Proposal Yufi
Proposal Yufi
Proposal Yufi
PROPOSAL PENELITIAN
1
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PROPOSAL PENELITIAN
Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas 17 Agustus 1945
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
intelektual, kemampuan-kemampuan emosi dalam menghadapi berbagai
hal, serta kemampuan-kemampuan motorik dalam menggiatkan dan
mengkoordinasikan gerakan individu. Pentingnya pendidikan bagi
masyarakat tergambar dari peranan yang dibawa dalam kegitan pendidikan
dalam kaitannya dengan perkembangan seseorang.
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan
diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem
terbuka dan multimakna. Tujuan Pendidikan Nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Menurut Suardi (dalam Hidayat, dkk 2019), mengemukakan bahwa tujuan
pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta
didik setelah diselengarakan kegigiatan pendidikan.
Saat ini dunia sedang menghadapi pandemi yang disebabkan oleh
virus bernama Corona Virus Diseases 2019 yang dikenal dengan istilah
Covid-19. Virus tersebut berasal dari Wuhan, China yang menyebar ke
seluruh penjuru dunia dengan cepat termasuk Indonesia. Penularan virus
tersebut juga cepat, dimana seseorang dapat tertular saat menghirup udara
yang mengandung virus jika orang tersebut berada terlalu dekat dengan
seseorang yang telah terinfeksi Covid-19. Penularan tersebut juga dapat
terjadi jika menyentuh permukaan yang terkontaminasi kemudian
menyentuh mata, hidung, atau mulut. Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada
hewan atau manusia. Pada manusia, beberapa corona virus dapat
menyebabkan infeksi pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit
yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrom (MERS) dan
4
Serve Acute Respiratory Syndrom (SARS) dan yang terbaru adalah
menyebabkan Covid-19.
Pandemi covid-19 ini telah membawa perubahan di segala aspek
kehidupan dimana pemerintah menganjurkan setiap warga untuk
melakukan segala jenis kegiatan dari rumah. Seperti bekerja, beribadah
dan belajar dari rumah. Hal tersebut dilakukan untuk menekan penyebaran
virus yang semakin meningkat setiap harinya. Pemerintah juga
mengeluarkan beberapa kebijakan seperti social and physical distancing,
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga pemberlakuan
pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang masih diterapkan sampai
saat ini. Pandemi yang terjadi saat ini berdampak pada ekonomi sebagian
besar masyarakat dimana banyak masyarakat yang kehilangan mata
pencaharian karena diberlakukannya pembatasan-pembatasan tersebut.
Dengan adanya pandemi Covid-19 ini, juga derdampak pada sektor
pendidikan dimana membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Deases-19. Untuk memperkuat surat edaran tersebut
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia juga
menerbitkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pembelajaran Dari Rumah Dalam Masa Darurat
Penyebaran Covid-19. Pandemi covid-19 yang terjadi saat ini, menuntut
pemerintah untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Salah
satu bentuk inovasi yang dibuat adalah dengan menerapkan pembelajaran
jarak jauh (PJJ) atau yang saat ini lebih dikenal dengan daring (dalam
jaringan).
Pemerintah menganjurkan untuk menutup kegiatan pembelajaran
tatap muka di sekolah dan menerapkan pembelajaran secara daring
(online) yang dilakukan dari rumah masing-masing agar dapat memutus
rantai penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut dikeluarkan agar kegiatan
pembelajaran tetap dapat berjalan mengingat pendidikan sangat penting
5
dalam kehidupan, walaupun kegiatan pembelajaran dilakukan secara
daring.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 15,
pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah
dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar
melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. Dalam
pelaksanaannya, pembelajaran jarak jauh ini terbagi menjadi dua yaitu
pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring) dan pembelajaran jarak
jauh luar jaringan (luring). Dalam pelaksanaan PJJ, satuan pendidikan
dapat memilih pendekatan baik berupa daring atau luring atau kombinasi
antara keduanya sesuai dengan karakteristik dan ketersediaan, sarana dan
prasarana. Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem
pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa
tetapi dilakukan melalui online menggunakan jaringan internet.
Perubahan sistem pendidikan yang semula dilakukan secara tatap
muka langsung dan diganti dengan pembelajaran daring menimbulkan
beberapa dampak, baik dampak positif maupun negatif. Keberhasilan
pembelajaran daring sangat dipengaruhi oleh kesiapan guru, siswa dan
juga orang tua. Dalam prosesnya, para guru diharuskan mampu untuk
menggunakan media pembelajaran online dan paham akan teknologi
informasi, dituntut untuk menyiapkan materi pembelajaran sebaik-baiknya
dengan menarik dan sekreatif mungkin agar peserta didik merasa nyaman
dan tidak mudah bosan dalam belajar. Disisi lain, para siswa juga harus
memiliki kesadaran dan kemandirian dalam belajar di tengah pandemi
covid-19 mengingat para guru tidak bisa memantau perkembangan belajar
siswa secara langsung. Sehingga peran orang tua juga dibutuhkan untuk
terlibat dalam proses pembelajaran daring tersebut untuk mendukung
proses belajar secara daring dan sebagai pendamping siswa dalam belajar
daring. Untuk melaksanakan pembelajaran secara daring, seluruh pihak
yang berperan dalam proses pembelajaran harus memiliki kesiapan seperti
jaringan internet dengan konektivitas yang memadai dan sarana
pendukung lain agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
6
SD Negeri Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara merupakan salah
satu sekolah yang telah melakukan kegiatan pembelajaran secara daring.
Pembelajaran daring di SD Negeri Sunter Agung 07 sudah dilaksanakan
sejak Maret 2020 dan pembelajaran daring dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. SD Negeri Sunter Agung 07 melewati serangkaian
tahapan sebelum pembelajaran daring tersebut benar-benar diterapkan.
Diantaranya sosialisasi yang dilakukan kepada kepala sekolah dan para
guru, pembinaan dari kepala sekolah kepada para guru dan sosialisasi yang
dilakukan kepada orang tua murid. Pembelajaran daring di SD Negeri
Sunter Agung 07 dilakukan melalui aplikasi zoom untuk penyampaian
materi dan aplikasi grup whatsapp sebagai media untuk berkomunikasi
seperti penyampaian tugas dan pengumpulan tugas.
Beberapa guru juga meminta murid untuk mengumpulkan tugas
secara langsung di sekolah. Untuk pengumpulan tugas yang dilakukan
secara langsung, setiap murid mengumpulkan tugas masing-masing
kepada koordinator kelas yang kemudian akan dikumpulkan kepada guru
pengampu. Selain zoom dan grup whatsapp, SD Negeri Sunter Agung 07
juga menggunakan Google Form yang digunakan oleh siswa untuk
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh masing-masing guru atau
sebagai media untuk mengerjakan penilaian tengah semester (PTS) dan
penilaian akhir semester (PAS).
SD Negeri Sunter Agung 07 juga menerapkan kunjungan secara
rutin terhadap siswa-siswa yang bermasalah atau mengalami kendala
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui kendala apa yang terjadi dan dihadapi oleh para siswa agar
dapat ditemukan solusi untuk penyelesaian masalah tersebut. Sehingga
proses pembelajaran daring dapat terus dilanjutkan dan terus ditingkatkan
agar memberikan kemudahan kepada seluruh siswa dan guru.
Selama proses pembelajaran daring diterapkan, ditemukan
beberapa permasalahan atau kendala yang dihadapi dan harus diselesaikan
dengan mencari alternatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Masalah atau kendala yang terjadi selama proses pembelajaran daring
7
diantaranya adalah belum semua siswa atau orang tua siswa memiliki alat
komunikasi untuk melakukan pembelajaran secara daring sehingga hal
tersebut akan menghambat proses pembelajaran. Kedua, orang tua siswa
harus lebih banyak menjelaskan tentang materi terkait kepada anak-
anaknya karena terkadang selama proses pembelajaran tidak semua siswa
memperhatikan penjelasan materi dari masing-masing guru. Selain itu,
sebagian dari guru juga mengirimkan materi dan tugas kepada orang tua
untuk disampaikan kepada siswa karena siswa yang masih belum paham
tentang penggunaan teknologi atau masih ada siswa yang belum memiliki
alat komunikasi sendiri. Maka, peran orang tua disini sangat penting dan
orang tua juga harus memiliki pengetahuan yang lebih terhadap materi
terkait agar siswa dapat lebih memahami tentang materi pembelajaran dan
tugas yang diberikan oleh masing-masing guru. Ketiga, pelaksanaan
pembelajaran daring terkendala oleh keterbatasan kuota internet. Dengan
pembelajaran yang dilakukan secara daring menggunakan media
komunikasi berbasis internet, penggunaan kuota internet juga sangat boros
karena digunakan untuk mengakses materi pembelajaran berupa rekaman
suara, foto, maupun video yang mengharuskan terhubung ke jaringan
internet.
Berdasakan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Implementasi Kebijakan Pembelajaran Dalam
Jaringan (Daring) Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Di SD Negeri
Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara).”
8
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan bagaimana implementasi
kebijakan pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 di SD
Negeri Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara.
2. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan apa saja faktor penghambat
implementasi pembelajaran daring di SD Negeri Sunter Agung 07
Pagi, Jakarta Utara.
9
4) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
peneliti tentang impelementasi kebijakan dan wawasan tentang
penerapan motode pembelajaran daring.
4. Bab IV : Pembahasan
Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil
penelitian yang di dapat, dan pembahasan.
5. Bab V : Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dan saran yang diberikan oleh peneliti.
6. Daftar Pustaka
Pada daftar pustaka dilampirkan sumber-sumber tulisan berupa kutipan
dari artikel, jurnal, dan dokumen-dokumen lembaga yang berisikan
peraturan perundang-undangan.
10
7. Lampiran
Lampiran yang akan dicantumkan berisi tentang transkrip wawancara,
surat izin penelitian, transkrip observasi dan dokumentasi.
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
12
pembelajaran melalui daring. Bahkan hampir semua peserta didik tidak
bisa mengakses internet, koneksi internet yang tidak stabil juga
merupakan salah satu masalah mengapa pembelajaran daring di MIN
19 Aceh kurang aktif. Mengingat anak-anak pada daerah tersebut tidak
sama dengan anak-anak yang ada di kota yang sudah terbiasa
mengakses internet. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran daring
di MIN 19 Aceh hanya melalui tontonan televisi yang disarankan oleh
guru seperti menonton program edukasi di televisi.
C. Skripsi karya “Dewi Fatimah” dengan judul “Analisis Pelaksanaan
Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Dasar”
merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di kelas V SD Islam
Terpadu Ahmad Dahlan Jambi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran daring pada masa pandemi
covid-19 di kelas V A SD Islam Terpadu Ahmad Dahlan. Dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran daring di
SD Islam Terpadu Ahmad Dahlan sudah terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan pembelajaran daring dilakukan menggunakan Whatsapp
untuk berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tuanya, dan
Zoom untuk penyampaian materi pembelajaran. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru menggunakan video pembelajaran untuk
mempermudah peserta didik dalam memahami materi. Strategi yang
digunakan adalah memberikan waktu untuk diskusi dan tanya jawab
kepada peseta didik sebagai salah satu cara agar peserta didik dapat
berinteraksi dengan baik.
D. Skripsi karya “Eka Purwandani Mulyanti” dengan judul “Implementasi
Model Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) Pada Kegiatan
Pembelajaran Tematik di Masa Pandemi Covid-19 Kelas IV SD N 01
Jatisaba Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas” ini merupakan
penelitian dengan pendekatan kualitatif menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari wawancara, catatan lapangan,
catatan pribadi dan catatan resmi. Metode yang digunakan dalam
menganalisis penelitian ini adalah studi kasus. Hasil penelitian ini
13
menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran daring pada
kegiatan pembelajaran tematik dimasa pandemi covid-19 di kelas IV
SD N 01 Jatibasa Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas terdapat
tigas tahap yaitu tahap perencanaan pembelajaran dengan membuat
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran
dan pembelajaran yang akan disampaikan. Tahap kedua, tahap
pelaksanaan pembelajaran baik secara individu maupun kelompok.
Tahap ketiga adalah evaluasi pembelajaran oleh guru. Implementasi
pembelajaran daring pada kegiatan pembelajaran tematik dimasa
pandemi covid-19 di kelas IV SD N 01 Jatibasa Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas sudah cukup berjalan sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran walaupun masih terdapat hambatan selama
proses pembelajaran.
E. Skripsi karya “Ima Febrianti” dengan judul “Implementasi
Penggunaan Google Classroom Pada Pembelajaran Daring Masa
Pandemi Covid-19 di Kelas VI SD” bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana implementasi dalam penggunaan google classroom pada
pembelajaran daring masa pandemi covid-19 kelas VIE di SD Negeri
47/VI Kota Jambi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
implementasi penggunaan google classroom sangat membantu dalam
proses pembelajaran daring masa pandemi covid-19. Dengan
menggunakan google classroom, guru dapat memantau kegiatan
belajar siswa seperti absen, penjelasan materi dan pembagian tugas-
tugas yang diberikan. Perencanaan yang disusun guru adalah
menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKPD,
menyiapkan video pembelajaran dan tugas-tugas yang nantinya akan
diberikan. Media yang digunakan berupa video, gambar dan power
point (PPT).
F. Skripsi karya “Nafiah Damayanti” dengan judul “Pelaksanaan
Pembelajaran Daring Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Mata
Pelajaran IPS Pada Kelas VA di MI Asas Islam Kalibening Tahun
Ajaran 2019/2020” bertujuan untuk mengetahui standar pelaksanaan
14
pembelajaran daring terhadap kegiatan belajar mengajar dan untuk
mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
daring terhadap kegiatan belajar mengajar tersebut. Dalam
pelaksanaannya, banyak hal yang guru temukan dalam proses
pembelajaran. Seperti pelaksanaan pembelajaran yang dinilai masih
kurang efektif karena pembelajaran daring yang terburu-buru sehingga
guru masih menggunakan metode yang sama. Sedangkan faktor
penghambat pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran IPS pada
siswa kelas VA terbagi menjadi dua faktor internal yaitu faktor internal
yang berasal dari guru seperti ketepatan waktu siswa mengikuti dan
mengumpulkan tugas belum tepat dalam proses pengumpulannya.
Sehingga guru kesulitan dalam melakukan absensi. Kesulitan guru
dalam menyampaikan materi karena guru hanya memberikan arahan
dan memberi pemahaman ketika ada siswa yang belum paham.
Sedangkan faktor yang berasal dari siswa yaitu, siswa kurang
memahami materi yang dipelajari dan pengiriman tugas yang
terkadang tidak tepat waktu.
G. Jurnal yang berjudul “Analisis Aktivitas Pembelajaran Matematika
Pada Materi Pecahan Campuran Berbasis Daring (Melalui Aplikasi
Whatsapp) Dimasa Pandemi Covid-19 Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri
Pakujajar CBM” karya “Siti Patimah, Dyah Lyesmaya dan Luthfi
Hamdani Maulana” ini merupakan jurnal penelitian dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik quote sampling.
Instrumen yang diguanakan adalah penulis itu sendiri, pedoman
wawancara, lembar observasi dan dokumentasi. Dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam perencanaan aktivitas
pembelajaran matematika selama masa pandemi covid-19 di kelas 4
SD Negeri Pakujajar CBM, guru membuat RPP daring dengan
berpedoman pada sura edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 14 tahun 2019 yang di dalamnya memuat nilai-nilai karakter, dan
materi sesuai dengan yang dipelajari. Pembelajaran dilakukan dari
rumah melalui aplikasi whatsapp dengan membuat grup yang berisi
15
guru, orang tua dan murid. Dalam pelaksanaannya, dilakukan tiga
tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Guru hanya memberikan penjelasan dan tugas. Penilaian
dalam proses pembelajaran tersebut diambil dari penilaian sikap,
pengetahuan dan ketrampilan. Kesulitan guru dalam penilaian adalah
karena keterbatasan ruang.
H. Jurnal berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Daring Pada Masa
Pandemi Covid-19 di TK BIAS Yogyakarta” karya “Yuli Tri Andini
dan Melia Dwi Widayanti” ini merupakan jurnal penelitian dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan data yang diperoleh berasal
dari hasil observasi dan wawancara. Dengan hasil penelitian,
pembelajaran dilakukan secara full daring dengan menggunakan grup
whatsapp sebaga sarana komunikasi dan pembelajaran. Grup whatsapp
digunakan untuk mengirimkan data uraian bahan ajar seperti video
edukasi, membagikan link zoom, dan membagikan video pembelajaran
dimulai dari tahap persiapan. Kendala yang dihadapi selama proses
pembelajaran daring adalah para siswa yang tidak mengikuti
pembelajaran via zoom. Maka, untuk mengantisipasi pembelajaran
yang kurang optimal, setiap minggu masing-masing guru kelas
mempersiapkan lembar kerja anak yang sesuai dengan pembelajaran
pada minggu tersebut. Kemudian orang tua murid mengambil lembar
kerja tersebut untuk dikerjakan dirumah, hasil dari pekerjaan tersebut
harus dikirimkan ke masing-masing guru kelas. Tujuan adanya lembar
kerja tersebut adalah untuk menjadi salah satu alternatif bagi murid
yang saat itu tidak dapat mengikuti zoom maupun untuk memberikan
kegiatan tambahan di rumah. Proses assesment dan evaluasi
pembelajara dilakukan setiap minggu dengan mengamati respon dan
perilaku siswa selama dalam pembelajaran daring dan melakukan
home visit bagi siswa yang tidak dapat melakukan pembelajaran
daring.
I. Jurnal berjudul “Implementasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Covid-19” karya “Bagus Cahyanto, Masynta Magfirah, dan Nur
16
Hamidah” ini merupakan penelitian yang dilakukan di kelas III SD
Brawijaya Smart Schcool menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk
pengumpulan data. Dengan hasil yang diperoleh, pembelajaran
dilakukan menggunakan Microsoft Teams. Media youtube juga
digunakan untuk beberapa momen tertentu, penggunaan whatsapp
digunakan untuk penyampaian materi, penugasan dan penilaian.
J. Jurnal dengan judul “Model Pembelajaran Daring Sebagai Alternatif
Proses Kegiatan Belajar Pendidikan Jasmani di Tengah Pandemi
Covid-19” karya “Achmad Jayul dan Edi Irwanto” menggunakan
metode deskriptif, penelitian ini dilakukan dengan cara mencari
referensi hasil-hasil penelitian tentang pembelajaran daring dari jurnal
atau internet kemudian dideskripsikan dan disesuaikan dengan
pembelajaran pendidikan jasmani. Model pembelajaran daring dapat
diaplikasikan dalam pendidikan jasmani dengan metode portal
schoology dan vlog. Berdasarkan tiga aspek penilaian dalam
pendidikan jasmani (kognitif, afektif, psikomotor) dan dari hasil-hasil
penelitian serta metode-metode dalam pembelajaran daring, maka
model pembelajaran daring yang sesuai dan dapat digunakan dalam
pendidikan jasmani ialah model pembelajaran yang memiliki aplikasi
video. Dikarenakan tidak semua metode pembelajaran daring dapat
digunakan dalam proses pendidikan jasmani yang berkaitan dengan
aspek psikomotor (gerak) yang bersifat praktikum.
K. Jurnal internasional yang berjudul “COVID-19 and digitized
education: Analysis of online learning in Nigerian higher education”
karya “Peter Egielewa, Philipa O Idogho, Felix O Iyalomhe, Giuseppe
T Cirella”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa
tentang institusi pendidikan tinggi Nigeria yang menggunakan budaya
digital baru akibat adanya pandemi COVID-19 yaitu pembelajaran
online (e-learning). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan metode survei dan sampel sebanyak 1134 siswa Nigeria dari
tiga jenis institusi tinggi di Nigeria yaitu universitas, politeknik, dan
17
perguruan tinggi. Media yang digunakan selama pembelajaran online
adalah google classroom, whatsapp dan zoom. Dengan hasil penelitian
ditemukan bahwa siswa tidak puas dengan pembelajaran virtual yang
dilakukan oleh banyak institusi selama penguncian COVID-19 dan
tidak ingin pembelajaran online berlanjut setelah pandemi karena
infrastruktur internet yang buruk dan kurangnya listrik. Studi
menyimpulkan bahwa mahasiswa pendidikan tinggi di Nigeria
memiliki penerimaan yang rendah akibat pembelajaran online, dan
lebih memilih pengaturan kelas tradisional.
L. Penelitian lain yang berjudul “COVID-19 pandemic’s disruption on
university teaching and learning and competence cultivation: Student
evaluation of online learning experiences in Hong Kong” karya “Ka
Ho Mok, Weiyan Xiong and Hamzah Nor Bin Aedy Rahman” ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan survei
dari 1227 mahasiswa di Hong Kong untuk mengetahui bagaimana
bagaimana pengalaman siswa di lembaga pendidikan tinggi
menggunakan pembelajaran daring selama masa pandemi covid-19.
Dengan hasil yang diperoleh menyatakan bahwa mahasiswa merasa
tidak puas dengan pengalaman dan efek dari belajar online serta
pembelajaran online dianggap kurang efektif. Responden dengan
tingkat kemahiran teknologi informasi yang lebih tinggi merasa lebih
puas dengan pengalaman belajar online mereka secara keseluruhan.
Secara khusus, mereka yang berada di keluarga berpenghasilan tinggi
memiliki prevalensi yang sedikit lebih tinggi merasa puas dengan
pengalaman belajar online mereka dibandingkan dengan mereka yang
berasal dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki prevalensi
perasaan tidak puas yang sedikit lebih tinggi dengan pengalaman
belajar online mereka. Ternyata, pendemi berdampak pada fisik dan
psikis kesejahteraan tidak hanya siswa internasional/non-lokal tetapi
juga siswa lokal yang belajar di universitas Hong Kong.
Dari beberapa penelitian di atas, peneliti merangkumnya dalam tabel 2.1 di bawah
ini :
18
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
19
Pandemi Kota Jambi sudah sama yaitu pelaksanaan
Covid-19 Di terlaksana dengan berfokus pada pembelajaran
Sekolah baik. Pelaksanaan pelaksanaan pada masa
Dasar pembelajaran nya pembelajaran papandemi
dilakukan daring yang covid-19.
menggunakan dilakukan oleh Sasaran
whatsapp untuk guru dan penelitian
berkomunikasi peserta didik. difokuskan
dan zoom untuk Menggunakan pada kelas V.
penyampaian media
materi whatsapp dan
pembelajaran. zoom.
Menggunaakn
metode
penelitian
kualitatif.
4 Eka Implementasi Kualitatif Terdapat tiga Sama-sama Lokasi
Purwandani Model tahapan dalam membahas penelitian,
(2021) Pembelajaran implementasi tentang penelitian
Dalam model implementasi difokuskan
Jaringan pembelajaran kebijakan pada mata
(Daring) daring di SD dengan metode pelajaran
Pada Negeri 01 penelitian yang tertentu dan
Kegiatan Jatisaba, yaitu sama. berfokus pada
Pembelajaran perencanaan Menggunakan siswa kelas
Tematik Di pembelajaran, studi kasus IV.
Masa pelaksanaan sebagai metode
Pandemi pembelajaran dan untuk
Covid-19 evaluasi menganalisis.
Kelas IV SD pembelajaran Menggunakan
Negeri 01 oleh guru. teknis
Jatisaba Dimana pengumpulan
Kecamatan implementasi data dan
Cilongok pembelejaran analisis data
Kabupaten daring sudah yang sama.
Banyumas cukup berjalan
sesuai dengan
langkah-langkah
pembelajaran,
meskipun masih
terdapat
hambatan selama
proses
pembelajaran.
5 Ima Implementasi Kualitatif Penggunaan Metode Penelitian
Febrianti Penggunaan google classrom penelitian yang berfokus pada
(2021) Google sangat membantu digunakan implementasi
Classroom dalam proses sama, yaitu penggunaan
20
Pada pembelajaran deskriptif media yang
Pembelajaran daring masa kualitatif. Dan dipakai
Daring Masa pandemi covid- objek selama proses
pandemi 19. Dengan penelitian yang pembelajaran
Covid-19 Di google classroom, sama, yaitu di daring.
Kelas IV SD guru dapat sekolah dasar. Penelitian
memantau Membahas difokuskan
kegiatan belajar tentang meneliti pada
siswa, sehingga implementasi kelas VI.
mempermudah kebijakan.
para guru. Media
yang digunakan
berupa video,
gambar dan slide
power point.
6 Nafiah Pelaksanaan Kualitatif Pelaksanaan Menggunakan Fokus dari
Damayanti Pembelajaran pembelajaran metode penelitian,
(2020) Daring dinilai kurang penelitian yang dimana
Terhadap efektif serta sama dan penelitian
Kegiatan terdapat faktor penelitian tersebut
Belajar penghambat yang sama-sama meneliti
Mengajar berasal dari guru meneliti tentang
Mata dan peserta didik. tentang realita
Pelajaran IPS Faktor pembelajaran pembelajaran
Pada Kelas penghambat daring. daring
VA Di MI tersebut antara Persamaan terhadap
Asas Islam lain, ketidak sumber data, kegiatan
Kalibening tepatan siswa teknik belajar
Tahun dalam pengumpulan mengajar
Pelajaran mengumpulkan data, teknik mata
2019/2020 tugas sehingga analisis data pelajaran IPS.
mempersulit guru dan keabsahan Fokus
dalam melakukan data. penelitian
absensi. Siswa pada kelas V
kurang dan tidak
memahami materi membahas
yang diberikan tentang
oleh guru. implementasi
Kesulitan guru kebijakan.
dalam
menyampaikan
materi karena
guru hanya
memberikan
arahan dan
memberi
penjelasan ketika
ada siswa yang
21
belum paham.
22
pembelajaran
dimulai dari tahap
persiapan.
9 Bagus Implementasi Kualitatif pembelajaran Menggunakan Lokasi
Cahyanto, Pembelajaran dilakukan metode penelitian,
Masynta Daring di menggunakan penelitian yang yaitu di SD
Magfirah, Masa Microsoft Teams. sama yaitu Brawijaya
dan Nur Pandemi Media youtube deskriptif Smart
Hamidah Covid-19 juga digunakan kualitatif. School.
(2021) untuk beberapa Membahas Penelitian
momen tertentu, tentang difokuskan
penggunaan implementasi pada siswa
whatsapp kebijakan. kelas III.
digunakan untuk
penyampaian
materi, penugasan
dan penilaian.
10 Achmad Model Deskriptif Model Topik Berfokus
Jayul, Edi Pembelajaran pembelajaran penelitian yang pada mata
Irwanto Daring daring dapat sama, yaitu pelajaran
(2020) Sebagai diaplikasikan pembelajaran tertentu, yaitu
Alternatif dalam pendidikan daring. pendidikan
Proses jasmani dengan jasmani.
Kegiatan metode portal Metode
Belajar schoology dan penelitian
Pendidikan vlog. model yang berbeda,
Jasmani di pembelajaran tidak
Tengah daring yang membahas
Pandemi sesuai dan dapat tentang
Covid-19 digunakan dalam implementasi
pendidikan kebijakan.
jasmani ialah
model
pembelajaran
yang memiliki
aplikasi video.
11 Peter COVID-19 Kuantitatif Siswa merasa Topik yang Metode
Egielewa, and digitized tidak puas dengan dibahas sama, penelitian
Philipa O education: pembelajaran yaitu yang
Idogho, Analysis of virtual yang pembelajaran digunakan,
Felix O online dilakukan oleh daring penelitian
Iyalomhe, learning in banyak institusi lebih
Giuseppe T Nigerian selama difokuskan
Cirella higher penguncian pada analisis
(2021) education COVID-19 dan sebuah
tidak ingin peristiwa.
pembelajaran Tidak
online berlanjut membahas
23
setelah pandemi tentang
karena implementasi
infrastruktur kebijakan.
internet yang
buruk dan
kurangnya listrik.
Studi
menyimpulkan
bahwa mahasiswa
pendidikan tinggi
di Nigeria
memiliki
penerimaan yang
rendah akibat
pembelajaran
online, dan lebih
memilih
pengaturan kelas
tradisional.
12 Ka Ho COVID-19 Kuantitatif mahasiswa Topik yang Penelitian
Mok, pandemic's merasa tidak puas dibahas, yaitu tersebut
Weiyan disruption on dengan pembelajaran menggunakan
Xiong and university pengalaman dan daring pendekatan
Hamzah teaching and efek dari belajar kuantitatif.
Nor Bin learning and online serta Tidak
Aedy competence pembelajaran membahas
Rahman cultivation: online dianggap tentang
(2021) Student kurang efektif. implementasi
evaluation of Pendemi juga kebijakan.
online berdampak pada penelitian
learning fisik dan psikis dilakukan di
experiences kesejahteraan universitas.
in Hong tidak hanya siswa
Kong internasional/non-
lokal tetapi juga
siswa lokal yang
belajar di
universitas Hong
Kong.
24
pemerintahan. Berkembang dari model briokrasi klasik ke model
pemilihan kepentingan publik Bellone (dalam Banga, 2018).
25
Dalam administrasi Publik terdapat lima paradigma yang
mempengaruhi perkembangan Administrasi Publik (Toha, 2008) yaitu:
26
mendapat sumbangan pokok dai hasil kerja sarjana-sarjana
psikologi sosial, administrasi perusahaan, dan sosiologi.
5. Paradigma administrasi negara sebagai administrasi negara
Kebaharuan ditahap paradigma ke lima ini yaitu locus administrasi
negara tidak hanya pada ilmu murni administrasi negara, tetapi
juga pada teori organisasi. Pada dua setengah dekade terakhir
perhatian pada teori organisasi ditujukan terutama pada bagaimana
dan mengapa organisasi-organisasi itu bekerja, bagaimana dan
kenapa orang-orang berperilaku dalam organisasi demikian pula
bagaimana dan kenapa diambil keputusan-keputusan itu.
27
Dapat disimpulkan bahwa, implementasi merupakan bagian dari
proses kebijakan publik dalam bentuk tindakan yang dilakukan oleh
indvidu atau kelompok dalam kepentingan publikuntuk mencapai tujuan
suatu kebijakan.
28
2.3.3 Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan secara sederhana dapat diartikan sebagai
proses menerjemahkan peraturan ke dalam bentuk tindakan. Dalam
praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu
kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis karena wujudnya
intervensi berbagai kepentingan. Pengukuran keberhasilan suatu
implementasi kebijakan dapat dilihat dari prosesnya dengan
mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah
ditentukan, yaitu melihat pada action program dari individual projects dan
yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai. Implementasi
kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan
struktur kebijakan karena melalui prosedur inilah suatu masalah publik
dapat diselesaikan atau tidak (Agustino, 2019).
Implementasi kebijakan merupakan proses lebih lanjut dari tahap
formulasi kebijakan. Pada tahap formulasi diterapkan strategi dan tujuan
kebijakan, sedangkan tindakan untuk mencapai tujuan diselenggarakan
pada tahap implementasi kebijakan. Implementasi adalah seperangkat
kegiatan yang dilakukan yang mengikuti satu keputusan yang telah
diterbitkan. Guna merealisasikan pencapaian sasaran itu, diperlukan
serangkaian aktivitas (Syahruddin, 2019). Maka dapat disimpulkan bahwa
implementasi merupakan operasionalisasi dari berbagai aktivitas untuk
mencapai suatu sasaran tertentu.
Edward III (dalam Syahruddin, 2019) menyatakan bahwa
implementasi kebijakan merupakan tahap pembuatan kebijakan antara
pembentukan kebijakan dan konsekuensi atau akibat dari kebijakan pada
kelompok sasaran yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat
untuk mengurangi masalah yang merupakan sasaran kebijakan, maka
kebijakan tersebut mungkin akan mengalami kegagalan meskipun
kebijakan tersebut diimplementasikan dengan sangat baik, bahkan
kebijakan yang cemerlang jika diimplementasikan dengan kurang baik,
cenderung akan mengalami kegagalan untuk mencapai tujuan. Ketika
suatu kebijakan diimplementasikan dengan baik dan semaksimal mungkin,
29
maka tidak menutup kemungkinan bahwa kebijakan tersebut akan berhasil
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Edward III (dalam Purwanto dan Sulistyastusi, 2015),
mengungkapkan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi atau
perilaku, dan struktur birokrasi. Sedangkan, kegagalan implementasi
kebijakan dapat disebabkan oleh pelaksanaan yang kurang baik (bad
execution), kebijakannya sendiri yang memang jelek (bad policy), dan
kebijakan yang bernasib jelek (bad luck). Dengan permasalahan kegagalan
tersebut, maka Edward III (1980) melihat bahwa struktur birokrasi
mempunyai dampak atas implementasi kebijakan dalam arti bahwa
penerapan kebijakan tidak akan berhasil jika terdapat kekurangan dalam
struktur birokrasi tersebut. Dengan demikian, Edward III (1980) lebih
memfokuskan perhatian terhadap dua karakteristik birokrasi yang umum
yaitu penggunaan sikap dan prosedur ang rutin serta fragmentasi dalam
pertanggung jawaban diantara berbagai unit organisasi.
Grindle dan Winarno (dalam Syahruddin, 2019) juga memberikan
pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan bahwa secara
umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan (linkage) yang
memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak
dari suatu kegiatan pemerintah. Maka, tugas implementasi mencakup
terbentuknya “A police delivery system” di mana sarana-sarana tertentu
dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan yang
diinginkan. Keterkaitan antara tujuan-tujuan dalam implementasi
merupakan faktor agar suatu implementasi dapat mencapai keberhasilan
sesuai dengan yang diharapkan.
Selanjutnya, Van Meter dan Van Horn (dalam Syahruddin, 2019)
membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah
maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-
tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan
30
besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan keputusan kebijakan. maka
dapat disimpulkan bahwa pembatasan dari implementasi kebijakan
tersebut adalah berupa tindakan-tindakan berupa usaha-usaha guna
mencapai perubahan baik besar maupun kecil yang ditetapkan oleh
keputusan-keputusan dari kebijakan.
Ripley dan Franklin (dalam Rulinawaty Kasmad, 2018)
mengatakan bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-
undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan,
keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible
output). Istilah implementasi merujuk pada sejumlah kegiatan yang
mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-
hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Implementasi
mencakup tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan) oleh berbagai
aktor khusunya para birokrat yang dimaksudkan untuk membuat program
berjalan.
”In order to understand what occurs when a policy is being
implemented, it is necessary to explore the related stages of the policy
process. The policy process is complex. Implementation is but one part of
this process and is related and interdependent with the other parts.
Implementation cannot be considered without reference to these other
parts. In that case, one will obtain only a limited undrstanding. Thus, a
conceptual reaucracoverview of the entire policy process within the
bureaucracy is required.” (Q. Khan, 1987)
(Untuk memahami apa yang terjadi ketika suatu kebijakan
diimplementasikan, perlu ditelusuri tahapan-tahapan terkait dari proses
kebijakan tersebut. Proses kebijakan itu rumit. Implementasi hanyalah
salah satu bagian dari proses ini terkait dan saling bergantung dengan
bagian lain. Implementasi tidak dapat dipertimbangkan tanpa mengacu
pada bagian lain. Dalam hal ini, seseorang hanya akan memperoleh
pemahaman yang terbatas. Oleh karena itu, diperlukan suatu tinjauan
ulang konseptual dari keseluruhan proses kebijakan di dalam birokrasi).
31
2.4 Faktor Penghambat Implmentasi Kebijakan
Implementasi kebijakan mempunyai berbagai hambatan yang
mempengaruhi pelaksanaan suatu kebijakan publik. Menurut Gow dan
Morss (dalam Pasolong 2010) dalam bukunya yang berjudul
“Reformasi Pelayanan Publik (Teori, Kebijakan dan Implementasi)”
mengungkapkan hambatan-hambatan tersebut antara lain:
1. Hambatan politik, ekonomi dan lingkungan;
2. Kelemahan institusi;
3. Ketidakmampuan SDM dibidang teknis dan administratif;
4. Kekurangan dalam bantuan teknis;
5. Kurangnya desentralisasi dan partisipasi;
6. Pengaturan waktu (timing);
7. Sistem informasi yang kurang mendukung;
8. Perbedaan agenda tujuan antar aktor; dan
9. Dukungan yang berkesinambungan.
32
1. Isi kebijakan
Pertama, implementasi kebijakan gagal karena masih samarnya
isi kebijakan, maksudnya apa yang menjadi tujuan tidak cukup
terperinci, sarana-sarana dan penerapan prioritas, atau program-
program kebijakan terlalu umum atau sama sekali tidak ada.
Kedua, kurangnya ketetapan intern maupun ekstern dari
kebijakan yang akan dilaksanakan. Ketiga, kebijakan yang akan
diimplementasiakan dapat juga menunjukkan adanya kekurangan-
kekurangan yang sangat berarti. Keempat, penyebab lain dari
timbulnya kegagalkekurangan-kekurangan yang menyangkut
sumber daya-sumber daya pembantu, misalnya yang menyangkut
waktu, biaya/dana dan tenaga manusia.
2. Informasi
Implementasi kebijakan publik mengasumsikan bahwa para
pemegang peran yang terlibat langsung mempunyai informasi
yang perlu atau sangat berkaitan untuk dapat memainkan
perannya dengan baik. Informasi ini justru tidak ada, misalnya
akibat adanya gangguan komunikasi.
3. Dukungan
Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada
pengimlementasiannya tidak cukup dukungan untuk pelaksanaan
kebijakan tersebut.
4. Pembagian potensi
Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi
suatu kebijakan publik juga ditentukan aspek pembagian potensi
diantara para pelaku yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal
ini berkaitan dengan diferensiasi tugas dan wewenang organisasi
pelaksana.Struktur organisasi pelaksanaan dapat menimbulkan
masalah-masalah apabila pembagian wewenang dan tanggung
jawab kurang disesuaikan dengan pembagian tugas atau ditandai
oleh adanya pembatasan-pembatasanyang kurang jelas.
33
Menurut James Anderson yang dikutip oleh Bambang
Sunggono, faktor-faktor yang menyebabkan anggota masyarakat tidak
mematuhi dan melaksanakan suatu kebijakan publik, yaitu :
34
kebijakan ini berperspektif top-down dan diberi nama dengan istilah direct
and indirect impact on implementation oleh George C. Edward III. Dalam
pendekatan ini, terdapat empat variabel yang sangat menentukan
keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu komunikasi, sumber daya,
disposisi, dan struktur birokrasi.
A. Komunikasi
Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
implementasi kebijakan publik. Komunikasi diperlukan agar para
pembuat keputusan dan para implementator semakin konsisten dalam
melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam
masyarakat. Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam
mengukur keberhasilan variabel komunikasi, diantaranya adalah :
1. Transmisi, penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu implementasi yang baik pula.
2. Kejelasan, komunikasi yang diterima oleh para pelaksana
kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak ambigu).
3. Konsistensi, perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu
komunikasi haruslah konsisten (untuk diterapkan dan dijalankan).
B. Sumber Daya
Sumber daya juga merupakan hal penting lainnya yang dapat
mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Terdapat
empat indikator dalam variabel sumber daya, diantaranya yaitu :
1. Staf, sumber daya manusia (SDM) merupakan sumber daya utama
dalam implementasi kebijakan. Salah satu alasan kegagalan dalam
implementasi kebijakan adalah staf yang tidak mencukupi,
memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya.
2. Informasi, di dalam implementasi kebijakan terdapat dua bentuk
informasi yaitu : (i) informasi yang berhubungan dengan cara
melaksanakan kebijakan. (ii) informasi mengenai data kepatuhan
dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah
yang telah ditetapkan.
35
3. Wewenang, kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi yang
bersifat formal bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan
yang ditetapkan secara politik.
4. Fasilitas, fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam
implementasi kebijakan.
C. Disposisi
Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana
kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan
tetapi juga memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga
dalam praktiknya tidak terjadi bias. Hal-hal penting yang harus
diperhatikan dalam variabel disposisi adalah :
1. Efek disposisi, disposisi atau sikap para pelaksana akan
menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap
impelementasi kebijakan bila anggota yang ada tidak
melaksanakan kebijakan-kebijakan yang dinginkan oleh pejabat-
pejabat tinggi.
2. Melakukan pengaturan birokrasi (staffing the bureaucracy) : dalam
konteks ini Edward III mensyaratkan bahwa impelementasi
kebijakan harus dilihat juga dalam hal pengaturan birokrasi.
3. Insentif, pada umumnya orang bertindak menurut kepentingan
mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat
kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan.
Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin
akan menjadi pendorong yang membuat para pelaksana kebijakan
melaksanakan perintah dengan baik.
D. Struktur Birokrasi
Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung
kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan
koordinasi dengan baik. Terdapat dua karakteristik dalam struktur
birokrasi yaitu membuat standar operating procedurs (SOPs) dan
melaksanakan fragmentasi.
36
1. Membuat standar operating procedures (SOPs) yang lebih
fleksibel.
2. Melaksanakan fragmentasi, bertjuan untuk menyebar tanggung
jawab berbagai aktivitas, kegiatan atau program pada beberapa unit
kerja yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
37
fasilitas, yaitu alat komunikasi seperti handphone dan laptop yang
digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran daring.
38
Menurut Budimansyah (dalam Haryati, 2017) mengemukakan
bahwa pembelajaran sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau
perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat pengalaman atau
pelatihan. Jika perubahan hanya berlangsung sekejap dan kemuadian
kembali ke keadaan semula, maka kegiatan tersebut belum dapat dikatakan
sebagai pembelajaran meskipun terjadi pengajaran. Dari uraian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai
pembelajaran ketika pembelajaran tersebut dapat membawa perubahan
kepada peserta didik dan perubahan tersebut bersifat permanen.
39
Qomarudin (dalam Fatimah, 2021) menyatakan bahwa, pembelajaran
daring merupakan program pelaksana kelas belajar untuk mencapai
kelompok yang kuat dan luas melalui jaringan internet dengan jumlah
peserta yang tidak terbatas, pembelajaran dapat dilaksanakan secara gratis
maupun berbayar. Menurut Moore dkk (dalam Fatimah, 2021),
pembelajaran daring adalah pembelajaran yang memanfaatkan jaringan
internet dengan aksesibilitas, fleksibilitas, konektivitas, dan kemampuan
untuk menciptakan beragam jenis interaksi pembelajaran.
40
membuat peserta didik belajar menggunakan aplikasi online sehingga
kemandirian peserta didik dapat ditingkatkan.
41
pandemi karena virus ini telah menyebar ke berbagai negara bahkan
sudah mendunia. WHO mengartikan pandemi sebagai suatu kondisi
populasi pada dunia dan berpotensi menjadikan jatuh dan sakit.
Pandemi sendiri adalah wabah yang berjangkit secara bersamaan
dimana-mana yang menyebar luas. Pandemi Covid-19 ini juga
berdampak dari berbagai sektor kehidupan seperti ekonomi, sosial dan
juga pendidikan. Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Educational, Scientific, and
Cultural Organization (UNESCO) pada hari kamis 5 maret 2020
menyatakan bahwa wabah Covid-19 ini telah berdampak pada dunia
pendidikan (Hendra Irawan, 2020).
Di Indonesia, adanya pandemi covid-19 juga berdampak pada
dunia pendidikan. Dampak yang dirasakan oleh peserta didik di
instansi penyelenggara pelayanan pendidikan seperti sekolah di semua
tingkatan yatitu formal, non formal bahkan sampai ke perguruan
tinggi. Agar dapat memutus rantai penyebaran covid-19 tetapi kegiatan
pembelajran tetap dilaksanakan, pemerintah mengeluarkan kebijakan
pembelajaran daring yang dilakukan dari rumah masing-masing.
Kegiatan pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka
langsung, berubah menjadi kegiatan belajar secara daring (online).
Dengan diberlakukannya pembelajaran daring pada instansi
pendidikan diharapkan dapat memudahkan guru dan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia
biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu
biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang
ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan
Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute
42
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).
Seperti penyakit pernapasan lainnya, COVID-19 dapat
menyebabkan gejala ringan termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk,
dan demam. Sekitar 80% kasus dapat pulih tanpa perlu perawatan
khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang mungkin akan menderita sakit
yang parah, seperti disertai pneumonia atau kesulitan bernafas, yang
biasanya muncul secara bertahap. Walaupun angka kematian penyakit
ini masih rendah (sekitar 3%), namun bagi orang yang berusia lanjut,
dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya
(seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung), mereka
biasanya lebih rentan untuk menjadi sakit parah. Melihat
perkembangan hingga saat ini, lebih dari 50% kasus konfirmasi telah
dinyatakan membaik, dan angka kesembuhan akan terus meningkat.
Dalam masa pandemi seperti ini banyak bidang yang
merasakan dampaknya, termasuk pada bidang pendidikan. Bidang
pendidikan mengalami kesulitan dalam pembelajaran yang harus
dilakukan dalam setiap harinya, pembelajaran tetap berlangsung
dengan pemanfaatan internet yang ada pada saat sekarang ini.
Beberapa dampak yang dirasakan dalam pendidikan menurut
Hidayatullah (2020) ialah :
a. Keterbatasan teknologi antara guru dan siswa
Kendala ini banyak dialami oleh guru dan siswa yang kurang
pemahaman dengan teknologi internet, guru dan siswa akan merasa
kesulitan dalam pembelajaran daring yang akan terus berlangsung
dimasa pandemi ini.
b. Sarana dan prasarana yang kurang memadai
Sarana dan prasarana teknologi yang kurang memadai akan
memperlambat adanya pembelajaran daring tersebut. Perangkat
teknologi yang mahal membuat sarana dan prasarana menjadi
terhambat dan dengan adanya pandemi ini penghasilan ekonomi
pun juga menurun.
43
c. Akses Internet Yang Terbatas
Akses internet yang belum sepenuhnya merata ke daerah-daerah
yang terpencil mengakibatkan terhambatnya proses pembelajaran
daring yang terlaksana. Tidak semua orang dapat menikmati
internet ini, terkadang daerah yang terlihat mudah dalam akses
internet pun sering merasakan lambatnya akses internet yang ada.
d. Kurang siapnya penggadaan anggaran
Biaya juga menjadi penghambat akan terlaksananya pembelajaran
atau tidak, karena anggaran juga perlu disiapkan untuk proses
pembelajaran daring. Ketika pembelajaran harus terus berlangsung
dilaksanakan dan anggaran tidak ada maka juga akan terjadi suatu
hambatan pada pembelajaran.
44
melakukan berbagai persiapan agar pembelajaran daring dapat
dilaksanakan dengan baik. Persiapan yang dilakukan diantaranya
sosialisasi oleh pengawas kepada kepala sekolah dan para guru,
pembinaan dari kepala sekolah kepada para guru dan sosialisasi yang
dilakukan kepada orang tua murid. Pembelajaran daring di SD Negeri
Sunter Agung 07 dilakukan melalui aplikasi zoom untuk penyampaian
materi dan aplikasi grup whatsapp sebagai media untuk berkomunikasi
seperti penyampaian tugas dan pengumpulan tugas.
45
yang baik antar pelaksana, sumber daya yang memadai, karakteristik
implementator serta struktur birokrasi yang baik.
46
Gambar 2.9 Kerangka Berpikir
Permasalahan :
1. Terjadinya Pandemi Covid-19
2. Anjuran untuk melakukan segala kegiatan dari rumah
3. Penutupan instansi pendidikan
4. Keterbatasan alat komunikasi dan kuota internet yang dimiliki oleh
siswa dan orang tua siswa
5. Kurangnya perhatian siswa terhadap pembelajaran daring
6. Kesulitan orang tua untuk menyampaikan materi pembelajaran pada
anak-anaknya
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
48
c. Informan Pendukung merupakan orang yang dapat memberikan
informasi tambahan sebagai pelengkap analisis dan pembahasan dalam
penelitian kualitatif. Informan pendukung terkadang memberikan
informasi yang tidak diberikan oleh informan utama atau informan
kunci.
49
Tabel 3.3 Rencana Kegiatan Penelitian
Waktu
No. Kegiatan Tahun 2021
Jul Ags Sept Okt Nov Des
1. Pengajuan Judul
2. Penetapan Judul
3. Observasi Awal
A. Wawancara
Esterberg (dalam Sugiyono, 2015) mendefinisikan
wawancara sebagai “a meeting of two person to exchange
information and idea through question and responses, resulting in
communication and joint construction of meaning about a
particular topic”. (Wawancara adalah merupakan pertemuan dua
50
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila
peniliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada
laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya
pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2015).
Esterberg (dalam Sugiyono, 2015) mengemukakan beberapa
macama wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur,
dan tidak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur (structured interview)
Menurut (Sugiyono, 2015) wawancara terstruktur digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang
akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,
pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula,
pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara
sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara
mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training
kepada calon pewawancara. Wawancara yang akan digunakan
oleh peneliti adalah wawancara terstruktur.
2. Wawancara Semiterstruktur (Semistructure interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth
interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan
51
secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono,
2015). Selain menggunakan wawancara terstruktrur Peneliti
juga menggunakan wawancara semiterstruktur.
3. Wawancara tak berstruktur (instructured interview)
Menurut (Sugiyono, 2015) wawancara tidak berstruktur, adalah
wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.
B. Observasi
Nasution (dalam Sugiyono, 2015) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan
dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,
sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron)
maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi
dengan jelas.
52
Marshall (dalam Sugiyono, 2015) menyatakan bahwa
“through observation, the researcher learn about behavior and the
meaning attached to those behavior”. (Melalui observasi, peneliti
belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut).
C. Dokumentasi
Menurut (Sugiyono, 2015) dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan
(life stories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sektsa dan lain-
lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari pengguna metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.
Dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan telepon
genggam peneliti untuk mengabadikan momen ketika peneliti
melakukan observasi berupa foto dan perekaman wawancara
kepaada para informan.
53
perwakilan siswa dari msing-masing kelas, dan perwakilan orang tua
murid SD Negeri Sunter Agung 07 Pagi, Jakarta Utara.
54
1. Data Reduction (Reduksi Data)
55
merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif diharapkan merupakan kesimpulan baru yang sebelumnya
belum pernah ada.
56
Daftar Pustaka
Buku
Hidayat, Rahmat., & Abdilah. 2019. Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan
Aplikasinya”. Medan:Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia
(LPPPI).
Jurnal/Skripsi
Andini, Yuli Tri., & Widayanti, Melia Dwi. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran
Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 Di TK Bias Yogyakarta.
TARBIYATUNA: Kajian Pendidikan Islam, Vol. 4 No. 2.
57
Egielewa, Peter., Idogho, Philipa O., Iyalomhe, Felix O., & Cirella, Giuseppe T.
(2021). COVID-19 and digitized education: Analysis of online learning in
Nigerian higher education. E-Learning and Digital Media, Vol. 0(0) 1–17.
Jayul, Achmad., & Irwanto Edi. (2020). Model Pembelajaran Daring Sebagai
Alternatif Proses Kegiatan Belajar Pendidikan Jasmani di Tengah Pandemi
Covid-19. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol. 6, No. 2 Hal. 190-199.
Patimah, Siti., Lyesmaya, Dyah., & Maula, Luthfi Hamdani. (2020). Analisis
Aktivitas Pembelajaran Matematika Pada Materi Pecahan Campuran
Berbasis Daring (Melalui Aplikasi Whatsapp) Di Masa Pandemi Covid-19
Pada Siswa Kelas 4 SDN Pakujajar CBM. Jurnal Kajian Pendidikan Dasar
(JKPD) Vol. 5 No. 2.
Peraturan Perundang-undangan
58
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Deases-19.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-pelaksanaan-
kebijakan-pendidikan-dalam-masa-darurat-penyebaran-covid19 diakses
pada 05 Agustus 2021.
Website
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-for-public diakses
pada 20 September 2020
59