tersebut.
b. Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar
c. Logika berbahasa yaitu kesesuaian bahasa logika yang digunakan untuk
memahamkan pembaca.

3) Penyajian
Komponen penyajian ini di uraikan menjadi beberapa sub komponen atau
indikator sebagai berikut:
a. Tenik yaitu bagaimana teknik penyajiannya.
b. Materi yaitu bagaimana buku teks tersebut dalam menyajikan materi.
c. Pembelajaran yaitu bagaimana alur proses pembelajaran yang dimiliki buku
teks tersebut.
4. Kegrafikaan
Komponen kegrafikaan ini diuraikan menjadi beberapa sub komponen atau
indikator sebagai berikut:
a. Ukuran / format buku
b. Desain bagian kulit
c. Desain bagian isi
d. Kualitas kertas
15

e. Kualitas cetakan
f. Kualitas jilidan30

Menurut aturan BSNP kegiatan penilaian buku teks pelajaran dilakukan dalam
dua tahap sebagai berikut :
Tahap pertama menggunakan instrumen 1 (Kelayakan Isi dan Kelayakan Penyajian),
dengan tahapan sebagai berikut:

1. Menelaah dan memberikan skor kelayakan isi dan penyajian buku teks
pelajaran;
2. Merekam data hasil penelaahan dan skor kelayakan isi dan penyajian buku
teks pelajaran;
3. Memverifikasi data hasil penelaahan dan skor kelayakan isi dan penyajian
buku teks pelajaran;
4. Menganalisis data hasil penelaahan dan skor kelayakan isi dan penyajian
buku teks pelajaran;
5. Menetapkan kelulusan dengan kategori lulus (L) atau tidak lulus(TL).31
Buku teks pelajaran yang dinyatakan lulus atau layak akan melanjutkan ke
seleksi tahap kedua.
Kegiatan penilaian tahap kedua menggunakan instrumen 2 (Kelayakan
Penyajian dan Kelayakan Bahasa) dan instrumen 3 (Kelayakan kegrafikaan) dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Menelaah dan memberikan skor kelayakan penyajian dan bahasa buku teks
pelajaran.
2. Merekam data hasil penelaahan dan memberikan skor kelayakan penyajian
dan bahasa buku teks pelajaran.
3. Memverifikasi data hasil penelaahan dan memberikan skor kelayakan
penyajian dan bahasa buku teks pelajaran.
4. Menganalisis data hasil penelaahan dan memberikan skor kelayakan
penyajian dan bahasa buku teks pelajaran.
5. Mencetak profil hasil penelaahan buku teks pelajaran dan Interpretasinya.
6. Menetapkan kelulusan dengan kategori lulus (L), atau lulus dengan
perbaikan (LP), atau tidak lulus (TL).32

Buku teks pelajaran yang dinyatakan lulus (L) direkomendasikan kepada Menteri
untuk ditetapkan melalui Peraturan Menteri.

4. Hasil dan Pembahasan

30
Pudji Mulyono, Kegiatan Penilaian Buku Teks, Bulletin BSNP, vol. II/No. 1/Januari 2007
hlm.21
31
Kaharuddin Arafah, Kegiatan Penilaian Buku Teks Agama,Bulletin BSNP, Vol. V/No.
2/Agustus 2010, hlm. 15
32
Ibid. 15
16

Setelah menganalisis data, berikut penulis paparkan deskripsi kelayakan buku


teks pelajaran bahasa Inggris untuk SMP/MTs di Kota Serang menurut kriteria-
kriteria McDonough & Shaw (2003).
External Evaluation :
1. The intended audience
2. The proficiency level
3. The context in which the materials are to be used
4. How the language has been presented and organized into teachable
units/lessons
5. The author’s views on language and methodology
6. Are the materials to be used as the main ‘core’ course or to be supplementary
to it?
6.1. The author’s views on language and methodology is the teacher’s
book in print and locally available?
7. Is a vocabulary list/index included?
8. What visual material does the book contain and is it actually integrated into
the text?
8.1. Is the layout and presentation clear or cluttered?
9. Is the material too culturally biased or specific...[or]…represent minority
groups and/or women in a negative way?

