Skripsi Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofrenia Di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 145

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI PASIEN
SKIZOFRENIA DI KECAMATAN GEGER
KABUPATEN MADIUN

Oleh:
ARRIS DITA
SAMUDRRA NIM:
201402005

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI PASIEN
SKIZOFRENIA DI KECAMATAN GEGER
KABUPATEN MADIUN

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:
ARRIS DITA
SAMUDRRA NIM:
201402005

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018

ii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan hidayahnya dari allah SWT skripsi ini dapat
diselesaikan dengan penuh perjuangan dan iringan doa. Oleh karena
itu skripsi ini dipersembahkan penulis untuk keluarga dengan
penderita skizofrenia Indonesia agar dapat mengurangi stigma tentang
skizofrenia di masyarakat. Penulis juga mempersembahkan skripsi
yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian
Perawatan Diri Pasien Skizofrenia Di Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun” antara lain :
Yang pasti pertama untuk kedua orang tua yang luar biasa
mengiringi proses skripsi ini yaitu sang pemimpin dalam
keluarga Bpk. Suharno serta seorang wanita terindah yang
diberikan dalam hidup Ibu Misriyah.
Mempersembahkan untuk saudara tercinta Mas Edhi Priatmawan
serta Nenek tercinta Mbah Suratun.
Untuk Bu Asrina Pitayanti, S.Kep.,Ns., M.Kes dan Bapak
Muhidin, S.Kep.,Ns., M.Kes yang telah sabar membimbing dan
mengajari saya, serta Bapak Aris Hartono, S.Kep.,Ns., M.Kes
selaku penguji. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada
Dosen Prodi S1 Keperawatan STIKES BHM Madiun atas seluruh
ilmu, didikan dan bimbingan yang telah di berikan.
John Suwarno E. S, S. Kep., Ners terimakasih telah membantu
dalam memberikan informasi dan arahan sebelum hingga
sesudah terwujudnya skripsi ini. Semoga Allah membalas semua
kebaikan dan ilmu yang diberikan.
Mempersembahkan untuk para sahabat-sahabat Pejuang S.Kep
angkatan 2014 yang telah bersama selama 4 tahun mengarungi
perjuangan kuliah
Untuk Skuad Bu Asrina dan Pak Muhidin terima kasih atas
dorongan semangat dan kerjasama kalian.
Untuk semua teman-teman khususnya keperawatan 8a angkatan
2014. Terima Kasih banyak atas dorongan semangat dan do`a
kalian semuanya.
Untuk teman-teman seperjuangan satu almamater Prodi
Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat angkatan 2014 dan
Prodi Bidan angkatan 2014, dan teman teman adik tingkat
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun terimakasih dukungan
dan semangat kalian kepada saya sampai sekarang selesai dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Yang terakhir Untukmu Jodohku
Sampai skripsi ini kuselesaikan Allah masih belum
memberitahukan siapa yang akan menjadi tulang rusukku, Allah
masih merahasiakan kamuku. Tapi harus kamu ketahui, dalam
masa penantianku akan kehadiranmu aku menyusun skripsi ini,
memperjuangkan dan memantaskan diri agar bisa membimbing
dirimu di dunia dan akhiratmu. Untukmu perempuanku....

~ADS~
Jangan jadikan masa lalu

sebagai penghalang masa

depan mu

Tapi jadikanlah masalalu

sebagai pendorong untuk

masa depan agar menjadi

lebih baik
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Arris Dita Samudra
NIM 201402005
Judul Skripsi : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian
Perawatan Diri Pasien Skizofrenia Di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini berdasarkan pemikiran
dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya akan
mencantumkan sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di
kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi lain sesuai dengan
peraturan yang berlaku di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Madiun, Februari 2018

Arris Dita Samudra


NIM. 201402005
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arris Dita Samudra

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, Tanggal Lahir : Ponorogo, 26 Agustus 1995

Agama : Islam

Alamat : Dukuh Menggeng, RT/RW : 01/01 Desa

Gelanglor, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Ponorogo

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

2002 – 2007 : SDN 2 Gegeran

2007 – 2010 : SMPN 1 Sukorejo

2010 – 2013 : SMK PGRI 2 Ponorogo

2014 – Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Riwayat Pekerjaan : -

ix
ABSTRAK

Arris Dita Samudra


201402005

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN


PERAWATAN DIRI PASIEN SKIZOFRENIA DI KECAMATAN GEGER
KABUPATEN MADIUN

Skizofrenia merupakan masalah gangguan jiwa yang prevalensinya kecil,


namun masih menjadi masalah yang krusial di Indonesia. Penderita skizofrenia di
Indonesia lebih dari 80% tidak diobati dan ditangani secara optimal. Skizofrenia
mengakibatkan seseorang tersebut kehilangan orientasi terhadap perawatan
dirinya. Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuhan
yang sangat berarti bagi penderita, sehingga penderita skizofrenia bisa
mengoptimalkan kemampuan dalam perawatan dirinya. Tujuan dari penelitian ini
untuk menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian
perawatan diri pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
Jenis penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 70 keluarga pada pasien
skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, besar sampel yang
digunakan sejumlah 41 responden. Tehnik sampling yang digunakan adalah
Proportional Random Sampling. Metode pengumpulan data menggunakan
kuesioner pada setiap variabel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Somers’D dengan α 0,05.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa dukungan keluarga kategori baik
dengan kemandirian perawatan diri tergolong baik sebanyak 36.6%. Hasil analisa
Somers’D diperoleh nilai signifikansi ρ value = 0,000 < α = 0,05 artinya ada
hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian perawatan diri pasien
skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dengan keeratan hubungan
0.559 yang artinya keeratan hubungan dikategorikan sedang.
Dukungan keluarga sangat mempengaruhi tingkat kemandirian perawatan
diri pasien skizofrenia, semakin baik dukungan keluarga yang diberikan maka
semakin baik pula tingkat kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia. Dan
diharapkan keluarga menyadari akan pentingnya dukungan terhadap anggota
keluarganya yang mengalami skizofrenia didalam melakukan perawatan diri.

Kata kunci : dukungan keluarga, kemandirian perawatan diri, skizofrenia


ABSTRACT

Arris Dita Samudra


201402005

THE RELATIONSHIP FAMILY SUPPORT WITH INDEPENDENCE SELF


CARE SKIZOPHRENIA PATIENTS IN GEGER SUB-DISTRICT OF MADIUN
DISTRICT

Schizophrenia is problem mental disorder which the prevalence is small,


but still be crucial problem in Indonesia. Patients of schizophrenia in Indonesia
more than 80% not treated and handled optimally. Schizophrenia causes in a
person losing orientation towards self-care. Family support and friends is one of
the most significant healing medicines for the sufferer, so schizophrenia patients
can optimize their ability to self care. The purpose of this research was to analyze
is the relationship family support with independence self care skizophrenia
patients in Geger Sub-District of Madiun District.
This type of research is correlational with cross sectional approach. The
population in this research were 70 families in schizophrenia patients in Geger
Sub-District of Madiun District, the sample size was 41 respondents. The
sampling technique used is Proportional Random Sampling. Methods of data
collection using questionnaires on each variable. The statistical test used in this
study is Somers'D with α 0,05.
The results of this research that good category of family support with self-
care independence is quite good as much as 36.6%. Somers'D analysis results
obtained significance value ρ value = 0.000 <α = 0.05 that there is the
relationship family support with independence self care skizophrenia patients in
Geger Sub-District of Madiun District with the relationship 0.559 which means
the relationship is average.
Family support greatly affects the level of self-care self-sufficiency of
schizophrenic patients, the better the support the family provides the better the
level of self-care self-sufficiency schizophrenia patients. And the family is
expected to realize the importance of support for family members who experience
schizophrenia in self-care.

Keywords: family support, self-care independence, schizophrenia


DAFTAR ISI

Sampul Depan...........................................................................................................i
Sampul Dalam..........................................................................................................ii
Lembar Persetujuan................................................................................................iii
Lembar Pengesahan................................................................................................iv
Lembar Persembahan...............................................................................................v
Motto......................................................................................................................vii
Lembar Pernyataan...............................................................................................viii
Daftar Riwayat Hidup.............................................................................................ix
Abstrak.....................................................................................................................x
Abstract...................................................................................................................xi
Daftar Isi................................................................................................................xii
Daftar Tabel............................................................................................................xv
Daftar Gambar.......................................................................................................xvi
Daftar Lampiran...................................................................................................xvii
Daftar Singkatan..................................................................................................xviii
Daftar Istilah.........................................................................................................xix
Kata Pengantar......................................................................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................5
1.4.1 Manfaat Teoritis......................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Skizofrenia
2.1.1 Pengertian Skizofrenia............................................................7
2.1.2 Penyebab Skizofrenia..............................................................7
2.1.3 Tipe dan Klasifikasi Skizofrenia...........................................10
2.1.4 Gejala Skizofrenia.................................................................12
2.1.5 Riwayat Klinis Skizofrenia...................................................14
2.1.6 Kriteria Diagnostik Skizofrenia............................................15
2.1.7 Prognosa Skizofrenia............................................................17
2.1.8 Pengobatan Skizofenia..........................................................18
2.2 Konsep Dukungan Keluarga
2.2.1 Pengertian Dukungan dan Keluarga......................................21
2.2.1.1 Pengertian Dukungan................................................21
2.2.1.2 Pengertian Keluarga..................................................21
2.2.2 Pengertian Dukungan Keluarga............................................22
2.2.3 Fungsi Keluarga....................................................................22
2.2.4 Peran Keluarga......................................................................24
2.2.5 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan............................25
2.2.6 Sumber-sumber Dukungan Keluarga....................................26
2.2.7 Bentuk Dukungan Keluarga..................................................26
2.2.8 Manfaat Dukungan Keluarga................................................28
2.2.9 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga.................28
2.2.10 Dukungan Keluarga Bagi Skizofenia....................................31
2.3 Konsep Perawatan Diri
2.3.1 Pengertian Perawatan Diri.....................................................31
2.3.2 Tujuan Perawatan Diri..........................................................32
2.3.3 Jenis-jenis Perawatan Diri.....................................................32
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri..............35
2.3.5 Dampak Perawatan Diri........................................................38
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual........................................................................39
3.2 Hipotesis Penelitian..........................................................................40
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian..............................................................................41
4.2 Populasi dan Sampel.........................................................................41
4.2.1 Populasi.................................................................................41
4.2.2 Sampel...................................................................................42
4.3 Teknik Sampling...............................................................................44
4.4 Kerangka Kerja Penelitian................................................................45
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...................................46
4.5.1 Indentifikasi Variabel............................................................46
4.5.2 Definisi Operasional Variabel...............................................46
4.6 Instrumen Penelitian.........................................................................47
4.6.1 Uji Validitas..........................................................................48
4.6.2 Uji Reliabilitas......................................................................48
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................49
4.7.1 Lokasi Penelitian...................................................................49
4.7.2 Waktu Penelitian...................................................................49
4.8 Prosedur Pengumpulan Data.............................................................49
4.8.1 Pengumpulan Data................................................................49
4.8.2 Pengolahan Data....................................................................51
4.9 Teknik Analisa Data.........................................................................56
4.9.1 Analisa Univariat..................................................................56
4.9.2 Analisa Bivariat.....................................................................57
4.10 Etika Penelitian.................................................................................58
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian..........................................61
5.2 Hasil Penelitian.................................................................................62
5.2.1 Data Umum...........................................................................62
5.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin.....................................................................63
5.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia..............63
5.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggal

Bersama Keluarga Yang Sakit..................................64


5.2.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Hubungan Keluarga Yang Sakit................................64
5.2.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir..................................................65
5.2.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
65
5.2.2 Data Khusus..........................................................................66
5.2.2.1 Dukungan Keluarga Pasien Skizofrenia Di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun......................66
5.2.2.2 Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofrenia
Di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.................68
5.2.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofrenia
Di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.................70
5.3 Pembahasan.......................................................................................71
5.3.1 Dukungan Keluarga Pasien Skizofrenia Di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun.....................................................71
5.3.2 Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofrenia Di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun..................................74
5.3.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian
Perawatan Diri Pasien Skizofrenia Di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun.....................................................77
5.4 Keterbatasan Penelitian.....................................................................79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.......................................................................................80
6.2 Saran.................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................82
Lampiran-lampiran.................................................................................................85
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


Tabel 4.1 Definisi Operasional............................................................................46
Tabel 4.2 Interval Koefisien Korelasi Somer`s D...............................................58
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin...............................................................................................63
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia......63
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggal
Bersama Keluarga Yang Sakit............................................................64
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Hubungan Keluarga Dengan Yang Sakit............................................64
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir............................................................................65
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan.............................................................................................65
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Skizofrenia............66
Tabel 5.8 Deskripsi Kuesioner Dukungan Keluarga Pasien Skizofrenia
Berdasarkan 4 Indikator di Dukungan Keluarga di
Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun...................................................................67
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Kemandirian Perawatan Diri Pasien
Skizofrenia..........................................................................................68
Tabel 5.10 Deskripsi Kuesioner Kemandirian Perawatan Diri Pasien
Skizofrenia Berdasarkan 4 Indikator di Dukungan Keluarga
di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun............................................69
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kemandirian Perawatan Diri pasien Skizofrenia................................70

xv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


Gambar 3.1 Kerangka Konseptual.....................................................................39
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Peneitian...............................................................45
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan surat ijin pengambilan data awal...............................85


Lampiran 2 Permohonan surat ijin uji validitas dan reliabilitas........................86
Lampiran 3 Surat ijin penelitian.........................................................................87
Lampiran 4 Surat keterangan selesai penelitian.................................................90
Lampiran 5 Lembar konsultasi...........................................................................91
Lampiran 6 Lembar permohonan menjadi responden.......................................92
Lampiran 7 Lembar persetujuan menjadi responden.........................................93
Lampiran 8 Kisi-kisi kuesioner..........................................................................94
Lampiran 9 Lembar kuesioner penelitian..........................................................95
Lampiran 10 Hasil uji validitas kuesioner.........................................................100
Lampiran 11 Hasil uji reliabilitas.......................................................................102
Lampiran 12 Tabulasi data demografi...............................................................103
Lampiran 13 Tabulasi dukungan keluarga.........................................................104
Lampiran 14 Tabulasi kemandirian perawatan diri............................................110
Lampiran 15 Pengolahan data SPSS 16.............................................................116
Lampiran 16 Hasil uji korelasi hubungan dukungan keluarga dengan
kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun.............................................................119
Lampiran 17 Hasil uji korelasi Somer`s D.........................................................120
Lampiran 18 Jadwal kegiatan.............................................................................121
Lampiran 19 Dokumentasi penelitian................................................................122
DAFTAR SINGKATAN

APG I : Antipsikotik Generasi Pertama


APG II : Antipsikotik Generasi Kedua
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
Depkes : Departemen Kesehatan
Dinkes : Dinas Kesehatan
HRW : Human Right Watch
Kesbangpolinmas : Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SDA : Serotonin Dopamin Antagonis
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
WHO : World Health Organisasi
DAFTAR ISTILAH

Alpha Cronbach : Ukuran konsistensi skala


Anonymity : Tanpa nama
Basic Character of Madness : Karakter dasar kegilaan
Benfits Ratio : Risiko
Bivariate : Analisis yang dilakukan untuk menganalisis
dua variabel
Caregiver Burn Out : Kegagalan individu dalam merawat
seseorang
Coding : Memberi tanda kode
Confidentiality : Rahasia
Cross Sectional : Pengukuran/observasi data variabel hanya
satu kali waktu
Data Entry : Memasukkan data
Deferiorsi : Kemunduran/kemerosotan
Delusions of Being Controlled : Waham dikendalikan oleh suatu kekuatan
luar
Delusions of Persection of : Delusi atau waham kerja atau cemburu
Jeolousy
Delusions of Suspicion : Waham tuduhan
Dependent Variable : Variabel terikat
Disorder of Thought Content : Gangguan pikiran
Disorganised : Sangat kacau
Door to Door : Pintu ke pintu
Editing : Memeriksa
Estimasi : Suatu metode dimana memperkirakan nilai
dari suatu populasi dengan menggunakan
nilai dari sampel
Euforia : Kegembiraan berlebih
Hygiene : Kebersihan
Inappropriate : Tidak serasi
Independent Variable : Variabel bebas
Informed Concent : Lembar perseujuaan
Katatonia : Kekakuan
Long Acting : Kerjanya lama
Lottery Technique : Teknik undian
Misrespresentation : Keliru
Personal Hygiene : Kebersihan diri
Product Moment Pearson : Uji korelasi yang mengukur keeratan
hubungan 2 variabel
Respect Human Dignity : Prinsip menghargai hak asasi manusia
Right in Fair Treatment : Hak untuk mendapatkan pengobatan yang
adil

xix
Right to Full Disclosure : Hak untuk mendapatkan jaminan dari
perlakuan yang diberikan
Right to Justice : Prinsip keadilan
Right to Privacy : Hak dijaga kerahasiaannya
Right to Self Determination : Hak untuk ikut/tidak menjadi responden
Scoring : Pemberian skor
Self Care : Keperawatan mandiri
Software : Perangkat lunak
Tabulating : Tabulasi data
Thought Broadcasting : Waham penyiaran pikira
Thought Insertion : Waham penyisipan pikiran
Thought Withdrawal : Waham penyedotan pikiran
Toileting : Kemampuan diri dalam melakukan
BAK/BAB
Univariate : analisis yang dilakukan unuk satu variabel
atau pervariabel

xx
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Perawatan Diri

Pasien Skizofrenia Di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun” dengan baik.

