Makalah Kelompok 10 DBD Dan Malaria A1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

DBD DAN MALARIA

Disusun oleh :
Kelompok 10
Dicky Elfiandi 2011211033
Mutia Adhiva Riza 2011212049
Rilla Fahrunnisa 2011211017
Rizki Rahmadi 2011212007
Kelas A1

Dosen Pengampu :
Yeffi Masnarivan, SKM., M.Kes.

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah kami dengan topik “DBD
dan Malaria”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yeffi Masnarivan, SKM.,
M.Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular yang
telah memberikan tugas kepada penulis sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami terkait materi “DBD dan Malaria”.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna akibat dari keterbatasan pengetahuan
kami. Namun, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami
sendiri dan pembaca pada umumnya.
Kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini. Akhir kata
kami ucapkan terimakasih.

Padang, 14 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
A. Penyebab Penyakit Malaria dan DBD ........................................................... 3
B. Alur Penularan Penyakit Malaria dan DBD .................................................. 5
C. Etiologi Malaria dan DBD ............................................................................. 9
D. Pencegahan dan Penanggulangan DBD dan Malaria .................................. 13
BAB III Penutup
A. Kesimpulan .................................................................................................. 18
B. Saran ............................................................................................................ 19
Daftar Pustaka ...................................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa
parasite yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang
biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles. Malaria merupakan salah satu penyakit
yang tersebar di beberapa wilayah di dunia. Umumnya tempat-tempat yang
rawan malaria terdapat pada Negara-negara berkembang dimana tidak
memiliki tempat penampungan atau pembuangan air yang cukup, sehingga
menyebabkan air menggenang dan dapat dijadikan sebagai tempat ideal
nyamuk untuk bertelur.
Malaria merupakan masalah global, sehingga WHO menetapkan
komitmen global tentang eliminasi malaria bagi setiap Negara. Petunjuk
pelaksanaan eliminasi malaria tersebut telah dirumuskan WHO dalam
Global Malaria Programme. Indonesia merupakan negara dengan angka
resiko tinggi terhadap malaria. Menurut Soedarto dalam bukunya
menyebutkan bahwa pada tahun 2007 sebanyak 396 Kabupaten dari 495
Kabupaten di Indonesia merupakan daerah endemis malaria. Menurut
perhitungan ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, kerugian bisa mencapai
3 triliun lebih dan berdampak terhadappendapatan daerah endemis malaria.
Demam Berdarah dengue adalah salah satu bentuk klinis dari
penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada manusia sedangkan
manifestasi klinis dan infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan
demam berdarah dengue. Dengue adalah penyakit daerah tropis dapat
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, nyamuk ini adalah nyamuk rumah
yang menggigit pada siang hari.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan
di Indonesia hal ini tampak dari kenyataan seluruhwilayah di Indonesia
mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue. Sebab
baik virus penyebab maupun nyamuk penularanya sudah tersebar luas

1
di perumahan-perumahan penduduk. Walaupun angka kesakitan penyakit
ini cenderung meningkat dari tahun ketahun sebaliknya angka kematian
cenderung menurun , karena semakin dini penderitamendapat penanganan oleh
petugas kesehatan yang ada di daerah –daerah.
Untuk itu makalah ini dibuat agar mengetahui apa saja hal penting
mengenai Malaria dan DBD, karena penyakit ini berbahaya. Selain itu,
dapat memahami pencegahan dan penanggulangannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab penyakit malaria dan DBD?
2. Bagaimana alur penularan penyakit malaria dan DBD?
3. Bagaimana etiologi malaria dan DBD?
4. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan malaria dan DBD?
C. Tujuan Penulisan
1. Apa penyebab penyakit malaria dan DBD?
2. Bagaimana alur penularan penyakit malaria dan DBD?
3. Bagaimana etiologi malaria dan DBD?
4. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan malaria dan DBD?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyebab Penyakit Malaria dan DBD