Internal Investigation :
1. The presentation of the skills in the materials
2. The grading and sequencing of the materials
3. Where reading/’discourse’ skills are involved, is there much in the way of
appropriate text beyond the sentence?
4. Where listening skills are involved, are recordings ‘authentic’ or artificial?
5. Do you feel that the material is suitable for different learning styles, and is it
sufficiently transparent’ to motivate both students and teachers alike?

Untuk memudahkan analisis, peneliti mengguanakan skala penilain : 5: Sangat


Baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Kurang Sekali

1. Buku Bahasa Inggris “When English Rings a Bell” Kelas VII


Edisi revisi, 2014, Penulis: Yuli Rulani Khatimah, Asep Gunawan, dan Siti
Wachidah. (Buku BSE Kurikulum 2013)

Tabel : 1

No Criteria 1 2 3 4 5

External Evaluation :

1 The intended audience X


17

2 The proficiency level X


3 The context in which the materials are to be used X
4 How the language has been presented and organized X
into teachable units/lessons
5 The author’s views on language and methodology X
6 Are the materials to be used as the main ‘core’ course or X
to be supplementary to it?
1.1 The author’s views on language and methodology is
the teacher’s book in print and locally available?

7 Is a vocabulary list/index included? X

8 What visual material does the book contain and is it X


actually integrated into the text?
8.1. Is the layout and presentation clear or cluttered?
9 Is the material too culturally biased or specific...[or]… X
represent minority groups and/or women in a negative
way? Cultural integration

Internal Investigation :

1 The presentation of the skills in the materials X


2 The grading and sequencing of the materials X
3 Where reading/’discourse’ skills are involved, is there X
much in the way of appropriate text beyond the
sentence?
4 Where listening skills are involved, are recordings X
‘authentic’ or artificial?
5 Do you feel that the material is suitable for different X
learning styles, and is it sufficiently transparent’ to
motivate both students and teachers alike?
5: Sangat Baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Kurang Sekali

Dari sembilan kriteria untuk evaluasi eksternal yang diusulkan McDonough


& Shaw (2003), tujuh kriteria (no 1, 4, dan 6 Sangat Baik,dan no 2, 3, 5, 7 dan 8
Baik). Pada kriteria no 1 (The intended audience), 4 (How the language has been
presented and organized into teachable units/lessons) dan 6 (Are the materials to be
used as the main ‘core’ course or to be supplementary to it?) buku sekolah elektronik
(BSE) yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Nasional ini memiliki kategori sangat
baik. Secara umum materi-materi yang disajikan sesuai dengan KI/KD Pelajaran
Bahasa Inggris kelas VII SMP/MTs. Di samping itu, materi bahasa disajikan secara
sistematis dan menarik sesuai kelas siswa (umurnya), seperti dengan menggunakan
gambar dan simbol-simbol. Namun, pada aspek no 9 (Is the material too culturally
18

biased?), penulis tidak mengintegrasikan aspek budaya bahasa sasaran pada hampir
setipa chapter.
Untuk aspek internal (Internal Investigation), ada dua kriteria yang masih
dikategorikan kurang, yaitu no 3 (Where reading/’discourse’ skills are involved, is
there much in the way of appropriate text beyond the sentence?), dan no 4 (Where
listening skills are involved, are recordings ‘authentic’ or artificial?). Pada aspek no
3, penulis tidak menyajikan teks-teks bacaan yang memadai/cukup pada setiap
chapter, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan lebih dalam meningkatkan
keterampilan membaca (menganalisis bacaan).
Jadi, walaupun masih ada beberapa aspek yang harus diperbaiki, buku ini
layak menjadi buku bahan ajar pelajaran bahasa Inggris di kelas.

