Karakteristik Tanah Pada Berbagai Tutupan Vegetasi Di Hutan Kemasyrakatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

STUDI KARAKTERISTIK TANAH PADA BERBAGAI

TUTUPAN VEGETASI DI HUTAN KEMASYRAKATAN


(HKm) SWAGORTHA ARTAGIRI (WANAGIRI) DESA
SABEDO KECAMATAN UTAN KABUPATEN SUMBAWA

RENCANA PENELITIAN

OLEH

Miftahul Irsyadi Purnama


C1L016061

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Rencana penelitian ini diajukan oleh:


Nama : Miftahul Irsyadi Purnama
Program Studi : Kehutanan
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Judul skripsi : Studi Karakteristik Tanah pada Berbagai Tutupan
Vegetasi di Hutan Kemasyarakatan (HKm) Swagortha
Artagiri (Wanagiri) Desa Sabedo Kecamatan Utan
Kabupaten Sumbawa
Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian. Rencana
penelitian tersebut telah diperiksa, diperbaiki dan disetujui oleh dosen
pembimbing.

Menyetujui:
Pembimbing Utama Pembimbing pendamping,

Muhamad Husni Idris, SP., M.Sc., Ph.D Dr. Ir. Markum. M.Sc
NIP. 19701231 1995512 1 001 NIP. 19631030 199003 1 001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Ketua Program Studi


Kehutanan, Kehutanan,

Muhamad Husni Idris, SP., M.Sc., Ph.D Dr. Andi Chairil Ichsan, S.Hut.,M.Si
NIP. 19701231 1995512 1 001 NIP. 19831216 200812 1 003
Tanggal Pengesahan :

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 pasal 1 ayat 2 adalah


suatu kesatuan ekosistem yang berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang
satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Kesatuan ekosistem dan sumber
daya hutan, haruslah dikelola dengan lestari dan berkelanjutan sehingga dapat
menjadi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyrakat.
Salah satu skema pengelolaan hutan adalah Hutan Kemasyarakatan
(HKm). HKm adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat (Permen LHK No. 83 Tahun 2016). Salah satu HKm
yang dalam pengelolaanya dikatakan berhasil adalah HKm Swagortha Artagiri
yang berada di Desa Sabedo Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa, atau sering
disebut HKm Wanagiri. HKm Wanagiri ditetapkan melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutananan RI Nomor 36/MENHUT-II/2014 dengan luas 200 Ha.
Pengelolaan hutan di HKm Wanagiri dikatakan berhasil, karena dalam
pengelolaannya, HKm Wanagiri dapat memasok kebutuhan air sepanjang tahun
di lahan yang kering, dengan rata-rata bulan kering selama 8 bulan, rata-rata bulan
basah antra 3-4 bulan dan dengan klasifikasi iklim Shimdt dan Ferguson yaitu tipe
D (Markum, 2014).
Kondisi lanskap HKm Wanagiri didominasi oleh perbukitan dengan
kondisi umum adalah lahan kering tadah hujan dengan tutupan vegetasi pada hulu
yaitu semak perdu dan pohon rimba campuran dan pada hilir yaitu vegetasi
agroforestry dan ladang persawahan. Perbedaan tutupan vegetasi di HKm
Wanagiri dapat mempengaruhi karakteristik tanah. Indikator kualitas tanah adalah
sifat, karakteristik atau proses fisika, kimia dan biologi tanah yang dapat
menggambarkan kondisi tanah (SQI, 2001). Karlen et al. (1997) mengusulkan
bahwa pemilihan indikator kualitas tanah harus mencerminkan kapasitas tanah
untuk menjalankan fungsinya. Berdasarkan fungsi tanah yang hendak dinilai
kemudian dipilih beberapa indikator yang sesuai.
Penentuan Karateristik tanah pada berbagai tutupan vegetasi di HKm
Wanagiri penting dilakukan, sebagai basis data dan informasi awal dalam
penentuan kebijakan pengelolaan hutan dan peningkatan kualitas lahan kering
untuk peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyrakat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik sifat fisika tanah (tekstur, struktur, warna, kadar
air, bulk density, berat jenis dan porositas) pada berbagai tutupan vegetasi
di HKm Wanagiri?
2. Bagaimana karakteristik sifat kimia tanah yaitu kemasaman tanah (pH)
dan kandungan C-organik tanah pada berbagai tutupan vegetasi di HKm
Wanagiri?
3. Bagaimana karakteristik sifat biologi tanah yaitu kemasaman tanah (pH)
dan kandungan C-organik tanah pada berbagai tutupan vegetasi di HKm
Wanagiri?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik sifat fisika tanah (tekstur, struktur, warna, kadar
air, bulk density, berat jenis dan porositas) pada berbagai tutupan vegetasi
di HKm Wanagiri.
2 Mengetahui karakteristik sifat kimia tanah yaitu kemasaman tanah (pH)
dan kandungan C-organik tanah pada berbagai tutupan vegetasi di HKm
Wanagiri.
3 Mengetahui karakteristik sifat biologi tanah yaitu kemasaman tanah (pH)
dan kandungan C-organik tanah pada berbagai tutupan vegetasi di HKm
Wanagiri.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geografis Lokasi Penelitian


