Proposal Yufi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 59

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN DALAM

JARINGAN (DARING) DI MASA PANDEMI COVID-19

(STUDI KASUS DI SD NEGERI SUNTER AGUNG O7 PAGI


JAKARTA UTARA)

PROPOSAL PENELITIAN

NAMA : YUFI INDAH LESTARI


NPM : 1736020023

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2021

1
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN


(DARING) DI MASA PANDEMI COVID-19
(STUDI KASUS DI SD NEGERI SUNTER AGUNG O7 PAGI
JAKARTA UTARA)

NAMA : Yufi Indah Lestari


NPM : 1736020023

Pembimbing Tanda Tangan Tanggal


Hendra Wijayanto., S.Sos.,M.Si ..................... ....................
NIDN. 0302058901

Penguji 1 Tanda Tangan Tanggal


(Nama Penguji 1) ..................... ....................
NIDN.

Penguji 2 Tanda Tangan Tanggal


(Nama Penguji 2) ..................... ....................
NIDN.

Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas 17 Agustus 1945

Hendra Wijayanto., S.Sos.,M.Si


NIDN. 0302058901

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu faktor utama pembangunan dan
kualitas sumber daya manusia, dimana kualitas sumber daya manusia
sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan bidang
yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional, karena
pendidikan merupakan salah satu penentu kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan bahkan merupakan sarana paling efektif untuk meningkatkan
kualitas hidup dan derajat kesejahteraan masyarakat, serta dapat
mengantarkan bangsa menuju kemakmuran.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (1), pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Pendidikan juga dikonsepsikan sebagai proses penyiapan manusia sebagai
warga pendukung terwujudnya negara ideal. Pendidikan memiliki arti
penting, yaitu menempatkannya pada strata tertinggi manusia dimana
pendidikan menjadi barometer kemajauan dan peradaban. Kemajuan suatu
bangsa juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan bangsa tersebut. Dalam
melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan, harus sesuai dengan
tujuan pendidikan diantaranya yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan pendidikan, kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi tanpa menimbulkan kerusakan bagi kehidupan makhluk
lainnya. Pendidikan membawa pengaruh besar terhadap pengembangan
hidup setiap individu dan masyarakat melalui peningkatan kemampuan

3
intelektual, kemampuan-kemampuan emosi dalam menghadapi berbagai
hal, serta kemampuan-kemampuan motorik dalam menggiatkan dan
mengkoordinasikan gerakan individu. Pentingnya pendidikan bagi
masyarakat tergambar dari peranan yang dibawa dalam kegitan pendidikan
dalam kaitannya dengan perkembangan seseorang.
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan
diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem
terbuka dan multimakna. Tujuan Pendidikan Nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Menurut Suardi (dalam Hidayat, dkk 2019), mengemukakan bahwa tujuan
pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta
didik setelah diselengarakan kegigiatan pendidikan.
Saat ini dunia sedang menghadapi pandemi yang disebabkan oleh
virus bernama Corona Virus Diseases 2019 yang dikenal dengan istilah
Covid-19. Virus tersebut berasal dari Wuhan, China yang menyebar ke
seluruh penjuru dunia dengan cepat termasuk Indonesia. Penularan virus
tersebut juga cepat, dimana seseorang dapat tertular saat menghirup udara
yang mengandung virus jika orang tersebut berada terlalu dekat dengan
seseorang yang telah terinfeksi Covid-19. Penularan tersebut juga dapat
terjadi jika menyentuh permukaan yang terkontaminasi kemudian
menyentuh mata, hidung, atau mulut. Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada
hewan atau manusia. Pada manusia, beberapa corona virus dapat
menyebabkan infeksi pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit
yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrom (MERS) dan

4
Serve Acute Respiratory Syndrom (SARS) dan yang terbaru adalah
menyebabkan Covid-19.
Pandemi covid-19 ini telah membawa perubahan di segala aspek
kehidupan dimana pemerintah menganjurkan setiap warga untuk
melakukan segala jenis kegiatan dari rumah. Seperti bekerja, beribadah
dan belajar dari rumah. Hal tersebut dilakukan untuk menekan penyebaran
virus yang semakin meningkat setiap harinya. Pemerintah juga
mengeluarkan beberapa kebijakan seperti social and physical distancing,
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga pemberlakuan
pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang masih diterapkan sampai
saat ini. Pandemi yang terjadi saat ini berdampak pada ekonomi sebagian
besar masyarakat dimana banyak masyarakat yang kehilangan mata
pencaharian karena diberlakukannya pembatasan-pembatasan tersebut.
Dengan adanya pandemi Covid-19 ini, juga derdampak pada sektor
pendidikan dimana membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Deases-19. Untuk memperkuat surat edaran tersebut
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia juga
menerbitkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pembelajaran Dari Rumah Dalam Masa Darurat
Penyebaran Covid-19. Pandemi covid-19 yang terjadi saat ini, menuntut
pemerintah untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Salah
satu bentuk inovasi yang dibuat adalah dengan menerapkan pembelajaran
jarak jauh (PJJ) atau yang saat ini lebih dikenal dengan daring (dalam
jaringan).
Pemerintah menganjurkan untuk menutup kegiatan pembelajaran
tatap muka di sekolah dan menerapkan pembelajaran secara daring
(online) yang dilakukan dari rumah masing-masing agar dapat memutus
rantai penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut dikeluarkan agar kegiatan
pembelajaran tetap dapat berjalan mengingat pendidikan sangat penting

5
dalam kehidupan, walaupun kegiatan pembelajaran dilakukan secara
daring.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 15,
pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah
dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar
melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. Dalam
pelaksanaannya, pembelajaran jarak jauh ini terbagi menjadi dua yaitu
pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring) dan pembelajaran jarak
jauh luar jaringan (luring). Dalam pelaksanaan PJJ, satuan pendidikan
dapat memilih pendekatan baik berupa daring atau luring atau kombinasi
antara keduanya sesuai dengan karakteristik dan ketersediaan, sarana dan
prasarana. Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem
pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa
tetapi dilakukan melalui online menggunakan jaringan internet.
Perubahan sistem pendidikan yang semula dilakukan secara tatap
muka langsung dan diganti dengan pembelajaran daring menimbulkan
beberapa dampak, baik dampak positif maupun negatif. Keberhasilan
pembelajaran daring sangat dipengaruhi oleh kesiapan guru, siswa dan
juga orang tua. Dalam prosesnya, para guru diharuskan mampu untuk
menggunakan media pembelajaran online dan paham akan teknologi
informasi, dituntut untuk menyiapkan materi pembelajaran sebaik-baiknya
dengan menarik dan sekreatif mungkin agar peserta didik merasa nyaman
dan tidak mudah bosan dalam belajar. Disisi lain, para siswa juga harus
memiliki kesadaran dan kemandirian dalam belajar di tengah pandemi
covid-19 mengingat para guru tidak bisa memantau perkembangan belajar
siswa secara langsung. Sehingga peran orang tua juga dibutuhkan untuk
terlibat dalam proses pembelajaran daring tersebut untuk mendukung
proses belajar secara daring dan sebagai pendamping siswa dalam belajar
daring. Untuk melaksanakan pembelajaran secara daring, seluruh pihak
yang berperan dalam proses pembelajaran harus memiliki kesiapan seperti
jaringan internet dengan konektivitas yang memadai dan sarana
pendukung lain agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

6
SD Negeri Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara merupakan salah
satu sekolah yang telah melakukan kegiatan pembelajaran secara daring.
Pembelajaran daring di SD Negeri Sunter Agung 07 sudah dilaksanakan
sejak Maret 2020 dan pembelajaran daring dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. SD Negeri Sunter Agung 07 melewati serangkaian
tahapan sebelum pembelajaran daring tersebut benar-benar diterapkan.
Diantaranya sosialisasi yang dilakukan kepada kepala sekolah dan para
guru, pembinaan dari kepala sekolah kepada para guru dan sosialisasi yang
dilakukan kepada orang tua murid. Pembelajaran daring di SD Negeri
Sunter Agung 07 dilakukan melalui aplikasi zoom untuk penyampaian
materi dan aplikasi grup whatsapp sebagai media untuk berkomunikasi
seperti penyampaian tugas dan pengumpulan tugas.
Beberapa guru juga meminta murid untuk mengumpulkan tugas
secara langsung di sekolah. Untuk pengumpulan tugas yang dilakukan
secara langsung, setiap murid mengumpulkan tugas masing-masing
kepada koordinator kelas yang kemudian akan dikumpulkan kepada guru
pengampu. Selain zoom dan grup whatsapp, SD Negeri Sunter Agung 07
juga menggunakan Google Form yang digunakan oleh siswa untuk
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh masing-masing guru atau
sebagai media untuk mengerjakan penilaian tengah semester (PTS) dan
penilaian akhir semester (PAS).
SD Negeri Sunter Agung 07 juga menerapkan kunjungan secara
rutin terhadap siswa-siswa yang bermasalah atau mengalami kendala
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui kendala apa yang terjadi dan dihadapi oleh para siswa agar
dapat ditemukan solusi untuk penyelesaian masalah tersebut. Sehingga
proses pembelajaran daring dapat terus dilanjutkan dan terus ditingkatkan
agar memberikan kemudahan kepada seluruh siswa dan guru.
Selama proses pembelajaran daring diterapkan, ditemukan
beberapa permasalahan atau kendala yang dihadapi dan harus diselesaikan
dengan mencari alternatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Masalah atau kendala yang terjadi selama proses pembelajaran daring

7
diantaranya adalah belum semua siswa atau orang tua siswa memiliki alat
komunikasi untuk melakukan pembelajaran secara daring sehingga hal
tersebut akan menghambat proses pembelajaran. Kedua, orang tua siswa
harus lebih banyak menjelaskan tentang materi terkait kepada anak-
anaknya karena terkadang selama proses pembelajaran tidak semua siswa
memperhatikan penjelasan materi dari masing-masing guru. Selain itu,
sebagian dari guru juga mengirimkan materi dan tugas kepada orang tua
untuk disampaikan kepada siswa karena siswa yang masih belum paham
tentang penggunaan teknologi atau masih ada siswa yang belum memiliki
alat komunikasi sendiri. Maka, peran orang tua disini sangat penting dan
orang tua juga harus memiliki pengetahuan yang lebih terhadap materi
terkait agar siswa dapat lebih memahami tentang materi pembelajaran dan
tugas yang diberikan oleh masing-masing guru. Ketiga, pelaksanaan
pembelajaran daring terkendala oleh keterbatasan kuota internet. Dengan
pembelajaran yang dilakukan secara daring menggunakan media
komunikasi berbasis internet, penggunaan kuota internet juga sangat boros
karena digunakan untuk mengakses materi pembelajaran berupa rekaman
suara, foto, maupun video yang mengharuskan terhubung ke jaringan
internet.
Berdasakan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Implementasi Kebijakan Pembelajaran Dalam
Jaringan (Daring) Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Di SD Negeri
Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara).”

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana implementasi kebijakan pembelajaran daring selama
pandemi Covid-19 di SD Negeri Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara?
2. Apa saja faktor penghambat implementasi pembelajaran daring di SD
Negeri Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara?

8
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan bagaimana implementasi
kebijakan pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 di SD
Negeri Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara.
2. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan apa saja faktor penghambat
implementasi pembelajaran daring di SD Negeri Sunter Agung 07
Pagi, Jakarta Utara.

