Cerita Rakyat Jawa - Putri Ayu Lestari

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Anggota Kelompok 3

1. Agung Satrio Putro

2. Alvira Widari

3. Putri Ayu Lestari

4. Vivin Juliandra Waruwu

5. Zuhriah Umi Kalsum

Kelas : Reguler E'19

Cerita Rakyat Suku Jawa tengah

1. Timun Mas

Cerita Timun Mas mungkin telah menjadi salah satu cerita rakyat yang begitu familiar di tengah
masyarakat Indonesia, khususnya daerah Jawa. Kisah ini sangat populer yang kerap diceritakan di buku-
buku dongeng dan film-nya sempat ditayangkan di televisi. Dongeng Timun Mas diawali dengan
keinginan Mbok Rondo ( seorang janda) yang mengidam-idamkan seorang anak. Keinginannya tersebut
mustahil didapatkan mengingat usianya yang beranjak tua dan tidak mungkin menikah lagi.Lantas, Mbok
Rondo pun mengikat perjanjian dengan Raksasa Hijau yang dipercaya dapat mengabulkan keinginannya.
Raksasa tersebut memberikan sebuah timun berwarna kekuningan yang nantinya akan lahir dari
dalamnya seorang bayi. Raksasa berpesan, apabila bayi yang muncul adalah bayi perempuan, maka
Mbok Rondo harus bersedia menyerahkannya untuk menjadi santapan Raksasa.

Mbok Rondo pun menerimanya dan menyetujui persyaratan yang diminta.Setelah dirawat selama tujuh
hari di bawah lampu sentir, lahirlah dari dalam timun tersebut seorang bayi perempuan yang cantik dan
menenangkan.Bayi tersebut diambil dari timun yang telah berwarna kuning keemasan tersebut. Maka,
Mbok Rondo menamainya Timun Mas.Timun Mas tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cantik,
pintar, dan baik hati. Mbok Rondo amat menyayanginya, begitu pun Timun Mas yang juga sangat
menyayanginya. Namun amat disayangkan, Mbok Rondo masih terikat janji dengan Raksasa Hijau untuk
menyerahkan anak perempuannya untuk menjadi santapannya.Maka, kisah Timun Mas dilanjutkan
dengan petualangan Mbok Rondo dan Timun Mas bagaimana menyelamatkannya dari kejaran Raksasa
Hijau yang mau menyantapnya.

Namun, dari banyaknya cerita yang beredar akhir cerita dari kisah timun mas ini adalah raksasa yang
akhirnya kalah dari timun mas dan ibunya lalu meninggal dunia.

Nilai Moral : pesan moral yaitu kita tidak boleh mengancam dan berlaku jahat kepada orang lain karena
kita akan memperoleh hukuman setimpal. Raksasa yang sangat jahat mendapat hukuman dengan
tenggelam di danau lumpur akibat ingin membunuh Timun Mas.
Nilai yang dapat diterapkan dalam pengajaran di sekolah : anak-anak bisa memetik pelajaran bahwa
niatan yang jahat seperti yang dilakukan raksasa bisa mendatangkan celaka. Anak-anak juga bisa melihat
dengan usaha, kerja keras, dan rasa percaya diri bisa menghadapi segala rintangan.

2. Kisah Jaka Tarub dan tujuh bidadari

Legenda Jaka Tarub merupakan salah satu cerita rakyat yang cukup populer di kalangan masyarakat
Jawa. Cerita ini bahkan diabadikan dalam naskah populer Sastra Jawa Baru, Babad Tanah Jawi. Babad
Tanah Jawi sendiri adalah naskah sejarah Kesultanan Mataram. Sebagian cerita yang tertulis di dalamnya
memang mendekati fakta sejarah. Namun, sebagian cerita lainnya dinilai cenderung bersifat khayalan.
Kisah legenda ini berputar pada kehidupan tokoh utama bernama Jaka Tarub (pemuda dari Tarub).
Setelah dewasa, ia digelari Ki Ageng Tarub.

Secara garis besar, legenda ini menceritakan kisah Jaka Tarub yang mencuri salah satu selendang dari
tujuh bidadari kayangan yang sedang mandi di sebuah danau di hutan. Hingga hari beranjak sore,
bidadari-bidadari tersebut harus kembali ke kayangan. Sementara satu bidadari bernama Nawangwulan
harus tertinggal di bumi lantaran selendangnya raib dicuri oleh Jaka Tarub.Akhirnya, Jaka Tarub
memperistri Nawangwulan hingga dikaruniai seorang anak bernama Nawangsih.Setelah sekian tahun
membina rumah tangga bersama Jaka Tarub, Nawangwulan akhirnya menemukan selendangnya yang
hilang di lumbung padi belakang rumah Jaka Tarub.Karena merasa ditipu oleh Jaka Tarub, Nawangwulan
marah dan kembali ke kayangan meninggalkan Jaka Tarub.

