Jayanti Puspita Dewi-Fitk

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 152

CAMPUR KODE PADA PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X


MA (MADRASAH ALIYAH) JABAL NUR CIPONDOH, TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Jayanti Puspita Dewi

1110013000029

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK

Jayanti Puspita Dewi, 1110013000029, 2014, “Campur Kode pada Penggunaan


Bahasa Indonesia dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X MA Jabal Nur
Cipondoh, Tangerang.” Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta. Pembimbing Dr. Nuryani, M.A.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk
berinteraksi dengan sesamanya. Manusia sangat membutuhkan bahasa sebagai
alat untuk menyampaikan pikiran dan ide-idenya dengan maksud ingin
mengutarakannya kepada pihak lain. Komunikasi yang dilakukan manusia tidak
hanya lewat ucapan namun juga dapat lewat tulisan. Pada saat berkomunikasi,
manusia harus memperhatikan bahasa yang digunakan, seperti dalam kegiatan
menulis sebuah karangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus
diperhatikan penggunaan bahasanya. Namun, kenyataannya ketika menulis,
penulis mencampuradukkan bahasa-bahasa yang mereka kuasai. Masalah yang
dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud dan jenis campur kode
dalam karangan narasi siswa kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. Tujuan
penelitian ini, yaitu untuk mengkaji wujud dan jenis campur kode dalam karangan
narasi siswa kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tugas dan catat. Teknik
penganalisisan data dibuat dengan menggolongkan campur kode tersebut sesuai
dengan wujud dan jenis campur kode dari masing-masing karangan siswa.
Sumber data dari penelitian ini adalah karangan siswa kelas X MA Jabal Nur
Cipondoh, Tangerang berjumlah dua puluh empat karangan.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan wujud campur kode berupa kata,
frasa, klausa, kalimat, singkatan, dan istilah . Sementara itu, untuk jenis campur
kode keluar, yakni campur kode bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris dan
bahasa Arab.

Kata kunci: karangan narasi, wujud campur kode, jenis campur kode.

ii
ABSTRACT
Jayanti Puspita Dewi, 1110013000029, 2014, “The Use of Code-Mixing in
Writing Bahasa Indonesia Narration Text Class X MA Jabal Nur, Cipondoh,
Tangerang.” Indonesia Language and Literature Education Department, Faculty
of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University,
Jakarta. Advisor Dr. Nuryani, M.A.
Language is a mean of communication used by human being to interact each
other. Human really need language in order to express their feeling and ideas to
the others. Communication done by human is not only from an oral process, but
also from written text. When communicate, human need to understand the
language they use, for example in writing a text when in Bahasa Indonesia class
the use of the appropriate language become necessary. The problem, in the
reality, some writers keep mix the languages they have mastered in their text. The
problem that become the focus in this study is the form and kind of code-mixing in
class X students’ narration text in MA Jabal Nur, Cipondoh, Tangerang. The
purpose of this research is to know the form and kind of code-mixing by the class
X students’ narration text in MA Jabal Nur, Cipondoh, Tangerang.
The method of the research is descriptive qualitative. The tecnique use task
and writing technique. The analyzing method is made by categorized the code-
mixing in students text into their form and kinds. The data source of this study are
narration texts of class ten students of MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang, with
total 24 texts.
Based on the result of the study found the form of code mixing in words,
phrase. Clause, sentences, abbreviation, and technical term. For the kind of code
mixing are out code mixing bahasa Indonesia with English and Arabic.
Key words: narration text, code mixing form, code mixing kind

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah swt. karena limpahan rahmat,
nikmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai
dengan waktu yang telah direncanakan. Selawat dan salam tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad swa, para keluarga, dan para pengikutnya hingga
akhir zaman.

Skripsi berjudul “Campur Kode pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam


Karangan Narasi Siswa Kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang”, disusun
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi, penulis membutuhkan


bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa
hormat, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu
memberikan semangat dan saran-saran.
3. Dra. Hindun, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan
saran-saran, semangat dan meluangkan waktunya membantu penulis
selama perkuliahan berlangsung.
4. Dr. Nuryani, M.A. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran-saran
saat penyusunan skripsi ini.
5. Teristimewa untuk orangtua penulis, yaitu Bapak Sutiman dan Ibu Linda
yang telah memberikan doa, motivasi, dan mengorbankan segala hal untuk
kesuksesan anaknya.

iv
6. Keluarga besar Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
khususnya kelas A angkatan 2010 yang selalu membantu penulis.
7. Saudara kandung penulis, yaitu Irma Sri Wulan Dari Maya Astuti dan
Rizki Julianti yang selalu memberikan dukungan lahir batin dan doa.
8. Sahabat terbaik Putri Mawardani, Nur Okti, Bella Yunita,yang siaga
memberikan pertolongan lahir batin dan selalu memotivasi penulis.
9. Umi Churin in Nabila yang telah memberikan jalan dalam penelitian dan
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
10. Mohamad Syafri yang meluangkan waktunya untuk membantu dan
memberikan saran demi kelancaran penulisan skripsi serta selalu
memberikan semangat selama penulis mengerjakan skripsi ini.
11. Keluarga besar MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang khususnya siswa-
siswi kelas X yang membantu mengumpulkan karangan narasi.
12. Semua orang yang telah berjasa dalam pembuatan skripsi ini yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berdoa dan berharap semoga semua pihak yang telah membantu
mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah swt. Demikianlah yang dapat
penulis sampaikan, penulis memohon maaf atas kekurangan yang terdapat
dalam skripsi ini dan penulis menerima kritik dan saran yang membangun
skripsi ini. Semoga kehadiran skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Jakarta, 14 Juli 2014

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
ABSTRACT ................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 5
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN 8
A. Sosiolingustik .......................................................... .................. 8
B. Kedwibahasaan ........................................................................... 10
C. Campur Kode ................................................................................... 12
D. Karangan ..................................... .............................................. 19
E. Karangan Narasi ...................................................................... .. 21
F. Penelitian yang Relevan .................................................. ......... 23
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 25
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 25
B. Metode Penelitian....................................................................... 25
C. Subjek Penelitian ....................................................................... 28
D. Fokus Penelitian ........................................................................ 28
E. Instrumen Penelitian .................................................................. 28

vi
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 29
G. Teknik Analisis Data ................................................................. 29
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 31
A. Profil Madrasah ........................................................................... 31
B. Klasifikasi Wujud dan Jenis Campur Kode ............................... 34
C. Analisis Data .............................................................................. 44
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 73
A. Simpulan .................................................................................... 73
B. Saran .......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 75
UJI REFERENSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Daftar Guru Madrasah Aliyah Jabal Nur Cipondoh, Tangerang

Tabel 2 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Kisah 7
Sekawan”

Tabel 3 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “My
Interesting Holiday”

Tabel 4 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Kerinduan
yang Mendalam”

Tabel 5 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Sesuatu
yang Berbeda Merubah Segalanya”

Tabel 6 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Darah
Keinsyafanku UntukMu”

Tabel 7 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Karena
Allah Masih Mencintaiku”

Tabel 8 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Cintaku
Tak Dapat Ditebak”

Tabel 9 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Budhe, I
Miss You”

Tabel 10 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Ketika
Cinta Bersemi Indah”

Tabel 11 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Dimana
Budaya Ku yang Dulu”

Tabel 12 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Kebaikan
Seorang Gadis”

viii
Tabel 13 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Semua
untuk Ayah”

Tabel 14 : Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Syira”

Tabel 15 : Klasifikasi Wujud Campur Kode Karangan Narasi Siswa Kelas X


MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang

Tabel 16 : Klasifikasi Jenis Campur Kode Karangan Narasi Siswa Kelas X


MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 2 : Karangan Narasi Siti Nurinayah “Kerinduan yang Mendalam”

Lampiran 3 : Karangan Narasi Rara K. Azzahru “Darah Keinsyafan Ku”

Lampiran 4 : Karangan Narasi Amalia Indah Sari “Karena Allah Nasih


Mencintaiku”

Lampiran 5 : Karangan Narasi Aulia Salam “Cintaku Tak Dapat Ditebak”

Lampiran 6 : Karangan Narasi Fathya Rizqiah “Budhe I Miss You”

Lampiran 7 : Karangan Narasi Pudiawati “Ketika Cinta Bersemi Indah”

Lampiran 8 : Karangan Narasi Ramadhanti Surya Maesa Putri “Dimana Budaya


Ku yang Dulu”

Lampiran 9 : Karangan Narasi Dinda Islami “Syira”

Lampiran 10 : Karangan Narasi Iva Nur Afifah “Semua untuk Ayah”

Lampiran 11 : Karangan Narasi Himmatul Ulya “Kisah 7 Sekawan”

Lampiran 12 : Karangan Narasi Nur Fani Fdilah “My Interesting Holiday”

Lampiran 13 : Surat Penelitian

Lampiran 14 : Surat Bimbingan

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk


berinteraksi dengan sesamanya. Manusia sangat membutuhkan bahasa sebagai
alat untuk menyampaikan pikiran dan ide-idenya dengan maksud ingin
mengutarakannya kepada pihak lain. Kajian mengenai bahasa menjadi suatu
kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Sebagai alat komunikasi dan
interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, bahasa dapat dikaji secara internal
maupun secara eksternal. Secara internal artinya pengkajian tersebut dilakukan
terhadap unsur internal bahasa saja seperti, struktur fonologis, morfologis,
sintaksis, dan semantiknya saja. Sedangkan kajian secara eksternal berarti kajian
tersebut dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor di luar bahasa, tetapi
berkaitan dengan pemakai bahasa itu sendiri, masyarakat tutur ataupun
lingkungannya. Pengkajian bahasa secara eksternal juga mengkaji bagaimana
pembauran berbagai bahasa dalam suatu wilayah dan penguasaan bahasa kedua,
ketiga bahkan selanjutnya oleh penutur atau pengguna bahasa.

Belajar bahasa Indonesia sama dengan belajar sejarah budaya Indonesia.


Selain belajar menggunakan bahasa Indonesia siswa juga belajar berkomunikasi
dengan santun sesuai dengan budaya Indonesia. Melalui pembelajaran bahasa,
secara tidak langsung ditumbuhkan rasa bangga menggunakan bahasa Indonesia
sehingga tumbuh penghargaan akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam
bahasa Indonesia.

Pada arus globalisasi seperti sekarang ini tentu saja akan mempengaruhi
seluruh aspek kehidupan. Pengaruh itu akan terlihat pada bidang pendidikan dan
kebudayaan, salah satu yang akan dihadapi dunia pendidikan adalah masalah
identitas bangsa. Kalau kita membicarakan identitas bangsa tentunya kita
berbicara kebudayaan, dan kalau kita berbicara kebudayaan kita jelas berbicara

1
2

persoalan bahasa. Pengaruh arus globalisasi dapat terlihat dari sikap yang lebih
mengutamakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia.

Seseorang yang menguasai dua bahasa biasa disebut bilingual (dalam bahasa
Indonesia disebut juga dwibahasawan) sedangkan kemampuan untuk
menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut
kedwibahasawanan). Sebagai seorang yang terlibat dengan penggunaan dua
bahasa dan juga dengan dua budaya, seorang dwibahasawan tentu tidak terlepas
dari akibat penggunaan dua bahasa. Salah satu akibatnya adalah tumpang tindih
antara dua sistem bahasa yang dipakai atau digunakannya dari unsur bahasa yang
satu ke bahasa yang lain. Ini dapat terjadi karena kurang penguasaan bahasa kedua
oleh penutur atau bahkan karena kebiasaan.

Seperti pada MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang


termasuk dapat dikatakan madrasah yang berada disebuah kota yang mayoritas
penduduknya bersuku Betawi. Namun, ada sebagian bersuku Sunda dan lainnya.
Sekolah tersebut mengharuskan siswanya dalam menggunakan bahasa asing di
dalam asrama dan tidak menutup kemungkinan memberikan dampak pada bahasa
yang digunakan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia baik secara formal
maupun nonformal baik lisan maupun tulisan. Khususnya pada bahasa tulis untuk
mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat memberikan pengaruh pada siswa yang
biasanya menggunakan lebih dari satu bahasa dalam kehidupannya sehari-hari.
Dengan seperti ini siswa telah mengcampur antar bahasa satu dengan bahasa yang
lain, sedangkan kita tahu dalam pembelajaran bahasa Indonesia bahasa yang kita
gunakan, yakni bahasa Indonesia bukan bahasa asing, tetapi tidak hanya bahasa
asing yang memberikan pengaruh dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah. Pada MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang, yang mayoritas siswanya
bersuku Jawa dan ada beberapa suku lainnya penggunaan bahasa daerah mereka
pun dapat berpengaruh dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Latar belakang hidup di dalam masyarakat bilingual atau multilingual


membuat orang khususnya siswa mampu berbicara setidaknya dalam dua bahasa.
3

Mereka dapat menggunakan paling tidak bahasa daerahnya (yang biasanya


merupakan bahasa ibu) terlihat jelas dalam paparan di atas seperti era globalisasi
ini pun kemurnian bahasa Indonesia mulai pudar tidak hanya terpengaruh pada
bahasa daerah namun teralihkan juga oleh bahasa asing. Banyak penutur bahasa
Indonesia yang lebih suka menggunakan bahasa asing dalam penulisan untuk
mata pelajaran bahasa Indonesia daripada bahasa bangsanya sendiri yaitu bahasa
Indonesia. Keadaan ini disebabkan oleh banyak motif diantaranya, motif
kegengsian, motif kebebasan dan motif keperluan. Banyak siswa yang
menganggap bahwa dengan menggunakan bahasa asing tingkat kegengsiannya
lebih tinggi, terutama di kalangan siswa masa kini. Mereka menganggap
Fenomena yang terjadi di masyarakat bilingual Indonesia ini karena adanya
kontak bahasa antara bahasa Indonesia, bahasa daerah dengan bahasa asing.
Di dalam kontak bahasa ada empat jenis pilihan bahasa, yaitu alih kode,
campur kode, peminjaman kata, dan interferensi. Tapi di sini hanya difokuskan
mengenai masalah campur kode (code mixing). Pada dasarnya campur kode
berkaitan dengan situasi sosial penutur. Situasi itu bisa berdasarkan tempat
dimana tuturan itu dituturkan, berdasarkan kesamaan budaya dan berdasarkan
tingkat edukasi penutur.

Pencampuradukan bahasa ini misalnya terjadi dalam karangan siswa.


Karangan merupakan sebuah karya atau karya tulis dari kegiatan seseorang untuk
menyampaikan gagasan atau pengetahuan kepada orang lain melalui tulisan.
Karangan tersebut bisa karangan narasi, deskriptif, persuasif, atau argumentasi.
Biasa dalam sebuah karangan terdapat pencampur kode yang dilakukan siswa
secara tidak sengaja ataupun secara sengaja baik dalam bahasa asing maupun
dalam bahasa daerah. Ini terjadi dikarenakan kurangnya penguasaan bahasa
Indonesia siswa atau karena gengsi serta faktor keterbiasaan.

Pencampuran unsur bahasa ini dapat disebut campur kode (code mixing).
Campur kode (code mixing) merupakan penggunaan dua bahasa atau lebih namun
yang digunakan hanya serpihan-serpihan kata, karena semakin berbaurnya budaya
di era glogalisasi.Campur kode sering terjadi baik dalam percakapan sehari-hari
4

maupun dalam sebuah wacana tulis (Narasi, Cerpen, artikel, dan lain-lain).
Fenomena ini seringdialami sendiri ketika masih ditingkat SMA/MA, baik dalam
kondisi lisan maupun tulisan. Peneliti merasa hal seperti ini masih banyak terjadi
di sekolah-sekolah yang dilakukan siswa. Campur kode terjadi tidak hanya pada
siswa disekolah saja namun dalam wacana, dalam novel, maupun cerpen sering
terjadi campur kode. Di sini peneliti melakukan penelitian dalam lingkungan
siswa di sekolah.

Karena banyaknya campur kode yang terdapat dalam wacana, maka peneliti
melakukan sebuah analisis terhadap “Karangan Narasi” pada siswa SMA/MA.
Peneliti melakukan penelitian pada siswa MA (Madrasah Aliyah) kelas X. Materi
menulis karangan terdapat pada siswa kelas X semester 2. Karangan yang peneliti
teliti yaitu karangan narasi, karangan yang peristiwanya bersifat fiksi dan
bertujuan menceritakan peristiwa yang mengandung konflik. Karena siswa kerap
kali melakukan kesalahan dalam mengarang bahasa Indonesia serta karena
banyaknya campur kode yang terdapat dalam wacana maka peneliti melakukan
sebuah penelitian terhadap karangan narasi dengan judul “CAMPUR KODE
PADA PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN
NARASI SISWA KELAS X MA (MADRASAH ALIYAH) JABAL NUR
CIPONDOH, TANGERANG.”
5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi


permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Pengaruh arus globalisasi yang lebih mengutamakan bahasa asing ketimbang


bahasa Indonesia terhadap siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur
Cipondoh, Tangerang;
2. Penggunaan dua bahasa atau lebih memberikan dampak pada bahasa yang
digunakan siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh,
Tangerang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia;
3. Kesukaan menggunakan bahasa asing dan penulisan bahasa Indonesia yang
disebabkan oleh banyak motif pada siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah)
Jabal Nur Cipondoh, Tangerang;
4. Kurangnya penguasaan bahasa Indonesia siswa kelas X MA (Madrasah
Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang;
5. Banyaknya campur kode yang terdapat dalam wacara yang ditulis siswa kelas
X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang;
6. Ditemukan penggunaan bahasa asing dan daerah dalam karangan siswa kelas
X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah-masalah berikut ini.