1. Penyabab DBD
a. Penjelesan Umum DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebebakan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DBD ini menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan pendarahan-pendarahan pada penderita.
DBD banyak ditemukan di daerah tropis seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika termasuk juga Indonesia. Dokter dan tenaga
kesehatan lainnya banyak yang salah dalam menentukan diagnosa,
karena gejala awal dari DBD ini cenderung mirip dengan penyakit lain
yaitu Flu dan Tipes.
Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang membawa virus dengue
penyebab penyakit demam berdarah. Selain demam berdarah, Aedes
aegypti juga dapat membawa virus demam kuning dan chikungunya.
Aedes aegypti bersifar diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari.
Penularan penyakit DBD ini dilakukan oleh nyamuk betina karena
hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Nyamuk dewasa betina
menghisap darah manusia pada siang hari baik di dalam maupun di luar
rumah. Penghisapan ini biasanya dilakukan dari pagi sampai petang
dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00)
dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00).
Di Indonesia, Aedes aegypti umumnya memiliki habitat di
lingkungan perumahan, dimana terdapat banyak genangan air bersih di
dalam bak mandi. Temoat peristirahatan nyamuk Aedes aegypti adalah
di semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang
terdapat di halaman/kebun/perkarangan rumah, juga di benda-benda
yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, dan lain

3
sebagainya.Bertolak belakang dengan Aedes albopictus yang cenderung
hidup di daerah hutan berpohon rimbun.
b. Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran DBD
Faktor-faktor yang dapat mendukung perkembangan nyamuk
Aedes aegypti menurut Departemen Kesehatan RI (2004), antara lain :
1) Faktor Manusia
Faktor manusia yang berhubungan dengan penularan DBD antara
lain umur, suku, kerentanan, keadaan sosial ekonomi, kepadatan
penduduk dan mobilitas penduduk.
2) Faktor Nyamuk
Penular Faktor yang mempengaruhi peebaran nyamuk Aedes
aegypti antara lain tempat berkembang biak, tempat istirahat,
resistensi, perilaku dan sifat nyamuk.
3) Faktor Lingkungan
Faktor ligkungan yang mempengaruhi, antara lain kualitas
permukiman, jarak antar rumah, pencahayaan, ketinggian tempat,
2. Penyebab Malaria
Malaria berasal dari bahasa Itali “Mal” yang artinya buruk dan
“Aria” yang berarti udara. Sehingga malaria berarti udara buruk. Hal ini
didasari karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan
banyak tumpukan air. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh parasit (protozoa) dan genus plasmodium yang dapat ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles yang masa inkubasinya selama beberapa
hari sampai beberapa bulan. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang
dari 1 hingga 2 juta penduduka meninggal karena penyakit ini. Malaria juga
dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan sekitar seperti adanya
pemanasan global yang mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk dan serangga semakin ganas. Selain itu,
perubahan temperatur, kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim
mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelut sehingga vektor penularan
penyakit semakin bertambah.

4
Ada beberapa jenis malaria, yaitu :
a. Malaria Tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana pasien
malaria merasakan demam muncul setiap hari ketiga dan merupakan
penyebab kira-kira 43% kasus penyakit malaria pada manusia.
b. Malaria Kuartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, pasien
malaria merasakan demam setiap hari keempat dan menyebabkan kira-
kira 7% penyakit malaria didunia.
c. Malaria Tropica, disebabkan oleh Plasmodium falciparum serta
merupakan penyakit malaria yang
paling berbahaya dan seringkali berakibat fatal. jenis penyakit malaria
ini adalah yang terberat, karena dapat menyebabkan berbagai
komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak), anemia berat,
syok, gagal ginjal akut, pendarahan, serta sesak nafas. Penderita
penyakit malaria jenis ini mengalami demam tidak teratur dengan
disertai gejala terserangnya bagian otak,
bahkan memasuki fase koma dan kematian yang mendadak.
d. Malaria Pernisiosa, disebabkan oleh plasmodium ovale, Penyakit
malaria jenis ini jarang sekali dijumpai,
umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
B. Alur Penularan Penyakit Malaria dan DBD
1. Alur Penularan DBD
Penyakit demam berdarah ditularkan melalui gigitan nyamuk yang
infektif, terutama Aedes aegypti. Ini adalah spesies nyamuk yang menggigit
pada siang hari, dengan peningkatan aktivitas menggigit sekitar dua jam
sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam.
Masa penularan penyakit demam berdarah tidak ditularkan langsung dari
orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia,
yaitu sejak beberapa saat sebelum panas sampai saat masa demam berakhir,
biasanya berlangsung selama 3-5 hari.
Nyamuk terjadi infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita
viremia dan tetap infektif selama hidupnya. Adapun masa inkubasinya, dari
3-14 hari dan biasanya 4-7 hari.

