Skripsi Aprilia Megawati Hutabarat

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 94

HUBUNGAN PERUBAHAN KEPRIBADIAN PASIEN STROKE

DENGAN ANSIETAS PADA CAREGIVER DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS SIHEPENG MANDAILING
NATAL TAHUN 2021

SKRIPSI

Oleh :

Aprilia Megawati Hutabarat


NIM. 17010092

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2021
HUBUNGAN PERUBAHAN KEPRIBADIAN PASIEN STROKE
DENGAN ANSIETAS PADA CAREGIVER DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SIHEPENG MANDAILING
NATAL TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

Aprilia Megawati Hutabarat


NIM. 17010092

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN
(SKRIPSI)

HUBUNGAN PERUBAHAN KEPRIBADIAN PASIEN STROKE


DENGAN ANSIETAS PADA CAREGIVER DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SIHEPENG MANDAILING
NATAL TAHUN 2021

Skripsi Ini Telah Diseminarkan Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji


Program Studi Keperawatan Program Sarjana Universitas Aufa Royhan
Di Kota Padangsidimpuan

Padangsidimpuan, September 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Nanda Masraini Daulay, M.Kep Henny Sahriani Siregar, M.Kes

Ketua Program Studi


Keperawatan Program Sarjana Dekan Fakultas Kesehatan

Ns. Nanda Masraini Daulay, M.Kep Arinil Hidayah, SKM, M.Kes

ii
IDENTITAS PENULIS

Nama : Aprillia Megawati Hutabarat

NIM : 17010092

Tempat/ Tanggal Lahir : Sibaruang/ 27 April 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Sibaruang, Kec. Siabu, Kab. Mandailing

Natal

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 005 Sibaruang : Lulus tahun 2011

2. SMP Negeri 2 Sihepeng : Lulus tahun 2014

3. SMK Negeri 2 Padangsidimpuan : Lulus tahun 2017

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyusun skripsi dengan judul “Hubungan

Perubahan Keribadian Pasien Stroke Dengan Ansietas Pada Caregiver di Wilayah

Kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal Tahun 2021”, sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Keperawatan

Program Sarjana Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Arinil Hidayah, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan.

2. Ns. Nanda Masraini Daulay, M.Kep, selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Program Sarjana Universitas Aufa Royhan di Kota

Padangsidimpuan sekaligus pembimbing utama yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Henny Sahriani Siregar, M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang

telah meluangkan waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan skripsi

ini.

4. Ns. Mei Adelina Harahap, M.Kes selaku ketua penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan kritik serta saran yang

membangun dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv
5. Ns. Nanda Suryani Sagala, M.KM selaku anggota penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan kritik serta saran yang

membangun dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Staf dan pegawai Puskesmas Sihepeng yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing

Natal.

7. Bapak/ibu, saudara/i yang bersedia menjadi responden dalam penelitian

ini.

8. Seluruh dosen dan staf Universitas Aufa Royhan di Kota

Padangsidimpuan.

9. Orang tua saya, kakak, adik dan seluruh keluarga tercinta yang turut

membantu atas dukungan, semangat, perhatian, pengertian dan nasehat

yang tiada henti dan sangat berarti bagi saya sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

10. Sahabat-sahabatku tercinta (yang tidak dapat kusebutkan satu per satu

namanya) beserta teman-teman satu bimbingan, atas dukungan, bantuan,

dan kesediaan sebagai tempat berkeluh kesah dan berbagi ilmu.

11. Berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik

langsung maupun tidak langsung.

v
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak, terutama bagi dunia keperawatan. Adapun kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat peneliti butuhkan dalam rangka perbaikan di masa

yang akan datang.

Padangsidimpuan, 4 September 2021

Peneliti

vi
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS AUFA ROYHAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

Laporan penelitian, 4 September 2021


Aprilia Megawati Hutabarat

Hubungan Perubahan Kepribadian Pasien Stroke dengan Ansietas Pada


Caregiver
Abstrak
Pada umumnya pasien stroke tidak mampu mandiri lagi, dan sebagian besar
mengalami kesulitan mengendalikan emosi. Perubahan kepribadian penderita
stroke tersebut merupakan salah satu dari keluhan yang sering disampaikan oleh
pengasuh atau caregiver penderita stroke.Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan perubahan kepribadian pasien stroke dengan ansietas pada
caregiver di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal Tahun 2021.
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah caregiver penderita stroke yang tercatat di
Puskesmas Sihepeng pada tahun 2020 yaitu sebanyak 29 orang. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 29 orang. Hasil penelitian melalui uji statistik Kolmogorov-
smirnov menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara hubungan
perubahan kepribadian pasien stroke dengan ansietas pada caregiver di wilayah
kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal tahun 2021 dengan nilai p-value=
0,023 (<0,05). Hasil penelitian ini merekomendasikan agar caregiver mampu
memberikan efek positif dalam memberikan asuhan dan mampu menerima
dengan baik perubahan kepribadian yang terjadi pada penderita stoke. Semua
anggota keluarga lain harus bisa saling memberikan dukungan positif sehingga
penderita stroke merasa lebih baik dan caregiver tidak merasa cemas.

Kata kunci : Perubahan kepribadian, stroke, ansietas caregiver.


Daftar Pustaka : 77 (2005-2019)

vii
NURSING PROGRAM OF HEALTH FACULTY
AT AUFA ROYHAN UNIVERSITY IN PADANGSIDIMPUAN

Report of the Research, 4th September 2021


Aprilia Megawati Hutabarat

The Relationship of Personality Changes in Stroke Patients with Anxiety in


Caregivers

Abstrak
In general, stroke patients are not able to be independent anymore, and most have
difficulty controlling emotions. The change in the personality of stroke patients is
one of the complaints that are often conveyed by caregivers or caregivers of
stroke patients. di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal Tahun
2021. The design of this research is descriptive correlation with cross sectional
approach. The population in this study were caregivers of stroke sufferers who
were recorded at the Sihepeng Health Center in 2020, which were 29 people. The
sampling technique in this study was total sampling with a total sample of 29
people. The results of the study through the Kolmogorov-Smirnov statistical test
showed that there was a significant influence between the relationship between
changes in the personality of stroke patients and anxiety in caregivers di wilayah
kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal tahun 2021with p-value = 0.023
(<0.05). The results of this study recommend that caregivers are able to have a
positive effect in providing care and be able to properly accept personality
changes that occur in stroke sufferers. All other family members must be able to
give each other positive support so that stroke sufferers feel better and caregivers
do not feel anxious.

Keywords : Personality changes, stroke, caregiver anxiety.


Bibliography : 77 (2005-2019)

viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii

IDENTITAS PENULIS ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................ 7
1.4.1 Bagi Responden Penelian ...................................... 7
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian ......................................... 7
1.4.3 Bagi Masyarakat .................................................... 7
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya ...................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Stroke ................................................................. 8
2.1.1 Definisi Stroke .................................................... 8
2.1.2 Klasifikasi Stroke ............................................... 8
2.1.3 Etiologi Stroke .................................................... 9
2.1.4 Manifestasi Klinis ............................................... 10
2.1.5 Penatalakanaan Stroke ........................................ 11
2.1.5.1 Penatalaksanaan Umum .......................... 11
2.1.5.2 Terapi Farmakologi ................................ 12
2.1.5.3 Tindakan Keperawatan ........................... 13
2.1.6 Penatalaksanaan Kepribadian Pasien Stroke ...... 13
2.2 Konsep Caregiver ............................................................. 15
2.2.1 Definisi Caregiver .............................................. 15
2.2.2 Caregiver Penderita Stroke ................................. 16
2.2.3 Jenis Caregiver ................................................... 17
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi
Caregiver ............................................................ 17

ix
2.2.5 Aspek-aspek Caregiver Burden .......................... 18
2.3 Konsep Ansietas .............................................................. 19
2.3.1 Definisi Ansietas.................................................. 19
2.3.2 Penyebab Ansietas .............................................. 19
2.3.3 Tingkat Ansietas ................................................. 20
2.3.4 Alat Ukur Ansietas ............................................. 22
2.4 Ansietas Caregiver Pasien Stroke ..................................... 24
2.5 Kerangka Konsep ............................................................ 24
2.6 Hipotesis Penelitian .......................................................... 25
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian .............................................. 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 26
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................ 26
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................. 26
3.3 Populasi dan Sampel......................................................... 27
3.3.1 Populasi Penelitian .............................................. 27
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................ 27
3.4 Etika Penelitian ................................................................. 28
3.4.1 Lembar Persetujuan (Informed Consent) ............... 28
3.4.2 Tanpa Nama (Anonymity) ...................................... 28
3.4.3 Kerahasiaan (Confidentiality) ................................ 28
3.5 Instrumen Penelitian ......................................................... 29
3.6 Prosedur Pengumpulan Data ............................................ 30
3.7 Defenisi Operasional ........................................................ 31
3.8 Analisa Data ..................................................................... 32
3.8.1 Analisa Univariat ................................................... 32
3.8.2 Analisa Bivariat ..................................................... 32
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................ 33
4.2 Analisa Univariat ............................................................. 33
4.2.1 Karakteristik Data Demografi ................................ 33
4.2.2 Perubahan Kerpibadian Pasien Stroke .................... 35
4.2.3 Tingkat Ansietas Caregiver .................................... 36
4.3 Analisa Bivariat ............................................................... 37
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisa Univariat ............................................................. 38
5.1.1 Karakteristik Responden ........................................ 38
5.1.1.1 Umur .......................................................... 38
5.1.1.2 Jenis Kelamin ............................................. 39
5.1.1.3 Pendidikan .................................................. 39
5.1.1.4 Pekerjaan .................................................... 40
5.1.1.5 Perubahan Kepribadin Pasien Stroke ......... 41
5.1.1.6 Tingkat Ansietas Caregiver ....................... 43
5.2 Analisa Bivariat ............................................................... 44
5.2.1 Hubungan Perubahan Kepribadian Pasien
Stroke dengan Ansietas Pada Caregiver ................ 44

x
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................... 49
6.2 Saran ............................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian.................................................................... 27

Tabel 3.2 Definisi Operasional ............................................................. 31

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik


Responden ........................................................................... 34

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perubahan Kepribadian


Pasien Stroke ....................................................................... 35

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Ansietas Caregiver ............... 36

Tabel 4.4 Hubungan Perubahan Kepribadian Pasien Stroke dengan


Ansietas Pada Caregiver ..................................................... 37

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 : Kuesioner Data Demografi

Lampiran 4 : Kuesioner Tingkat Kecemasan Pada Caregiver

Lampiran 5 : Kuesioner Perubahan Kepribadian Pasien Stroke

Lampiran 6 : Master Tabel

Lampiran 7 : Hasil Uji SPSS

Lampiran 8 : Dokumentasi Kegiatan

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit

jantung koroner dan kanker, baik di negara maju maupun negara berkembang.

Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke. Stroke merupakan penyebab utama

kecacatan yang dapat dicegah (American Heart Association, 2014). Secara global,

15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya

mengalami kecacatan permanen (Stroke Forum, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun 15 juta orang di

seluruh dunia mengalami stroke. Sekitar lima juta menderita kelumpuhan

permanen. Di kawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke

(WHO, 2010). Pada tahun 2012, stroke adalah penyebab kematian pada peringkat

tiga secara global. Dari 17,5 juta kematian akibat penyakit kardiovaskular pada

tahun 2012, diperkirakan 6,7 juta (38,28 %) disebabkan oleh stroke (WHO, 2015).

Di Amerika Serikat, kejadian baru stroke diperkirakan sekitar 400.000

orang pertahun. Data statistik menunjukkan hampir 4 juta orang di Amerika

Serikat menderita stroke. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga, dan

penyebab kecacatan utama pada orang dewasa di Amerika Serikat (National

Stroke Association, 2000 dalam Alrasyid, 2011).

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi stroke di Indonesia

mencapai 12,1 per 1000 orang. Angka ini meningkat dibandingkan pada tahun

2007 sebesar 8,3 per 1000 orang. Stroke merupakan penyebab kematian utama di

1
2

seluruh rumah sakit di Indonesia, yaitu sebesar 14,5%. Jumlah penderita stroke

diperkirakan terus meningkat sejalan dengan melonjaknya faktor risiko dan

penduduk usia lanjut. Data Riskesdas (2018) prevalensi stroke di Indonesia

berdasarkan diagnosis dokter penduduk umur ≥ 15 tahun sebanyak 10,9%.

Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala

sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis

oleh tenaga kesehatan. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka

Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil (Kemenkes RI, 2015).

Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang juga mengalami

peningkatan prevalensi penyakit stroke. Pernyataan diatas didukung dengan data

survey yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam

profil kesehatan Indonesia (2013) menunjukkan di Kota Medan terdapat

peningkatan prevalensi penyakit stroke dari 7 per 1000 penduduk pada tahun 2007

menjadi 10 per 1000 penduduk ditahun 2013. Data penderita rawat inap di

bangsal neurologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pringadi Medan Pada Tahun

2010 diperoleh bahwa dari 622 orang yang dirawat 346 orang merupakan pasien

stroke (Silaen et al, 2011). Berdasarkan data Riskesdas (2018) prevalensi stroke di

Sumatera Utara berdasarkan diagnosis dokter penduduk umur ≥ 15 tahun pada

tahun 2013 sebanyak 7,2% dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 9,5%.