1. Wujud campur kode dalam karangan narasi berupa cerpen siswa kelas X MA
(Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang;
2. Jenis campur kode dalam karangan narasi berupa cerpen siswa kelas X MA
(Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang.
6

D. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan pernyataan di atas, peneliti dapat merumuskan pokok


dari permasalahan tersebut. Pokok pemasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana wujud campur kode dalam karangan narasi yang berupa


cerpensiswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh,
Tangerang?
2. Bagaimana jenis campur kode dalam karangan narasi yang berupa
cerpensiswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh,
Tangerang?

E. Tujuan Penelitian

Dalam melihat rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.

1. Menganalisis wujud campur kode dalam karangan narasi berupa cerpensiswa


kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang;
2. Menganalisis jenis campur kode dalam karangan narasi berupa cerpensiswa
kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak


di bawah ini.

1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk:
a. Peneliti, sebagaimana peneliti memperoleh ilmu baru;
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ragam bahasa
yang digunakan. Sejalan dengan perkembangan zaman, bahasa selalu
berubah dan berkembang karena adanya pengaruh dari bahasa lain yang
7

akan memunculkan variasi bahasa. Diharapkan penelitian ini bermanfaat


untuk guru dan mahasiswa lain.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan campur kode;
b. Bagi sekolah penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi dan
memperkaya informasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dalam
mengarang;
c. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi
penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan campur kode;
d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam penggunaan media
yang tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah untuk
mengurangi masalah campur kode.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

“Pengaruh Campur Kode Pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam


Karangan NarasiSiswa Kelas XMA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang.”Dari judul
tersebut sesuai dengan bidang kajiannnya, campur kode merupakan bagian dari
ilmu sosiolinguistik yang mengkaji bahasa dengan melibatkan hubungan antara
bahasa dengan masyarakat. Campur kode merupakan aspek dari saling
ketergantungan bahasa dalam masyarakat multilingual. Untuk lebih jelasnya
mengenai campur kode, penulis akan menjelaskannya.

A. Sosiolinguistik

DEPDIKNAS menyatakan:

Sosiolinguistik adalah ilmu yang interdisipliner. Istilahnya sendiri


menunjukkan bahwa ia terdiri atas bidang sosiologi dan linguistik. Dalam
istilah linguistik-sosial (sosiolinguistik) kata sosio adalah aspek utama
dalam penelitian dan merupakan ciri umum bidang ilmu tersebut,
sedangkan linguistik dalam hal itu juga berciri sosial sebab bahasa pun
berciri sosial, yaitu bahasa dan strukturnya hanya dapat berkembang
dalam masyarakat.1
Sosiolinguistik yang merupakan gabungan dua bidang ilmu seperti yang
dijelaskan di atas merupakan gabungan dari sosiologi dan linguistik. Sosiologi
sendiri adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur kemasyarakatannya.
Sosiologi menitikberatkan masyarakat sebagai makhluk sosial yang melibatkan
segala perwujudan alam yang bersifat sosial baik gejala, sifat maupun ciri dari
masyarakatnya. Bicara makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari yang namanya
bahasa, yang bahasa sendiri merupakan syarat utama untuk berkomunikasi guna
memperoleh ilmu pengetahuan, sedangkan linguistik adalah ilmu yang melibatkan
dirinya dengan struktur bahasa seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Teori dan Metode Sosiolinguistik I, (Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), h.
2

8
9

semantik. Mengkaji sosiolinguistik tidak dapat terlepas dari ilmu linguistik yang
membahas struktur bahasa dan sosiologi yang membahasa konteks sosial.

Appel (dalam Aslinda dan Leni) menyatakan:

Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem sosial dan sistem


komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan
tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk
interaksi sosial yang terjadi dalam situasi kongkret. Dengan demikian, dalam
sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat secara internal, tetapi dilihat sebagai
sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat.2
Chaer dan Leonie menyatakan, sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik
bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan
antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur.3Putu
Wijaya dan Rohmadi menyatakan, sosiolinguistik sebagai cabang linguistik
memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan
pemakaian bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat
manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial.4
Artinya, setiap yang tuturan yang keluar dari mulut manusia dipengaruhi oleh
keadaan sekitar baik situasi maupun kondisinya.

Sementara itu, Nababan menyatakan:

Kita mengetahui arti linggustik, yaitu ilmu yang mempelajari atau


membicarakan bahasa, khusunya unsur-unsur bahasa (fonem, morfem, kata,
kalimat) dan hubungan antara unsur-unsur itu (struktur), termasuk hakekat
dan pembentukan unsur-unsur itu. Unsur sosio- adalah seakar dengan sosial,
yaitu yang berhubungan dengan masyarakat, kelompok-kelompok
masyarakat, dan fungsi-fungsi kemasyarakatan.5
Namun, Hudson menyatakan bahwa, sosiolinguistik adalah [the study of language
in relation to society]6, maksdunya sosiolinguistik merupakan ilmu yang

2
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: PT Reflika Aditama,
2007), h. 6
3
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1995), h. 5
4
Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi, Sosiolinguistik Kajian Teori dan Analisis,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 7
5
P.W.J. Nababan, Sociolinguistik Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), h. 2
6
R. A. Hudson, Sociolinguistics, (New York: Cambridge University Press, 1980), h. 1
10

mempelajari dalam hubungannya dengan kehidupan sosial. Berbeda dengan


Hudson, Made Iwan menyatakan, [sociolingustics ias a branch of linguistics that
takes language as an object of study, in a way that is usually distinguished from
how syntax, semantics, morphology, and phpnology handle it. It is a field that
analyzes language as part of social property].7 Maksudnya sosiolinguistik adalah
cabang ilmu linguistik yang mengambil bahasa sebagai objek studi. Bidang ilmu
ini menganalisis bahasa sebagai bagian yang properti sosial. Dapat dilihat dari
pemaparan di atas mengenai sosiolinguistikdapat disimpulkan, sosiolinguistik
adalah ilmu yang terbagi dari dua disiplin ilmu linguistik dan ilmu sosiologi.
Linguistik merupakan kajian yang mempelajari struktur bahasa, sedangkan
sosiologi merupakan kajian yang mempelajari ilmu sosial dalam masyarakat.
Penelitian sosiolinguistik sendiri terdiri dari struktur bahasa dan faktor-faktor
sosial. Jadi, sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari dan membahas aspek
kemasyarakatan bahasa, seperti perbedaan variasi bahasa yang berkaitan dengan
faktor-faktor kemasyarakatan dan dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan masyarakat.

B. Kedwibahasaan

Indonesia memiliki beraneka ragam bahasa daerah disamping bahasa nasional


negara Indonesia, yaitu bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, tidak heran setiap orang
menguasai lebih dari satu bahasa dalam berkomunikasi di dalam masyarakat. Hal
yang seperti ini sering kita dengar dengan sebutan dwibahasaan.Menurut
Wojowasito, dwibahasaan atau bilingualisme adalah seseorang berbahasa dua atau
lebih sejak ia dapat menyatakan diri dalam dua bahasa dan memahami apa yang
dikatakan atau ditulis dalam bahasa-bahasa tersebut.8Haugen (dalam Suwito)
menyatakan, kedwibahasaan sebagai tahu dua bahasa (knowledge of two
languages). Seseorang dwibahasawan tidak harus menguasai dua bahasa secara

7
Made Iwan Indrawan Jendra, Sociolinguistics: The Study of Societies’ Languages,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 9
8
Wojowasito, Perkembangan Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad-20, (Bandung: Shinta
Dharma, 1976), h. 86
11

aktif, cukuplah apabila ia mengetahui secara pasif dua bahasa. 9Nababan


menyatakan, kalau kita melihat orang memakai dua bahasa dalam pergaulannya
dengan orang lain, dia berdwibahasa dalam arti dia melaksanakan kedwibahasaan
yang kita akan sebut bilingualisme. Jadi bilingualisme ialah kebiasaan
menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain.10 Jika
kedwibahasaan merupakan biasaan menggunakan dua bahasa atau lebih lain
halnya dengan kemampuan menggunakan dua bahasa atau lebih yang biasa
disebut kedwibahasawanan atau dapat disebut bilingualitas. Chaer dan Leonie
mengatakan, untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus
mengguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa
pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi
bahasa keduanya (disingkat B2). Orang dapat menggunanakan kedua bahasa itu
disebut orang bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan).11
Pemaparan di atas menyebutkan istilah bilingualitas. Bilingualitas adalah tingkat
penguasaan setiap bahasa, dan jenis keterampilan yang dikuasai seperti berbicara,
menyimak, menulis, atau membaca.12

Aslida dan Leni menyatakan:

Kedwibahasaan artinya kemampuan atau kebiasaan yang dimiliki oleh


penutur dalam menggunakan bahasa. Banyak aspek yang berhubungan
dengan kajian kedwibahasaan, antara lain aspek sosial, individu, pedagogis,
dan psikologi. Di sisi lain, kata kedwibahasaan ini mengandung dua konsep,
yaitu kemampuan menggunakan dua bahasa atau bilingualitas dan kebiasaan
menggunakan dua bahasa atau bilingualism.13
Sementara itu, Lesley and Matthew menyatakan, [bilinguals are often unable to
remember which language was used in any particular exchange]14, maksunya
seperti bilingual punya kecenderungan untuk tidak mampu mengingat bahasa
yang mereka gunakan saat melakukan pertukaran bahasa. Lain halnya dengan

9
Suwito, Sosiolinguistik Pengantar Awal, ( Surakarta: Henary Offset Solo, 1985), h. 43
10
Nababan, op. Cit., h. 27
11
Abdul Chaer dan Leonie Agustina., op. Cit, h. 112
12
Nababan, op. Cit., h. 6
13
Aslinda dan Leni, op. Cit., h. 8
14
Lesley Milroy and Matthew Gordon, Sociolinguistics: Method and Interpretation,
(England: Oxford England, 2003), 212
12

Pride yang menyatakan, [one should note that a community whose members
prossess one ‘mother tongue’ (or pre-school language) and many of whom go on
to learn and use another language can be referred to as ‘monolingual’ or
‘bilingual’]15, maksudnya bilingual dapat siasosiasikan dalam kelompok yang
salah satu anggotanya menguasai bahasa ibu dan kemudian belajar dan
menggunakan bahasa lain. Para ahli telah memberikan pengertiannya masing-
masing dengan apa yang dimaksud dengan kedwibahasaan. Dapat disimpulkan
yang dimaksud dengan kedwibahasaan, yakni penggunaan dua bahasa atau lebih
dalam melakukan komunikasi dan interaksi dengan dipengaruhi banyak aspek
sosial, seperti individu, pedagogis, dan psikologi.

C. Campur Kode

Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan


sesamanya dengan menggunakan bahasa. Setiap negara tidak hanya memiliki satu
bahasa saja karena selain bahasa nasional yang telah ditetapkan suatu negara
pastinya sebuah negara memiliki bahasa lain yang mereka gunakan. Seperti
negara Indonesia yang bahasa nasionalnya adalah bahasa Indonesia namun, tidak
semua masyarakat Indonesia hanya menggunakan bahasa Indonesia saja. Mereka
juga mempunyai bahasa pertama atau bahasa ibu atau bahasa daerah dari masing-
masing daerah yang mereka pergunakan juga untuk berkomunikasi dan
berinteraksi. Selain itu banyaknya budaya di Indonesia mempengaruhi juga
banyaknya bahasa yang digunakan. Sebelum berbicara jauh mengenai apa itu
campur kode, alangkah baiknya menjelaskan apa itu kode.Pateda menyatakan:

seseorang yang melakukan pembicaraan sebenarnya mengirimkan kode-kode


kepada lawan bicaranya. Pengkodean ini melalui suatu proses yang terjadi
baik pada pembicara, hampa suara, dan pada lawan bicara. Kode-kode itu
harus dimengerti oleh kedua belah pihak. Kalau yang sepihak memahami apa
yang dikodekan oleh lawan bicaranya, maka ia pasti akan mengambil
keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan.

15
J. B. Pride, The Social Meaning of Language, (London: Oxford University Press, 1971),
h. 26
13

Tindakan itu, misalnya memutuskan pembicaraan atau mengulangi lagi


pernyataan.16
Sementara itu, Poedjosoedarmo (dalam Kunjana) mengatakan, kode dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya
mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang, penutur, relasi penutur dengan
lawan bicara dan situasi tutur yang ada. Kode biasanya berbentuk variasi bahasa
yang secara nyata dipakai berkomunikasi anggota suatu masyarakat bahasa.17
Menurut Suwito,istilah kodedimaksudkan untuk menyebut salah satu varian di
dalam hierarkhi kebahasaan.18Dari pemaparan pengertian mengenai kode, dapat
disimpulkan, kode adalah sebuah tanda untuk menandakan sesuatu yang telah
disepakati bersama untuk dapat dipakai berkomunikasi dengan masyarakat
sekitar.

Manusia tidak hanya menguasai satu bahasa saja, mereka dapat menguasai
dua bahasa atau bahkan lebih dari dua bahasa. Kemampuan seseorang dalam
menggunakan dua bahasa atau lebih di sebut multilingual. Suwito menyatakan,
apabila dua bahasa atau lebih dipergunakan secara bergantian oleh penutur yang
sama, maka dapat dikatakan bahwa bahasa-bahasa tersebut dalam keadaan saling
kontak. Oleh karena itu, kontak bahasa dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
bahasa. Perubahannya dapat berupa unsur bahasa satu dengan bahasa lainnya yang
salah satunya perubahan itu adalah campur kode.

Dalam keadaan kedwibahasaan, banyak orang mencampuradukan dua bahasa


atau lebih tanpa ada sesuatu yang menuntut untuk mencampuradukan. Membahas
campur kode, Aslinda dan Leni menyatakan, campur kode terjadi apabila seorang
penutur bahasa, misalnya bahasa Indonesia memasukkan unsur-unsur bahasa
daerahnya ke dalam pembicaraan bahasa Indonesia.19 Nababan menyatakan, suatu
keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa
atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act discourse) tanpa ada

16
Mansoer Pateda,Sosiolinguistik, (Bandung: Angkasa, 1987), h. 83
17
Kunjana Rahardi, Kajian Sosiolinguistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 25.
18
Suwito, op. Cit., h. 67
19
Aslinda dan Leni, op. Cit., h. 87
14

sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu.
Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian penutur dan/atau kebiasaannya yang
dituruti. Tindak bahasa yang demikian kita sebut campur kode. 20 Campur kode
sering sekali terjadi dalam keadaan informal atau dalam keadaan santai, seperti
bincang-bincang bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Campur kode jarang terjadi
dalam keadaan formal, kalaupun terjadi itu karena tidak ada ungkapan atau kata
yang dapat digunakan dalam bahasa yang dipakai. Dalam kalangan terpelajar,
biasanya campur kode terjadi antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing
(Inggris atau Belanda atau yang lainnya). Campur kode juga terjadi lantara
biasanya hanya karena sifat kegengsiannya yang tinggi sehingga berkeinginan
memamerkan kemampuannya.

