Tugas Iii Administrasi Pertanahan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

SENGKETA PERTANAHAN

DISUSUN
OLEH :

NAMA : IMAM HAMBALI


NIM : 050954957

UNIVERSITA TERBUKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Tanah merupakan sebuah media wajib yang digunakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya terutama kebutuhan pangan, apalagi bagi
masyarakat yang matapencahariannya sebagai seorang petani seperti masyarakat
Indonesia pada umumnya. Melihat dari sejarah, tidak hanya masyarakat Indonesia,
pada era abad ke 18 antara tahun 1650 – 1800 para pemilik, ahli tanaman dan
peternakan di Eropa, terutama di Inggris sudah mendiskusikan cara yang terbaik
untuk mengolah pertanian dan meningkatkan hasil panen. Para ilmuan meneliti cara
menternakkan hewan, mengolah tanah dan meningkatkan hasil panen, berbagai kota
dan industry tumbuh semakin pesat, sementara pertanian menghasilkan lebih
banyak uang. Ketika keuntungan meningkat, para pemilik tanah semakin giat
melakukan penelitian dan eksperimen, semua ini yang mendorong terjadinya revolusi
pertanian, begitu juga di Indonesia banyak kota-kota tumbuh begitu pesat dampak
dari petanian dan perkebunan, ternyata pertanian menghasilkan banyak uang bagi
para pelaku-pelakunya membuat banyak orang, perusahaan swasta local maupun
asing serta BUMN mendulang banyak rupiah dari pertanian dan perkebunan. Dilihat
dari sejarah pertanian, terjadi perubahan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi era tahun 1836 – 1913 yang melahirkan revolusi.
Kasus-kasus yang menyangkut sengketa di bidang pertanahan dapat
dikatakan tidak pernah surut, bahkan mempunyai kecenderungan untuk meningkat
di dalam kompleksitas permasalahannya maupun kuantitasnya seiring dinamika di
bidang ekonomi, sosial dan politik. Terkait dengan banyak mencuatnya kasus
sengketa tanah ini, Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Joyo
Winoto mengatakan, bahwa terdapat sedikitnya 2.810 kasus sengketa tanah skala
nasional. Kasus sengketa tanah itu tersebar di seluruh Indonesia dalam skala besar.
Yang berskala kecil, jumlahnya lebih besar lagi.
Penyelesaian terhadap kasus-kasus terkait sengketa perdata, pada
umumnya ditempuh melalui jalur pengadilan dengan dampak pihak yang
bersengketa harus mengeluarkan biaya besar seiring lamanya waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan sengketa tersebut.
Alternatif lain yang lebih efektif adalah melalui jalur non pengadilan yang
pada umumnya ditempuh melalui cara-cara perundingan yang dipimpin atau
diprakarsai oleh pihak ketiga yang netral atau tidak memihak sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. Pilihan penyelesaian sengketa melalui cara
perundingan/mediasi ini mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan berperkara
di muka pengadilan baik dari segi waktu, biaya, dan pikiran/tenaga. Disamping itu,
kurangnya kepercayaan atas kemandirian lembaga peradilan dan kendala
administratif yang melingkupinya membuat pengadilan merupakan pilihan terakhir

Makalah Administrasi Pertanahan Universita Terbuka 1


untuk penyelesaian sengketa. Mediasi memberikan kepada para pihak kesamaan
kedudukan dan upaya penentuan hasil akhir perundingan dicapai menurut
kesepakatan bersama tanpa tekanan atau paksaan. Dengan demikian, solusi yang
dihasilkan mengarah kepada prinsip bahwa para pihak sama-sama mendapatkan
keuntungan (win-win solution).
Pada dasarnya pilihan penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan 2

(dua) proses. Penyelesaian proses melalui litigasi di dalam pengadilan, dan proses

penyelesaian sengketa melalui kerja sama (koopratif) diluar pengadilan. Proses

litigasi biasanya mengasilkan kesepakan yang bersifat advirsial yang belum mampu

merangkul kepentingan bersama, cenderung menambah masalah baru, lamban

dalam penyelesainnya. Sebaliknya, melalui proses diluar pengadilan menghasilkan

kesepakatan yang bersifat “win - win solution”, menyelesaikan koprehensif dalam

kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik2

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, setidaknya permasalahan yang


akan dikaji lebih lanjut, antara lain:
1. Apa penyebab timbulnya sengketa tanah?
2. Bagaimana kedudukan pengadilan adat dalam rangka menyelesaikan sengketa
tanah?

