MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN Kelompok 12
MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN Kelompok 12
MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN Kelompok 12
Dosen Pengampu:
Hendra budiono, S,pd, M,Pd
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 12
SRI MULYANTI (A1D121153)
NADINI WIDYA HASTUTI (A1D121168)
VERNY NUR HOIRIYAH (A1D121151)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayat-nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Filsafat pendidikan
berdasarkan tinjauan multiperspektif” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Filsafat Pendidikan. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang filsafat kolonial.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Hendra budiono, S,pd, M,Pd. selaku dosen
pengampu mata pelajaran Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Ucapan terimakasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................................. i
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan
alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara
teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk
kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut
dalam hubungannya dengan Allah Yang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir. Ahmad D.
Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si
pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk
kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dan Peraturan Pemerintah (PP) No.
29 Tahun 1990. Selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia,
pendidikan juga diperuntukkan guna pembinaan masyarakat.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa
yang telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga
berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh
sebenarnya kebenaran yang dicari telah diangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak sekolah dasar pendidikan lanjutan dan
perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu
membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode
yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu
yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh
manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja,
diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan laut saja.
1
Semantara filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala
sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu
lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu,
ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya pendidikan
berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan
pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami
kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
BAB II PEMBAHASAN
Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata
philoshophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta,
senang, suka dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan. Hasan Shadily
mengatakan bahwa filsafat menurut arti katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan
demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan
atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah
orang yang mencintai akan kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
2
Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai
keakar-akarnya. Sesuatu disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila
berarti terbatas, filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas,
filsafat membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang sering dikatakan filsafat umum.
Sementara itu filsafat yang terbatas adalah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan
lain-lainnya.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu
yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh
manusia saja, sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati hanya sebagian kecil saja.
Misalnya mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan di laut saja.
Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba
sesuatu yang ada dipikiran dan renungan yang kritis.
Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu: metafisiska, epistemologi, logika, dan
etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut :
1). Metafisika adalah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat
dialam ini. Dalam kaitannya dengan manusia, ada dua pandangan menurut Callahan (1983)
yaitu :
a. Manusia pada hakekatnya adalah spritual. Yang ada adalah jiwa tau roh, yang lain adalah
semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan jwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk
mengaktualisasikan diri, pandangan ini dianut oleh kaum Idealis, Scholastik, dan beberapa
Realis.
2). Epistemologi adalah filsafat yang membahas tentang pergaulan dan kebenaran, dengan
rincian masing-masing sebagai beikut :
(1). Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedia, buku teks yang baik, rums dan tabel.
1). Koheren, sesuatu akan benar bila ia konsesten dengan kebenaan umum.
3
(2). Koresponden, sesuatu akan benar bila ia dengan tepat dengan fakta yang jelas.
(3). Pragmatisme, sesuatu dipandang benar bila konsekuensinya memberi manfaat bagi
kehidupan.
(4). Skeptivisme, kebenaran dicari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap.
3). Logika adalah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir dengan benar.
Dengan memahami filsafat logika diharapkan manusia bisa berpikir dan mengemukakan
penadapatnya secara tepat.
4). Etika adalah filsafat yang menguaraikan tentang perilaku manusia, Nilai dan norma
masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika
sangat besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangan
perilaku manusia, anatara lain afeksi peserta didik.
Junjun (1981) membagi proses perkembangan ilmu menjadi dua bagian yang seling berkaitan
satu dengan yang lain. Tingkat proses perkembangan yang dimaksud adalah:
1). Tingkat empiris adalah ilmu yang baru ditemukan di lapangan. Ilmu yang masih berdiri
sendiri, baru sedikit bertautan dengan penemuan yang lain sejenis. Pada tingkat ini wujud
ilmu belum utuh, masing-masing sesuai dengan misi penemuannya karena belum lengkap.
2). Tingkat penjelasan atau teoretis, adalah ilmu yang sudah mengembangkan suatu struktur
teoretis. Dengan struktur ini ilmu-ilmu emperis yang masih terpisah-pisah itu dicari kaitannya
satu dengan yang lain dan dijelaskan sifat kaitan itu. Dengan cara ini struktur berusaha
mengintergrasikan ilmu-ilmu empiris itu menjadi suatu pola yang berarti.
Dari uraian di atas kita sudah berkenalan dengan ilmu empiris berupa simpulan-simpulan
penelitian dan konsep-konsep serta ilmu teoretis dalam bentuk teori-teori atau grand theory-
grand theory.