Subyakto (dalam Sarwiji) mengatakan, campur kode ialah penggunaan dua


bahasa atau lebih atau ragam bahasa secara santai antara orang-orang yang kita
kenal dengan akrab. Dalam situasi berbahasa yang informal ini, kita dapat dengan
bebas mencampur kode (bahasa atau ragam bahasa) kita; khususnya apabila ada
istilah-istilah yang tidak dapat diungkapkan dalam bahasa lain.21 Sementara itu,
lain halnya dengan apa yang dinyatakan Bell (dalam Arsil), [„language mixture’
far from making communication for bilinguals with substantially shared
repertoires more difficult, actually facilitates it]22, maksudnya campur bahasa
tidaklah membuat komunikasi yang pada dasarnya saling berbagi informasi lebih
sulit, pada dasarnya hal itu memudahkan komunikasi. Namun, Suwito (dalam
Wijana) menyatakan, campur kode adalah suatu keadaan berbahasa bilamana
orang mencampur dua atau lebih bahasa dengan saling memasukkan unsur-unsur
bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain, unsur-unsur yang menyisip tersebut
tidak lagi mempunyai fungsi sendiri. pada unsur tersebut dapat disisipi kata, kata
ulang, kelompok kata, idiom maupun klausa.23 Sementara itu, Suwito menyatakan
di dalam campur kode ciri-ciri ketergantungan ditandai oleh adanya hubungan

20
Nababan, op. Cit., h. 32
21
Sarwiji Suwandi, Serbalinguistik Mengupas Pelbagai Praktik Bahasa, (Surakarta: UNS
Press, 2008), h. 87
22
Arsil Marjohan, An Introdution to Sociolingustics, (Jakarta: Depdikbud, 1988), h. 51`
23
Putu Wijana, op. Cit,. h. 171
15

timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan. Peranan maksudnya siapa
yang menggunakan bahasa itu; sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa yang
hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya.24 Seseorang bercampur kode
harus dilihat dulu siapakah dia, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan,
rasa keagamaan dan sebagainya. Fungsi kebahasaan mempengaruhi sejauh mana
seseorang bercampur kode. Seseorang yang mempunyai kemampuan dalam
berbahasa lebih dari satu bahasa akan mempunyai kesempatan yang lebih besar
dalam melakukan campur kode. Namun, tidak semua orang yang menguasai lebih
dari satu bahasa dapat bercampur kode karena dilihat juga dari apa yang hendak
dicapai oleh seorang penutur. Menurut Suwito:

Dalam kondisi yang maksimal campur kode merupakan konvergensi


kebahasaan (lingustic convergence) yang unsur-unsurnya berasal dari
beberapa bahasa yang masing-masing telah menanggalkan fungsinya dan
mendukung fungsi bahasa yang disisipinya. Unsur-unsur demikian dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu yang bersumber dari bahasa asli
dengan variasi-variasinya (campur kode ke dalam) dan bersumber dari bahasa
asing (campur kode ke luar).25
Seorang penutur menggunakan bahasa Indonesia yang disisipi dengan bahasa
daerah seperti bahasa Jawa disebut campur kode ke dalam. Hal ini dapat dikatakan
bahwa seorang penutur adalah orang yang cukup kuat rasa kedaerahannya.
Peristiwa semacam ini dapat dikatakan bahasa Indonesia yang kedaerah-daerahan.
Sementara itu, seorang penutur yang berbicara bahasa Indonesia yang disisipi
bahasa asing disebut campur kode ke luar. Campur kode dengan penyisipan
bahasa asing dapat menunjukkan bahwa penutur adalah orang yang berpendidikan
tinggi. Latar belakang terjadinya campur kode pada dasarnya dapat dikategorikan
menjadi dua tipe yaitu, tipe yang berlatar belakang pada sikap (attitudinal type)
dan tipe yang berlatar belakang kebahasaan (linguistic type).26 Tipe latar belakang
sikap maksudnya sikap seorang penutur ketika berbicara dengan situasi yang
pendengarnya memiliki kemampuan bahasa yang lebih. Sementara itu, tipe latar
belakang kebahasaan maksudnya seseorang yang melakukan campur kode karena

24
Suwito, op. Cit., h. 75
25
Suwito, op. Cit., h. 75-76
26
Ibid., h. 77
16

faktor memiliki kemampuan dua bahasa atau lebih yang sangat baik. Dari banyak
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa, campur kode adalah penggunaan
dua bahasa atau lebih dalam sebuah percakapan maupun dalam wacana yang
dilakukan hanya sebatas serpihan-serpihan kata. Berikut penjelasan mengenai
beberapa wujud campur kode berupa kata, frasa, dan klausa, kalimat, singkatan,
dan istilah:

1. Kata
Dalam kajian morfologi, kata adalah satuan terbesar yang bermakna.27
Sementara, dalam sintaksis, kata adalah satuan terkecil, yaitu dalam
hubungannya dengan unsur-unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih
besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Sebagai satuan terkecil dalam
sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda
kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau
bagian-bagian dari satuan sintaksis.28

Chaer menyatakan, sebagai satuan terkecil dalam sintaksis kata, khususnyayang


termasuk kelas terbuka (nomina, verba, dan ajektifa) dapat mengisi fungsi-fungsi
sintaksis. Sedangkan kata-kata dari kelas tertutup (numeralia, preposisi, dan
konjungsi).29 Kata nomina contohnya seperti meja, kursi, kuda, dan lain
sebagainya. Sedangkan, kata kerja seperti tidur, makan, nyapu, nyuci, dan lain
sebagainya. Kata sifat seperti cantik, baik, sabar, dan lain sebagainya. Kata
keterangan contohnya kemarin, hari ini, lusa, dan lain-lain. Selanjutnya kata
bilangan seperti satu, seribu, ketiga, dan lain-lain. Berbeda dengan Chaer, Hasan
Alwi, dkk menyatakan:
Dalam bahasa Indonesia kita memiliki empat kategori sintaksis utama
verba atau kata kerja, nomina atau kata kerja, adjektiva atau kata sifat,
adverbia atau kata keterangan. Disamping itu, ada satu kelompok lain
yang dinamakan kata tugas yang terdiri atas beberapa subkelompok yang
lebih kecil, misalnya preposisi atau kata depan, konjungtor atau kata
sambung, dan partikel.30

27
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskritif,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 5
28
Abdul Chaer, Linguistik Umum, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h. 219
29
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2009), h. 38
30
Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),
h. 36
17

2. Frasa
Frasa atau frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.31
Ramlan (dalam Sukini) menyatakan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri
atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.
Maksudnya gabungan dua kata atau lebih tidak melampaui fungsi S (subjek),
atau fungsi P (predikat).32 Berdasarkan kelas katanya frasa terbagi menjadi:
a. Frasa nominal
Frasa nominal adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama
dengan nomina/kata benda kesamaan distribusi itu terlihat dengan jelas
dari jajarannya.33 Contohnya, pabrik kopi, buku tulis, jilbab bermotif, dan
lain sebagainya.
b. Frasa Verba
Frasa verba adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan
verba.34 Contohnya, sedang menari, sudah datang, berdiri lagi, dan
sebgainya.
c. Frasa adjektival
Frasa adjektival adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama
dengan adjektif.35 Contohnya, sangat malas, hitam manis, senang
gembira, dan sebagainya.
d. Frasa adverbia
Frasa adverbia adalah rasa yang distribusinya sama dengan kata
keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan
dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.36

31
Abdul Chaer, op. Cit., h. 222
32
Sukini, Sintaksis: Sebuah Panduan Praktis, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 20
33
Ibid., h. 30
34
Ibid.
35
Ibid., h. 31
36
Joni Endratmo, Definisi dan Jenis-Jenis Frasa, pada
http://joniemudahtersinggung.blogspot.com/2012/01/definisi-dan-jenis-jenis-frasa.html,diakses 10
Juli 2014, pukul 19:58
18

e. Frasa numeral
Frasa numeral adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama
dengan kata bilangan.37 Contohnya, dua ribu, tujuh lapis, lima piring, dan
sebagainya.
f. Frasa preposisional
Frasa preposisional adalah frasa yang terdiri atas kata depan sebagai
perangkai, diikuti oleh kata atau frasa sebagai
38
aksis/sumbunya. Contohnya, di dalam rumah, kepada masyarakat, dan
sebaginya.

3. Klausa
Klausa adalah tataran sintaksis yang berada di atas frasa dan di bawah
kalimat. Chaermenyatakan:
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkontruksi
predikatif. Artinya, di dalam kontruksi itu ada komponen, berupa kata
atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lainnya sebagai
subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat
yang harus ada dalam kontruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan
wajib, sedangkan yang lainnya tidak wajib.39

Sebagai contohnya meja makan dan adik makan dapat kita bandingkan. Meja
makan bukanlah sebuah klausa karena kata meja dan kata makan tidak
bersifat predikatif. Sedangkan adik makan adalah sebuah klausa karena kata
adik dan kata makan terdapat sifat predikatif. Adik adalah pengisi subjek dan
makan adalah pengisi predikat.

4. Kalimat
Sukini menyatakan, kalimat adalah kontruksi sintaksis yang berupa
klausa, dapat berdiri sendiri atau bebas, dan mempunyai pola intonasi final.40
Namun, Alwi: kridalaksana (dalam Ida Bagus) menyatakan, dalam wujud

37
Ibid.
38
Ibid., h. 32
39
Abdul Chaer, op. Cit., Linguistik Umum, h. 231
40
Sukini, op. Cit., h. 54-55
19

tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
tanda tanya, atau tanda seru.41

5. Singkatan
Ramlan dan Mahmudah menyatakan, singkatan ialah kependekan yang
berupa huruf atau gabungan huruf baik dilafalkan huruf demi huruf seperti
DPR, LSM maupun yang tidak seperti dll. dan dsb.42 Semenatara itu, Niknik
menyatakan, singkatan adalah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.43

6. Istilah
Dalam kamus Linguistik Kridalaksana, istilah adalah kata atau gabungan
kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat
yang khas dalam bidang tertentu.44

D. Karangan
Menulis adalah salah satu kegiatan pembelajaran di sekolah. Contoh dari
kegiatan menulis di sekolah adalah menulis sebuah karangan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karangan merupakan 1. hasil mengarang; cerita;
buah pena; 2. Ciptaan; gubahan (lagu, musik, nyayian); 3. Cerita mengada-ada
(yang dibuat-buat); 4. Hasil rangkaian (susunan) – bunga.45Finoza menyatakan,
karangan adalah penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu
topik atau pokok bahasan. Mengarang sendiri adalah perkerjaan merangkai atau
menyusun kata, frasa, kalimat, dan alinea yang dipadukan dengan topik dan tema

41
Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran, (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h. 20
42
Ramlan dan Mahmudah, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2010),
h. 35
43
Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berfikir: Panduan
Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Berbasis
Kompetensi di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h. 76
44
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 97
45
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 624
20

tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa karangan.46 Berdasarkan cara


penyajian pokok bahasannya, tipe karangan ada lima, yaitu
1. Karangan deskripsi (pelukisan)
Deskripsi merupakan bentuk tulisan yang berusaha memberi perincian
dari objek yang sedang dibicarakan.47 Seorang guru anatomi menerangkan
bagian-bagian tubuh manusia kepada murid-muridnya sehingga dalam benak
muridnya bagian tubuh iti divisualisasikan seperti keadaan yang sebenarnya
adalah salah satu contoh deskripsi.48
2. Karangan narasi (pengisahan)
Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa
kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa tersebut.
Rangkaian kejadian atau peristiwa ini biasanya disusun menurut urutan waktu
(secara kronologis).49
3. Karangan eksposisi (pemaparan)
Karangan eksposisi merupakan wahana yang bertujuan untuk memberi
tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan
eksposisi, masalah yang dikomunikasikan terutama adalah pemberitahuan
atau informasi. Informasi seperti ini dapat kita baca sehari-hari di dalam
media massa, berita di expose atau dipaparkan kepada pembaca dengan tujuan
memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.50
4. Karangan argumentasi (pembahasan)
Menulis argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil
sikap yang pasti untuk mengungkapkan segala persoalan dengan segala
kesungguhan intelektualnya, bukan sekadar mana suka atau pendekatan
emosional.51

46
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia: Untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2001), h. 189
47
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h. 158
48
Lamuddin Finoza, op. Cit., h. 192
49
Djoko Widagdho, Bahasa Indonesia: Pengantar Kemahiran Berbahasa di Perguruan
Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. 106
50
Lamuddin Finoza, op. Cit., h. 197
51
Minto Rahayu, op. Cit., h. 168
21

5. Karangan persuasi
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca
percaya, yakin, terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin
berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun
perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta yang relevan dan
jelas harus diuraikan sedemikian rupa, sehingga kesimpulannya dapat
diterima secara meyakinkan.52

Dapat disimpulkan, karangan adalah hasil (tulisan) dalam bentuk cerita, baik
cerita fiksi maupun nonfiksi. Karangan terbagi menjadi lima jenis, yaitu karangan
deskripsi, karangan narasi, karangan eksposisi, karangan argumentasi, dan
karangan persuasi.

E. Karangan Narasi

Narasi (dalam KBBI), 1. Pengisahan suatu kisah atau kejadian; 2. Sas cerita
atau deskripsi suatu kejadian atau peristiwa; kisahan; 3. Tema suatu karya seni; --
menyajikan sebuah kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu.53
Sementara itu, Atarmenyatakan, narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan
yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau
pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.54 Namun,
Keraf menyatakan, narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha
mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca
melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu.55Isi karangan narasi boleh tentang
fakta yang benar-benar terjadi boleh juga tentang sesuatu yang khayali.
Otobiografi atau boigrafi seorang tokoh terkenal sering dapat digolongkan dalam
jenis karangan narasi, dan karangan ini benar-benar nyata atau berdasarkan
sejarah yang tidak dibuat-buat. Tetapi cerpen, novel, hikayat, drama dongeng
seringkali hanyalah hasil kreasi daya khayal seorang pengarang, yang sebenarnya

52
Lamuddin Finoza, op. Cit., h. 200
53
DEPDIKNAS, Op. Cit., 952
54
Atar, op. Cit., h. 30
55
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III, ( Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003), 135-136
22

cerita itu sendiri tak pernah terjadi. Namun, karangan ini juga termasuk dalam
jenis karangan narasi.56Narasi mempunyai ciri penanda sebagai berikut:

1. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia;


2. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau
kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi, atau
gabungan keduanya;
3. Berdasarkan konflik. Karena tanpa konflik narasi tidak menarik;
4. Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampaiannya bersifat sastra,
khususnya narasi yang berbentuk fiksi;
5. Menekankan susunan kronologis;
6. Biasanya memiliki dialog.57

Narasi terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Narasi ekspositoris
Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu
peristiwa. Narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian,
rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Narasi
ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan
suatu proses umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat dilakukan
secara berulang-ulang, seperti contoh wacana naratif yang menceritakan
bagaimana seseorang menyiapkan nasi goreng. Narasi yang bersifat khusus
adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas yang
hanya terjadi satu kali seperti, cerita masuk perguruan tinggi.58
2. Narasi sugestif
Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan
sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Sebuah
novel, roman, dan cerpen sudah mengandung semua ciri narasi sugestif.59

56
Djoko Widagdho, op. Cit., h. 106-107
57
Atar, op. Cit., h. 32
58
Gorys Keraf, op. Cit., h. 136-137
59
Ibid., h. 138-139
23

Dapat disimpulkan bahwa,karangan narasi adalah sebuah karangan atau


tulisan yang bertujuan untuk menyampaikan cerita berdasarkan urutan waktu yang
didalamnya terdapat sebuah peristiwa.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah penelitian yang hampir sama dengan


penelitian yang pernah kita buat. Penelitian yang relevan yang berkaitan dengan
skripsi ini adalah:

1. Penelitian mengenai campur kode telah dilakukan oleh beberapa mahasiswi.


Pertama penelitian yang telah dilakukan oleh Izah Azizah mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Jakarta dengan judul “Campur Kode pada Penggunaan
Bahasa Indonesia dalam Acara Bukan Empat Mata dan Implikasinya pada
Pembelajaran Berbicara siswa kelas IX SMPN”. Skripsi yang menganalisis
peristiwa campur kode dalam Acara Bukan Empat Mata menguraikan bahwa
ketika berbincang pembawa acara menggunakan berbagai macam bahasa
sehingga suasana terlihat segar dan tidak monoton, itu terlihat dari adanya
peristiwa campur kode bahasa asing dan bahasa daerah. Persamaan dengan
skripsi ini, yaitu sama-sama menganalisi campur kode. Namun, perbedaannya
yaitu Azizah menganalisis campur kode dalam Acara Bukan Empat Mata
sementara dalam skripsi ini menganalisis campur kode dalam karangan
narasi siswa.60
2. Masih dalam ranah campur kode yang dilakukan oleh Nuzlya Rahmadhany
Gintings mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Penelitian ini merupakan sebuah
penelitian untuk skripsi yang berjudul “Bentuk dan Makna Campur Kode
Bahasa Inggris Politikus Di dalam Majalah Tempo.” Skripsi yang
menganalisis campur kode bahasa Inggris politikus dalam Majalah Tempo

60
Izah Azizah, Campur Kode pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Acara Bukan
Empat Mata dan Implikasinya pada Pembelajaran Berbicara Siswa Kelas IX SMPN, (Skripsi S1
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta, 2011), h. iv
24

menguraikan bahwa campur kode bahasa Inggris yang dilakukan politikus


sebagai narasumber memiliki makna yang bervariasi. Makna yang terkandung
dalam campur kode bahasa Inggris tersebut ada yang bermakna konseptual,
konotatif, stilistik, afektif, reflektif, kolokatof, dan tematik. Namun, makna
campur kode bahasa Inggris yang paling dominan adalah makna konseptual.
Persamaan dengan skripsi ini adalah sama-sama menganalisis campur kode
dalam sebuah tulisan. namun, perbedaannya adalah Nuzlya dalah sebuah
Majalah Tempo sedangkan skripsi ini dalam sebuah karangan narasi.61
3. Dilakukan oleh Retno Setyorini. Mahasiswa Pendidikan Banahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Penelitian
ini merupakan sebuah skripsi tahun 2008 dengan judul “Alih Kode dan
Campur Kode pada Cerita Bersambung Di Tabloid Nova.” Skripsi yang
menganalisis alih mode dan campur kode pada cerita bersambung di Tabloid
Nova menguraikan bahwa hasil penelitian mengenai alih kode dan campur
kode pada cerita bersambung di Tabloid Nova ini dapat dapat diimplikasikan
kepada penulis cerita atau siapapun yang akan membuat sebuah narasi atau
cerita yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk alih kode dan campur kode,
agar memperhatikan penggunaan kata-kata asing, kata-kata dari bahasa
daerah, maupun kata-kata dari bahasa sehari-hari, sesuai dengan keperluan
dengan tetap memperhatikan bahwa tidak semua pembaca mempunyai tingkat
pendidikan dan penguasaan yang sama, agar tidak menimbulkan ambiguitas
dan salah paham. Persamaan dengan skripsi ini adalah sama-sama
menganalisis sebuah cerita atau karangan narasi. Namun, perbedaannya
adalah Retno juga menganalisis alih kode sedangkan skripsi ini hanya campur
kode saja.62

61
Nuzlya Ramadhany Gintings, Bentuk dan Makna Campur Kode Bahasa Inggris
Politikus Di dalam Majalah Tempo, (Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Jakarta, 2008), h. 109
62
Retno Setyorini,Alih Kode dan Campur Kode pada Cerita Bersambung Di Tabloid
Nova, (Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta, 2008), h. ii
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan tempat dan waktu penelitian, metode penelitian,
subjek penelitian, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. Waktu


penelitian dilakasanakan semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskripsi dengan teknik analisis


data yang menggunakan metode observasi dan metode dokumentasi.