Sementara itu, Jaka Tarub harus menanggung akibatnya dengan merawat anaknya sendirian.
Nawangwulan yang marah besar juga tidak sudi lagi menemui Jaka Tarub selamanya. Kemudian, ada
juga cerita dari masyarakat suku Jawa yang mengatakan bahwa Nawangwulan jika berpesan kepada
Jaka tarub agar ketika anaknya menangis maka jakatarub harus meletakkan anaknya di pohon pisang
raja. Hingga sampai saat ini terciptalah mitos bagi orang yang bersuku Jawa, apabila anak balita yang
menangis tidak kunjung diam, maka harus meletakkan anak tersebut di pohon pisang raja.

Nilai Moral : Dewi Nawang Wulan memaafkan suaminya yang telah berbuat salah kepada dirinya.
:kelapangan hati Dewi Nawang Wulan untuk memafkan suaminya, juga Jaka Tarub yang dengan ikhlas
merelakan isterinya.

Nilai Budaya : Dewi Nawang Wulan masih menggunankannya cara tradisinoal dalam mengolah bulir-
bulir padi menjadi nasi.3. Roro Jonggrang dan asal usul candi Prambanan

3. Roro Jonggrang

Kisah Roro Jonggrang tercatat sebagai salah satu cerita rakyat yang populer dari Jawa Tengah dan
Yogyakarta. Cerita ini mengisahkan tentang percintaan seorang pangeran bernama Bandung Bondowoso
dan seorang putri bernama Roro Jonggrang, yang diakhiri dengan dikutuknya sang putri menjadi sebuah
batu karena tipu muslihat yang dilakukannya.

Dongeng ini juga memperlihatkan bagaimana asal usul terbangunnya Candi Prambanan, Candi Sewu,
Keraton Ratu Baka, dan arca Dewi Durga yang ditemukan di dalam komplek Candi Prambanan. Kisah ini
diawali dengan terpikatnya pangeran Bandung Bondowoso kepada seorang putri dari Prabu Baka
setelah ia mengalahkannya. Putri tersebut bernama Roro Jonggrang. Ketika Bandung Bondowoso
hendak mempersuntingnya, Roro Jonggrang menolak lamaran tersebut lantaran ia tidak mau menikah
dengan orang yang telah membunuh ayahnya.

Namun, Karena terus menerus dibujuk, akhirnya sang putri bersedia menikahinya namun dengan syarat-
syarat yang mustahil dilakukan. Salah satunya, Bandung Bondowoso harus membangun seribu candi
dalam waktu satu malam.

Dengan mengerahkan bantuan jin, setan, dan dedemit, Bandung Bondowoso mampu membangun
candi-candi dengan sangat cepat. Sampai ketika candi ke-1000 hampir selesai, Roro Jonggrang merasa
khawatir dan berusaha menggagalkan rencananya. Ia membangunkan dayang-dayang dan wanita-
wanita desa untuk mulai menumbuk padi, serta memerintahkan agar tumpukan jerami dibakar di sisi
timur. Suara antan yang bertalu-talu dan sinar pembakaran jerami di sisi timur mengesankan bahwa hari
telah terbit fajar. Dengan begitu, pasukan jin dan dedemit merasa ketakutan dan kembali ke dalam
bumi.Setelah Bandung Bondowoso menyadari tipu muslihat sang putri, ia sangat murka dan mengutuk
Roro Jonggrang menjadi sebuah batu. Namun karena kemurahan hati Dewa Siwa, Roro Jonggrang
berubah menjadi sebuah arca. Arca Roro Jonggrang tersebut lalu diletakkan sebagai pelengkap candi ke-
1000.

Analisis

nilai sosialnya : di bumi ini makhluk satu sama lain saling membutuhkan (makhluk sosial) dan
memberikan keuntungan masing-masing.

nilai budayanya : segala bentuk peninggalan sejarah harus terus dijaga dan dilestarikan sehingga para
generasi berikutnya juga mengetahui sejarah atau cerita sebelum ia lahir dengan bukti nyata

nilai moral : sebaiknya sebagai makhluk sosial kita dapat mengontrol emosi yang ada, dengan menjaga
perkataan kita yang kita ucapkan