Berdasarkan Laporan Riskesdas Sumut (2018) prevalensi stroke di

Kabupaten Mandailing Natal mencapai 14 per seribu dari jumlah penduduk


3

Sumatera Utara pada tahun 2018. Penderita stroke yang melakukan pemeriksaan

stroke rutin sebanyak 45,10%, kadang-kadang (tidak rutin) sebanyak 23,50%, dan

yang tidak melakukan pemeriksaan ulang sebanyak 12,72%.

Perubahan yang sering terjadi pada penderita stroke antara lain

kelumpuhan, perubahan mental dapat menpengaruhi pikiran dan dampak

emosional, hilangnya sensori akibat ketidakmampuan bicara, kesulitan berjalan,

berpakaian, mengendalikan buang air besar dan kecil, mandi, makan, sulit

melakukan gerakan sehari-hari, perubahan pribadi berupa halusinasi dan depresi,

khususnya bila hanya berbaring di tempat tidur sehingga kebutuhan ADL (Activity

Daily Living) tidak terpenuhi, keadaan seperti ini secara langsung membuat angka

ketergantungan terhadap keluarga akan semakin bertambah (Sylvia, 2009).

Keadaan psikologis yang negatif pada penderita stroke tersebut disebabkan karena

adanya perubahan pada ADL (Activity Daily Living), misalnya dalam urusan

rumah tangga, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan mobilisasi,

dan kelelahan (Van Den Port, dalam Rohardja, 2012).

Dampak psikologis penderita stroke adalah perubahan mental. Setelah

stroke memang dapat terjadi gangguan pada daya pikir, kesadaran, konsentrasi,

kemampuan belajar, dan fungsi intelektual lainnya. Semua hal tersebut dengan

sendirinya memengaruhi kondisi psikologis penderita. Marah, sedih, dan tidak

berdaya seringkali menurunkan semangat hidupnya sehingga muncul dampak

emosional berupa kecemasan yang lebih berbahaya. Pada umumnya pasien stroke

tidak mampu mandiri lagi, sebagian besar mengalami kesulitan mengendalikan

emosi. Penderita mudah merasa takut, gelisah, marah, dan sedih atas kekurangan
4

fisik dan mental yang mereka alami. Keadaan tersebut berupa emosi yang kurang

menyenangkan yang dialami oleh pasien stroke karena merasa khawatir

berlebihan tentang kemungkinan hal buruk yang akan terjadi (Widarti et al, 2012).

Alliance (2014) mendefinisikan bahwa family caregiver adalah kerabat,

pasangan, teman atau tetangga yang memiliki hubungan pribadi yang signifikan,

dan memberikan bantuan yang luas untuk, orang tua atau orang dewasa dengan

kondisi kronis atau tidak menentu. Orang-orang ini mungkin pengasuh primer

atau sekunder dan tinggal dengan, atau secara terpisah dari, orang yang menerima

perawatan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pasien stroke

membutuhkan bantuan seorang caregiver dalam melakukan aktifitasnya.

Melihat dari banyaknya tugas yang perlu dilakukan oleh family caregiver

bagi pasien stroke, membuat family caregiver terkadang merasa memiliki beban

atau caregiver burden. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pierce, dkk yang mengungkap mengenai sisi kehidupan caregiver

keluarga pasien stroke yang merasa terbebani dan tidak memiliki cukup waktu

untuk diri mereka sendiri serta juga mengalami gangguan psikososial. Penelitian

lain juga mengungkapkan bahwa caregiver seringkali mengalami depresi,

ansietas, fatique, isolasi sosial, ketegangan hubungan dan permasalahan finansial

terkait dengan peran tersebut (Putri, dkk, 2014).

Perubahan kepribadian merupakan salah satu dari keluhan yang sering

disampaikan oleh pengasuh setelah sahabat atau keluarga menderita stroke. Secara

keseluruhan masalah klinis perubahan kepribadian pasca stroke sebenarnya telah

diterima tanpa adanya perhatian, walaupun berbagai bagian perubahan


5

kepribadian seperti gangguan emosional, gangguan kognitif dan perubahan

perilaku pada “trauma otak” telah dipelajari secara tersendiri.Beberapa studi telah

melaporkan tentang perubahan kepribadian dari laporan cross sectional tanpa

adanya penilaian kepribadian sebelum stroke (Silaen et al, 2008).

Berdasarkan penelitian Silaen et al (2008) tentang Hubungan antara

Kepribadian Pasca-Stroke dengan Ansietas dan Depresi pada Pengasuh

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perubahan

kepribadian dengan depresi dan ansietas pada pengasuh dengan nilai p < 0,05.

Penelitian lain oleh Nurjannah & Setyopranoto (2018) tentang Determinan Beban

Pengasuh Pasien Stroke Pasca Perawatan di Rumah Sakit di RSUD dr. Soerdian

Mangun Suwarso, Wonogiri menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa terdapat 40,78% caregiver yang mengalami burden. Pasien yang

ketergantungan total (PR 1.86; 95% CI 1.021-3.377),berat (PR 1.77; 95% CI

1.026-3.068), sedang (PR 2.08;95% CI 1.167-3.710) dan durasi merawat pasien

>6jam/hari merupakan faktor yang signifikan memengaruhi caregiver burden

pada pengasuh utama pasien stroke. Caregiver burden dipengaruhi oleh kondisi

pasien dan kondisi dalam merawat pasien.

Berdasarkan data pendahuluan yang diperoleh peneliti dari Puskesmas

Sihepeng Mandailing Natal pada tahun 2017 jumlah penderita stroke tercatat

sebanyak 15 orang, tahun 2019 bertambah menjadi 23 orang, dan satu tahun

terakhir pada tahun 2020 tercatat sebanyak 29 orang penderita stroke yang

semuanya caregivernya adalah keluarga pasien sendiri.


6

Peneliti melakukan survey pendahuluan berupa wawancara kepada 8

orang penderita stroke dan caregvivernya, kedelapan pasien stroke tersebut

mengatakan merasa cemas dan kadang stress dengan keadaannya saat ini karena

tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari secara mandiri. Begitu

juga dengan caregiver yang kebetulan adalah keluarga dari pasien stroke tersebut.

Mereka mengatakan ikhlas membantu dan merawat klien, namun kadang merasa

terbebani jika pasien merasa stress dan mengeluh karena penyakitnya dan karena

perubahan fisik maupun psikologis, sehingga caregiver menjadi cemas dengan

keadaan pasien saat ini.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan antara Perubahan Keribadian Pasien Stroke

dengan Ansietas pada Caregiver Tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah : apakah ada hubungan

perubahan keribadian pasien stroke dengan ansietas pada caregiver di wilayah

kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal Tahun 2021 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan perubahan kepribadian pasien stroke dengan ansietas pada caregiver di

wilayah kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.1.1 Mengetahui karakteristik responden


7

1.3.1.2 Untuk mengidentifikasi perubahan kepribadian pasien stroke

1.3.1.3 Untuk mengidentifikasi ansietas pada caregiver pasien stroke.

1.3.1.4 Untuk mengidentifikasi adanya hubungan perubahan keribadian pasien

stroke dengan ansietas pada caregiver.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Memberikan masukan pengetahuan kepada caregiver dan pasien stroke

tentang adanya perubahan kepribadian yang terjadi pada pasien stroke

dengan ansietas pada caregivernya.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas serta

wawasan tentang kesehatan terutama tentang penyakit stroke bagi tempat

penelitian.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Masyarakat mampu memahami bahwa perubahan kepribadian pasien

stroke memiliki hubungan dengan ansietas caregiver.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai salah satu dasar dalam pengembangan bagi penelitian selanjutnya

tentang penyakit stroke.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stroke

2.1.1 Definisi Stroke

Stroke adalah perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya

gangguan suplai darah ke bagian orak. Dua jenis stroke yang utama adalah

Iskemik dan Hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan

akibat gumpalan aliran darah baik itu sumbaran akibat thrombosis (penggumpalan

darah yang menyebabkan sumbatan du pembuluh darah) atau embolik (pecahan

gumpalan darah/udara/benda asing yang berada dalam pembuluh darah sehingga

dapat menyumbat pembuluh darah di otak) (Black & Hawks, 2014).

Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal

dan/atau global, yang muncul secara mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan

fungsi syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah ke otak non

trauma. Gangguan syaraf tersebut dapat menimbulkan gejala seperti : kelumpuhan

wajah atau anggota badan, bicara tidak jelas atau pelo, bicara tidak lancar,

perubahan kesadaran, gangguan penglihatan dan lainnya (Riskesdas, 2013).

2.1.2 Klasifikasi Stroke

Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan

stroke hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda,

pada stroke hemorhagic terdapat timbunan darah di subarahchnoid atau

intraserebral, sedangkan stroke iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah

8
9

keotak sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi kurang mencukupi. Klasifikasi

stroke menurut Wardhana (2011), antara lain sebagai berikut :

1. Stroke Iskemik

Stroke iskemik merupakan jenis stroke yang paling sering dijumpai. Dari

seluruh kasus stroke yang terjadi, sekitar 80% merupakan stroke ischemic. Stroke

ischemic disebabkan oleh adanya penyumbatan arteri yang mengalirkan darah

menuju otak. Pada umumnya, arteri yang mengalami penyumbatan adalah arteri

karotis yang terletak dileher. Arteri ini merupakan arteri utama yang mengalirkan

darah ke otak.

2. Stroke Hemorrhagic

Berbeda dengan stroke ischemic, stroke hemorrhagic lebih jarang ditemui.

Stroke hemorrhegic hanya terjadi sekitar 20% dari keseluruhan kasus stroke yang

ada. Stroke hemorrhegic terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak dan

mengenai jaringan disekitarnya atau kata lain terjadinya perdarahan di otak.

Pecahnya pembuluh darah diotak ini biasanya dipicu oleh tekanan darah yang

terlalu tinggi (hipertensi). Dengan demikian, penderita tekanan darah tinggi

berpeluang besar terkena stroke hemorrhegic. Walaupun demikian, stroke

hemorrhegic juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada kasus

tersebut, pecahnya pembuluh darah dikarena lonjakan darah secara tiba-tiba,

misalnya karena pengaruh makanan atau faktor emosional.

2.1.3 Etiologi Stroke

Menurut Black & Hawks (2014) penyebab sroke antara lain, sebagai

berikut :
10

1. Thrombus.

Penggumpalan mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis

edoteliat dari pembuluh darah. Aterosklerosis menyebabkan zat lemak bertumbuk

dan membentuk plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini akan terus membesar

dan menyebabkan penyempitan (stenosis) pada arteri. Stenosis ini yang

menghambat aliran darah yang biasanya lancar pada arteri.

2. Embolisme

Sumbatan pada arteri serebral yang disebabkan oleh embolus

menyebabkan stroke embolik. Embolus terbentuk dibagian luar otak, kemudian

terlepas dan mengalir melalui sirkulasi serebral sampai embolus tersebut melekat

pada pembuluh darah dan menyumbat arteri.

3. Perdarahan

Perdarahan intraserebral paling banyak disebabkan oleh adanya rupture

arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah yang bisa menyebabkan

perdarahan ke jaringan otak. Stroke yang di sebabkan dari perdarahan sering kali

menyebabkan spasme pembuluh darah serebral dan iskemik pada serebral karena

darah yang berada diluar pembuluh darah membuat iritasi pada jaringan.

4. Penyebab Lain

Spasme arteri serebral yang disebabkan oleh infeksi, menurunkan aliran

darah ke otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang menyempit. Spasme yang

berdurasi pendek, tidak selamanya menyebabkan kerusaka otak yang permanen.


11

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pasien stroke beragam tergantung dari daerah yang

terkena dan luasnya kerusakan jaringan serebral. Manifestasi yang umumnya

terjadi yaitu kelemahan alat gerak, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan,

gangguan komunikasi, sakit kepala, dan gangguan keseimbangan. Tanda dan

gejala ini biasanya terjadi secara mendadak, fokal, dan mengenai satu sisi

(LeMone, 2015).

Tanda dan gejala umum mencakup kebas atau kelemahan pada wajah,

lengan, atau kaki (terutama pada satu sisi tubuh); kebingungan/konfusi atau

perubahan status mental; sulit berbicara atau memahami pembicaraan; gangguan

visual, kehilangan keseimbangn, pening, kesulitan berjalan, atau sakit kepala berat

secara mendadak (Brunner & Suddarth, 2013).

2.1.5 Penatalaksanaan Stroke

2.1.5.1 Penatalaksanaan Umum

Penatalaksanaan umum yaitu berupa tindakan darurat sambil berusaha

mencari penyebab dan penatalaksanaan yang sesuai dengan penyebab.

Penatalaksanaan umum ini meliputi memperbaiki jalan napas dan

mempertahankan ventilasi, menenangkan pasien, menaikkan atau elevasi kepala

pasien 30º yang bermanfaat untuk memperbaiki drainase vena, perfusi serebral

dan menurunkan tekanan intrakranial, atasi syok, mengontrol tekanan rerata

arterial, pengaturan cairan dan elektroklit, monitor tanda-tanda vital, monitor

tekanan tinggi intrakranial, dan melakukan pemeriksaan pencitraan menggunakan


12

Computerized Tomography untuk mendapatkan gambaran lesi dan pilihan

pengobatan (Affandi & Reggy, 2016).