1. Metode

Husaini dan Purnomo menyatakan:

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematik. Sedangkan metodelogi ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi,
metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau dari filsafat, metodelogi
penelitian merupakan epistemologi penelitian. Yaitu yang menyangkut
bagaimana kita mengadakan penelitian.1
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan, metode adalah suatu cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan belajar mengajar sesuai dengan yang
dikehendaki. Metode penelitian adalah pengkajian dalam mempelajari peraturan
dalam penelitian.

1
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 41

25
26

2. Penelitian Kualitatif

Nuraida dan Halid Alkaf mengatakan, penelitian kualitatif adalah prosedur


penelitian yang bertujuan meneliti suatu masalah dengan cara merumuskan
permasalahan lalu meneliti dengan cara mendalam, yaitu pengamatan, pencatatan,
wawancara, dan terlibat dalam proses penelitian guna menemukan penjelasan
berupa pola-pola, deskripsi, dan menyusun indikator.2 Sementara itu, S. Margono
menyatakan:

Penelitian kualitatif perhatian lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori


substantif berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul dari data empiris.
Dalam penelitian kualitatif, penelitian merasa “ tidak tahu mengenal apa yang
tidak diketahuinya”, sehingga desain penelitian yang dikembangkan selalu
merupakan kemungkinan yang terbuka akan berbagai perubahan yang
diperlukan dan lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan
pengamatannya.3
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah metode analisis
data model mengalir (Miles dan Huberman, 1992: 15), menggunakan teknik
pengumpulan data observasi dan dokumentasi. Metode analisis data model
mengalir (Miles dan Huberman, 1992: 15) yaitu, 1. Pengumpulan data, 2. Reduksi
data, 3. Penyajian data, 4. Penarikan kesimpulan.4 S. Nasution mengatakan:

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dengan berbagai alat,
diantaranya alat yang canggih, sehingga dapat diobservasi benda yang
sekecil-kecilnya atau yang sejauh-jauhnya di jagat raya. Namun, betapapun
canggihnya alat yang digunakan, tujuannya hanya satu, yakni mengumpulkan
data melalui observasi.5
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung ke lapangan dan peneliti
terlibat langsung dalam proses penelitian dalam sehari-hari. Sementara itu,

2
Nuraida dan Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research,
2009), h. 35
3
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 35
4
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, ( Jakarta:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2013), h. 70-71
5
Ibid., h. 56-57
27

Husaini dan Purnomo mengatakan, observasi ialah pengamatan dan pencatatan


yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.6 Sugiyono mengatakan,
dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.7 Dokumen terdiri dari
beberapa macam seperti, dokumen tulis, gambar, dan juga dokumen suara.
Dokumen tulis itu sendiri seperti, cerita, baik cerita pribadi maupun cerita sejarah.
Dokumen yang peneliti ambil, yaitu dokumen pribadi. Dokumen pribadi adalah
catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan
kepercayaan.8 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan, penelitian kualitatif
ialah penelitian yang dilakukan dengan cara mencari permasalahan, merumuskan,
dan lalu diteliti secara mendalam. Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh
dengan observasi, yaitu metode yang peneliti terjun langsung ke lapangan dengan
melakukan pengamatan. Metode dokumentasi, yaitu metode dengan
mengumpulkan catatan peristiwa seperti cerita dalam sebuah tulisan. penelitain
skripsi memfokuskan pada campur kode karangan narasi berupa cerpen siswa
kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondo, Tangerang.

Penelitian yang digunakan penelitian kualitatif deskriptif teknik analisis data.


Deskriptif itu sendiri seperti data yang dikummpulkan adalah berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan
metode kualitatif. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, dokumen pribadi, domen resmi lainnya. Pada penulisan laporan yang
demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh
mungkin dalam bentuk aslinya.9 Penelitian ini berpusat pada penggunaan bahasa
pada karangan narasi siswa berupa cerpan. Penelitian ini sebelumnya melakukan
observasi sekolah dan keadaan lingkuan sekitar dan menggunakan metode
dokumentasi hasil karangan narasi siswa berupa cerpen.

6
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, op. Cit., h. 52-55
7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 329
8
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 217
9
Ibid., h. 11
28

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MA Jabal Nur
Cipondoh, Tangerang. Adapun jumlah siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah)
Jabal Nur Cipondoh, Tangerang sebanyak 24 siswa.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah campur kode yang meliputi wujud dan jenis
campur kodeyang terdapat pada hasil karangan narasi siswa berupa cerpen kelas X
MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri karena dalam penelitian ini


penulis mengerjakan penelitian dengan teknik observasi dan dokumentasi serta
dibantu dengan tabel kerja.

Gambar tabel kerja

Klasifikasi Wujud dan Jenis Campur Kode Per-Karangan

No Data Wujud Campur Kode Jenis Campur Kode

Klasifikasi Wujud Campur Kode Karangan Narasi Siswa Kelas X

MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang

Wujud Campur Kode


No Data
Kata Frasa Klausa Kalimat Singkatan Istilah
29

Klasifikasi Jenis Campur Kode Karangan Narasi Siswa Kelas X

MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang

Jenis Campur Kode Keluar


No Data
Bahasa Inggris Bahasa Arab

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Meminta siswa untuk membuat karangan narasi;


2. Membaca secara intensif, membaca secara berulang-ulang karangan narasi
siswa. Membaca secara kritis, menemukan bagian-bagian yang menunjukkan
campur kode. Bagian-bagian tersebut ditandai atau digaris bawahi;
3. Memasukkan semua data yang relevan, bagian-bagian di dalam karangan
narasi yang menunjukkan gejala campur kode (yang sudah ditandai)
dikumpulkan;
4. Mengidentifikasi data, data yang diidentifikasi yaitu daftar peristiwa campur
kode berdasarkan kata, frasa, klausa, kalimat, singkatan dan istilah.

G. Teknik Analisis Data


1) Pengumpulan data, pengumpulan data, peneliti membuat catatan data yang
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi yang
merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan
penelitian
2) Mereduksi data, membaca ulang keseluruhan cerita, memilih bagian yang
memperlihatkan gejala campur kode pada karangan narasi, yaitu tampak pada
kutipan langsung di dalam teks, lalu memasukkannya ke dalam tabel kerja.
Setelah itu menganalisisnya menggunakan teori yang ada;
30

3) Penyajian data, penyajian data, setelah melalui reduksi data, langkah


selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau sekumpulan
informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan;
4) Menarik kesimpulan/verifikasi tentang hasil analisis, yaitu terdiri atas bentuk-
bentuk campur kode dan jenisnya.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Profil Pondok Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur


I. Sejarah Singkat Madrasah
Pondok Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur berada di bawah
naungan Yayasan Jam‟iyah Nahdiyah Lilummah (JN Universal) berawal
dari hasil pemikiran tentang bagaimana membantu dan memberikan
kesempatan kepada para yatim dan duafa khususnya lulusan SD/MI untuk
dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Maka untuk
ide tersebut pada bulan Maret 2006 tepatnya pada tanggal 15 Maret 2006
didirikan Pondok Pesantren yang pada mulanya bernama “Pondok
Pesantren Keterampilan Yatim Jabal Nur”.

Pada perkembangan berikutnya nama tersebut dianggap kurang tepat


sehingga diubah menjadi Pondok Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur.
Perubahan ini didasarkan alasan sebagai berikut :

1. Secara psikologis pencantuman kata ”yatim” pada nama pesantren


dikhawatirkan berdampak ”minder” terhadap kejiwaan anak sehingga
mereka bukan merasa dihargai tetapi justru merasa menjadi bahan
eksploitasi.
2. Pada perjalanan berikutnya pesantren ini diminati juga bukan hanya
oleh yatim dan dhuafa tetapi oleh mereka dari golongan ekonomi
menengah, walaupun kami tetap mempertahankan untuk membantu
yatim dan dhuafa yang saat ini kurang lebih 60% tidak dikenakan biaya
pembangunan dan biaya pendidikan.
3. Untuk menghindari opini masyarakat bahwa pesantren kami sama
dengan panti asuhan.

31
32

II. Tujuan yang Ingin Dicapai Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur
Tujuan yang ingin dicapai oleh Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur
antara lain :

1. Mengangkat harkat, derajat, dan martabat anak Yatim dan dhuafa


untuk menjadi anggota masyarakat yang cerdas, terampil, kreatif, dan
berakhlakul karimah.
2. Menjadikan pesantren sebagai wadah pengembangan wawasan
keislaman, sains, dan teknologi dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan jaman sehingga pada gilirannya nanti alumni Jabal Nur
dapat menjadi Agen of Change bagi masyarakat lingkungan, bangsa
dan negara.
3. Terbentuknya pesantren yang menjadi pelopor pembangunan bagi
masyarakat lingkungan dalam bidang agama, pendidikan, ekonomi,
dan kesehatan.
III. Visi, Misi, dan Strategi Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur

A. Visi
Sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang amanah, profesional,
modern, dan komprehensif.
B. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan formal dari tingkat dasar sampai
perguruan tinggi.
2. Intensifikasi kajian Islam dari sumber-sumber yang otentik berupa
kitab-kitab kuning.
3. Pengembangan keterampilan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa
ilmiah dan komunikasi sehari-hari.
4. Melatih keterampilan teknologi informatika, tata boga, dan tata busana
serta teknik komunikasi massa.
5. Ikut serta membantu program pemerintah dalam bidang sosial dan
pembinaan ekonomi dhuafa.
33

C. Strategi
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, ditetapkan enam langkah
strategi sebagai berikut :
1. Terciptanya struktur yang solid dan mobilitas yang tinggi dalam upaya
bersama untuk mencapai tujuan Pesantren Ketrampilan Yatim Jabal
Nur;
2. Menciptakan sarana dan prasarana lingkungan pesantren yang
kondusif;
3. Rekrutmen dan orientasi para Pembina serta pelatih yang bertanggung
jawab, berdedikasi tinggi dan professional;
4. Rekrutmen para santri yatim dan dhu‟afa yang siap dibina dan
mengikuti peraturan/ tata tertib pesantren;
5. Membuat jaringan kerja dengan berbagai pihak terkait agar tercipta
masyarakat pendukung pesantren;
6. Melaksanakan quality control (kualitas pengawasan) dalam berbagai
kegiatan agar tercipta out put yang berkualitas.

VI. Daftar Guru Madrasah Aliyah Jabal Nur Cipondoh, Tangerang


IJAZAH BEBAN
NO NAMA LENGKAP BIDANG STUDI
TERAKHIR KERJA
Biologi
1 Abdul Rohman, S.Pd. S1 13
Pengembangan Diri
2 Chairuddin, S.Ag. S1 Al Qur'an Hadits 6
3 Khoirul Fatihin, S.Pd.I. S1 Fiqih 6
4 H. Ubaidah Al-Ansyori, S.Pd.I, SE. S1 Ekonomi 2
5 Abdul Malik K, S.H.I. S1 Bahasa Arab 9
6 Dra. Hj. Ika Sunarsih S1 Keterampilan & Seni Budaya 6
7 M. Husni, SE. S1 Geografi 2
8 Syarif Hidayatullah, S.HI. S1 Aqidah Akhlak
PPkn
9 Drs. Oding S1 Sejarah 14
Sosiologi
10 Drs. Saman RS, M.Si. S2 Fisika 10
11 Asymawi, S.Ag. S1 SKI 2
12 Drs. M. Dikron S1 Bimbel Matematika 8
34

13 Moh. Zuhdi, S.S. S1 Bahasa Inggris 4


14 Dede Sulaiman S1 Penjas Orkes 6
15 Siti Mudrikah, SHI. S1 Bahasa Inggris 8
16 Churin 'in Nabila S1 Bahasa Indonesia 12
17 Mita Anggraini S1 Matematika 12
TIK
18 Triyanto S1 12
Desain Grafis
19 Ir. H. Khoirul Saleh S1 Bimbel Fisika 8
20 Erlinawati, M.Pkim S2 Kimia 10

B. Klasifikasi Wujud dan Jenis Campur Kode

Dari hasil pengumpulan data, peneliti mengklasifikasikan wujud dan jenis


campur kode yang telah ditemukan dalam karangan narasi siswa berupa cerpen
kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang, dengan paparan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Kisah 7 Sekawan”

Wujud Jenis
No Data Campur Campur
Kode Kode
1 Masalahku adalah masalah kita
semua, kebahagiaan, tangisan,
maupun canda, ceria itu milik Frasa Keluar
kita bersama dan kita akan terus
always together.

Tabel 4.2

Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “My Interesting
Holiday”
35

Wujud Campur Jenis Campur


No Data
Kode Kode
1 Pada Judul Karangan: My
Frasa Keluar
Interesting Holiday
2 ... dengan berat hati kami
langkahkan kedua kaki kami
untuk meninggalkan rumah
Fabian. “bye-bye Fabian we Kalimat Keluar
will come here latter dont forget
us” ujar kami saat berada di
dalam angkot.

Tabel 4.3

Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Kerinduan yang
Mendalam”

Wujud Campur Jenis Campur


No Data
Kode Kode
1 Hari demi hari berlari,
menyiratkan kenangan demi
Kata Keluar
kenangan, tepatnya hari ini
adalah hari special...
2 ... menurut Indah hari ini adalah
hari the sweet moment for my
mother tentunya ia tidak afak Klausa Keluar
menyia-nyiakan hari-harinya
bersama ibu, ibu, dan ibu.
36

Tabel 4.4

Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Darah


Keinsyafanku UntukMu”

Wujud Campur Jenis Campur


No Data
Kode Kode
1 Dia wanita yang berhijab dan
menggunakan baju gamis Kata Keluar
always.

Tabel 4.5

Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Karena Allah
Masih Mencintaiku”

Wujud Campur Jenis Campur


No Data
Kode Kode
1 Setelah mandi Novi ingin pergi
Kata Keluar
ke mall bersama teman-teman.
2 Ibu minta duit dong! Buat jalan-
jalan sama teman ke mall, bete Frasa Keluar
di rumah terus.

Tabel 4.6

Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Cintaku Tak Dapat
Ditebak”

Wujud Campur Jenis Campur


No Data
Kode Kode
1 Hmm sorry, ucapnya Kata Keluar
37

2 Hem,, cowok itu namanya Faldi


Febrian, dia itu perhatian, baik,
Kata Keluar
bisa ngertiin cewek pokoknya
the best deh.
3 Oh, ya buku file ku ketinggalan
Kata Keluar
di kantin
4 Namaku Aurel, aku duluan yah,
Kata Keluar
bye..
6 Nama fb‟a?? Aurel Anggel Singkatan Keluar
7 Twitter‟a, @aura_angle Kata Keluar
8 Thank’s yah, sorry kalau
Kata Keluar
ganggu
9 Mahasiswa itu berjalan ke arah
lapangan. Yes! I get it (batin Kalimat Keluar
Faldi).

Tabel 4.7

Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Budhe, I Miss You”

No Data Wujud Campur Jenis Campur


Kode Kode
1 Good night sayang Frasa Keluar
2 Hello sayang Kata Keluar
3 Morning Dera Kata Keluar
4 Paling-paling temanku hanyalah
Frasa Keluar
boneka teddy bear
5 Keesokan harinya, keluarga
besar Pak Lion sedang makan
Kata Keluar
malam bersama atau bisa juga
disebut dengan istilah dinner
38

6 ... namun Dera belum bisa


menjalankan kakinya. Lalu
berteriak “Budhe... I miss you”
burung-burung yang sedang Kalimat Keluar
beristirahat di pohon-pohon
yang rindang seketika
berhamburan pergi.

