Makalah Ibadah Maliyah
Makalah Ibadah Maliyah
Makalah Ibadah Maliyah
Di Susun Oleh:
1. Nurul Arifatul Laela (G2E221001)
2. Eka Widianingsih (G2E221007)
3. Renna Firdha Marsita (G2E221014)
4. Sum Jayanti (G2E221018)
5. Supriyanti (G2E221020)
Penanggung Jawab:
Dosen Pengampu : Muhammad Arif Rahman, Lc, MA
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
hidayah dan karunianya yang tiada ternilai kepada penulis, shalawat serta salam
semoga tercurah pada Rasululloh Muhammad SAW, keluarga dan segenap sahabat–
sahabatnya, hingga akhir jaman, Amin. Banyak rintangan dan hambatan yang penulis
hadapi dalam penyusunan makalah ilmiah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan
berbagai pihak, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung Alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikannya. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan do’a, semoga Allah membalas
amal baik yang telah dilakukan umat-Nya atas sesama, Amin.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia tidak akan pernah lepas dari harta karena harta merupakan
kebutuhan bagi manusia. Manusia melakukan P4 yakni pergi pagi pulang petang,
tiada lain adalah untuk mendapatkan harta. Dengan harta, manusia bisa memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya primer, sekunder atau tertier.
Selain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, dengan harta manusia
bisa beribadah kepada Allah. Harta menjadi alat bagi seseorang untuk
mengabdikan dirinya kepada Allah. Ibadah dengan harta ini lazim disebut ‘ibadah
maliyah.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ibadah Maliyah
2. Macam-macam Ibadah Maliyah
3. Urgensi Ibadah Maliyah
4. Hikmah Menjalankan Ibadah Maliyah
5. Makna Spiritual Ibadah Maliyah Bagi Kehidupan Sosial
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian ibadah maliyah.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam ibadah maliyah.
3. Untuk mengetahui apa urgensi ibadah maliyah.
4. Untuk mengetahui hikmah menjalankan ibadah maliyah.
5. Untuk mengetahui makna spiritual ibadah maliyah bagi kehidupan sosial.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
meninggalkannya mendapat punishment. Mengamalkan yang sunah memperoleh
reward tetapi meninggalkannya tidak diberi punishment.
2. Infaq
Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti telah lewat, berlalu, habis,
mengeluarkan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja.
3
Menurut istilah, infaq adalah:
ت َ ت َو ْال ُم َب
ِ احا ِ اعا َّ ْب فِي
َ الط َّ ال
ِ الط ِّي ِ إِ ْخ َرا ُج ْال َم
“Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal yang
dibolehkan”
3. Shadaqah
Ibadah harta pada umumnya disebut shadaqah. Shadaqah yang wajib
dan ditentukan standar pelaksanaannya disebut zakat. Shadaqah yang wajib
tapi tidak ditentukan standar pelaksanaannya disebut infaq. Adapun shadaqah
yang sunat disebut dengan kata shadaqah itu sendiri.
Shadaqah berasal dari kata ash-shidqu yang berarti benar, jujur.
Falsafahnya, shadaqah merupakan bukti bahwa seseorang memiliki keyakinan
(aqidah) yang benar, jalan hidup (syariah) yang benar dan perilaku (akhlak)
yang benar. Selain itu, shadaqah merupakan manifestasi kejujuran seseorang
dalam kepemilikan harta.
Menurut istilah, shadaqah adalah:
هللا َت َعالَى ِ َُّما ُتعْ َطى َعلَى َوجْ ِه ال َّت َقر
ِ ب إِلَى
“Sesuatu yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala”.
Jika zakat dan infaq sudah ditentukan jenisnya seperti uang, emas,
perak, perdagangan, hewan ternak dan lain-lain, maka shadaqah tidak
demikian. Shadaqah boleh dengan barang-barang bisa juga dengan tenaga,
fikiran dan lainnya. Bahkan, wajah sumringah dan senyuman pun bisa bernilai
shadaqah.