5
Sebagai bentuk pencegahan dan upaya tindakan cepat, maka penting
bagi kita untuk mengetahui gejala-gejala yang akan timbul bila kita
terinfeksi virus dengue. Gejala-gejalanya adalah sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari (38-40 derajat celcius).
b. Pada pemeriksaan uji torniquet, terlihat adanya jentik (puspura)
pendarahan.
c. Adanya bentuk pendarahan di kelopak mata bagian dalam
(konjungtiva), mimisan, buang air besar dengan kotoran berupa lendir
bercampur darah, dan lain-lainnya.
d. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali).
e. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
f. Pada pemeriksaan laboratorium, hari ke 3-7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000/mm3, terjadi peningkatan nilai hematokrit diatas 0%
dari nilai normal.
g. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil,
kejang dan sakit kepala.
h. Mengalami pendarahan pada hidung dan gusi.
i. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit
pada persendian.
j. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh
darah.
2. Alur Penularan Malaria
a. Fase di dalam tubuh nyamuk
Di dalam tubuh nyamuk ini terlihat Plasmodium melakukan
reproduksi secara seksual. Pada tubuh nyamuk, spora berubah menjadi
makrogamet dan mikrogamet, kemudian bersatu dan membentuk zigot
yang menembus dinding usus nyamuk. Di dalam dinding usus tersebut
zigot akan berubah menjadi ookinet ookista sporozoit, kemudian
bergerak ke kelenjar liur nyamuk, sporozoit ini akan menghasilkan
spora seksual yang akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk.

6
b. Fase di dalam tubuh manusia
Setelah terkena gigitan nyamuk malaria, sporozoit masuk ke
dalam darah manusia dan menuju ke sel sel hati. Di dalam hati ini
sporozoit akan membelah dan membentuk merozoit, akibatnya sel-sel
hati banyak yang rusak. Kemudian, merozoit akan menginfeksi eritrosit.
Di dalam eritrosit, merozoit akan membelah diri dan akan menghasilkan
lebih banyak merozoit, lalu menginfeksi ertirosit lainnya.pada saat
inilah dikeluarkan racun dari dalam tubuh manusia sehingga
menyebabkan manusia demam. Merozoit inii juga dapat membentuk
gametosit yang apabila terhisap oleh nyamuk pada saat menggigit
manusia, siklus ini akan terulang lahi. Bentuk penularan lain yang dapat
terjadi adalah penularan dari ibu hamil ke janin. Malaria juga dapat
menular melalui transfusi darah.

Gambar 1 Alur Penularan Malaria


Gejala Malaria terdiri dari beberapa serangan demam dengan
interval tertentu (parokisme) yang diselingi oleh suatu periode dimana
penderitanya bebas dari demam (periode laten). Gejala khas ini biasanya
ditemukan pada penderita non imun. Sebelum terjadinya demam, penderita
akan merasa lemah, mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan,