2. Buku Bahasa Inggris “When English Rings a Bell” Kelas VIII


Penyusun : Siti Wachidah dan Asep Gunawan, BSE, 2014. ISBN 978-602-1530-
58-0

Tabel : 2

No Criteria 1 2 3 4 5

External Evaluation :

1 The intended audience X


2 The proficiency level X
3 The context in which the materials are to be used X
4 How the language has been presented and organized X
into teachable units/lessons
5 The author’s views on language and methodology X
6 Are the materials to be used as the main ‘core’ course or X
to be supplementary to it?
1.1 The author’s views on language and
methodology is the teacher’s book in print
and locally available?

7 Is a vocabulary list/index included? X

8 What visual material does the book contain and is it X


actually integrated into the text?
8.1. Is the layout and presentation clear or cluttered?
9 Is the material too culturally biased or specific...[or]… X
represent minority groups and/or women in a negative
way? Culture integration
19

Internal Investigation :

1 The presentation of the skills in the materials


2 The grading and sequencing of the materials X
3 Where reading/’discourse’ skills are involved, is there X
much in the way of appropriate text beyond the
sentence?
4 Where listening skills are involved, are recordings X
‘authentic’ or artificial?
5 Do you feel that the material is suitable for different X
learning styles, and is it sufficiently transparent’ to
motivate both students and teachers alike?

Buku kedua diberi judul “When English Rings a Bell”, buku BSE yang diterbitkan
oleh Pusat Kuikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud tahun 2014 ini memiliki
karakteristik yang sedikit berbeda dengan buku sebelumnya. Kendatipun semua
dikembangkan berdasarkan pendekatan kurikulum yang sama (Kurikulum 2013),
namun buku kedua ini, berdasarkan kriteria McDonough & Shaw, memiliki catatatan
penting sesuai. Pertama, pada aspek evaluasi eksternal, kriteria no 1, 2, 3, 5 dan 6
dikategorikan baik, tetapi pada kriteria no 7 (vocabulary list/index) penulis tidak
melampirkan sama sekali daftar kosa kata/glossarium. Kedua, pada aspek no 8 dan 9
(visual, layout dan presentation), buku ini berparas kurang menarik, disamping
menggunakan gambar-gambar karikatur abstrak, buku ini tidak mengintegrasikan
budaya bahasa target. Ketiga, pada aspek no 4 (unit/lesson organisation) buku ini
kurang bagus, karena sesuai ketentuan standar isi (KI/KD Bahasa Inggris SMP/MTs
tahun 2013) ada beberapa kompetensi yang harus dikuasai siswa, diantaranya
kemampuan memahami tujuan, struktur dan unsur kebahasaan dari teks recount,
procedure, dan narrative. Setelah dianalisis, buku ini hanya menyajikan teks recount
dan narrative saja, teks procedure tidak.

Pada aspek internal, ada bebarapa catatan penting yang perlu dipaparkan. Pada aspek
no 4 (listening, recordings ‘authentic’ or artificial) buku ini dinilai kurang, karena
penulis tidak menyajikan materi listeningnya secara otentik, namun semua dirancang
dan disajikan secara artifisial.

3. Buku Bahasa Inggris “English In Focus, For Grade VIII Junior High
School
SMP/MTs.
Penulis: Artono Wardiman, Masduki B. Jujur dan M. Sukirman Djusma.
Penerbit: Pusat Perbukuan Nasional, KTSP, terbit 2008. ISBN : 979-462-971-5
20

Tabel : 3

No Criteria 1 2 3 4 5

External Evaluation :

1 The intended audience X


2 The proficiency level X
3 The context in which the materials are to be used X
4 How the language has been presented and organized X
into teachable units/lessons
5 The author’s views on language and methodology X
6 Are the materials to be used as the main ‘core’ course or X
to be supplementary to it?
1.1 The author’s views on language and
methodology is the teacher’s book in print
and locally available?

