Tugas Iii Administrasi Pertanahan
Tugas Iii Administrasi Pertanahan
Tugas Iii Administrasi Pertanahan
SENGKETA PERTANAHAN
DISUSUN
OLEH :
UNIVERSITA TERBUKA
BAB I
PENDAHULUAN
(dua) proses. Penyelesaian proses melalui litigasi di dalam pengadilan, dan proses
litigasi biasanya mengasilkan kesepakan yang bersifat advirsial yang belum mampu
B. Identifikasi Masalah
SENGKETA TANAH
Sengketa tanah merupakan sengketa yang sudah lama ada, dari era orde lama,
orde baru, era reformasi dan hingga saat ini. Sengketa tanah secara kualitasmaupun
kuantitas merupakan masalah yang selalu ada dalam tatanan kehidupmasyarakat.
Sengketa atau konflik pertanahan menjadi persoalan yang kronis dan bersifat klasik serta
berlangsung dalam kurun waktu tahunan bahkan puluhan tahun dan selalu ada dimana-
mana. Sengketa dan konflik pertanahan merupakan bentuk permasalahan yang sifatnya
komplek dan multi dimensi24. Sudah merupakan fenomena yang inheren dalam sejarah
kebudayaan dan peradaban manusia, terutama sejak masa agraris dimana sumber daya
berupa tanah mulai memegang peranan penting sebagai faktor produksi untuk memenuhi
kebutuhan manusia25. Berkaitan dengan pengertian Sengketa Pertanahan dapat dilihat
dari dua bentuk pengertian yaitu pengertian yang diberikan para ahli hukum dan yang
ditegaskan oleh peraturan perundang-undangan.
Menurut Rusmadi Murad sengketa hak atas tanah, yaitu : timbulnya sengketa
hukum adalah bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang/badan) yang berisi
keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status tanah, prioritas,
maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara
administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Lebih lanjut menurut
Rusmadi Murad, sifat permasalahan sengketa tanah ada beberapa macam, yaitu :
Apabila terjadi sengketa tanah di suatu daerah, pejabat setempat dapat segera
menyelesaikannya dan hasil penyelesaian sengketa tersebut akan lebih dapat diterima
oleh para pihak yang bersengketa. Kondisi ini kemudian melahirkan reformasi hukum
pertanahan dan sekaligus membawa perkembangan masyarakat. Reformasi hukum
pertanahan yang mendahului perkembangan politik pertanahan tentunya harus dimulai
dengan perkembangan hukum pertanahan sebagai bagian dari tatanan hukum nasional.
Namun, pembangunan tersebut harus terus didasarkan pada prinsip-prinsip dasar UUPA
sebagai ketentuan utama hukum nasional. Dalam penyelesaian sengketa tanah bisa
dilakukan dengan berbagai cara antara lain, melalui pengadilan, pengaduan ke kantor
pertanahan dan secara damai melalui mediasi. Pertama, penyelesaian sengketa secara
damai melalui mediasi. Mediasi merupakan alternatif penyelesaian sengketa tanah di luar
pengadilan yang mengutamakan tata cara penyuluhan untuk mencapai mufakat, waktu
penyelesaian sengketa yang kontroversial, jalur yang terstruktur, berorientasi pada tugas,
dan intervensi dengan partisipasi aktif. untuk mencapai kontribusi terhadap hal-hal yang
disepakati dengan kesepakatan bersama. Peran mediator selama mediasi adalah untuk
memimpin diskusi, menegakkan atau mempertahankan undang-undang, mendorong
memperingatkan para pihak untuk tidak membuat permintaan yang tidak pantas
atau penawaran yang realistis. (6) Proses negosiasi. Kedua belah pihak melihat
kepentingan bersama dan siap untuk membuat konsesi satu sama lain. (7) Sebuah
kesepakatan formal tercapai. Proses atau rencana para pihak untuk membuat
kesepakatan dan melaksanakan kesepakatan mengacu pada langkah-langkah yang
dilakukan para pihak untuk melaksanakan kesepakatan dan mengakhiri perselisihan.
Jika setelah dilakukan mediasi antara para pihak yang dituangkan dalam berita acara
Perdamaian selesai, ini dapat digunakan sebagai bukti pengaturan lebih lanjut dari
tindakan yang diambil. Karena pada dasarnya bentuk kesepakatan antara para pihak
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, 2010 Penyelesaiaan Sengketa (alternatif Dispute Resolution) Bandung:
Citra Aditya Bakti
Abdurrahman, Kedudukan Hukum adat dalam Perundang-Undangan Agraria Indonesia,
Jakarta: Akademik Persindo, 1992
Darwin Ginting, 2010. Hukum Kepemilikan Hak Atas Tanah Bidang Agribisnis, Bogor:
Ghalia Indonesia
Felix MT. 2002. Sitorus, Lingkup Agraria dalam Menuju Keadilan Agraria,
Bandung:Yayasan Akatiga:2002
Rachmadi Usman, 2003 Pilihan Pemnyelesaiaan Sengketa Di Luar Pengadilan,
Bandung: Citra Aditya Bakti