Pendidikan adalah merupakan salah satu bidang ilmu. Sama halnya dengan ilmu-ilmu yang
lain, pendidikan lahir dari induknya filsafat. Sejalan dengan proses perkembangan ilmu-ilmu
pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya pendidikan
bersama dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan
pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami
kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena.
Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu
seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan
keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial
4
sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau
lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau
keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak.
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Secara garis besar
pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a). pendidikan, b). teori umum
pendidikan, dan c). ilmu pendidikan.
Pengertian pertama, pendidikan pada umumnya yaitu mendidik yang dilakukan oleh
masyarkat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada semenjak manusia ada di muka bumi ini.
Pada zaman purba, kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya secara insting atau
naluri, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunanya. Yang termasuk insting
manusia antara lain sikaf melindungi anak, rasa cinta terhadap anak, bayi menangis, kempuan
menyusu air susu ibu dan merasakan kehangatan dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan
perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran,
perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman. Mendidik bermaksud
membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari
kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah membudayakan manusia.
Kedua, pendidikan dalam teori umum, menurut John Dewey pendidikan itu adalah The
general theory of education dan Philoshophy is the general theory of education, dan dia tidak
membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, atau filsafat pendidikan sama
dengan teori pendidikan. Sebab itu ia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.
Konsep di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif, inti
filsafat pragmatis yang mana berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti filsafat
pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna hidup dan
kehidupan manusia.
Ketiga, ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang
lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh
sejumlah teori.
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua
untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya
kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan
bersama dengan sebaik-baiknya. Filsafat dalam pendidikan (filsafat pendidikan) digunakan
untuk memecahkan problem hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya dan
digunakan untuk memecahkan problematika pendidikan masa kini.
Beberapa masalah pendidikan yang memerlukan filsafat, yaitu :
5
1. Masalah pertama dan yang mendasar ialah tentang hakikat pendidikan.
Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia. Adalah merupakan hakikat hidup
dan kehidupan.
Apakah hakikat manusia itu dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan
kehidupan manusia?
Manakah yang lebih untuk dididik; akal, perasaan, atau kemauannya, pendidikan jasmani atau
mentalnya, pendidikan skill ataukah intelektualnya atau kesemuanya itu?
1. Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup
dan kehidupan. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang dibekali dengan
berbagai kelebihan, di antaranya kemampuan berfikir, kemampuan berperasaan,
kemampuan mencari kebenaran, dan kemampuan lainnya. Kemampuan-kemampuan
tersebut tidak akan berkembang apabila manusia tidak mendapatkan pendidikan. Allah
SWT dengan jelas memerintahkan kita untuk “IQRO” dalam surat Al-Alaq yang
merupakan kalamullah pertama pada Rosulullah SAW. Iqro di sini tidak bisa diartikan
secara sempit sebagai “bacalah”, tetapi dalam arti luas agar manusia menggunakan dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah Allah SWT berikan sebagai
6
khalifah fil ardl. Sehingga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan dan
perwujudan tugas manusia sebagai utusan Allah di bumi ini.
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan
alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur
dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan
pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam
hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.
2. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka
terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain,
individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu
menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing.
Sejak dahulu, disepakati bahwa dalam pribadi individu tumbuh atas dua kekuatan yaitu :
kekuatan dari dalam (kemampuan-kemampuan dasar), Ki Hajar Dewantara menyebutnya
dengan istilah “faktor dasar” dan kekuatan dari luar (faktor lingkungan), Ki Hajar
Dewantara menyebutnya dengan istilah “faktor ajar”.
Teori konvergensi yang berpendapat bahwa kemampuan dasar dan faktor dari luar saling
memberi pengaruh, kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Si pribadi
terpengaruh lingkungan, dan lingkungan pun diubah oleh si pribadi. Faktor-faktor intern
(dari dalam) berkembang dan hasil perkembangannya digunakan untuk mengembangkan
pribadi di lingkungan. Factor dari luar dan lingkungan kadang tidak berkembang dengan
baik, misalnya ketika pribadi terpengaruh oleh hal-hal negatif yang timbul dari luar
dirinya.
3. Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan
alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur
dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan
pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam
hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.
Secara sederhana Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan
secara sadar oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan
rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.Tujuan Pendidikan Nasional adalah
menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No 2
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan GBHN 1993, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri,
maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,
7
bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta
tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada
sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.
Selanjutnya Harry Scofield, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Barnadib dalam bukunya
Filsafat Pendidikan, menekankan bahwa dalam analisa filsafat terhadap masalah-masalah
pendidikan digunakan dua macam pendekatan yaitu pendekatan filsafat historis dan
pendekatan dengan menggunakan filsafat kritis.
Dengan pendekatan filsafat historis yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan-
pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dari para ahli
filsafat sepanjang sejarah. Dalam sejarah filsafat telah berkembang dalam bentuk sistematika,
jenis dan aliran-aliran filsafat tertentu.
Adapun cara pendekatan filsafat kritis, dimaksudkan dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan filosofis dan diusahakan jawabannya secara filosofis pula dengan menggunakan
berbagai metode dan pendekatan filosofis. Selanjutnya Schofield mengemukakan ada dua
cara analisa pokok dalam pendekatan filsafat kritis yaitu analisa bahasa (linguistik) dan
analisa konsep. Analisa bahasa adalah usaha untuk mengadakan interpretasi yang
menyangkut pendapat-pendapat mengenai makna yang dimilikinya. Sedangkan analisa
konsep adalah suatu analisa mengenai istilah-istilah (kata-kata) yang mewakili gagasan.
Pada sisi lain, falsafah yang mendasari ilmu pendidikan serta kebijakan dasar pendidikan
secara umum, pada saat ini dihadapkan pada konteks masyarakat Indonesia yang sedang
berubah, suatu masyarakat reformasi transisional yang diharapkan menuju masyarakat yang
sejahtera, berkeadilan, demokrasi, egaliter, menghargai kenyataan pluralitas masyarakat dan
sumber daya, otonomi, dsbnya. Kenyataan ini merupakan tantangan baru di tengah
“keringnya” ilmu pendidikan.
8
2.4 Hubungan Antara Filsafat dan Pendidikan
Filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa merupakan asas
dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa tersebut tanpa
terkecuali aspek di bidang pendidikan. Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus
berdasarkan filsafat yang dianut oleh suatu bangsa, sedangakan pendidikan merupakan suatu
cara atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri.
Menurut John Dewey, filsafat merupakan teori sebagai landasan dari semua pem ikiran
umum mengenai pendidikan. Menurut Hasan Langgulung, filsafat pendidikan adalah
penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang disebut
pendidikan. Prof. Dr. Oemar Muhammad Al-Toumy Al-syaibani secara rinci menjelaskan
bahwa filsafat pendidikan merupakan usaha mencari konsep-konsep di antara gejala yang
bermacam-macam, yang meliputi:
Bruner dan Burns dalam bukunya Problems in Education and Philosophy secara tegas
menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah merupakan tujuan filsafat, yaitu untuk
membimbing kearah kebijaksanaan.
Dari uraian diatas diperoleh hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, yaitu
sebagai berikut:
1. Filsafat, dalam arti filosofis merupakan suatu cara pendekatn yang dipakai dalam
memecahakan problematikapendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan.
2. Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran
filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
3. Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pembangunan teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan
(paedagogik).
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal
yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima
dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung
dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat
pendidikan.
9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Yunani: philoshophia. Terdiri
dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka dan kata sophia berarti pengetahuan,
hikmah dan kebijaksanaan. Hasan Shadily mengatakan bahwa filsafat menurut arti
katanya adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan
kebijaksanaan.
Diantara tugas filsafat antara lain adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis dan
teoritis (bahkan spekulatif) secara mendalam dan mendasar melalui proses pemikiran
yang sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup dan
kehidupan manusia.
Pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain.
Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu,
ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya
pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan
diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan
memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup
manusia.
Pendidikan adalah merupakan salah satu bidang ilmu. Sama halnya dengan ilmu-ilmu
yang lain, pendidikan lahir dari induknya filsafat. Sejalan dengan proses perkembangan
ilmu-ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya
pendidikan bersama dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri
dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan
memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup
manusia.
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Secara garis
besar pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a). pendidikan, b). teori
umum pendidikan, dan c). ilmu pendidikan.
3.3 Saran
Sebagai calon guru sudah sepantasnya kita memilih filsafat yang baik untuk kita
terapkan dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari supaya kita menjadi insan yang
memahami akan makna kehidupan dunia ini dan supaya bisa menjadi uswatun khasanah
(suri) tauladan) bagi peserta didik kita.
10
DAFTAR PUSTAKA
Https://nofytaarlianti.wordpress.com/2010/12/15/makalah/
11