4
Wajah Sumringah itu Shadaqah
Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda :
َ الَ َتحْ ق َِرنَّ م َِن ْال َمعْ ر ُْوفِ َش ْي ًئا َولَ ْو اَنْ َت ْل َقى أَ َخا
ك ِب َوجْ ٍه َط ْل ٍق
“Janganlah kamu menyepelekan kebaikan sedikitpun walaupun kamu bertemu
saudaramu dengan wajah sumringah” (H.R. Muslim).
4. Fidyah
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai tebusan
(pengganti) nya, baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga berarti
kewajiban manusia mengeluarkan sejumlah harta untuk menutupi ibadah yang
ditinggalkannya. Fidyah shaum wajib dilakukan oleh seseorang yang tak
sanggup karena kepayahan dalam melakukan shaum fardhu khususnya di
bulan Ramadhan, sebagai salah satu bentuk rukhsah (dispensasi) yang
diberikan Allah kepada mereka. Karena Allah SWT.tidak membebani hamba-
hamba-Nya melainkan sesuai dengan kemampuannya.
Selain itu juga Allah tidak pernah menjadikan syari’at yang diturunkan-
Nya menyulitkan hamba-hamba-Nya. Landasan normatif yang dititahkan Allah
SWT mengenai hal ini adalah firman-Nya dalam Al Qur’andan wajib bagi orang-
orang yang berat melakukan shaum (jika mereka tidak shaum) memberi fidyah,
yaitu dengan memberi makan satu orang miskin. (Q.S. Al Baqarah(2) :184).
Hukum fidyah, sebagaimana firman Allah SWT.di atas adalah wajib, apabila :
a. Tidak mampu melakukan shaum, seperti karena lanjut usia.
b. Orang sakit permanen yang kesembuhannya sangat sulit.
c. Perempuan hamil atau perempuan yang sedang menyusui (yang
bersangkutan boleh memilih antara qadha shaum atau fidyah).
d. Jumlah fidyah adalah sejumlah makanan yang dikonsumnsi yang
bersangkut pada bulan Ramadhan. Setiap hari tidak puasa diganti dengan
fidyah makan sehari untuk seorang miskin.
5
5. Kifarat
Kifarat diartikan sebagai denda yang wajib ditunaikan seseorang
disebabkan oleh suatu perbuatan dosa. Kifarat sumpah (bersumpah palsu),
salah satu caranya adalah dengan memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu
dari makanan yang biasa diberikan kepada keluarga sendiri atau memberi
pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Dalam
hadits riwayat Muslim, juga diterangkan bahwa kifarat nadzar yang tidak dapat
dilakukan sama dengan kifarat sumpah.
Kifarat shaum (sebagai akibat melakukan pelanggaran shaum,
melakukan jima’ atau persetubuhan pada siang hari bulan Ramadhan bagi
mereka yang wajib melakukan shaum Ramadhan), selain bisa dengan
memerdekakan hamba sahaya, bisa juga dengan melakukan shaum selama
dua bulan berturut-turut, tertapi juga bisa dengan memberi makan kepada
enam puluh orang fakir miskin.
Kifarat zhihar (mengharamkan istri dengan mempersamakannya
dengan ibu sendiri), adalah dengan memberikan makan enam puluh orang
miskin, selain itu bisa juga dengan memerdekakan hamba sahaya atau
melakukan shaum selama dua bulan berturut-turut. Pelaksanaan atau
pemenuhan kifarat zhihar diwajibkan kepada suami sebelum kembali
(melakukan senggama) lagi kepada istrinya.
Kifarat membunuh (tak sengaja) adalah dengan memerdekakan hamba
sahaya atau diganti dengan puasa enam puluh hari bertutur-turut atau dengan
memberi makan enam puluh fakir miskin ditambah dengan kewajiban
membayar diyat, semacam uang duka kepada keluarga yang
terbunuh.Pemberian diyat (pembayaran sejumlah harta kepada keluarga
korban) ditetapkan sesuai dengan kesepakatan, karena sesuatu tindakan
menghilangkan nyawa sesesorang dengan tidak sengaja, juga sebagai tebusan
bila ada maaf dari pihak keluarga terbunuh. Untuk pembayaran diyat, tidak
terikat dengan ketentuan mesti konsumtif, mungkin saja bersifat produktif dan
monumental.
6. Kurban/Udhiyyah
Udhiyyah adalah menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya
Qurban (Idul Adha) atau Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah)dengan niat
taqarub atau qurban (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Udhiyyah (qurban)
6
sebenarnya sudah menjadi syari’at para Nabi dan Rasul Allah.Setiap Nabi
melakukan ibadah qurban.Putra Nabi Adam as (Qabil dan Habil) juga pernah
melakukan ibadah qurban.
Yang diabadikan secara khusus adalah qurban yang menjadi syari’at
Allah SWT yang dibawa Nabi Ibarahim as.Kemudian syari’at itu dilestarikan
menjadi syari’at Nabi Muhammad saw.atas legitimasi dan perintah Allah SWT
yang diabadikan-Nya dalam al Qur’an surat Al Kautsar, (108) :2.
Syarat-syarat berqurban/udhiyyah :
a. Waktu pelaksanaan qurban/udhiyyah pada Hari raya Adha/Qurban (10
Dzulhijjah) setelah shalat sunnat Idul Adha dan Hari Tasyriq (11,12 dan 13
Dzulhijjah).
b. Binatang qurban ialah unta, sapi atau kerbau, kambing, biri-biri atau domba.
Binatang-binatang tersebut hendaknya :
1) Tidak cacat (cacat mata, sakit, pincang, kurus dan tak berdaya,
rusak/pecah sebelah tanduknya atau telinganya).
2) Bulu binatang (kambing) lebih disukai yang berwarna putih mulus atau
bulu mulutnya, bulu kakinya dan bulu di sekitar matanya berwarna
hitam.
3) Sudah berumur satu tahun. Bila kesulitan mendapatkan binatang
berumur satu tahun boleh kambing jadza’ah (berumur sekitar 9-11
bulan, tetapi gemuk, sehat tanpa cacat).
4) Dilakukan sendiri setelah usai melaksanakan shalat sunat Idul Adha.
5) Satu ekor kambing berlaku untuk satu orang atau satu keluarga.
6) Satu ekor unta atau sapi atau kerbau berlaku bagi 7 orang.
7. Aqiqah
Aqiqah adalah binatang (kambing atau domba)yang disembelih dalam
rangka menyambut anak yang baru dilahirkan. Aqiqah dilaksanakan pada saat
bayi berumur 7 hari, sekaligus dicukur habis rambutnya (digunduli kepalanya)
dan disyi’arkan namanya. Apabila pada hari ke-7 tidak bisa dilaksanakan
aqiqah, boleh diundurkan sampai hari ke-14 atau hari ke-21. Pelaksanaan
aqiqah setelah waktu tersebut menjadi ihtilaf para ulama. Ada yang
berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan, akan tetapi ada pendapat lain
yang menyatakan tidak usah dilaksanakan, lebih baik berkurban saja pada
tanggal 10 Dzulhijjah atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah).
7
8. Al-Hadyu
Al-Hadyu adalah melakukan penyembelihan binatang ternak (domba)
sebagai pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan atau sebagai denda
karena melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya dalam prosesi
ibadah umrah atau haji atau bagi mereka yang memiliki kemampuan
melakukannya atau bagi mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran
terhadap larangan-larangan tertentu dalam ibadah haji.
Al-Hadyu juga bisa mencakup segala bentuk penyembelihan binatang
yang dilakukan di Tanah Haram, baik sebagai pemenuhan dam, maupun
karena hal-hal lainnya seperti nadzar atau qurban.Bagi mereka yang
melakukan Haji Tamattu (mendahulukan umrah sebelum haji) atau haji Qiran
(melaksanakan haji dan umrah secara bersama-sama) wajib melakukan
alhadyu. Kalau tidak melakukan alhadyu, maka wajib berpuasa 10 hari, yang
pelaksanaan puasanya 3 hari di tanah Suci dan 7 hari di luar tanah suci.
9. Dam
Dam adalah menyembelih binatang tertentu sebagai sanksi terhadap
pelanggaran atau karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam
rangka pelaksanaan ibadah haji dan umrah atau karena mendahulukan umrah
daripada haji (haji tamattu) atau karena melakukan haji dan umrah secara
bersamaan (haji qiran). Dam juga diidentikkan dengan alhadyu, sekalipun tidak
selalu sama.
Dalam suatu hal alhadyu bisa lebih umum daripada dam dan dalam hal
lain dam bisa lebih umum daripada alhadyu. Dam dilakukan bukan untuk
membuat sesuatu yang rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang menjadi
lengkap.Dam dilakukan sebagai salah satu bentuk ketaatan kepada Allah
SWT.sekaligus juga sebagai salah satu bentuk penghapusan atau kifarat atas
pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah atau umrah.
8
3. Memilikifungsi sosial, dengan memberikan zakat kepada fakir miskin bisa
menjaga keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidakadilan
sosial. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya)
kepada yang tidak memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan antara orang
miskin dan orang kaya, karena kalau telah terjadi keterpaduan diantara
keduanya, mudah-mudahanan bisa mengantisipasi dan akan mengikis segala
bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat kesenjangan dan
ketidakadilan sosial.
Dalam Al-Qur'anul karim, zakat dan shalat banyak sekali dijadikan dalam
satu ayat. Jadi, artinya digandengkan. Ini menunjukkan bahwa urgensi zakatsama
dengan urgensi shalat. Abu Bakar Shiddiq yang biasanya kebijakan-kebijakannya
selalu lunak, pada saat ada kasus sejumlah umat Islam yang rajin shalat tetapi
tidak mau membayar zakat, beliau spontan melakukan sebuah sikap yang sangat
keras dengan sumpah, "Demi Allah.Saksikan oleh kalian.Demi Allah, saya akan
berperang dengan orang-orang yang sudah rajin shalat, tetapi tidak mau
membayar zakat." Mungkin karena kebijakan ini dan sikap Abu Bakar yang begitu
tegas, mereka segera membayar zakat.Perintah itu ditujukan kepada para
penguasa Muslim untuk turut campur, supaya memerintahkan kepada umat Islam
yang wajibmengeluarkan zakat. Allah SWT. berfirman dalam sebuah hadits
qudsi"Anfiq, unfiq." (Infakkan hartamu !Keluarkanzakatmu!Allah yang akan
menggantinya).Barangsiapa yang membuka keran rezeki untuk kepentingan
agama dan kemanusiaan. Allah akan membuka keran rezeki yang lebih besar.
Nabi SAW. menyatakan, tidak akan berkurang harta karena sedekah dan zakat,
dijamin tidak akan ada orang menjadi sengsara gara-gara infak dan zakat, tidak
akan ada orang menjadi menderita gara-gara infak dan zakat. Barangsiapa yang
memberikan infak, zakat atau sedekah kepada orang yang memerlukannya, berarti
dia telah menghutangkan sesuatu kepada Allah.Allah yang bertanggung jawab
untukmembayarnya.
9
harta itu menjadi bersih dari hak-hak orang lain yang dititipkan oleh Allah
kepada orang kaya.
2. Bisa membersihkan hati dari penyakit tamak, rakus, kikir, dan penyakit-penyakit
hati lainnya. Jadi, zakat memiliki satu kekuatan transformatif
dalammenyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati.
3. Memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidakadilan sosial.
4. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada orang
miskin sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya.
5. Mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan, kecemburuan dan ketidakadilan sosial.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
11
Ada dua hukum di dalam ibadah maliyah, yaitu wajib dan sunah. Wajib,
yaitu sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan disanksi jika
meninggalkannya. Sedangkan sunah, yaitu sesuatu yang diganjar jika
mengamalkannya dan tidak disanksi jika meninggalkannya. Akan tetapi, alangkah
lebih baiknya jika kita mengamalkannya.
12