4. Kisah Roro Mendut

Roro Mendut adalah gadis pantai dari desa Telukcikal. Roro Mendut hidup dengan Kakek Siwa atau
orang tua angkatnya karena ia adalah anak yatim piatu. Ketika menginjak dewasa, ia dipungut oleh
Adipati Pragolo penguasa Pati yang tidak mau tunduk pada kerajaan Mataram. Ambisi pihak Mataram
adalah menyatukan seluruh daerah Jawa dalam kesatuannya. Daerah Pati yang belum mau tunduk pun
menjadi sasaran Mataram. Maka diutuslah Panglima Perang Mataram, Tumenggung Wiraguna untuk
memberantas Pati. Segera puri Pragolo dihancurkan dengan cepat kilat karena kalah senjata. Sebagai
rampasan perang, dibawalah seluruh selir dan permaisuri puri Pragolo. Tumenggung Wiraguna
terkesima melihat Roro Mendut karena kelincahan dan keberaniannya untuk lari dari tentara Mataram.
Maka sebagai permintaan balas jasa atas keberhasilannya ini, Wiraguna memohon Susuhan
Hanyakrakusuma (Sultan Agung) untuk mendapatkan Roro Mendut sebagai selirnya. Bagi Wiraguna,
bukan kecantikan Roro Mendut yang ia inginkan, tetapi dalam hatinya ia memandang Roro Mendut
sebagai lambang orang Utara yang tidak mau mengakui kedaulatan Mataram dan Roro Mendut ini
adalah wanita yang memiliki inner beauty yang dahsyat.

Adat Jawa waktu itu menganggap wanita sebagai lambang kejantanan dan kekuasaan. Maka banyak
pembesar Jawa memiliki banyak wanita waktu itu. Adat ini ditentang Roro Mendut secara langsung
dengan tidak mau menjadi selir Wiraguna. Roro Mendut memiliki dayang yaitu Ni Semangka dan
Genduk Duku. Dengan kedua dayangnya inilah Roro Mendut membagikan prinsip hidupnya untuk tidak
mau begitu saja tunduk kepada kaum lelaki. Sebagai akibat tindakan Roro Mendut yang tidak mau
dijadikan selir oleh Wiraguna, Wiraguna menghukum Mendut untuk membayar pajak setiap hari.
Mendut pun membuka usaha menjual puntung-puntung rokok yang telah ia basahi dengan bibirnya.
Usaha puntung rokok Mendut ini laku keras, bahkan pembelinya ada yang berasal dari golongan
bangsawan. Hadirnya Mendut membawa kekacauan tatanan masyarakat terutama kaum lelaki karena
banyak dari antara mereka yang rela menjual harta miliknya untuk membeli puntung Roro Mendut.

Sebenarnya hati Mendut sudah tertambat pada seorang pemuda yang ia jumpai di pelabuhan tempat ia
menjual ikan bersama Kakek Siwanya. Pemuda itu bernama Pronocitro, anak seorang janda pengusaha
perkapalan yang kaya raya. Pronocitor pun menaruh hati pada Mendut tapi ia tidak punya kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya. Karena alasan itulah ia tidak mau menjadi selir Wiraguna. Ia ingin
memperjuangkan apa yang menjadi impiannya. Seorang wanita tidak melulu tunduk pada kekuasaan
lelaki. Prinsip itulah yang ia pegang. Tanpa disengaja, Pronocitro pergi ke Mataram dan ia pun bertemu
dengan Mendut. Pronocitro pun menyamar sebagai seorang pekatik kuda di Wirogunan supaya dapat
membawa kabur Mendut. Setelah dipilih waktu yang tepat, segeralah Pronocitro membawa kabur
Mendut dari keputren Wirogunan. Marahlah Wiraguna mengetahui kaburnya Mendut dan Pronocitro.
Diperintahkannya bala tentaranya mencari Mendut dan Pronocitro. Wirraguna pun menemukan
Mendut dan Pronocitro di muara sungai Opak. Terjadilah pertarungan antara Wiraguan dan Pronocitro.
Sebuah akhir tragis harus dialami Mendut dan Pronocitro. Mendut dan Pronocitro tewas di tangan
Wiraguna.

Analisis

Nilai-Nilai Sosial yang Terkandung dalam cerita Roro Mendut

1. Kasih Sayang

Penuh sayang seperti pada anaknya sendiri, sayang Ni semongko mengucapkan nasehatnya itu krpada
gadis dari pantai yg dipercayakan oleh Ni sekarang, dayang utama puri pathi.

2. Pandai bersyukur

Mangunwijaya menyampaikan bahwa manusia harus dapat bersyukur atas segala nikmat yg telah
diperolehnya.

3. Keberanian
Mangunwijaya mengungkapkan keberpihakannya kepada kaum miskin. Roro mendut dengan berani
dapat melakukan perlawanan terhadap tumenggung wiroguno.