Tersusunnya proposal ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan

moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Sulistyo Widiantono, MM sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Madiun

2. drg. Sunu Setyowati sebagai Kepala Puskesmas Geger Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun

3. Kepala Desa yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan

penelitian.

4. Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun, yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.

5. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana

Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, yang telah memberikan

kesempatan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Asrina Pitayanti, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing 1 yang selalu

membimbing dengan penuh ketelatenan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.
7. Muhidin, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 2 yang selalu

membimbing dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

8. Aris Hartono, S.Kep., Ns., M.Kes selaku ketua dewan penguji dalam skripsi

ini.

9. John Suwarno E. S, S. Kep., Ners sebagai penanggung jawab kejiwaan di

Puskesmas Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun yang telah

membantu dalam memberikan informasi dan arahan sebelum hingga sesudah

terwujudnya proposal skripsi ini.

10. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan duka dalam

penyelesaian proposal skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin

Wassalamualaikum Wr.Wb

Madiun, Januari 2018

Peneliti

Arris Dita Samudra


NIM. 201402005
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Skizofrenia merupakan masalah gangguan jiwa yang sebenarnya

prevalensinya kecil, namun masih menjadi masalah yang krusial di Indonesia

karena dampak yang diakibatkannya, ini dikarenakan penderita skizofrenia di

Indonesia lebih dari 80% tidak diobati dan tidak ditangani secara optimal baik dari

keluarga maupun tim medis. Penderita skizofrenia dibiarkan di jalan-jalan, bahkan

ada pula yang dipasung oleh keluarganya. Kondisi seperti ini memungkinkan

terjadinya peningkatan jumlah penderita skizofrenia dari waktu ke waktu

(Susanto, 2009).

Menurut data World Health Organisasi (WHO) tahun 2016, terdapat 21

juta orang terkena skizofrenia. Studi epidemiologi pada tahun 2010 menyebutkan

bahwa perkiraan angka prevalensi skizofrenia di Indonesia 0,3–1 persen dan

biasanya timbul pada usia 18–45 tahun, namun ada pula yang masih berusia 11–

12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila jumlah penduduk Indonesia sekitar

256.603.197 jiwa, maka estimasi jumah penderita 2.566.031 jiwa adalah

skizofrenia. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

insiden gangguan jiwa berat skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau

sekitar 400.000 orang. Laporan dari Human Rights Watch (HRW) mencatat

57.000 orang didiagnosis masalah kejiwaan, dan sebanyak 18.800 orang di

Indonesia dipasung dan mengalami pengabaian dari keluarga (HRW, 2016).

1
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun 2016, didapatkan 5

Puskesmas di Madiun dengan gangguan jiwa yang tergolong tinggi, antara lain di

Puskesmas Jiwan, Sumbersari, Geger, Wonoasri, dan Gemarang (Dinkes

Kabupaten Madiun, 2016). Data di wilayah kerja Puskesmas Geger pada 5 tahun

terakhir didapatkan penderita skizofrenia sebagai berikut pada tahun 2012

ditemukan 122 orang, tahun 2013 sebanyak 106 orang, tahun 2014 sebanyak 166

orang, tahun 2015 sebanyak 263 orang, dan tahun 2016 sebanyak 277 orang,

dengan prevalensi tertinggi pada Desa Jatisari 36 orang, Desa Purworejo 23 orang

dan Desa Banaran 21 orang (Data Puskesmas Geger, 2017).

Survey pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 10 pasien

skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, menurut informasi keluarga

2 orang penderita skizofenia dengan gejala avolisi didapatkan tidak dapat

mengatur eleminasi, 3 orang penderita skizofrenia dengan gejala anhedonia tidak

mampu makan secara baik, 4 orang penderita skizofrenia dengan alogia terlihat

rapi karena keluarga memberikan pakaian yang layak, 1 orang penderita

skizofrenia yang dirantai terlihat sangat kumuh dan keluarga enggan untuk

merawatnya karena takut mengamuk, sehingga keluarga hanya memberikan

makan dan minuman saja.

Faktor penyebab terjadinya skizofrenia diantaranya adanya tekanan

psikologis dari luar individu maupun tekanan dari dalam individu. Kombinasi

faktor-faktor kekecawaan mendalam, trauma psikis dalam kehidupan juga

menjadikan seseorang skizofrenia. Depresi juga dapat menjadi pencetus gangguan

jiwa, akumulasi stress, dan juga ditambah ketidakmampuan mengelolanya dapat

2
membuat seseorang berpeluang menderita skizofrenia. Pada umumnya penderita

skizofrenia mengalami gejala halusinasi. Hal ini berkaitan erat dengan kelebihan

neurotransmiter diarea otak tertentu. Kemudian penderita skizofrenia mengalami

pengumpulan perasaan, seperti sedih dan senang tidak kelihatan, lama kelamaan

penderita akan menarik diri dari pergaulan bahkan mengurung diri dikamar seperti

kehilangan semangat hidup (Dermawan, 2013).

Orang yang mengalami skizofrenia mengakibatkan seseorang tersebut

kehilangan orientasi terhadap perawatan dirinya. Kurangnya pemenuhan

kebutuhan perawatan diri adalah keadaan dimana individu mengalami

ketidakmampuan dalam perawatan diri seperti personal hygiene/mandi,toileting

(BAK/BAB), berhias, makan. Dalam teori self care, Dorothea Orem menganggap

bahwa perawatan diri merupakan suatu kegiatan membentuk kemandirian

individu yang akan meningkatkan taraf kesehatannya. Sehingga bila mengalami

defisit perawatan diri, ia membutuhkan bantuan dari keluarga untuk memperoleh

kemandiriannya kembali (Hapsah, 2008).

Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuhan

yang sangat berarti bagi penderita, sayangnya masyarakat sendiri justru

mengasingkan keberadaan penderita gangguan jiwa sehingga hal ini turut

mempengaruhi sikap keluarga terhadap pasien bahkan gangguan jiwa dianggap

sebagai penyakit yang membawa aib bagi keluarga, sehingga keluarga menjadi

stress, bingung, marah, cemas, tak berdaya, menyalahkan satu sama lain, malu

yang sering disebut sebagai beban subjektif keluarga sehingga diputuskan untuk

dibuang oleh keluarganya sendiri (Sumarjo, 2004). Pernyataan ini didukung


dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani, Hamid, Wiarsih, dan Susanti

(2012) menemukan adanya pengabaian oleh keluarganya yang ditunjukkan ketika

keluarga merawat penderita skizofrenia. Pengabaian yang dilakukan oleh keluarga

disebabkan oleh faktor stres dan kurangnya sumber daya, selain itu pengabaian

pasif terjadi akibat caregiver burn out yang dirasakan keluarga akibat kelelahan

menghadapi ketidakpatuhan klien dan ketidakberhasilan keluarga membuat klien

mau minum obat. Sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk merawat

penderita skizofrenia yang ada dirumah, terutama dukungan instrumental yang

diberikan meliputi seluruh aktivitas yang berorientasi pada tugas perawatan klien

di rumah (Garcia, 2006).

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian perawatan

diri pada skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan masalah penelitian “adakah hubungan antara dukungan keluarga

dengan kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia di Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun?”
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian

perawatan diri pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun .

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pasien skizofrenia di Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun.

2. Mengidentifikasi kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia di Kecamatan

Geger Kabupaten Madiun.

3. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian

perawatan diri pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan menambah

wawasan terkait dukungan keluarga dengan kemandirian perawatan diri pasien

skizofrenia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat menambah informasi di dalam perpustakaan tentang

dukungan keluarga, perawatan diri pasien skizofrenia dan untuk meningkatkan

pengetahuan bagi pembaca tentang hubungan antara dukungan keluarga

dengan kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia.


2. Bagi tempat penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi keluarga akan

pentingnya dukungan keluarga terhadap anggota keluarganya yang mengalami

skizofrenia didalam melakukan perawatan diri.

3. Bagi tenaga medis/kesehatan

Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi pengembangan program untuk

keluarga yang memiliki anggota skizofrenia.

4. Bagi peneliti yang selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya bisa menganalisa faktor-faktor lain

terhadap skizofrenia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizofrenia

2.1.1 Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan jiwa/gangguan otak kronis yang

mempengaruhi individu sepanjang kehidupannya yang ditandai dengan penurunan

kemampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi dan waham), afek tidak

wajar, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) dan mengalami kesulitan

melakukan aktifitas sehari-hari (National Institute of Mental Health, 2009 ; Keliat,

2006).

Menurut Faisal (2008) dikutip dari Prabowo (2014), penyakit skizofrenia

atau schizophrenia artinya kepribadian yang terpecah, antara pikiran, perasaan,

dan perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan

perasaannya. Secara spesifik skizofrenia adalah orang yang mengalami gangguan

emosi, pikiran dan perilaku.

2.1.2 Penyebab Skizofrenia

Skizofrenia bukanlah gangguan yang tunggal namun merupakan suatu

sindrom dengan banyak variasi dan banyak penyebab. Luana (2007) dikutip dari

Prabowo (2014) menjelaskan penyebab dari skizofrenia dalam model diatesis-

stress, bahwa skizofrenia timbul akibat faktor psikososial dan lingkungan. Di

bawah ini pengelompokan penyebab skizofrenia, yakni :

7
1. Faktor biologis

a. Komplikasi kelahiran

Bayi laki-laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami

skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang

terhadap skizofrenia.

b. Infeksi

Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah

dilaporkan pada orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa

terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan

seseorang menjadi skizofrenia.

c. Hipotesis dopamin

Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap

gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik bsik tipikal maupun

antipikal menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi

sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan. Berdassarkan

pengamatan di atas dikemukakan bahwa gejala-gejala skizofrenia

disebabkan oleh hiperaktifitas sistem dopaminergik.

d. Hipotesis serotonin

Serotonin berperan pada skizofrenia karena obat antipsikotik atipika

clozapine yang ternyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin

yang lebih tinggi daripada reseptor dopamine.

e. Struktur otak

Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan

8
ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda

dengan orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu

dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas

metabolik. Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan otak ditentukan sedikit

perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena

tidak ditentukannya sel gila, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.

2. Faktor genetika

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari

populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan

derajat pertama seperti orang tua, kakak laki-laki ataupun perempuan dengan

skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti

paman, bibi, kakek/nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan

populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita

skizofrenia sedangkan kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang

skizofrenia berpeluang 40% satu orang tua 12%. Sebagai ringkasan hingga

sekarang kita belum mengetahui dasar penyebab skizofrenia. Dapat dikatakan

bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh/faktor yang mempercepat yang

menjadikan manifestasi/faktor pencetus seperti penyakit badaniah/stress

psikologis.

3. Faktor Psikologi

Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pikiran, keyakinan, opini

yang salah, ketidakmampuan membina, mempertahankan hubungan sosial,

adanya delusi dan halusinasi yang abnormal dan gangguan afektif.


4. Faktor Lingkungan

Seseorang yang diasuh dengan keluarga yang menderita skizofrenia , adopsi

keluarga skizofrenia, tuntutan hidup yang tinggi akan meningkatkan

kerentanan penyakit skizofrenia.

2.1.3 Tipe dan Klasifikasi Skizofrenia

Pembagian tipe atau klaifisikasi skizofrenia menurut Maramis (2005)

antara lain :

1. Skizofrenia simplex

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas, gejala utama pada jenis

simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan, gangguan

proses berpikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang sekali terdapat.

2. Skizofrenia bebfrenik

Permulaannya perlahan-lahan/sub akut dan sering timbul pada masa

remaja/antara 15-25 tahun gejala yang menyolok ialah gangguan proses

berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi/double personality.

Gangguan psikomotor seperti mannerism/perilaku kekanak-kanakan sering

terdapat pada bebefrenik, waham dan halusinasi banyak sekali.

3. Skizofrenia katatonik

Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta

sering di dahului oleh stres emosional, mungkin terjadi gaduh gelisah

katatanik/stupor katatonik.

4. Stupor katatonik

Pada stupor katatonik penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali


terhadap lingkungannya. Emosinya sangat dangkal, gejala yang paling penting

ialah gejala psikomotor seperti :

a. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup.

b. Muka tanpa mimik seperti topeng.

c. Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama,

beberapa hari, bahkan kadang-kadang sampai beberapa bulan.

d. Bila diganti posisinya, penderita menentang negativisme.

e. Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga meleleh dan keluar, air

seni dan feses ditahan.

f. Terdapat grimas dan katalepsi

5. Gaduh-gelisah katatonik

Terdapat hiperaktivitas motorik, tetapi tidak disertai dengan emosi yang

semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Penderita terus

berbicara/bergerak saja, ia menunjukkan stereotopi, menerisme, grimas dan

neologisme, ia tidak dapat tidur, tidak makan dan minum sehingga mungkin

terjadi dehidrasi/kolabs dan kadang-kadang kematian.

6. Jenis paranoid

Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam jalannya

penyakit, bebefronik dan katatonik sering lama-kelamaan menunjukkan gejala-

gejala skizofrenia simplex, atau gejala-gejala bebefrenik dan katatonik

percampuran tidak demikian halnya dengan skizofrenia paranoid yang

jalannya agak konstan. Gejala-gejala yang paling menyolok ialah :

a. Waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi


baru dengan pemeriksaan yang ternyata adanya gangguan proses berfikir,

gangguan efek, emosi dan kemauan. Jenis skizofrenia ini sering mulai

sesudah umur 30 tahun, permulaannya mungkin sub akut, tetapi mungkin

juga akut, kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan

skizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri agak congak, dan

kurang percaya diri pada orang lain.

b. Skizofrenia residual ialah keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala

primernya bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder, keadaan

ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia.

7. Jenis skizo-aktif (skizofrenia skizo afektif)

Disamping gejala-gejala skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan juga

gejala-gejala depresi (skizo-depresif) atau gejala-gejala (skizo-manik). Jenis

ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul

lagi serangan.

2.1.4 Gejala Skizofrenia

Gejala-gejala yang dapat diamati oleh penderita skizofrenia antara lain

(Iskandar, 2012) :

1. Gangguan delusi

Gangguan delusi disebut juga sebagai disorder of thought content atau basic

character of madness adalah gejala gangguan psikotik penderita skizofrenia

yang ditandai gangguan pikiran, keyakinan kuat yang sebenarnya

misrespresentation dari keyakinannya. Oleh karena itu klien dengan

skizofrenia memiliki keyakinan yang kuat terhadap apa yang difikirkannya dan
berujung menghiraukan kebutuhan dirinya seperti mandi, berhias, makan, BAB

ataupun BAK.

2. Halusinasi

Halusinasi adalah gejala gangguan psikotik penderita skizofrenia yang ditandai

gangguan persepsi pada berbagai hal yang dianggap dapat dilihat, didengar

ataupun adanya perasaan dihina meskipun sebenarnya tidak realitis. Klien

terlalu memperhatikan persepsi yang dialaminya sehingga kebutuhan dirinya

tidak terpenuhi secara mandiri.

3. Disoganisasi

Disorganisasi adalah gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang

ditandai dengan ketidakmampuan dalam mengatur arah bicara, reaksi

emosional dan perilaku motoriknya.

4. Pendataran afek

Pendataran afek adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia

yang ditandai dengan ketidakmampuannya dalam mengatur antara reaksi emosi

yang tidak sesuai dengan cara menimbun barang yang tidak lazim.

5. Alogia

Alogia adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang

ditandai dengan adanya disefisiensi yang ditandai dengan adanya jumlah atau

isi pembicaraan. Adapun ciri-ciri klinis dari alogia yaitu jawaban yang

diberikan penderita singkat atau pendek, cenderung kurang tertarik untuk

berbicara, lebih banyak berdiamdiri dan komunikasi yang tidak adekuat,

adanya gangguan pikiran negative dan berkomunikasi, kesulitan dalam


memformulasikan kata-kata.