Tabel 4.8

Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Ketika Cinta
Bersemi Indah”

Wujud Campur Jenis Campur


No Data
Kode Kode
1 Ummy, Syira berangkat dulu yah Kata Keluar
2 Astagfirullah, afwan kak, afwan.
Aku menabrak seorang pemuda Kata Keluar
yang belum aku kenal.
3 Kubuka pesan yang ada di fb ku
Singkatan Keluar

4 Assalamu‟alaikum ukhty Kata Keluar

Tabel 4.9

Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Dimana Budaya Ku
yang Dulu”

No Data Wujud Campur Jenis Campur


Kode Kode
1 Mungkin ini kebiasan mereka
Kata Keluar
untuk menghilangkan stress
39

2 Shodaqollahul’adzim, Bunga
Kalimat Keluar
menutup tadarusnya kali ini

Tabel 4.10

Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Semua untuk
Ayah”

No Data Wujud Campur Jenis Campur


Kode Kode
1 Kata to dalam penulisan surat Kata Keluar
2 “Hallo ... semua selamat pagi”
terlihat raut wajah yang tak biasa Kata Keluar
ada pada wajah Zanet.
3 Dear: papa Kata Keluar
4 Aku sayang papa dan yang
lainnya do‟akan aku sukses yah, Frasa Keluar
love you dad
5 Thanks... I miss you all Kalimat Keluar
6 Dear: my family Frasa Keluar
7 Yang paling penting lo, gue
Kata Keluar
happy kan?

Tabel 4.11

Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Syira”

No Data Wujud Campur Jenis Campur


Kode Kode
1 Syukron Aisyah Kata keluar
2 ... hari ahad kakaknya Yusuf Kata keluar
40

akan datang ...

Tabel 4.13

Klasifikasi Wujud Campur Kode Karangan NarasiSiswa Kelas X

MA (Madrasah Aliyah)Jabal Nur Cipondoh, Tangerang

Wujud Campur Kode


No Data
Kata Frasa Klausa Kalimat Singkatan Istilah
1 Always together √
2 My Interesting Holiday √
3 bye-bye Fabian we will
come here latter dont √
forget us
4 Special √
5 the sweet moment for my

mother
6 Always √
7 Mall √
8 Bete √
9 the best √
10 File √
11 bye √
12 Fb √
13 Twitter √
14 Thank’s √
15 Yes! I get it √
16 Good night √
41

17 Hello √
18 Morning √
19 teddy bear √
20 dinner √
21 Ummy √
22 afwan √
23 Ukhty √
24 Stress √
25 Shodaqollahul’adzim √
26 syukron √
27 ahad √
28 Love you dad √
29 dear √
30 Budhe. I miss you √
31 to √
32 Thanks... I miss you all √
33 Dear: my family √
34 happy √
Jumlah 20 5 1 5 2 1

Tabel 4.14

Klasifikasi Jenis Campur Kode Karangan NarasiSiswa Kelas X MA Jabal


Nur Cipondoh, Tangerang

Jenis Campur Kode Keluar


No Data
Bahasa Inggris Bahasa Arab
42

1 Always together √
2 My Interesting Holiday √
3 bye-bye Fabian we will come here √
latter dont forget us
4 Special √
5 the sweet moment for my mother √
6 Always √
7 Mall √
8 Bete √
9 the best √
10 File √
11 bye √
12 Fb √
13 Twitter √
14 Thank’s √
15 Yes! I get it √
16 Good night √
17 Hello √
18 Morning √
19 teddy bear √
20 dinner √
21 Ummy √
22 afwan √
23 Ukhty √
24 Stress √
25 Shodaqollahul’adzim √
43

26 syukron √
27 ahad √
28 Love you dad √
29 dear √
30 Budhe. I miss you √
31 to √
32 Thanks... I miss you all √
33 Dear: my family √
34 happy √
Jumlah 28 6

Berdasarkan tabel klasifikasi wujud dan jenis campur kode masing-masing


karangan, terdapat tiga puluh empat campur kode dari sebelas karangan siswa
kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang, dua puluh
delapan adalah campur kode dalam bahasa Inggris dan enam dalam bahasa Arab.

Dari tiga puluh empat data campur kode yang ada, sebanyak dua puluh
delapan campur kode dalam bahasa Inggris berupa lima belas campur kode dalam
wujud kata, lima campur kode berupa frasa, satu campur kode berupa klausa,
empat campur kode berwujud kalimat, dua campur kode berwujud singkatan, dan
satu campur kode berwujud istilah. Lalu dari enam campur kode dalam bahasa
Arab ditemukan lima campur kode berwujud kata dan satu campur kode berwujud
kalimat.
44

C. Analisis Data

Analisis Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi Siswa Kelas
X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang

a. Kata
1) Special

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata
special dalam karangan narasi Siti Nurinayah yang berjudul „Kerinduan yang
Mendalam‟, sebagai berikut:

Hari demi hari berlari, menyiratkan kenangan demi kenangan, tepatnya hari
ini adalah hari special menurut Indah.1

Peristiwa campur kode pada kata special merupakan peristiwa campur kode
keluar (outer code-mixing) sebab kata special berasal dari bahasa Inggris yang
merupakan kata sifat untuk mengungkapkan sesuatu, seperti keadaan seseorang.
Kata specialmemiliki arti „istimewa‟2. Maksud kata special dari kalimat tersebut
adalah hari istimewa untuk Indah dari hari-hari yang sebelumnya yang memiliki
kenangan untuk Indah. Alasan Siti menggunakan kata special dalam bahasa
Inggris memang disengaja karena kata special sudah banyak orang yang
mengetahuinya dan juga dikarenakan Siti selain menguasai bahasa ibunya, dan
bahasa Indonesia, Siti juga menguasai bahasa lain secara bersamaan. Siti yang
bertempat tinggal di asrama pondok pesantren yang diwajibkan berbahasa Inggris
dan bahasa Arab. Artinya, Siti merupakan penutur bilingual (dwibahasawan) atau
bahakan penutur multilingual (multibahasawan). Jadi, Siti dalam karangan narasi
tersebut tidak mutlak hanya menggunakan satu bahasa saja dalam komunikasinya.
Jika dalam berkomunikasi terbiasa menggunakan bahasa asing ini akan
menyebabkan terjadinya campur kode dalam kegiatan menulis karena faktor

1
Siti Nurinayah, Kerinduan yang Mendalam, (lampiran 2)
2
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,
2000), Cet. XXIV, h. 544
45

kebiasaan. Ada juga karena Siti ingin menunjukkan bahwa Siti mampu berbahasa
asing.

2) Always

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata
always dengan kutipan karangan narasi Rara K. Azzahru yang berjudul „Darah
Keinsyafan Ku‟ sebagai berikut:

Dia wanita yang berhijab dan menggunakan baju gamis, always. Dia sangat
lembut dalam tutur katanya, gerak-geriknya, segala sesuatu yang ia lakukan
selaluberbau islami sedangkan aku semenjak lulus dari MTs di pondok, aku
masuk ke sekolah umumhingga saat ini hal yang aku lakukan hampir tak ada
yang terarah ke hal itu.3

Peristiwa campur kode pada kata always merupakan peristiwa campur kode
keluar (outer code-mixing) sebab kata always berasal dari bahasa Inggris yang
merupakan kata keterangan yang memberikan keterangan pada kata yang bukan
kata benda, yang memiliki arti „selalu‟.4 Maksud kata always dalam kalimat di
atas adalah bahwa terdapat seorang gadis yang selalu mengenakan pakaian gamis.
Kata always memberikan penekanan bahwa gadis tersebut mengenakan pakaian
gamis secara terus-menerus. Rara yang berlatar belakang mondok di pesantren
yang mewajibkan menggunakan bahasa asing dalam asramanya tentunya
mempengaruhi dalam penggunaan bahasa dalam menulis sebuah cerita. Terbukti
dalam penyisipan kata always dalam cerita yang dapat memberikan kesan bahwa
Rara dapat berbahasa asing, yaitu bahasa Inggris.

3) Mall

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata mall

3
Rara K. Azzahru, Darah Keinsyafan Ku, (lampiran 3)
4
John M. Echols dan Hassan Shadily,op. Cit., h. 26
46

dengan kutipan karangan narasi Amalia Indah Sari yang berjudul „Karena Allah
Masih Mencintaiku‟ sebagai berikut:

“Novi mau mandi, setelah mandi Novi mau pergi ke mall bersama teman-
teman,” sambil membanting pintu kamar mandi.5

Peristiwa campur kode kata mall merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) sebab kata mall berasal dari bahasa Inggris yang merupakan
kata benda yang menyatakn tempat, yang memiliki arti „toko, kedai, atau
warung‟.6 Maksud kata mall di dalam kalimat tersebut adalah sebuah tempat
hiburan remaja, tempat bermain anak remaja masa kini, atau gedung pusat
perbelanjaan. Penggunaan kata mall sering didengar bahkan digunakan dalam
penulisan sebuah cerita karena kata mall sudah tidak asing untuk didengar
maupun dibaca. Namun, penggunaan kata mall yang dalam bahasa Inggris lebih
banyak digunakan ketimbang dalam bahasa Indonesia, ini bisa dikarenakan faktor
kebiasaan maupun faktor kegengsian. Amalia menggunakan kata mall karena
Amalia bersekolah di wilayah kota tangerang yang terdapat mall atau pusat
pembelanjaan dan juga penulisan kata mall dalam bahasa Inggris karena Amalia
dapat atau terbiasa menggunakan bahasa asing di dalam asrama. Dan ini
mempengaruhi Amalia dalam menulis sebuah cerita.

4) the best

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata the
best dengan kutipan karangan narasi Aulia Salam yang berjudul „Cintaku Tak
Dapat Ditebak‟ sebagai berikut:

Hem,, cowok itu namanya Faldi Febrian, dia itu perhatian, baik, bisa ngertiin
cewek pokoknya the best deh.7

Peristiwa campur kode kata the best merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) sebab kata the best berasal dari bahasa Inggris yang
5
Amalia Indah Sari, Karena Allah Masih Mencintaiku, (lampiran 4)
6
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 522
7
Aulia Salam, Cintaku Tak Dapat Ditebak, (lampiran 5)
47

merupakan kata sifat untuk menjelaskan kata benda, yang memiliki arti „yang
terbaik‟.8 Maksud kata the best di dalam kalimat tersebut adalah memberikan
penguatan bahwa Faldi laki-laki yang paling baik atau yang terbaik. Dalam
kalimat di atas bahwa Faldi laki-laki yang baik, perhatian, bisa mengerti cewek
dari semua kriteria itu menyatakan bahwa Faldi terbaik. Kata the best sudah
banyak dikenal dikalangan siswa apalagi Aulia mempunyai kemampuan bahasa
asing seperti bahasa Inggris salah satunya, kemampuan berbahasa asing yang
dimiliki Aulia mempengaruhi dalam penulisan sebuah cerita. ini dikarenakan
faktor kebiasaan yang dilakukan penulis dalam asrama yang diwajibkan berbahasa
Inggris sehingga menyebabkan terjadinya campur kode dalam mengarang.

5) File

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata file
dengan kutipan karangan narasi Aulia Salam yang berjudul „Cintaku Tak Dapat
Ditebak‟ sebagai berikut:

Tiba-tiba saja Aurel melupakan sesuatu. “oh, ya buku file aku ketinggalan di
kantin.”9

Peristiwa campur kode kata file merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) sebab kata file berasal dari bahasa Inggris yang merupakan
kata benda yang menyatakan sesuatu yang dibendakan, yang memiliki arti
„catatan, berkas, atau arsip‟.10 Maksud kata file di dalam kalimat tersebut adalah
memberikan penguatan bahwa buku Aurel ketinggalan, buku yang tertinggal
adalah buku catatan Aurel. Kata file sudah banyak dikenal dikalangan siswa
apalagi Aulia mempunyai kemampuan bahasa asing seperti bahasa Inggris salah
satunya, kemampuan berbahasa asing yang dimiliki Aulia mempengaruhi dalam
penulisan sebuah cerita. Ini dikarenakan faktor kebiasaan yang dilakukan Aulia

8
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 62
9
Aulia Salam, Op. Cit.
10
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 240
48

dalam asrama yang diwajibkan berbahasa Inggris sehingga menyebabkan


terjadinya campur kode dalam mengarang.

6) Twitter

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata
twitter dengan kutipan karangan narasi Aulia Salam yang berjudul „Cintaku Tak
Dapat Ditebak‟ sebagai berikut:

Bel pulang berbunyi, Fadli buru-buru keluar, ia ingin mencari tahu siapa
teman dekat Aurel. Tiba-tiba saja ia mellihat Angle dan Aurel di taman
kampus. Salah satu teman kelas kampusnya Angle dan Aurel lewat, “eh .. eh
sini deh!” panggil Faldi. Wanita itu menghampiri Faldi “kamu tau ga yang
duduk di samping Aurel itu siapa?” “oh.. itu Angle” “dia temen deketnya
Aurel yah?” “iya” “kamu punya no tlpon‟a Angle?” wanita itu mengeluarkan
handphone dari saku bajunya “081256xxxxx” “nama fb‟a?‟ “aurel angle”.
“twitter‟a?”, “@aurel_angle,”11

Dari kutipan dalam karangan narasi tersebut bahwa jelas penggunakan twitter
digunakan untuk mendekati seorang gadis yang disukainya, digunakan sebagai
ajang mendekatkan diri untuk lebih kenal lagi. Selain Fb (facebook) ada juga situs
jejaring sosial yang digunakan untuk mengenal lebih dekat atau berkomunikasi,
yaitu twitter. Campur kode kata twitter merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) yang berwujud kata.Twitter berasal dari bahasa asing, yaitu
bahasa Inggris karena itu merupakan jenis campur kode keluar (outer code-
mixing). Twitter adalah salah satu situs jejaring sosial yang sudah banyak dikenal
dan digunakan diseluruh dunia baik anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan
orangtua sekalipun. Twitter adalah jejaring sosial untuk mendekatkan diri dengan
teman lama maaupun teman baru, mengobrol, ajang silaturahmi bahkan adapula
ajang untuk pencarian jodoh atau pendekatan diri. Twitter juga digunakan untuk
mendapatkan informasi dari beberapa lembaga atau apapun itu jika kita berteman
dengan lembaga atau orang yang kita inginkan untuk mendapatkan informasi.

11
Aulia Salam, Op. Cit.
49

Twitter memiliki arti „cicit-cicit atau kicau.‟12 Twitter berwujud kata yang
dikategorikan kata benda yang menyatakan sesuatu yang dibendakan. Jika
dikaitkan dalam kalimat kutipan di atas twitter digunakan untuk berbincang-
bincang berkicau dengan teman dan memiliki keterbatasan kata yang digunakan.
Twitter memang sudah banyak dikenal sebagai tempat untuk mencari jodoh atau
pasangan atau untuk mengenal, berbincang dengan teman. Aulia yang berlatar
belakang siswa MA pastinya sudah mengenal twitter karena itu penulis
memasukkan kata twitter dalam karangannya sebagai tempat media sosial untuk
mencari informasi dan tempat mendekatkan diri.

7) Thank’s

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata
thank’s dengan kutipan karangan narasi Aulia Salam yang berjudul „Cintaku Tak
Dapat Ditebak‟ sebagai berikut:

Bel pulang berbunyi, Fadli buru-buru keluar, ia ingin mencari tahu siapa
teman dekat Aurel. Tiba-tiba saja ia mellihat Angle dan Aurel di taman
kampus. Salah satu teman kelas kampusnya Angle dan Aurel lewat, “eh .. eh
sini deh!” panggil Faldi. Wanita itu menghampiri Faldi “kamu tau ga yang
duduk di samping Aurel itu siapa?” “oh.. itu Angle” “dia temen deketnya
Aurel yah?” “iya” “kamu punya no tlpon‟a Angle?” wanita itu mengeluarkan
handphone dari saku bajunya “081256xxxxx” “nama fb‟a?‟ “aurel angle”.
“twitter‟a?”, “@aurel_angle,” “thanks yah,13

Peristiwa campur kode kata thank’s merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) sebab kata thank’s berasal dari bahasa Inggris yang
merupakan kata kerja yang menyatakan suatu tindakan pengucapan terima kasih
(thanks), yang memiliki arti „terima kasih‟.14 Maksud kata thank’s dalam kutipan
di atas adalah ucapan terima kasih karena sudah diberikan info mengenai Angle.
Kata thank’s biasa digunakan bahkan artinya pun sudah banyak yang tahu apalagi

12
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 609
13
Aulia Salam, Op. Cit.
14
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 584
50

teman-teman Aulia yang biasa berbahasa Inggris dalam asramanya. Penggunaan


kata thank’s lebih terkesan intelek dan menandakan kemampuan bahwa orang
yang berbicara dapat berbahasa asing meski tidak fasih namun mampu. Kebiasaan
Aulia berbahasa asing menyebabkan terjadinya campur kode dalam menulis
dikarenakan faktor kebiasaan.

8) Hello

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata hello
dengan kutipan karangan narasi Fathya Rizqiah yang berjudul „Budhe I Miss
You‟ sebagai berikut:

“mbah, mama sudah berangkat?” tanya Dera, “belum tuh lagi sarapan sama
papamu,” jawab Syarkiem menuju ruang makan. Dera langsung menghampiri
kedua orangtuanya yang berada di ruang makan. Melihat anak satu-satunya
datang Rahma (mama Dera) langsung menyapa anaknya, “hello sayang” sapa
Rahma lalu menyiumnya.15

Peristiwa campur kode kata hello merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) sebab kata hello berasal dari bahasa Inggris yang merupakan
kata benda yang tak berwujud, benda tersebut tidak dapat dilihat hanya dapat
dirasakan, yang memiliki arti „salam‟.16 Maksuk kata hello pada kutipan di atas
adalah menyapa anak satu-satunya, yaitu Dera. Hello dalam bahasa Indonesia pun
ada hanya jika dilihat dari segi cerita yang berlatar belakang keluarga yang
berkecukupan serta berpendidikan menyebabkan hello lebih digunakan ketimbang
halo, hal ini dapat dilihat dalam kehidupan nyata jika suatu keluarga berlatar
belakang pendidikan tinggi tentunya berkemampuan berbahasa lebih dari satu
bahasa yang ini menjadi kebiasaan menggunakan lebih dari satu bahasa meski
hanya serpihan atau bahkan kalimat. Latar belakang Fathya yang diwajibkan
menggunkan bahasa asing dalam asrama juga menyebabkan terjadinya campur
kode dalam karangannya. Faktor penyebabnya bisa dikarenakan kebiasaan

15
Fathya Rizqiah, Budhe I Miss You, (lampiran 6)
16
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 296
51

berbahasa asing dan juga bisa karena faktor kegengsian atau untuk menunjukkan
keintelektualan.

9) Morning

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata
morning dengan kutipan karangan narasi Fathya Rizqiah yang berjudul „Budhe I
Miss You‟ sebagai berikut:

“mbah, mama sudah berangkat?” tanya Dera, “belum tuh lagi sarapan sama
papamu,” jawab Syarkiem menuju ruang makan. Dera langsung menghampiri
kedua orangtuanya yang berada di ruang makan. Melihat anak satu-satunya
datang Rahma (mama Dera) langsung menyapa anaknya, “hello sayang” sapa
Rahma lalu menyiumnya. “Morning Dera” sapa Lion (papa Dera).17

Peristiwa campur kode kata morning merupakan peristiwa campur kode


keluar (outer code-mixing) sebab kata morning berasal dari bahasa Inggris yang
merupakan kata benda yang mengacu pada waktu, yang memiliki arti „pagi‟.18
Maksuk kata morning pada kutipan di atas adalah menyapa anak satu-satunya,
yaitu Dera. Kata morning digunakan karena peristiwa yang terjadi, yaitu sedang
sarapan terlihat dalam kutipan cerita, jelas terlihat bahwa sarapan dilakukan pada
waktu pagi hari.Penggunaan kata morning lebih dipilih oleh Fathya karena kalau
dilihat dari segi cerita yang berlatar belakang keluarga yang berkecukupan serta
berpendidikan menyebabkan morning lebih digunakan ketimbang pagi.Hal ini
dapat dilihat dalam kehidupan nyata jika suatu keluarga berlatar belakang
pendidikan tinggi tentunya berkemampuan berbahasa lebih dari satu bahasa yang
ini menjadi kebiasaan menggunakan lebih dari satu bahasa meski hanya serpihan
atau bahkan kalimat. Latar belakang Fathya yang diwajibkan menggunkan bahasa
asing dalam asrama juga menyebabkan terjadinya campur kode dalam
karangannya.

17
Fathya Rizqiah, Op. Cit.
18
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 386
52

10) Dinner

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata
dinner dengan kutipan karangan narasi Fathya Rizqiah yang berjudul „Budhe I
Miss You‟ sebagai berikut:

Keesokan harinya, keluarga besar Pak Lion sedang makan malam bersama
atau bisa disebut dengan istilah dinner.19

Peristiwa campur kode kata dinner merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) sebab kata dinner berasal dari bahasa Inggris yang
merupakan kata benda yang menunjukkan waktu, yang memiliki arti „makan
malam‟.20 Maksud kata dinner sesuai dengan artinya, yaitu makan malam.
Sebenarnya sudah dijelaskan dalm kutipan bahwa keluarga Pak Lion sedang
makan malam namun, diperjelas dengan istilah dinner untuk memberikan kesan
lebih keren ataupun lebih intelek. Penggunaan kata dinner digunakan Fathya
lantaran Fathya mampu berbahasa asing dan terbiasa menggunakan bahasa asing
di dalam asrama, sehingga menyebabkan terjadinya campur kode dalam karangan
narasi Fathya. Faktor kebiasaan juga menyebabkan terjadinya campur kode .

11) Ummy

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dijumpai pada kata ummy dengan kutipan
karangan narasi dari Pudiawati yang berjudul “Ketika Cinta Bersemi Indah”
sebagai berikut:

Ummy, Syira berangkat dulu yah.21

Peristiwa campur kode kata ummy merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) karena kata ummy berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa
Arab. Kata ummy termasuk kata benda yang menyatakan orang dalam bahasa

19
Fathya Rizqiah, Op. Cit.
20
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 183
21
Pudiawati, Ketika Cinta Bersemi Indah, (lampiran 7)
53

Arab. Kata ummy memiliki arti „ibuku‟.22 Maksud dari penggunaan kata ummyjika
dilihat dari segi cerita adalah cerita ini lebih ke arah relegius meski bertemakan
percintaan dapat dilihat dari kata ummy untuk seorang ibu. Seharusnya Pudiawati
menggunkaan kata ummu yang berarti ibu karena jika ummy yang digunakan itu
berarti ibuku, sedangkan dalam kalimat kutipan lebih pas jika ummy digantikan
menjadi ummu karena sudah ada keterangan Syifa yang menyatakan ibunya Syifa.
Pudiawati menggunkan kata ummy karena Pudiawati adalah salah satu santri di
pondok pesantren sehingga Pudiawati menggunakan kata ummy. Ini pun
disebabkan adanya faktor kebiasaan dalam pesantren yang mengharuskan
berbahasa Arab.

12) Afwan

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dijumpai pada kata afwan dengan kutipan
karangan narasi dari Pudiawati yang berjudul “Ketika Cinta Bersemi Indah”
sebagai berikut:

Astagfirullah, afwan kak, afwan. Aku menabrak seorang pemuda yang


belum aku kenal.23
Peristiwa campur kode kata afwan merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) karena kata afwan berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa
Arab. Kata afwan memiliki arti „maaf atau memaafkan‟.24 Kata afwan termasuk
kata benda yang tidak berwujud yang tidak dapat dilihat hanya dapat dirasakan.
Maksud dari penggunaan kata afwan jika dilihat dari segi cerita adalah cerita ini
lebih ke arah relegius meski bertemakan percintaan dapat dilihat dari kata afwan
yang digunakan, selain latar belakang Pudiawati yang seorang santri pondok
pesantren. Kata afwan maksudnya, yaitu tokoh aku memohon maaf yang
dilakukannya tidak sengaja menabrak seorang lelaki. Penyesalannya yang tidak

22
S. Askar, Kamus Arab-Indonesia: Terlengkap, Mudah, dan Praktis, (Jakarta: Senayan
Publishing, 2010), h. 9
23
Pudiawati, Op. Cit.
24
Amalia Hasanah, Kamus Besar Bahasa Arab: untuk Pelajar, Mahasiswa, dan Umum,
(Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2013), h. 338
54

sengaja terlihat dari mengulangan kata afwan sebanyak dua kali. Kata afwan
selain dapat bermakna maaf atau memaafkan juga dapat berarti sama-sama.
Namun, jika dilihat kembali dalam kalimat kutipan makna yang tepat, yaitu maaf.
Pudiawati menggunkan kata afwan karena Pudiawati adalah salah satu santri di
pondok pesantren sehingga penulis menggunakan kata afwan ini pun disebabkan
karena faktor kebiasaan dalam pesantren yang mengharuskan berbahasa Arab.

13) Stress

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata
stress dengan kutipan karangan narasi Ramadhanti Surya Maesa Putri yang
berjudul „Dimana Budaya Ku yang Dulu‟ sebagai berikut:

“aku gak habis pikir lho, Tan. Kenapa ya orang-orang suka putar lagu
dangdut keras-keras sambil joget-joget gak jelas gitu?” ujar Bunga Heran.
Tammy tersenyum tipis. “mungkin itu bagian dari kebiasaan mereka untuk
menghilangkan stress?” balas Tammy kalem.25

Peristiwa campur kode kata stress merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) sebab kata stress berasal dari bahasa Inggris yang merupakan
kata benda yang tidak berwujud yang tidak dapat dilihat hanya dapat dirasakan,
yang memiliki arti „ketegangan‟.26 Maksud kata stress pada kutipan di atas adalah
untuk menghilangkan ketegangan dalam hidup. Stress dalam bahasa Indonesia
pun ada hanya karena jika dilihat latar belakang Ramadhanti yang merupakan
siswi yang tinggal di asrama yang diwajibkan berbahasa asing tentunya
menyebabkan Ramadhanti menggunkan bahasa Inggris. Ini disebabkan faktor
kebiasaan yang terjadi sehari-hari di dalam asrama. Kata stress pun sebenarnya
sudah banyak yang tahu karena dalam bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dalam
penulisan tidak jauh berbeda. Dalam bahasa Inggris stress sedangkan dalam
bahasa Indonesia stres hanya berlebih huruf s dalam bahasa Inggris.

25
Ramadhanti Surya Maesa Putri, Dimana Budaya Ku yang Dulu, (lampiran 8)
26
John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 561
55

14) Bye

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata bye
dengan kutipan karangan narasi Aulia Salam yang berjudul „Cintaku Tak Dapat
Ditebak‟ sebagai berikut:

“hey tunggu!” cegah Faldi. Aurel menoleh “nama kamu siapa?” tanya Faldi.
“namaku Aurel, aku duluan ya, bye” Aurel melesat pergi. Faldi
memperhatikannya sampai Aurel sudah tak terlihat.27
Peristiwa campur kode kata bye merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) sebab kata bye berasal dari bahasa Inggris yang merupakan
kata benda tak berwujud karena tidak dapat dilihat hanya dapat dirasakan, yang
memiliki arti „selamat tinggal‟.28 Maksud kata bye pada kutipan di atas adalah
untuk salam perpisahan. Penggunaan kata bye lebih dipilih Aulia lantaran kata bye
sudah biasa digunakan dan sudah banyak orang yang tahu maknanya. Aulia
menggunakan kata bye karena dalam cerita sendiri menceritakan mengenai remaja
perkuliahan yang notabennya mampu berbahasa asing seperti bahasa Inggris.
Penggunaan campur kode pada kata bye yang dilakukan Aulia karena Aulia
terbiasa menggunkaan bahasa asing yang ini juga mempengaruhi dalam kegiatan
menulis. Selain faktor kebiasaan, faktor kegengsian juga dapat mempengaruhi
adanya penulisan bahasa asing karena terkesan lebih intelek dengan menggunakan
bahasa asing.

15) Ukhty

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dijumpai pada kata ukhty dengan kutipan
karangan narasi dari Pudiawati yang berjudul “Ketika Cinta Bersemi Indah”
sebagai berikut:

27
Aulia Salam, Op. Cit.
28
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 92
56

Assalamu‟alaikum ukhty, salam sejuta aroma embun fajar ku untukmu.29

Peristiwa campur kode kata ukhty merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) karena kata ukhty berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa
Arab.Kata ukhty termasuk kata benda dalam bahasa Arab yang menyatakan
seseorang. Kata ukhty memiliki arti „saudara perempuanku‟.30 Maksud dari
penggunaan kata ukhty jika dilihat dari segi cerita adalah menyapa seseorang yang
disukai oleh tokoh aku, penggunaan kata ukhty karena lebih sopan digunakan
dikalangan santri. Pudiawati menggunkan kata ukhty karena Pudiawati adalah
salah satu santri di pondok pesantren, ini pun disebabkan karena faktor kebiasaan
dalam pesantren biasa menggunkan kata ukhty untuk saudara perempuan
sedangkan akhi untuk saudara laki-laki.

16) Dear

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata dear
dalam karangan narasi Iva Nur Afifah yang berjudul „Semua untuk Ayah‟. Kata
dear yang terdapat pada salam pembuka surat yang ditujukan untuh papa Zanet
(tokoh dalam cerita) merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-
mixing) sebab kata dear berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata benda
tak berwujud karena tidak dapat dilihat hanya dapat dirasakan, yang memiliki arti
„kekasih, sayang.‟31 Maksud kata dear dari kalimat pembuka surat tersebut adalah
sebagai sapaan untuk orang terkasinya seperti orangtua (ayah). Alasan Iva
menggunakan kata dear dalam bahasa Inggris memang disengaja karena kata dear
sudah banyak orang yang mengetahuinya dan juga selain menguasai bahasa
ibunya, dan bahasa Indonesia, Iva juga menguasai bahasa lain secara bersamaan.
Iva bertempat tinggal di asrama pondok pesantren diwajibkan berbahasa Inggris
dan bahasa Arab yang menjadi faktor penyebabnya. Artinya, Iva merupakan
penutur bilingual (dwibahasawan) atau bahakan penutur multilingual

29
Pudiawati, Op. Cit.
30
Amalia Hasanah, op. Cit., h. 38
31
John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 167
57

(multibahasawan). Jadi, Iva dalam karangan narasi tersebut tidak mutlak hanya
menggunakan satu bahasa saja dalam komunikasinya jika dalam berkomunikasi
terbiasa menggunkan bahasa asing ini akan menyebabkan terjadinya campur kode
dalam kegiatan menulis disebabkan faktor kebiasaan.

17) Ahad

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dijumpai pada kata ahad dengan kutipan
karangan narasi dari Dinda Islami yang berjudul “Syira” sebagai berikut:

“ia bentar ia jadi hari ahad kakaknya AzuanYusuf akan pulang dari Yaman
karena dia sudah menyelesaikan S2 di sana. Ummy mau kamu bantu ummy
untuk menyambutnya, kamu nda keberatan kan?” enggeh, ummy Syira malah
senang bisa bantu ummy”32

Peristiwa campur kode kata ahad merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) karena kata ahad berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa
Arab. Kata ahad termasuk kata benda dalam bahasa Arab yang menyatakan
waktu. Kata ahad memiliki arti „hari minggu‟.33 Maksud dari penggunaan kata
ahad jika dilihat dari segi cerita adalah menyatakan waktu kedatangan Yusuf di
hari minggu. Dinda menggunkan kata ahad karena Dinda adalah salah satu santri
di pondok pesantren sehingga Dinda menggunakan kata ahad, ini pun disebabkan
karena faktor kebiasaan dalam pesantren biasa menggunkan kata ahad untuk
menyatakan hari minggu.

18) Syukron

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata
syukron dengan kutipan karangan narasi Dinda Islami yang berjudul „Syira
sebagai berikut:

32
Dinda Islami, Syira, (lampiran 9)
33
S. Askar, op. Cit., h. 5
58

“Syira, Syira kamu dipanggil sama ummy!” mendengar itu ia langsung


menghentikan langkah dan setengah berteriak “syukron Aisyah”34

Peristiwa campur kode kata syukron merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) sebab kata syukron berasal dari bahasa Arab yang merupakan
kata kerja yang menyatakan suatu tindakan pengucapan terima kasih (syukron),
yang memiliki arti „terima kasih‟.35 Maksud kata syukron dalam kutipan di atas
adalah ucapan terima kasih karena sudah menyampaikan amanah dari ummy. Kata
syukron biasa digunakan bahkan artinya pun sudah banyak yang tahu apalagi
dikalangan Dinda yang biasa berbahasa Arab dalam asramanya. Penggunaan kata
syukron menandakan kemampuan bahwa orang yang berbicara dapat berbahasa
asing meski tidak fasih namun mampu. Kebiasaan Dinda berbahasa asing
menyebabkan terjadinya campur kode dalam menulis dikarenakan faktor
kebiasaan.

19) To

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata to
dalam karangan narasi Iva Nur Afifah yang berjudul „Semua untuk Ayah‟. Kata to
yang terdapat pada pembuka surat yang ditujukan untuh papa Zanet (tokoh dalam
cerita) merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata to
berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata depan yang memiliki arti „ke.‟36
Maksud kata to tersebut adalah sebagai penanda surat tersebut tertuju untuk
seseorang yang ditulis dalam surat. Alasan Iva menggunakan kata to dalam bahasa
Inggris memang disengaja karena kata to sudah banyak orang yang
mengetahuinya dan juga Iva selain menguasai bahasa ibunya, dan bahasa
Indonesia, Iva juga menguasai bahasa lain secara bersamaan. Iva yang bertempat
tinggal di asrama pondok pesantren yang diwajibkan berbahasa Inggris dan
bahasa Arab. Artinya, Iva merupakan penutur bilingual (dwibahasawan) atau
bahakan penutur multilingual (multibahasawan). Jadi, Iva dalam karangan narasi
34
Dinda Islami, Op. Cit.
35
Amalia Hasanah, op. Cit., h. 243
36
John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 595
59

tersebut tidak mutlak hanya menggunakan satu bahasa saja dalam komunikasinya
jika dalam berkomunikasi terbiasa menggunkan bahasa asing ini akan
menyebabkan terjadinya campur kode dalam kegiatan menulis dikarenakan faktor
kebiasaan.