4. Kebebasan

Roro mendut menyampaikan keinginannya untuk hidup bebas melalui tarian yg dipertunjukkannya

5. Tolong menolong

Siasat sudah ia matangkan, malam ini ialah malam keputusan yg menentukan. Putri selir itu pasti akan
menolong keberhasilan usaha pelarian nanti...dst.

6. Tugas dan tanggung jawab suami istri

Nyai ajeng berusaha melindungi suaminya dari kemungkinan yg dapat merendahkan derajat maupun
nama baik tumenggung wiroguno.

5. Kisah Joko Kendil

Joko Kendil adalah seorang anak yang lahir dengan takdir memiliki tubuh yang kecil seperti Periuk yang
sering digunakan untuk memasak nasi. Meskipun begitu Joko adalah anak kesayangan ibunya, apapun
yang Joko minta ibunya selalu menuruti kemauannya. Joko Kendil juga terkenal dengan sosok anak yang
periang Dan lucu. Hingga dewasa pun tubuh Joko Kendil tetap saja kecil, namun dengan sangat percaya
diri ia meminta kepada ibunya untu menikah dengan seorsng putri raja. Dengan rasa berat ibunya pun
langsung mengabulkan permintaan anak kesayangan lalu mendatangi raja untuk melamar putri nya
untuk Joko Kendil.

Raja mempunyai tiga putri yang cantik, Setelah tiba, ibu joko Kendil mengutarakan maksud
kedatangannya untuk meminang anak sang Raja, Sang Raja dikenal dengan raja yang sangat bijaksana.
Dia tidak marah mendengar kata-kata ibu Joko Kendil, Kemudian sang Raja menyampaikan perihal
lamaran tersebut kepada ketiga orang anaknya.

Kedua anak tertua sang raja langsung menolak lamaran tersebut, Namun, Putri Bungsu justru menerima
lamaran tersebut. kedua orang tua dan kedua kakaknya heran dengan jawaban Putri Bungsu, tapi
karena Putri Bungsu sudah menerima lamaran tersebut, keluarga tak dapat mencegah pernikahan itu,

Seiring waktu, Putri Bungsu selalu diejek oleh kedua kakaknya, Karena itu, Putri Bungsu sedih, tapi
berusaha bersabar. Suatu hari, sang Raja mengadakan lomba ketangkasan. Namun, Joko Kendil tidak
bisa ikut dengan alasan sakit, Lomba Itu dikuti banyak pangeran dan panglima. Tiba-tlba, datang seorang
ksatria gagah, Selain tampan, Ia mahir menunggang kuda dan bermain senjata. Kedua putri tertua sang
Raja langsung jatuh cinta melihat pangeran yang baru datang tersebut. Tak lupa, mereka juga mengejek
Putri Bungsu karena menikah dengan Joko Kendil.
Putri Bungsu pun sedih, latu lari ke kamar sambil menangis. Di sana, ia melihat sebuah kendi, Karena
kesal, ia membanting kendi itu hingga pecah. Setelahnya, pangeran tampan tadi masuk ke dalam kamar
Putri Bungsu. Pangeran itu mencari kendi yang ada di kamar Putri Bungsu, namun tidak ditemukannya.
Di kasur dia melihat Putri Bungsu sedang menangis. Sang Pangeranpun mendatangi Putri Bungsu.

“Ada apa Putri Bungsu?” tanya Pangeran Tersebut.

Pangeran bungsu kaget, lalu hendak melarikan diri. Namun sebelum pergi, sang Pengeran menjelaskan
bahwa dia sebenarnya adalah Joko Kendil. Namun karena suatu alasan dia dikutuk menjadi orang yang
buruk rupa. Kutukan itu akan hilang jika dia menikah dengan seorang putri. Mendengar itu putri bungsu
sangat bahagia. Dia langsung memeluk suaminya Joko Kendil yang telah berubah menjadi Pangeran yang
sangat tampan.

Sementara itu, kedua kakak Putri Bungsu sangat iri dengan keberuntungan adik bungsu mereka. Namun
setelah itu mereka sadar bahwa itu sesuatu yang tidak baik. Mereka pun meminta maaf karena
sebelumnya sering mengejek Putri Bungsu. Putri Bungsu pun memaafkan kedua kakaknya dengan
lapang dada, dan akhirnya Putri Bungsu dan Pangeran Joko Kendil hidup bahagia.

Analisis

Nilai moral: Janganlah kita memiliki sifat iri dengki terhadap sesama. Sifat iri dan dengki termasuk sifat
tercela. Orang yang memiliki sifat ini akan dijauhi dan dibenci oleh orang lain.

Anda mungkin juga menyukai