Wanagiri adalah satu kesatuan pemukiman warga pendatang dari Bali
yang menetap di Kabupaten Sumbawa. Banjar Wanagiri didiami oleh etnis Bali
yang secara geografis keberadaanya dikelilingi oleh komunitas etnis Samawa
(Sumbawa), dengan jumlah penduduk sebanyak 135 KK dan total luas lahan
perkebunan (khususnya lahan kering) seluas 400 Ha. Secara administrative, Desa
Sabedo termasuk dalam wilayah Kecamatan Utan. Desa Sabedo termasuk dalam
wilayah Kecamatan Utan dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Jorok, Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kawasan
Hutan, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rhee dan Sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Jorok. Kondisi lanskap didominasi perbukitan menjadikan wilayah
ini sebagai lahan pertanian yang luas. Hal ini tergambar dari data penggunaan
lahan dimana lahan pertanian menempati 4.639 Ha atau sekitar 99.16% dari luas
lahan di Desa Sabedo (Markum, 2014).
2.2 Vegetasi dan Tutupan Vegetasi
Vegetasi merupakan keseluruhan tumbuhan dari suatu area, vegetasi
berfungsi sebagai area penutup lahan, Penutupan oleh vegetasi memberi efek
positif bagi daerah tersebut, penutup lahan nantinya akan mengurangi aliran
permukaan, mencegah erosi tanah dan banjir, serta menjaga suhu tanah dan daerah
sekitar. Persebaran vegetasi dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik lahan yang ada,
diantaranya adalah kondisi topografi lahan (Maryantika et al, 2011).
Menurut Irwan (2015) Vegetasi memiliki peran dalam ekosistem sebagai
berikut:
1. Sebagai perubah terbesar dari lingkungan karena mempunyai fungsi
sebagai perlindungan sehingga dapat mengurangi radiasi matahari,
mengurangi temperature yang ekstrim, proses transpirasi dapat
mengalirkan air dari tanah ke udara dan serasah dapat menambah humus
pada tanah.
2. Sebagai pengikat energy untuk seluruh ekosistem. Hanya vegetasi yang
dapat memanfaatkan energi surya secara lansung dan mengubahnya
menjadi berguna bagi organisme lain, melalui proses fotosintesis.
3. Sebagai sumber hara mineral, kehidupan memerlukan karbon, hydrogen,
oksigen, kalsium dan unsur lainya yang terdapat dalam tanah dan
atmosfer. Unsur-unsur tersebut tersedia bagi organisme hidup lainya
setelah melalui proses-proses sintesis yang terjadi dalam tanaman.
Kelas penutup lahan dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu daerah
bervegetasi dan daerah tak bervegetasi. Semua kelas penutup lahan dalam kategori
daerah bervegetasi diturunkan dari pendekatan konseptual struktur fisiognomi
yang konsisten dari bentuk tumbuhan, bentuk tutupan, tinggi tumbuhan dan
distribusi spasialnya. Sedangkan dalam kategori tak bervegetasi, pendetailan kelas
mengacu pada aspek permukaan tutupan, distribusi atau kepadatan dan ketinggian
atau kedalaman objek (SNI 7645:2010).
2.3 Tanah
Tanah adalah bahan mineral yang tidak padat (unconsolidated) yang
terletak dipermukaan bumi, yang telah dan akan tetap mengalami perlakuan dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk,
iklim, (termasuk kelembaban dan suhu), organisme (makro dan mikro) dan
topografi pada suatu priode waktu tertentu. Salah satu penciri utama tanah adalah
secara fisik, kimiawi dan biologis, serta ciri-ciri lainnya. Umumnya berbeda
dibanding bahan induknya, yang variasinya tergantung pada faktor-faktor
pembentuk tanah tersebut (Hanafiah, 2014).
Hanafiah (2014) juga mendefinisikan tanah sebagai lapisan permukaan
bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya
perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air da
udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau
nutrisi(senyawa organik N, P, K, Ca, M, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lainya) dan
secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi
aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman. Yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas
tanah untuk menghasilkan biomassa da produksi baik tanaman pangan, obat-
obatan, industry perkebunan, maupun kehutanan.
2.4 Sifat Karateristik Tanah
Beberapa sifat tanah yang diamati agar dapat mencirikan suatu tanah,
mencakup sifat-sifat fisik, kimiawi dan biologis tanah.
2.4.1 Sifat Fisika
1. Tekstur
Terdapat tiga fraksi utama yang menyusun massa tanah yaitu fraksi
lempung (Clay), debu (Silt) dan pasir (sand). Sifat kasar halusnya tanah yang
merupakan jelmaan perbandingan nisbi fraksi pasir, debu lempung dalam suatu