Makalah Administrasi Pertanahan Universita Terbuka 2


BAB II

SENGKETA TANAH

Sengketa tanah merupakan sengketa yang sudah lama ada, dari era orde lama,
orde baru, era reformasi dan hingga saat ini. Sengketa tanah secara kualitasmaupun
kuantitas merupakan masalah yang selalu ada dalam tatanan kehidupmasyarakat.
Sengketa atau konflik pertanahan menjadi persoalan yang kronis dan bersifat klasik serta
berlangsung dalam kurun waktu tahunan bahkan puluhan tahun dan selalu ada dimana-
mana. Sengketa dan konflik pertanahan merupakan bentuk permasalahan yang sifatnya
komplek dan multi dimensi24. Sudah merupakan fenomena yang inheren dalam sejarah
kebudayaan dan peradaban manusia, terutama sejak masa agraris dimana sumber daya
berupa tanah mulai memegang peranan penting sebagai faktor produksi untuk memenuhi
kebutuhan manusia25. Berkaitan dengan pengertian Sengketa Pertanahan dapat dilihat
dari dua bentuk pengertian yaitu pengertian yang diberikan para ahli hukum dan yang
ditegaskan oleh peraturan perundang-undangan.

Menurut Rusmadi Murad sengketa hak atas tanah, yaitu : timbulnya sengketa
hukum adalah bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang/badan) yang berisi
keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status tanah, prioritas,
maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara
administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Lebih lanjut menurut
Rusmadi Murad, sifat permasalahan sengketa tanah ada beberapa macam, yaitu :

1. Masalah atau persoalan yang menyangkut prioritas untuk dapat diterapkan


sebagai pemegang hak yang sah atas tanah yang berstatus hak, atau atas
tanah yang belum ada haknya.
2. Bantahan terhadap suatu alas hak/bukti perolehan yang digunakan sebagai
dasar pemberian hak (perdata).
3. Kekeliruan atau kesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan
peraturan yang kurang atau tidak benar.
4. Sengketa atau masalah lain yang mengandung aspek-aspek sosial
praktis/bersifat strategis

Menurut Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 1 Tahun 1999 tentang


Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan, Pasal 1 butir 1 : Sengketa Pertanahan
adalah perbedaan pendapat mengenai, keabsahan suatu hak, pemberian hak atas tanah,
dan pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihannya serta penerbitan bukti haknya,
anatara pihak yang berkepentingan maupun antara pihak-pihak yang berkepentingan
dengan instansi dilingkungan Badan Pertanahan Nasional.

Sengketa tanah diatur dalam Undang-undang tentang Sengketa Tanah. dengan


kata lain, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Indonesia No. 3 Tahun 2011

Makalah Administrasi Pertanahan Universita Terbuka 3


mendefinisikannya sebagai sengketa tanah yang melibatkan badan hukum, badan, atau
orang perseorangan. Singkatnya, tanah yang disengketakan adalah tanah yang
kepemilikannya dipersengketakan oleh dua pihak yang saling bersaing untuk mengklaim
kepemilikan atas tanah tersebut. Jenis kasus sengketa tanah ini berkisar dari dokumen
palsu hingga batas tanah yang diubah secara ilegal. Ada tiga jenis sengketa tanah antara
lain Kasus Ringan. Dikatakan kasus ringan, karena pengadaannya berupa petunjuk
teknis manajemen, yang cukup melengkapi perbandingan dengan petunjuk
perbandingan kepada pemohon atau pengadu. Kedua, kasus sedang. Ini adalah kasus
yang moderat karena melibatkan hukum dalam resolusi dan kontrol yang jelas, tetapi
tidak menyebabkan gejala sosial, politik, keamanan atau ekonomi. Ketiga, kasus serius.
Konflik mempengaruhi banyak orang dan dapat dianggap serius jika aspek hukumnya
cukup kompleks untuk menimbulkan masalah sosial, politik dan keamanan. Sengketa
tanah disebabkan oleh banyak faktor atau sebab. Faktor-faktor tersebut sangat dominan
dalam semua sengketa pertanahan, karena peraturan yang tidak sempurna,
ketidaksesuaian dengan peraturan, dan kurangnya respon dari otoritas pertanahan
terhadap integritas dan kuantitas tanah yang tersedia. Berisi data yang tidak akurat. Data
tanah yang tidak lengkap dan tidak akurat, sumber daya yang terbatas untuk
menyelesaikan sengketa tanah, transaksi tanah yang tidak akurat, tindakan hukum
pemohon, dan perbandingan dengan otoritas lain. Ini mengarah pada duplikasi otoritas.
Sengketa tanah yang terjadi di Indonesia biasanya terkait dengan persetujuan pemilikan
tanah, peralihan hak, peralihan hak, dan penguasaan tanah milik pribadi sebelumnya.
Untuk menggunakan tanah sebagai sumber daya pertanian secara adil, transparan dan
produktif, hak ulayat dan keberadaan masyarakat hokum adat harus diperhatikan. Selain
itu, keutuhan data inventarisasi, jumlah/luasan, dan status pengelolaannya harus lengkap
dan mutakhir agar tercipta rencana tata ruang wilayah yang serasi dan seimbang

Apabila terjadi sengketa tanah di suatu daerah, pejabat setempat dapat segera
menyelesaikannya dan hasil penyelesaian sengketa tersebut akan lebih dapat diterima
oleh para pihak yang bersengketa. Kondisi ini kemudian melahirkan reformasi hukum
pertanahan dan sekaligus membawa perkembangan masyarakat. Reformasi hukum
pertanahan yang mendahului perkembangan politik pertanahan tentunya harus dimulai
dengan perkembangan hukum pertanahan sebagai bagian dari tatanan hukum nasional.
Namun, pembangunan tersebut harus terus didasarkan pada prinsip-prinsip dasar UUPA
sebagai ketentuan utama hukum nasional. Dalam penyelesaian sengketa tanah bisa
dilakukan dengan berbagai cara antara lain, melalui pengadilan, pengaduan ke kantor
pertanahan dan secara damai melalui mediasi. Pertama, penyelesaian sengketa secara
damai melalui mediasi. Mediasi merupakan alternatif penyelesaian sengketa tanah di luar
pengadilan yang mengutamakan tata cara penyuluhan untuk mencapai mufakat, waktu
penyelesaian sengketa yang kontroversial, jalur yang terstruktur, berorientasi pada tugas,
dan intervensi dengan partisipasi aktif. untuk mencapai kontribusi terhadap hal-hal yang
disepakati dengan kesepakatan bersama. Peran mediator selama mediasi adalah untuk
memimpin diskusi, menegakkan atau mempertahankan undang-undang, mendorong

Makalah Administrasi Pertanahan Universita Terbuka 4


para pihak untuk terbuka tentang masalah dan kepentingan, dan membuat mereka sadar
bahwa konflik bukanlah pertempuran tetapi menyelesaikan, mendengarkan, mencatat,
dan mengajukan pertanyaan akan membantu para pihak mencapai kesepakatan.
Tahapan dan proses mediasi meliputi: Pertama, menjalin hubungan dengan para pihak
yang bersengketa melalui pra-mediasi, yaitu, (1) Menjelaskan peran mediator dan
memberikan pemahaman kepada para pihak tentang proses dan tata cara mediasi. (2)
Strategi mediasi prosiding. Mediator menjelaskan kekuatan dan kelemahan masing-
masing pihak, dan mediator mendukung para pihak dalam analisis sebagai proposal
pengelolaan sengketa. (3) Mengumpulkan dan menganalisis informasi latar belakang
masalah Mengumpulkan dan menganalisis data sengketa Menentukan para pihak dan
subjek sengketa dan menentukan kepentingan para pihak yang bersengketa, (4)
Merundingkan siapa yang akan terlibat dalam perundingan dan di mana Bagaimana
negosiasi diatur, pengaturan tempat duduk para peserta, prosedur yang digunakan,
masalah atau kepentingan, dan apa yang mungkin Para pihak mungkin ingin melakukan
perubahan. Menetapkan aturan negosiasi, rencana umum untuk negosiasi awal, cara
membimbing para pihak, atau cara memberikan wawasan tentang proses arbitrase, cara
mengatasi kebuntuan, (5) Membangun kepercayaan dan kerjasama antara para pihak.
Membangun kepercayaan para pihak dalam mempersiapkan proses mediasi. Kedua,
tahap mediasi, meliputi: (1) Memulai sesi mediasi di mana mediator memperkenalkan
dirinya dan para pihak, menjelaskan pentingnya mediasi dan peran mediator,
menjelaskan proses mediasi, dan para pihak untuk motivasi penyelesaian, penjelasan
tata tertib proses mediasi, pemberian kesempatan kepada para pihak untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan, menjelaskan maksud dari penyebabnya, menguraikan jadwal dan
waktu proses mediasi, (2) Menyiapkan agenda Menyerahkan, yaitu menyelidiki dan
mengkoordinir topik yang akan dibahas, menyiapkan agenda yang akan dibahas, dan (3)
Mengungkap kepentingan tersembunyi para pihak dengan dua cara:secara langsung,
yaitu mengajukan pertanyaan secara langsung. Mendengar atau merumuskan kembali
pernyataan yang dibuat oleh para pihak dan secara tidak langsung, yaitu oleh para pihak,
(4) Menciptakan pilihan penyelesaian sengketa. Mediator mendorong para pihak untuk
terbuka dan bersama-sama mencari alternatif pemecahan masalah. (5) Analisis opsi
penyelesaian sengketa. Mediator membantu para pihak menentukan kekuatan dan
kelemahan menerima atau menolak solusi dari masalah. Mediato

memperingatkan para pihak untuk tidak membuat permintaan yang tidak pantas
atau penawaran yang realistis. (6) Proses negosiasi. Kedua belah pihak melihat
kepentingan bersama dan siap untuk membuat konsesi satu sama lain. (7) Sebuah
kesepakatan formal tercapai. Proses atau rencana para pihak untuk membuat
kesepakatan dan melaksanakan kesepakatan mengacu pada langkah-langkah yang
dilakukan para pihak untuk melaksanakan kesepakatan dan mengakhiri perselisihan.
Jika setelah dilakukan mediasi antara para pihak yang dituangkan dalam berita acara
Perdamaian selesai, ini dapat digunakan sebagai bukti pengaturan lebih lanjut dari
tindakan yang diambil. Karena pada dasarnya bentuk kesepakatan antara para pihak

Makalah Administrasi Pertanahan Universita Terbuka 5


adalah kesepakatan antara para pihak yang sah dan merupakan hukum bagi yang
melakukannya. Apabila tidak ada perdamaian selama proses mediasi, maka rapat dan
tetap dibuatkan berita acara pertemuan serta akan diambil dan akan direkomendasikan
tindakan hukum ke pengadilan. Terlepas dari apakah mediasi merupakan hasil akhir dari
penyelesaian, penyelesaian sengketa dan sengketa tanah dengan pelaksanaan ini akan
dianggap selesai oleh Badan Pertanahan Nasional dan persoalan tersebut akan dihapus
dari pendaftaran pengaduan. Kedua, penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Jika
sengketa menyangkut penyelesaian pedesaan yang tidak sah menurut Undang-Undang
Nomor 51/Prp/1960 tentang Larangan Penggunaan Tanah Tanpa Izin Hukum,
penyelesaian secara yudisial atau agennya diajukan ke pengadilan umum melalui hukum
perdata atau pidana, atau pengadilan tata usaha negara. Sebagai aturan umum, semua
sengketa tanah dapat dibawa ke pengadilan baik di pengadilan umum dan pengadilan
tata usaha negara. Namun, bukan rahasia lagi bahwa relatif banyak sengketa tanah yang
ditemukan tidak efektif, memakan waktu dan mahal untuk diselesaikan melalui peradilan.
Selain itu, pertama, dari hasil analisis terhadap beberapa kasus sengketa tanah yang
diputus oleh pengadilan, baik di tingkat banding maupun di Pengadilan Kasasi. Tanpa
bermaksud untuk menggeneralisasikannya, tetapi tampaknya perlu untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang substansi masalah dalam kaitannya dengan konsep
yang mendasarinya. Keputusan yang diambil kemudian benar-benar memberikan
keadilan dan kepastian hukum serta bermanfaat bagi mereka yang mencari keadilan.
Dari segi hukum, masalah tanah tidak mudah untuk diselesaikan, dan dalam beberapa
kasus tidak jarang banyak entitas terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam
masalah/sengketa yang diangkat di pengadilan. Pemahaman bersama tentang konsep
tersebut diperlukan untuk mengembangkan pemahaman bersama yang mengarah pada
keputusan yang sehat dan adil bagi para pihak yang mencari keadilan. Penyelesaian
sengketa tanah melalui Pengadilan dapat menghabiskan banyak uang untuk
menyelesaikan sengketa tanah. Bahkan, biaya hukum bisa lebih tinggi dari materi pokok
dari properti yang disengketakan. Karena alasan ini, banyak yang menghindari pergi ke
pengadilan. Sebagai alternatif, biasanya mengajukan keluhan kepada pengelola kantor
pertanahan. Pengajuan dapat dilakukan dengan mengajukan keluhan ini secara tertulis
melalui kotak surat, situs web, atau meja keluhan sesuai departemen. Prosedur
pengaduan oleh Kantor Pertanahan mencakup pengiriman berkas pengaduan tertulis ke
Kantor Pendaftaran Tanah. Berkas pengaduan tersebut kemudian dibawa ke kantor
pendaftaran tanah dan diteruskan ke kepala kantor pendaftaran tanah. Setelah
persyaratan terpenuhi, mereka akan dikirim ke petugas yang didelegasikan yang
berwenang untuk menangani kasus tersebut. Perkara, proses pengelolaan pengaduan
pendaftaran pengaduan diterima oleh pejabat yang berwenang, penanggung jawab
memulai pendataan, verifikasi, dan kesaksian, apakah pengaduan merupakan
kewenangan pengaduan, dan pengaduan sesuai dengan kewenangan kementerian.

Makalah Administrasi Pertanahan Universita Terbuka 6


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Setiap kegiatan mediasi dituangkan dalam Berita Acara Mediasi. Kesepakatan
para pihak dituangkan dalam perjanjian tertulis, dan ditandatangani oleh para pihak dan
mediator. Jika para pihak diwakili kuasa hukum harus ada pernyataan tertulis dari para
pihak yang berisi persetujuan atas kesepakatan tersebut. Kesepakatan perdamaian
dapat dikuatkan dengan akta perdamaian sehingga mempunyai kekuatan hukum
mengikat para pihak. Akta perdamaian ini dibuat dihadapan notaris. Perjanjian
perdamaian didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat sehingga
mempunyai kekuatan hukum mengikat.93 Setiap mediasi perlu dibuat laporan hasil
mediasi yang berlangsung.Jika pada proses mediasi yang telah dilakukan tidak mencapai
kata sepakat, maka para pihak mempunyai dan diberikan hak untuk mengajukan
permasalahan sengketa tersebut kemuka pengadilan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, 2010 Penyelesaiaan Sengketa (alternatif Dispute Resolution) Bandung:
Citra Aditya Bakti
Abdurrahman, Kedudukan Hukum adat dalam Perundang-Undangan Agraria Indonesia,
Jakarta: Akademik Persindo, 1992
Darwin Ginting, 2010. Hukum Kepemilikan Hak Atas Tanah Bidang Agribisnis, Bogor:
Ghalia Indonesia
Felix MT. 2002. Sitorus, Lingkup Agraria dalam Menuju Keadilan Agraria,
Bandung:Yayasan Akatiga:2002
Rachmadi Usman, 2003 Pilihan Pemnyelesaiaan Sengketa Di Luar Pengadilan,
Bandung: Citra Aditya Bakti

Makalah Administrasi Pertanahan Universita Terbuka 7

Anda mungkin juga menyukai