6. Avolisi

Avolisi adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang

ditandai ketidakmampuan ataupun mempertahankan kegiatan-kegiatan penting.

Ciri-ciri klinis gangguan avolisi yaitu tidak menunjukkan minat pada aktifitas

atau fungsi kehidupannya sehari-hari dan tidak berminat merawat kesehatan

tubuhnya, cenderung menjadi pemalas dan kotor. Jadi dapat disimpulkan

bahwa pasien dengan skizofrenia sangat rentan mengalami defisit perawatan

diri.

7. Anhedonia

Anhedonia adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang

ditandai dengan ketidakadaan perasaan senang, sikap tidak peduli terhadap

kegiatan sehari-hari, cenderung tidak suka makan dan ketidakpedulian terhadap

hubungan interaksi sosial atau seks.

2.1.5 Riwayat Klinis Skizofrenia

Linda Carman (2007) dikutip dari Prabowo (2014) menyebutkan bahwa

riwayat klinis skizofrenia sering kali rumit dan cenderung terjadi dalam tiga fase,

yaitu :

1. Fase prodomal

a. Kemunduran dalam waktu lama (6 sampai 12 bulan) dalam tingkat fungsi

perawatan diri, sosial, waktu luang, pekerjaan, atau akademik.

b. Timbul gejala positif dan negative.

c. Periode kebingungan pada klien dan keluarga.


2. Fase aktif

a. Permulaan intervensi asuhan kesehatan, khususnya hospitalisasi.

b. Pengenalan pemberian obat dan modalitas terapeutik lainnya.

c. Perawatan difokuskan pada rehabilitasi psikiatrik saat klien belajar untuk

hidup dengan penyakit yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku.

3. Fase residual

a. Pengalaman sehari-hari dengan penanganan gejala.

b. Pengurangan dan penguatan gejala.

c. Adaptasi.

2.1.6 Kreteria Diagnostik Skizofrenia

Menurut Dadang Hawari (2001) mengatakan bahwa secara klinis untuk

mengatakan apakah seseorang itu menderita skizofrenia/tidak maka diperlukan

kriteria diagnostik sebagai berikut :

1. Delusi atau waham yang aneh (isinya jelas tidak masuk akal) dan tidak

berdasarkan kenyataan, sebagai contoh misalnya :

a. Waham dikendalikan oleh suatu kekuatan luar (delusions of being

confrolled).

b. Waham penyiaran pikiran (thought broadcasting).

c. Waham penyisipan pikiran (thought insertion).

d. Waham penyedotan pikiran (thought withdrawal).

2. Delusi atau waham somatik (fisik) kebesaran, keagamaan, nihilistik atau

waham lainnya yang bukan waham kejar atau cemburu.

3. Delusi atau waham kerja atau cemburu (delusions of persection of jeolousy)


dan waham tuduhan (delusion of suspicion) yang disertai halusinasi dalam

bentuk apapun (halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan

dan perabaan).

4. Halusinasi pendengaran yang dapat berupa suara yang selalu memberi

komentar tentang tingkah laku atau pikirannya, atau dua atau lebih suara yang

saling bercakap-cakap (dialog).

5. Halusinasi pendengaran yang terjadi beberapa kali yang berisi lebih dari satu

atau dua kata dan tidak ada hubungan dengan kesedihan (depresi) atau

kegembiraan (euforia).

6. Inkoherensi, yaitu kelonggaran asosiasi (hubungan) pikiran yang jelas, jalan

pikiran yang tidak masuk akal, isi pikiran atau pembicaraan yang kaku, atau

kemiskinan pembicaraan yang disertai oleh paling sedikit atau dari yang

disebut :

a. Afek (alam perasaan) yang tumpul, mendatar atau tidak serasi

(inappropriate).

b. Berbagai waham atau halusinasi.

c. Katatonia (kekakuan) atau tingkah laku lain yang sangat kacau

(disorganised).

d. Deferiorsi (kemunduran/kemerosotan) dari taraf fungsi penyesuaian

(adaptasi) dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial dan perawatan dirinya.

e. Jangka waktu gejala penyakit itu berlangsung secara terus menerus selama

paling sedikit 6 bulan dalam suatu periode didalam kehidupan seseorang,

disertai dengan terdapatnya beberapa gajala penyakit pada saat diperiksa


sekarang.

2.1.7 Prognosa Skizofrenia

Secara umum pada pasien dengan gangguan yang kronik, sekitar 20%

hanya mengalami episode tunggal skizofrenia selama hidup tanpa adanya

kekambuhan. Namun demikian lebih dari 50% pasien memiliki prognosis buruk

dengan episode psikotik yang berulang sehingga harus keluar masuk rumah sakit,

megalami depresi dan melakukan percobaan bunuh diri, sedangkan 10% pasien

lainnya meninggal akibat bunuh diri.

Menurut Maramis (2005) untuk menegakkan prognosa kita harus

mempertimbangkan faktor dibawah ini :

1. Kepribadian presikotik, bila skizoid dan hubungan antara manusia memang

kurang memuaskan, maka prognosa lebih jelek.

2. Bila skizofrenia timbul secara akut, maka prognosa lebih baik daripada bila

penyakit itu mulai secara pelan-pelan.

3. Jenis : prognosa jenis katatonik yang paling baik dari semua jenis heberensia

dan skizofrenia simplex mempunyai prognosa yang sama jelek. Biasanya

penderita dengan jenis skizofrenia ini menuju ke arah kemunduran mental.

4. Umur : makin muda umur permulaannya, makin jelek prognosa.

5. Pengobatan : makin lekas diberi pengobatan, makin baik prognosanya.

6. Dikatakan bahwa bila terdapat faktor pencetus, seperti penyakit badaniah atau

stress spikologik, maka prognosa lebih baik.

7. Faktor keturunan : prognosa menjadi lebih berat bila di dalam

keluarga terdapat seorang atau lebih yang juga menderita skizofrenia.


2.1.8 Pengobatan Skizofrenia

Menurut Luana (2007) dikutip dari Prabowo (2014) pengobatan

skizofrenia terdiri dari dua macam, yaitu :

1. Psikofarmaka

Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dikelompokkan menjadi 2 bagian

yaitu :

a. Antipsikotik Generasi Pertama (APG I)

APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal,

nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga cepat menurunkan gejala

positif tetapi pemakaian jangka panjang pada APG I ini juga dapat

memberikan efek samping meliputi : Gangguan ekstrapiramidal,

peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual atau

peningkatan berat badan dan mempercepat gejala negative maupun kognitif.

Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut

kering, pandangan kabur, gangguan miksi, gangguan defekasi dan hipotensi.

Obat-obatan APG I dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Potensi tinggi dan dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg

seperti : Trifluoperazine, Fluphenazine, Haloperidol dan Pimozide. Obat-

obatan ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala

dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi.

2) Potensi rendah dan dosis yang digunakan lebih atau sama dengan 50 mg

seperti : Chlorpromazine, dan Thiondanize digunakan pada penderita

dengan gejala dominan gaduh gelisah, hoperaktif dan sulit tidur.


b. Antipsikotik Generasi Kedua (APG II)

APG II sering disebut dengan sebagai Serotonin Dopamin Antagonis (SDA)

atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamine

pada ke empat jalur dopamine di otak yang menyebabkan rendahnya efek

samoing eztrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negative. Obat

yang tersedia untuk golongan ini adalah Clozapine, Olanzapine, Quetiapine

dan Rispendon.

Pengaturan dosis, dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

a. Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 minggu.

b. Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam.

c. Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hari).

Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar) sehingga

tidak mengganggu kualitas hidup penderita.

d. Obat antipsikosis long acting : Fluphenazine deconate 25mg/cc atau

haloperidol deconoas 50mg/cc, IM untuk 2-4 minggu. Berguna untuk

pasien yang tidak atau sulit minum obat dan untuk terapi pemeliharaan.

2. Terapi psikososial

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan antara lain :

a. Psikoterapi individual

1) Terapi suportif

2) Sosial skill training

3) Terapi okupasi

4) Terapi kognitif dan perilaku (CBT)


b. Psikoterapi kelompok

c. Psikoterapi keluarga

3. Strategi Komunikasi Perawat

Menurut Linda Carman (2007) dikutip dari Prabowo (2014) perawat perlu

memiliki strategi komunikasi dalam menghadapi pasien dengan skizofrenia,

antara lain :

a. Jangan menghakimi, membantah atau menggunakan logika untuk

menunjukan kekeliruan.

b. Bersikap netral ketika klien menolak kontrak.

c. Pada awalnya, gunakan metode non verbal seperti pertahankan kontak mata,

senyum atau menggunakan ekspresi positif. Setelah hubungan terbina,

perawat diperbolehkan menyentuh klien dengan syarat klien siap menerima

kehadiran perawat.

d. Bicara singkat, dengan kalimat sederhana selama interaksi yang singkat dan

sering.

e. Beri pertanyaan terbuka ketika memandu klien melalui suatu pengalaman.

Beri pertanyaan langsung jika menginginkan informasi.

f. Catat dan beri komentar kepada klien tentang perubahan yang halus dalam

ekspresi perasaan.

g. Berfokus pada apa yang sedang terjadi saat ini, dan bicarakan tentang

aktivitas yang didasarkan pada kenyataan.

h. Minta klarifikasi jika klien berbicara secara umum tentang “mereka”.


i. Jika perlu, identifikasi apa yang tidak dipahami perawat tanpa menyangkal

klien.

j. Jika perlu, sampaikan penerimaan terhadap klien meskipun beberapa pikiran

dan persepsi klien tidak dipahami oleh orang lain.

2.2 Dukungan Keluarga

2.2.1 Pengertian Dukungan dan Keluarga

2.2.1.1 Pengertian Dukungan

Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang

didukung, sokongan ; bantuan. Dukungan juga dapat diartikan sebagai

memberikan dorongan/motivasi atau semangat dan nasihat kepada orang lain

dalam situasi pembuat keputusan (Chaplin, 2011). Dari pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa dukungan adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang,

baik itu berupa motivasi dan nasehat agar ia bisa bertahan dalam menghadapi

sesuatu keadaan yang dihadapi atau dijalaninya.

2.2.2.2 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya

masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,

2010). Sedangkan menurut Ali (2010), keluarga adalah dua atau lebih individu

yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah

tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.

2.2.2 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan, dan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk sokongan atau bantuan

dari anggota keluarga yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap

anggota keluarga lainnya, sehingga anggota keluarga merasa ada yang

memperhatikan.

2.2.3 Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga menurut Friedman (2010) yaitu :

1. Fungsi Afektif

Fungsi internal keluarga untuk memenuhi kebutuhan psikososial anggota

keluarga, seperti saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling mendukung

antar anggota keluarga. Fungsi afektif keluarga yang utama adalah untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan angggota keluarga

berhubungan dengan orang lain. Fungsi afektif juga dimanfaatkan untuk

mempertahankan kepribadian dengan memfasilitasi kepribadian orang dewasa,

memenuhi kebutuhan psikologis angota keluarga, peran keluarga dilaksanakan

dengan baik dengan penuh kasih sayang (Friedman, 2010).

Untuk mencapai kemandirian pada klien skizofrenia, fungsi afektif harus

dipenuhi dengan cara menghindari paksaan, membantu penuh kasih sayang,

mendampingi saat anggota keluarga menjalani pengobatan dan memberikan


penghargaan pada pasien akan upaya kemandirian.

2. Fungsi Sosialisasi

Fungsi mengembangkan dan melatih anggota keluarga untuk berkehidupan

sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di

luar rumah. Tujuan dari fungsi sosial agar anggota keluarga menjadi lebih

produktif dan memberikan status pada anggota keluarga, keluarga tempat

melaksanakan sosialisi dan interaksi dengan angotanya (Friedman, 2010).

Keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami skizofrenia diharapkan

dapat membantu klien skizofrenia agar mampu melakukan hubungan sosial

baik di dalam lingkungan keluarga itu sendiri maupun di luar lingkungan

seperti berinteraksi dengan tetangga sekitarnya, berbelanja, memanfaatkan

transportasi umum ataupun melakukan interaksi dalam kelompok yang ada di

wilayah tempat tinggalnya. Perilaku penderita skizofrenia membuat pola

komunikasi keluarga dengan pasien terganggu, hal ini menjadi tantangan bagi

keluarga untuk mengendalikan hubungan dan bagaimana menata lingkungan

masyarakat untuk menerima perubahan pola hubungan pasien.

3. Fungsi Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga adalah memberikan perawatan keluarga

bagi seluruh anggota keluarganya. tanggung jawab utama keluarga pada fungsi

ini adalah memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh

para professional tenaga kesehatan (Friedman, 2010).

Perawatan yang berkesinambungan melalui berobat secara teratur, keterlibatan

pasien dalam aktifitas sehari-hari serta peran keluarga akan mengurangi angka
kejadian kekambuhan penderita skizofrenia di rumah.

4. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi meliputi ketersediaan sumber-sumber keluarga secara

finansial, dan pengalokasian sumber finansial dengan sesuai melalui proses

pengambilan keputusan. Kemampuan keluarga untuk mengalokasikan sumber

untuk memenuhi kebutuhan seperti sandang, pangan, papan, dan perawatan

kesehatan yang memadai merupakan suatu perspektif tentang sistem nilai

keluarga itu sendiri (Friedman, 2010).

Salah satu beban yang dialami oleh keluarga dengan skizofrenia adalah beban

ekonomi yang harus dikeluarkan untuk pengobatannya. Kemampuan keluarga

juga harus mendukung anggota keluarga untuk memanfaatkan sumber finansial

yang tersedia agar pengobatan klien tetap berkelanjutan.

2.2.4 Peran Keluarga

Peran keluarga adalah perilaku spesifik yang diharapkan oleh seseorang

dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu (Setiadi, 2008).

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga menurut Effendy

(2007), peran keluarga dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Peran ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak. Ayah berperan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai angota

masyarakat dari lingkungannya.


2. Peran ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peran anak

Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.2.5 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Menurut Friedman (2010) tugas keluarga dalam bidang kesehatan dibagi

menjadi 5 yaitu :

1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat bagi

keluarga.

3. Memberikan perawatan untuk anggota keluarga yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia yang terlalu muda.

4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan kesehatan

(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).


2.2.6 Sumber-Sumber Dukungan Keluarga

Berdasarkan sumbernya dukungan keluarga dibagi menjadi dua, yaitu :

dukungan keluarga internal dan eksternal (Setiadi, 2008).

1. Dukungan keluarga internal

Dukungan keluarga internal berasal dari suami atau istri, atau dari saudara

kandung, atau dukungan dari anak.

2. Dukungan keluarga eksternal

Dukungan keluarga eksternal berasal dari sahabat, pekerjaan, tetangga,

sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah,

dan praktisi kesehatan.

2.2.7 Bentuk Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2010) Keluarga memiliki bentuk dukungan yang

dibagi atas 4 dukungan, yaitu :

1. Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian

penderita skizofrenia dan strategi penatalaksanaan yang digunakan pada

penderita skizofrenia. Dukungan penelian ini terjadi bila ada ekspresi

penelitian positif terhadap individu. Individu yang dapat diajak bicara

mengenai masalah yang terjadi pada penderita berupa harapan positif,

penyemangat, persetujuan ide-ide atau perasaan dan perbandingan positif

antara keluarga dengan penderita. Dukungan keluarga dapat membantu dalam

peningkatan strategi individu dengan stratagei-strategi alternative berdasarkan

pengalaman positif.
2. Dukungan Informasional

Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama,

termasuk di dalanya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasihat,

pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa yang dilakukan. Keluarga juga

menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi dan

tindakan yang baik dan spesifik untuk mengontrol emosi keluarga terhadap

penderita. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun

informasi dan pemberi informasi.

3. Dukungan Instrumen

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmani seperti pelayanan,

bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata. Suatu kondisi dimana

benda atau jasa membantu dalam pemecahan masalah secara praktis bahkan

bantuan secara langsung. Misalnya : membantu pekerjaan sehari-hari,

menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat orang

yang sakit dengan membawa ke jasa pelayanan kesehatan.

4. Dukungan Emosi

Dukungan ini meliputi memberikan individu rasa nyaman, merasa dicintai saat

mengalami kekambuhan atau proses penyembuhan, bantuan dalam bentuk

semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang

menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga

memberikan fasilitas berupa tempat istirahat untuk individu dan memberikan

semangat dalam proses penyembuhan atau mencegah terjadinya kekambuhan.