Berdasarkan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI)

(2011) penatalaksanaan umum lainnya yang dilakukan pada pasien stroke yaitu

meliputi pemeriksaan fisik umum, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh,

dan melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu

berupa pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan jantung, dan neurologi.

Pengendalian kejang pada pasien stroke dilakukan dengan memberikan diazepam

dan antikonvulsan profilaksi pada stroke perdarahan intraserebral, dan untuk

pengendalian suhu dilakukan pada pasien stroke yang disertai dengan demam.

Pemeriksaan penunjang untuk pasien stroke yaitu terdiri dari elektrokardiogram,

laboratorium (kimia darah, kadar gula darah, analisis urin, gas darah, dan lain-

lain), dan pemeriksaan radiologi seperti foto rontgen dada dan CT Scan.

2.1.5.2 Terapi Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi yang bisa dilakukan untuk pasien stroke

yaitu pemberian cairan hipertonis jika terjadi peninggian tekanan intra kranial

akut tanpa kerusakan sawar darah otak (Blood-brain Barrier), diuretika

(asetazolamid atau furosemid) yang akan menekan produksi cairan serebrospinal,

dan steroid (deksametason, prednison, dan metilprednisolon) yang dikatakan

dapat mengurangi produksi cairan serebrospinal dan mempunyai efek langsung

pada sel endotel (Affandi dan Reggy, 2016).

Pilihan pengobatan stroke dengan menggunakan obat yang biasa

direkomendasi untuk penderita stroke iskemik yaitu tissue plasminogen activator


13

(tPA) yang diberikan melalui intravena. Fungsi tPA ini yaitu melarutkan bekuan

darah dan meningkatkan aliran darah ke bagian otak yang kekurangan aliran darah

(National Stroke Association, 2016).

Penatalaksanaan farmakologi lainnnya yang dapat digunakan untuk pasien

stroke yaitu aspirin. Pemberian aspirin telah menunjukkan dapat menurunkan

risiko terjadinya early recurrent ischemic stroke (stroke iskemik berulang), tidak

adanya risiko utama dari komplikasi hemoragik awal, dan meningkatkan hasil

terapi jangka panjang (sampai dengan 6 bulan tindakan lanjutan). Pemberian

aspirin harus diberikan paling cepat 24 jam setelah terapi trombolitik. Pasien yang

tidak menerima trombolisis, penggunaan aspirin harus dimulai dengan segera

dalam 48 jam dari onset gejala (National Medicines Information Centre, 2011).

2.1.5.3 Tindakan Keperawatan

Perawat merupakan salah satu dari tim multidisipliner yang mempunyai

peran penting dalam tindakan pengobatan pasien stroke ketika dalam masa

perawatan pasca stroke. Tujuan dari perawatan pasca stroke sendiri yaitu untuk

meningkatkan kemampuan fungsional pasien yang dapat membantu pasien

menjadi mandiri secepat mungkin, untuk mencegah terjadinya komplikasi, untuk

mencegah terjadinya stroke berulang, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Perawatan pasca stroke berfokus kepada kebutuhan holistik dari pasien dan

keluarga yang meliputi perawatan fisik, psikologi, emosional, kognitif, spritual,

dan sosial. Perawat berperan memberikan pelayanan keperawatan pasca stroke

seperti mengkaji kebutuhan pasien dan keluarga untuk discharge planning;

menyediakan informasi dan latihan untuk keluarga terkait perawatan pasien di


14

rumah seperti manajemen dysphagia, manajemen nutrisi, manajemen latihan dan

gerak, dan manajemen pengendalian diri, kemudian perawat juga memfasilitasi

pasien dan keluarga untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi, dan memberikan

dukungan emosional kepada pasien dan keluarga (Firmawati, 2015).

2.1.6 Perubahan Kepribadian Pasien Stroke

Keadaan psikologis yang negatif pada penderita stroke tersebut disebabkan

karena adanya perubahan pada ADL (Activity Daily Living), misalnya dalam

urusan rumah tangga, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan

mobilisasi, dan kelelahan (Van Den Port, dalam Rohardja, Komariah &

Adiningsih, 2012). Perubahan yang sering terjadi pada penderita stroke antara lain

kelumpuhan, perubahan mental dapat menpengaruhi pikiran dan dampak

emosional, hilangnya sensori akibat ketidakmampuan bicara, kesulitan berjalan,

berpakaian, mengendalikan buang air besar dan kecil, mandi, makan, sulit

melakukan gerakan sehari-hari, perubahan pribadi berupa halusinasi dan depresi,

khususnya bila hanya berbaring di tempat tidur sehingga kebutuhan ADL (Activity

Daily Living) tidak terpenuhi, keadaan seperti ini secara langsung membuat angka

ketergantungan terhadap keluarga akan semakin bertambah (Sylvia, 2009 dalam

Febria 2019).

Serangan stroke juga dapat menyebabkan berbagai macam gangguan, baik

dari ketidakmampuan untuk dapat sembuh total, ringan sampai berat bahkan dapat

mengakibatkan meninggal. Salah satu yang paling sering adalah rusaknya pusat

gerakan otot-otot di otak, sehingga berbagai otot menjadi lemah atau tidak mampu

bergerak. Secara psikologis, penderita pasca stroke mengalami perubahan dan


15

keterbatasan baik dalam bergerak, berkomunikasi dan berpikir yang nantinya akan

sangat mengganggu fungsi peran penderita sehari-hari. Perubahan fisik yang

terjadi akibat penyakit ini menimbulkan keluhan-keluhan rasa sakit pada

penderitanya seperti sakit kepala, sakit punggung leher, mati rasa ataupun

kelumpuhan. Keluhan rasa sakit ini disertai dengan perubahan emosi yang hebat

yang diwujudkan sebagai pelampiasan dari rasa sakit yang dideritanya. Oleh

karena itu, penderita biasanya menjadi sensitif, cepat marah, sulit mengendalikan

emosi dan mudah putus asa (Astuti, 2010).

Emosi adalah salah satu elemen yang sangat berpengaruh dalam

sebagianbesar tingkah laku manusia dan dalam proses penyesuaian dirinya. Selain

itu,emosi mempunyai pengaruh besar terhadap tingkah laku, kepribadian

dankesehatan seseorang. Seorang penderita pascastrokeakan mengalami

gangguanemosi yang disebabkan dari perubahan fisik yang dialaminya, penderita

akanmembuat persepsi bahwa dirinya sudah tidak berharga, memalukan, tidak

bergunadan menjadi beban bagi keluarga. Perasaan seperti ini muncul karena

penderitasadar dengan kondisinya yang sudah mengalami keterbatasan dari fungsi

fisiknya. Dalam kondisi seperti inilah penderita merasa dirinya cacat dan

menyebabkan citra diri terganggu, merasa tidak mampu, jelek, memalukan dan

sebagainya. Sehingga mereka menjadi meledak-ledak dalam mengekspresikan

emosinya, terlebih bagi orang-orang yang sebelumnya mempunyai jabatan yang

cukup tinggi di dalam karirnya. Sehingga setiap kerabat yang datang membesuk

akan disambut dengan tangis. Hal ini dirasakan sebagai rasa kekecewaan atau

krisis. Penderita menjadi kehilangan tujuan hidupnya, merasa jauh dengan teman-
16

temannya dan kehilangan kesehatan fisik secara menyeluruh. Hal inilah yang

menimbulkan ketegangan, kecemasan, frustasi dalam menghadapi hari esok.

Semua ini menyebabkan kestabilan emosi mereka menjadi terganggu (Astuti,

2010).

2.2 Konsep Caregiver

2.2.1 Definisi Caregiver

Definisi caregiver dalam Merriam-Webster Dictionary (2012) adalah

orang yang memberikan perawatan langsung pada anak atau orang dewasa yang

menderita penyakit kronis. Potter & Perry (2009) menyatakan caregiver sebagai

seseorang yang memberikan bantuan medis, sosial, ekonomi, atau sumber daya

lingkungan kepada seseorang individu yang mengalami ketergantungan baik

sebagian atau sepenuhnya karena kondisi sakit yang dihadapi individu tersebut.

Definisi caregiver dari literatur bahasa Indonesia, dikemukakan oleh

Subroto (2012 dalam Eka, 2017) sebagai : seseorang yang bertugas untuk

membantu orang-orang yang ada hambatan untuk melakukan kegiatan fisik

sehari-hari baik yang bersifat kegiatan harian personal (personal activity daily

living) seperti makan, minum, berjalan, atau kegiatan harian yang bersifat

instrumental (instrumental daily living) seperti memakai pakaian, mandi,

menelpon atau belanja. Caregiver keluarga (family caregiver) didefinisikan

sebagai individu yang memberikan asuhan keperawatan berkelanjutan untuk

sebagai waktunya secara sungguh-sungguh setiap hari dan dalam waktu periode

yang lama, bagi anggota keluarganya yang menderita penyakit kronis (Pfeiffer,

dalam Tantono dkk, 2016).


17

Melihat dari banyaknya tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh family

caregiver, seringkali menimbulkan perasaan terbebani bagi caregiver tersebut

yang biasa disebut dengan beban pengasuhan atau caregiver burden. Caregiver

burden adalah perasaan kesulitan dan keadaan yang mengancam kesehatan fisik,

mental maupun finansial individu yang berperan sebagai pengasuh bagi lansia,

penyandang difabel ataupun orang dengan penyakit kronis.

2.2.2 Caregiver Penderita Stroke

Caregiver penderita stroke adalah seseorang yang memberikan bantuan

dan perawatan secara penuh baik yang dilakukan oleh tenaga ahli yang berbadan

hukum maupun oleh kerabat terhadap orang yang mengalami penyakit kerusakan

atau kematian jaringan otak yang menyebabkan tersumbatnya atau berkurangnya

aliran darah dan oksigen ke otak.

2.2.3 Jenis Caregiver

Caregiver terbagi menjadi dua, yaitu formal dan informal. Caregiver

formal merupakan perawat yang dibayar atau sukarela yang berasal dari sistem

pemberian layanan, seperti rumah perawatan kesehatan atau karyawan rumah

perawatan (McConnell & Riggs dalam Sheets & Gleason, 2010). Caregiver

formal juga memberikan jenis perawatan yang tidak diperoleh penderita dari

anggota keluarganya, seperti pelayanan secara medis.

Sedangkan caregiver informal merupakan caregiver yang tidak dibayar

atau dilatih oleh badan–badan hukum, seperti pasangan, anak, menantu atau

teman dekat bagi seseorang yang memerlukan perawatan (Hung et al, 2012). Koh

& McDonald menyatakan bahwa caregiver informal merupakan orang yang


18

menyediakan perawatan dan dukungan bagi kesehatan, finansial, sosial,

emosional terhadap individu yang lemah atau menderita penyakit kronis (Lai &

Thomson, 2011).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka caregiver penderita stroke dibagi

kedalam dua jenis, yaitu caregiver formal merupakan kerabat yang tidak dibayar

dan informal merupakan tenaga ahli dan terlatih yang dibayar atau sukarela dalam

memberikan perawatan terhadap penderita stroke.

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Caregiver dengan Pasien

Menurut Williams (2007) dalam penelitian Fatmadona (2013) proses

interaksi caregiver dan pasien dipengaruhi oleh faktor:

a) Komitmen

Perawatan anggota keluarga dengan penyakit kronis memerlukan

komitmen jangka panjang. Komitmen merupakan penanda suatu hubungan yang

erat dengan seseorang, terutama hubungan antara pasien dengan keluarga sebagai

caregiver. Terdapat 4 dimensi komitmen, yaitu: tanggung jawab, memprioritaskan

pasien, memberikan dukungan, keyakinan adanya kasih sayang.

b) Harapan

Harapan berhubungan dengan pandangan pasien dan keluarga di masa

mendatang. Harapan terhadap kenyataan perlu dibangun oleh caregiver dalam

membina hubungan caregiver dengan pasien.

c) Penentuan Peran

Dalam merawat pasien dengan penyakit kronis, keluarga akan

menghadapi perawatan kompleks pasien yang memerlukan pembagian tanggung


19

jawab. Dalam hal tersebut caregiver memerlukan penentuan peran dalam merawat

pasien.

d) Hubungan Caregiving

Keberhasilan proses perawatan juga ditentukan dengan hubungan yang

terjalin antara keluarga sebagai caregiver dengan pasien.

2.2.5 Aspek-Aspek Caregiver Burden

Menurut Zarit (Siegert, dkk 2010), aspek-aspek caregiver burden antara

lain, yaitu:

a) Ketegangan pribadi

Ketegangan pribadi mencerminkan perasaan marah, ketidaknyamanan dan

ketegangan yang dialami oleh seorang caregiver.

b) Ketegangan peran

Ketegangan peran yaitu mencerminkan perasaan bahwa pasien tergantung

pada caregiver, kehidupan sosial caregiver menjadi terganggu, serta caregiver

kehilangan kendali untuk hidupnya sendiri karena harus memberikan perawatan.

c) Perasaan bersalah

Perasaan bersalah yang dialami caregiver yaitu merasa seharusnya dapat

melakukan pekerjaan atau memberikan perawatan lebih baik. Berdasarkan

pemaparan diatas, maka dapat diketahui bahwa aspekaspek dalam caregiver

burden adalah ketegangan pribadi, ketegangan peran dan perasaan bersalah.


20

2.3 Konsep Ansietas

2.3.1 Definisi Ansietas

Ansietas merupakan keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu.

Keduanya adalah energi dan tidak dapat diamati secara langsung. Seorang perawat

menilai pasien ansietas berdasarkan perilaku tertentu. Penting untuk diingat

bahwa ansietas adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Ansietas adalah dasar

kondisi manusia dan memberikan peringatan berharga. Bahkan, kapasitas untuk

menjadi ansietas diperlukan untuk bertahan hidup. Selain itu, seseorang dapat

tumbuh dari ansietas jika seseorang berhasil berhadapan, berkaitan dengan, dan

belajar dari menciptakan pengalaman ansietas (Stuart, 2016).

2.3.2 Penyebab Ansietas

Menurut Stuart (2013) terdapat tiga faktor penyebab terjadinya ansietas,

yaitu :

a) Faktor biologis/ fisiologis, berupa ancaman yang mengancam akan kebutuhan

sehari-hari seperti kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan

keamanan. Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-

obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat

(GABA), yang berperan penting dalam mekanisme terjadinya ansietas.

Selainitu riwayat keluarga mengalami ansietas memiliki efek sebagai faktor

predisposisi ansietas.

b) Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan benda/

orang berharga, dan perubahan status sosial/ ekonomi.


21

c) Faktor perkembangan, ancaman yangmenghadapi sesuai usia perkembangan,

yaitu masa bayi, masa remaja dan masa dewasa.

Selain tiga hal di atas, Jiwo (2012) menambahkan bahwa individu yang

menderita penyakit kronik seperti sroke, diabetes melitus, kanker, penyakit

jantung dapat menyebabkan terjadinya ansietas. Penyakit kronik dapat

menimbulkan kekhawatiran akan masa depan, selain itu biaya pengobatan dan

perawatan yang dilakukan juga akan menambah beban pikiran.

2.3.3 Tingkat Ansietas

Menurut Halter (2014) ada 4 klasifikasi tingkat ansietas yaitu ansietas

ringan, ansietas sedang, ansietas berat, dan panik.

a) Ansietas Ringan

Penyebab dari ansietas ringan biasanya karena pengalaman kehidupan

sehari-hari dan memungkinkan individu menjadi lebih fokus pada realitas.

Individu akan mengalami ketidaknyamanan, mudah marah, gelisah, atau adanya

kebiasaan untuk mengurangi ketegangan (seperti menggigit kuku, menekan jari-

jari kaki atau tangan).

b) Ansietas Sedang

Pada ansietas sedang, lapang pandang individu menyemit. Selain itu

individu mengalami penurunan pendengaran, penglihatan, kurang menangkap

informasi danmenunjukkan kurangnya perhatian pada lingkungan. Terhambatnya

kemampuan untuk berpikir jernih, tapi masih ada kemampuan untuk belajar dan

memecahkan masalah meskipun tidak optimal. Respons fisiologis yang dialami

yaitu jantung berdebar, meningkatnya nadi dan respiratory rate, keringat dingin,
22

dan gejala somatik ringan (seperti gangguan lambung, sakit kepala, sering

berkemih). Terdengar suara sedikit bergetar. Ansietas ringan atau ansietas sedang

dapat menjadi sesuatu yang membangun karena kecemasan yang terjadi

merupakan sinyal bahwa individu tersebut membutuhkan perhatian atau

kehidupan individu tersebut dalam keadan bahaya.

c) Ansietas Berat

Semakin tinggi level ansietas, maka lapang pandang seseorang akan

semakin menurun atau menyempit. Seseorang yang mengalami ansietas berat

hanya mampu fokus pada satu hal dan mengalami kesulitan untuk memahami apa

yang terjadi. Pada level ini individu tidak memungkinkan untuk belajar dan

memecahkan masalah, bahkan bisa jadi individu tersebut linglung dan bingung.

Gejala somatik meningkat, gemetar, mengalami hiperventilasi, dan mengalami

ketakutan yang besar.

d) Panik

Individu yang mengalami panik sulit untuk memahami kejadian di

lingkungan sekitar dan kehilangan rangsangan pada kenyataan. Kebiasaan yang

muncul yaitu mondar-mandir, mengamuk, teriak, atau adanya penarikan dari

lingkungan sekitar. Adanya halusinasi dan persepsi sensorik yang palsu (melihat

seseorang atau objek yang tidak nyata). Tidak terkoordinasinya fisiologis dan

adanya gerakan impulsif. Pada tahap panik ini individu dapat mengalami

kelelahan.

2.3.4 Alat Ukur Ansietas

Ada beberapa alat ukur ansietas yang digunakan dalam penelitian, yaitu :
23

a) Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

HARS merupakan salah satu kuesioner yang mengukur skala ansietas

yang masih digunakan sampai saat ini. Adapun cara penilaiannya adalah setiap

item yang diobservasi diberi 4 tingkat skor, yaitu antara 1 sampai dengan 4,

dengan kategori sebagai berikut :

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang (separuh dari gejala yang ada)

3 = Berat (lebih dari ½ gejala yang ada)

4 = Sangat berat (semua gejala ada)

Penentuan derajat kecemasan dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai

skor dan 14 item dengan hasil sebagai berikut :

< 14 : Tidak ada kecemasan

14-20 : Kecemasan ringan

21-27 : Kecemasan sedang

28-41 : Kecemasan berat

42-56 : Kecemasan sangat berat (Nursalam, 2013).

b) Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS)

T-MAS merupakan kuesioner yang dirancang untuk mengukur skala

ansietas pada individu (Oxford Index, 2017). T-MAS terdiri atas 38 pernyataan

yang terdiri atas kebiasaan dan emosi yang dialami. Masing-masing item terdiri

atas “ya” dan “tidak” (Psychology tools, 2017).


24

c) Depression, Anxiety Stress Scale (DASS)

DASS terdiri atas pertanyaan terkait tanda dan gejala depresi, ansietas dan

stres. Kuesioner DASS ada dua jenis yaitu DASS 42 dan DASS 21. DASS 42

terdiri atas 42 pertanyaan sedangkan DASS 21 terdiri atas 21 pertanyaan, masing-

masing gangguan (depresi, ansietas, dan stres) terdapat 7 pertanyaan. Masing-

masing item terdiri atas 0 (tidak terjadi dalam seminggu terakhir) sampai 3 (sering

terjadi dalam waktu seminggu terakhir) (Psychology Foundation of Australia,

2014).

d) Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS)

Kuesioner SAS terdiri atas 20 pernyataan terkait gejala ansietas. Masing-

masing pernyataan terdapat 4 penilaian yang terdiri dari 1 (tidak pernah), 2

(jarang), dan 3 (kadang-kadang), dan 4 (sering). Klasifikasi tingkat ansietas

berdasarkan skor yang diperoleh yaitu 20-40 (tidak cemas), 41-60 (ansietas

ringan), 61-80 (ansietas sedang), dan 81-100 (ansietas berat) (Sarifah, 2013).

e) Anxiety Visual Analog Scale (Anxiety VAS)

Suatu alat untuk mengukur tingkat kecemasan dengan menggunakan garis

horizontal berupa skala sepanjang 10cm atau 100mm. Penilaiannya yaitu ujung

sebelah kiri mengidentifikasikan “tidak ada kecemasan” dan semakin ke arah

ujung sebelah kana kecemasan yang dialami luar biasa (Misgiyanto & Susilawati,

2014).

2.4 Ansietas Caregiver Pasien Stroke

Family caregiver adalah kerabat, pasangan, teman atau tetangga yang

memiliki hubungan pribadi yang signifikan, dan memberikan bantuan yang luas
25

untuk, orang tua atau orang dewasa dengan kondisi kronis atau tidak menentu.

Orang-orang ini mungkin pengasuh primer atau sekunder dan tinggal dengan, atau

secara terpisah dari, orang yang menerima perawatan. Seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya, pasien stroke membutuhkan bantuan seorang caregiver

dalam melakukan aktifitasnya.

Melihat dari banyaknya tugas yang perlu dilakukan oleh family caregiver

bagi pasien stroke, membuat family caregiver terkadang merasa memiliki beban

atau caregiver burden. Pierce, dkk yang mengungkap mengenai sisi kehidupan

caregiver keluarga pasien stroke yang merasa terbebani dan tidak memiliki cukup

waktu untuk diri mereka sendiri serta juga mengalami gangguan psikososial.

Perubahan kepribadian pasien stroke merupakan salah satu penyebab kecemasan

yang sering disampaikan oleh pengasuh setelah sahabat atau keluarga menderita

stroke.

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep (kerangka berpikir) adalah seseuatu yang abstrak dan

akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang

ada (Notoadmojo, 2010).

Variabel Independen Variabel dependen


Ansietas Caregiver :
Perubahan Kepribadian
- Tidak ada
Pasien Stroke : - Ringan
- Sedang
- Perubahan Positif
- Berat
- Perubahan negatif - Sangat berat

Skema 1. Kerangka Konsep


26

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan (Sugiyono, 2013). Hipotesis pada penelitian ini adalah :

H0 : tidak ada hubungan perubahan keribadian pasien stroke dengan ansietas

pada caregiver di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal

Tahun 2021.

Ha : terdapat hubungan perubahan keribadian pasien stroke dengan ansietas pada

caregiver di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal Tahun

2021.
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian ini

adalah deskriptif korelatif yaitu penelitian untuk menelaah hubungan antara dua

variabel pada suatu situasi atau sek elompok objek. Pendekatan yang digunakan

adalah cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari antara variabel

bebas dengan variabel terikat, dengan cara pemberian kuesioner atau pengumpulan

data sekaligus pada saat yang sama (point time approach) (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng

dengan alasan terdapat jumlah sampel yang cukup yaitu penderita stroke yang

tercatat berkunjung di Puskesmas Sihepeng setiap tahun jumlahnya semakin

bertambah. Pada tahun 2017 jumlah penderita stroke tercatat sebanyak 15 orang,

tahun 2019 bertambah menjadi 23 orang, dan satu tahun terakhir pada tahun 2020

tercatat sebanyak 29 orang penderita stroke, serta belum pernah dilakukan

penelitian sebelumnya tentang hubungan antara perubahan keribadian pasien

stroke dengan ansietas pada caregiver di lokasi tersebut.

3.2.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dimulai sejak November 2020 sampai dengan Juni

2021. Adapun jadwal penelitian ini antara lain, sebagai berikut :

27
28

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Nov-Des Jan- Mei Juni Juli-Agus Sep


No Kegiatan 2020 Apr 2021 2021
2021 2021
1. Persiapan/ 2021
2. perencanaan
Pembuatan proposal
3. Ujian proposal
4. Pengumpulan data
responden penelitian
5. Pelaksanaan penelitian
6. Penulisan hasil laporan
7. Ujian Hasil

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti

(Notoatmodjo, 2010) populasi dalam penelitian ini adalah caregiver penderita

stroke yang tercatat di Puskesmas Sihepeng pada tahun 2020 yaitu sebanyak 29

orang.

3.3.2 Sampel penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah populasi yang masuk

dengan hitungan rumus yang telah di tentukan dalam pengambilam sampel ,

tekhnik pegambilan sampel adalah cara yang di lakukan peneliti untuk

menentukan jumlah sampel yang akan di teliti dari banyaknya jumlah populasi

(Notoatmodjo, 2010).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono, 2011). Alasan pengambilan total sampling karena


29

jumlah populasi kurang dari 100. Sampel yang diambil untuk penelitian ini yaitu

29 orang.

3.4 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, etika merupakan salah satu hal yang sangat

penting untuk di perhatikan. Hal ini di sebabkan karena penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia. Dalam melakukan penelitian, peneliti

mengajukan permohonan izin kepada Universitas Aufa Royhan. Setelah surat izin

diperoleh peneliti melakukan observasi kepada responden dengan memperhatikan

etika sebagai berikut :

3.4.1 Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian melalui lembar persetujuan. Sebelum memberikan Informed

Consent, peneliti menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan penelitian serta

dampaknya bagi responden. Bagi responden yang bersedia diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan. Bagi responden yang tidak bersedia, peneliti

tidak memaksa dan harus menghormati hak-hak responden.

3.4.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Peneliti memberikan jaminan terhadap identitas atau nama responden

dengan tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data.

Akan tetapi peneliti hanya menuliskan kode atau inisial pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian.


30

3.4.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah diperoleh dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, dimana hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan dalam hasil

penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat yang akan digunakan untuk melakukan penelitian ini

yaitu kuesioner perubahan kepribadian yang diadopsi dari penelitian Stone, et al

(2005) yang berjudul “Personality Change After Stroke: Some Preliminary

Observations” berisi tentang 30 item pernyataan meliputi 18 pernyataan sikap

positif, dan 12 item penyataan sikap negatif. Pernyataan sikap positif yang

dijawab ‘ya’ diberi nilai 1 sedangkan ‘tidak’ diberi nilai 0, sedangkan untuk

pernyataan sikap negatif adalah kebalikannya yang dijawab ‘ya’ diberi nilai 0 dan

yang ‘tidak’ diberi nilai 1. Dengan penentuan panjang kelas (tingkat perubahan

kepribadian) beradasarkan rumus statistik, yaitu :

P = Rentang
Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang kelas sebasar 30 dan

banyak kelas sebanyak 2 kelas yaitu (positif, negatif). Maka didapatkan panjang

kelas sebesar 15. Untuk tingkat perubahan kepribadian negatif skornya 0-15, dan

untuk perubahan kepribadian positif skornya 16-30.

Instrumen kuesioner tingkat kecemasan caregiver yang diukur dengan

menggunakan “Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS)” yang dikutip dari

Nursalam (2013) untuk menilai tingkat ansietas caregiver penderita stroke dengan

interpretasi skor < 14 : tidak ada kecemasan, 14-20 : kecemasan ringan, 21-27 :
31

kecemasan sedang, 28-41 : kecemasan berat, 42-56 : kecemasan sangat berat.

Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton Rating Scale for

Anxiety (HRS-A) yang sudah dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi

Jakarta (KPBJ) dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS). Validitas AAS sudah

diukur pada tahun 1984 mendapat korelasi yang cukup dengan HRS-A (r = 0,57 –

0,84). Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup

tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu

0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan

menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable

(Nursalam, 2013).

3.6 Prosedur Pengumpulan Data

Adapun prosedur pegumpulan data yaitu diantaranya sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan kepada Puskesmas Sihepeng.

2. Dilaksanakan pengumpulan data penelitian.

Dalam pengumpulan data kuesioner di berikan kepada responden yang

menguji kriteria yang sudah ditentukan.

3. Setelah responden di dapat,di jelaskan terlebih dahulu kepada calon

responden tentang tujuan penelitian dan serta menanyakan kesediaan calon

responden.

4. Calon responden bersedia untuk diminta menandatangani surat persetujuan

atau secara lisan , responden dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan yang

diberikan peneliti.
32

5. Responden dapat mengembalikan kuesioner kepada peneliti paling lama 5

hari setelah responden mengisi semua kuesioner maka seluruh data yang

terkumpul dikelompokkan kembali oleh peneliti untuk mengidentifikasi

hubungan antara perubahan keribadian pasien stroke dengan ansietas pada

caregiver.

6. Setelah data terkumpul semuanya dengan jelas , peneliti melakukan

pengolahan data atau analisa data.

3.7 Definisi Operasional

Defenisi Operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2013).

Tabel 3.2 Definisi operasional

Variabel Definisi operasional Alat Skala Hasil ukur


penelitian ukur ukur
Independent Pernyataan yang berisi Kuesione Nominal - Positif
Perubahan tentang perubahan r - Negatif
kerpibadian kepribadian pasien
pasien stroke stroke yang bersifat
positif dan negatif
yang akan diisi oleh
caregiver. Perubahan
kepribadian yang
positif adalah sifat
atau sikap yang baik,
sedangkan perubahan
kepribadian negatif
adalah sifat atau sikap
yang buruk yang
setelah menderita
stroke.
33

Dependen Pernyataan yang akan Kuesione Ordin - < 14 : tidak ada


Ansietas diisi oleh pengasuh r al kecemasan
caregiver penderita stroke untuk - 14-20 :
mengukur tingkat kecemasan
ansietas. ringan
- 21-27 :
kecemasan
sedang
- 28-41 :
kecemasan berat
- 42-56 :
kecemasan
sangat berat

3.8 Analisa Data

3.8.1 Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian, pada umumnya

analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2010). Analisa univariat dilakukan untuk memberi gambaran dan

penjelasan tentang karekteristik masing-masing variabel yang diteliti.

3.8.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisa

bivariat menganalisis hubungan antara perubahan keribadian pasien stroke dengan

ansietas pada caregiver. Data yang telah didapat dianalisa dengan mengunakan

komputer.

Uji statistik yang digunakan adalah uji alternatif Kolmogorov-smirnov

untuk mengetahui adanya hubungan antara perubahan keribadian pasien stroke

dengan ansietas pada caregiver. Dengan nilai α = 0,05 akan diuji apakah terdapat

hubungan antara variabel indipenden dan dependen. Apabila hasil uji (p-value) <
34

α maka hasilnya ada hubungan hubungan antara perubahan keribadian pasien

stroke dengan ansietas pada caregiver.


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai “Hubungan Perubahan

Kepribadian Pasien Stroke dengan Ansietas Pada Caregiver di Wilayah Kerja

Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal Tahun 2021”. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Juni hingga Juli 2021 terhadap 29 responden.

4.1.1 Puskesmas Sihepeng

Puskesmas Desa Sihepeng dilihat secara geografis letak wilayah kerja

Puskesmas Sihepeng berada pada dataran rendah dan sebagian rawa, dengan luas

± 345,36 km2 . Secara administratif wilayah kerja Puskesmas Desa Sihepeng

terdiri atas 9 Desa dan 1 kelurahan. Setiap tahun jumlah penduduk wilayah kerja

Puskesmas Sihepeng semakin bertambah. Pada tahun 2018 jumlah penduduk

Desa/Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng adalah 21.783 jiwa dengan

jumlah laki-laki 10.351 jiwa dan jumlah perempuan 11.432 jiwa (Daulay, 2010).

Puskesmas Desa Sihepeng terletak di Desa Sihepeng Lima, JalanMedan

Padang Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal yang memiliki 2

Puskesmas Pembantu (Pustu), dan 3 Polindes (Daulay, 2010).

Dalam rangka pelaksanaan peraturan daerah Kabupaten Mandailing Natal

No. 41 tahun 2007 tentang pembentukan susunan organisasi dan tatakerja, maka

Puskesmas Desa Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal menetapkan visi

”Tercapainya Kecamatan yang Sehat Menuju Terwujudnya Indonesia Sehat”

(Daulay, 2010).

35
36

4.2 Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang

diteliti dalam penelitian yaitu melihat distribusi frekuensi variabel independen dan

dependen yang disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

4.2.1 Karakteristik Data Demografi

Penelitian ini berdasarkan karakteristik responden usia dan jenis kelamin

penderita diabetes mellitus.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden


Karakteristik Responden F %
Umur
17-25 (Masa remaja akhir) 3 10,3
26.35 (Masa dewasa awal) 4 13,9
36-45 (Masa dewasa akhir) 8 27,6
46-55 (Masa lansia awal) 8 27,6
56-65 (Masa lansia akhir) 3 10,3
>65 (Manula) 3 10,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 9 31,0
Perempuan 20 69,0
Pendidikan
Tidak tamat SD 3 10,3
SD 8 27,6
SMP 2 6,9
SMA 10 34,5
Perguruan Tinggi 6 20,7
Pekerjaan
Tidak bekerja 9 31,1
PNS/TNI/POLRI 3 10,3
Wiraswasta 4 13,8
Buruh/tani/nelayan/peternak,dll 13 44,8
Total 29 100%

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diperoleh hasil tentang karakteristik

responden yang dapat dilibatkan dalam penelitian adalah sebanyak 29 orang. Dari

tabel diatas dapat diketahui umur responden mayoritas responden berumur 46-55

tahun sebanyak 8 orang (27,6%) dan yang berumur 36-45 tahun sebanyak 8 orang
37

(27,6%), kemudian yang berumur 26-35 tahun sebanyak 4 orang (13,9%), yang

berumur 17-25 tahun sebanyak 3 orang (10,3%), yang berumur 56-65 tahun

sebanyak 3 orang (10,3%), dan yang berumur >65 tahun sebanyak 3 orang

(10,3%).

Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden berjenis kelamin

peremuan yaitu sebanyak 20 orang (69,0%), dan minoritas berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 9 orang (31,0%). Berdasarkan pendidikan, mayoritas responden

memiliki pendidikan SMA yaitu sebanyak 10 orang (34,5%), yang memiliki

pendidikan SD sebanyak 8 orang (27,6%), yang memiliki pendidikan peguruan

tinggi sebanyak 6 orang (20,7), yang memiliki pendidikan tidak tamat SD

sebanyak 3 orang (10,3%), dan yang memiliki pendidikan SMP sebanyak 2 oang

(6,9%). Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden bekerja sebagai

buruh/tani/nelayan/peternak dll yaitu sebanyak 13 orang (44,8%), yang tidak

bekerja sebanyak 9 orang (31,1%), yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 4

orang (13,8%), dan yang bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI sebanyak 3 orang

(10,3%).

4.2.2 Perubahan Kepribadian Pasien Stroke

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perubahan Kepribadian Pasien Stroke


Perubahan Kepribadian
F %
Pasien Stroke
Negatif 10 34,5
Positif 19 65,5
Total 29 100,0 %

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 29 responden,

perubahan kepribadian pasien stroke mayoritas mengalami perubahan yang positif


38

yaitu sebanyak 19 orang (65,5%), dan yang mengalami perubahan negatif

sebanyak 10 orang (34,5%).

4.2.3 Tingkat Ansietas Caregiver

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Ansietas Caregiver


Tingkat Kecemasan
F %
Caregiver
Tidak ada kecemasan 14 48,3
Kecemasan ringan 9 31,0
Kecemasan sedang 6 20,7
Kecemasan berat 0 0,0
Kecemasan sangat berat 0 0,0
Total 29 100,0%

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 29 responden,

tingkat kecemasan caregiver mayoritas tidak ada kecemasan yaitu sebanyak 14

orang (48,3%), caregiver dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 9 orang

(31,9%), dan caregiver dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 6 orang

(20,7%), dan 2 kategori kecemasan lainnya yaitu kecemasan berat dan kecemasan

sangat berat tidak ada responden yang mengalami hal berikut yaitu 0 (0,0%).

4.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dan dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji alternatif

Kolmogorov-smirnov untuk mengetahui adanya hubungan perubahan kepribadian

pasien stroke dengan ansietas pada caregiver.


39

Tabel 4.4 Hubungan Perubahan Kepribadian Pasien Stroke Dengan Ansietas


Pada Caregiver
Perubahan Kepribadian Pasien Stroke
Ansietas
Pada Perubahan Perubahan p-value
Total
Caregiver Negatif Positif
N % N % N %
Tidak ada
1 3,5 13 44,8 14 48,3
kecemasan
Kecemasan
4 13,8 5 17,2 9 31,0
ringan
Kecemasan 20,7
5 17,2 1 3,5 6
sedang 0,023
Kecemasan
0 0,0 0 0,0 0 0,0
berat
Kecemasan
0 0,0 0 0,0 0 0,0
sangat berat
Total 10 34,5 19 65,5 29 100,0
*signifikan (p<0,05)

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov,

diperoleh p-value= 0,023 (<0,05), artinya ada hubungan perubahan kepribadian

pasien stroke dengan ansietas pada caregiver di wilayah kerja Puskesmas

Sihepeng Mandailing Natal tahun 2021.


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Analisa Univariat

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah ada Hubungan

Perubahan Kepribadian Pasien Stroke dengan Ansietas Pada Caregiver di

Wilayah Kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal Tahun 2021.

5.1.1 Karakteristik Responden

5.1.1.1 Umur

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden berumur 46-

55 tahun sebanyak 8 orang (27,6%) dan yang berumur 36-45 tahun sebanyak 8

orang (27,6%), kemudian yang berumur 26-35 tahun sebanyak 4 orang (13,9%),

yang berumur 17-25 tahun sebanyak 3 orang (10,3%), yang berumur 56-65 tahun

sebanyak 3 orang (10,3%), dan yang berumur >65 tahun sebanyak 3 orang

(10,3%).

Menurut Depkes usia tersebut merupaan usia dewasa akhir. Pada usia

dewasa masing-masing individu sudah mulai mengabaikan keinginan atau hak-

hak pribadinya, kebutuhan atau kepentingan yang utama adalah keluarga sehingga

caregiver lebih banyak ditemukan diusia ini (Hartati, 2012). Selain itu, caregiver

yang berusia dewasa dianggap cukup matang dalam pengalaman hidup, bijaksana

dalam mengambil keputusan, mampu berpikir rasional, mampu mengendalikan

emosi dan semakin toleran terhadap orang lain (Nuraenah, Mustikasari, & Putri,

2014).

40
41

Menurut asumsi peneliti usia mayoritas pada penelitian ini adalah usia

dewasa karena pada usia dewasa seseorang sudah lebih dianggap mampu dalam

merawat anggota keluarga yang sakit, lebih mampu mengendalikan emosi, lebih

produktif, dan lebih bijaksana dalam melakukan tindakan.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Putri (2013) yang mengatakan

bahwa rata-rata usia caregiver yaitu 40,78 tahun, dimana usia tersebut termasuk

dalam usia dewasa. Seseorang dapat dikatakan dewasa apabila telah memiliki

kekuatan bereproduksi, dan memiliki kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor,

serta dapat diharapkan memainkan peranannya bersama dengan individu-individu

lain dalam masyarakat.

5.1.1.2 Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 20 orang (69,0%), dan minoritas berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 9 orang (31,0%).

Di Indonesia peran perempuan adalah mengurus rumah tangga, seperti

memasak, mencuci, membersihkan rumah, melayani suami, dan merawat anggota

keluarga, sedangkan peran laki- laki adalah mencarinafkah sehingga dalam hal ini

perempuan lebih banyak berperan dalam merawat keluarganya yang sakit (Utami,

2013).

Menurut asumsi peneliti perempuan lebih dominan mengurus anggota

keluarga yang sakit karena perempuan memiliki kesabaran yang lebih dalam

melakukan sesuatu hal dibanding dengan laki-laki, sehingga pasien akan merasa

lebih diperhatikan dan merasa nyaman.


42

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2012) yang

mengatakan bahwa mayoritas caregiver yang merawat pasien stroke adalah

perempuan yaitu sebanyak 79,5%. Hal ini dapat dikarenakan oleh berbagai

macam faktor, salah satunya adalah norma dan budaya yang berlaku didalam

masyarakat Indonesia.

5.1.1.3 Pendidikan

Berdasarkan pendidikan, mayoritas responden memiliki pendidikan SMA

yaitu sebanyak 10 orang (34,5%), yang memiliki pendidikan SD sebanyak 8 orang

(27,6%), yang memiliki pendidikan peguruan tinggi sebanyak 6 orang (20,7),

yang memiliki pendidikan tidak tamat SD sebanyak 3 orang (10,3%), dan yang

memiliki pendidikan SMP sebanyak 2 oang (6,9%).

Tingkat pendidikan menentukan seseorang untuk memiliki pengetahuan

yang lebih luas, kemampuan dan keterampilan serta ketika petugas kesehatan

menyampaikan pendidikan kesehatan terkait masalah kesehatan pasien, keluarga

dapat memahami informasi yang diberikan yang nantinya bermanfaat untuk

perawatan (Zahra, 2016). Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah

pula menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya

semakin banyak. Seseorang dengan pengetahuan yang tinggi cenderung memiliki

persepsi positif terkait merawat anggota keluarga yang sakit, berbeda dengan

pengetahuan yang rendah caregiver akan merasakan distres emosional terkait

kurangnya pengetahuan dan ketidakpahaman terkait masalah yang dihadapi

(Erwina, Gusty & Monalisa, 2016).


43

Menurut asumsi peneliti semakin tinggi pendidikan seseorang maka

pengetahuannya akan semakin meningkat dan lebih mampu dalam menggunakan

dan memilih fasilitas kesehatan yang tepat dalam mengobati dan merawat pasien

stroke sehingga bisa mengurangi beban caregiver karena lebih cepat dan tepat

dalam mendapatkan bantuan dari petugas kesehatan.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Adianta dan Wardianti (2018) yang

menemukan bahwa caregiver dengan tingkat pendidikan SD cenderung

mengalami beban berat lebih banyak yaitu sejumlah 28 responden (27,5%),

sedangkan pada pendidikan SMA mayoritas mengalami beban sedang yaitu

sebanyak 18 responden (17,6%). Hal ini dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan

yang tinggi menandakan adanya beban yang semakin ringan. Sebaliknya tingkat

pendidikan yang rendah memiliki beban yang lebih tinggi.

5.1.1.4 Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden bekerja sebagai buruh/tani

yaitu sebanyak 13 orang (44,8%), yang tidak bekerja sebanyak 9 orang (31,1%),

yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 4 orang (13,8%), dan yang bekerja

sebagai PNS/TNI/POLRI sebanyak 3 orang (10,3%).

Pekerjaan merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga pekerjaan

mempunyai pengaruh terhadap keluarga dalam memberikan perawatan (Wawan &

Dewi, 2011). Caregiver yang tidak bekerja cenderung memiliki beban ekonomi

yang besar dan merasa kegiatannya dalam merawat pasien terasa membosankan,

selain itu caregiver yang tidak bekerja akan memiliki kehidupan sosial yang

terbatas dan memiliki anggapan peran yang berbeda dalam proses perawatan
44

sehingga beban yang dirasakan akan meningkat (Aruan & Sari, 2018). Berbeda

dengan caregiver yang bekerja mereka memiliki kegiatan pengalihan disamping

merawat pasien dan tentunya akan mendapatkan penghasilan sehingga akan

mengurangi beban ekonomi dalam merawat anggota keluarga stroke.

Menurut asumsi peneliti pekerjaan memberikan dampak bagi caregiver

dimana semakin banyak dan berat pekerjaannya maka beban caregiver akan

semakin banyak sehingga kurang fokus dalam merawat penderita stroke, namun

jika penderita stroke bisa menunjukan sikap yang positif maka caregiver akan

merasa bebannya berkurang dan lebih mengasihi panderita stroke.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) sebanyak

60,1% caregiver berstatus bekerja. Hal ini disebabkan karena caregiver

mempunyai tanggung jawab untuk membiayai keluarganya khususnya dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

5.1.1.5 Perubahan Kepribadian Pasien Stroke

Berdasarkan hasil penelitian kepada 29 responden, perubahan kepribadian

pasien stroke mayoritas mengalami perubahan yang positif yaitu sebanyak 19

orang (65,5%). Menurut analisa peneliti, responden mengalami perubahan positif

karena adanya penerimaan diri yang baik dari responden dan juga dukungan yang

bersifat positif dari caregiver.

Hurkock (2010) mengatakan bahwa individu yang menerima dirinya

memiliki penilaian yang realistik tentang sumber daya yang dimilikinya, yang

dikombinasikan dengan apresiasi atas dirinya secara keseluruhan. Artinya,

individu itu memiliki kepastian akan standar dan teguh pada pendirian, serta
45

mempunyai penilaian yang realistik terhadap keterbatasannya tanpa mecela diri.

Orang yang memiliki penerimaan diri yang baik tahu aset yang dimiliki dirinya

dan bisa mengatasi cara mengelolanya. Selain itu sikap keluarga yang baik juga

memberikan dampak positif pada perubahan kepribadian pasien stroke. Hal ini

sejalan dengan penelitian Abidin (2014) menyatakan bahwa ada hubungan

keluarga dengan konsep diri pada pasien stroke. Keluarga pasien dapat

meningkatkan dan memaksimalkan dukungannya kepada pasien stroke agar tidak

terjadi gangguan konsep diri. Kartini, dkk (2013) menyatakan bahwa dukungan

keluarga baik yang konsep dirinya positif sebanyak 30%.

Menurut asumsi peneliti perubahan positif yang terjadi pada penderita

stroke disertai dengan motivasi dari semua anggota keluarga sehingga pasien

merasa bahwa dirinya masih berarti dan berharga, begitu juga sebaliknya dengan

penderita yang mengalami perubahan negatif kemungkinan karena minimnya

dukungan dari keluarga.

Selain perubahan positif, dari hasil penelitian ada yang mengalami

perubahan negatif sebanyak 10 orang (34,5%). Seseorang yang menderita stroke

dapat mengalami gangguan fungsional. Gangguan-gangguan tersebut seperti

paralisis, kelemahan, kesulitan, berbicara atau memahami, kesulitan menelan, dan

hilangnya sebagian penglihatan di salah satu sisi. Kondisi tersebut tentunya akan

menjadikan penerimaan diri penderita menjadi rendah. Penderita merasa tidak

berharga karena kelemahannya, penderita tidak mampu menyelesaikan masalah

sendiri karena kelemahannya, penderita tidak percaya diri menghadapi hidup

karena lemah dan membutuhkan bantuan, penderita diselimuti ketakutan akan


46

sesuatu yang buruk terjadi seperti kelumpuhan total dan kematian, penderita

merasa tidak bisa berpendapat karena menganggap dirinya memiliki kekurangan,

lebih suka menyendiri karena tidak bisa kemana-mana, malu ketika bertemu

dengan orang lain, ataupun merasa kondisinya menghambat dalam bekerja

ataupun membantu menafkahi keluarga (Junaidi, 2011).

Hal ini sejalan dengan penelitian Kartini, dkk yang mengemukakan bahwa

responden dari pasien stroke mengalami perubahan konsep diri negatif yang lebih

besar dibanding konsep diri positif (Kartini dkk, 2013). Selain itu penelitian ini

juga sejalan dengan Sawab, dkk yang menyatakan bahwa klien paska stroke

merasakan kehilangan kemampuan fungsional karena penyakit yang mengubah

citra tubuhnya sehingga membuat klien memiliki harapan yang negatif (Sawab

dkk, 2015).

5.1.1.6 Tingkat Ansietas Caregiver

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari 29 responden, tingkat

kecemasan caregiver mayoritas tidak ada kecemasan. yaitu sebanyak 14 orang

(48,3%), caregiver dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 9 orang (31,9%),

dan caregiver dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 6 orang (20,7%), dan 2

kategori kecemasan lainnya yaitu kecemasan berat dan kecemasan sangat berat

tidak ada responden yang mengalami hal berikut yaitu 0 (0,0%).

Kesiapan caregiver dalam melakukan pengasuhan pada pasien stroke

sehingga tingkat kecemasan rendah juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga

maupun dari orang-orang sekitar lainnya. Adanya dukungan orang-orang sekitar

menjadikan caregiver lebih kuat, sehingga mampu dalam menjalani perannya.


47

Dukungan sosial dalam keluarga sangat diperlukan oleh caregiver agar dapat

menjalankan aktivitasnya secara maksimal dengan meminimalisir potensi

kecemasan atau stress yang muncul saat perawatan. Caregiver yang memiliki

dukungan keluarga yang rendah mayoritas mengalami beban yang berat sebanyak

52,0%.

Menurut asumsi peneliti caregiver tidak mengalami kecemasan karena

mereka sudah sangat siap menerima keadaan penderita stroke dan siap untuk

melakukan perawatan yang terbaik, disertai dengan dukungan yang baik dari

anggota keluarga lainnya.

Berdasarkan penelitian diatas sejalan dengan penelitian Hagedoorn (2019)

dimana menyatakan bahwa pengasuh yang merasa siap untuk pengasuhan setelah

anggota keluarga yang sakit keluar dari rumah sakit, ditemukan memiliki efek

positif pada pasien dan keluarga. Efek positif tersebut berhubungan dengan

berkurangnya rasa sakit, meningkatnya status kesehatan fungsional dan mental

pasien. Selain itu, kualitas hidup caregiver menjadi lebih baik dan tingkat

kecemasan serta beban penasuh lebih rendah.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Khatimah (2018) yang

menunjukkan adanya hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan

beban yang dialami caregiver, dan didapatkan nilai r = -0,33 menunjukkan

hubungan korelasi negatif antara kedua variabel yang menunjukan semakin tinggi

dukungan keluarga yang diterima maka semakin rendah beban yang dirasakan

caregiver stroke. Sebaliknya semakin rendah dukungan keluarga yang diterima

maka semakin tinggi beban yang akan dirasakan.


48

5.2 Analisa Bivariat

5.2.1 Hubungan Perubahan Kepribadian Pasien Stroke dengan Ansietas

Pada Caregiver

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh perubahan kepribadian pasien

stroke dengan ansietas pada caregiver 29 responden menunjukkan responden

dengan caregiver dengan tingat kecemasan tidak ada, didapatkan perubahan

negatif sebanyak 1 orang (3,5%) dan yang perubahan positif sebanyak 13 orang

(44,8%). Cargiver dengan kecemasan ringan didapatkan perubahan kepribdian

negatif pasien stroke sebanyak 4 orang (13,8%), dan yang mengalami perubaan

positif sebanyak 5 orang (17,2%). Caregiver dengan kecemasan sedang

didapatkan perubahan kepribadian negatif sebanyak 5 orang (17,2%) dan yang

mengalami perubahan positif sebanyak 1 orang (3,5%).

Berdasarkan hasil dari presentasi diatas peneliti memberikan asumsi yaitu

perubahan kepribadian pasien stroke mempengaruhi tingkat ansietas caregiver,

dimana jika perubahan kepribadian pasien stroke cenderung pada hal-hal yang

positif maka tingkat kecemasan caregiver rendah. Begitupun sebaliknya jika

pasien stroke mengalami perubahan kepribadian yang negatif maka beban

caregiver akan menjadi berat sehingga membuat tingkat ansietas caregiver

menjadi meningkat.

Pada penderita stroke kebanyakan memang kurang menerima kondisi pada

dirinya. Makna penerimaan diri yang dimaksud adalah suatu sikap penerimaan

terhadap gambaran mengenai kenyataan diri dengan cara merefleksikan perasaan

senang sehubungan dengan keyakinan diri sendiri. Namun, ada juga penderita
49

stroke yang mengalami perubahan positif karena telah menerima keadaannya.

Penerimaan diri diwujudkan dalam bentuk memiliki perasaan sederajat dengan

yang lain, percaya pada kemampuan diri, bertanggung jawab, orientasi diri positif,

berpendirian, berpendirian, menyadari keterbatasan, menerima sifat kemanusiaa.

(Aisyah, 2013).

Perubahan diri menjadi lebih positif karena penerimaan diri adalah sikap

ang merupakan rasa puas pada kualitas dan bakat. Pengakuan akan keterbatasan

diri ini tidak diikuti dengan perasaan malu ataupun bersalah. Individu ini akan

menerima kodrat mereka apa adanya (Stuart, 2013). Dapat dikataan bahwa

perubahan positif pada diri pasien stroke akan membantu individu dalam

menyesuaikan diri sehingga sifat-sifat dalam dirinya seimbang dan terintegrasi.

Caregiver penderita stroke adalah seseorang yang memberikan bantuan dan

perawatan secara penuh baik yang dilakukan oleh tenaga ahli yang berbadan

hukum maupun oleh kerabat terhadap orang yang mengalami penyakit kerusakan

atau kematian jaringan otak yang menyebabkan tersumbatnya atau berkurangnya

aliran darah dan oksigen ke otak (Fahrunnisa, 2018).

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecemasan, yaitu faktor eksternal

dan internal. Memberi dan lamanya melakukan perawatan Verma dkk (2011),

karakteristik pasien seperti kerusakan kognitif, penurunan atau kehilangan

fungsional kehidupan sehari-hari, dan perilaku gangguan menjadi beberapa faktor

eksternal yang mempengaruhi caregiver mengalami kecemasan.

Penelitian juga menunjukkan bahwa kepribadian berhubungan dengan

kecemasan (Middeldorp 2006, dalam Fahrunnisa, 2018). Selain kepribadian,


50

karakteristik caregiver menjadi faktor internal yang mempengaruhi kecemasan

antara lain seperti jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, kurangnya

hubungan dengan pasien, strategi koping, evaluasi diri yang negatif, buruknya

keterampilan sosial dan perilaku penghindaran (Hopko dalam Bitsika et al, 2010).

Dari hasil analisa statistik pada penelitian ini, dengan menggunakan uji

Kolmogorov-smirnov, diperoleh p-value= 0,023 (<0,05), artinya ada hubungan

perubahan kepribadian pasien stroke dengan ansietas pada caregiver di wilayah

kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal tahun 2021.

Penelitian Astuti, et al (2013) tentang hubungan tingkat pengetahuan

keluarga dengan tugas kesehatan keluarga dalam merawat lansia penderita

diabetes mellitus di puskesas Temon I Kulon Progo menyatakan adanya hubungan

yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan tugas kesehatan

keluarga dalam merawat lansia penderita diabetes mellitus dengan hasil p value =

0,031 < 0,05 melalui uji rank spearman.

Hal ini sejalan dengan penelitian Silaen et al (2008) tentang hubungan

antara kepribadian pasca-stroke dengan ansietas dan depresi pada pengasuh

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perubahan

kepribadian dengan depresi dan ansietas pada pengasuh dengan nilai p < 0,05.

Penelitian lain oleh Nurjannah & Setyopranoto (2018) tentang Determinan Beban

Pengasuh Pasien Stroke Pasca Perawatan di Rumah Sakit di RSUD dr. Soerdian

Mangun Suwarso, Wonogiri menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa terdapat 40,78% caregiver yang mengalami burden.


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang “Hubungan Perubahan Kepribadian Pasien

Stroke Dengan Ansietas Pada Caregiver Di Wilayah Kerja Puskesmas Sihepeng

Mandailing Natal Tahun 2021.” adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan pekerjaan. Berdasarkan umur responden mayoritas responden

berumur 46-55 tahun sebanyak 8 orang (27,6%), jenis kelamin mayoritas

perempuan sebanyak 20 orang (69,0%), pendidikan mayoritas SMA yaitu

sebanyak 10 orang (34,5%), pekerjaan mayoritas sebagai buruh/tani yaitu

sebanyak 13 orang (44,8%).

2. Berdasarkan hasil penelitiaan diperoleh, perubahan kepribadian pasien stroke

mayoritas mengalami perubahan yang positif yaitu sebanyak 19 orang

(65,5%), dan yang mengalami perubahan negatif sebanyak 10 orang (34,5%).

3. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, tingkat kecemasan caregiver mayoritas

tidak ada kecemasan yaitu sebanyak 14 orang (48,3%), caregiver dengan

tingkat kecemasan ringan sebanyak 9 orang (31,9%), dan caregiver dengan

tingkat kecemasan sedang sebanyak 6 orang (20,7%), dan 2 kategori

kecemasan lainnya yaitu kecemasan berat dan kecemasan sangat berat tidak

ada responden yang mengalami hal berikut.

4. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji statistik Kolmogorov-smirnov

untuk mengetahui adanya hubungan perubahan kepribadian pasien stroke


52

dengan ansietas pada caregiver statistik dengan menggunakan uji

Kolmogorov-smirnov, diperoleh p-value= 0,023 (<0,05), artinya ada

hubungan perubahan kepribadian pasien stroke dengan ansietas pada

caregiver di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal tahun 2021

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas tentang “Hubungan Perubahan Kepribadian

Pasien Stroke Dengan Ansietas Pada Caregiver Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sihepeng Mandailing Natal Tahun 2021”, maka peneliti memberikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Bagi Responden

Diharapkan memberikan masukan pengetahuan kepada caregiver

penderita stroke bahwa perubahan kepribadian pasien stroke mempengaruhi

ansietas pada caregiver itu sendiri.

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran dan

wawasan bahwa ansietas ceregiver dipengaruhi oleh perubahan kepribadian

pasien stroke.

3. Bagi Masyarakat

Diharapan masyarakat mampu memahami bahwa adanya hubungan

perubahan kepribadian pasien stroke dengan ansietas pada caregiver.


53

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini sebagai referensi dan dan pertimbangan bagi

peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mendalam tentang

perubahan kepribadian pasien stroke dengan ansietas pada caregiver.


DAFTAR PUSTAKA
Abidin. (2014). Peran Perawat Dalam Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Pasien
Kemoterapi Di Rumah Sakit Umum Daerah Banda Aceh Tahun 2014.
Aceh : Universitas Syiah Kuala.

Adianta, I. K. A., & Wardianti, G. A. (2018). Beban Keluarga Pada Penderita


Diabetes. Jurnal Riset Keperawatan.

Affandi, I.G., dan Reggy, P. (2016). Pengelolaan Tekanan Tinggi Intrakranial


Pada Stroke. Cermin Dunia Kedokteran-238.

Aisyah. (2013). Psychological Well Being Penyandang Gagal Ginjal. Surabaya:


IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Alliance, F.C. (2010). Caregiver Assessment: Principles, Guidelines and


Strategies for Change.

Alrasyid. (2011). Unit Stroke : Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta :


Balai Penerbit FKUI.

American Psychological Association. (2017). Anxiety. Diakses pada tanggal 30


Januari 2021 dari www.apa.org/topics/anxiety.

American Heart Association. (2014). Heart Disease & Stroke Statistics-2014


Update. Journal of the American Heart Association Circulation.

Aruan, T. N. R., & Sari, S. P. (2018). Gambaran Beban Ibu Sebagai Caregiver
Anak Dengan Skizofrenia Di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa.
Diakses pada tanggal 5 Agustus 2021 dari http://eprints.undip.
ac.id/63015/.

Astuti, S.I. (2013). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kestabilan


Emosi Pada Penderita Pasca Stroke Di Rsud Unddata. Universitas
Muhammadiyah Surakarta : Fakultas Psikologi.

Black, J., dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Dialih bahasakan oleh Nampira R.
Jakarta : Salemba Emban Patria.
Brunner, dan Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Vol.2. Jakarta : EGC.

Daulay, N. (2010). Analisis Kualitas Pelayanan Jasa Kesehatan Pada Puskesmas


Desa Sihepeng Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam : IAIN Padangsidimpuan.

Eka, M. (2017). Gambaran Tingkat Caregiver Burden Orang dengan Perubahan


Masalah Pada Anggota Self-Help Group Online. UIN Syarif Hidayatullah
Jakrarta.

Erwina, I., Gusty, R. P., & Monalisa. (2016). Distress Emosional Pada Caregiver
Perempuan Dengan Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa.
Ners Jurnal Keperawatan.

Fahrunnisah. (2018). Strategi Coping Pada Caregiver Penderita Stroke. Jurnal


Psikologi Integratif.

Family Caregiver Alliance. (2006). Caregiver Health. Diakses pada tanggal 28


Februaru 2021 dari https://www.caregiver.org/caregiver-health.

Fatmadona, R. (2013). Aplikasi Modern Wound Care Pada Perawatan Luka


Infeksi Di RS Pemerintah Kota Padang. NERS Jurnal Keperawatan.

Febria. (2019). Dukungan Sosial dengan Kecemasan Pasien Stroke di Rumah


Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Bukittinggi : Ejournal Sumbarprov.

Firmawati, E. (2015). Abstract Post Stroke Nursing Care [Abstrak]. One Day
Seminar: Stroke.

Halter, M.J. (2014). Varcarolis’ Foundation of Psychiatric Mental Health


Nursing. Diakses pada tanggal 28 Februari 2021 dari http://evolve.
elsevier.com/Varcarolis’.

Hagedoorn. (2019). Metode Riset Sosial. Jakarta : Erlangga.

Hartati, J. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Family


Caregiver Dalam Merawat Penderita Paska Stroke Di Rumah Tahun
2012. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hiddayatullah.
Hung, et al. (2012). Caregiving In The Illness Contaxt. Paugale Ac. Millan : The
British Library.

Hurlock, E. B. (2010). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan Alih Bahasa Istiwidayanti dkk. Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.

Hopko & Bitsika. (2010). How Is Resilience Associated With Anxiety And
Depression? Analysis Of Factor Score Interactions Within A
Homogeneous Sample. The German Journal Of Psychiatry. Australia :
Brain & Behaviour Research Group, School of Social Sciences.

Jiwo, T. (2012). Anxiety (Kecemasan). Diakses pada tanggal 12 Februar 20201


dari http://tirtojiwo.org/wpcontent/uploads/2012/06/kuliah-anxiety.

Junaidi. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: Andi.

Kartini, Murtiani, dan Iilyas, M. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Perubahan Konsep Diri Pada Pasien Pasca Stroke Di Poliklinik Saraf
Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Kesehatan
Ilmiah.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta:


Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Info Data Pembinaan Kesehatan Olahraga


Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2018). Laporan Provinsi Sumatera Utara Riskesdas 2018.


Lembaga Penerbit Badan Litbang Kesehatan 2019.

Khatimah, H. (2018). Hubungan Antara Dukungan Deluarga Dengan Caregiver


Burden Pada Family Caregiver Pasien Stroke. Yogyakarta : Universitas
Islam Indonesia.

Lai & Thomson. (2011). Improving Stroke Caregiver Readiness for Transition
From Inpatient Rehabilitation to Home. The Gerontologist.
LeMone, P., Burke, K.M., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah (ed 5). Jakarta : EGC.

McConnell & Riggs dalam Sheets & Gleason. (2010). Additional evidence on
equity ownership and corporate value. Journal Of AS.

Misgiyanto, & Susilawati. (2014). Hubungan Antara Dukungan Keluarga


Dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif.
Universitas Diponegoro: Fakultas Kedokteran.

National Medicines Information Centre. (2011). The Management of Stroke.


Management of Stroke Bulletin.

Merriam-Webster. (2011). Search Engine Definition Merriam-Webster Online


Dictionary. Diakses pada tanggal 9 Februari 2021 dari
http://www.merriam-webster.com/dictionary/search%20engine.

National Stroke Association. (2016). Post-Stroke Conditions. Diakses tanggal 17


Februari 2021 dari http://www.stroke.org/we-can-help/survivors/stroke
recovery/post-stroke-conditions.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nuraenah, Mustikasari, & Putri, S. S. E. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga


Dan Beban Keluarga Dalam Merawat Anggota Dengan Riwayat Perilaku
Kekerasan Di RS Jiwa Islam. Jurnal Keperawatan Jiwa.

Nurjannah & Setyopranoto. (2018). Determinan Beban Pengasuh Pasien Stroke


Pasca Perawatan di Rumah Sakit di RSUD dr. Soerdian Mangun Suwarso.
Wonogiri : Jurnal.

Nursalam. (2013). Metodologi penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Oxford Index. (2017). To Explore Content From Oxford University Press.


Diakses pada tanggal 23 September 2021 dari https://academic.oup.
com/journals/pages/oxfordindex.
PERDOSSI. (2011). Pedoman Penatalaksanaan Stroke. Himpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia.

Potter, Perry (2009). Fundamental of Nursing: 7th Edition. Singapura : Mosby


Elsevier.

Psychology Foundation of Australia. (2014). Diakses pada tanggal 27 Februari


2021 dari laman www2.psy.unsw.edu.au/dass.

Psychological Tools. (2017). Anxiety. Diakses pada tanggal 9 Juli 2021 pada
laman www.apa.org/topics/anxiety.

Putri, Y. (2013). Prediktor Beban Merawat Dan Tingkat Depresi Caregiver


Dalam Merawat Lanjut Usia Dengan Demensia Di Masyarakat. Jurnal
Ners, 8(1).

Putri, D.P., Konginan, A., Mardiana, N. (2014). Korelasi Social Support Dengan
Caregiver burden Pada Istri Pasien Penyakit Ginjal Kronis Yang
Menjalani Hemodialisis Di RSUD Dr Soetomo Surabaya. Surabaya :
Jurnal Psikiatri.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Jakarta : Kemenkes RI.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Jakarta : Kemenkes RI.

Rohardija, R., Komariah, M., & Dian, A. (2012). Konsep Diri Pada Pasien Stroke
Ringan di Poliklinik Saraf RSUD Sumedang. Jurnal Jumantik.

Sawab, dkk. (2015). Pengalaman Keputusasaan Stroke Survivor di Kota


Semarang. Jurnal Ners.

Sarifah, S. N. (2013). Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Keperawatan


Saat Menghadapi Ujian Skill Lab Di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. UIN Sarif Hidayatullah : Program Studi Ilmu Keperawatan.
Sheets, C & Gleason, H. (2010). Caregiver Support in the Veterans Health
administration: Caring for Those Who Care. Journal of the American :
Society on Aging.

Siegert, R.J., Jackson, D.M., Tennant, A., Turner-Stokes, L. (2010). Factor


Analysis and Rasch Analysis of The Zarit Burden Interview for Acquired
Brain Injury Carer Research. Journal of Rehabilitation Medicine.

Silaen, B.M. (2008). Majalah Kedokteran Nusantara: Hubungan antara


Perubahan Kepribadian Pasca Stroke dengan Ansietas dan Depresi pada
Pengasuh. Medan : FK-USU.

Silaen, Rambe & Nasution. (2011). Prevalensi Stroke di Indonesia . Sumatera


Utara : USU.

Stroke Forum. (2015). Epidemiology Of Stroke. Diakses tanggal 21 Februari 2021


dari: http://www.strokeforum.com/stroke-background/epidemiology. html.

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart Buku 2 : Edisi
Indonesia. Singapore : Elseiver.

Stone, et al. (2005). Personality Change After Stroke : Some Preliminary


Observations. J Neural Neurosurg Psychiatry.

Subroto. (2012). Evaluasi Efektivitas Pelaksanaan Kepmenkes RI


No.1204/Menkes/SK/10/2004 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
di RSUD Jayapura. Yogyakarta : IKM-UGM.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sylvia. (2009). Faktor Penyebab Stroke. Diakses pada tanggl 22 Februari 2021
dari http://www.penyebab stroke ringan dan komplikasi stroke.com/.

Tantono, S.H., Siregar, IMP, & Hazan, Z. (2016). Beban Caregiver Lanjut Usia
Suatu Survey terhadap Caregiver Lanjut Usia dibeberapa Tempat Sekitar
Kota Bandung. Bandung : Majalah Psikiatri XL.
Utami. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Verma, dkk (2011). A Important Medicinal Plant: A Review. Der. Pharmacia


Sinica. Journal of Chemistry.

Wardhana, W.A. (2011). Strategi Mengatasi & Bangkit Dari Stroke. Yogyakarta :
Penerbit Pustaka Pelajar.

WHO. (2010). The World Health Report 2010.

WHO. (2015). World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health
Organization.

Wawan & Dewi M. (2011). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusi Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika.

Widarti, L., & Krisnawati. (2012). Home Care Holistic Terhadap Perubahan
Kecemasan Dan Depresi Pada Pasien Stroke Iskemik (Home Care Holistic
On The Change Of Anxiety And Depression For The Patient With Stroke
Ischemic). Jurnal Ners.

William. (2007). Psychiatric Mental Health Nursing (6th ed). Philadelphia:


Lippincott Williams & Wilkins.

Zahra. (2016). Metakognisi Siswa dalam Pemecahan Masalah. Yogyakarta: CV


Budi Utama.
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Responden


di Tempat

Dengan Hormat,

Saya mahasiswi Program Studi Keperawatan Program Sarjana


Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan :
Nama : Aprilia Megawati Hutabarat
NIM : 17010092
Bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang “Hubungan
Perubahan Keribadian Pasien Stroke Dengan Ansietas Pada Caregiver di
Wilayah Kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal Tahun 2021”. Adapun
segala informasi yang saudara/i berikan akan dijamin kerahasiaanya, karena ini
saudara/i bebas untuk mencantumkan nama atau tidak. Sehubungan dengan hal
tersebut peneliti meminta ketersediaan saudara/i untuk menandatangani kolom di
bawah.
Atas ketersediaan dan kerja samanya saya ucapkan teima kasih.

Responden Peneliti

( ) (Aprilia Megawati Hutabarat)


Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah saya membaca dan mendengar penjelasan dari Saudari Aprilia Megawati

Hutabarat yang akan melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan

Perubahan Keribadian Pasien Stroke Dengan Ansietas Pada Caregiver di

Wilayah Kerja Puskesmas Sihepeng Mandailing Natal Tahun 2021”, maka

saya bersedia menjadi reponden penelitian dan berjanji untuk memberikan

informasi dengan sebenar-benarnya dan sesuai dengan pengetahuan yang saya

miliki.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa

paksaan dari pihak manapun.

Padangsidimpuan, 2021

Yang memberi pernyataan,

( )
Lampiran 3
No. Responden

KUESIONER

A. Kuesioner Data Demografi

Inisial :

Usia : tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Pendidikan : Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat Perguruan Tinggi

Pekerjaan : Tidak bekerja

IRT

PNS/TNI/POLRI

Wiraswasta/Karyawan swasta

Buruh/tani/nelayan/peternak, dll
Lampiran 4
KUESIONER TINGKAT KECEMASAN PADA CAREGIVER

Kuesioner tingkat kecemasan caregiver pada penelitian ini diukur dengan

menggunakan “Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS)” yang dikutip dari

Nursalam (2013) untuk menilai tingkat ansietas caregiver penderita stroke.

Petunjuk Pengisian:

Pada tiap – tiap nomor, berilah tanda “√” pada kotak sebelah kiri sesuai

dengan tanda atau gejala yang dirasakan setelah pemberian discharge planning.

Pilihan boleh satu atau lebih dari satu, sesuai dengan gejala yang dirasakan

responden.

Adapun cara penilaiannya adalah setiap item yang diobservasi diberi 4

tingkat skor, yaitu antara 1 sampai dengan 4, dengan kategori sebagai berikut :

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang (separuh dari gejala yang ada)

3 = Berat (lebih dari ½ gejala yang ada)

4 = Sangat berat (semua gejala ada)

Penentuan derajat kecemasan dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai

skor dan 14 item dengan hasil sebagai berikut :

< 14 : Tidak ada kecemasan

14-20 : Kecemasan ringan

21-27 : Kecemasan sedang

28-41 : Kecemasan berat


42-56 : Kecemasan sangat berat (Nursalam, 2013).

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil

8 Gejala Somatik (Sensorik)


- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Skor total =
Lampiran 5
KUESIONER
PERUBAHAN KEPRIBADIAN PASIEN STROKE

Kuesioner perubahan kepribadian yang berisi tentang 30 item pernyataan

yang menunjukkan perubahan postitif dan negatif yang diadopsi dari penelitian

Stone, et al (2005) yang berjudul “Personality Change After Stroke: Some

Preliminary Observations”.

Petunjuk Pengisian:

Pada tiap-tiap item berilah tanda “√” pada kotak sebelah kiri, sesuai dengan

perubahan pasien yang dirasakan oleh caregiver. Perubahan kepribadian dibagi

menjadi 2 bagian yaitu positif dan negatif. Perubahan kepribadian positif terdiri

dari 18 item dan perubahan kepribadian negatif terdiri dari 12 item. Pernyataan

sikap positif yang dijawab ‘ya’ diberi nilai 1 sedangkan ‘tidak’ diberi nilai 0,

sedangkan untuk pernyataan sikap negatif adalah kebalikannya yaitu yang

mengisi ‘ya’ diberi nilai 0 dan yang ‘tidak’ diberi nilai 1. Dengan interpretasi hasil

• Total skor 0-15 : Negatif

• Total skor 16-30 : Positif

No. Karakteristik Perubahan Kepribadian Ya Tidak


Perubahan kepribadian “positif”
1 Sabar
2 Mampu
3 Aktif
4 Terkendali
5 Mandiri
6 Penuh semangat
7 Percaya diri
8 Mudah bergaul
9 Stabil
10 Normal
11 Antusias
12 Penuh Harapan
13 Kooperatif
14 Peduli
15 Menarik
16 Merendah
17 Ramah
18 Penampilan rapi
Perubahan Kepribadian “negatif”
19 Bosan
20 Tidak bahagia
21 Khawatir
22 Frustasi
23 Tidak puas
24 Pemarah
25 Keterlaluan
26 Cepat marah
27 Agresif
28 Suka menyendiri
29 Tak berguna
30 Tak berharga
Lampiran 6
MASTER TABEL
Jenis Perubahan Ansietas
No Inisia Umu Pendidika Pekerjaa
Kelami Kepribadia Caregive
. l r n n
n n (Skor) r (Skor)
Perguruan
1. Ny.R 29 2 1 20 9
Tinggi
Tidak tamat
2. Tn.A 51 1 4 14 12
SD
3. Tn.A 21 1 SMA 1 22 5
Perguruan
4. Ny.R 62 2 2 24 8
Tinggi
5. Ny.D 56 1 SD 4 13 15
Perguruan
6. Ny.R 29 2 3 22 13
Tinggi
7. Ny.R 52 2 SMA 1 18 13
Tidak tamat
8. Ny.N 80 2
SD
1 20 16
9. Ny.N 49 2 SD 4 19 14
Perguruan
10. Ny.I 36 2
Tinggi
1 19 15
11. Ny.N 54 2 SD 1 22 15
12. Tn.A 23 1 SMA 1 20 18
Tidak tamat
13. Ny.M 67 2 1 15 23
SD
14. Ny.N 70 2 SD 4 21 21
15. Ny.I 42 2 SD 4 26 5
16. Tn.I 42 1 SMA 3 7 20
17. Ny.C. 40 2 SMA 4 22 10
18. Tn.R 28 1 SMA 4 23 5
19. Ny.H 53 2 SD 4 8 23
20. Ny. A 20 2 SMA 1 25 4
21. Ny. R 40 2 SD 4 15 15
Perguruan
22. Tn. R 52 1 2 12 22
Tinggi
23. NY.P 45 2 SMA 4 9 25
24. Tn. R 38 1 SMA 3 18 12
25. Ny. L 55 2 SD 4 20 13
26. Ny. A 49 2 SMP 4 11 19
27. Tn. A 26 1 SMA 3 23 9
28. Ny. G 41 2 SMP 4 12 24
Perguruan
29. Ny. N 57 2 2 25 8
Tinggi
Keterangan :

Jenis Kelamin :
1 = Laki-laki
2 = Perempuan

Pekerjaan : Perubahan Kepribadian PasienStroke :


1 = Tidak bekerja 1 = Perubahan Negatif (Skor 0-15)
2 = PNS/TNI/POLRI 2 = Perubahan Positif (Skor 16-30)
3 = Wiraswasta/karyawan swasta
4 = Buruh/tani/nelayan/peternak,dll

Kecemasan Caregiver :
1 = Tidak ada kecemasan (Skor <14)
2 = Kecemasan ringan (Skor 14-20)
3 = Kecemasan sedang (Skor 21-27)
4 = Kecemasan berat (Skor 28-41)
5 = Kecemasan sangat berat (Skor 42-56)
Lampiran 7
HASIL UJI SPSS
Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

17-25 3 10.3 10.3 10.3

26-35 4 13.9 13.9 24.2

36-45 8 27.6 27.6 51.8

Valid 46-55 8 27.6 27.6 79.4

56-65 3 10.3 10.3 89.7

>65 3 10.3 10.3 100.0

Total 29 100.0 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

laki-laki 9 31,0 31,0 31,0

Valid perempuan 20 69,0 69,0 100,0

Total 29 100,0 100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak tamat SD 3 10,3 10,3 10,3

SD 8 27,6 27,6 37,9

SMP 2 6,9 6,9 44,8


Valid
SMA 10 34,5 34,5 79,3

Perguruan Tinggi 6 20,7 20,7 100,0

Total 29 100,0 100,0


Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak bekerja 9 31,1 31,1 31,1

PNS/TNI/POLRI 3 10,3 10,3 41,4

Wiraswasta/Karyawan 4 13,8 13,8 55,2


Valid Swasta

Buruh/tani/nelayan/peternak, 13 44,8 44,8 100,0


dll

Total 29 100,0 100,0

Perubahan Kepriadian Pasien Stroke

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Negatif 10 34,5 34,5 34,5

Valid Positif 19 65,5 65,5 100,0

Total 29 100,0 100,0

Tingkat Ansietas Caregiver

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak ada kecemasan 14 48,3 48,3 48,3

Kecemasan ringan 9 31,0 31,0 79,3

Kecemasan sedang 6 20,7 20,7 100,0


Valid
Kecemasan berat 0 0,0 0,0 100,0

Kecemasan sangat berat 0 0,0 0,0 100,0

Total 29 100,0 100,0 100,0


HUBUNGAN PERUBAHAN KEPRIBADIAN PASCA STROKE
TERHADAP KECEMASAN CAREGIVER

Perubahan Kepriadian Pasien Stroke * Tingkat Ansietas Caregiver


Crosstabulation

Tingkat Kecemasan Caregiver Total


Tidak ada Kecemasa Kecemasa Kecemasan Kecemas
kecemasan n ringan n sedang berat an sangat
berat

Perub Perubah Count 1 4 5 0 0 10

ahan an Expected 4,8 3,1 2,1 0,0 0,0 10,0


Kepria Negatif Count
dian Perubah Count 13 5 1 0 0 19
Pasien an Expected 9,2 5,9 3,9 0,0 0,0 19,0
Stroke Positif Count
Count 14 9 6 0 0 29
Total Expected 14,0 9,0 6,0 0,0 0,0 29,0
Count

Uji Kolmogrov-Smirnov
Test Statisticsa

Tingkat
Kecemasan
Caregiver

Absolute ,584

Most Extreme Differences Positive ,584


Negative ,000
Kolmogorov-Smirnov Z 1,495
Asymp. Sig. (2-tailed) ,023

a. Grouping Variable: Perubahan Kepriadian Pasien Stroke


Lampiran 8

DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai