Diana Alia Sofa SKDI 1
Diana Alia Sofa SKDI 1
Diana Alia Sofa SKDI 1
H2A013051P
Selanjutnya dapat diikuti oleh kelumpuhan otot proksimal yang lebih nyata berupa
kesulitan memanjat anak tangga, kesulitan bangkit dari posisi duduk, kesulitan
menyisir rambut
Gower’s sign
Waddling gait
Toe walking.
Pemeriksaan Laboratorium : CPK, SGOT/PT, LDH
Penunjang
Pemeriksaan neurofisiologi : NCV dan EMG
Biopsi otot : terjadi degenerasi otot tampak internal nuclei bertambah dan
jaringan ikat perimysium dan endomysium meningkat.
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan IQ
Eksitotoksisitas
Stres Oksidatif
Disfungsi mitokondria
Agregasi neurofilamen
Agregasi protein
Steele, J.C, McGeer, P.L.The ALS/PDC syndrome of Guam and the cycad hypothesis.
Neurology. 2008;70(21):1984-90.
Wijesekera, L.C, Nigel P. Amyotrophic Lateral Sclerosis. Orphanet J Rare Dis. 2009;3(4)
:3.
TIO
B-scan ultrasonografi jika tampilan lengkap segmen posterior tertutup oleh darah
Referensi Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta. Badan Penerbit FK UI. 2015
Green RL, Byrne SF. Diagnostic Ophtalmic Ultrasound. In: Ryan SJ, Ed. Retina. Edisi-3.
Missouri; Mosby 2001; 224-306.
Herman D et al. Vitreous Hemorrhage. In: Amercan Academy of Ophalmology: Retina
and Vitrous. 2014
Perbandingan Insidensinya dapat terjadi pada semua usia, dimana kejadian meningkat pada usia 20-50
jenis kelamin tahun dan menurun diatas usia 70 tahun.
dan Usia
Faktor Risiko 1. Infeksi
Infeksi virus (Herpes simplek virus, Cytomegalovirus, HIV)
Infeksi bakteri (M. tuberculosis)
Infeksi parasit (T.gondii)
2. Non infeksi
Koroiditis multifokal
Brishot choroidopathy
Sarkoidosis
Neoplasma
Pemeriksaan 1. Timpanometri
Penunjang Menurun pada perforasi membran tympani
2. Audiometri
Perforasi menyebabkan tuli konduktif 15-20 Db
Kerusakan rangakaian tulang pendengaran denganmembran tympani iutuh
menyebabkan tuli konduktif 55-65 Db
Kelemahan diskriminasi tutr yang rendah, tanpa melihat keadaan hantaran tulang,
menunjukan kerusakan koklea
3. Radiologi
Foto Rontgen Kepala : tampak massa kistik, translusen dengan tepi sklerotik dan
terdapat erosi tulang
CT Scan : erosi tulang kolesteatoma
4. MRI
Referensi Djaafar ZA. Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.
Perbandingan terjadi pada 27% bayi hampir aterm yang menderita penyakit paru berat ( misal sindroma
jenis kelamin distres pernafasan. Aspirasi mekonium, pneumonia, sepsis ), 50% pada bayi yang
dan Usia menderita hipoplasi pulmoner
Pemeriksaan 1. Elektrolit
Penunjang Serum bikarbonat meningkat
Hiponatremia, hipokalemia, hipokloremia
Nitrogen urea dan kreatinin meningkat
2. Analisa Gas Darah
Retensi CO2
3. Urinalisa
Adanya sel darah merah, mengindikasikan adanya kemungkinan nefrokalsinosis
sebagai hasil dari pemakaian diuretik jangka lama
4. EKG
RVH dan elevasi dari tekanan arteri pilmonal dengan deviasi aksis ke kanan
5. Ekokardiografi
Peningkatan waktu interval sisitolik kanan, penebalan dinding ventrikel kanan dan
abnormalitas dari geometri ventrikel kanan.
Referensi Landia, S. Dan Retno, A.S. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: IDAI, halaman
483-49
Janet, M.R. and Roberton, N.R.C. 2010. Textbook of Neonatology 3rd Edition. England:
Churcill Livingstone, halaman 608-622
No. 2 SISTEM RESPIRASI – Level SKDI 1
Emboli Paru
peristiwa infark jaringan paru akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri pulmonalis oleh peristiwa emboli.
Etiologi Penyebab utama tromboemboli vena (venous thromboembolism), penyebab lain emboli
udara, emboli lemek, cairan amnion, fragmen tumor dan sepsis.
Perbandingan -
jenis kelamin
dan Usia
Faktor Risiko Jenis kelamin : laki-laki
Obesitas
Usia lanjut
Trauma ; seperti fraktur tulang panjang
Immobilisasi
Keganasan
Kehamilan kontrasepsi oral
Gagal jantung kongetsif
Tanda Takikardi
(Pemeriksaan Ronki
Fisik) Mengi
takipnea
Distensi vena leher
S3 gallop
Pulsasi jantung kanan di dinding dada
Sianosis
Suhu 38,50C
Pemeriksaan 1. Foto Thorax : pembesaran arteri pulmonal yang semakin bertambah pada serial foto
Penunjang thorax
2. Analisa Gas Darah : kadar PO2 menurun, PCO2 normal atau sedikit menurun
3. EKG :
Gel Q yang sempit diikuti T inverted di Lead III, gel S di Lead I menandakan
perubahan posisi jantung yang dikarenakan dilatasi atrium dan ventrikel kanan
P pulmonal
Right Bundle Branch Block yang baru
Right ventricular strain dengan T inverted di Lead V1 – V4
Aritmia supraventricular takikardi
4. Ekokardiografi
5. ELISA D-dimmer
6. Scanning Ventilasi Perfusi
7. Spiral Pulmonary Computed Tomography Scanning
8. Pulmonary Scintigraphy
9. Angiografi paru
Referensi Goldhaber SZ. Pulmonary Embolism. In : Zipes, Libby, Bonow, Braunwald, editors.
Braunwald’s Heart Disease, A Textbook of Cardiovascular Medicine. Edition 7th.
Philadelphia : Elsvier saunders. 2005;1789-06.
Etiologi Penyakit autosomal resesif akibat mutasi gen yang terletak pada kromosom 7.
Perbandingan Harapan hidup rata rata lebih tinggi pada perempuan. Gejala dan keluhan terjadi pada
jenis kelamin masa anak tetapi saat ini, penderita bisa bertahan sampai usia 18 tahun.
dan Usia
Faktor Risiko Genetic
Gejala 1. Batuk kronik dan berdahak, sering berulang, menggambarkan infeksi saluran nafas
(anamnesis) yang memburuk
2. Selama fase eksaserbasi, batuk makin parah, dahak makin banyak, purulen kadang
bercampur darah.
3. Anoreksia
4. BB menurun
5. Demam
Tanda Kurus
(Pemeriksaan Clubbing finger
Fisik) Barrel chest (bentuk dada seperti tong)
Ronkhi bagian apex
Wheezing
Otot bantu nafas +
Sianosis
Hipertensi paru dan gagal jantung kanan.
Pemeriksaan 1. Laboratorium: uji keringat untuk mencari kandungan CL dalam keringat.
Penunjang 2. Fotothorax: hiperinflasi paru, bronkus menebal, kista penuh pus pada lobus paru atas.
3. Uji faal paru
4. Genotyping
5. Analisa semen: azoosperma
6. Foto sinus: pansinusitis
7. Uji fungsi kelenjar eksokrin
Referensi Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
DalamEdisi V, Jakarta, Interna Publishing; 2014.
No. 1 SISTEM KARDIOVASKULER – Level SKDI 1
Koarktasio aorta
Koarktasio Aorta adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat percabangan
arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.
Koartasio aorta adalah suatu keadaan dimana terdapat konstriksi atau penyempitan dari aorta. Darah tidak
secara bebas mengalir keseluruh tubuh, sehingga terjadi penigkatan tekanan darah.
Tanda Tekanan darah tinggi dilengan, dengan perbedaan tekanan yang signifikan antara
(Pemeriksaan lengan dan tungkai
Fisik) Denyut nadi femoralis (selangkangan) lebih lemah dibandingkan dengan denyut nadi
karotis (leher) atau denyut nadi femoralis sama sekali tak teraba
Dengan bantuan stetoskop bisa terdengar murmur (bunyi jantung abnormal)
Mungkin ditemukan tanda-tanda gagal jantung kiri (terutama pada bayi) atau tanda-
tanda dari regurgitasi aorta
Referensi Sudoyo, AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 2006. Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
CT scan
Tes vasodilator
Biopsi paru
Laboratorium
Biomarkers atrial naturetic peptide (ANP), brain naturetic peptide
(BNP), dan katekolamin.
Referensi Sudoyo, AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2006. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Pemeriksaan USG
Penunjang
William Yan S. Skrining Ultrasonografi untuk Deteksi Awal Aneurisma Aorta Abdominalis.
Jakarta : CDK-233, Vol.42 no.10. 2015; 792-4.
No. 1 SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER, DAN PANKREAS – Level SKDI 1
Ruptur Esofagus
Sindrom Boerhaave) adalah rupturnya dinding esophagus. Perforasi esofagus adalah iatrogenik, biasanya
karena instrumentasi medis seperti bedah endoskopi atau paraesophageal. Sebaliknya, sindrom Boerhaave
istilah dari perforasi esofagus yang terjadi akibat muntah. Triad Mackler : Vomitus, Nyeri dada, emfisema
subkutan
Etiologi Trauma langsung : luka tusuk, benturan dada
Spontan akibat peningkatan tekanan intralumen
Benda asing
Perforasi iatrogenik
Perforasi bahan kimia
Perbandingan Lebih banyak terjadi pada laki-laki
jenis kelamin
dan Usia
Faktor Risiko Proses pembedahan thorax abdomen
Pemasangan NGT
Tindakan endoskopi
Muntah keras yang disebabkan oleh makanan berat atau alkohol
Gejala Nyeri dada akut menjalar ke punggung atau bahu
(anamnesis) Muntah berulang
Sesak nafas
Nyeri telan
Suara serak
Ketidaknyamanan saat berbaring datar
Tanda Takikardi
(Pemeriksaan Takipnea
Fisik) Febris (suhu > 38,5⁰C)
Krepitasi kulit daerah leher atau dada (empisema kutis)
Pembengkakan leher
Pemeriksaan 1. Foto Thorax :
Penunjang Empisema servikalis, empisema mediastinum
Pneumothorax
Mediastinitis
Aspirasi pnumonia
2. Esofagografi : dengan gastrografin atau water soluble contrast
Menentukan letak rupturberupa ekstravasasi dari kontras
3. CT Scan
Menunjukan inflamasi jaringan lunak dan abses
Dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi kritis
MRI
Referensi Taslak S, Durgum Y. Early Diagnosis Saves Lives in Esophageal Perforation. Turk J Med
Sci. 2013;43:939-45
Perbandingan -
jenis kelamin
dan Usia
Faktor Risiko 1) Agent : bakteri Yersinia pestis
2) Host : Manusia
3) Port the entry : kulit disertai transmisi kontak dengan binatang terinfeksi
4) Faktor lingkungan: kotor, kumuh
5) Faktor ekonomi : rendah
Gejala 1. Plague Bubonik
(anamnesis) Onset gejala muncul beberapa jam sampai 12 hari setelah paparan bakteri
Mengigil mendadak
Demam tinggi sampai 41,5⁰C
Gelisah dan mengigau
2. Plague Pneumonik
Muncul dalam waktu 2-3 hari pasca terinfeksi
Demam tinggi
Menggigil
Sakit kepala hebat
Batuk
Dahak jernih kemudian menjadi berwarna merah muda atau merah terang dan berbusa
3. Plague Pestis Minor
Gejala seperti Plague Bubonik ringan
Sakit kepala
Kelelahan
4. Plague Septikemik
Mual
Muntah
Diare
Nyeri perut
Perdarahan dibawah kulit
Tanda 1. Plague Bubonik
(Pemeriksaan Nadi cepat dan lemah
Fisik) Tekanan darah dapat turun
Suhu tinggi
Pembesaran kelenjar getah bening sebesar buah duku di selangkangan, ketiak, atau
leher. Teraba lunak, tegas, hangat, warna kemerahan, pembengkakan daerah sekitar
2. Plague Pneumonik
Penurunan kesadaran
Denyut jantung cepat
Nafas cepat dan dangkal
3. Plague Septikemik
Pucat
Penurunan kesadaran hingga koma
Ekymosis berkembang menjadi gangrene
Pemeriksaan 1. Leukositosis dengan dominasi neutrofil diteliti, dan tingkat leukositosis sebanding
Penunjang dengan tingkat keparahan dari sakit
2. Hapusan darah perifer menunjukkan granulasi beracun
3. Trombositopenia adalah umum, dan tingkat produk degradasi fibrin mungkin
meningkat
4. Transaminase serum dan kadar bilirubin dapat meningkat
5. Proteinuria mungkin ada, dan temuan tes fungsi ginjal mungkin abnormal
6. Hipoglikemia dapat diamati
Referensi Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC
b. CT Scan: Untuk menunjukan isthmus dari tapal kuda, keberadaan batu, massa/
hidronefrosis
c.
Referensi Purnomo, Basuki B. 2003. Dasar-dasar Urologi. Edisi Ke-2. Malang: Sagung Seto. 125-
126.
No. 2 SISTEM GINJAL DAN SALURAN KEMIH – Level SKDI 1
Seminoma Testis
Salah satu jenis karsinoma testis yang berasal dari sel germinativum turunan gonadal
dengan gambaran histopatologis yang ditandai oleh bentukan sel besar dengan batas yang
jelas, sitoplasma jernih kaya akan glikogen dan nucleus bulat dengan nucleolus jelas
Etiologi Testis undesensus
Penggunaan obat dietistibisterol oleh ibu saat hamil
Perkembangan testis abnormal
Perbandingan Pada laki-laki. Usia 15-45 tahun atau 80-90 tahun
jenis kelamin
dan Usia
Faktor Risiko Genetik
Faktor ibu
Gonadal dysgenesis
Androgen insensivity syndrom
Infertilitas
Gejala Ada benjolan pada testis tanpa rasa sakit
(anamnesis) Tidak ada nyeri tekan
Tanda Nyeri tekan (-)
(Pemeriksaan Massa berbatas tegas/ keras
Fisik) Tes transluminasi (-)
MRI:
Histologi:
proliferasi monoton sel yang besar, dan bentuknya bulat, oleh karenanya disebut
"fried egg" appearance yang tersusun dalam barisan dengan nuclei dan nucleolus
yang bwsar dan berada di sentral
Dalam teratoma, bagian luar dari dinding tumor biasanya dilapisi dengan jaringan
aslinya. Rongga kista sering dilapisi dengan epitel skuamosa keratin dan biasanya
berisi banyak sebasea dan kelenjar keringat. Rambut dan kulit pelengkap lainnya
biasanya muncul. Kadang-kadang, dinding kista dilapisi oleh epitel bronkial atau
gastrointestinal
McLeod NP, Vallely MP, Mathur MN. Massive Immature Mediastinal Teratoma Extending
into the Left Pleural Cavity. Heart Lung and Circulation 2005;14:45–7
No. 1 SISTEM REPRODUKSI – Level SKDI 1
Kistokel
atau sistokel merupakan keadaan seperti hernia dimana organ-organ panggul (vesika urinaria) menonjol
melalui dinding depan vagina. Kistokel disebabkan akibat lemahnya dinding antara vagina dan kandung
kemih yang menyebabkan prolapse kandung kemih kedalam vagina.
Etiologi Pasca persalinan lama
Menopause
Penegangan berulang-ulang selama pergerakan bowel (mengedan keras saat BAB)
Perbandingan Hanya pada wanita dan meningkat dengan pertambahan usia.
jenis kelamin
dan Usia
Faktor Risiko Kelainan dalam persalinan.
Perubahan yang disebabkan oleh menopause, seperti melemah dan hilang tonus jaringan
dan kadar hormon estrogen
Kelebihan berat badan, yang menciptakan tekanan ekstra di area panggul.
Operasi panggul sebelumnya, seperti histerektomi atau perbaikan kandung kemih.
Angkat berat.
Batuk jangka panjang.
Sembelit jangka panjang, karena mengejan berlebihan saat pergi ke toilet
Gejala Perasaan penuh atau tekanan di panggul dan vagina
(anamnesis) Perasaan buang air kecil tidak puas
Sulit menahan buang air kecil
Perasaan seperti ada benjolan yang terduduki saat duduk
Nyeri saat melakukan hubungan seksual
Tanda Grade I (ringan) : kandung kemih turun sedikit kejalan vagina
(Pemeriksaan Grade II (sedang) : kandung kemih masuk kejalan vagina cukup jauh kedaerah pintu
Fisik) vagina
Grade III (berat) : kandung kemih menonjol keluar pintu vagina
Pemeriksaan Sistokopi
Penunjang Sistouretrogafi
Referensi Menefee. Incontinence, Prolapse and Disorder of Pelvic Floor. In: Berek JS. Noval’s
Gynecology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2002.
Pemeriksaan X ray
Penunjang
Referensi Ralston S, Langston A, Reid I. Pathogenesis and Management of Paget’s Disease of Bone.
The Lancet. 2008; 372 : 155-163
Tanda Terdapat massa pada payudara lebih besar dari fibro adenoma
(Pemeriksaan Retraksi puting
Fisik)
Pemeriksaan Biopsi
Penunjang
Referensi Mishra SP, Tiwary SK, Mishra M, Khanna AK. Phyllodes tumor of breast: a review
article. ISRN Surg. 2013;2013:361469.
No. 1 SISTEM ENDOKRIN METABOLIK DAN NUTRISI – Level SKDI 1
Akromegali, Gigantisme
Gigantisme merujuk kepada keadaan tinggi badan berdiri lebih dari 2 standart deviasi dari rata- rata sesuai
dengan jenis kelamin, usia dan stadium Tanner. Pertumbuhan linear yang abnormal karena aksi Insulin-like
Growth Factor-I (IGF-I)/GH menyebabkan gigantisme ketika lempeng pertumbuhan epifiseal terbuka saat
masa kanak-kanak, ketika pubertas muncul akan diikuti dengan perubahan akromegalik yang progresif
menyebabkan akromegalik gigantisme.
Akromegali merpakan gangguan pertumbuhan somatik dan proporsi, dimana terjadi pembesaran tangan dan
kaki.
Etiologi Adenoma somatotrop, dan dapat juga disebabkan oleh lesi ekstrapituitary tetapi cukup
jarang
Tumor mammosomatotrop dan adenoma acidophilic stem-cell yang mensekresi GH dan
Prolaktin
Perbandingan Akromegali terjadi sama pada laki- laki dan perempuan, dengan usia rerata pasien yang
jenis kelamin terdiagnosis akromegali adalah 40-45 tahun.
dan Usia
Faktor Risiko Genetik
Adanya tumor
Genetik
Osteoartritis
Diabetes Melitus
Hipertensi
Gejala Pertumbuhan tidak sesuai dengan anak-anak seusia nya
(anamnesis) Pembesaran akral, pembengkakan jaringan lunak, hingga terjadinya osteoartritis,
diabetes melitus dan hipertensi
Pemeriksaan
Penunjang
Referensi Melmed S. Acromegaly Pathogenesis and treatment. J Clin Invent. 2009. P 3189-202
Cahyanur R, Soewondo P. Akromegali. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 6. Nomer:
6. Jakarta. 2010. P 279-83
Akin F, Yerlikaya E. Acromegaly and Gigantism. Pamukkale university Faculty of
Medicine Devision of Endocrinology and Metabolism, Turkey.2011. p 53-74
No. 2 SISTEM ENDOKRIN METABOLIK DAN NUTRISI – Level SKDI 1
Prolaktinemia
Peningkatan kadar prolaktin yang terjadi pada wanita yang tidak hamil dan dapat menyebabkan amenorrhoea
atau galactorroea atau keduanya.
Etiologi Gangguan dari hipofisis anterior, seperti mikroadenoma dan idiopatik.
Perbandingan Banyak terjadi pada wanita masa subur
jenis kelamin
dan Usia
Faktor Risiko Kehamilan
Hipotiroidisme
Pemakaian obat antagonis dopamin
Sindrom ovarium polikistik
Gejala Menars terlambat
(anamnesis) Gangguan siklus haid
Libido menurun
Vagina kering
Nyeri kepala
Gangguan visus
Tanda Atrofi payudara
(Pemeriksaan Galaktorea unilateral / bilateral, konsistensi encer / kental
Fisik) Tidak ditemukan tanda-tanda kehamilan
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan kadar prolaktin serum (normal : 10 - 28µg/L)
Penunjang Peningkatan kadar prolactin tinggi (>100µg/L) : sering terkait dengan
hipogonadisme, galaktorea dan amenorrhea
Peningkatan kadar prolactin sedang (51 - 75µg/L)
Peningkatan kadar prolaktin ringan (31 - 50µg/L) : Sering terkait dengan fase luteal
pendek, penurunan libido dan infertilitas
2. Pemeriksaan kadar TSH untuk mendeteksi adanya hipotiroid sebagai penyebab
terjadinya peningkatan sekresi prolactin
3. Pemeriksaan kehamilan kecuali pada wanita menopause atau pernah melakukan
histerektomi
4. Pemeriksaan fungsi ginjal untuk mendeteksi gagal ginjal
5. Pemeriksaan MRI (gold standard untuk mendeteksi adenoma)
Tanda Pucat
(Pemeriksaan Hipotensi ortostatik
Fisik) Kulit hiperpigmentasi
Pubertas terlambat
Pemeriksaan 1) Laboratorium :
Penunjang Hiponatremia
Hipoglikemia
Limfositosis eosinofilia
Anemia normositik
Hiperkalemia
Growth hormon menurun
2) Tes ACTH stimulation (tes spesifik)
3) Tes CRH stimulation : adrenal insuff primer mempunyai ACTH tinggi tetapi tidak
menghasilkan kortisol, adrenal insuff sekunder menghasilkan defisit respon kortisol
tetapi tidak ada/lambat terhadap respon ACTH
Referensi Michels A, Nicole M. Addison Diesease : Early Detection and Treatment Principles.
Americian Family Physician. Indian Journal of Clinical Practice, Vol.26, No.8. 2014 Nov
No. 1 SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI – Level SKDI 1
Limfoma Hodgkin dan Non Hodgkin
Limfoma adalah sekumpulan keganasan primer pada kelenjar getah bening dan jaringan limfoid. Berdasarkan
tipe histologiknya, limfoma dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Limfoma Non Hodgkin dan
Hodgkin.
Limfoma Non Hodgkin (LNH) merupakan sekumpulan besar keganasan primer kelenjar getah bening dan
jaringan limfoid ekstra nodal, yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan sel NK ”natural killer”.
Limfoma Non Hodgkin yang pertumbuhannya lambat disebut indolent/ low grade dan untuk yang
pertumbuhannya cepat disebut aggresive/ high-grade.
Limfoma Hodgkins ( LH ) terjadi karena mutasi sel β pada sistem limfatik, dengan hasil deteksi yaitu
adanya sel abnormal reed-stenberg dalam sel kanker. Limfoma hodgkins memiliki 5 subtipe. Limfoma
hodgkin sendiri merupaka jenis yang paling bisa disembuhkan dan biasanya menyerang kelenjar getah bening
yang terletak dileher dan kepala.
Etiologi Idiopatik
Perbandingan Perbandingan laki laki dan perempuan= 1,3-1,4 : 1. Limfoma Non Hodgkin lebih sering
jenis kelamin terjadi pada usia > 60 tahun. Limfoma Hodgkins ( LH ) Umumnya pasien didiagnosa pada
dan Usia saat usia 20-30 tahun dan >60 tahun
Faktor Risiko Usia
Factor genetic
Infeksi : virus Epstein – Barr atau EBV, itomegalovirus, HIV, Human Herpes VIRUS-
6/HHV-6.
Sistem kekebalan tubuh yang lemah
Jenis kelamin
Keluarga pasien Hodgkins (adik kakak)
Paparan kimia beracun
Gejala Demam tinggi 38⁰C selama 1 minggu tanpa sebab yang jelas
(anamnesis) Keringat berlebih saat malam
Penurunan berat badan >10% dalam waktu 3 bulan
Hilang nafsu makan
Kulit gatal yang terus menerus
Mudah lelah
Pembesaran kelenjar getah bening leher, ketiak, atau lipat paha
Sakit kepala
Tanda Pembesaran kelenjar getah bening
(Pemeriksaan Tumor padat, kenyal, terfiksir, tidak nyeri, tidak ada tanda inflamasi
Fisik)
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
DalamEdisi V, Jakarta, Interna Publishing; 2014.
MRI
Referensi Christian Gerecke. The Diagnosis and Treatment of Multiple Myeloma. Dtsch Arztebl Int.
2016 Jul; 113(27-28): 470–476. Published online 2016 Jul 11.
doi: 10.3238/arztebl.2016.0470
MRI
CT Scan
Referensi Sjamsuhidajat R, Jong WD. Sistem Muskuloskeletal. In : Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed.
Jakarta : EGC; 2005. p. 835.
Referensi John M Pettifor (2004). Nutritional rickets: deficiency of vitamin D, calcium, or both?
American Journal of Clinical Nutrition, Vol. 80, No. 6, 1725S-1729S, December 2004
Rasjad Chairuddin prof. MD. Ph.D, Pengantar ilmu bedah Ortopedi, Bintang Lamumpatue,
2003
Sjamsuhidayat, R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, EGC: Jakarta, 2005
Fletcher CDM, Unni KK, Mertens F (2006).Pathology and genetics of tumor soft tissue
and bone. Lyon : International Agency for Research on Cancer, pp:147-148
No. SISTEM INTEGUMEN – Level SKDI 1
1 Melanoma Maligna
keganasan yang terjadi pada melanosit, sel penghasil melamin, yang biasanya berlokasi dikulit tetapi
juga ditemukan di mata, telinga, traktus GI, leptomeninges, oral dan membran mukus genital.
Etiologi Sel-sel pigmen kulit berkembang secara tidak normal
Paparan sinar UV
Perbandingan Lebih banyak terjadi pada wanita < 40 tahun. Laki-laki >40 tahun
jenis kelamin
dan Usia
Faktor Risiko Pajanan sinar ultraviolet berlebihan
Melanocynotic nevi atau tahi lalat
Karakteristik Fenotipe ( pigmentasi kulit terang)
Riwayat keluarga menderita Melanoma Maligna
Riwayat Melanoma Maligna sebelumnya
Imunosupresi
Genetik
Gejala Benjolan coklat kehitaman dada dan punggung (laki laki), tungkai bawah (wanita).
(anamnesis) Sering juga di wajah dan leher
Muncul tahi lalat baru/ adanya perubahanpada tahi lalat yang sudah ada
Tahi lalat terasa gatal dan bisa mengalami perdarahan
Kulit menjadi lebih terang karena ketidakmampuan menjadi kecoklatanMata menjadi
biru/ hijau
Rambut menjadi merah/ pirangRiwayat melanoma sebelumnya atau ada riwayat
melanoma di keluarga
Tanda A(Asymmetry/bentuk tumor tidak simetris)
(Pemeriksaan B(Border irregularity/garis batas tidak teratur)
Fisik) C(Color variation/dari tidak berwarna sampai hitam pekat dalam satu lesi)
D(Diameter/tumor berdiameter 6mm)
E(Evolution/perubahan lesi yang dapat diperhatikan sendiri oleh penderita dan
keluarga)
Kriteria diagnosis
1. Mayor
Perubahan ukuran lesi
Bentuk lesi tidak beraturan
Perubahan warna lesi
2. Minor
Lesi berdiameter > 7 mm
Terdapat proses inflamasi
Berkrusta atau berdarah
Ada perubahan sensasi seperti gatal
Pemeriksaan 1. Histopatologi
Penunjang 2. Sentinel Lymph Node Biopsi
3. Dermoskopi: Umumnya pola asimetris dengan warna yang bermacam-macam.
Dicurigai melanoma bila didapatkan paling sedikit 1 gambaran berikut:
Blue white veil
Broadened Netwoek
Pseudopods
Scar like depigmentation/ regression structures
Atypical vessels
Peripheral black dots and globules
Multiple brown dots
Multiple blue gray dots
Referensi Meiling. Malignant Melanoma, melanoma journal articles for August 2017, diambil 9
januari 2020 dari https://melanomaresearchvic.com.au/melanoma-journal-articles-
august-2017