2.2.8 Manfaat Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2010) menyimpulkan bahwa efek-efek penyangga

(dukungan sosial melindungi individu terhadap efek negative dari stress) dan efek

utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari

kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari

dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan dapat berfungsi secara

adekuat yang terbukti berhubungan dengan menurunnya angka mortalitas, lebih

mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi.

2.2.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga menurut Setiadi (2008) adalah

1. Faktor internal

a. Tahap perkembangan

Artinya dukungan dapat ditemukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah

pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia

(bayi-lansia memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan

yang berbeda-beda).

b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel

intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan

pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir

seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang


kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya sehingga lebih kooperatif dalam

memberikan dukungan. Dukungan yang diberikan pada lansia tergantung

dari tingkat pengetahuan keluarga. Keluarga yang memiliki tingkat

pengeahuan tinggi akan memberikan dukungan informasional kepada lansia

untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.

c. Faktor emosi

Faktor emosional juga mempengauhi keyakinan terhadap adanya dukungan

dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stress dalam

setiap perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda

sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit

tersebut dapat mengancam kehidupannya. Sesorang yang secara umum

terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil

selama ia sakit. Seseorang individu yang tidak mampu melakukan koping

secara emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal

adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.

d. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan

dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti

dalam hidup.

2. Faktor eksternal

a. Praktik di keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi


penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya : klien juga

kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya

melakukan hal yang sama. Misal : anak yang selalu diajak orang tuanya

untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketik punya anak dia

akan melakukan hal yang sama.

b. Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit

dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap

penyakitnya. Variabel psikososial mencakup : stabilitas perkawinan, gaya

hidup, dan lingkungan kerja. Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan

persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan

kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi

seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit

yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa

ada gangguan pada kesehatannya. Serta sebaliknya semakin rendah tingkat

ekonomi seseorang maka ia akan kurang tanggap terhadap gejala penyakit

yang dirasakan.

c. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiassaan

individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan

kesehatan pribadi. Keyakinan keluarga dan masyarakat selama ini akan

berpengaruh pada rendahnya dukungan keluarga yang diberikan.


2.2.10 Dukungan Keluarga Bagi Skizofrenia

Dukungan keluarga terjadi dalam semua tahap siklus kehidupan. Dengan

adanya dukungan keluarga, keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam

kehidupan (Friedman, 2010). Sehingga dukungan keluarga sangat berpengaruh

besar dalam proses penyembuhan, apabila dukungan keluarga tidak ada, maka

keberhasilan penyembuhan dan pemulihan pasien juga berkurang (Friedman

2010). Dengan demikian dukungan keluarga berkaitan dengan kekambuhan

skizofrenia sehingga tidak dapat diabaikan dalam penatalaksanaan skizofrenia

2.3 Konsep Perawatan Diri

2.3.1 Pengertian Perawatan Diri

Perawatan Diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu

keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000).

Orem mengemukakan bahwa self care merupakan aktifitas dan inisiatif dari

individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta

mempertahankan kehidupan, kesejahteraan, dengan adanya tuntutan atau

permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang

dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan

menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat (Hidayat, 2007).
2.3.2 Tujuan Perawatan Diri

Tujuan umum perawatan diri adalah untuk mempertahankan perawatan

diri, baik secara sendiri maupun dengan menggunakan bantuan, dapat melatih

hidup sehat/bersih dengan cara memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap

kesehatan dan kebersihan, serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan

kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk

menghilangkan kelelahan serta mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi

darah, dan mempertahankan integritas pada jaringan (Alimul, 2009).

Perawatan diri juga bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

seseorang, memelihara kebersihan diri, memperbaiki personal hygiene yang

kurang, pencegahan penyakit, meningkatkan percaya diri, dan menciptakan

keindahan (Tarwoto & Wartonah, 2006).

2.3.3 Jenis-jenis Perawatan Diri

1. Personal Hygiene/ kebersihan diri/mandi

Hygiene adalah ilmu kesehatan. Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani

yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.

Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto &

Wartonah, 2010). Cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan

mereka disebut hygiene perorangan (Potter & Perry, 2005). Secara umum

kebersihan diri/mandi meliputi kemampuan membersihkan badan, memperoleh

atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan

keluar kamar mandi.

Tujuan mandi menurut Potter & Perry (2005) :

1. Membersihkan kulit : pembersihan mengurangi keringat, beberapa bakteria,

sebum, dan sel kulit yang mati, yang meminimalkan iritasi kulit dan

mengurangi kesempatan infeksi.

2. Stimulasi sirkulasi : sirkulasi yang baik ditingkatkan melalui penggunaan air

hangat dan usapan yang lembut pada ekstremitas.

3. Peningkatan citra diri : mandi meningkatkan relaksasi dan perasaan segar

kembali dan kenyamanan.

4. Pengurangan bau badan : sekresi keringat yang berlebihan dari kelenjar

aprokin berlokasi di area aksila dan publik menyebabkan bau badan yang

tidak menyenangkan. Mandi dan penggunaan antiperspiran meminimalkan

bau.

5. Peningkatan rentang gerak : gerakan ekstremitas selama mandi

mempertahankan fungsi sendi.

Potter & Perry (2005) dan Alimul (2009) menyatakan kebersihan diri

meliputi:

1. Perawatan kulit

2. Perawatan kuku dan kaki

3. Perawatan mulut

4. Perawatan rambut

5. Perawatan mata, telinga dan hidung


6. Perawatan alat kelamin

2. Toileting (BAK/BAB)

Kegiatan toileting yang normal adalah adanya dorongan dan keinginan

individu untuk melakukan eliminasi sisa metabolisme (menstruasi, urin, dan

defekasi) dan membersihkan diri setelahnya secara mandiri tanpa bantuan

setiap harinya. Toileting meliputi kemampuan dalam mendapatkan jamban/

kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, melepaskan dan memakai

kembali pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/ BAK dengan

tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil (Fitria, 2009).

3. Berhias

Berhias terdiri dari kemampuan mengambil pakaian dari lemari dan

menaruhnya kembali, menanggalkan/melepaskan pakaian, mengenakan

pakaian dalam, mengancing baju dan celana (resleting dan kancing),

menggunakan kaos kaki, menggunakan alat tambahan, memperoleh atau

menukar pakaian, memilih pakaian, mempertahankan penampilan pada tingkat

yang memuaskan, dan mengenakan sepatu secara tepat sesuai dengan iklim dan

kondisi sosial (Fitria, 2009). Dan seluruh kegiatan ini tergantung pada

kesukaan dan budaya seseorang. Bagi wanita memakai make up, mencukur

bulu ketiak dan alis merupakan bagian yang penting dari kerapian. Sedangkan

untuk pria mencukur merupakan sesuatu yang penting sekali bagi penampilan

dan harga diri mereka.

4. Makan

Individu memiliki kemampuan menelan makanan, mempersiapkan makanan,


menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,

mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam

mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut,

melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima

masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, dan mencerna cukup makanan

dengan makanan , serta berdoa sebelum makan (Fitria, 2009).

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri

Sikap seseorang melakukan hygiene perorangan dipengaruhi oleh sejumlah

faktor. Tidak ada dua orang yang melakukan perawatan kebersihan dengan cara

yang sama, dan perawat dapat memberikan perawatan secara individual setelah

mengetahui praktik hygiene klien yang unik. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi praktik hygiene menurut Potter & Perry (2005) adalah:

1. Citra tubuh

Penampilan umum dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada orang

tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang

penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat seringkali berubah. Citra tubuh

mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Gambaran individu terhadap

dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri.

Misalnya penderita skizofrenia dengan adanya perubahan pola pikir sehingga

individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang berhubungan dapat

mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Kebiasaan keluarga, jumlah orang di


rumah, dan ketersediaan air panas dan/atau air mengalir hanya merupakan

beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan. Selanjutnya dalam

kehidupan, teman-teman dan kelompok kerja membentuk harapan orang

mengenai penampilan pribadi mereka dan perawatan yang dilakukan dalam

mempertahankan hygiene yang adekuat.

Praktik hygiene skizofrenia dapat berubah dikarenakan kelompok

sosial/masyarakat mengasingkan penderita skizofrenia sehingga mempengaruhi

sikap keluarga dan keluarga kurang memberikan dukungan terhadap perawatan

dirinya.

3. Status sosioekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik

kebersihan yang digunakan. Personal hygiene memerlukan alat dan bahan

seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakannya. Dalam lingkungan rumah ada

kebutuhan untuk menambah alat-alat yang membantu klien dalam memelihara

hygiene dalam keadaan yang aman.

Hal ini menjadi tidak mungkin bisa dilakukan oleh penderita skizofrenia,

karena tidak bisa mendapatkan alat dan bahan mandi secara mandiri, karena

pada dasarnya skizofrenia mengalami gangguan pola pikir yang berat, sehingga

pihak keluarga harus memberikan peralatan untuk personal hygiene-nya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan

mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri


tidaklah cukup. Seseorang juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan

diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong

seseorang untuk meningkatkan hygiene.

Keluarga yang memiliki anggota dengan skizofrenia seharusnya memberikan

pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri untuk dirinya, karena bisa

menciptakan penampilan yang baik dan dapat mencegah dirinya terkena

penyakit.

5. Kebudayaan

Kepercayaan budaya dan nilai pribadi klien akan mempengeruhi perawatan

hygiene. Berbagai budaya memiliki praktik hygiene yang berbeda. Beberapa

budaya tidak menganggap kesehatan sebagai hal yang penting.

Budaya keluarga yang salah dengan membiarkan penderita skizofrenia tidak

melakukan praktik hygiene, karena keluarga menganggap bahwa hygiene tidak

mempengaruhi kesehatannya.

6. Pilihan pribadi

Setiap orang memiliki keinginan sendiri dalam menetukan waktu bercukur,

mandi, dan mengurus rambut. Pilhan produkbdidasarkan pada penilaian

pribadi, kebutuhan dan dana pengetahuan tentang pilhan klien akan membantu

perawatan yang terindividualisasi. Selain itu bantu klien untuk membangun

praktik hygiene baru jika ada penyakit.

Keluarga dengan penderita skizofrenia harus bisa memberikan contoh praktik

hygiene yang benar, agar saat praktik hygiene tidak asal-asalan.


7. Kondisi fisik

Orang yang berada pada suatu kondisi/menderita penyakit tertentu atau yang

menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk

melakukan hygiene pribadi. Kondisi jantung, neurologis, paru-paru, dan

metabolik yang serius dapat melemahkan atau menjadikan klien tidak mampu

dan memerlukan perawat untuk melakukan perawatan hygiene total.

Penderita skizofrenia yang sedang dipasung tidak bisa melakukan hygiene

secara mandiri, jadi keluarga harus mau membantu perawatan hygiene untuk

dirinya.

2.3.5 Dampak Perawatan Diri

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene antara lain:

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering

terjadi adalah gangguan integritas kulit karena kulit kotor maka akan mudah

terkena luka, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga

dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga

diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto & Wartonah,

2010).
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Disorganisasi Pendataran afek Alogia

Gangguan delusi Halusisnasi Avolisi anhedonia

Klien tidak terlalu memperhatikan kebutuhan


Tidak merawat
dirinya
kesehatan tubuhnya
Cenderung tidak suka makan
Mempengaruhi aktivitas

Faktor-faktor yang Terapi psikososial


mempengaruhi :
perawatan diri : 1. Psikoterapi
1. Citra tubuh individual
2. Praktik sosial Defisit perawatan 2. Psikoterapi
3. Status sosial diri kelompok
ekonomi
4. Pengetahuan 3. Psikoterapi
5. Kebudayaan keluarga
6. Pilihan pribadi
7. Kondisi fisik
Dukungan keluarga :
Dukungan penilaian
Dukungan informasional
Dukungan instrumen
Kemandirian Dukungan emosi
perawatan
diri

Keterangan : = Diteliti = Mempengaruhi


= Tidak diteliti = Berhubungan dengan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofrenia Di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun

39
Gambar 3.1 menjelaskan tentang hubungan dukungan keluarga dengan

kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia. Gejala yang muncul pada

skizofrenia diantaranya gangguan delusi, disorganisasi, halusinasi, pendataran

afek, avolisi, alogia, anhedonia, dari beberapa gejala tersebut menyebabkan tidak

terpenuhinya perawatan diri pada skizofrenia. Selain itu perawatan diri

dipengaruhi oleh citra tubuh, praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan,

kebudayaan, pilihan pribadi dan kondisi fisik. Terapi psikososial yang meliputi

psikoterapi individual, psikoterapi kelompok, dan psikoterapi keluarga,

psikoterapi keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu pemenuhan kemandirian

perawatan diri pada skizofrenia, seperti dukungan keluarga. Dukungan yang dapat

diberikan meliputi dukungan penilaian, dukungan informasional, dukungan

instrumen, dan dukungan emosi.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian berdasarkan kerangka konsep :

Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian perawatan diri

pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaen Madiun

40
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, dalam penelitian ini, saya menggunakan

desain penelitian survey analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba

menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian

melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko

(fenomena yang menyebabkan pengaruh) dengan faktor efek (suatu akibat dari

adanya faktor risiko) (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggunakan

pendekatan cross sectional yang artinya jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali.

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu hubungan dukungan

keluarga dengan kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia di Kecamatan

Geger Kabupaten Madiun, yang dilakukan dengan satu kali pengamatan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Dalam penelitian ini, populasi yang akan digunakan adalah semua

keluarga dengan penderita skizofrenia di Desa Jatisari 36 keluarga, Desa

Purworejo 23 keluarga, dan Desa Banaran 21 keluarga di Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun. Jumlah populasi 80 keluarga dan berkurang 10 responden

41
karena digunakan untuk study pendahuluan awal. Total populasi menjadi 70

keluarga dengan penderita skizofrenia.

4.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota keluarga pasien skizofrenia di

Desa Jatisari, Purworejo dan Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Menurut Nursalam (2008) Penentuan kriteria sampel sangat membantu

peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-

variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang diteliti.

Kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria inklusi dan ekslusi yaitu sebagai

berikut :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

a. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang didiagnosa skizofrenia

(dengan memiliki gejala : gangguan delusi, halusinasi, disorganisasi,

pendataran afek, alogia, avolisi, anhedonia)

b. Keluarga yang tinggal dengan anggota skizofrenia secara langsung (Ayah,

Ibu, Suami, Istri, Anak, Cucu, Saudara, Sepupu).

2. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari penelitian (Nursalam, 2016).

Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :

42
a. Penderita skizofrenia yang tidak ada saat di tempat penelitian.

b. Penderita skizofrenia yang tidak memiliki anggota keluarga.

Untuk menentukan besar sampel yang digunakan rumus Slovin (Nursalam,

2016) sebagai berikut :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑2)

Ketrangan :

n : besar sampel

N : besar populasi

d : tingkat signifikansi (ρ)

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑2)

70
𝑛=
1 + 70(0,12)

70
𝑛=
1 + 70 (0,01)

70
𝑛=
1 + 0,7

70
𝑛=
1,7

𝑛 = 41,17

𝑛 = 41

Jadi, setelah dilakukan perhitungan didapatkan besar sampel kasus sebanyak 41

responden.
4.3 Teknik Sampling

Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proporsional

Random Sampling dengan pembagian sebagai berikut :


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑖 𝐷𝑒𝑠𝑎
Rumus : 𝑥 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑛)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

1. Desa Jatisari = 32 𝑥 41 = 18,7 = 19 responden


70

2. Desa Purworejo = 20 𝑥 41 = 11, 7 = 12 responden


70

3. Desa Banaran = 18 𝑥 41 = 10,5 = 10 responden


70

Untuk pengampilan sampel pada setiap desa menggunakan teknik Simple

Random Sampling dengan cara mengundi anggota populasi (lottery technique)

atau teknik undian. (Notoatmodjo, 2012).


4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi
Semua keluarga dengan penderita skizofrenia di Desa Jatisari, Purworejo, Banaran,
Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun
(sebanyak 90 orang anggota keluarga)

Sampel
Sebagian anggota keluarga penderita skizofrenia di Desa Jatisari, Desa Purworejo
dan Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
(sebanyak 41 orang anggota keluarga)

Tehnik Sampling
proposional random sampling

Desain Penelitian
Survey Analitik dengan pendekatan waktu cross sectional

Pengumpulan Data
Menggunakan Kuesioner

Variabel bebas : Variabel terikat :


Dukungan Keluarga Kemandirian Perawatan Diri

Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Data Entry, Tabulating

Analisa
Uji statistik Somers’D dengan α 0,05

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofenia Di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Identifikasi Variabel

Macam jenis variabel meliputi independen dan dependen (Nursalam,

2016) :

1. Independent variable (variabel bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Dukungan keluarga pasien

skizofrenia

2. Dependent variable (variabel terikat)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kemandirian perawatan diri pasien

skizofrenia

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi berdasarkan karakteristik

yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Definisi operasional

dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi dan replikasi (Nursalam,

2016).