7 Is a vocabulary list/index included? X

8 What visual material does the book contain and is it X


actually integrated into the text?
8.1. Is the layout and presentation clear or cluttered?
9 Is the material too culturally biased or specific...[or]… X
represent minority groups and/or women in a negative
way? Cultural integration!

Internal Investigation :

1 The presentation of the skills in the materials X


2 The grading and sequencing of the materials X
3 Where reading/’discourse’ skills are involved, is there X
much in the way of appropriate text beyond the
sentence?
4 Where listening skills are involved, are recordings X
‘authentic’ or artificial?
5 Do you feel that the material is suitable for different X
learning styles, and is it sufficiently transparent’ to
motivate both students and teachers alike?

Buku ketiga ini menjadi salah satu buku yang digunakan di SMP/MTs di
Kota Serang. Buku ini diberi nama “English In Focus, For Grade VIII Junior High
21

School SMP/MTs. Penulis: Artono Wardiman, Masduki B. Jujur dan M. Sukirman


Djusma. Penerbit: Pusat Perbukuan Nasional, KTSP, terbit 2008. ISBN : 979-462-
971-5. Buku ini dikembangkan sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Secara
umum, dalam perspektif kriteria McDonough & Shaw buku ini cukup bagus. Pada
aspek no 4 dan 6 (kriteria eksternal), buku sangat baik. Pada setiap Chapter penulis
menyajikan keempat ranah skill (listening, speaking, reading, writing) dengan variasi
kegiatan belajar sesuai dengan SK/KD (KTSP).
Dari sisi internal investigation, pada kriteria no 1 (the presentation of the
skills in the materials), buku ini sangat baik, disamping sistematis, juga kaya dengan
aktifitas belajar yang berbasis siswa (student center) sesuai dengan pendekatan
KTSP (cooperative and collaborative learning, CTL dan PAKEM). Hanya pada
kriteria no 4 (Where listening skills are involved, are recordings ‘authentic’ or
artificial), penulis belum menyajikan materi secara otentik, materi listening masih
artifisial.

4. Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama, Contexual Teaching Learning


Kelas IX.
Buku Sekolah Elektronik (BSE)
Penulis : Gunarso Susilohadi, Suharso, Dwi Anggani, Siti Wachidah, Siti Sumarni.
Pusat Perbukuan Departement Pendidikan Nasional, tahun 2008.
ISBN :

Tabel : 4
No Criteria 1 2 3 4 5

External Evaluation :

1 The intended audience X


2 The proficiency level X
3 The context in which the materials are to be used X
4 How the language has been presented and organized X
into teachable units/lessons
5 The author’s views on language and methodology X
6 Are the materials to be used as the main ‘core’ course or X
to be supplementary to it?
1.1 The author’s views on language and
methodology is the teacher’s book in print
and locally available?

7 Is a vocabulary list/index included? X

8 What visual material does the book contain and is it X


22

actually integrated into the text?


8.1. Is the layout and presentation clear or cluttered?
9 Is the material too culturally biased or specific...[or]… X
represent minority groups and/or women in a negative
way? Cultural integration!

Internal Investigation :

1 The presentation of the skills in the materials X


2 The grading and sequencing of the materials X
3 Where reading/’discourse’ skills are involved, is there
much in the way of appropriate text beyond the
sentence?
4 Where listening skills are involved, are recordings X
‘authentic’ or artificial?
5 Do you feel that the material is suitable for different X
learning styles, and is it sufficiently transparent’ to
motivate both students and teachers alike?

Buku ini disusun berdasarkan ketentuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP). Secara umum, berdasarkan kriteria McDonough & Shaw, karya Gunawan
Susilohadi dkk., memenuhi syarat dan kriteria baik eksternal maupun internal.
Materi-materi pada setiap judul dikembangkan berdasarkan SK/KD dan ketentuan-
ketentuan dalam konsep pengembangan materi ajar, seperti konteks, situasi,
kerunutan, organisasi dan keakuratan. Prinsip lain dalam pengembangkan materi ajar
juga diperhatikan, seperti prinsip relevansi, konsistensi dan adekuasi (kecukupan).
Buku ini dikemas dengan ragam aktifitas (student activities), akibatnya siswa
memiliki waktu dan kesempatan yang lebih dalam memraktekkan bahasa baik
speaking, reading dan writing. Hanya saja, pada aspek listening (kriteria no 4) buku
ini tidak menggunakan bahan ajar listening secara otentik. Di samping itu, seperti
buku-buku sebelumnya, buku ini juga kurang memperhatikan aspek budaya dalam
buku ajar, sehingga integrasi aspek budaya dalam buku ini bisa dikatakan hampir
tidak ada, kecuali satu gambar Grimms’ Goblins di halaman 139.

4. Simpulan

Berdasarkan analisis di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.


1. Secara umum, buku-buku yang dipilih sebagai objek dalam penelitian ini; 1)
Buku “When English Rings a Bell” kelas VII, 2) Buku “When English Rings
a Bell” kelas VIII, 3) Buku “English In Focus” dan 4) Bahasa Inggris CTL
layak dan memenuhi kriteria McDough & Shaw baik aspek eksternal
(sembilan kriteria) dan internal (lima kriteria).
23

2. Dari aspek bahasa, keempat buku itu telah memenuhi standar sebagaimana
ditetapkan oleh SK/KD (KTSP) dan KI/KD (K 13) untuk mata pelarajan
Bahasa Inggris SMP/MTs. Namun, ada beberapa temuan penting yang perlu
diperhatikan baik oleh penulis atau penerbit buku. a) pada buku bahasa
Inggris “When English Rings a Bell” kelas VIII, penulis tidak menyajikan
kemampuan memahami tujuan, struktur dan unsur kebasaan dari teks
procedure. Padahal, berdasarkan standar isi (KI/KD) Bahasa Inggris
SMP/MTs, bahwa memahami teks procedure adalah bagian dari kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa, b) pada buku “When English Rings a Bell”
kelas VIII, penulis tidak menyajikan daftar kosa kata/ glossarium. c) integrasi
budaya bahasa sasaran dengan buku teks tidak muncul di buku “When
English Rings a Bell” kelas VII dan VIII, dan Bahasa Inggris CTL kelas IX,
kecuali di buku English In Focus kelas VIII. d) materi otentik untuk listening
tidak ditemukan di semua buku di atas.
3. Kelayakan penyajian dan ke-grafikaan buku-buku pada penelitian ini secara
umum menarik dan bagus, kecuali pada buku “When English Rings a Bell”
kelas VIII, ilustrator dan gambar-gambarnya sedikit kurang menarik.

Daftar Pustaka

Allwright, R. L., What do we want teaching materials for, ELT Journal Vol.
36/1, Oxford University Press, 1981.
Breen, M. and Candlin, C.,Which materials? A consumer’s and designer’s
guide. In Sheldon, L. E. (ed.): ELT Textbooks and Materials: Problems in Evaluation
and Development. ELT Documents 126. London: MEP/ The British Council, 13-28.
1987.
Brown, H. D., Teaching by Principles. Prentice Hall, 2003.
Cunningsworth, Alan, Choosing your Coursebook, Oxford: Heineman, 1995.
Cunningsworth, Alan., Evaluating and Selecting ELT Materials. Macmillan
Heineman, 1984.
Chambilss & Calfee, Textbooks for Learning, London: Blackwell, 1998.
Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Perbukuan, Standar Penilaian Buku
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. (Jakarta: Depdiknas, 2003).
Hutchinson, T. and E. Torres, 'The Textbook as Agent of Change'. ELT
Journal, 1994, Volume 48/4,
McDonough, J. and Shaw, C. Materials and Methods in ELT. Blackwell, 2003.
Sheldon, L. 'Evaluating ELT Textbooks and Materials'. ELT Journal.
1988.Volume 42/2.

Anda mungkin juga menyukai