massa tanah disebut tekstur tanah. Tekstur tanah menetukan sifat fisik tanah yang
terutama ikut menentukan tata air di dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi,
penetrasi dan kemapuan pengikat air oleh tanah serta menentukan ketahanan tanah
terhadap erosi (Ma’shum, 2012).
Sembiring (2008) menjelaskan tekstur tanah dapat menentukan kecepatan
absorpsi air, kemampuan memegang air, dan aerasi tanah. Tekstur halus banyak
mengabsorpsi air, bersifat plastis dan lekat bila basah serta padat dan kohesiv bila
kering. Tekstur memegang peranan penting terhadap erosi. Penghancuran tanah
oleh pukulan butiran hujan meningkat dengan bertambahnya ukuran partikel
tanah. Tetapi transportasi akan meningkat dengan berkurangnya ukuran partikel
tanah. Oleh sebab itu tekstur liat lebih sukar dihancurkan daripada pasir, tetapi
lebih mudah diangkut.
2. Struktur
Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan atau pengaturan butir tanah
primer menjadi partikel sekunder atau agregat. Struktur tanah sangat berpengaruh
terhadap proses vital dalam ruang ligkup tanah dan tanaman, yakni melalui
gerakan air, udara dan perkembangan akar. Ketiga hal tersebut dikendalikan oleh
keberadaan system pori dalam tanah (Ma’shum, 2012).
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah,
akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur
disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah memiliki bentuk yang
berbeda-beda yaitu Lempeng (plety), Prismatik (prismatic), Tiang (columnar),
Gumpal bersudut (angular blocky), Gumpal membulat (subangular blocky),
Granular (granular), Remah (crumb) (Hardjowigeno 2007). Arsyad (2005)
mengemukakan, struktur adalah kumpulan butir-butir tanah disebabkan terikatnya
butir-butir pasir, liat dan debu oleh bahan organik, oksida besi dan lain-lain.
Struktur tanah yang penting dalam mempengaruhi infiltrasi adalah ukuran pori
dan kemantapan pori. Pori-pori yang mempunyai diameter besar (0,06 mm atau
lebih) memungkinkan air keluar dengan cepat sehingga tanah beraerasi baik, pori
pori tersebut juga memungkinkan udara keluar dari tanah sehingga air dapat
masuk.
3. Warna
Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan
untuk pendeskrispsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek lansung
terhadap tanaman tetapi secara tidak lansung berpengaruh lewat dampaknya
terhadap temperature dan kelembapan tanah. Warana tanah dapat meliputi putih,
coklat, kelabu, kuning, dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan.
Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tak murni tetapi campuran kelabu,
coklat, dan bercak (rust), kerapkali 2-3 warna tejadi dalam bentuk spot-spot,
disebut karatan (mottling) (Hanafiah, 2014).
Agus dan Marwanto (2006) menjelaskan warna tanah merupakan salah
satu ciri tanah yang paling mudah diamati. Warna tanah dapat digunakan untuk
menduga sifat-sifat tanah antara lain: kandungan bahan organik, kondisi drainase,
aerase tanah dan lain-lainnya. Warna disusun atas 3 variabel yaitu Hue
menunjukkan warna spektrum. Value menunjukkan kecerahan warna dan Chroma
menunjukkan intensitas warna. Warna tanah ditentukan dengan cara
membandingkan warna tanah dengan warna baku pada Munsell Soil Color Chart.
Penentuan warna meliputi : warna dasar tanah (matrix) dan warna karatan (jika
ada). Karena kelembaban mempengaruhi warna yang terbentuk, maka penentuan
warna dilakukan pada kondisi kering dan lembab. Penulisan warna ditulis menurut
urutan hue, value, chroma, misalnya 10 YR ¾ (coklat).
Warna tanah merupakan sifat morfologi tanah yang paling mudah
dibedakan. Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Warna hitam
menunjukkan kandungan bahan organik tinggi yang menggambarkan tingkat
kesuburan tanah yang baik. Warna merah menunjukkan bahwa tanah tersebut
sudah mengalami pelapukan yang lebih lanjut, ditandai adanya oksida besi bebas
(tanah tanah yang teroksidasi). Warna abu-abu kebiruan menunjukkan adanya
reduksi. Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna yang
terdapat pada buku Munsell Soil Color Chart, warna dinyatakan dalam tiga satuan
yaitu kilapan (hue), nilai (value) dan khroma (Chroma). Kilapan (hue)
berhubungan erat dengan panjang gelombang cahaya, nilai (value) berhubungan
erat dengan kebersihan suatu warna dari pengaruh warna lainnya menunjukkan
gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Khroma
(Chroma) menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum.
4. Kadar Air
Kadar air tanah (water storage) dipengaruhi sifat fisik tanah. Dimana
kadar air tanah adalah selisih dari masukan air melalui infiltrasi ditambah
kondensasi oleh tanaman dan adsorbsi oleh tanah dikurangi kehilangan air melalui
evapotranspirasi, aliran permukaan, perkolasi dan rembesan lateral, dimana
adsorbsi air oleh tanah dan masuknya air kedalam tanah dipengaruhi oleh tekstur,
struktur, dan porositas tanah (Hanafiah, 2007). (Hardjowigeno, 2007) Jumlah air
yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah.
Koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi
ketersediaan air tanah, terdiri dari:
a. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori
tanah terisi oleh air.
b. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori
tanah mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga
lebih besar dari gaya gravitasi.
c. Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat
oleh gaya matrik tanah.
Kadar air tanah menunjukkan jumlah air yang terkandung di dalam tanah
yang biasanya dinyatakan sebagai perbandingan massa air terhadap massa tanah
kering atau perbandingan volume air terhadap volume tanah total. Dimensi kadar
air tanah dapat dinyatakan persentase dari massa tanah (basis kering) atau
persentase volume (Hardjowigeno, 2007)
5. Bulk Density
Bulk Density (BD) yaitu bobot padatan (pada kering konstan) dibagi total
volume (padatan + pori), BD tanah yang ideal berkisar antara 1,30 -1,35 g cm -3,
BD pada tanah berkisar > 1,65 g cm-3 untuk tanah berpasir; 1 -1,60 g cm-3 pada
tanah geluh yang mengandung BO tanah sedang - tinggi, BD mungkin lebih kecil
dari 1 g cm-3 pada tanah dengan kandungan BO tinggi. BD sangat bervariasi antar
horizon tergantung pada tipe dan derajat agregasi, tekstur dan BO tanah. Bulk
density sangat sensitif terhadap pengolahan tanah (Sari 2019 Cit. Parlindungan,
2018).
6. Berat Jenis
Hanafiah (2014) mengemukakan Berat jenis atau bobot tanah merupakan
kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan yaitu:
a. Kerapatan partikel (Bobot Partikel, BP) adalah bobot massa partikel padat
persatuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6
g cm-3
b. Kerapatan massa (Bobot Isi, BI) adalah bobot massa tanah kondisi
lapangan yang dikering-ovenkan persatuan volume . nilai kerapatan tanah
berbanding massa tanag berbanding lurus dengan tingkat kekasaran
partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat.
7. Porositas Tanah
Porositas adalah proposi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga
merupakan indicator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poros berarti
tanah yang cukup mempunyai pori untuk pergerakan air dan udara masuk keluar
tanah secara leluasa, sebaliknya jika tanag tidak poreus (Hanafiah, 2014).
2.4.2 Sifat Kimia
1. Derajat Keasaman Tanah (pH)
Keasaman tanah yang dinyatakan dalam Eksponen Hidrogen (pH)
merupakan aspek kimia tanah yang tetap diperlukan dalam kegiatan ini. Hal ini
disebabkan karena pengaruh pH yang sangat besar terhadap kesesuaian lahan dan
pertumbuhan tanaman. pH tanah berhubungan erat dengan jumlah kalsium (Ca)
dan magnesium (Mg). Ca dan Mg ini merupakan salah satu dari unsur hara makro.
Ca merupakan komponen dinding sel, berperan dalam struktur dan permeabilitas
membran, sedangkan Mg merupakan penyusun klorofil dan ensim aktivator.
Pengukuran pH dilakukan pada horison A maupun B dengan menggunakan alat-
alat testing lapangan sederhana pada ketelitian 0,1 satuan. Meskipun parameter pH
merupakan faktor yang dinamis, tetapi tetap diperlukan dalam kaitannya dengan
pengelolaan lahan (Sumawinata et al., 2015).
Barchia (2009) tanah masam adalah tanah dengan nilai pH<7.0, walaupun
masalah serius yang berhubungan dengan kemasamantanah jarang ditemukan
pada pH tanah di atas 5.5. nilai pH sesungguhnya menunjukkan kosentrasi ion H +
di dalam tanah berdasarkan ionasi molekul air.
H2O ===== H+ + OH-
Jika kosentrasi ion H+ dan OH- seimbang, maka reaksi tanah akan netral,
dan tentunya pada tanah mineral masam kosentrasi ion H+ lebih besar dari ion OH-
2. C-Organik Tanah
Bahan organik merupakan salah satu faktor pembatas yang sangat
berperan untuk menambah hara dan sebagai penyangga hara. Penambahan bahan
organik dapat meningkatkan daya menahan air tanah, mampu mengikat air dalam
jumlah besar sehingga mengurangi jumlah air yang hilang dan mengurangi
kejadian erosi di lahan pertanian. Berbagai manfaat bahan organik yang sangat
diperlukan tanah untuk mempertahakan kualitas sifat fisik tanah sehingga
membantu perkembangan perakaran tanaman sehingga dapat membantu
perkembangan akar tanaman dan siklus air tanah melalui pori tanah yang
terbentuk dan agregat tanah yang mantap. Manfaat biologi melalui penyediaan
energi bagi berlangsungnya aktivitas organisme, sehingga meningkatkan kegiatan
organisme makro maupun mikro yang merupakan manfaat lain dari bahan organic
dalam tanah (Sukmawati, 2015).
Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya
mengandung C-organik antara 1% hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan
lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40% sampai 50% C-organik dan
biasanya <1% di tanah gurun pasir. Karbon adalah komponen utama dari bahan
organik. Pengukuran C-organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan
organik melalui penggunaan faktor koreksi tertentu (Mukhlis, 2007).
2.4.3 Sifat Biologi Tanah
sifat biologi tanah memiliki peran penting untuk menjaga stabilitas
kesuburan dan kesehatan tanah. Pengaruh biota tanah, baik makro maupun mikro
terhadap penyusunan tubuh tanah, kesuburan tanah, kesuburan tanaman yang
tumbuh diatasnya dan lingkungan sangatlah penting.Saat ini berbagai atribut
biologi tanah mulai banyak digunakan (Ritongga 2016 Cit. Hanafiah ,2009).
III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Hutan Kemasyarakatan (HKm)
Swagortha Artagiri Desa Sabedo Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa untuk
pengambilan sampel tanah. Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium
Kimia Tanah dan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Fakultas Pertanian
Universitas Mataram. Penelitian ini dilakukan selama 4 (empat) bulan dari bulan
Februari sampai Mei 2020.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel tanah utuh
(undisturbed soil sample), sampel tanah terganggu (disturbed soil sample),
K2Cr2O7, H2SO4, NaOH dan Aquades.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Alat yang digunakan dalam pengambilan data dilapangan yaitu GPS
(Global Positioning System), ring sampel tanah berukuran 5 cm dan 10
cm, cangkul, sekop, meteran, kantong plastik, pita ukur, kertas label, pH
tester, munsel chat soil, clinometer, haga meter dan kompas.
2. Alat yang digunakan dalam analisis sifat fisika dan kimia tanah di
laboratorium yaitu tabung erlemeyer ukuran 50 ml, timbangan digital,
timbanganan analitik, pengukur waktu, ayakan 50-60 mest, ayakan 20
mest, spektrofotometer, labu ukur 100 ml, gelas ukur 50 ml, corong ,
batang pengaduk, desikator, cawan dan oven.
3. Alat tulis.
3.3 Jenis Data dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Jenis
data kualitatif merupakan data yang tidak berbentuk angka yaitu berupa kalimat
sedangkan jenis data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka yang
berbentuk data pengukuran.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder,
menurut Ruslan (2003) yang dimaksud dengan data primer dan sekunder adalah:
1. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dilapangan. Data
tersebut merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran dan
perhitungan sifat fisika dan kimia tanah.
2. Data Sekiunder merupakan data dalam bentuk yang sudah jadi atau tersedia
melalui publikasi instansi dan informasi yang dapat berupa majalah jurnal
atau dokumen, data ini dapat berupa sejarah perkembangan kawasan, hasi-
hasil penelitian terkait, kelompok dan petani HKm.
3.4 Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir
(1988) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
3.5 Variable Pengukuran
Variable pengukuran dalam penelitian ini antara lain :
Table 3.1 Variabel Pengukuran
Variabel Kedalaman Tipe sempel tanah Keterangan
Tekstur tanah 0-25 cm Contoh tanah terganggu Komposit
25-50 cm (disturbed soil sample)
Warna tanah 0-25 cm Contoh tanah terganggu Tunggal
25-50 cm (disturbed soil sample)
Kedalaman Contoh tanah terganggu Tunggal
Lapisan Tanah (disturbed soil sample)
Struktur Tanah 0-25 cm Contoh tanah terganggu Tunggal
25-50 cm (disturbed soil sample)
Bulk density 0-25 cm Contoh tanah utuh (undisturbed Tunggal
25-50 cm soil sample)
Porositas tanah 0-25 cm Contoh tanah utuh (undisturbed Tunggal
25-50 cm soil sample)
pH tanah 0-25 cm Contoh tanah terganggu Tunggal
25-50 cm (disturbed soil sample)
C-Organik tanah 0-25 cm Contoh tanah terganggu Komposit
25-50 cm (disturbed soil sample)
Populasi Cacing 0-25 cm Contoh tanah terganggu Tunggal
Tanah 25-50 cm (disturbed soil sample)

3.6 Teknik Pengambilan Data


3.6.1 Penetapan Titik Sampling
Penetapan titik pada penelitian ini menggunakan Purposive Sampling yaitu
pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel tanah berdasarkan Strata tutupan
vegetasi, ketinggian, dan kemiringan lahan. Dari survey yang telah dilakukan
didapatkan tutupan vegetasi yaitu hutan alam dengan pohon berdiameter besar dan
hutan semak perdu, ketinggian menggunakan interval 100 meter, dan kemiringan
lahan dibagi menjadi 5 (lima) klasifikasi.

3.6.2 Jumlah dan Ukuran Petak Ukur


Jumlah petak ukur yang digunakan dalam pengambilan sampel tanah
sejumlah 25 (dua puluh lima) petak ukur yang tebgai kedalam dua strata, 8
(delapan ) petak ukur stratatutupan vegetasi hutan semak perdu dan 17 (tujuh
belas) petak ukur strata tutupan vegetasi hutan alam pohon berdiameter besar.
Jumlah ini diperoleh dari luas strata vegetasi dengan menggunakan intensitas
sampling sebasar 0.5 %. Ukuran petak ukur yang digunakan dalam pengambilan
sempel tanah adalah 20 m x 20 m. Berdasarkan SNI 7724: 2011 untuk pengukuran
tingkat pohon digunakan ukuran petak ukur 20 m x 20 m, 10 m x 10 m untuk
tiang, 5 m x 5 m untuk tingkat pancang, serta 2 m x 2 m untuk tingkat semai.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


Gambar 3.2 Lokasi Titik Sample

3.6.3 Metode Pengambilan Contoh Tanah


Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturbed soil) yaitu
tanah yang sudah tidak alami lagi karena telah terganggu oleh lingkungan luar dan
tanah tidak terganggu (undistrubed soil) yaitu tanah yang masih alami yang tidak
terganggu oleh lingkungan luar. Sampel tanah diambil di beberapa titik pada
lokasi pengambilan sampel menggunakan tabung contoh untuk tanah tidak
terganggu dan karung untuk tanah terganggu. Sampel tanah yang diambil
merupakan sampel tanah yang mewakili tanah di lokasi pengambilan sampel.
3.7 Analasis Data
Data hasil pengukuran di lapangan yaitu data vegetasi dan tanah akan
diolah untuk memperoleh nilai sifat fisik, kimia dan biologi tanah pada berbagai
tutupan vegetasi di HKm Wanagiri untuk selanjutnya dilakukan perbandingan.
3.7.1 Analisis Vegetasi
Menurut Rusdiana (2012) cit Soerianegara dan Indrawan (2002),
kerapatan tegakan, frekuensi, dominansi dan INP dihitung dengan menggunakan
rumus:

Jumlah individu suatu spesies


Kerapatan suatu spesies =
Luas area
Jumlah kerapatan suatu spesies
Kerapatan relatif suatu spesies (KR) = x
Jumlah kerapatan seluruh spesies
100%
Jumlah petak ukur yang ditemukan suatu spesies
Frekuensi suatu spesies =
Jumlah seluruh petak ukur
Jumlah nilai frekuensi suatu spesies
Frekuensi Relatif suatu spesies (FR) = x
Jumlah nilai frekuensi seluruh spesies
100%
Jumlah luas basal area suatu spesies
Dominansi suatu spesies =
Luas basal area
1 2
Basal area = ℼd
4
Dominansi suatu spesies
Dominansi relatif suatu spesies (DR) = x 100%
Dominansi seluruh spesies

Indeks Nilai Penting (semai) = KR + FR


Indeks Nilai Penting (pancang, tiang dan pohon) = KR + FR + DR
3.7.2 Tesktur
Sampel tanah dianalisis dengan metode sedimentasi dan pengendapan di
dalam tabung erlemeyer. Satu set tabung erlemeyer terdiri dari 3 buah tabung
dengan volume masing-masing 50 ml. Pada tabung I (pertama) dimasukkan
contoh tanah hingga mencapai ukuran 15 ml, kemudian ditambahkan larutan
pendispersi yaitu larutan NaOH 1N, dan kemudian ditambahkan sejumlah air
hingga mencapai ¾ volume tabung, lalu dikocok selama 5 menit, hingga sampel
tanah terdispersi [3 fraksi penyusun tanah (pasir, debu dan liat) terpisah satu
dengan yang lainnya]. Setelah itu tabung yang berisi supsensi tanah tersebut
dibiarkan mengedap selama 3 menit untuk mendapatkan jumlah pasir. Supsensi
yang mengandung debu dan liat dipindahkan ketabung II (dua), dan diendapkan
selama 30 menit untuk mendapatkan jumlah debu. Supsensi yang hanya
mengandung liat yang melayang-layang dipindahkan ke tabung III (tiga).
Kemudian dihitung persentase pasir, debu dan liat, untuk mengetahui kelas tekstur
digunakan segitiga tekstur USDA dengan memasukkan fraksi tanah yang telah
diperoleh (Sari 2019 Cit. Silamon et al, 2016). Untuk memperoleh persentase
pasir, debu dan liat menggunakan persamaan berikut:
Volume pasir
Persentase pasir = x 100 %
Volume awal tanah

Volume debu
Persentase debu = x 100 %
Volume awal tanah
Persentase liat = 100 % - % pasir - % debu
3.7.3 Struktur
Penetapan struktur dengan metode langsung melihat di lapangan dengan
berdasarkan acuan deskripsi tipe-tipe struktur tanah (Sari 2019 Cit. Hanafiah,
2013). Kedalaman pengambilan contoh tanah pada pengukuran ini adalah sedalam
0-5 cm, 5-15 cm dan 15-25 cm. Deskripsi tipe-tipe sktuktur tanah antara lain :
Table 3.2 Deskripsi tipe-tipe sktuktur tanah
Tipe struktur Deskripsi ped Lokasi horizon
1. Granuler Relatif tak poreus, kecil dan agak bulat, A
tidak terikat membentuk ped.
2. Remah =1 tetapi relatif poreus, antara ped tidak A
terikat.
3. Lempeng Bentuk struktur tanah jika sumbu E tanah hutan atau
(platy) vertikal struktur tanah lebih pendek dari Bt tanah liat Bt
sumbu horisontal.
4. Balok bersudut Seperti balok-balok yang terbentuk dari Bt
ikatan ped-ped yang sisi-sisinya ersudut
tajam. Ikatan antar ped ini sering putus
membentuk balok-balok kecil.
5. Balok persegi =4, tetapi ped-ped penyusun bersisi- Bt
sisi
6. Prismatik jika struktur tanah memiliki sumbu Bt
(prismatic) vertikal lebih panjang dari sumbu
horizontal dan sisi atas tidak
7. Tiang membulat.
(Columnar) jika struktur tanah memiliki sumbu
vertikal lebih panjang dari sumbu
horizontal dan sisi-sisi atas membulat
Sumber : Sari (2019) Cit Hanafiah (2013)

3.7.4 Warna
Penetapan warna tanah dengan metode langsung melihat di lapangan
dengan berdasarkan acuan skala warna kartu Munsell pada hue 2.5 YR tanah. Di
lampangan tanah diambil secukupnya (kira-kira 5 g) kemudian dicocokkan
dengan buku Munsell. Pengukuran warna tanah dilakukan pada kedalaman 0-5
cm, 5-15 cm dan 15-25 cm (Sari 2019 Cit. Hanafiah, 2013).

3.7.5 Kedalaman Lapisan Tanah


Nilai kedalaman tanah diketahui dengan menggali atau mengebor tanah
sampai dengan lapisan batuannya. Kedalam tanah dihitung dari permukaan tanah
sampai dengan lapisan batuan.
3.7.6 Bulk Density
Analisis bulk density tanah dengan metode Gravimetri (Sari 2019 Cit.
Azmul et al, 2018) yaitu :

BTK
BD=
Volume Tanah

100
BTK = x Berat tanah awal
100+ KA
Keterangan :
BD = Bulk Density (g/cm3 )
BTK = Berat tanah kering
KA = kadar air
Volume tanah =r2t
t = tinggi ring sampel (cm)
r = jari-jari (cm)
 = 3,14

Prosedur dalam pengukuran bulk density adalah sebagai berikut :

1. Sebanyak 30-50 g sampel tanah ditimbang pada cawan aluminium atau


porselen, kemudian sampel tanah dikeringkan dalam oven pada
suhu 105 C selama  1 hari.
2. Setelah diovenkan, sampel tanah tersebut dimasukkan ke dalam desikator
untuk didinginkan, kemudian timbang tanah beserta cawan sampelnya.
Selanjutnya keluarkan sample tanahnya lalu timbang cawan sampelnya.
3.7.7 Porositas
Sari 2019 Cit. Hanafiah (2013) menjelaskan porositas merupakan selisih
bobot tanah jenuh dengan bobot tanah kering oven. Pengukuran porositas
dilakukan dengan menggunakan metode ruang pori total dengan menggunakan
perbandingan antara kepadatan tanah (Bulk Density) dan Partikel Density (Agus
& Marwanto, 2006) :
Bulk Density
Porositas = (1- ¿ x 100 %
Berat jenis( Partikel Density)

MS
Berat Jenis =
V 2−V 1

Prosedur dalam pengukuran porositas tanah adalah sebagai berikut:


1. Gunakan sempel tanah dari pengukuran bulk density.
2. Isi gelas ukur besar dengan aquades sebanyak 30 ml (V1).
3. Tambahkan sebanyak 20 g (MS) contoh tanah halus yang telah kering oven dan
lolos ayakan 2 mm dengan menggunakan corong, aduk beberapa saat.
4. Sesudah 10 menit, baca volume suspensi air dan tanah (V2).
Table 3.3 Kelas Porositas Tanah

No Porositas Kelas
1. 100 Sangat poraus
2. 60-80 Poraus
3. 50-60 Baik
4. 40-50 Kurang baik
5. 30-40 Jelek
6. <30 Sangat jelek
Sumber:Sari 2019 Cit. Arsyad (2006)

3.7.8 Derajat Keasaman Tanah (pH Tanah)


Analisis pH Tanah dilakukan dengan metode langsung melihat di lapangan
dengan alat pH tester. Alat ini ditancampkan pada tanah yang akan diukur pHnya
kemudian lihat skala sampai berhenti berputar, selanjutnya baca nilai pH pada alat
tersebut. Skala bagian atas menunjukkan pH tanah sedangkan skala bagian bawah
menunjukkan kelembaban tanah. Kedalaman pengukuran ph tanah dalam
penelitian ini yaitu pada kedalaman 0-5 cm, 5-15 cm dan 15-25 cm (Sari, 2019)
3.7.9 C-organik Tanah
Analisis C-Organik dilakukan dengan metode Walkley and Black (Sari
2019 Cit. Eviati dan Sulaeman, 2009) yaitu ditimbang 0,500 g contoh tanah
ukuran < 0,5 mm, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan 5 ml
K2Cr2O7 1 N, lalu dikocok. Ditambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat. Panaskan campuran
di atas pemanas air selama 1,5 jam sambil digoyang-goyangkan setiap 30 menit.
Seteah pemanasan, diamkan selama 30 menit kemudian diencerkan dengan
aquades sampai tanda batas 100 ml, kocok dan biarkan semalam agar diperoleh
larutan yang jernih. Keesokan harinya, ambil larutan jernih tersebut dan masukkan
kedalam kurvet 1 cm, kemudian diukur absorbansi larutan jernih dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm. Sebagai pembanding dibuat
standar 0 dan 250 ppm, dengan memipet 0 dan 5 ml larutan standar 5.000 ppm ke
dalam labu ukur 100 ml dengan perlakuan yang sama dengan pengerjaan contoh
(bila pembacaan contoh melebihi standar tertinggi, ulangi penetapan dengan
menimbang contoh lebih sedikit. Ubah faktor dalam perhitungan sesuai berat
contoh yang ditimbang).
Kadar C-organik (%)
= ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 100/mg contoh x fk
= ppm kurva x 100/1.000 x 100/500 x fk
= ppm kurva x 10/500 x fk
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar
deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
100 = konversi ke %
Fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)
3.3.11 Populasi Cacing Tanah
Untuk cara pengambilan parameter populasi cacing tanah yaitu dengan
menggunakan metoda hand sorting, yaitu pada garis sepanjang 10 m dilakukan
pengambilan 5 titik sampel. Setiap titik sampel merupakan plot berukuran 25 x 25
cm dengan kedalaman 20 cm, untuk memudahkannya dibuatkan bingkai kayu
seukuran itu pada gambar berikut. Selanjutnya cacing tanah yang ada pada plot
tersebut dikumpulkan dan dihitung jumlahnya (Margolang, 2015). Untuk
menghitung populasi cacing tanah, dapat di hitung berdasarkan rumus berikut:

Jumlah cacingtanah
K=
Jumlah unit sampel

K = Kepadatan Populasi Cacing Tanah (indvidu/m2)

3.3.12 Analisis Keragaman ANOVA


Data analisis sifat fisika dan kimia tanah yang diperoleh kemudian
dianalisis/diolah secara statistik dengan menggunakan Analysis Of Variance
(ANOVA) dengan bantuan software SPSS 16 untuk menentukan keragamannya.
Tabel 3.4 Analisis Keragaman ANOVA (Hanafiah, 2011)
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F Hitung F Tabel
keragaman Bebas (df) Kuadran Tengah 5%
(JK) (KT)
A a-1 JK(A) KT(A) KT(A)/KTG
Galat ab(r-1) JKG KTG
Total br-1 JKT
Keterangan: a=jumlah faktor A, r=ulangan, JKP=Jumlah Kuadran Perlakuan,
JK(A)= Jumlah Kuadran A, JKT=Jumlah Kuadran Total,
KTP=Kuadrat Tengah Perlakuan, KTG=Kuadrat Tengah Galat
Apabila tipologi dominansi jenis tanaman berbeda nyata terhadap
karakteristik sifat fisika dan kimia tanah yang dianalisis maka selanjutnya
dilakukan uji lanjut dengan uji BNJ (untuk perlakuan >5) dengan rumus
KTG
BNJ=q a( p , v)
r √(Hanafiah, 2011).

Keterangan : BNJ = nilai Beda Nyata Jujur, r = jumlah ulangan, qα,p,v = table q, p
= jumlah perlakuan (BNJ), dan v = derajat bebas galat

Anda mungkin juga menyukai