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun
Parameter
Variabel Definisi Operasional /Indikator Instrumen Skala Skor
Variabel Sikap tindakan dan Dukungan Kuesioner Ordinal Skor :
independent penerimaan keluarga keluarga : Menggunaka
: Dukungan terhadap anggota 1. Dukungan n skala Likert
keluarga keluargannya yang penilaian dengan
bersifat mendukung 2. Dukungan pembagian :
selalu siap memberikan informasio 4 = Selalu
pertolongan dan nal 3 = Sering
bantuan jika diperlukan 3. Dukungan 2 = Jarang
instrumen 1 = Tidak
4. Dukungan pernah
emosi
Kategori
skor :
1. Kurang
(total skor
< 40)
2. Cukup
(total skor
40-60)
3. Baik (total
skor > 60)
Variabel Individu yang memiliki Perawatan Kuesioner Ordinal Skor :
dependent : sikap bertindak secara diri : Menggunaka
Kemandirian mandiri didalam 1. Kebersihan n skala Likert
perawatan melakukan perawatan diri/mandi dengan
diri terhadap dirinya tanpa 2. Toileting pembagian :
mendapatkan bantuan (BAK/BA 4 = Selalu
dari orang lain, yang B) 3 = Sering
bertujuan untuk 3. Berhias 2 = Jarang
mempertahankan 1 = Tidak
4. Makan
kesehatannya. pernah

Kategori
skor :
1. Kurang
(total skor
< 40)
2. Cukup
(total skor
40-60)
3. Baik (total
skor > 60)

4.6 Instrument Penelitian

Kuesioner variabel dukungan keluarga, menggunakan instrument sesuai

dengan konsep berupa kuesioner yang berisi 20 item soal dengan menggunakan

skala Likert. Pertanyaan dengan jawaban Selalu (4), Sering (3), Kadang-kadang

(2), Tidak Pernah (1).

Kuesioner variabel kemandirian prawatan diri, menggunakan instrument

sesuai dengan konsep berupa kuesioner yang berisi 20 item soal dengan

menggunakan skala Likert. Pertanyaan dengan jawaban Selalu (4), Sering (3),

Kadang-kadang (2), Tidak Pernah (1).


Pertanyaan yang digunakan adalah angket tertutup atau terstruktur dimana

responden hanya tinggal menjawab atau memilih kolom yang sudah disediakan

(responden hanya memberikan tanda (√)).

4.6.1 Uji Validitas

Untuk hasil uji dukungan keluarga dengan rumus korelasi product momen

pearson. Adapun ≤ 0,05 maka item dinyatakan valid, begitupun sebaliknya jika

signifikansinya > 0,05 maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid atau

didasarkan pada nilai r, dimana pertanyaan dinyatakan valid apabila r hitung > r

table pada taraf signifikansi 5%, sehingga pertanyaan dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian

Untuk hasil uji validitas kuesioner dukungan keluarga diperoleh r hitung

antara 0,954 - 0,540 item pertanyaan dinyatakan valid jika r hitung lebih besar

dari r tabel (0,514) pada taraf signifikan 5% yaitu r hitung > r tabel. Kemudian

untuk hasil uji validitas kuesioner kemandirian perawatan diri pada pasien

skizofrenia diperoleh r hitung antara 0,803 - 0,520 item pertanyaan dinyatakan

valid jika r hitung lebih besar dari r tabel (0,514) pada taraf signifikan 5% yaitu r

hitung > r tabel.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Untuk hasil uji reliabilitas kuesioner tersebut dengan cara yang sama

dengan komputerisasi menggunakan tehnik Alpha Cronbach (α) dalam uji

reliabilitas r hasil adalah Alpha. Jika r alpha > r tabel pertanyaan tersebut

dinyatakan reliable, begitu juga sebaliknya. Suatu instrument dikatakan reliable

jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Sujarweni, 2014). Hasil dari uji
reliabilitas untuk kuesioner dukungan keluarga yang sudah valid menunjuk nilai

alpha 0,948 dan kuesioner variabel dukungan keluarga disini sudah reliable karena

nilai sudah memenuhi syarat yaitu 0,948 > 0,6. Sedangkan hasil dari uji

reliabilitas untuk kuesioner kemandirian perawatan diri yang sudah valid

menunjuk nilai alpha 0,933 dan kuesioner variabel perawatan diri disini sudah

reliable karena nilai sudah memenuhi syarat yaitu 0,933 > 0,6.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah keja Puskesmas Geger Kecamatan

Geger, Kabupaten Madiun.

4.7.2 WaktuPenelitian

Waktu penelitian akan dimulai dari bulan Desember 2017 sampai bulan

Mei 2018

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2016). Dalam melakukan penelitian, prosedur yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Mengajukan persetujuan judul kepada Kaprodi Keperawatan yang telah

disetujui oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2


2. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Madiun

3. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Kepala Puskesmas Geger

Kabupaten Madiun

4. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing, peneliti mengurus surat

permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada Kepala

KESBANGPOLINMAS Kabupaten Madiun untuk melakukan penelitian di

Desa Jatisari, Desa Purworejo dan Desa Banaran Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun

5. Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada Kepala

Puskesmas Geger Kabupaten Madiun

6. Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada Kepala

Desa Jatisari, Kepala Desa Purworejo dan Kepala Desa Banaran Kecamatan

Geger Kabupaten Madiun

7. Setelah mendapatkan izin, peneliti menemui calon responden secara langsung

dengan cara door to door, untuk mengadakan pendekatan serta memberikan

penjelasan kepada calon responden mengenai penelitian yang akan dilakukan

8. Apabila calon responden bersedia menjadi responden, maka dipersilahkan

untuk menandatangani informed concent dan apabila calon responden tidak

bersedia menjadi responden maka peneliti tetap menghormati keputusan

tersebut
9. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang telah bersedia

menjadi responden dan menandatangani informed concent, kemudian

responden mengisi kuesioner dengan didampingi peneliti

10. Setelah kuesioner diisi oleh responden maka kuesioner tersebut dikumpulkan

kembali kepada peneliti pada saat itu juga

11. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti memerikasa kelengkapan data dan

jawaban dari kuesioner yang diisi oleh responden

12. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dari kuesioner yang telah diisi oleh

responden

4.8.2 Pengolahan Data

1. Memeriksa (editing).

Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2012) :

a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.

b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau

terbaca.

c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.

d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaaan konsisten dengan jawaban

pertanyaan yang lainnya.

2. Memberi tanda kode (coding)

Coding mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau

bilangan (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian jenis kalimat yang diberi kode

antara lain yaitu :


a. Data demografi

1) Jenis Kelamin

- Laki –laki : diberi kode 1

- Perempuan : diberi kode 2

2) Pendidikan

- Tidak tamat SD : diberi kode 1

- SD : diberi kode 2

- SMP : diberi kode 3

- SMA : diberi kode 4

- Perguruan tinggi : diberi kode 5

3) Pekerjaan

- Tidak bekerja : diberi kode 1

- Pedagang : diberi kode 2

- Petani : diberi kode 3

- Pegawai negeri : diberi kode 4

- Swasta : diberi kode 5

- TNI / POLRI : diberi kode 6

4) Status hubungan keluarga dengan pasien

- Anak : diberi kode 1

- Orang tua : diberi kode 2

- Suami/Istri : diberi kode 3

- Saudara yang tinggal serumah dengan penderita : 4


b. Variabel dukungan keluarga

- Kriteria Kurang : diberi kode 1

- Kriteria Cukup : diberi kode 2

- Kriteria Baik : diberi kode 3

c. Variabel kemandirian perawatan diri

- Kriteria Kurang : diberi kode 1

- Kriteria Cukup : diberi kode 2

- Kriteria Baik : diberi kode 3

3. Pemberian skor (scoring)

Scoring yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan yang

berkaitan dengan tindakan responden. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

bobot pada masing-masing jawaban, sehingga mempermudah perhitungan

(Nazir, 2011).

Skor kuesioner dukungan keluarga

1 = Tidak pernah

2 = Kadang-kadang

3 = Sering

4 = Selalu

Untuk menentukan kategori dukungan keluarga menggunakan rumus Azwar

(2011) yaitu :

X max = 4

X min = 1

Mean = 1 ( 𝑋 𝑚𝑎𝑥 + 𝑋 𝑚𝑖𝑛) 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛


2
1
( 4 + 1 )𝑥 20
2
1
𝑥 100 = 50
2

L max = 20 x 4 = 80

L min = 20 x 1 = 20

Standart Deviasi = 1
( 𝐿 max − 𝐿 min)
6

1
( 80 − 20)
6

1
× 60 = 10
6

Baik : jika skor jawaban x ≥ (µ + 1.σ)

x ≥ (50 + 1.10)

x ≥ 60

Cukup : jika skor jawaban (µ - 1.σ) ≥ x < (µ + 1.σ)

(50 – 1.10) ≥ x < (50 + 1.10)

40 ≥ x < 60

Kurang : jika skor jawaban x < (µ - 1.σ)

x < (50 – 1.10)

x < 40

Skor kuesioner kemandirian perawatan diri

1 = Tidak pernah

2 = Kadang-kadang

3 = Sering

4 = Selalu
Untuk menentukan kategori kemandirian perawatan diri menggunakan rumus

Azwar (2011) yaitu :

X max = 4

X min = 1

Mean = 1 ( 𝑋 max + 𝑋 min) 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛


2
1
( 4 + 1 )𝑥 20
2

1
𝑥 100 = 50
2

L max = 20 x 4 = 80

L min = 20 x 1 = 20

Standart Deviasi = 1
( 𝐿 max − 𝐿 min)
6

1
( 80 − 20)
6

1
× 60 = 10
6

Baik : jika skor jawaban x ≥ (µ + 1.σ)

x ≥ (50 + 1.10)

x ≥ 60

Cukup : jika skor jawaban (µ - 1.σ) ≥ x < (µ + 1.σ)

(50 – 1.10) ≥ x < (50 + 1.10)

40 ≥ x < 60

Kurang : jika skor jawaban x < (µ - 1.σ)

x < (50 – 1.10)

x < 40
4. Memasukkan data (entry)

Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

progam atau “software” computer. Dalam proses ini dituntut ketelitian dari

orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka terjadi bias,

meskipun hanya memasukkan data.

5. Tabulasi data (tabulating)

Tabulating yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012). Tabel yang akan

ditabulasi adalah tabel yang berisikan data yang sesuai dengan kebutuhan

analisis.

4.9 Teknik Analisa Data

4.9.1 Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk menganalisis hubungan dukungan

keluarga dengan kemandirian perawatan diri pada skizofrenia. Penyajiannya

dalam bentuk distribusi dan prosentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini, peneliti menganalisa hubungan antara dukungan keluarga

dengan kemandirian perawatan diri pada skizofrenia. Semua karakteristik

responden dalam penelitian ini seperti : usia, jenis kelamin, hubungan keluarga,

tingkat pendidikan, dan pekerjaan berbentuk kategori yang dianalisis

menggunakan analisa proporsi dan dituangkan dalam tabel distribusi frekuensi.


4.9.2 Analisa Bivariat

Analisa Bivariat yaitu analisa yang dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan menggunakan uji

statistic (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan

untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian

perawatan diri pada skizofrenia. Pengelolaan analisa data bivariat ini dengan

menggunakan software SPSS 16.0. Uji statistic yang digunakan adalah uji

Somer’s D dengan α 0,05. Uji Somer’s D adalah salah satu uji Asosiatif

Parametris, yang mengukur hubungan antara 2 variabel dengan skala ordinal yang

dibentuk ke dalam tabel kontingensi. Data atau variabel kategorik pada umumnya

berisi variabel yang berskala ordinal dan ordinal (Notoatmodjo, 2012). Adapun

pedoman signifikansi memakai panduan sebagai berikut: Bila p value < α (0,05),

maka signifikansi atau ada hubungan. Korelasi Somer’s D menurut Sugiyono

(2012) sebagai berikut:

Dimana:

6 𝑑𝑖 2
𝑖 =1
𝑟𝑠 = 1 −
𝑛 (𝑛2 − 1)

Keterangan:

rs = Koefesien korelasi Somer’s D yang menunjukan keeratan hubungan

antara unsur-unsur variabel x dan variabel y

di = Selisih mutlak antara rangking data variabel x dan variabel y (x1-y1)

n = Banyaknya responden atau sampel yang diteliti


Apabila hasil perhitungan koefesien korelasi Somer’s D rs hitung > rs tabel

maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak, yaitu

adanya Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kemandirain Perawatan

Diri pada Skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. tetapi bila

sebaliknya rs hitung < rs tabel maka hipotesis alternative (Ha) ditolak dan hipotesis

nol (Ho) diterima, yaitu tidak adanya Hubungan Antara Dukungan Keluarga

dengan Kemandirian perawatan Diri pada Skizofrenia di Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun.

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi

Tabel 4.2 Interval Koefesien Korelasi Somer’s D (Sugiyono, 2012).


Interval Koefesien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat

4.10 Etika dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, saya telah melakukan semua penelitian dengan

memperhatikan etika penelitian. Saya memperhatikan etika dalam penelitian

sesuai dengan pernyataan menurut Nursalam (2016), prinsip etika dalam

penelitian dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai

hak-hak subjek, dan prinsip keadilan.

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari pendiritaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subjek, khusunya jika menggunakan tindakan khusus.


b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keaadaan yang

tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam

penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan

dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apa pun.

c. Risiko (benfits ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang

akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa

adanya sangsi apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika

mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full

disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara terperinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga


perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan

untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia

(confidentiality).
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian tentang

hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian perawatan diri pasien

skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Penelitian ini dilaksanakan

pada tanggal 15-20 Mei 2018 dengan jumlah responden sebanyak 41 orang dari

keluarga dengan masalah skizofrenia. Dimana untuk penelitiannya dilakukan di

Desa Jatisari, Desa Purworejo, dan Desa Banaran, penentuannya diambil sesuai

dengan presentase skizofrenia yang ada di tiga Desa tersebut yang berada di

Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Data hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu: data umum dan data

khusus. Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden

berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien,

sedangkan data khususnya menyajikan hasil hubungan dukungan keluarga dengan

kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia dan hasil uji statistik Somer`s D

untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian perawatan

diri pasien skizofrenia.

5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun yang

mencakup tiga desa, yaitu Desa Jatisari, Desa Purworejo, Desa Banaran. Batas-

batas Wilayah Kecamatan Geger sebelah utara Kecamatan Kaibon, sebelah timur

61
Kecamatan Dagangan, sebelah selatan Kecamatan Bangunsari dan sebelah barat

Kecamatan Kebonsari. Jumlah penderita skizofrenia sebanyak 80 orang. Dalam

penelitian ini, peneliti mengambil tempat penelitian di 3 desa yang ada di Wilayah

Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Sesuai dengan program Pemerintah Jawa Timur, Puskesmas Geger

mengadakan program pengobatan rutin setiap tiga bulan sekali bekerja sama

dengan pihak desa, program pengobatan dilakukan di balai desa dengan

didampingi keluarga dan aparat keamanan setempat, pihak puskesmas

memberikan obat injeksi dan pemberian obat oral. Berdasarkan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti terkait program kunjungan puskesmas yang dilakukan

setiap tiga bulan sekali, pihak puskesmas memberikan penjelasan kepada keluarga

saat keluarga menanyakan terkait cara merawat skizofrenia.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden

berdasarkan sebaran populasi, karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,

karakteristik responden berdasarkan umur, karakteristik responden berdasarkan

tinggal bersama keluarga yang sakit, karakteristik responden berdasarkan status

hubungan keluarga dengan yang sakit, karakteristik responden berdasarkan

pendidikan, dan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.

62
5.2.1.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis


kelamin di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun bulan Mei 2018
Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
Laki-laki 12 29.3
Perempuan 29 70.7
Total 41 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun bulan mei 2018)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden laki-

laki sebanyak 12 responden (29.3%) dan jenis kelamin responden perempuan

sebanyak 29 responden (70.7%).