20) Happy

Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata
happy dengan kutipan karangan narasi Iva Nur Afifah yang berjudul „Semua
untuk Ayah‟ sebagai berikut:

“yang penting lo, gue happy kan?”37

Peristiwa campur kode kata happy merupakan peristiwa campur kode keluar
(outer code-mixing) sebab kata happy berasal dari bahasa Inggris yang merupakan
kata sifat yang menyatakan kesenangan, yang memiliki arti „senang, gembira‟.38
Maksud kata happy dalam kutipan di atas kesenangan yang menjadi hal utama.
Kata happy biasa digunakan bahkan artinya pun sudah banyak yang tahu apalagi
dikalangan penulis yang biasa berbahasa Inggris dalam asramanya. Penggunaan
kata happy lebih terkesan intelek dan menandakan kemampuan bahwa orang yang
berbicara dapat berbahasa asing meski tidak fasih namun mampu. Kebiasaan Iva
berbahasa asing menyebabkan terjadinya campur kode dalam menulis
dikarenakan faktor kebiasaan.

b. Frasa
1) Always together

Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif dan tidak bersubjek. Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa
always together dengan kutipan karangan narasi dari Himmatul Ulya yang
berjudul “kisah 7 sekawan” sebagai berikut:

37
Nur Afifah, Semua untuk Ayah, (lampiran 10)
38
Ibid., h. 289
60

Inilah kisah kami, tujuh sekawan yang akan selalu ada selamanya. Masalahku
adalah masalah kita semua, kebahagian, tangisan maupun canda, ceria itu
milik kita bersama dan kita akan terus always together.39

Peristiwa campur kode frasa always together merupakan peristiwa campur


kode keluar (outer code-mixing) karena frasa always together berasal dari bahasa
asing, yaitu bahasa Inggris. Frasa always together termasuk frasa adverbia dalam
bahasa Inggris yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan,
menduduki fungsi keterangan. Frasa always together berasal dari dua kata, yaitu
always yang berarti „selalu‟40 dan together yang berarti „bersama-sama‟41. Jika
dilihat dari konteks kalimatnya maka always together bermakna selalu bersama
atau selalu bersama-sama. Maksud frasa always together dalam kutipan tersebut
adalah memberikan penekanan ulang bahwa mereka tujuh sekawan adalah sahabat
yang akan selalu bersama-sama baik dalam suka maupun duka. Mengapa
dikatakan hanya penekanan ulang, ini dapat dilihat pada kalimat sebelumnya
„Inilah kisah kami, tujuh sekawan yang akan selalu ada selamanya‟ frasa „selalu
ada selamanya‟ menyatakan bahwa mereka tujuh sekawan akan terus ada dan
selalu bersama sama dengan always together „selalu bersama-sama‟ hanya
berbeda dari segi bahasa yang digunakannya saja. Penggunaan frasa always
together pada kalimat tersebut menyatakan bahwa Himmatul mampu berbahasa
Inggris karena dalam asrama tempat tinggal Himmatul diwajibkan berbahasa
Inggris dan bahasa Arab. Dengan kewajiban harus menggunakan bahasa asing
dalam asrama, tentunya dapat mempengaruhi dalam menulis karangan siswa.
Campur kode sendiri bisa terjadi karena faktor kebiasaan menggunkan bahasa
asing.

2) My Interesting Holiday

Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif dan tidak bersubjek. Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa my

39
Himmatul Ulya, kisah 7 sekawan, (lampiran 11)
40
Ibid., h. 26
41
Ibid., h. 595
61

interesting holiday42 yang merupakan judul dari karangan narasi dari Nur Fani
Fadilah. Campur kode pada frasa my interesting holiday merupakan jenis campur
kode keluar (outer code-mixing) sebab frasa my interesting holiday berasal dari
bahasa Inggris. Frasa my interesting holiday termasuk frasa nomina (frasa benda)
dalam bahasa Inggris karena my interesting menyifati kata holiday yang berupa
kata benda. Frasa my interesting holiday berasal dari tiga kata, yaitu my yang
berarti „saya atau kepunyaan saya‟43 sedangkan interesting berarti „yang menarik
hati‟44 dan holiday berarti ‟hari besar/raya‟45. Oleh sebab itu, jika dilihat dari segi
cerita yang berada di dalam naskah karangan narasi maka my interesting holiday
bermakna liburan menarik ku. Maksud frasa my interesting holiday dalam judul
tersebut hanyalah untuk memberikan kesan yang terlihat lebih intelek dalam
penulisan judul dengan menggunkan bahasa Inggis. Penulisan judul dalam bahasa
Inggris terkesan lebih apik dan lebih menjual di samping Nur merupakan siswa
MA Jabal Nur yang keseharian dalam asrama diwajibkan menggunakan bahasa
asing dalam berbicara. Dengan demikian pasti mempengaruhi dalam penulisan
siswa.

3) Good night

Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif dan tidak bersubjek. Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa
good night dengan kutipan karangan narasi dari Fathya Rizqiah yang berjudul
“Budhe I Miss You” sebagai berikut:

“good night sayang” seru Marni sambil menutup pintu kamar Dera46
Peristiwa campur kode frasa good night merupakan peristiwa campur kode
keluar (outer code-mixing) karena frasa good night berasal dari bahasa asing,
yaitu bahasa Inggris. Frasa good night termasuk frasa nominal dalam bahasa
Inggris karena unsur pusat dari frasa benda (nomina) adalah kata benda, yaitu kata

42
Nur Fani Fadilah, My Interesting Holiday, (lampiran 12)
43
Ibid., h. 389
44
Ibid., h. 327
45
Ibid., h. 301
46
Fathya Rizqiah, Op. Cit.
62

night. Frasa good night berasal dari dua kata, yaitu good yang berarti „baik atau
kebaikan‟47 dan night yang berarti „malam‟48. Jika dilihat dari konteks kalimatnya
maka good night bermakna selamat malam. Frasa good night digunakan Fathya
dalam cerita menandakan bahwa cerita karangan narasi tersebut menceritakan
sebuah keluarga yang memiliki kemampuan menggunakan bahasa asing. Frasa
good night sudah menjadi hal biasa untuk digunakan dalam ucapan selamat
malam karena sudah banyak orang yang mengetahui maknanya dan mudah
diingat, bahkan anak kecil sekalipun sudah banyak yang mengetahuinya.
Penggunaan frasa good night dalam karangan yang dilakukan Fathya juga lantaran
karena Fathya seorang santri yang tinggal di asrama yang diwajibkan dalam
berkomunikasi untuk menggunakan bahasa asing. Ini mempengaruhi dalam
penulisan yang dilakukan Fathya, selain juga frasa yang digunakan juga sebuah
frasa yang sering digunakan dan tidak asing di dengar lagi.

4) Love you dad

Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif dan tidak bersubjek. Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa
love you dad dengan kutipan karangan narasi dari Iva Nur Afifah yang berjudul
“Semua untuk Ayah” sebagai berikut:

Aku sayang papah dan yang lainnya doakan aku sukses yah pah, love you
dad.49

Peristiwa campur kode frasa love you dad merupakan peristiwa campur kode
keluar (outer code-mixing) karena frasa love you dad berasal dari bahasa asing,
yaitu bahasa Inggris. Frasa love you dad termasuk frasa nomina dalam bahasa
Inggris karena unsur pusat dari frasa benda (nomina) adalah kata benda, yaitu kata
love. Frasa love you dad berasal dari tiga kata, yaitu love yang berarti „cinta,
asmara‟50 dan you yang berarti „kamu‟51 serta dad yang maksudnya adalah daddy

47
Ibid., h. 275
48
Ibid., h. 394
49
Iva Nur Afifah, Op. Cit.
50
Ibid., h. 366
51
Ibid., h. 659
63

artinya „ayah‟.52 Jika dilihat dari konteks kalimatnya maka love you dad bermakna
sayang ayah. Frasa love you dad sudah menjadi hal biasa untuk digunakan dalam
ucapan sayang ayah karena sudah banyak orang yang mengetahui maknanya dan
biasa didengar atau bahkan banyak yang sudah menggunakannya, anak kecil
sekalipun sudah banyak yang mengetahuinya makna dari kata love you sendiri.
Penggunaan frasa love you dad dalam karangan yang dilakukan Iva juga lantaran
karena Iva seorang santri yang tinggal di asrama yang diwajibkan dalam
berkomunikasi untuk menggunakan bahasa asing. Ini mempengaruhi dalam
penulisan yang dilakukan Iva, selain juga frasa yang digunakan juga sebuah frasa
yang sering digunakan dan tidak asing di dengar lagi.

5) Dear: my family

Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif dan tidak bersubjek. Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa
dear: my family dengan kutipan karangan narasi dari Iva Nur Afifah yang berjudul
“Semua untuk Ayah.” Frasa dear: my family yang terdapat pada salam pembuka
surat yang ditujukan untuh keluarga Zanet (tokoh dalam cerita) merupakan
peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab frasa dear: my family
berasal dari bahasa Inggris yang merupakan frasa nomina (frasa benda) karena
unsur pusat dari frasa benda (nomina) adalah kata benda, yaitu kata dear.

Penulisan pembuka surat dalam bahasa Inggris terkesan lebih apik dan lebih
menjual di samping Iva merupakan siswa MA Jabal Nur yang keseharian dalam
asrama diwajibkan menggunakan bahasa asing dalam berbicara. Dengan demikian
pasti mempengaruhi dalam penulisan siswa.

c. Klausa
1) The Sweet Moment for My Mother

Klausa adalah satuan sintaksis berupa kata atau frasa yang bersifat predikatif
dan berkemungkinan menjadi kalimat. Peristiwa campur kode dijumpai pada

52
Ibid., h. 163
64

klausa the sweet moment for my mother dengan kutipan karangan narasi dari Siti
Nurinayah yang berjudul “Kerinduan yang Mendalam” sebagai berikut:

... menurut Indah hari ini adalah hari the sweet moment for my mother
tentunya ia tidak akan menyia-nyiakan hari-harinya bersama ibu, ibu, dan
ibu.53

Peristiwa campur kode pada klausa the sweet moment for my mother
merupakan jenis campur kode keluar (outer code-mixing) dalam bahasa Inggris.
Dikatakan klausa karena satuan sintaksis tersebut jika dipecah memiliki dua frasa,
yang pertama frasa the sweet moment yang berarti „momen terindah‟ dan yang
kedua frasa my mother yang berarti „ibu saya‟, karena tidak memiliki intonasi
final namun, memiliki dua frasa nomina maka dari itu disebut klausa yang
berkemungkinan menjadi kalimat. Oleh sebab itu, jika dilihat dalam naskah
karangan narasi the sweet moment for my mother bermakna saat terindah untuk
ibuku. Latar belakang Siti yang bertempat tinggal dalam asrama yang diwajibkan
untuk berbicara dalam bahasa asing (Inggris dan Arab) jelas mempengaruhi Siti
dalam menulis suatu karangan. Seperti pepatah ala bisa karena biasa. Penulisan
the sweet moment for my mother hanyalah sebagai kode bahwa Siti menguasai
bahasa Inggris.

d. Kalimat
1) bye-bye Fabian we will come here latter dont forget us

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan
makna dan diakhiri intonasi final. Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat
bye-bye Fabian we will come here latter dont forget us dengan kutipan karangan
narasi dari Pudiawati yang berjudul “Ketika Cinta Bersemi Indah” sebagai
berikut:

Kami sepakat untuk berpamitan kepada Fabian dan keluarganya karena waktu
semakin sore kami pun harus pulang, dengan berat hati kami langkahkan

53
Siti Nurinayah, Op. Cit.
65

kedua kaki kami untuk meninggalkan rumah Fabian. “bye-bye Fabian we


will come here latter dont forget us” ujar kami saat berada di dalam angkot.54

Peristiwa campur kode kalimat bye-bye Fabian we will come here latter dont
forget us merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena
kalimat bye-bye Fabian we will come here latter dont forget us berasal dari
bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Dikatakan campur kode berwujud kalimat
karena kalimat tersebut memiliki kriteria kalimat, seperti memiliki subjek,
predikat dan objek serta terdapat intonasi final. Secara gramatikal kalimat di atas
memiliki kekurangan seperti pada kalimat bye-bye Fabian seharusnya setelahnya
diakhiri dengan intonasi final titik (.) yang itu diartikan semacam opening dalam
kalimat. We will come here latter (kami akan datang lagi kemari nanti) merupakan
1 kalimat dan dont forget adalah predikat sedangkan us adalah objek. We will
come here latter kategorinya sebagai subjek karena kalimat tersebut adalah anak
kalimat dan seharusnya setelah kalimat we will come here latter ada kata so
sebagai kata penghubung sehingga secara otomatis kalimat we will come here
latter menjadi anak kalimat. Secara gramatikal kalimat di atas kurang kata so
namun secara rasa sudah tepat. Kaliamat tersebut menyebabkan terjadinya campur
kode dikarenakan Pudiawati yang terbiasa menggunakan bahasa asing dalam
asrama secara lisan tentunya dalam penulisan dapat mempengaruhi. Terjadinya
kesalahan secara gramatikal dalam kalimat karena Pudiawati yang terbiasa
menggunkan bahasa asing yang dalam bahasa lisan berbicara tidak harus benar
secara gramatikal namun rasa atau pesan yang disampaikan sudah ada sudah
dikatakan benar.

2) Yes! I get it

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan
makna dan diakhiri intonasi final. Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat
Yes! I get it dengan kutipan karangan narasi dari Pudiawati yang berjudul “Ketika
Cinta Bersemi Indah” sebagai berikut:

54
Nur Fani Fadilah, Op. Cit.
66

Bel pulang berbunyi, Fadli buru-buru keluar, ia ingin mencari tahu siapa
teman dekat Aurel. Tiba-tiba saja ia mellihat Angle dan Aurel di taman
kampus. Salah satu teman kelas kampusnya Angle dan Aurel lewat, “eh .. eh
sini deh!” panggil Faldi. Wanita itu menghampiri Faldi “kamu tau ga yang
duduk di samping Aurel itu siapa?” “oh.. itu Angle” “dia temen deketnya
Aurel yah?” “iya” “kamu punya no tlpon‟a Angle?” wanita itu mengeluarkan
handphone dari saku bajunya “081256xxxxx” “nama fb‟a?‟ “aurel angle”.
“twitter‟a?”, “@aurel_angle,” “thanksyah, sorry kalau ganggu,” “sama-
sama.” Mahasiswa itu berjalan ke arah lapangan “yes! I get it” (batin
Faldi).55

Peristiwa campur kode kalimat Yes! I get it merupakan peristiwa campur kode
keluar (outer code-mixing) karena kalimat Yes! I get it berasal dari bahasa asing,
yaitu bahasa Inggris. Dikatakan campur kode berwujud kalimat karena kalimat
tersebut memiliki kriteria kalimat, seperti memiliki subjek, predikat dan objek
serta terdapat intonasi final. Subjek dari kalimat di atas adalah I (saya), predikat
get (memperoleh), dan objeknya adalah it (nya). Kata yes yang diakhiri dengan
tanda seru (!) dinyatakan kalimat meski hanya satu kata dikarenakan memiliki
intonasi final berupa tanda seru (!). Selanjutnya kalimat I get it juga sebuah
kalimat yang diakhiri dengan intonasi final titik (.), dan disertai memiliki subjek,
predikat, dan objek. Penggunaan kalimat Yes! I get it oleh Pudiawati dikarenakan
ceritanya sendiri adalah menceritakan kisah percintaan mahasiswa, dimana
mahasiswa sendiri tentunya mampu berbahasa lebih dari satu bahasa (bahasa
asing). Jika dilihat dari latar belakang Pudiawati yang mempunyai kemampuan
bahasa asing, Pudiawati terbiasa berbahasa Inggris di dalam asrama, tentunya
mempengaruhi penulisan penulis yang secara tidak sengaja menggunkan bahasa
asing dalam karangannya. Ini dapat terjadi karena faktor ketidaksengajaan,
kebiasaan dan kegengsisan untuk menunjukkan tingkat keintelektualan.

3) Shodaqollahul’adzim

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan
makna dan diakhiri intonasi final. Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat

55
Ibid.
67

shodaqollahul’adzim dengan kutipan karangan narasi dari Pudiawati yang


berjudul “Ketika Cinta Bersemi Indah” sebagai berikut:

“Shodaqollahul’adzim.” Bunga menutup tadarusnya kali ini, lalu menaruh


Al-qur‟an kembali ke dalam lemari.56

Peristiwa campur kode kalimat shodaqollahul’adzim merupakan peristiwa


campur kode keluar (outer code-mixing) karena kalimat shodaqollahul’adzim
berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Arab. Dikatakan campur kode berwujud
kalimat karena kalimat tersebut memiliki intonasi final berupa tanda titik (.).
Penggunaan kalimat shodaqollahul’adzim yang dilakukan Pudiawati dikarenakan
latar belakang Pudiawati yang bertempat tinggal di pondok pesantren sehingga
menyebabkan cerita yang dibuat pun lebih terkesan religius. Kalimat
shodaqollahul’adzim maksudnya jika dilihat pada kutipan adalah sebagai kalimat
penutup, atau penanda berakhirnya aktivitas mengaji yang dilakukan tokoh dalam
cerita. Jika dipecah shoddaqo sendiri berarti benar (lawan dusta).57 Kalimat
shodaqollahul’adzim mempunyai makna Maha Benar Allah Yang Maha Agung,
sebagai tanda penghormatan kepada Allah SWT.

4) Budhe. I miss you

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan
makna dan diakhiri intonasi final. Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat
Budhe. I miss you dengan kutipan karangan narasi dari Fathya Rizqiah yang
berjudul “Budhe I miss you” sebagai berikut:

...namun Dera belum bisa menjalankan kakinya. Lalu berteriak “Budhe... I


miss you” burung-burung yang sedang beristirahat di pohon-pohon yang
rindang seketika berhamburan pergi.58

Peristiwa campur kode kalimat Budhe. I miss you merupakan peristiwa


campur kode keluar (outer code-mixing) karena kalimat Budhe. I miss you berasal

56
Ibid.
57
Amalia Hasanah, op. Cit., h. 260
58
Fathya Rizqiah, Op. Cit.
68

dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Dikatakan campur kode berwujud kalimat
karena kalimat tersebut memiliki kriteria kalimat, seperti memiliki subjek,
predikat dan objek serta terdapat intonasi final. Subjek dari kalimat di atas adalah
I (saya),59 predikat miss (kangen),60 dan objeknya adalah you (kamu).61 Kata
Budhe yang diakhiri dengan tanda titik (.) dinyatakan kalimat meski hanya satu
kata dikarenakan memiliki intonasi final berupa tanda titik (.). Selanjutnya kalimat
Budhe. I miss you juga sebuah kalimat yang diakhiri dengan intonasi final titik (.),
dan disertai memiliki subjek, predikat, dan objek, serta pelengkap. Penggunaan
kalimat Budhe. I miss you oleh Fathya dikarenakan latar belakang Fathya yang
mempunyai kemampuan bahasa asing dan terbiasa berbahasa Inggris di dalam
asrama, tentunya ini mempengaruhi penulisan Fathya yang secara tidak sengaja
menggunkan bahasa asing dalam karangannya. Ini terjadi karena faktor
ketidaksengajaan, kebiasaan dan kegengsisan untuk menunjukkan tingkat
keintelektualan.

5) Thanks... I miss you all

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan
makna dan diakhiri intonasi final. Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat
Thanks... I miss you all dengan kutipan karangan narasi dari Iva Nur Afifah yang
berjudul “Semua untuk Ayah” sebagai berikut:

Jangan lupakan aku, aku janji akan membuat kalian bangga memiliki ku.
Thanks. I miss you all.62

Peristiwa campur kode kalimat Thanks. I miss you all merupakan peristiwa
campur kode keluar (outer code-mixing) karena kalimat Thanks. I miss you
allberasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Dikatakan campur kode
berwujud kalimat karena kalimat tersebut memiliki kriteria kalimat, seperti
memiliki subjek, predikat dan objek serta terdapat intonasi final. Subjek dari

59
John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 309
60
Victoria Bull, Oxford: Learner’s Pocket Dictionary, (New York: Oxford University
Press, 2008), h. 228
61
John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 659
62
Iva Nur Afifah, Op. Cit.
69

kalimat di atas adalah I (saya),63 predikat miss (kangen),64 dan objeknya adalah
you (kamu),65 serta pelengkap adalah all (semua).66 Kata Thanks yang diakhiri
dengan tanda titik (.) dinyatakan kalimat meski hanya satu kata dikarenakan
memiliki intonasi final berupa tanda titik (.). Selanjutnya kalimat I miss you all
juga sebuah kalimat yang diakhiri dengan intonasi final titik (.), dan disertai
memiliki subjek, predikat, dan objek, serta pelengkap. Penggunaan kalimat
Thanks. I miss you all oleh Iva dikarenakan latar belakang Iva yang mempunyai
kemampuan bahasa asing dan terbiasa berbahasa Inggris di dalam asrama, ini
tentunya mempengaruhi penulisan Iva yang secara tidak sengaja menggunkan
bahasa asing dalam karangannya. Ini terjadi karena faktor ketidaksengajaan,
kebiasaan dan kegengsisan untuk menunjukkan tingkat keintelektualan.

e. Singkatan
1) Bete (BT)

Singkatan adalah bentuk kata yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf
atau lebih. Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan bete (BT) dengan
kutipan karangan narasi dari Amalia Indah Sari yang berjudul “Karena Allah
Masih Mencintaiku” sebagai berikut:

Ibu minta duit dong! Buat jalan-jalan sama teman ke mall, bete di rumah
terus.67

Peristiwa campurkode singkatan bete (BT) merupakan peristiwa campur kode


keluar (outer code-mixing) yang berwujud singkatan. Singkatan Bete (BT) berasal
dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris karena itu merupakan jenis campur kode
keluar (outer code-mixing). Jika dilihat dalam kalimat kutipan pada karangan
narasi siswa tersebut singkatan bete (BT) mempunyai kepanjangan dari boring
time. Kalimat kutipan pada karangan menyatakan bahwa anak bosan di rumah
terus dan menyatakan ingin jalan keluar rumah bersama teman-teman. Boring

63
Ibid., h. 309
64
Victoria Bull,op. Cit., h. 228
65
John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 659
66
Ibid., h. 22
67
Amalia Indah Sari, Op. Cit.
70

sendiri mempunyai arti „membosankan‟68 dan time mempunyai arti „waktu‟69. Jika
dilihat kembali ke dalam kalimat kutipan singkatan bete (BT) bermakna bosan.
Amalia menggunakan singkatan bete (BT) dikarenakan singkatan bete (BT) sudah
banyak dikenal dalam kalangan anak muda baik anak sekolah maupun orang
dewasa bahkan anak-anak sekalipun. Singkatan bete (BT) juga memberikan kesan
gaul jika kembali dikaitkan dalam cerita karangan narasi Amalia. Dalam cerita
bahwa si anak adalah anak gaul yang suka berhura-hura dengan teman-temannya,
seperti kalanya anak remaja di ibu kota.

2) Fb

Singkatan adalah bentuk kata yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf
atau lebih. Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan fb dengan kutipan
karangan narasi dari Aulia Salam yang berjudul “Cintaku Tak Dapat Ditebak”
sebagai berikut:

Nama fb‟a?? Aurel Anggel70

Peristiwa campur kode singkatan fb merupakan peristiwa campur kode keluar


(outer code-mixing) yang berwujud singkatan. Singkatan Fb berasal dari bahasa
asing, yaitu bahasa Inggris karena itu merupakan jenis campur kode keluar (outer
code-mixing). Fb merupakan kepanjangan dari facebook. Facebook adalah salah
satu situs jejaring sosial yang sudah banyak dikenal dan digunakan diseluruh
dunia baik anak-anak, remaja, orang dewasa, bahakan orangtua sekalipun.
Facebook adalah jejaring sosial untuk mendapatkan teman baru, mengobrol, ajang
silaturahmi bahkan adapula ajang untuk pencarian jodoh. Jika dilihat dalam
kutipan lengkap pada karangan narasi siswa:

Bel pulang berbunyi, Fadli buru-buru keluar, ia ingin mencari tahu siapa
teman dekat Aurel. Tiba-tiba saja ia mellihat Angle dan Aurel di taman
kampus. Salah satu teman kelas kampusnya Angle dan Aurel lewat, “eh .. eh
sini deh!” panggil Faldi. Wanita itu menghampiri Faldi “kamu tau ga yang

68
John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 76
69
Ibid., h. 592
70
Aulia Salam, Ibid.
71

duduk di samping Aurel itu siapa?” “oh.. itu Angle” “dia temen deketnya
Aurel yah?” “iya” “kamu punya no tlpon‟a Angle?” wanita itu mengeluarkan
handphone dari saku bajunya “081256xxxxx” “nama fb‟a?‟ “aurel angle”.71

Dari kutipan dalam karangan narasi tersebut bahwa jelas penggunakan


singkatan fb digunakan untuk mendekati seorang gadis yang disukainya,
digunakan sebagai ajang mendekatkan diri untuk lebih kenal lagi. Fb (facebook)
memang sudah banyak dikenal sebagai tempat untuk mencari jodoh atau
pasangan. Aulia yang berlatar belakang siswa MA pastinya mempunyai fb karena
itu Aulia memasukkan singkatan fb dalam karangannya sebagai tempat media
sosial untuk mencari informasi dan tempat mendekatkan diri.

f. Istilah
1) teddy bear

Istilah adalah kata atau gabungan kata yang mengungkapkan suatu makna
atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Peristiwa campur kode dijumpai pada
Istilah teddy bear dengan kutipan karangan narasi dari Fathya Rizqiah yang
berjudul “Budhe I Miss You” sebagai berikut:

Paling-paling temanku hanyalah boneka teddy bear72

Peristiwa campur kode istilah teddy bear merupakan peristiwa campur kode
keluar (outer code-mixing) yang berasal dari bahasa Inggris berwujud istilah. Jika
dilihat dalam kalimat kutipan pada karangan narasi siswa tersebut istilah teddy
bear adalah istilah nama untuk salah satu boneka yang terkenal. Kata bear sendiri
berarti „beruang‟.73 Fathya menggunakan istilah teddy bear dikarenakan dalam
cerita terdapat tokoh yang bernama Dera yang berlatar belakang dari keluarga
yang dibilang cukup mampu (kaya) dan berpendidikan. Teddy bear atau Beruang
Teddy adalah salah satu nama boneka yang biasanya dimiliki oleh orang-orang
yang berkecukupan. Jika cerita dalam karangan tersebut berlatar belakang
keluarga yang mampu (kaya) wajar jika Fathya menyisipkan istilah teddy bear

71
Ibid.
72
Fathya Rizqiah, Op. Cit.
73
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 57
72

yang digunakan dalam cerita. Selain dilihat dalam segi cerita Fathya juga
merupakan siswi yang berkemampuan lebih dari dua bahasa dikarena diwajibkan
berbahasa asing dalam asramanya. Kemampuan tersebut membuat Fathya
menggunakan istilah dalam bahasa asing karena faktor kebiasaan selain itu juga
Fathya yang sudah tahu istilah teddy bear. Istilah itu sudah cukup banyak orang
yang mengetahuinya.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil analisis campur kode karangan narasi berupa cerpen siswa kelas
X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang, peneliti menarik beberapa simpulan
sebagai berikut:

1. Terdapat wujud campur kode dalam bentuk kata, frasa, klausa,


kalimat, singkatan, dan istilah yang dilakukan siswa kelas X MA
(Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. Dari tiga puluh
empat data, sebanyak dua puluh campur kode dalam wujud kata, lima
campur kode dalam wujud frasa, satu campur kode berwujud klausa,
lima campur kode berwujud kalimat, dua campur kode berwujud
singkatan, dan satu campur kode berwujud istilah.
2. Terdapat jenis campur kode yaitu, campur kode keluar (outer code-
mixing) yang ditemukan dalam karangan narasi siswa kelas X MA
(Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. Campur kode
keluar (outer code-mixing), yaitu bahasa Inggris dan bahasa Arab.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa


saran baik secara umum maupun secara khusus. Berikut merupakan saran-
saran umum dan khusus dari peneliti:

1. Apabila dalam menulis sebuah karangan bahasa Indonesia hendaknya


lebih baik kita menggunakan bahasa Indonesia untuk menghindari dari
hal ketidaktahuan makna.

73
74

2. Pada saat menulis sebuah karangan narasi hendaknya kita


memperhatikan bahasa yang kita gunakan agar pembaca mengetahui
maksud dan pesan yang disampaikan.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti penggunaan
campur kode pada karangan yang berbeda misalnya argumentasi atau
persuasi agar dapat memberikan kontribusi lain pada pembelajaran
bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
2003

Askar, S. Kamus Arab-Indonesia: Terlengkap, Mudah, dan Praktis. Jakarta:


Senayan Publishing. 2010

Aslinda dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolingustik.Bandung: PT Reflika


Aditama. 2007

Azizah, Izah. Campur Kode pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Acara
Bukan Empat Mata dan Implikasinya pada Pembelajaran Berbicara
Siswa Kelas IX SMPN. Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas
Negeri Jakarta. 2011

Bull, Victoria. Oxford: Learner’s Pocket Dictionary. New York: Oxford


University Press. 2008

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.Sosiolingustik Perkenalan Awal. Jakarta: PT


Rineka Cipta. 1995

Chaer, Abdul. Lingustik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2007

. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT.


Rineka Cipta. 2009

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Pedoman Penulisan Skripsi,


Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Teori dan Metode Sosiolingustik I.


Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan. 1995

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa


Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008

Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia: cet XXIV. Jakarta:
PT Gramedia. 2000

Endratmo, Joni. Definisi dan Jenis-Jenis Frasa. Pada


http://joniemudahtersinggung.blogspot.com/2012/01/definisi-dan-jenis-
jenis-frasa.html. Diakses 10 Juli 2014. Pukul 19:58

75
76

Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia: Untuk Mahasiswa Nonjurusan


Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia. 2001

Gintings, Nuzlya Ramadhany. Bentuk dan Makna Campur Kode Bahasa Inggris
Politikus Di dalam Majalah Tempo. Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan
Seni. Universitas Negeri Jakarta. 2008

Guntur, Henry Tarigan. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa. 2008

Hasanah, Amalia. Kamus Besar Bahasa Arab: untuk Pelajar, Mahasiswa, dan
Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. 2013

Hudson, R. A. Sociolinguistics. New York: Cambridge University Press. 1980

Jendra, Made Iwan Indrawan. Sociolinguistics: The Study of Societies’


Languages. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010

Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. 2003
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Lingustik Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. 2008

Kuntarto, Niknik M. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berfikir: Panduan


Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Jakarta: Mitra
Wacana Media. 2011

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007

Marjohan, Arsil. An Introdution to Sociolingustics. Jakarta: Depdikbud. 1988

Milroy, Lesley and Matthew Gordon. Sociolinguistics: Method and


Interpretation. England: Oxford England. 2003

Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi.Bandung: PT


Remaja Rosdakarya. 2010

Muslich, Masnur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa


Deskritif. Jakarta: Bumi Aksara. 2008

Nababan, P.W.J. Sociolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia. 1993


77

Nuraida dan Halid Alkaf. Metodologi Penelitian Pendidikan. Ciputat: Islamic


Research. 2009

Pateda, Mansoer. Sosiolingustik. Bandung: Angkasa. 1987

Pride, J. B. The Social Meaning of Language. London: Oxford University Press.


1971

Putrayasa, Ida Bagus. Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran. Bandung:
Refika Aditama. 2007

Rahardi, Kunjana. Kajian Sosiolingustik. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010


Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT Grasindo. 2007

Ramlan dan Mahmudah. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK PRESS.


2010

Setyorini, Retno. Alih Kode dan Campur Kode pada Cerita Bersambung Di
Tabloid Nova. Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri
Jakarta. 2008

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta. 2013

Sukini.Sintaksis: Sebuah Panduan Praktis. Surakarta: Yuma Pustaka. 2010

Suwandi, Sarwiji. Serbalingustik Mengupas Pelbagai Praktik Bahasa. Surakarta:


UNS Press. 2008
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara. 2008

Widagdho, Djoko. Bahasa Indonesia: Pengantar Kemahiran Berbahasa di


Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1994

Wojowasito. Perkembangan Ilmu Bahasa (Lingustik) Abad-20. Bandung: Shinta


Dharma. 1976
BIODATA PENULIS

Jayanti Puspita Dewi dilahirkan pada 11 Agustus 1992


di Kota Gajah, Lampung. Merupakan anak kedua dari
pasangan Sutiman dan Linda.

Putri kedua dari tiga bersaudara ini memulai


pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Al-Muslimun.
Selanjutnya, pernah duduk di bangku Sekolah Dasar Negeri
III Labuhan Ratu II, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Way Jepara, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Jepara,
dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2010.

Penulis gemar sekali menonton film dan menulis puisi. Saat kecil penulis
bercita-cita menjadi astronot namun, sekarang penulis ingin sekali mengabdikan
dirinya dalam dunia pendidikan. Pada saat duduk di bangku kuliah, penulis aktif
mengajar privat. Kakak dari Kiki ini menulis skripsi dengan judul “Campur Kode
pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X Ma
(Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014.”
Motto hidup penulis yaitu, segala yang indah belum tentu baik, namun segala
yang baik sudah tentu indah.

Anda mungkin juga menyukai