1.4 Manfaat Penelitian


Dengan penelitian ini diharakan dapat memberikan manfaat diantara lain :
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dalam Ilmu
Administrasi Publik. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat
menambah pemahaman tentang bagaimana suatu kebijakan dapat
diimplementasikan dengan baik dengan output yang sesuai dengan
tujuan dari kebijakan tersebut.
a. Manfaat Praktis
1) Bagi Peserta Didik
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan,
aktivitas dan hasil belajar yang maksimal bagi peserta didik
dalam semua mata pelajaran yang diberikan oleh guru di SD
Negeri Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara.
2) Bagi Guru
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan saran
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran daring selama masa pandemi covid-
19.
3) Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah
tentang pelaksanaan pembelajaran daring selama masa
pandemi, sehingga pelaksanaan pembelajaran daring dapat
terlaksana lebih baik lagi.

9
4) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
peneliti tentang impelementasi kebijakan dan wawasan tentang
penerapan motode pembelajaran daring.

1.5 Sistematika Penulisan


1. Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penlitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

2. Bab II : Kerangka Teori


Bab ini akan menguraikan penelitian terdahulu, teori-teori yang akan
digunakan oleh peneliti, dan kerangka berpikir.

3. Bab III : Metodologi Penelitian


Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian, sasaran penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, fokus penelitian, metode pengumpulan
data, metode analisis data, dan teknik keabsahan data.

4. Bab IV : Pembahasan
Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil
penelitian yang di dapat, dan pembahasan.

5. Bab V : Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dan saran yang diberikan oleh peneliti.

6. Daftar Pustaka
Pada daftar pustaka dilampirkan sumber-sumber tulisan berupa kutipan
dari artikel, jurnal, dan dokumen-dokumen lembaga yang berisikan
peraturan perundang-undangan.

10
7. Lampiran
Lampiran yang akan dicantumkan berisi tentang transkrip wawancara,
surat izin penelitian, transkrip observasi dan dokumentasi.

11
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang pembelajaran
daring yang digunakan sebagai rujukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
A. Skripsi karya “Ulfah Hamidatus Shofiah” yang berjudul “Penerapan
Metode Pembelajaran Daring Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
di MI Miftahul Huda” ini meneliti tentang penerapan metode
pembelajaran daring dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu
dengan menggunakan Whatsapp sebagai media yang digunakan untuk
menyampaikan materi pembelajaran. Sebelum pembelajaran
dilaksanakan, pendidik membuat perencanaan pembelajaran,
pembelajaran di MI Miftahul Huda mengacu pada Kurikulum K13 dan
silabus, dan RPP yang digunakan saat ini adalah RPP Daring. Peneliti
menggunakan kelas III yang berjumlah 20 siswa dengan 9 laki-laki dan
11 perempuan. Tata cara dalam pembelajaran daring tersebut adalah
managemen kelas, mata pelajaran, materi, pemberian tugas dan nilai.
Dalam penerapan metode pembelajaran daring ini, pembelajaran
dilakukan menggunakan media Whatsapp Group, kemudian tugas dna
materi dikirimkan melalui Whatsapp Group dengan cara peserta didik
mengirim tugas berupa pesan suara, video atau foto. Penelitian
merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi serta menggunakan uji
keabsahan data dengan triangulasi.
B. Skripsi karya “Muhadir” yang berjudul “ Analisis Keaktifan Belajar
Selama Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 di MIN 19
Aceh Selatan” ini menggunakan model analisis deskriptif kualitatif.
Menggunakan metode wawancara, observasi dan telaah data. Dengan
hasil yang diperoleh, bahwa proses pembelajaran daring di MIN 19
Aceh Selatan kurang aktif dalam pelaksanaannya. Hal tersebut terjadi
karena guru dan peserta didik tidak bisa mengoperasikan kegiatan

12
pembelajaran melalui daring. Bahkan hampir semua peserta didik tidak
bisa mengakses internet, koneksi internet yang tidak stabil juga
merupakan salah satu masalah mengapa pembelajaran daring di MIN
19 Aceh kurang aktif. Mengingat anak-anak pada daerah tersebut tidak
sama dengan anak-anak yang ada di kota yang sudah terbiasa
mengakses internet. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran daring
di MIN 19 Aceh hanya melalui tontonan televisi yang disarankan oleh
guru seperti menonton program edukasi di televisi.
C. Skripsi karya “Dewi Fatimah” dengan judul “Analisis Pelaksanaan
Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Dasar”
merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di kelas V SD Islam
Terpadu Ahmad Dahlan Jambi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran daring pada masa pandemi
covid-19 di kelas V A SD Islam Terpadu Ahmad Dahlan. Dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran daring di
SD Islam Terpadu Ahmad Dahlan sudah terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan pembelajaran daring dilakukan menggunakan Whatsapp
untuk berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tuanya, dan
Zoom untuk penyampaian materi pembelajaran. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru menggunakan video pembelajaran untuk
mempermudah peserta didik dalam memahami materi. Strategi yang
digunakan adalah memberikan waktu untuk diskusi dan tanya jawab
kepada peseta didik sebagai salah satu cara agar peserta didik dapat
berinteraksi dengan baik.
D. Skripsi karya “Eka Purwandani Mulyanti” dengan judul “Implementasi
Model Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) Pada Kegiatan
Pembelajaran Tematik di Masa Pandemi Covid-19 Kelas IV SD N 01
Jatisaba Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas” ini merupakan
penelitian dengan pendekatan kualitatif menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari wawancara, catatan lapangan,
catatan pribadi dan catatan resmi. Metode yang digunakan dalam
menganalisis penelitian ini adalah studi kasus. Hasil penelitian ini

13
menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran daring pada
kegiatan pembelajaran tematik dimasa pandemi covid-19 di kelas IV
SD N 01 Jatibasa Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas terdapat
tigas tahap yaitu tahap perencanaan pembelajaran dengan membuat
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran
dan pembelajaran yang akan disampaikan. Tahap kedua, tahap
pelaksanaan pembelajaran baik secara individu maupun kelompok.
Tahap ketiga adalah evaluasi pembelajaran oleh guru. Implementasi
pembelajaran daring pada kegiatan pembelajaran tematik dimasa
pandemi covid-19 di kelas IV SD N 01 Jatibasa Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas sudah cukup berjalan sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran walaupun masih terdapat hambatan selama
proses pembelajaran.
E. Skripsi karya “Ima Febrianti” dengan judul “Implementasi
Penggunaan Google Classroom Pada Pembelajaran Daring Masa
Pandemi Covid-19 di Kelas VI SD” bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana implementasi dalam penggunaan google classroom pada
pembelajaran daring masa pandemi covid-19 kelas VIE di SD Negeri
47/VI Kota Jambi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
implementasi penggunaan google classroom sangat membantu dalam
proses pembelajaran daring masa pandemi covid-19. Dengan
menggunakan google classroom, guru dapat memantau kegiatan
belajar siswa seperti absen, penjelasan materi dan pembagian tugas-
tugas yang diberikan. Perencanaan yang disusun guru adalah
menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKPD,
menyiapkan video pembelajaran dan tugas-tugas yang nantinya akan
diberikan. Media yang digunakan berupa video, gambar dan power
point (PPT).
F. Skripsi karya “Nafiah Damayanti” dengan judul “Pelaksanaan
Pembelajaran Daring Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Mata
Pelajaran IPS Pada Kelas VA di MI Asas Islam Kalibening Tahun
Ajaran 2019/2020” bertujuan untuk mengetahui standar pelaksanaan

14
pembelajaran daring terhadap kegiatan belajar mengajar dan untuk
mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
daring terhadap kegiatan belajar mengajar tersebut. Dalam
pelaksanaannya, banyak hal yang guru temukan dalam proses
pembelajaran. Seperti pelaksanaan pembelajaran yang dinilai masih
kurang efektif karena pembelajaran daring yang terburu-buru sehingga
guru masih menggunakan metode yang sama. Sedangkan faktor
penghambat pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran IPS pada
siswa kelas VA terbagi menjadi dua faktor internal yaitu faktor internal
yang berasal dari guru seperti ketepatan waktu siswa mengikuti dan
mengumpulkan tugas belum tepat dalam proses pengumpulannya.
Sehingga guru kesulitan dalam melakukan absensi. Kesulitan guru
dalam menyampaikan materi karena guru hanya memberikan arahan
dan memberi pemahaman ketika ada siswa yang belum paham.
Sedangkan faktor yang berasal dari siswa yaitu, siswa kurang
memahami materi yang dipelajari dan pengiriman tugas yang
terkadang tidak tepat waktu.
G. Jurnal yang berjudul “Analisis Aktivitas Pembelajaran Matematika
Pada Materi Pecahan Campuran Berbasis Daring (Melalui Aplikasi
Whatsapp) Dimasa Pandemi Covid-19 Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri
Pakujajar CBM” karya “Siti Patimah, Dyah Lyesmaya dan Luthfi
Hamdani Maulana” ini merupakan jurnal penelitian dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik quote sampling.
Instrumen yang diguanakan adalah penulis itu sendiri, pedoman
wawancara, lembar observasi dan dokumentasi. Dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam perencanaan aktivitas
pembelajaran matematika selama masa pandemi covid-19 di kelas 4
SD Negeri Pakujajar CBM, guru membuat RPP daring dengan
berpedoman pada sura edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 14 tahun 2019 yang di dalamnya memuat nilai-nilai karakter, dan
materi sesuai dengan yang dipelajari. Pembelajaran dilakukan dari
rumah melalui aplikasi whatsapp dengan membuat grup yang berisi

15
guru, orang tua dan murid. Dalam pelaksanaannya, dilakukan tiga
tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Guru hanya memberikan penjelasan dan tugas. Penilaian
dalam proses pembelajaran tersebut diambil dari penilaian sikap,
pengetahuan dan ketrampilan. Kesulitan guru dalam penilaian adalah
karena keterbatasan ruang.
H. Jurnal berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Daring Pada Masa
Pandemi Covid-19 di TK BIAS Yogyakarta” karya “Yuli Tri Andini
dan Melia Dwi Widayanti” ini merupakan jurnal penelitian dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan data yang diperoleh berasal
dari hasil observasi dan wawancara. Dengan hasil penelitian,
pembelajaran dilakukan secara full daring dengan menggunakan grup
whatsapp sebaga sarana komunikasi dan pembelajaran. Grup whatsapp
digunakan untuk mengirimkan data uraian bahan ajar seperti video
edukasi, membagikan link zoom, dan membagikan video pembelajaran
dimulai dari tahap persiapan. Kendala yang dihadapi selama proses
pembelajaran daring adalah para siswa yang tidak mengikuti
pembelajaran via zoom. Maka, untuk mengantisipasi pembelajaran
yang kurang optimal, setiap minggu masing-masing guru kelas
mempersiapkan lembar kerja anak yang sesuai dengan pembelajaran
pada minggu tersebut. Kemudian orang tua murid mengambil lembar
kerja tersebut untuk dikerjakan dirumah, hasil dari pekerjaan tersebut
harus dikirimkan ke masing-masing guru kelas. Tujuan adanya lembar
kerja tersebut adalah untuk menjadi salah satu alternatif bagi murid
yang saat itu tidak dapat mengikuti zoom maupun untuk memberikan
kegiatan tambahan di rumah. Proses assesment dan evaluasi
pembelajara dilakukan setiap minggu dengan mengamati respon dan
perilaku siswa selama dalam pembelajaran daring dan melakukan
home visit bagi siswa yang tidak dapat melakukan pembelajaran
daring.
I. Jurnal berjudul “Implementasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Covid-19” karya “Bagus Cahyanto, Masynta Magfirah, dan Nur

16
Hamidah” ini merupakan penelitian yang dilakukan di kelas III SD
Brawijaya Smart Schcool menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk
pengumpulan data. Dengan hasil yang diperoleh, pembelajaran
dilakukan menggunakan Microsoft Teams. Media youtube juga
digunakan untuk beberapa momen tertentu, penggunaan whatsapp
digunakan untuk penyampaian materi, penugasan dan penilaian.
J. Jurnal dengan judul “Model Pembelajaran Daring Sebagai Alternatif
Proses Kegiatan Belajar Pendidikan Jasmani di Tengah Pandemi
Covid-19” karya “Achmad Jayul dan Edi Irwanto” menggunakan
metode deskriptif, penelitian ini dilakukan dengan cara mencari
referensi hasil-hasil penelitian tentang pembelajaran daring dari jurnal
atau internet kemudian dideskripsikan dan disesuaikan dengan
pembelajaran pendidikan jasmani. Model pembelajaran daring dapat
diaplikasikan dalam pendidikan jasmani dengan metode portal
schoology dan vlog. Berdasarkan tiga aspek penilaian dalam
pendidikan jasmani (kognitif, afektif, psikomotor) dan dari hasil-hasil
penelitian serta metode-metode dalam pembelajaran daring, maka
model pembelajaran daring yang sesuai dan dapat digunakan dalam
pendidikan jasmani ialah model pembelajaran yang memiliki aplikasi
video. Dikarenakan tidak semua metode pembelajaran daring dapat
digunakan dalam proses pendidikan jasmani yang berkaitan dengan
aspek psikomotor (gerak) yang bersifat praktikum.
K. Jurnal internasional yang berjudul “COVID-19 and digitized
education: Analysis of online learning in Nigerian higher education”
karya “Peter Egielewa, Philipa O Idogho, Felix O Iyalomhe, Giuseppe
T Cirella”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa
tentang institusi pendidikan tinggi Nigeria yang menggunakan budaya
digital baru akibat adanya pandemi COVID-19 yaitu pembelajaran
online (e-learning). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan metode survei dan sampel sebanyak 1134 siswa Nigeria dari
tiga jenis institusi tinggi di Nigeria yaitu universitas, politeknik, dan

17
perguruan tinggi. Media yang digunakan selama pembelajaran online
adalah google classroom, whatsapp dan zoom. Dengan hasil penelitian
ditemukan bahwa siswa tidak puas dengan pembelajaran virtual yang
dilakukan oleh banyak institusi selama penguncian COVID-19 dan
tidak ingin pembelajaran online berlanjut setelah pandemi karena
infrastruktur internet yang buruk dan kurangnya listrik. Studi
menyimpulkan bahwa mahasiswa pendidikan tinggi di Nigeria
memiliki penerimaan yang rendah akibat pembelajaran online, dan
lebih memilih pengaturan kelas tradisional.
L. Penelitian lain yang berjudul “COVID-19 pandemic’s disruption on
university teaching and learning and competence cultivation: Student
evaluation of online learning experiences in Hong Kong” karya “Ka
Ho Mok, Weiyan Xiong and Hamzah Nor Bin Aedy Rahman” ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan survei
dari 1227 mahasiswa di Hong Kong untuk mengetahui bagaimana
bagaimana pengalaman siswa di lembaga pendidikan tinggi
menggunakan pembelajaran daring selama masa pandemi covid-19.
Dengan hasil yang diperoleh menyatakan bahwa mahasiswa merasa
tidak puas dengan pengalaman dan efek dari belajar online serta
pembelajaran online dianggap kurang efektif. Responden dengan
tingkat kemahiran teknologi informasi yang lebih tinggi merasa lebih
puas dengan pengalaman belajar online mereka secara keseluruhan.
Secara khusus, mereka yang berada di keluarga berpenghasilan tinggi
memiliki prevalensi yang sedikit lebih tinggi merasa puas dengan
pengalaman belajar online mereka dibandingkan dengan mereka yang
berasal dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki prevalensi
perasaan tidak puas yang sedikit lebih tinggi dengan pengalaman
belajar online mereka. Ternyata, pendemi berdampak pada fisik dan
psikis kesejahteraan tidak hanya siswa internasional/non-lokal tetapi
juga siswa lokal yang belajar di universitas Hong Kong.

Dari beberapa penelitian di atas, peneliti merangkumnya dalam tabel 2.1 di bawah
ini :

18
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
1 Ulfah Penerapan Kualitatif Penerapan Menggunakan Lokasi
Hamidatus Metode pembelajaran whatsapp grup penelitian dan
Shofiah Pembelajaran daring dilakukan sebagai media objek
(2020) Daring menggunakan untuk penelitian.
Dalam Mata whatsapp grup, mengumpulkan Enelitian
Pelajaran tugas dan materi tugas. berfokus pada
Bahasa dikirimkan Persamaan mata
Indonesia Di melalui whatsapp dalam metode pelajaran
MI Miftahul grup tersebut. penelitian, tertentu, tidak
Huda Tugas yang teknik meneliti
dikirimkan oleh pengumpulan tentang
peserta didik data dan teknik implementasi
dapat berupa keabsahan kebijakan.
pesan suara, data.
video maupun
foto.
2 Muhadir Analisis Kualitatif Proses Metode Lebih
(2021) Keaktifan pembelajaran penelitian yang berfokus pada
Belajar kurang aktif digunakan analisis
Selama karena guru dan sama, dan keaktifan
Pembelajaran peserta didik topik yang di belajar
Daring Pada tidak bisa teliti sama selama
Masa Covid- melaksanakan yaitu pandemi
19 Di MIN pembelajaran pembelajaran covid-19.
19 Aceh secara daring. daring pada Tidak
Selatan Hampir semua masa pandemi membahas
siswa tidak bisa covid-19. tentang
mengakses Menggunakan impleemntasi
internet karena teknik kebijakan.
mereka tidak pengumpulan tempat
terbiasa data dan teknik penelitian
menggunakan analisis data yang berbeda.
nya. Pelaksanaan yang sama.
pembelajaran
daring dilakukan
melalui tontonan
televisi yang
disarankan oleh
guru.
3 Dewi Analisis Kualitatif Pelaksanaan Penelitian Tidak
Fatimah Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di membahas
(2021) Pembelajaran daring di SD SD dengan implementasi
Daring Pada Islam Terpadu fokus kebijakan,
Masa Amal Dahlan penelitian yang tetapi analisis

19
Pandemi Kota Jambi sudah sama yaitu pelaksanaan
Covid-19 Di terlaksana dengan berfokus pada pembelajaran
Sekolah baik. Pelaksanaan pelaksanaan pada masa
Dasar pembelajaran nya pembelajaran papandemi
dilakukan daring yang covid-19.
menggunakan dilakukan oleh Sasaran
whatsapp untuk guru dan penelitian
berkomunikasi peserta didik. difokuskan
dan zoom untuk Menggunakan pada kelas V.
penyampaian media
materi whatsapp dan
pembelajaran. zoom.
Menggunaakn
metode
penelitian
kualitatif.
4 Eka Implementasi Kualitatif Terdapat tiga Sama-sama Lokasi
Purwandani Model tahapan dalam membahas penelitian,
(2021) Pembelajaran implementasi tentang penelitian
Dalam model implementasi difokuskan
Jaringan pembelajaran kebijakan pada mata
(Daring) daring di SD dengan metode pelajaran
Pada Negeri 01 penelitian yang tertentu dan
Kegiatan Jatisaba, yaitu sama. berfokus pada
Pembelajaran perencanaan Menggunakan siswa kelas
Tematik Di pembelajaran, studi kasus IV.
Masa pelaksanaan sebagai metode
Pandemi pembelajaran dan untuk
Covid-19 evaluasi menganalisis.
Kelas IV SD pembelajaran Menggunakan
Negeri 01 oleh guru. teknis
Jatisaba Dimana pengumpulan
Kecamatan implementasi data dan
Cilongok pembelejaran analisis data
Kabupaten daring sudah yang sama.
Banyumas cukup berjalan
sesuai dengan
langkah-langkah
pembelajaran,
meskipun masih
terdapat
hambatan selama
proses
pembelajaran.
5 Ima Implementasi Kualitatif Penggunaan Metode Penelitian
Febrianti Penggunaan google classrom penelitian yang berfokus pada
(2021) Google sangat membantu digunakan implementasi
Classroom dalam proses sama, yaitu penggunaan

20
Pada pembelajaran deskriptif media yang
Pembelajaran daring masa kualitatif. Dan dipakai
Daring Masa pandemi covid- objek selama proses
pandemi 19. Dengan penelitian yang pembelajaran
Covid-19 Di google classroom, sama, yaitu di daring.
Kelas IV SD guru dapat sekolah dasar. Penelitian
memantau Membahas difokuskan
kegiatan belajar tentang meneliti pada
siswa, sehingga implementasi kelas VI.
mempermudah kebijakan.
para guru. Media
yang digunakan
berupa video,
gambar dan slide
power point.
6 Nafiah Pelaksanaan Kualitatif Pelaksanaan Menggunakan Fokus dari
Damayanti Pembelajaran pembelajaran metode penelitian,
(2020) Daring dinilai kurang penelitian yang dimana
Terhadap efektif serta sama dan penelitian
Kegiatan terdapat faktor penelitian tersebut
Belajar penghambat yang sama-sama meneliti
Mengajar berasal dari guru meneliti tentang
Mata dan peserta didik. tentang realita
Pelajaran IPS Faktor pembelajaran pembelajaran
Pada Kelas penghambat daring. daring
VA Di MI tersebut antara Persamaan terhadap
Asas Islam lain, ketidak sumber data, kegiatan
Kalibening tepatan siswa teknik belajar
Tahun dalam pengumpulan mengajar
Pelajaran mengumpulkan data, teknik mata
2019/2020 tugas sehingga analisis data pelajaran IPS.
mempersulit guru dan keabsahan Fokus
dalam melakukan data. penelitian
absensi. Siswa pada kelas V
kurang dan tidak
memahami materi membahas
yang diberikan tentang
oleh guru. implementasi
Kesulitan guru kebijakan.
dalam
menyampaikan
materi karena
guru hanya
memberikan
arahan dan
memberi
penjelasan ketika
ada siswa yang

21
belum paham.

7 Siti Analisis Kualitatif Pembelajaran Menggunakan Berfokus


Patimah, Aktivitas dilakukan dari metode pada analisis
Dyah Pembelajaran rumah melalui penelitian yang aktivitas
Lyesmaya, Matematika aplikasi whatsapp sama dan objek pembelajaran
Luthfi Pada Materi dengan membuat penelitian yang mata
Hamdani Pecahan grup yang berisi sama yaitu di pelajaran
Maula campuran guru, orang tua sekolah dasar. tertentu
(2020) Berbasis dan murid. Dalam Topik dengan
Daring pelaksanaannya, penelitian yang penggunaan
(Melalui dilakukan tiga sama yaitu media
Aplikasi tahap pembelajaran tertentu yang
whatsapp) Di pembelajaran daring. dilakukan
Masa yaitu kegiatan selama proses
Pandemi awal, kegiatan pembelajaran.
Covid-19 inti dan kegiatan
Pada Siswa penutup. Guru
Kelas 4 SD hanya
Negeri memberikan
Pakujajar penjelasan dan
CBM tugas. Penilaian
dalam proses
pembelajaran
tersebut diambil
dari penilaian
sikap,
pengetahuan dan
ketrampilan.
8 Yuli Tri Pelaksanaan Kualitatif Pembelajaran Menggunakan Terletak pada
Andini, Pembelajaran dilakukan secara metode tempat
Melia Dwi daring Pada full daring penelitian yang penelitian,
Widayanti Masa dengan sama, dan dimana
(2020) Pandemi menggunakan topik penelitian ini
Covid-19 Di grup whatsapp penelitian yang menggunakan
TK Bias sebaga sarana dibahas yaitu TK sebagai
Yogyakarta komunikasi dan pembelajaran tempat
pembelajaran. daring pada penelitian
Grup whatsapp masa pandemi nya. Tidak
digunakan untuk covid-19. membahas
mengirimkan data tentang
uraian bahan ajar implementasi
seperti video kebijakan.
edukasi,
membagikan link
zoom, dan
membagikan
video

22
pembelajaran
dimulai dari tahap
persiapan.
9 Bagus Implementasi Kualitatif pembelajaran Menggunakan Lokasi
Cahyanto, Pembelajaran dilakukan metode penelitian,
Masynta Daring di menggunakan penelitian yang yaitu di SD
Magfirah, Masa Microsoft Teams. sama yaitu Brawijaya
dan Nur Pandemi Media youtube deskriptif Smart
Hamidah Covid-19 juga digunakan kualitatif. School.
(2021) untuk beberapa Membahas Penelitian
momen tertentu, tentang difokuskan
penggunaan implementasi pada siswa
whatsapp kebijakan. kelas III.
digunakan untuk
penyampaian
materi, penugasan
dan penilaian.
10 Achmad Model Deskriptif Model Topik Berfokus
Jayul, Edi Pembelajaran pembelajaran penelitian yang pada mata
Irwanto Daring daring dapat sama, yaitu pelajaran
(2020) Sebagai diaplikasikan pembelajaran tertentu, yaitu
Alternatif dalam pendidikan daring. pendidikan
Proses jasmani dengan jasmani.
Kegiatan metode portal Metode
Belajar schoology dan penelitian
Pendidikan vlog. model yang berbeda,
Jasmani di pembelajaran tidak
Tengah daring yang membahas
Pandemi sesuai dan dapat tentang
Covid-19 digunakan dalam implementasi
pendidikan kebijakan.
jasmani ialah
model
pembelajaran
yang memiliki
aplikasi video.
11 Peter COVID-19 Kuantitatif Siswa merasa Topik yang Metode
Egielewa, and digitized tidak puas dengan dibahas sama, penelitian
Philipa O education: pembelajaran yaitu yang
Idogho, Analysis of virtual yang pembelajaran digunakan,
Felix O online dilakukan oleh daring penelitian
Iyalomhe, learning in banyak institusi lebih
Giuseppe T Nigerian selama difokuskan
Cirella higher penguncian pada analisis
(2021) education COVID-19 dan sebuah
tidak ingin peristiwa.
pembelajaran Tidak
online berlanjut membahas

23
setelah pandemi tentang
karena implementasi
infrastruktur kebijakan.
internet yang
buruk dan
kurangnya listrik.
Studi
menyimpulkan
bahwa mahasiswa
pendidikan tinggi
di Nigeria
memiliki
penerimaan yang
rendah akibat
pembelajaran
online, dan lebih
memilih
pengaturan kelas
tradisional.
12 Ka Ho COVID-19 Kuantitatif mahasiswa Topik yang Penelitian
Mok, pandemic's merasa tidak puas dibahas, yaitu tersebut
Weiyan disruption on dengan pembelajaran menggunakan
Xiong and university pengalaman dan daring pendekatan
Hamzah teaching and efek dari belajar kuantitatif.
Nor Bin learning and online serta Tidak
Aedy competence pembelajaran membahas
Rahman cultivation: online dianggap tentang
(2021) Student kurang efektif. implementasi
evaluation of Pendemi juga kebijakan.
online berdampak pada penelitian
learning fisik dan psikis dilakukan di
experiences kesejahteraan universitas.
in Hong tidak hanya siswa
Kong internasional/non-
lokal tetapi juga
siswa lokal yang
belajar di
universitas Hong
Kong.

2.2 Administrasi Publik

Perkembangan ilmu administrasi negara dewasa ini,


menggambarakan perspektif yang cukup menggembirakan. Fenomena
menunjukan bahwa perkembangan ilmu administrasi negara telah
membawa perubahan (perkembangan) dalam tubuh birokrasi

24
pemerintahan. Berkembang dari model briokrasi klasik ke model
pemilihan kepentingan publik Bellone (dalam Banga, 2018).

Salah satu alasan terjadinya perubahan (perkembangan) ilmu


administrasi negara, antara lain di kemuakakan oleh pakar ilmu
administrasi Nisjar (dalam Banga, 2018) , bahwa pembaruan terhadap
bidang kaijan ilmu admnistrasi negara dilakukan karena dewasa ini
terjadi gelombang perubahan besar di segala bidang kehidupan
manusia yang mau tidak mau mempengaruhi dinamika administrasi
negara. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
terjadinya perubahan pola kehidupan masyarakat menjadi semakin
modern. Dengan demikian maka perubahan ilmu administrasi negara
banyak berkembang karena di pengaruhi oleh faktor-faktor seperti
berkembang teknologi, kehidupan manusia dan kemajuan ilmu.

Upaya-upaya para ahli untuk mengembangkan konsep baru


ilmu administrasi negara, mulai dirasakan pada akhir dasa warsa 70-
an, bahkan pada akhir tahun 1960 dan awal tahun 70-an, Dwight
Waldo membuat suatu kejutan yang sempat menggemparkan para
sarjana administrasi negara, melalui pemikirannya yang terkenal
dengan pernyataan bahwa (time of turbulence). Permasalahan ini
sebenarnya sudah di rasakan semenjak diadakannya suatu konfrensi
oleh masyarakat administrasi negara disponsori oleh American
academy of political and social science, tahun 1967 (Banga, 2018).

Perkembangan ilmu administrasi negara tidak bisa dipisahkan


dengan perkembangn masyarakat itu sendiri. Sebagian besar persoalan
administrasi bersumber dari persoalan-persoalan masyarakat, sebab
kajian ilmu administrasi adalah fenomena sosial. Oleh karena itu,
admnistrasi negara merupakan suatu sistem yang mampu menjawab
persoalan-persoalan masyarakat. Persoalan-persoalan masyarakat yang
dinamis sejalan dengan tuntutan perkembangan lingkungan,
menjadikan ilmu administrasi negara sebagai ilmu yang dinamis pula
(Banga, 2018).

25
Dalam administrasi Publik terdapat lima paradigma yang
mempengaruhi perkembangan Administrasi Publik (Toha, 2008) yaitu:

1. Paradigma dikotomi politik administrasi tahun 1900-1926


Pokok utama paradigma pertama ini terletak pada locus-nya, yakni
mempermasalahkan di mana seharusnya administrasi negara ini
berada. Menurut Goodnow (dalam Toha, 2008) pusat administrasi
negara terletak pada birokrasi pemerintahan. Walaupun organisasi
yudikatif dan legislatif mempunyai aktivitas administrasi dalam
jumlah yang tidak menentu, tetapi fungsi utama dan tanggung
jawab tetap menyampaikan kegiatan keinginan negara. Inisial
legitimasi yang berkonseptual mengenai locus ini memberikan
pusat pengertian atau definisi dari bidang administrasi.
2. Paradigma prinsip-prinsip administrasi 1927-1937
Puncak reputasi administrasi negara berada pada paradigma kedua.
Pada tahun 1930-an administrasi negara banyak mendapatkan
sumbangan yang berharga dari bidang ilmu lainnya seperti industri
dan pemerintahan. Maka dengan demikian, perkembangan ilmu
pengetahuan manajemen memberikan sebuah pengaruh yang besar
terhadap timbulnya prinsip-prinsip administrasi tersebut. itu
sebabnya locus dari paradigma kedua ini dapat dilihat dengan jelas
yaitu terletak pada esensi prinsip-prinsip tersebut.
3. Paradigma administrasi negara sebagai bagian dari ilmu politik
1950-1970
Pada paradigma selanjutnya yaitu membahas suatu usaha untuk
memperkuat kembali hubungan konseptual antara ilmu politik
dengan administrasi negara. Walaupun, resiko dari usaha ini yaitu
keharusan untuk merumuskan bidang ini paling sedikit dalam
hubungannya dengan focus keahliannya yang esensial.
4. Paradigma administrasi negara sebagai bagian ilmu administrasi
1956-1970
Dalam ilmu ini ada beberapa pembahasan mengenai teori
organisasi dan ilmu manajemen. Teori organisasi pada intinya

26
mendapat sumbangan pokok dai hasil kerja sarjana-sarjana
psikologi sosial, administrasi perusahaan, dan sosiologi.
5. Paradigma administrasi negara sebagai administrasi negara
Kebaharuan ditahap paradigma ke lima ini yaitu locus administrasi
negara tidak hanya pada ilmu murni administrasi negara, tetapi
juga pada teori organisasi. Pada dua setengah dekade terakhir
perhatian pada teori organisasi ditujukan terutama pada bagaimana
dan mengapa organisasi-organisasi itu bekerja, bagaimana dan
kenapa orang-orang berperilaku dalam organisasi demikian pula
bagaimana dan kenapa diambil keputusan-keputusan itu.

2.3 Pengertian Implementasi Kebijakan


2.3.1 Pengertian Implementasi

Implementasi merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan


mengikuti satu keputusan yang telah diterbitkan untuk mencapai sasaran
tertentu. Implementasi merupakan terjemahan dari kata “implementation”
berasal dari kata kerja “to implement”. Dalam kamus Webster (Wahab,
2017) istilah to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the
means for carrynng out (menyediakan sarana untuk melakukan seuatu), to
give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).
Implementasi merupakan suatu sarana untuk melakukan sesuatu yang
dapat menimbulkan dampak/akibat.

Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (dalam Wahab,2017),


menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa,
“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program
dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian
implementasi, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul
sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan publik yang mencakup
usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun menimbulkan
akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.”

27
Dapat disimpulkan bahwa, implementasi merupakan bagian dari
proses kebijakan publik dalam bentuk tindakan yang dilakukan oleh
indvidu atau kelompok dalam kepentingan publikuntuk mencapai tujuan
suatu kebijakan.

2.3.2 Pengertian Kebijakan

Kebijakan merupakan keputusan yang diambil untuk kepentingan


masyarakat luas. Anderson (dalam Wahab, 2017) menyatakan bahwa
kebijakan adalah suatu “purposive course of action or inaction undertaken
by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of concern”
(langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau
sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu
yang dihadapi).

Sedangkan menurut Carl Friedric (dalam Wahab, 2017)


menyatakan bahwa kebijakan adalah serangkaian keputusan atau tindakan-
tindakan sebagai akibat dari interaksi terstruktur dan berulang diantara
berbagai aktor, baik pemerintah maupun swasta yang terlibat dalam
merespon, mengidentifikasi, dan memecahkan suatu masalah yang secara
politis didefinisikan sebagai masalah publik.

Selanjutnya, Soenarko mengutip pendapat Woyowasito dan


Purwodarminto (dalam Hayat, 2019), menjelaskan bahwa kebijakan
menunjukan adanya kemampuan atau kualitas yang dimiliki seseorang
dalam kedaannya yang learned (terpelajar), prident (baik), dan
experientced (berpengalaman), yang berarti bahwa kebijakan adalah skill
(keterampilan), ability (kemampuan), capability (kecakapan), dan insight
(kemampuan untuk memahami sesuatu).

Dari uraian diatas, dapat disimpukan bahwa kebijakan merupakan


keputusan-keputusan yang dilakukan oleh pejabat publik yang memiliki
kewenangan untuk kepentingan publik dalam memecahkan suatu masalah.

28
2.3.3 Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan secara sederhana dapat diartikan sebagai
proses menerjemahkan peraturan ke dalam bentuk tindakan. Dalam
praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu
kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis karena wujudnya
intervensi berbagai kepentingan. Pengukuran keberhasilan suatu
implementasi kebijakan dapat dilihat dari prosesnya dengan
mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah
ditentukan, yaitu melihat pada action program dari individual projects dan
yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai. Implementasi
kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan
struktur kebijakan karena melalui prosedur inilah suatu masalah publik
dapat diselesaikan atau tidak (Agustino, 2019).
Implementasi kebijakan merupakan proses lebih lanjut dari tahap
formulasi kebijakan. Pada tahap formulasi diterapkan strategi dan tujuan
kebijakan, sedangkan tindakan untuk mencapai tujuan diselenggarakan
pada tahap implementasi kebijakan. Implementasi adalah seperangkat
kegiatan yang dilakukan yang mengikuti satu keputusan yang telah
diterbitkan. Guna merealisasikan pencapaian sasaran itu, diperlukan
serangkaian aktivitas (Syahruddin, 2019). Maka dapat disimpulkan bahwa
implementasi merupakan operasionalisasi dari berbagai aktivitas untuk
mencapai suatu sasaran tertentu.
Edward III (dalam Syahruddin, 2019) menyatakan bahwa
implementasi kebijakan merupakan tahap pembuatan kebijakan antara
pembentukan kebijakan dan konsekuensi atau akibat dari kebijakan pada
kelompok sasaran yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat
untuk mengurangi masalah yang merupakan sasaran kebijakan, maka
kebijakan tersebut mungkin akan mengalami kegagalan meskipun
kebijakan tersebut diimplementasikan dengan sangat baik, bahkan
kebijakan yang cemerlang jika diimplementasikan dengan kurang baik,
cenderung akan mengalami kegagalan untuk mencapai tujuan. Ketika
suatu kebijakan diimplementasikan dengan baik dan semaksimal mungkin,

29
maka tidak menutup kemungkinan bahwa kebijakan tersebut akan berhasil
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Edward III (dalam Purwanto dan Sulistyastusi, 2015),
mengungkapkan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi atau
perilaku, dan struktur birokrasi. Sedangkan, kegagalan implementasi
kebijakan dapat disebabkan oleh pelaksanaan yang kurang baik (bad
execution), kebijakannya sendiri yang memang jelek (bad policy), dan
kebijakan yang bernasib jelek (bad luck). Dengan permasalahan kegagalan
tersebut, maka Edward III (1980) melihat bahwa struktur birokrasi
mempunyai dampak atas implementasi kebijakan dalam arti bahwa
penerapan kebijakan tidak akan berhasil jika terdapat kekurangan dalam
struktur birokrasi tersebut. Dengan demikian, Edward III (1980) lebih
memfokuskan perhatian terhadap dua karakteristik birokrasi yang umum
yaitu penggunaan sikap dan prosedur ang rutin serta fragmentasi dalam
pertanggung jawaban diantara berbagai unit organisasi.
Grindle dan Winarno (dalam Syahruddin, 2019) juga memberikan
pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan bahwa secara
umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan (linkage) yang
memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak
dari suatu kegiatan pemerintah. Maka, tugas implementasi mencakup
terbentuknya “A police delivery system” di mana sarana-sarana tertentu
dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan yang
diinginkan. Keterkaitan antara tujuan-tujuan dalam implementasi
merupakan faktor agar suatu implementasi dapat mencapai keberhasilan
sesuai dengan yang diharapkan.
Selanjutnya, Van Meter dan Van Horn (dalam Syahruddin, 2019)
membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah
maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-
tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan

30
besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan keputusan kebijakan. maka
dapat disimpulkan bahwa pembatasan dari implementasi kebijakan
tersebut adalah berupa tindakan-tindakan berupa usaha-usaha guna
mencapai perubahan baik besar maupun kecil yang ditetapkan oleh
keputusan-keputusan dari kebijakan.
Ripley dan Franklin (dalam Rulinawaty Kasmad, 2018)
mengatakan bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-
undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan,
keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible
output). Istilah implementasi merujuk pada sejumlah kegiatan yang
mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-
hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Implementasi
mencakup tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan) oleh berbagai
aktor khusunya para birokrat yang dimaksudkan untuk membuat program
berjalan.
”In order to understand what occurs when a policy is being
implemented, it is necessary to explore the related stages of the policy
process. The policy process is complex. Implementation is but one part of
this process and is related and interdependent with the other parts.
Implementation cannot be considered without reference to these other
parts. In that case, one will obtain only a limited undrstanding. Thus, a
conceptual reaucracoverview of the entire policy process within the
bureaucracy is required.” (Q. Khan, 1987)
(Untuk memahami apa yang terjadi ketika suatu kebijakan
diimplementasikan, perlu ditelusuri tahapan-tahapan terkait dari proses
kebijakan tersebut. Proses kebijakan itu rumit. Implementasi hanyalah
salah satu bagian dari proses ini terkait dan saling bergantung dengan
bagian lain. Implementasi tidak dapat dipertimbangkan tanpa mengacu
pada bagian lain. Dalam hal ini, seseorang hanya akan memperoleh
pemahaman yang terbatas. Oleh karena itu, diperlukan suatu tinjauan
ulang konseptual dari keseluruhan proses kebijakan di dalam birokrasi).

31
2.4 Faktor Penghambat Implmentasi Kebijakan
Implementasi kebijakan mempunyai berbagai hambatan yang
mempengaruhi pelaksanaan suatu kebijakan publik. Menurut Gow dan
Morss (dalam Pasolong 2010) dalam bukunya yang berjudul
“Reformasi Pelayanan Publik (Teori, Kebijakan dan Implementasi)”
mengungkapkan hambatan-hambatan tersebut antara lain:
1. Hambatan politik, ekonomi dan lingkungan;
2. Kelemahan institusi;
3. Ketidakmampuan SDM dibidang teknis dan administratif;
4. Kekurangan dalam bantuan teknis;
5. Kurangnya desentralisasi dan partisipasi;
6. Pengaturan waktu (timing);
7. Sistem informasi yang kurang mendukung;
8. Perbedaan agenda tujuan antar aktor; dan
9. Dukungan yang berkesinambungan.

Semua hambatan tersebut dapat dengan mudah dibedakan atas


hambatan dari dalam (faktor internal) dan dari luar (faktor eksternal).
Pasolong (2010) dalam bukunya yang berjudul “Reformasi Pelayanan
Publik (Teori, Kebijakan dan Implementasi)”, hambatan dari dalam atau
yang sering disebut dengan faktor internal dapat dilihat dari ketersediaan
dan kualitas input yang digunakan seperti sumber daya manusia, dana,
struktur organisasi, informasi, sarana dan fasilitas yang dimiliki, serta
aturan-aturan, sistem dan prosedur yang harus digunakan. Sedangkan
hambatan dari luar atau sering disebut sebagai faktor eksternal dapat
dibedakan atas semua kekuatan yang berpengaruh langsung ataupun
tidak langsung kepada proses implementasi kebijakan pemerintah,
kelompok sasaran, kecenderungan ekonomi, politik, kondisi sosial
budaya dan sebagainya.

Menurut Sunggono (2004) dalam bukunya yang berjudul “Hukum


dan Kebijakan Publik” implementasi kebijakan mempunyai beberapa
faktor penghambat, yaitu:

32
1. Isi kebijakan
Pertama, implementasi kebijakan gagal karena masih samarnya
isi kebijakan, maksudnya apa yang menjadi tujuan tidak cukup
terperinci, sarana-sarana dan penerapan prioritas, atau program-
program kebijakan terlalu umum atau sama sekali tidak ada.
Kedua, kurangnya ketetapan intern maupun ekstern dari
kebijakan yang akan dilaksanakan. Ketiga, kebijakan yang akan
diimplementasiakan dapat juga menunjukkan adanya kekurangan-
kekurangan yang sangat berarti. Keempat, penyebab lain dari
timbulnya kegagalkekurangan-kekurangan yang menyangkut
sumber daya-sumber daya pembantu, misalnya yang menyangkut
waktu, biaya/dana dan tenaga manusia.
2. Informasi
Implementasi kebijakan publik mengasumsikan bahwa para
pemegang peran yang terlibat langsung mempunyai informasi
yang perlu atau sangat berkaitan untuk dapat memainkan
perannya dengan baik. Informasi ini justru tidak ada, misalnya
akibat adanya gangguan komunikasi.
3. Dukungan
Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada
pengimlementasiannya tidak cukup dukungan untuk pelaksanaan
kebijakan tersebut.
4. Pembagian potensi
Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi
suatu kebijakan publik juga ditentukan aspek pembagian potensi
diantara para pelaku yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal
ini berkaitan dengan diferensiasi tugas dan wewenang organisasi
pelaksana.Struktur organisasi pelaksanaan dapat menimbulkan
masalah-masalah apabila pembagian wewenang dan tanggung
jawab kurang disesuaikan dengan pembagian tugas atau ditandai
oleh adanya pembatasan-pembatasanyang kurang jelas.

33
Menurut James Anderson yang dikutip oleh Bambang
Sunggono, faktor-faktor yang menyebabkan anggota masyarakat tidak
mematuhi dan melaksanakan suatu kebijakan publik, yaitu :

a. Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum, dimana


terdapat beberapa peraturan perundang-undangan atau kebijakan
publik yang bersifat kurang mengikat individu-individu.
b. Karena anggota masyarakat dalam suatu kelompok atau
perkumpulan dimana mereka mempunyai gagasan atau pemikiran
yang tidak sesuai atau bertentangan dengaan peraturan hukum dan
keinginan pemerintah.
c. Adanya keinginan untuk mencari keuntungan dengan cepat diantara
anggota masyarakat yang mencenderungkan orang bertindak
dengan menipu atau dengan jalan melawan hukum.
d. Adanya ketidakpastian hukum atau ketidakjelasan “ukuran”
kebijakan yang mungkin saling bertentangan satu sama lain, yang
dapat menjadi sumber ketidak patuhan orang pada hukum atau
kebijakan publik.
e. Apabila suatu kebijakan ditentang secara tajam (bertentangan)
dengan sistem nilai yang dianut masyarakat secara luas atau
kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat.

Suatu kebijakan publik akan menjadi efektif apabila


dilaksanakan dan mempunyai manfaat positif bagi anggota-anggota
masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia sebagai
anggota masyarakat harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
pemerintah atau Negara. Sehingga apabila perilaku atau perbuatan
mereka tidak sesuai dengan keinginan pemerintah atau Negara, maka
suatu kebijakan publik tidaklah efektif.

2.5 Indikator Implementasi Kebijakan

Model implementasi kebijakan yang digunakan peneliti adalah


implementasi kebijakan model George C. Edward III. Model implementasi

34
kebijakan ini berperspektif top-down dan diberi nama dengan istilah direct
and indirect impact on implementation oleh George C. Edward III. Dalam
pendekatan ini, terdapat empat variabel yang sangat menentukan
keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu komunikasi, sumber daya,
disposisi, dan struktur birokrasi.

A. Komunikasi
Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
implementasi kebijakan publik. Komunikasi diperlukan agar para
pembuat keputusan dan para implementator semakin konsisten dalam
melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam
masyarakat. Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam
mengukur keberhasilan variabel komunikasi, diantaranya adalah :
1. Transmisi, penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu implementasi yang baik pula.
2. Kejelasan, komunikasi yang diterima oleh para pelaksana
kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak ambigu).
3. Konsistensi, perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu
komunikasi haruslah konsisten (untuk diterapkan dan dijalankan).
B. Sumber Daya
Sumber daya juga merupakan hal penting lainnya yang dapat
mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Terdapat
empat indikator dalam variabel sumber daya, diantaranya yaitu :
1. Staf, sumber daya manusia (SDM) merupakan sumber daya utama
dalam implementasi kebijakan. Salah satu alasan kegagalan dalam
implementasi kebijakan adalah staf yang tidak mencukupi,
memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya.
2. Informasi, di dalam implementasi kebijakan terdapat dua bentuk
informasi yaitu : (i) informasi yang berhubungan dengan cara
melaksanakan kebijakan. (ii) informasi mengenai data kepatuhan
dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah
yang telah ditetapkan.

35
3. Wewenang, kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi yang
bersifat formal bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan
yang ditetapkan secara politik.
4. Fasilitas, fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam
implementasi kebijakan.
C. Disposisi
Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana
kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan
tetapi juga memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga
dalam praktiknya tidak terjadi bias. Hal-hal penting yang harus
diperhatikan dalam variabel disposisi adalah :
1. Efek disposisi, disposisi atau sikap para pelaksana akan
menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap
impelementasi kebijakan bila anggota yang ada tidak
melaksanakan kebijakan-kebijakan yang dinginkan oleh pejabat-
pejabat tinggi.
2. Melakukan pengaturan birokrasi (staffing the bureaucracy) : dalam
konteks ini Edward III mensyaratkan bahwa impelementasi
kebijakan harus dilihat juga dalam hal pengaturan birokrasi.
3. Insentif, pada umumnya orang bertindak menurut kepentingan
mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat
kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan.
Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin
akan menjadi pendorong yang membuat para pelaksana kebijakan
melaksanakan perintah dengan baik.
D. Struktur Birokrasi
Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung
kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan
koordinasi dengan baik. Terdapat dua karakteristik dalam struktur
birokrasi yaitu membuat standar operating procedurs (SOPs) dan
melaksanakan fragmentasi.

36
1. Membuat standar operating procedures (SOPs) yang lebih
fleksibel.
2. Melaksanakan fragmentasi, bertjuan untuk menyebar tanggung
jawab berbagai aktivitas, kegiatan atau program pada beberapa unit
kerja yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Alasan peneliti menggunakan teori George C. Edward III dalam


penelitian karena keempat indikator tersebut memiliki korelasi terhadap
penelitian ini. Dimana dalam mengimplementasikan kebijakan
pembelajaran daring dibutuhkan komunikasi yang baik agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam prosesnya, kemudian dibutuhkan sumber daya
yang kompeten dan memadai dalam implementasi kebijakan tersebut,
disposisi sebagai cara atau strategi dalam pengimplementasiannya serta
struktur birokrasi yaitu SD Negeri Sunter Agung 07 Pagi sebagai
pelaksana kebijakan pembelajaran daring.

Indikator keberhasilan implementasi kebijakan menurut George C.


Edward III adalah komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur
birokrasi. Variabel pertama adalah komunikasi, dimana komunikasi sangat
diperlukan dan berperang penting. Implementasi pembelajaran daring
memerlukan komunikasi yang baik antara kepala sekolah dengan guru,
guru dengan guru, guru dengan siswa, serta guru, siswa dengan orang tua.
Harus ada kesesuaian informasi agar tidak terjadi kesalah pahaman selama
proses pembelajaran berlangsung.

Selanjutnya adalah sumber daya, sumber daya disini meliputi


segala sesuatu yang digunakan sebagai pendukung proses pembelajaran
daring. Seperti, guru sebagai sumber daya utama dalam implementasi
pembelajaran daring. Dibutuhkan guru yang kompeten dan paham akan
teknologi untuk memudahkan proses pembelajaran daring. Yang kedua
adalah informasi, berupa informasi tentang tata cara pembelajaran daring
dilaksanakan dimulai dari tahap perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan, dan
evaluasi. Yang ketiga adalah wewenang, dibutuhkan kewenangan yang
bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan. Yang terakhir adalah

37
fasilitas, yaitu alat komunikasi seperti handphone dan laptop yang
digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran daring.

Yang ketiga adalah disposisi atau sikap dari pelaksana, yang


dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan dari pelaksana kebijakan.
dalam implementasi pembelajaran daring, kemampuan dari para guru
sangan dibutuhkan. Guru harus memiliki kemampuan seperti membuat
kelas menjadi lebih menarik walaupun dilaksanakan secara daring,
membuat materi yang mudah dipahami oleh siswa dan guru harus pandai
dalam menilai dan melihat situasi kelas.

Variabel yang terakhir adalah struktur birokrasi atau organisasi


pelaksana kebijakan, dalam penelitian ini adalah SD Negeri Sunter Agung
07. Sebagai pelaksana kebijakan, SD Negeri 07 harus dapat mendukung
kebijakan yang telah diputuskan dengan melakukan koordinasi dengan
baik. Yaitu dengan membuat standar operating procedures (SOPs) yang
lebih fleksibel.

2.6 Pengertian Pembelajaran Daring


2.6.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sesuai dengan
rancangan yang telah diatur untuk menumbuhkan dan mendorong peserta
didik dalam belajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu proses belajar peserta didik yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk
memengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang
internal (Pratiwi dkk, 2018). Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Selanjutnya, Sagala (dalam Fatimah, 2021)
mengatakan bahwa pembelajaran adalah mengajarkan siswa menggunakan
prinsip-prinsip pendidikan dan teori-teori belajar yang merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan.

38
Menurut Budimansyah (dalam Haryati, 2017) mengemukakan
bahwa pembelajaran sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau
perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat pengalaman atau
pelatihan. Jika perubahan hanya berlangsung sekejap dan kemuadian
kembali ke keadaan semula, maka kegiatan tersebut belum dapat dikatakan
sebagai pembelajaran meskipun terjadi pengajaran. Dari uraian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai
pembelajaran ketika pembelajaran tersebut dapat membawa perubahan
kepada peserta didik dan perubahan tersebut bersifat permanen.

Selanjutnya menurut Pohan (2020), pembelajaran merupakan


membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar yang merupakan penentu keberhasilan dalam
pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah ang
dilakukan antara pendidik dan peserta didik, dimana pendidik mengajar
dan peserta didik belajar.

Dari beberapa pemaparan di atas mengenai pembelajaran, dapat


disimpulkan bahwa, pembelajaran merupakan suatu proses yang di
dalamnya terdapat interaski antara pendidik dan peserta didik dalam
proses belajar yang diatur dalam sebuah peraturan menggunakan asas
pendidikan agar dapat mencapai keberhasilan pendidikan. Agar
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, diperlukan tahapan dalam
pembelajaran. Terdapat tiga fase dalam tahapan pembelajaran, yaitu
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran.

2.6.2 Pengertian Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring lebih dikenal sebagai pembelajaran online


(online learning) oleh masyarakat dan dalam bidang akademik.
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan antara
pendidik dan peserta didik menggunakan media telekomunikasi dengan
jaringan internet yang dilakukan secara jarak jauh. Menurut Bilfaqih &

39
Qomarudin (dalam Fatimah, 2021) menyatakan bahwa, pembelajaran
daring merupakan program pelaksana kelas belajar untuk mencapai
kelompok yang kuat dan luas melalui jaringan internet dengan jumlah
peserta yang tidak terbatas, pembelajaran dapat dilaksanakan secara gratis
maupun berbayar. Menurut Moore dkk (dalam Fatimah, 2021),
pembelajaran daring adalah pembelajaran yang memanfaatkan jaringan
internet dengan aksesibilitas, fleksibilitas, konektivitas, dan kemampuan
untuk menciptakan beragam jenis interaksi pembelajaran.

Pohan (dalam Febrianti, 2020) menjelaskan bahwa pembelajaran


daring lebih dikenal di kalangan masyarakat sebagai pembelajaran online,
dimana pembelajaran dilaksanakan di dalam lingkup jaringan sehinggan
pendidik dan peserta didik tidak bisa bertatap muka secara langsung.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada Surat
Edaran No 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam
masa darurat pandemi covid-19, menjelaskan bahwa pembelajaran daring
dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
siswa.

Dikutip dari Singh & Thurman (dalam Shivangi Dhawan, 2020),


Online learning is defined as “learning experiences in synchronous or
asynchronous environments using different devices (e.g., mobile phones,
laptops, etc.) with internet access. In these environments, students can be
anywhere (independent) to learn and interact with instructors and other
students”. (Pembelajaran online didefinisikan sebagai “pengalaman
belajar di lingkungan sinkron atau asinkron menggunakan perangkat yang
berbeda (seperti telepon seluler, laptop, dll) dengan akses internet. Dalam
lingkungan ini, siswa dapat berada di mana saja (mandiri) untuk belajar
dan berinteraksi dengan instruktur dan siswa lain”).

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring


merupakan pembelajaran jarak jauh antara pendidik dan peserta didik
menggunakan alat komunikasi tanpa bertatap muka secara langsung
dengan dukungan jaringan internet. Pembelajaran daring juga dapat

40
membuat peserta didik belajar menggunakan aplikasi online sehingga
kemandirian peserta didik dapat ditingkatkan.

2.6.3 Manfaat Pembelajaran Daring

Dengan adanya teknologi dalam dunia pendidikan, akan sangat


bermanfaat untuk mencapai efisiensi proses pembelajaran daring. Manfaat
tersebut diantaranya : efisiensi waktu belajar, kemudahan dalam
mengakses sumber belajar dan materi pembelajaran. Manfaat
pembelajaran daring menurut Pohan (dalam Febrianti, 2020) adalah
mampu membuat peserta didik lebih tertantang dengan hal-hal baru yang
mereka baru ketahui, melalui teknik interaksi dalam pembelajaran,
penggunaan media pembelajaran yang beraneka ragam. Sehingga secara
tidak langsung peserta didik dapat mempelajari materi ajar dengan cara
mandiri.

Selanjutnya menurut Pohan (2020), juga mengemukakan bahwa


manfaat dari adanya pembelajaran daring diantaranya :

a. Dapat membangun komunikasi dan diskusi yang efisien antara guru


dan murid,
b. Siswa saling berinteraksi dan berdiskusi antara siswa yang satu dengan
yang lainnya tanpa melalui guru,
c. Dapat mempermudah interaksi antara siswa, guru, dan orang tua,
d. Saran yang tepat untuk digunakan ketika ujian maupun kuis,
e. Mempermudah guru dalam memberikan materi kepada siswa berupa
gambar dan video serta mepermudah siswa untuk mengunduh bahan
ajar tersebut,
f. Mempermudah guru dalam membuat soal dan materi dimana saja dan
kapan saja.

2.7 Pandemi Covid-19


World Health Organization (WHO) menetapkan tentang virus
corona atau yang biasa disebut dengan Covid-19 yang menjadi

41
pandemi karena virus ini telah menyebar ke berbagai negara bahkan
sudah mendunia. WHO mengartikan pandemi sebagai suatu kondisi
populasi pada dunia dan berpotensi menjadikan jatuh dan sakit.
Pandemi sendiri adalah wabah yang berjangkit secara bersamaan
dimana-mana yang menyebar luas. Pandemi Covid-19 ini juga
berdampak dari berbagai sektor kehidupan seperti ekonomi, sosial dan
juga pendidikan. Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Educational, Scientific, and
Cultural Organization (UNESCO) pada hari kamis 5 maret 2020
menyatakan bahwa wabah Covid-19 ini telah berdampak pada dunia
pendidikan (Hendra Irawan, 2020).
Di Indonesia, adanya pandemi covid-19 juga berdampak pada
dunia pendidikan. Dampak yang dirasakan oleh peserta didik di
instansi penyelenggara pelayanan pendidikan seperti sekolah di semua
tingkatan yatitu formal, non formal bahkan sampai ke perguruan
tinggi. Agar dapat memutus rantai penyebaran covid-19 tetapi kegiatan
pembelajran tetap dilaksanakan, pemerintah mengeluarkan kebijakan
pembelajaran daring yang dilakukan dari rumah masing-masing.
Kegiatan pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka
langsung, berubah menjadi kegiatan belajar secara daring (online).
Dengan diberlakukannya pembelajaran daring pada instansi
pendidikan diharapkan dapat memudahkan guru dan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia
biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu
biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang
ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan
Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute

42
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).
Seperti penyakit pernapasan lainnya, COVID-19 dapat
menyebabkan gejala ringan termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk,
dan demam. Sekitar 80% kasus dapat pulih tanpa perlu perawatan
khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang mungkin akan menderita sakit
yang parah, seperti disertai pneumonia atau kesulitan bernafas, yang
biasanya muncul secara bertahap. Walaupun angka kematian penyakit
ini masih rendah (sekitar 3%), namun bagi orang yang berusia lanjut,
dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya
(seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung), mereka
biasanya lebih rentan untuk menjadi sakit parah. Melihat
perkembangan hingga saat ini, lebih dari 50% kasus konfirmasi telah
dinyatakan membaik, dan angka kesembuhan akan terus meningkat.
Dalam masa pandemi seperti ini banyak bidang yang
merasakan dampaknya, termasuk pada bidang pendidikan. Bidang
pendidikan mengalami kesulitan dalam pembelajaran yang harus
dilakukan dalam setiap harinya, pembelajaran tetap berlangsung
dengan pemanfaatan internet yang ada pada saat sekarang ini.
Beberapa dampak yang dirasakan dalam pendidikan menurut
Hidayatullah (2020) ialah :
a. Keterbatasan teknologi antara guru dan siswa
Kendala ini banyak dialami oleh guru dan siswa yang kurang
pemahaman dengan teknologi internet, guru dan siswa akan merasa
kesulitan dalam pembelajaran daring yang akan terus berlangsung
dimasa pandemi ini.
b. Sarana dan prasarana yang kurang memadai
Sarana dan prasarana teknologi yang kurang memadai akan
memperlambat adanya pembelajaran daring tersebut. Perangkat
teknologi yang mahal membuat sarana dan prasarana menjadi
terhambat dan dengan adanya pandemi ini penghasilan ekonomi
pun juga menurun.

43
c. Akses Internet Yang Terbatas
Akses internet yang belum sepenuhnya merata ke daerah-daerah
yang terpencil mengakibatkan terhambatnya proses pembelajaran
daring yang terlaksana. Tidak semua orang dapat menikmati
internet ini, terkadang daerah yang terlihat mudah dalam akses
internet pun sering merasakan lambatnya akses internet yang ada.
d. Kurang siapnya penggadaan anggaran
Biaya juga menjadi penghambat akan terlaksananya pembelajaran
atau tidak, karena anggaran juga perlu disiapkan untuk proses
pembelajaran daring. Ketika pembelajaran harus terus berlangsung
dilaksanakan dan anggaran tidak ada maka juga akan terjadi suatu
hambatan pada pembelajaran.

2.8 Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19


Sesuai Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020
tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus
Disease (Covid-19) bahwa semua kegiatan pembelajaran dilaksanakan
secara virtual dan kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah. Perlu
dipertimbangkan dengan berlakunya Surat Edaran tersebut sangat
memperngaruhi sekolah, murid, guru, dan piranti pembelajaran.
Bagaimana kesiapan sekolah dalam memfasilitasi berbagai hal yang
dibutuhkan dalam pembelajaran daring, dan perlu dipertimbangkan
juga jangkauan internet di rumah peserta didik.
Salah satu faktor penentu keberhasilan dari pembelajaran
daring adalah kompetensi guru. Guru berperan sebagai pengorganisasi
lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator belajar. Untuk
memenuhi itu, maka guru haruslah memenuhi aspek bahwa guru
sebagai model, perencana, peramal, pemimpin, dan penunjuk jalan
atau pembimbing ke arah pusat-pusat belajar.
Pelaksanaan pembelajaran daring yang dilakukan di SD Negeri
07 Sunter Agung sudah diterapkan sejak Maret 2020. Sebelum
pembelajaran daring benar-benar dilaksanakan, SD Negeri 07

44
melakukan berbagai persiapan agar pembelajaran daring dapat
dilaksanakan dengan baik. Persiapan yang dilakukan diantaranya
sosialisasi oleh pengawas kepada kepala sekolah dan para guru,
pembinaan dari kepala sekolah kepada para guru dan sosialisasi yang
dilakukan kepada orang tua murid. Pembelajaran daring di SD Negeri
Sunter Agung 07 dilakukan melalui aplikasi zoom untuk penyampaian
materi dan aplikasi grup whatsapp sebagai media untuk berkomunikasi
seperti penyampaian tugas dan pengumpulan tugas.

2.9 Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran penelitian ini dimulai dari adanya


permasalahan yang terjadi seperti terjadinya pandemi covid-19,
anjuran untuk melakukan segala kegiatan dari rumah, pemberlakuan
beberapa pembatasan dan social distancing oleh pemerintah,
penutupan ruang publik, tempat ibadah, perusahaan dan instansi
pendidikan. Kemudian mengatasi permasalahan tersebut,
Kemendikbud mengeluarkan Surat Edaran No 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Deases-19. Masalah tersebut kemudian membuat
instansi pendidikan harus mengikuti peraturan Kemendikbud untuk
melakukan pembelajaran secara daring dari rumah masing-masing.
Terdapat beberapa faktor penghambat dalam implementasi dan juga
masalah yang terjadi selama proses implementasi berlangsung. Tetapi
terdapat bebebrapa indikator yang dapat mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan pembelajaran daring tersebut diataranya
komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori kebijakan


George C. Edward III dikarenakan adanya kesesuaian antara ke empat
indikator tersebut dengan rumusan masalah dalam penelitian yang
akan dijabarkan. Dalam implementasi nya, kebijakan pembelajaran
daring selama masa pandemi covid-19 ini membutuhkan komunikasi

45
yang baik antar pelaksana, sumber daya yang memadai, karakteristik
implementator serta struktur birokrasi yang baik.

46
Gambar 2.9 Kerangka Berpikir

Permasalahan :
1. Terjadinya Pandemi Covid-19
2. Anjuran untuk melakukan segala kegiatan dari rumah
3. Penutupan instansi pendidikan
4. Keterbatasan alat komunikasi dan kuota internet yang dimiliki oleh
siswa dan orang tua siswa
5. Kurangnya perhatian siswa terhadap pembelajaran daring
6. Kesulitan orang tua untuk menyampaikan materi pembelajaran pada
anak-anaknya

Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 Tentang


Pedoman Penyelenggaraan Pembelajaran Dari Rumah
Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19

Implementasi Pembelajaran Daring di SD Negeri 07


Sunter Agung Pagi, Jakarta Utara

Indikator Keberhasilan Implementasi


Kebijakan Publik Menurut
George Edward III :
1. Komunikasi
2. Sumber Daya Faktor
Faktor
3. Disposisi Penghambat
Penghambat
4. Struktur Birokrasi

Tujuan/sasaran yang ingin dicapai :


Kemudahan siswa dalam proses pembelajaran

47
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini
adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut (Sugiyono, 2015)
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filasafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowbal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian
kualitatif bertujuan untuk menangkap dan memahami makna dari suatu
konteks dalam kondisi apa adanya (natural setting).
Dalam penelitian kualitatif, sebelum hasil penelitian dapat
memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan, perlu melampaui
tahapan proses berpikir kritis-ilmiah, yaitu proses berpikir secara induktif
untuk menangkap fakta dan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di
lapangan melalui pengamatan. Hasil pengamatan itu merupakan temuan
yang perlu dianalisis, untuk selanjutnya menjadi dasar dalam melakukan
teorisasi.

3.2 Informan Penelitian


Informan adalah subjek penelitian yang dapat memberikan
informasi mengenai fenomena atau permasalahan yang diangkat dalam
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, informan terbagi menjadi informan
kunci, informan utama, dan informan pendukung (Robinson, 2014).
a. Informan Kunci merupakan informan yang memiliki informasi secara
menyeluruh tentang permasalahan yang diangkat oleh peneliti.
b. Informan Utama adalah orang yang mengetahui secara teknis dan
detail tentang masalah penelitian yang akan diteliti.

48
c. Informan Pendukung merupakan orang yang dapat memberikan
informasi tambahan sebagai pelengkap analisis dan pembahasan dalam
penelitian kualitatif. Informan pendukung terkadang memberikan
informasi yang tidak diberikan oleh informan utama atau informan
kunci.

Yang termasuk informan dalam penelitian ini adalah guru, siswa,


dan wali murid dari SD Negeri Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara.
Terdapat 18 informan yang akan diwawancarai oleh peneliti, diantaranya
kepala sekolah, wali kelas, perwakilan murid dari setiap kelas dan
perwakilan dari orang tua murid.

Tabel 3.2 Informan Penelitian

No. Jabatan Jumlah


1 Kepala Sekolah 1 Orang
2 Guru 6 Orang
3 Siswa 6 Orang
4 Orang tua siswa 5 Orang
Total Informan 18 Orang
Sumber : Data Olahan Peneliti Tahun 2021

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Sunter
Agung 07 Pagi, Kelurahan Sunter Agung, Kecamatan Tanjung Priok,
Jakarta Utara. Lokasi penelitian ini dipilih karena SD Negeri 07 Sunter
Agung pagi merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pembelajaran
daring selama pandemi covid 19. Selain itu, lokasi penelitian yang dipilih
relevan dengan permasalahan yang telah disebutkan di latar belakang
penelitian sehingga diharapkan peneliti dapat memperoleh informasi.

49
Tabel 3.3 Rencana Kegiatan Penelitian

Waktu
No. Kegiatan Tahun 2021
Jul Ags Sept Okt Nov Des
1. Pengajuan Judul

2. Penetapan Judul

3. Observasi Awal

4. Penyusunan Proposal Skripsi


dan Bimbingan Bab I – Bab III
5. Seminar Proposal

Sumber : Data Olahan Peneliti Tahun 2021

3.4 Fokus Penelitian


Penelitian ini berfokus untuk mengetahui implementasi kebijakan
pembelajaran daring selama masa pandemi covid-19 di SD Negeri Sunter
Agung 07. Fokus penelitian lebih jelas nya akan dilengkapi dengan data
pendukung yang dikumpulkan selama proses penelitian berlangsung.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam


penelitian yaitu digunakan untuk mendapatkan data atau informasi yang
memenuhi standar. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

A. Wawancara
Esterberg (dalam Sugiyono, 2015) mendefinisikan
wawancara sebagai “a meeting of two person to exchange
information and idea through question and responses, resulting in
communication and joint construction of meaning about a
particular topic”. (Wawancara adalah merupakan pertemuan dua

50
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila
peniliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada
laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya
pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2015).
Esterberg (dalam Sugiyono, 2015) mengemukakan beberapa
macama wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur,
dan tidak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur (structured interview)
Menurut (Sugiyono, 2015) wawancara terstruktur digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang
akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,
pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula,
pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara
sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara
mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training
kepada calon pewawancara. Wawancara yang akan digunakan
oleh peneliti adalah wawancara terstruktur.
2. Wawancara Semiterstruktur (Semistructure interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth
interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan

51
secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono,
2015). Selain menggunakan wawancara terstruktrur Peneliti
juga menggunakan wawancara semiterstruktur.
3. Wawancara tak berstruktur (instructured interview)
Menurut (Sugiyono, 2015) wawancara tidak berstruktur, adalah
wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.

Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah


wawancara terstruktur dan semitrerstuktur. Alasan peneliti
menggunakan wawancara terstruktur agar peneliti tidak mengalami
kesulitan ketika waancara berlangsung karena sudah di persiapkan
beberapa pertanyaan untuk para informan. Peneliti juga
menggunakan wawancara semitersrtuktur karena melengkapi
pertanyaan yang belum di siapkan oleh peneliti ketika ada jawaban
dari para informan yang memungkinkan untuk menjadi tambahan
informasi.

B. Observasi
Nasution (dalam Sugiyono, 2015) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan
dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,
sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron)
maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi
dengan jelas.

52
Marshall (dalam Sugiyono, 2015) menyatakan bahwa
“through observation, the researcher learn about behavior and the
meaning attached to those behavior”. (Melalui observasi, peneliti
belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut).
C. Dokumentasi
Menurut (Sugiyono, 2015) dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan
(life stories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sektsa dan lain-
lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari pengguna metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.
Dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan telepon
genggam peneliti untuk mengabadikan momen ketika peneliti
melakukan observasi berupa foto dan perekaman wawancara
kepaada para informan.

3.6 . Sumber Data

Sumber data menurut (Sugiyono, 2015) berdasarkan dari sumber


datanya, pengumpulan data dapat menggunakan sumber data primer dan
sumber data sekunder. Peneliti mengumpulkan sumber data kemudian
menghasilkan data primer dan data sekunder.

3.6.1. Data Primer

Menurut (Sugiyono, 2015) data primer adalah sumber data


yang langsung diberikan dari pemberi data kepada pengumpul data.
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari hasil wawancara
dengan beberapa informan yaitu masing-masing wali kelas,

53
perwakilan siswa dari msing-masing kelas, dan perwakilan orang tua
murid SD Negeri Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara.

3.6.2. Data Sekunder

Menurut (Sugiyono, 2015) data sekunder merupakan sumber


data yang tidak langsung diberikan kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder dalam penelitian
ini berupa dokumentasi serta data yang dimiliki oleh SD Negeri
Sunter Agung 07.

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum


memasuki lapangan, selama dilapang, dan setelah selesai di lapangan.
Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2015), mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Analisis data dibagi ke dalam tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan. Ketiga alur tersebut adalah reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan penarikan simpulan (conclusion
drawing/verification).

Gambar 3.7 Metode Analisis Data

Sumber : (Miles et al., 2014)

54
1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang


memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang
tinggi. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin sering peneliti ke
lapangan, maka akan jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan
rumit. Oleh sebab itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dna
polanya, serta membuang yang tidak perlu.dengan demikian, data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dn
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Tahap selanjutnya setelah reduksi data adalah mendisplay data.


Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowerchart
dan sejenisnya. Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2015)
menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.

3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)

Menurut Miles and Huberman, tahap ketiga dalam analisis data


kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan dapat berubah
jika diperoleh data dan bukti pendukung yang kuat pada tahap
pengumpulan data selanjutnya. Tetapi jika kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung leh bukti-bukti yang valid dan
konsisten setelah peneliti melakukan pengumpulan data pada
pengumpulan dtaa selanjutnya, maka kesimpulan yang dikemukakan

55
merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif diharapkan merupakan kesimpulan baru yang sebelumnya
belum pernah ada.

3.8. Teknik Keabsahan Data


Teknik keabsahan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
teknik Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu. Teknik triangulasi dibagi menjadi tiga, diantaranya yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
1. Triangulasi Sumber
Untuk mengecek kredibilitas data, dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah
diperoleh, selanjutnya dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan
suatu kesimpulan dan dimintakan kesepakatan (member check) dengan
sumber data.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan
observasi, dokumentasi atau kuisioner. Jika ditemukan perbedaan dari
ketiga teknik tersebut, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut
kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain.
3. Triangulasi Waktu
Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data. Pengujian kredibilitas
data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan melalui
wawancara, observasi atau teknik yang lain dalam waktu atau situasi
yang berbeda.bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka
harus dilakukan secara berulang-ulang sampai ditemukan kepastian
datanya. Triangulasi juga dapat dilakukan dengan cara mengecek hasil
penelitian dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan
pengumpulan data.

56
Daftar Pustaka

Buku

Agustino Leo, P. (2017). Dasar-Dasar Kebijakan Publik (Edisi Revisi). Alfabeta


Bandung.

Sunggono, Bambang. (2004). Hukum Dan Kebijakan Publik. Jakarta: Sinar


Grafika.

Banga, W. (2018). Kajian Administrasi Publik Kontemporer Konsep Teori Dan


Aplikasi (Edisi Revi). Penerbit Gava Media.

Hidayat, Rahmat., & Abdilah. 2019. Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan
Aplikasinya”. Medan:Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia
(LPPPI).

Purwanto, E. A. (2015). Implementasi Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasinya


Di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Alfabeta Cv.

Syahruddin. (2019). Implementasai Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Studi


Kasus (Edisi Digi). Penerbit Nusa Media.

Toha, M. (2008). Ilmu Administrasi Publik Kontemporer (Edisi Pertama).


Kencana.

Wahab, S. A. (2017). Analisis Kebijakan Dari Formulasi Ke Penyusunan Model-


model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Jurnal/Skripsi

Andini, Yuli Tri., & Widayanti, Melia Dwi. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran
Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 Di TK Bias Yogyakarta.
TARBIYATUNA: Kajian Pendidikan Islam, Vol. 4 No. 2.

Cahyanto, Bagus., Maghfirah, Masyinta., & hamidah Nur. (2021). Implementasi


Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19. At-Thullab: Jurnal
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Vol. 5 No. 1.

Damayanti, Nafiah. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran Daring Terhadap


Kegiatan Belajar Mengajar Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V A Di MI
Asas Islam Kalibening Tahun Pelajaran 2019/2020.

Dhawan, Shivangi. (2020). Online Learning: A Panacea in the Time of COVID-19


Crisis. Journal of Educational Technology Systems Vol. 49 (1) 5–22.

57
Egielewa, Peter., Idogho, Philipa O., Iyalomhe, Felix O., & Cirella, Giuseppe T.
(2021). COVID-19 and digitized education: Analysis of online learning in
Nigerian higher education. E-Learning and Digital Media, Vol. 0(0) 1–17.

Fatimah, Dewi. (2021). Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Daring Pada Masa


Pandemi Covid-19 Di Sekolah Dasar.

Febrianti, Ima. (2021). Implementasi Penggunaan Google Classroom Pada


Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid-19 Di Kelas IV Sekolah Dasar.

Jayul, Achmad., & Irwanto Edi. (2020). Model Pembelajaran Daring Sebagai
Alternatif Proses Kegiatan Belajar Pendidikan Jasmani di Tengah Pandemi
Covid-19. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol. 6, No. 2 Hal. 190-199.

Q. Khan. (1987). A Model of Public Policy Implementation Process. Indian


Journal of Public Administration, Vol. 33 (1).

Mok, Ka Ho., Xiong, Weiyan., & C Hamzah. (2021). COVID-19 pandemic's


disruption on university teaching and learning and competence cultivation:
Student evaluation of online learning experiences in Hong Kong.
International Journal of Chinese Education 1-20.

Muhadir. (2021). Analisis Keaktifan Belajar Selama Pembelajaran Daring Pada


Masa Covid-19 Di MIN 19 Aceh Selatan.

Mulyanti, Eka Purwandani. (2021). Implementasi Model Pembalajaran Dalam


Jaringan (daring) Pada Kegiatan Pembelajaran Tematik Di Masa Pandemi
Covid-19 Kelas IV SD Negeri 01 Jatisaba Kecamatan Cilongok Kabupaten
Banyumas.

Patimah, Siti., Lyesmaya, Dyah., & Maula, Luthfi Hamdani. (2020). Analisis
Aktivitas Pembelajaran Matematika Pada Materi Pecahan Campuran
Berbasis Daring (Melalui Aplikasi Whatsapp) Di Masa Pandemi Covid-19
Pada Siswa Kelas 4 SDN Pakujajar CBM. Jurnal Kajian Pendidikan Dasar
(JKPD) Vol. 5 No. 2.

Shofiah, Ulfah Hamidatus. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Daring


Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di MI Miftahul Huda.

Peraturan Perundang-undangan

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/43920/uu-no-20-tahun-2003
diakses pada 12 Agustus 2021.

58
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Deases-19.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-pelaksanaan-
kebijakan-pendidikan-dalam-masa-darurat-penyebaran-covid19 diakses
pada 05 Agustus 2021.

Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan


Pembelajaran Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/kemendikbud-terbitkan-
pedoman-penyelenggaraan-belajar-dari-rumah diakses pada 05 Agustus
2021.

Website

Pertanyaan dan jawaban terkait Coronavirus

https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-for-public diakses
pada 20 September 2020

59

Anda mungkin juga menyukai