5.2.1.2 Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 5.2 Deskriptif karakteristik usia responden di Kecamatan Geger


Kabupaten Madiun bulan Mei 2018
Variabel N Mean Median Modus SD Min-Max CI-95%
Usia 41 55.39 53 50 10.48 31-71 52.08-58.70
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun bulan mei 2018)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa rerata usia responden 55 tahun

5 bulan, usia responden paling banyak 50 tahun, usia responden terendah 31 tahun

dan tertinggi 71 tahun, dan pada tingkat kepercayaan 95% usia responden berada

pada rentang 52.08-58.70 tahun.


5.2.1.3 Karakteristik responden berdasarkan tinggal bersama keluarga yang
sakit

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tinggal


bersama keluarga yang sakit di Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun bulan Mei 2018
Tinggal bersama
Frekuensi (f) Persentase (%)
penderita
Iya 41 100.0
Tidak 0 0
Total 41 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun bulan mei 2018)

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa semua pasien skizofrenia

tinggal bersama keluarganya.

5.2.1.4 Karakteristik responden berdasarkan status hubungan


keluarga dengan yang sakit

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan status


hubungan keluarga dengan yang sakit di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun bulan Mei 2018
Hubungan dgn Penderita Frekuensi (f) Persentase (%)
Anak 2 4.9
Orang Tua 18 43.9
Suami/Istri 5 12.2
Saudara 16 39.0
Total 41 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun bulan mei 2018)

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar hubungan

pasien dengan keluarga sebagai orang tua sebanyak 18 responden (43.9%)

sebagian kecil hubungan pasien dengan keluarga sebagai anak sebanyak 2

responden (4.9%).
5.2.1.5 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


pendidikan di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun bulan Mei
2018
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak Tamat SD 4 9.8
SD 22 53.7
SMP 6 14.5
SMA 9 22.0
Perguruan Tinggi 0 0
Total 41 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun bulan mei 2018)

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan

terakhir SD sebanyak 22 responden (53.7%) dan responden yang tidak tamat SD

sebanyak 4 responden (9.8%).

5.2.1.6 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan


di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun bulan Mei 2018
Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak Bekerja 18 43.9
Pedagang 1 2.4
Petani 10 24.4
PNS 0 0
Wiraswata 12 29.3
TNI/POLRI 0 0
Total 41 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun bulan mei 2018)

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

tidak bekerja sebanyak 18 responden (43.9%) dan sebagian kecil responden

bekerja sebagai pedagang sebanyak 1 responden (2.4%).


5.2.2 Data Khusus

Setelah mengetahui dari data umum dalam penelitian ini maka akan

ditampilkan hasil penelitian berdasarkan dengan data khusus yang meliputi:

Dukungan keluarga dengan kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi serta tabulasi silang tentang variabel independent

dan variabel dependent.

5.2.2.1 Dukungan Keluarga Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger


Kabupaten Madiun

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi dukungan keluarga pasien skizofrenia di


Kecamatan Geger Kabupaten Madiun bulan Mei 2018
Dukungan Keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang 3 7.3
Cukup 17 41.5
Baik 21 51.2
Total 41 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner dukungan keluarga pasien skizofrenia di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun bulan mei 2018)

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dukungan keluarga pada

pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dari 41 responden

terdapat 21 responden (51.2%) dukungan keluarga tergolong baik dan 3 responden

(7.3%) dukungan keluarga tergolong kurang.

Hasil penelitian berdasarkan 4 indikator dukungan keluarga pasien

skizofrenia yaitu dukungan penilaian, dukungan informasional, dukungan

instrumental dan dukungan emosional. Didapatkan dukungan penilaian dengan

kategori kurang 7.3%, cukup 41.5% dan baik 51.2%. Dukungan informasional

dengan kategori kurang 7.3% dan cukup 92.7%. Dukungan instrumental dengan
kategori kurang 7.3% dan cukup 92.7%. Dan dukungan emosional dengan

kategori kurang 7.3% dan cukup 92.7%.

Tabel 5.8 Deskripsi jawaban kuesioner responden dukungan keluarga pasien


skizofrenia berdasarkan 4 indikator di dukungan keluarga di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun bulan Mei 2018 (n = 41)
Hasil
Indikator Soal Pernyataan Kurang
Baik Cukup
1 Keluarga membimbing penderita
agar tetap menjaga kondisi 34.1% 65.9% 0%
kesehatan
2 Keluarga menunjukkan bahwa kita
sebagai keluarga terdekat peduli 41.5% 58.5% 0%
terhadap penderita
3 Keluarga menghormati setiap
Dukungan keputusan yang diungkapkan oleh 9.8% 85.4% 4.9%
penilaian penderita
4 Keluarga menyarankan penderita
agar tetap menjalin hubungan 22.0% 70.7% 7.3%
sosial dengan orang lain
5 Keluarga mengamati perilaku
penderita ketika terdapat kemajuan 14.6% 78.0% 7.3%
dalam perawatan diri
Total nilai dukungan penilaian 51.2% 41.5% 7.3%
6 Keluarga senantiasa memberikan
informasi perawatan diri yang 19.5% 73.2% 7.3%
benar
7 Keluarga menyarankan penderita
untuk rutin kontrol/ berobat ke 43.9% 51.2% 4.9%
pelayanan kesehatan terdekat
8 Keluarga mengingatkan hal-hal
Dukungan yang harus dihindari yang dapat
Informasioal 22.0% 70.7% 7.3%
membuat penderita terserang
penyakit
9 Keluarga mengingatkan penderita
22.0% 68.3% 9.8%
untuk tetap menjaga kesehatan
10 Keluarga mencari informasi
tentang masalah kesehatan yang 7.3% 82.9% 9.8%
dialami penderita
Total nilai dukungan Informasioal 0% 92.7% 7.3%
11 Keluarga memberi fasilitas (alat
mandi, makan) yang diperlukan
53.7% 43.9% 2.4%
Dukungan untuk melakukan aktivitas sehari-
Instrumental hari dalam proses perawatan
12 Keluarga meluangkan waktu untuk
14.6% 80.5% 4.9%
menemani penderita agar tetap
menjaga kesehatan
13 Keluarga menyediakan
transportasi untuk mempermudah 34.1% 58.5% 7.3%
dalam perawatan kesehatan
14 Keluarga memberikan uang
34.1% 61.0% 4.9%
kepada penderita
15 Keluarga mengantar kemana
9.8% 78.0% 12.2%
penderita akan pergi
Total nilai dukungan Instrumental 0% 92.7% 7.3%
16 Keluarga senantiasa memberikan
29.3% 65.9% 4.9%
pujian yang positif bagi penderita
17 Keluarga memberikan perhatian
dengan menciptakan suasana 14.6% 80.5% 4.9%
lingkungan rumah yang aman
18 Keluarga memberikan
Dukungan kepercayaan kepada penderita 17.1% 75.6% 7.3%
Emosional dalam proses perawatan
19 Keluarga mendengarkan curhatan
9.8% 82.9% 7.3%
hati penderita ketika sedih
20 Keluarga memberikan kasih
sayang kepada penderita dalam 22.0% 70.7% 7.3%
proses perawatan
Total nilai dukungan Emosional 0% 92.7% 7.3%

5.2.2.2 Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger


Kabupaten Madin

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia


di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun bulan Mei 2018
Kemandirian Perawatan
Frekuensi (f) Persentase (%)
Diri
Kurang 3 7.3
Cukup 18 43.9
Baik 20 48.8
Total 41 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun bulan mei 2018)

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa kemandirian perawatan diri

pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dari 41 responden


terdapat 20 responen (48.8%) kemandirian perawatan diri tergolng baik, dan 3

responden (7.3%%) kemandirian perawatan diri tergolong kurang.

Hasil penelitian berdasarkan 4 indikator kemandirian perawatan diri pasien

skizofrenia yaitu kebersihan diri/mandi, toileting BAK&BAB, berhias dan makan.

Didapatkan kemandirian perawatan diri dalam kebersihandiri/mandi dengan

kategori kurang 4.9% penderita, cukup 36.6% penderita dan baik 58.5% penderita.

Kemandirian perawatan diri dalam toileting/BAK dan BAB dengan kategori

kurang 2.4% penderita, cukup 46.3% penderita, dan baik 51.2% penderita.

Kemandirian perawatan diri dalam berhias dengan kategori kurang 14.6%

penderita, cukup 46.3% penderita dan baik 39.0% penderita. Kemandirian

perawatan diri dalam hal makan dengan kategori kurang 12.2% penderita, cukup

63.4% penderita dan baik 24.4% penderita.

Tabel 5.10 Dekripsi jawaban responden kemandirian perawatan diri pasien


skizofrenia berdasarkan 4 indikator di dukungan keluarga di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun bulan Mei 2018 (n = 41)
Hasil
Indikator Soal Pernyataan Cukup
Baik Kurang
1 Pasien menyiapkan perlengkapan
36.6% 56.1% 7.3%
mandinya sendiri
2 Pasien mandi sehari sebanyak 2 kali 48.8% 46.3% 4.9%
3 Pasien mandi menggunakan
Kebersihan peralatan mandi yang telah 31.7% 63.4% 4.9%
diri/Mandi disiapkannya
4 Pasien dapat membasuh dirinya
41.5% 53.7% 4.9%
sendiri
5 Pasien dapat mengeringkan
39.0% 53.7% 7.3%
tubuhnya sendiri
Total kemandirian kebersihan diri/Mandi 58.5% 36.6% 4.9%
6 Pasien melakukan BAK/BAB
dikamar mandi/tempat yang telah 53.7% 43.9% 2.4%
Toileting/ disediakan
BAK&BAB 7 Pasien melepaskan celananya
48.8% 48.8% 2.4%
sendiri saat mau BAK/BAB
8 Pasien melakukan kebersihan 56.1% 41.5% 2.4%
BAK/BAB secara komplet
9 Pasien melakukan penyiraman
56.1% 41.5% 2.4%
setelah melakukan BAK/BAB
10 Apakah pasien penah mengalami
0% 24.4% 75.6%
ngebrok (BAB didalam celana)
Total kemandirian toileting/ BAK&BAB 51.2% 46.3% 2.4%
11 Pasien memilih pakaiannya sendiri 31.7% 61.0% 7.3%
12 Pasien bisa memadukan pakaian
17.1% 65.9% 17.1%
yang sesuai
13 Pasien mengambil pakaiannya
39.0% 53.7% 7.3%
Berhias sendiri
14 Pasien mengenakan pakaian yang
36.6% 56.1% 7.3%
dipilihnya sendiri
15 Pasien mempertahankan
9.8% 73.2% 17.1%
penampilan yang memuaskan
Total kemandirian berhias 39.0% 46.3% 14.6%
16 Pasien menyiapkan makanannya
31.7% 58.5% 9.8%
dengan baik
17 Pasien melakukan cuci tangan
9.8% 78.0% 12.2%
sebelum makan
18 Pasien makan dengan cara yang
24.4% 70.7% 4.9%
Makan baik
19 Pasien melakukan cuci tangan
19.5% 73.2% 7.3%
setelah makan
20 Pasien membereskan tempat makan
dan peralatan makan setelah selesai 9.8% 58.5% 31.7%
makan
Total kemandirian makan 24.4% 63.4% 12.2%

5.2.2.3 Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian


Perawatan Diri Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun

Tabel 5.11 Tabulasi silang hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian


perawatan diri pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun bulan Mei 2018
Kemandirian Perawatan Diri
Dukungan Kurang Cukup Baik Total
Keluarga F % f % f % f %
Kurang 3 100.0 0 0 0 0 3 100.0
Cukup 0 0 12 70.6 5 29.4 17 100.0
Baik 0 0 6 28.6 15 71.4 21 100.0
Total 3 7.3 18 43.9 20 48.8 41 100.0
α = 0, 05 r = 0,559 ρ value = 0,000
Berdasarkan tabel 5.11 diatas menunjukan bahwa dukungan keluarga

kurang dengan kemandiran perawatan diri kurang 100% sebanyak 3 keluarga.


Dukungan keluarga cukup dengan kemandirian perawatan diri cukup 70.6%

sebanyak 12 keluarga, dan kemandirian perawatan diri baik 29.4% sebanyak 5

keluarga. Dukungan keluarga baik dengan kemandirian perawata diri cukup

28.6% sebanyak 6 keluarga dan kemandirian perawatan diri baik 48.8% sebanyak

20 keluarga.

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik Somers’D

dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ value = 0.000 < α = 0.05, artinya

Ha diterima berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia di Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun. Hasil uji statistik Somers’D bahwa r hitung = 0.559 yaitu

positif yang berarti semakin baik dukungan keluarga maka semakin baik

kemandirian perawatan diri pada orang dengan gangguan jiwa. Keeratan

hubungan dapat dilihat dari nilai r hitung = 0.559 yang dikategorikan sedang (0.40

– 0.599) yang artinya keeratan hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian

perawatan diri pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun adalah

sedang.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Dukungan Keluarga Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger


Kabupaten Madiun

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa dukungan

keluarga pada pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun yang

termasuk dalam kategori dukungan keluarga tergolong baik sebanyak 51.2%.

Sesuai dengan kuesioner dukungan keluarga dari 4 indikator ditemukan dukungan


keluarga dengan kategori baik sebanyak 51.2% keluarga pada indikator dukungan

penilaian. Pada dukungan penilaian dimana 41.5% keluarga memberikan

dukungan tergolong baik pada pernyataan nomer 2 yaitu keluarga menunjukkan

bahwa kita sebagai keluarga terdekat peduli terhadap penderita.

Menurut Friedman (2010) dukungan keluarga merupakan support system

yang diberikan oleh keluarga dalam menghadapi masalah anggota keluarganya.

Keluarga merupakan orang yang paling dekat dan tempat yang paling nyaman

bagi pasien gangguan jiwa. Keluarga dapat meningkatkan semangat dan motivasi

untuk berperilaku sehat, yaitu dengan memberikan perawatan dan pengobatan

yang layak. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap pasien gangguan jiwa. Dukungan keluarga yang di wujudkan dalam

bentuk kasih sayang, adanya kepercayaan, kehangatan, perhatian, saling

mendukung dan menghargai antar keluarga.

Peneliti berpendapat bentuk dari dukungan penilaian merupakan suatu

respon positif yang diberikan oleh keluarga, dimana keluarga selalu memberikan

yang dibutuhkan penderita sebagai wujud dari kepeduliannya.

Pada kuesioner dukungan keluarga indikator kedua mengenai dukungan

informasional tergolong cukup sebanyak 92.7%, dimana 82.9% keluarga

memberikan dukungan dengan kategori cukup pada pernyataan nomer 10 yaitu

keluarga mencari informasi tentang masalah kesehatan yang dialami penderita.

Sesuai dengan teori yang ada menyebutkan bahwa keluarga berfungsi sebagai

penyebar dan pemberi informasi yang disediakan keluarga dapat digunakan oleh
individu untuk mengatasi persoalan yang dialami pasien skizofrenia (Friedman et

al, 2010).

Peneliti berpendapat bahwa keluarga mencari informasi tentang masalah

kesehatan penderita karena keluarga ingin tau penyebab dari sakit penderita dan

keluarga bisa memberikan pengobatan yang sesuai dengan masalah yang dialami

penderita.

Pada kuesioner dukungan keluarga indikator ketiga mengenai dukungan

instrumental tergolong cukup sebanyak 92.7%, dimana 80.5% keluarga

memberikan dukungan dengan kategori cukup pada pernyataan nomer 12 yaitu

keluarga meluangkan waktu untuk menemani penderita agar tetap menjaga

kesehatannya. Dukungan instrumental meliputi dukungan yang bersifat bio, psiko,

sosial dan spiritual. Kebutuhan biologis adalah kebutuhan dasar maupun

kebutuhan materi yang harus dipenuhi keluarga (Friedman et al, 2010).

Peneliti berpendapat bahwa keluarga harus meluangkan waktu untuk

menemani penderita agar tetap menjaga kesehatannya, karena dengan meluangkan

waktu untuk penderita maka penderita merasa ada yang peduli dengan

keadaannya.

Sedangkan pada kuesioner dukungan keluarga indikator keempat

mengenai dukungan emosional tergolong cukup sebanyak 92.7%, dimana 82.9%

keluarga memberikan dukungan dengan kategori cukup pada pernyataan nomer 19

yaitu keluarga mendengarkan curhatan hati penderita ketika sedih. Secara

emosional, dukungan dari keluarga menunjukan hal positif dan baik. Setiap

keluarga memberikan dukungan yang membuat pasien gangguan jiwa yaitu


anggota keluarganya ada yang memperhatikan dan keluarga selalu berusaha untuk

melakukan yang terbaik agar anggota keluarganya dapat sembuh (Hartanto, 2014).

Peneliti berpendapat bahwa keluarga mendengarkan curhatan hati

penderita ketika sedih, karena keluarga merupakan orang terdekat dengan

penderita dan tempat paling nyaman bagi penderita untuk menyampaikan

perasaan penderita, selain itu keluarga bisa memberi masukan bagi penderita

tentang masalah yang dialaminya. Pernyataan ini didukung oleh penelitian

Muntiaroh dkk (2013) yang menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga

mempunyai rasa simpati kepada pasien skizofrenia, dan sebagian kecil keluarga

tidak mendukung klien skizofrenia.

5.3.2 Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofenia di Kecamatan Geger


Kabupaten Madiun

Hasil penelitian tabel 5.8 menunjukkan bahwa kemandirian perawatan diri

pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun yang termasuk dalam

kategori kemandiran perawatan diri tergolong baik 48.8%. Sesuai dengan

kuesioner kemandirian perawatan diri dari 4 indikator ditemukan kemandirian

perawatan diri dengan kategori mandiri baik sebanyak 58.5% penderita pada

indikator kebersihan diri/mandi. Pada kemandirian kebersihan diri/mandi dimana

48.8% penderita mandiri tergolong baik pada pernyataan nomer 2 yaitu pasien

mandi sehari sebanyak 2 kali.

Orem mengemukakan bahwa self care merupakan aktifitas dan inisiatif

dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta

mempertahankan kehidupan, kesejahteraan, dengan adanya tuntutan atau

permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang
dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan

menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat (Hidayat, 2007). Pada

dasarnya orang yang tidak terganggu kognitifnya, dapat melakukan aktivitas

kesehariannya secara mandiri, berbeda dengan penderita skizofrenia dimana

penderita skizofrenia mempunyai ciri-ciri khas skizofrenia yaitu disorganisasi

pada pembicaraan, pikiran dan gerakan psikomotorik, dalam hal ini dapat

mengganggu aktivitas dari kehidupan sehari-hari penderita, sehingga penderita

tidak memperhatikan kebersihan dirinya. Defisit perawatan diri merupakan

pemenuhan perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah

terkait perawatan diri individu (Hidayat, 2007).

Peneliti berpendapat bahwa penderita bisa melakukan kebersihan dirinya

secara mandiri karena penderita mendapatkan dukungan dari keluarga seperti

dukungan penilaian dan dukungan instrumental, dimana keluarga selalu

membimbing penderita agar tetap menjaga kesehatannya dengan kategori cukup

sebanyak 65.9% dan keluarga juga memberikan fasilitas untuk keperluan

kebersihan dirinya dengan kategori baik sebanyak 53.7%. Dari bimbingan yang

diberikan keluarga kepada penderita akan pentingnya kesehatan bagi dirinya,

sehingga penderita mau melakukan perawatan terhadap dirinya.

Pada kuesioner kemandirian perawatan diri indikator kedua mengenai

toileting BAK/BAB dengan mandiri tergolong baik sebanyak 51.2% penderita,

dimana 56.1% penderita mandiri tergolong baik pada pernyataan nomer 8 dan 9

yaitu pasien melakukan kebersihan BAK/BAB secara komplet dan pasien

melakukan penyiraman setelah melakukan BAK/BAB. Toileting meliputi


kemampuan dalam mendapatkan jamban/ kamar kecil, duduk atau bangkit dari

jamban, melepaskan dan memakai kembali pakaian untuk toileting,

membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau

kamar kecil (Fitria, 2009).

Peneliti berpendapat bahwa BAK/BAB disembarang tempat dapat menjadi

sarang penyakit. penderita melakukan kebersihan BAK/BAB secara komplet dan

pasien melakukan penyiraman setelah melakukan BAK/BAB karena penderita

mendapatkan dukungan penilaian, dimana keluarga membimbing penderita agar

tetap menjaga kesehatan dengan kategori cukup sebanyak 65.9%.

Pada kuesioner kemandirian perawatan diri indikator ketiga mengenai

berhias dengan mandiri tergolong cukup sebanyak 46.3% penderita, dimana

73.2% penderita mandiri tergolong cukup pada pernyataan nomer 15, penderita

mempertahankan penampilan yang memuaskan. Berhias terdiri dari kemampuan

mengambil pakaian dari lemari dan menaruhnya kembali,

menanggalkan/melepaskan pakaian, mengenakan pakaian dalam, mengancing

baju dan celana (resleting dan kancing), menggunakan kaos kaki, menggunakan

alat tambahan, memperoleh atau menukar pakaian, memilih pakaian,

mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, dan mengenakan

sepatu secara tepat sesuai dengan iklim dan kondisi sosial (Fitria, 2009).

Penelti berpendapat bahwa penderita mampu mempertahankan

penampilannya karena penderita mendapatkan dukungan informasional dimana

keluarga memberikan informasi tentang perawatan diri yang benar tergolong

cukup sebanyak 73.2%.


Sedangkan pada kuesioner kemandirian perawatan diri indikator keempat

mengenai makan dengan mandiri tergolong cukup sebanyak 63.4%, dimana

78.0% penderita mandiri cukup pada pernyataan nomer 17, penderita melakukan

cuci tangan sebelum makan. Seseorang yang mandriri mampu melakakukan

kemampuan menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas,

mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,

memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu

memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mengambil cangkir atau gelas, dan

mencerna cukup makanan dengan makanan , serta berdoa sebelum makan (Fitria,

2009).

Peneliti berpendapat mencuci tangan sebelum makan merupakan hal kecil

yang dapat mencegah timbulnya penyakit. Penderita melakukan cuci tangan

sebelum makan karena mendapat dukungan penilaian dimana keluarga

membimbing penderita agar tetap menjaga kondisi kesehatannya tergolong cukup

sebanyak 65.9%.

5.3.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Perawatan Diri


Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun

Hasil uji Somers’D menunjukkan bahwa ρ value = 0.000 < α = 0.05

artinya Ha diterima berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga dengan kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia di Kecamatan

Geger Kabupaten Madiun. Hasil uji statistik Somers’D bahwa r hitung = 0.559

yaitu positif yang berarti semakin baik dukungan keluarga maka semakin baik

kemandirian perawatan diri pada orang dengan gangguan jiwa. Keeratan

hubungan dapat dilihat dari nilai r hitung = 0.559 yang dikategorikan sedang (0.40
– 0.599) yang artinya keeratan hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian

perawatan diri pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun adalah

sedang. Dari hasil analisa didapatkan data bahwa keluarga memberikan dukungan

yang tergolong kurang dengan kemandirian perawatan diri yang tergolong kurang

adalah 7.3%, dukungan yang tergolong cukup dengan kemandirian perawatan diri

yang tergolong cukup adalah 29.3%, serta kemandirian perawatan diri yang

tergolong baik adalah 12.2%. Sementara dukungan yang tergolong baik dengan

kemandirian perawatan diri yang tergolong cukup adalah 14.6%, serta

kemandirian perawatan diri yang tergolong baik 36.6%.

Dari hasil analisa data diperoleh dukungan keluarga dengan kemandirian

perawatan diri yaitu kemandirian perawatan dirinya tergolong baik. Dukungan

yang baik merupakan dominan penting bagi seseorang yang dapat merasakan

perasaan saling memiliki antara satu sama lain sehingga tercipta hubungan yang

saling mendukung (Setiadi, 2008). Menurut Setiadi (2008), bahwa dukungan

keluarga dipengaruhi oleh bebeapa faktor, diantaranya : faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal meliputi, tahap perkembangan (usia), pendidikan atau

tingkat pengetahuan, faktor emosi, dan spiritual.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Lailiyah (2014) yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat

Kemandirian Activities Of Daily Living Pada Klien Skizofrenia Di Poli Klinik

Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember bahwa hasil penelitiannya menunjukkan

mayoritas keluarga klien skizofrenia sangat mendukung sebanyak 30 responden

(63.5%), dan mayoritaskeluarga sebanyak 30 responden (57.7%) mengatakan


klien skizofrenia dalam melakukan aktivitas hariannya (activities of daily living)

secara mandiri.

Dari hasil penelitian di atas peneliti berpendapat bahwa dukungan keluarga

yang baik pada pasien gangguan jiwa dapat mendukung kemandirian perawatan

diri pasien skizofrenia. Dukungan keluarga terhadap pasien harus terus diberikan

pada pasien skizofenia karena akan mempengaruhi kemandirian perawatan

dirinya, seperti dukungan emosional dimana keluarga memberikan kasih

sayangnya kepada pasien dalam melakukan proses perawatan. Keluarga sebagai

orang yang paling dekat dengan pasien gangguan jiwa dalam menjalani perawatan

diri dan proses penyembuhan, jadi keluarga harus senantiasa memberikan

dukungan tanpa henti kepada pasien untuk membantu proses penyembuhan dan

dalam kemandirian perawaan dirinya.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti merasa belum optimal akan hasil

yang telah didapatkan karena terdapat kelemahan dan keterbatasan antara lain:

1. Keterbatasan tenaga dan waktu sehingga peneliti hanya mengambil tempat

penelitian 3 desa dari 10 desa dengan prevalensi paling tinggi di Wilayah

Kecamatan Geger Kabupaten Madiun yang mengalami gangguan jiwa.

2. Tidak meratanya tempat penelitian yang dilaksanakan, karena hanya

mengambil 3 tempat yang merupakan Desa dengan prevalensi tinggi.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dukungan keluarga pada pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten

Madiun adalah baik yaitu sebanyak 51.2%.

2. Kemandirian perawatan diri pada pasien skizofrenia di Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun adalah baik yaitu sebanyak 48.8%.

3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian perawatan diri pasien

skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dengan ρ value 0.000.

Nilai keeratan sedang yaitu 0.559 berarah positif yang berarti semakin baik

dukungan keluarga yang diberikan maka semakin baik tingkat kemandirian

perawatan diri pasien skizofrenia.

6.2 Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Menambah informasi di dalam perpustakaan tentang dukungan keluarga,

perawatan diri pasien skizofrenia dan untuk meningkatkan pengetahuan bagi

pembaca tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian

perawatan diri pasien skizofrenia.

80
2. Bagi tempat penelitian

Menjadi informasi bagi keluarga akan pentingnya dukungan keluarga terhadap

anggota keluarganya yang mengalami skizofrenia didalam melakukan

perawatan diri.

3. Bagi tenaga medis/kesehatan

Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi pengembangan program untuk

keluarga yang memiliki anggota skizofrenia terkait perawatan diri pada

penderita skizofrenia.

4. Bagi peneliti yang selanjutnya

Peneliti selanjutnya bisa menganalisa faktor-faktor mengenai dukungan

keluarga yang menyebabkan kemandirian perawatan diri yang kurang baik bagi

skizofrenia.

81
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Alimul, A. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi, Konsep dan Proses.


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Chaplin. 2011. Kamus Lengkap Psikologi, penerjemah Kartini Kertono, Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan


Dasar Indonesia. (Online), http://www.riskesdas.co.id. Diakses pada
Desember 2017.

Depkes. 2000 Standar Pedoman Perawatan Jiwa.

Dermawan, D & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Effendy, Nasrul. 2007. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi


II. Jakarta : EGC.

Eka Prasetyawti, Arsita, 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Kebidanan


Holistik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

Friedman, Marilyn M. 2010. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Edisi 5,


Jakarta : EGC.

Garcia, A. 2006. Family Support Predict Psychiatric Medication Usage Among


Mexican American Individuals With Schizophrenia. Diperoleh dari
http://web.ebscohost.com. Diakses pada Desember 2017.

Hapsah. 2008. Perawatan Diri dan Defisit Peawatan Diri. Jakarta : EGC.

Hartanto, D. 2014. Gambaran Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap


Penderita Gangguan Jiwa Di Kecamatan Kartasura. Jurnal: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

82
Hawari, Dadang. 2001. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika.

Iskandar, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa, Defisit Perawatan Diri. Jakarta.

Keliat, B.A. dkk. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Edisi III. Jakarta : EGC.

Laporan Dinas Kesehatan Madiun. 2017. Prevalensi Skizofrenia di Madiun. Dinas


Kesehatan Madiun.

Lailiyah, Nurul Afifatul. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat


Kemandirian Activities Of Daily Living Pada Klien Skizofrenia Di Poli
Klinik Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember. Jurnal Keperawatan :
Universitas Muhammadiyah Jember.

Laporan Puskesmas Geger. 2017. Prevalensi Skizofrenia di Kecamatan Geger


Kabupaten Madiun. Puskesmas Geger.

Maramis, W. F. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga: University


Press.

Meleis. 2007. Kebutuhan Perawatan Diri Self Care. Jakarta : EGC.

Muntiaroh dkk, 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang


Skizofrenia Dan Dukungan Keluarga Pada Klien Skizofrenia Di Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr Amino Ghondohutomo Semarang. Jurnal
Keperawatan Jiwa. Volume 2, No 1, 192-196 : Universitas
Muhammadiyah Semarang.

NANDA Internasional. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan; Definisi dan


Klasifikasi. Edisi 10. Jakarta : EGC.

National Institute of Mental Health. 2009. Suicide in the U.S. : Statistics and
Prevention. Maryland : U.S. Departement of Health And Human Services.

Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Greene., B. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta :
Erlangga.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 2, Jakarta; Rineka


Cipta.

83
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika.

. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktisi.


Edisi 4, Jakarta : Salemba Medika.

Potter & Perrry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk.
Jakarta : EGC.

Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogjakarta : Nuha Medika.

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Mulia.

Sugiono, S. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, VW. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan, Yogjakarta; Gava


Media.
Sumarjo. 2004. Dukungan Keluarga. Jtptunimus-gdl-herlisdian-7616-3-babii.pdf.
Diakses pada september 2017.

Susanto. 2009. Kasus Skizofrenia dalam www.pdfqueen.com/pdf/ka/kasus-


skizofrenia-di-indonesia/. Diakses pada Desember 2017.

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Wardani, Ice Yulia. Hamid, Achir Yani S. Wiarsih, Wiwin. Dan Susanti, Herni.
2012. Dukungan Keluarga : Faktor Penyebab Ketidapatuhan Klien
Skizofrenia Menjalani Pengobatan. Jurnal Keperawatan Indonesia :
Universitas Indonesia. Diakses pada September 2017.

WHO 2016. World Health Organization. World Health Statistic, Geneva: WHO.
Diakses pada September 2017.
Lampiran 1

Surat Pencarian Data Awal


Lampiran 2

Surat Permohonan Uji Validitas & Reliabilitas


Lampiran 3

Surat Ijin Penelitian


Lampiran 4

Surat Keterangan Selesai Penelitian


Lampiran 5

Lembar Konsultasi
Lampiran 6

Lembar Permohonan Menjadi Responden

Kepada Yth.

Calon Responden

Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Arris Dita Samudra

NIM 201402005

Program Studi : S1 Keperawatan

Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofrenia di

Kecamatan Geger Kabupaten Madiun”.

Sehubungan dengan ini, saya mohon kesediaan saudara untuk bersedia

menjadi responden dalam penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data

pribadi saudara akan sangat kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan

untuk kepentingan penelitian.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya

ucapkan terima kasih.

Madiun, Februari 2018

Arris Dita Samudra


NIM. 201402005
Lampiran 7

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

(Informed Consent)

Saya yang bertandatangan dibawah ini bersedia menjadi responden setelah

diberikan penjelasan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

Nama : Arris Dita Samudra

NIM 201402005

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Perawatan

Diri Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Demikianlah surat persetujuan ini saya tandatangani tanpa adanya paksaan

dari pihak manapun. Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan merugikan

saya sebagai responden, oleh sebab itu saya bersedia menjadi responden

Responden,

Madiun, Februari 2018

( )
Lampiran 8

Kisi-kisi Kuesioner

Dukungan Keluarga

No. Uraian Nomer Soal


1 Dukungan Penilaian 1, 2, 3, 4, 5
2 Dukungan Informasional 6, 7, 8, 9, 10
3 Dukungan Instrumental 11, 12, 13, 14, 15
4 Dukungan Emosional 16, 17, 18, 19, 20

Kemandirian Perawatan Diri

No. Uraian Nomer Soal


1 Kebersihan Diri/Mandi 1, 2, 3, 4, 5
2 Toileting(BAK/BAB) 6, 7, 8, 9, 10
3 Berhias 11, 12, 13, 14, 15
4 Makan 16, 17, 18, 19, 20
Lampiran 9

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Perawatan Diri Pada

Skizofrenia Di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun

Petunjuk pengisian :

Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi jawaban atau memberikan

tanda centang (√) pada kotak yang tersedia di bawah ini!