7
merasa mual diulu hati atau muntah, semua gejala ini disebut gejala
prodormal.
Puncak serangan panas terjadi bersamaan dengan lepasnya
merozoit-merozoit ke dalam peredaran darah. Untuk beberapa hari pertama,
pola panas tidak beraturan, baru kemudian polanya terlihat sesuai dengan
spesiesnya. Suatu parokisme demam biasanya mempunyai tiga stadium
yang berurutan, yaitu :
a. Stadium Dingin
Stadium dingin ditandai dengan menggigil dan perasaan dingin oleh
penderita. Nadi penderita cepat, tetapi lemah, bobor dan jari-jari pucat
kebiruan, kulit kering dan pucat, penderita juga mungkin muntah dan
penderita anak-anak mengalami kejang. Stadium ini berlangsung selama
15-60 menit.
b. Stadium Demam
Setelah menggigil, penderita akan mengalami serangan demam. Wajah
penderita memerah, kulitnya kering dan merasakan panas seperti
terbakar, sekit kepala bertambah dan sering dosertai mual atau muntah-
muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Penderita akan merasa
sangat haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 derajat celcius.
Stadium iniberlangsung selama 2-4 jam.
c. Stadium Berkeringat
Pada stadium ini penderita akan mengeluarkan banyak keringat, namun
suhu badan pada fase ini turun dengan cepat kadang-kadang sampai
dibawah suhu normal. Stadium ini berlangsung selama 2-4 jam. Sesudah
sengan panas pertama terlewati, terjadiinterval panas selama 48-72 jam,
lalu diikuti dengan serangan berikutnya seperti serangan panas pertam,
dan begitu seterusnya. Gejala gejala ini tidak selalu ditemukan pada
setiap penderita, namun tergantung pada spesies parasit, umur, dan
tingkat imunitas penderita.

8
C. Etiologi Malaria dan DBD
1. DBD
Penyebab penyakit DBD adalah virus. Virus ini ditularkan oleh
nyamuk dari genus Aedes, subgenus Stegomya, dan terutama oleh spesies
Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus. Ae. Aegypti dapat ditemukan di sebagian
besar wilayah tropik dan subtropik, dan merupakan vektor utama dan paling
efisien dalam transmisi dengue. Nyamuk ini mudah tertular virus dengue,
menyukai darah manusia, memiliki gigitan yang tidak terlalu terasa,
menggigit pada siang hari, dan perlu beberapa orang untuk memenuhi
kebutuhan makannya. Ae. Aegypti mudah beradaptasi dengan lingkungan
perkotaan, dan berkembangbiak pada air bersih yang stagnan buatan
manusia, seperti air di ban bekas, kaleng, pot bunga, dan penampungan air.
Ae. Albopictus berasal dari Asia, namun saat ini dapat ditemukan di daerah
yang lebih dingin termasuk Eropa bagian selatan dan Amerika Utara bagian
selatan, sehingga menimbulkan risiko untuk ekspansi dengue. Ae.
Albopictus bersifat eksofilik dan kurang efisien dalam transmisi dengue
dibandingkan Ae. Aegypti.
Beberapa faktor risiko transmisi dengue, antara lain: berdiam di
daerah endemik dengue, perjalanan / wisata ke daerah endemik dengue.
Suseptibilitas manusia terhadap infeksi dengue tergantung pada status imun
dan predisposisi genetic. Faktor risiko komorbiditas dengan penyakit lain,
virulensi strain virus tertentu.
Virus ini dapat tetap hidup (survive) di alam melalui 2 mekanisme.
Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk, dimana virus
yang ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya yang nantinya akan
menjadi nyamuk. Virus ini juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan pada
nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kerja, transmisi virus
dari nyamuk ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya. Nyamuk
mendapatkan virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia yang pada
saat itu sedang mengandung virus dengue pada darahnya (viremia). Virus
yang sampai kelambung nyamuk akan mengalami replikasi (memecah diri
/ berkembangbiak), kemudian akan migrasi yang akan sampai di kelenjar

9
ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat siap untuk dimasukkan ke
dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk.
2. Malaria
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria
yaitu parasit malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk Anopheles
betina. Parasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk
kelangsungan hidupnya parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya
menumpang hidup) baik pada manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk
Anopheles.
a. Parasit Malaria
Ada empat jenis spesies parasit malaria di dunia yang dapat
menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.
Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit
malaria yang berbeda, yaitu :
a) Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika),
merupakan jenis penyakitmalaria yang terberat dan satu-satunya
parasit malaria yang menimbulkan penyakit mikrovaskular., karena
dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral
malaria(malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut,
perdarahan, sesak nafas, dll.
b) Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir dalam
2 – 3 bulan. Relaps 50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah
penyakit awal.
c) Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu lama.
d) Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan
Pasifik Barat. Lebih ringan.Seringkali sembuh tanpa pengobatan.
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis

10
plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran
(mixedinfection). Biasanyacampuran P.Falciparum dengan P.Vivax
atau P.Malariae.
Infeksi campuran tiga jenis sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi
jenis ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya.
Malaria yang disebabkan oleh P.Vivax dan P.Malariae dapat kambuh
jika tidak diobati dengan baik. Malaria yang disebabkan oleh spesies
selain P.Falciparum jarang berakibat fatal, namun menurunkan kondisi
tubuh; lemah, menggigil dan demam yang biasanya berlangsung 10-14
hari.
Parasit Plasmodium sebagai penyebab (agent). Agar dapat hidup
terus menerus, parasit penyebab penyakit malaria harus berada dalam
tubuh manusia untuk waktu yang cukup lamadan menghasilkan
gametosit jantan dan betina yang sesuai untuk penularan. Parasit juga
harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies nyamuk Anopheles
yang antropofilik agar sporogoni memungkinkan sehingga dapat
menghasilkan sporozoit yang infektif.
Sifat-sifat spesifik parasitnya berbeda untuk setiap spesies
Plasmodium dan hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis
dan penularan. P.falciparum mempunyai masa infeksi yang paling
pendek diantara jenis yang lain, akan tetapi menghasilkan parasitemia
yang paling tinggi. Gametosit P.falciparum baru berkembang setelah
8-15 hari sesudahmasuknya parasit ke dalam darah. Parasit P.vivax dan
P.ovale pada umumnya menghasilkan parasitemia yang rendah, gejala
yang lebih ringan dan mempunyai masa inkubasi yang lebih lama
daripada P.falciparum. Walaupun begitu, sporozoit P.vivax dan P.ovale
di dalam hati dapat berkembang menjadi skizon jaringan primer dan
hipnozoit. Hipnozoit ini menjadi sumber terjadinya relaps.
Setiap spesies Plasmodium terdiri dari berbagai strain yang
secara morfologis tidak dapat dibedakan. Strain suatu spesies yang
menginfeksi vektor lokal, mungkin tidak dapat menginfeksi vektor dari
daerah lain. Lamanya masa inkubasi dan pola terjadinya relaps juga

11
berbeda menurut geografisnya. P.vivax dari daerah Eropa Utara
mempunyai masa inkubasi yang lama, sedangkan P.vivaxdari daerah
Pasifik Barat (antara lain Irian Jaya) mempunyai pola relaps yang
berbeda. Terjadinya resistensi terhadap obat anti malaria juga berbeda
menurut strain geografis parasit. Pola resistensi di Irian Jaya juga
berbeda dengan di Sumatera dan Jawa.
b. Nyamuk Anopheles
Pada manusia, nyamuk yang dapat menularkan malaria hanya
nyamuk Anopheles betina. Pada saat menggigit host terinfeksi (manusia
yang terinfeksi malaria),nyamuk Anopheles akan menghisap parasit
malaria (plasmodium) bersamaan dengan darah,sebab di dalam darah
manusia yang telah terinfeksi malaria banyak terdapat parasit malaria.
Parasit malaria tersebut kemudian bereproduksi dalam tubuh nyamuk
Anopheles, dan padasaat menggigit manusia lain (yang tidak terinfeksi
malaria), maka parasit malaria masuk ke tubuh korban bersamaan
dengan air liur nyamuk. Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan
oleh nyamuk betina Anopheles. Dari lebih 400 spesies Anopheles di
dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat
menularkan malaria.
Nyamuk Anopheles terutama hidup di daerah tropik dan
subtropik, namun bisa juga hidup didaerah beriklim sedang dan bahkan
di daerah Antarika. Anopheles jarang ditemukan pada ketinggian 2000
– 2500 m, sebagian Anopheles ditemukan di dataran rendah. Semua
vektor tersebut hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, antara
lain ada nyamuk yang hidup diair payau pada tingkat salinitas tertentu
(An. sundaicus, An.subpictus), ada yang hidup disawah (An. aconitus),
air bersih di pegunungan (An. maculatus), genangan air yang terkena
sinar matahari (An. punctulatus, An. farauti)
Kehidupan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan
yang ada, seperti suhu, kelembaban, curah hujan, dan sebagainya.
Efektifitas vektor untuk menularkan malaria ditentukan hal-hal sebagai
berikut :

12
1) Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia.
2) Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia.
3) Frekuensi menghisap darah (initergantung dari suhu).
4) Lamanya sporogoni (berkebangnya parasit dalam nyamuk sehingga
menjadi efektif).
5) Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk sporogoni dan
kemudian menginfeksi jumlahyang berbeda-beda menurut spesies.
Nyamuk Anopheles betina menggigit antara waktu senja dan
subuh,dengan jumlah yang berbeda-beda menurut spesiesnya. Jarak
terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-
3 km dari tempat perkembangbiakan. Bila ada angin yang kuat nyamuk
Anopheles bisa terbawa sampai 30 km. Nyamuk Anopheles dapat
terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan menyebarkan malariake
daerah yang non endemik.
Nyamuk Anopheles menggigit penderita malaria dan menghisap
juga parasit malaria yang adadi dalam darah penderita. Parasit malaria
berkembang biak di dalam tubuh nyamuk Anopheles (menjadi nyamuk
yang infektif). Nyamuk Anopheles yang infektif menggigit orang yang
sehat (belum menderita malaria). Sesudah +12-30 hari (bervariasi
tergantung spesies parasit) kemudian, bila daya tahan tubuhnya tidak
mampu meredam penyakit ini maka orang sehat tersebut berubah
menjadi sakit malaria dan mulai timbul gejala malaria.
D. Pencegahan dan Penanggulangan DBD dan Malaria
1. DBD
a. Pengendalian vektor
1) Penganggulangan secara fisik / mekanik
Pengendalian fisik merupakan pilihan utama pengendalian
vektor DBD melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
dengan cara menguras bak mandi / bak penampungan air, menutup
rapat-rapat tempat penampungan air dan memanfaatkan kembali /
mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat
perkembangbiakan jentik nyamuk (3M).

13
2) Pengendalian secara biologi
Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi antara lain:
- Predator / pemangsa jentik (hewan, serangga, parasit) sebagai
musuh alami stadium pradewasa nyamuk. Jenis predator yang
digunakan adalah ikan pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus,
guppy, dll), sedangkan larva Capung (nympha), Toxorrhyncites,
Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator walau bukan
sebagai metode yang lazim untuk pengendalian vektor DBD.
- Insektisida biologi untuk pengendalian DBD, diantaranya: Insect
Growth Regulator (IGR) dan Bacillus Thuringiensis Israelensis
(BTI) ditujukan untuk pengendalian stadium pradewasa yang
diaplikasikan ke dalam habitat perkembangbiakan vector.
3) Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan
insektisida merupakan salah satu metode pengendalian yang lebih
populer di masyarakat dibanding dengan cara pengendalian lain.
Sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan pra-dewasa.
Golongan insektisida kimiawi untuk pengendalian DBD, antara lain
- Sasaran dewasa (nyamuk) antara lain : Organophospat
(Malathion, methylpirimiphos), Pyrethroid (Cypermethrine,
Lamda-cyhalotrine, Cyflutrine, Permethrine, S-Bioalethrine dan
lain-lain). Yang ditujukan untuk stadium dewasa yang
diaplikasikan dengan cara pengabutan panas / fogging dan
pengabutan dingin / ULV
- Sasaran pradewasa (jentik)/ larvasida antara lain :
Organophospat (temephos), Piriproxifen dan lain-lain.
4) Pengedalian vector terpadu
Pengendalian vektor terpadu/ PVT (integrated vector
management / IVM) adalah kegiatan pengendalian vektor dengan
memadukan berbagai metode baik fisik, biologi dan kimia, yang
dilakukan secara bersama-sama, dengan melibatkan berbagai
sumber daya lintas program dan lintas sektor.

14
Komponen lintas sektor yang menjadi mitra bidang kesehatan
dalam pengendalian vektor antara lain bidang pendidikan dan
kebudayaan, bidang agama, bidang pertanian, bidang kebersihan dan
tata ruang, bidang perumahan dan permukiman, dan bidang lainnya
yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Pengendalian Sebelum Musim Penularan
1) Sebelum Musim Penularan (SMP) adalah periodebulan yang
berdasarkan analisis data kasus rata-rata perbulan selama 3-5 tahun
terakhir memiliki jumlah rata-rata kasus paling rendah di suatu
wilayah. Periode Sebelum Musim Penularan biasanya terjadi
sebelum memasuki musim penghujan / musim penularan DBD.
2) Pengendalian Sebelum Musim Penularan meliputi kegiatan
penyuluhan kepada masyarakat, Bulan Bakti Gerakan (BBG) PSN
3M plus secara serentak dan larvasidasi.
- Penyuluhan kepada masyarakat dapat dilakukan melalui
penyuluhan langsung dan / atau melalui media cetak dan/atau
media elektronik.
- Bulan Bakti Gerakan (BBG) PSN 3M plus dilaksanakan secara
serentak dengan melibatkan kepala daerah, seluruh satuan kerja
pemerintah daerah (SKPD) setempat beserta seluruh lapisan
masyarakat.
- Larvasidasi dilakukan secara selektif pada tempat-tempat
penampungan air (TPA) dan tempat-tempat non TPA yang
berpotensi menjadi tempat perindukan jentik nyamuk Aedes.
2. Malaria
a. Pencegahan Malaria
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah
satu langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif
di malam hari. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh
kesadaran masyarakat setempat.
Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan menghindari gigitan nyamuk
dapat dilakukan dengan cara :

15
1) Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi
dengan kelambu berinseksida.
2) Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
3) Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun la
innya.
4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
5) Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
6) Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tida
k menyebar.
7) Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberanta
s sarang nyamuk.
8) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian ya
ng bergantungan serta genangan air.
9) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva
pada genangan
air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10) Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di
rawa payau sepanjang pantai.
b. Penanggulangan Malaria
Banyak usaha-usaha yang telah dan tengah dilakukan untuk
penanggulangan penyakit malaria ini. Diantaranya adalah penemuan
obat anti-malaria. Obat anti-malaria telah banyak dikembangkan dan
dijual di pasaran, namun kebanyakan tidak efektif. Hal ini disebabkan
karena parasit menunjukan resistensi yang cepat terhadap obat-obat
tersebut, apalagi obat yang dipakai hanya satu jenis saja. Pemakaian
obat kombinasi lebih memperlambat munculnya parasit yang resisten.
Selain itu, penemuan dan pengembangan obat baru juga kurang
dilaksanakan karena tidak adanya daya tarik perusahaan farmasi
disebabkan karena tidak adanya keuntungan yang bisa diharapkan.
Tidak adanya keuntungan ini disebabkan penyakit ini adalah penyakit
di negara-negara berkembang yang memiliki daya beli yang rendah.

16
Usaha lain adalah membasmi nyamuk Anopheles yang menjadi
pengantar parasit malaria. Pembasmian bisa dilakukan dengan
pestisida atau menangkap nyamuk dengan net dan kemudian
membunuhnya dengan cara membakarnya. Penggunaan pestisida bisa
menyebabkan munculnya nyamuk yang resisten terhadap pestisida,
sehingga tidak memungkinkan penggunaan pestisida yang sama untuk
jangka waktu yang lama. Usaha pengembangan vaksin untuk
pencegahan juga dilakukan, namun sampai saat ini belum ada vaksin
yang bisa digunakan.
Dan cara baru yang tengah diteliti adalah dengan menggunakan
nyamuk transgenik. Nyamuk dibuat sedemikian rupa sehingga nyamuk
menjadi tahan terhadap parasit Plasmodium atau membunuh parasit
tersebut di dalam tubuhnya.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebebakan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Penyakit demam berdarah ditularkan melalui gigitan nyamuk yang
infektif, terutama Aedes aegypti. Ini adalah spesies nyamuk yang menggigit
pada siang hari, dengan peningkatan aktivitas menggigit sekitar dua jam
sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam.
Beberapa faktor risiko transmisi dengue, antara lain: berdiam di daerah
endemik dengue, perjalanan / wisata ke daerah endemik dengue. Suseptibilitas
manusia terhadap infeksi dengue tergantung pada status imun dan predisposisi
genetic. Faktor risiko komorbiditas dengan penyakit lain, virulensi strain virus
tertentu. Pengendalian DBD dapat dilakukan dengan pengendalian vektor dan
pengendalian sebelum musim penularan.
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
(protozoa) dan genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk. Ada beberapa jenis malaria, yaitu Malaria Tertiana, Malaria
Kuartana, Malaria Tropica, dan Malaria Pernisiosa. Alur penularan malaria
terdiri dari fase di dalam tubuh nyamuk, dan fase di dalam tubuh manusia.
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu
parasit malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk Anopheles betina.
Parasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan
hidupnya parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup)
baik pada manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk Anopheles.
Pencegahan malaria dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk
mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari. Banyak usaha-usaha yang
telah dan tengah dilakukan untuk penanggulangan penyakit malaria ini.
Diantaranya adalah penemuan obat anti-malaria. Dan cara baru yang tengah
diteliti adalah dengan menggunakan nyamuk transgenik. Nyamuk dibuat

18
sedemikian rupa sehingga nyamuk menjadi tahan terhadap parasit Plasmodium
atau membunuh parasit tersebut di dalam tubuhnya.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran untuk
memaksimalkan keberhasilan makalah selanjutnya. Makalah ini diharapkan
dapat menjadi sumber informasi yang positif dan bermanfaat baik bagi penulis,
mahasiswa, maupun bagi instuisi terkait.

19
DAFTAR PUSTAKA

Utama, Damasius Wikaryana. Penyakit DBD dan Malaria. Makalah. Diakses pada
link https://www.scribd.com/document/327378789/MAKALAH-DBD-
Dan-Malaria tanggal 14/11/2021 pukul 08:02 WIB.
Novita Anandika, (2020) Penerapan Pemicuan Psn Dan Kentong Lemut Terhadap
Kenaikan Abj Di Dusun Babakan Dan Sambeng 1 Srandakan
Bantul. skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Diakses pada link
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2599/ tanggal 14/11/2021 pukul 08:52
WIB.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Pedoman pengendalian demam
berdarah dangue di Indonesia. Jakarta
Fitriani, Julia dan Sabiq, Ahmad. 2018. Malaria. Jurnal Averrous Volumen 4 No 2.
Hanim Diffah, dkk. 2013. Program Pengendalian Penyakit Menular : Demam
Berdarah Dengue. Fakultas Kedokteran.
Undip. Malaria. http://eprints.undip.ac.id/44857/3/BAB_2.pdf
Adisti, Rezqananda. Malaria. Diakses pada link
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.
academia.edu/38366402/BAB_II_Makalah_Malaria_PBL_docx&ved=2a
hUKEwjc09vS7PTsAhXaZSsKHQZuC_kQFjAMegQIDBAB&usg=AO
vVaw2I7Jf8mlgmFlFFupw1TJ8u&cshid=1604905793021 tanggal
14/11/2021 pukul 09:22 WIB.

iii

Anda mungkin juga menyukai