Tanggal Wawancara :

Nomer Responden :

Lembar Kuesioner Data Demografi


1 Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
2 Usia : Tahun
3 Tinggal bersama keluarga : Iya Tidak
4 Status hubungan keluarga :
Anak Orang tua
dengan pasien
Suami Istri
Saudara yang tinggal serumah
5 Pendidikan :
Tidak Tamat SD
SD
SMP SMA
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan :
Tidak bekerja Petani
Pedagang Pegawai negeri
Swasta TNI/POLRI
Lembar Kuesioner Dukungan Keluarga

Petunjuk pengisian : Berilah tanda check list ( √ ) pada kotak yang telah

disediakan sesuai dengan jawaban anda.

Keterangan : Selalu (SL) = bila dilakukan sepenuhnya

Sering (SR) = bila dilakukan sebagian

Kadang-kadang (KD) = bila dilakukan hanya sedikit

Tidak pernah (TP) = bila tidak pernah dilakukan

No. Pertanyaan SL SR KD TP
Dukungan Penilaian
Keluarga membimbing penderita agar tetap
1
menjaga kondisi kesehatan
Keluarga menunjukkan bahwa kita sebagai
2
keluarga terdekat peduli terhadap penderita
Keluarga menghormati setiap keputusan yang
3
diungkapkan oleh penderita
Keluarga menyarankan penderita agar tetap
4
menjalin hubungan sosial dengan orang lain
Keluarga mengamati perilaku penderita ketika
5
terdapat kemajuan dalam perawatan diri
Dukungan Informasional
Keluarga senantiasa memberikan informasi
6
perawatan diri yang benar
Keluarga menyarankan penderita untuk rutin
7
kontrol/ berobat ke pelayanan kesehatan terdekat
Keluarga mengingatkan hal-hal yang harus
8 dihindari yang dapat membuat penderita terserang
penyakit
Keluarga mengingatkan penderita untuk tetap
9
menjaga kesehatan
Keluarga mencari informasi tentang masalah
10
kesehatan yang dialami penderita
Dukungan Instrumental
Keluarga memberi fasilitas (alat mandi, makan)
11
yang diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari dalam proses perawatan
Keluarga meluangkan waktu untuk menemani
12
penderita agar tetap menjaga kesehatan
Keluarga menyediakan transportasi untuk
13
mempermudah dalam perawatan kesehatan
14 Keluarga memberikan uang kepada penderita
15 Keluarga mengantar kemana penderita akan pergi
Dukungan Emosional
Keluarga senantiasa memberikan pujian yang
16
positif bagi penderita
Keluarga memberikan perhatian dengan
17
menciptakan suasana lingkungan rumah yang aman
Keluarga memberikan kepercayaan kepada
18
penderita dalam proses perawatan
Keluarga mendengarkan curhatan hati penderita
19
ketika sedih
Keluarga memberikan kasih sayang kepada
20
penderita dalam proses perawatan
Lembar Kuesioner Kemandirian Perawatan Diri

Petunjuk pengisian : Berilah tanda check list ( √ ) pada kotak yang telah

disediakan sesuai dengan jawaban anda.

Keterangan : Selalu (SL) = bila dilakukan sepenuhnya

Sering (SR) = bila dilakukan sebagian

Kadang-kadang (KD) = bila dilakukan hanya sedikit

Tidak pernah (TP) = bila tidak pernah dilakukan

No. Pertanyaan SL SR JR TP
Kebersihan Diri/Mandi
1 Pasien menyiapkan perlengkapan mandinya sendiri
2 Pasien mandi sehari sebanyak 2 kali
Pasien mandi menggunakan peralatan mandi yang
3
telah disiapkannya
4 Pasien dapat membasuh dirinya sendiri
5 Pasien dapat mengeringkan tubuhnya sendiri
Toileting/BAK & BAB
Pasien melakukan BAK/BAB dikamar mandi/tempat
6
yang telah disediakan
Pasien melepaskan celananya sendiri saat mau
7
BAK/BAB
Pasien melakukan kebersihan BAK/BAB secara
8
komplet
Pasien melakukan penyiraman setelah melakukan
9
BAK/BAB
Apakah pasien penah mengalami ngebrok (BAB
10
didalam celana)
Berhias
11 Pasien memilih pakaiannya sendiri
12 Pasien bisa memadukan pakaian yang sesuai
13 Pasien mengambil pakaiannya sendiri
14 Pasien mengenakan pakaian yang dipilihnya sendiri
Pasien mempertahankan penampilan yang
15
memuaskan
Makan
16 Pasien menyiapkan makanannya dengan baik
17 Pasien melakukan cuci tangan sebelum makan
18 Pasien makan dengan cara yang baik
19 Pasien melakukan cuci tangan setelah makan
Pasien membereskan tempat makan dan peralatan
20
makan setelah selesai makak
Lampiran 10

Hasil Uji Validitas Kuesioner

Hasil uji validasi variabel dukungan keluarga pada skizofrenia


No r hitung Syarat Keterangan
1 0,598 > 0,514 Item soal valid
2 0,587 > 0,514 Item soal valid
3 0,540 > 0,514 Item soal valid
4 0,776 > 0,514 Item soal valid
5 0,637 > 0,514 Item soal valid
6 0,769 > 0,514 Item soal valid
7 0,683 > 0,514 Item soal valid
8 0,854 > 0,514 Item soal valid
9 0,954 > 0,514 Item soal valid
10 0,653 > 0,514 Item soal valid
11 0,734 > 0,514 Item soal valid
12 0,660 > 0,514 Item soal valid
13 0,834 > 0,514 Item soal valid
14 0,748 > 0,514 Item soal valid
15 0,753 > 0,514 Item soal valid
16 0,752 > 0,514 Item soal valid
17 0,846 > 0,514 Item soal valid
18 0,568 > 0,514 Item soal valid
19 0,603 > 0,514 Item soal valid
20 0,657 > 0,514 Item soal valid
Hasil uji validasi variabel kemandirian perawatan diri pada skizofrenia
No r hitung Syarat Keterangan
1 0,620 > 0,514 Item soal valid
2 0,532 > 0,514 Item soal valid
3 0,588 > 0,514 Item soal valid
4 0,719 > 0,514 Item soal valid
5 0,520 > 0,514 Item soal valid
6 0,754 > 0,514 Item soal valid
7 0,650 > 0,514 Item soal valid
8 0,769 > 0,514 Item soal valid
9 0,603 > 0,514 Item soal valid
10 0,627 > 0,514 Item soal valid
11 0,569 > 0,514 Item soal valid
12 0,772 > 0,514 Item soal valid
13 0,560 > 0,514 Item soal valid
14 0,693 > 0,514 Item soal valid
15 0,683 > 0,514 Item soal valid
16 0,779 > 0,514 Item soal valid
17 0,715 > 0,514 Item soal valid
18 0,803 > 0,514 Item soal valid
19 0,696 > 0,514 Item soal valid
20 0,629 > 0,514 Item soal valid
Lampiran 11

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Hasil uji reliabilitas kuesioner dukungan keluarga pada skizofrenia


Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.948 20

Hasil uji reliabilitas kuesioner kemandirian perawaran diri pada skizofrenia


Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.933 20
Lampiran 12

Tabulasi Data Demografi


Lampiran 13

Tabulasi Dukungan Keluarga


Hasil Distribusi Frekuensi Kuesioner Dukungan Keluarga Tiap Pernyataan

Kategori DK 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 27 65.9 65.9 65.9
Baik 14 34.1 34.1 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori DK 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 24 58.5 58.5 58.5
Baik 17 41.5 41.5 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori DK 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 4.9 4.9 4.9
Cukup 35 85.4 85.4 90.2
Bak 4 9.8 9.8 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori DK 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 29 70.7 70.7 78.0
Baik 9 22.0 22.0 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori DK 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 32 78.0 78.0 85.4
Baik 6 14.6 14.6 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori DK 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 30 73.2 73.2 80.5
Baik 8 19.5 19.5 100.0
Total 41 100.0 100.0
Kategori DK 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 4.9 4.9 4.9
Cukup 21 51.2 51.2 56.1
Baik 18 43.9 43.9 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori DK 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 29 70.7 70.7 78.0
Baik 9 22.0 22.0 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori DK 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 4 9.8 9.8 9.8
Cukup 28 68.3 68.3 78.0
Baik 9 22.0 22.0 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori DK 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 4 9.8 9.8 9.8
Cukup 34 82.9 82.9 92.7
Baik 3 7.3 7.3 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori DK 11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 1 2.4 2.4 2.4
Cukup 18 43.9 43.9 46.3
Baik 22 53.7 53.7 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kaegori Dk 12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 4.9 4.9 4.9
Cukup 33 80.5 80.5 85.4
Baik 6 14.6 14.6 100.0
Total 41 100.0 100.0
Kategori DK 13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 24 58.5 58.5 65.9
Baik 14 34.1 34.1 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori DK 14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 4.9 4.9 4.9
CUkup 25 61.0 61.0 65.9
Baik 14 34.1 34.1 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori Dk 15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 5 12.2 12.2 12.2
Cukup 32 78.0 78.0 90.2
Baik 4 9.8 9.8 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori Dk 16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 4.9 4.9 4.9
Cukup 27 65.9 65.9 70.7
Baik 12 29.3 29.3 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori DK 17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 4.9 4.9 4.9
Cukup 33 80.5 80.5 85.4
Baik 6 14.6 14.6 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori Dk 18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 31 75.6 75.6 82.9
Baik 7 17.1 17.1 100.0
Total 41 100.0 100.0
Kategori DK 19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 34 82.9 82.9 90.2
Baik 4 9.8 9.8 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori Dk 20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 29 70.7 70.7 78.0
Baik 9 22.0 22.0 100.0
Total 41 100.0 100.0
Hasil Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Tiap Indikator

Kategori ID1 DK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 17 41.5 41.5 48.8
Baik 21 51.2 51.2 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori ID2 DK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 38 92.7 92.7 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori ID3 DK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 38 92.7 92.7 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori ID4 DK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 38 92.7 92.7 100.0
Total 41 100.0 100.0
Lampiran 14

Tabulasi Kemandirian Perawatan Diri


Hasil Distribusi Frekuensi Kuesioner Kemandirian Perawatan Diri Tiap
Pernyataan

Kategori PD 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 23 56.1 56.1 63.4
Baik 15 36.6 36.6 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 4.9 4.9 4.9
Cukup 19 46.3 46.3 51.2
Baik 20 48.8 48.8 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 4.9 4.9 4.9
Cukup 26 63.4 63.4 68.3
Baik 13 31.7 31.7 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 4.9 4.9 4.9
Cukup 22 53.7 53.7 58.5
Baik 17 41.5 41.5 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 22 53.7 53.7 61.0
Baik 16 39.0 39.0 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 1 2.4 2.4 2.4
Cukup 18 43.9 43.9 46.3
Baik 22 53.7 53.7 100.0
Total 41 100.0 100.0
Kategori PD 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 1 2.4 2.4 2.4
Cukup 20 48.8 48.8 51.2
Baik 20 48.8 48.8 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 1 2.4 2.4 2.4
Cukup 17 41.5 41.5 43.9
Baik 23 56.1 56.1 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 1 2.4 2.4 2.4
Cukup 17 41.5 41.5 43.9
Baik 23 56.1 56.1 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 31 75.6 75.6 75.6
Cukup 10 24.4 24.4 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 25 61.0 61.0 68.3
Baik 13 31.7 31.7 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 7 17. 17.1 17.1
1
Cukup 27 65.9 65.9 82.9
Baik 7 17.1 17.1 100.0
Total 41 100.0 100.0
Kategori PD 13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 22 53.7 53.7 61.0
Baik 16 39.0 39.0 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 23 56.1 56.1 63.4
Baik 15 36.6 36.6 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 7 17.1 17.1 17.1
Cukup 30 73.2 73.2 90.2
Baik 4 9.8 9.8 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 4 9.8 9.8 9.8
Cukup 24 58.5 58.5 68.3
Baik 13 31.7 31.7 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 5 12.2 12.2 12.2
Cukup 32 78.0 78.0 90.2
Baik 4 9.8 9.8 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 4.9 4.9 4.9
Cukup 29 70.7 70.7 75.6
Baik 10 24.4 24.4 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 30 73.2 73.2 80.5
Baik 8 19.5 19.5 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori PD 20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 13 31.7 31.7 31.7
Cukup 24 58.5 58.5 90.2
Baik 4 9.8 9.8 100.0
Total 41 100.0 100.0
Hasil Distribusi Frekuensi Kuesioner Kemandirian Perawatan diri Tiap
Indiktor

Kategori ID1 PD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 4.9 4.9 4.9
Cukup 15 36.6 36.6 41.5
Baik 24 58.5 58.5 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori ID2 PD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 1 2.4 2.4 2.4
Cukup 19 46.3 46.3 48.8
Baik 21 51.2 51.2 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori ID3PD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 6 14.6 14.6 14.6
Cukup 19 46.3 46.3 61.0
Baik 16 39.0 39.0 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kategori ID4 PD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 5 12.2 12.2 12.2
Cukup 26 63.4 63.4 75.6
Baik 10 24.4 24.4 100.0
Total 41 100.0 100.0
Lampiran 15

Pengolahan Data

SPSS 16

Frequencies
Statistics
Tinggal Status Dukunga Kemandirian
Jenis Kelamin Umur Bersama Hubungan Pendidikan Pekerjaan n Perawatan Diri
Keluarga Keluarga Keluarga
N Valid 41 41 41 41 41 41 41 41
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 12 29.3 29.3 29.3
Perempuan 29 70.7 70.7 100.0
Total 41 100.0 100.0

116
Umur Descriptives

Statistic Std. Error

Umur Mean 55.39 1.638

95% Confidence Interval Lower Bound 52.08


for Mean
Upper Bound 58.70

5% Trimmed Mean 55.73

Median 53.00

Mode 50

Variance 109.944

Std. Deviation 10.485

Minimum 31

Maximum 71

Range 40

Interquartile Range 18

Skewness -.123 .369

Kurtosis -.976 .724

Tinggal Bersama Keluarga


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Iya 41 100.0 100.0 100.0

Status Hubungan Keluarga


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Anak 2 4.9 4.9 4.9
Oang_Tua 18 43.9 43.9 48.8
Suami/Istri 5 12.2 12.2 61.0
Saudara_Tinggal_Serumah 16 39.0 39.0 100.0
Total 41 100.0 100.0

117
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak_Sekolah 4 9.8 9.8 9.8
SD 22 53.7 53.7 63.4
SMP 6 14.5 14.5 78.0
SMA 9 22.0 22.0 100.0
Total 41 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak_Bekerja 18 43.9 43.9 43.9
Pedagang 1 2.4 2.4 46.3
Petani 10 24.4 24.4 70.7
Swasta 12 29.3 29.3 100.0
Total 41 100.0 100.0

Dukungan Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 17 41.5 41.5 48.8
Baik 21 51.2 51.2 100.0
Total 41 100.0 100.0

Kemandirian Perawatan Diri


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 3 7.3 7.3 7.3
Cukup 18 43.9 43.9 51.2
Baik 20 48.8 48.8 100.0
Total 41 100.0 100.0
Lampiran 16

Hasil Uji Korelasi


Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Perawatan Diri Pasien
Skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dukungan Keluarga *
41 100.0% 0 .0% 41 100.0%
Kemandirian Perawatan Diri

Kategori DK * Kategori KPD Crosstabulation

Kategori KPD

Kurang Cukup Baik Total

Kategori DK Kurang Count 3 0 0 3

% within Kategori DK 100.0% .0% .0% 100.0%

Cukup Count 0 12 5 17

% within Kategori DK .0% 70.6% 29.4% 100.0%

Baik Count 0 6 15 21

% within Kategori DK .0% 28.6% 71.4% 100.0%

Total Count 3 18 20 41

% within Kategori DK 7.3% 43.9% 48.8% 100.0%


Lampiran 17

Hasil Uji Korelasi Somers’D

Directional Measures
Asymp. Std. Approx.
Value Errora Approx. Tb Sig.
Ordinal Somers' d Symmetric .559 .129 3.785 .000
by Dukungan
Ordinal .557 .129 3.785 .000
Keluarga
Dependent
Kemandirian
.561 .129 3.785 .000
Perawatan Diri
Dependent
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Lampiran 18

Jadwal Penelitian Kegiatan

Bulan
No Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
2017 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018
Pembuatan
1 dan konsul
judul
Bimbingan
2
proposal
Penyusuna
3
n proposal
Ujian
4
proposal
Revisi
5
proposal
Pengambil
6
an data
Bimbingan
7
penelitian
Penyusuna
8
n skripsi
Ujian
9
skripsi
Revisi
10
skripsi
Lampiran 19

Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai