Makalah Ibadah Maliyah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP IBADAH MALIYAH

Di Susun Oleh:
1. Nurul Arifatul Laela (G2E221001)
2. Eka Widianingsih (G2E221007)
3. Renna Firdha Marsita (G2E221014)
4. Sum Jayanti (G2E221018)
5. Supriyanti (G2E221020)

Penanggung Jawab:
Dosen Pengampu : Muhammad Arif Rahman, Lc, MA

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN LINTAS JALUR


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
hidayah dan karunianya yang tiada ternilai kepada penulis, shalawat serta salam
semoga tercurah pada Rasululloh Muhammad SAW, keluarga dan segenap sahabat–
sahabatnya, hingga akhir jaman, Amin. Banyak rintangan dan hambatan yang penulis
hadapi dalam penyusunan makalah ilmiah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan
berbagai pihak, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung Alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikannya. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan do’a, semoga Allah membalas
amal baik yang telah dilakukan umat-Nya atas sesama, Amin.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………..…i


KATA PENGANTAR …………………………………………………………ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………..1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………….1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………...1
C. Tujuan ……………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………2
A. Pengertian Ibadah Maliyah……………………………………………...2
B. Macam-macam Ibadah Maliyah ………………………………...……...3
C. Urgensi Ibadah Maliyah …………………………………………………8
D. Hikmah Ibadah Maliyah …………………………………………………9
E. Makna Spritual Ibadah Maliah Bagi Kehidupan Sosial …………….10
BAB III PENUTUP …………………………………………………………..11
A. Kesimpulan ……………………………………………………………11
B. Saran ………………………………………………………………..…..11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia tidak akan pernah lepas dari harta karena harta merupakan
kebutuhan bagi manusia. Manusia melakukan P4 yakni pergi pagi pulang petang,
tiada lain adalah untuk mendapatkan harta. Dengan harta, manusia bisa memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya primer, sekunder atau tertier.
Selain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, dengan harta manusia
bisa beribadah kepada Allah. Harta menjadi alat bagi seseorang untuk
mengabdikan dirinya kepada Allah. Ibadah dengan harta ini lazim disebut ‘ibadah
maliyah.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ibadah Maliyah
2. Macam-macam Ibadah Maliyah
3. Urgensi Ibadah Maliyah
4. Hikmah Menjalankan Ibadah Maliyah
5. Makna Spiritual Ibadah Maliyah Bagi Kehidupan Sosial

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian ibadah maliyah.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam ibadah maliyah.
3. Untuk mengetahui apa urgensi ibadah maliyah.
4. Untuk mengetahui hikmah menjalankan ibadah maliyah.
5. Untuk mengetahui makna spiritual ibadah maliyah bagi kehidupan sosial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah Maliyah


Ibadah maliyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak dilakukan
dengan sarana harta benda atau ibadah yang diwujudkan dalam bentuk pemberian
harta atau terkait dengan harta yaitu menggunakan harta yang Allah karuniakan
untuk apa-apa yang Allah cintai dan ridhai seperti zakat, infaq, shadaqah dan lain-
lain.
Ibadah harta (ibadah maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan
berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang
dikenal dengan Amal Jariyah. Harta yang dititipkan kepada manusia harus
dijadikan sebagai bekal kepada Allah SWT. Banyak harta, harus mendorong
seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya. Harta yang dijadikan
sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaat dan akan
membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan. Dan
kewajiban bersyukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara
menggunakan harta tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT.
Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah tidak hanya diwujudkan dalam bentuk
ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta. Ibadah
dengan harta termasuk bagian penting dalam syari’at Islam.
Hanya ada dua hukum dalam ibadah maliyah ini, yaitu wajib dan sunah.
Menurut para ulama, wajib adalah:
Mُ ‫َما ُي َثابُ َعلَى فِعْ لِ ِه َو ُي َعا َق‬
‫ب َعلَى َترْ ِك ِه‬
“Sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan disanksi jika meninggalkannya”

Sedangkan sunah adalah:


Mُ ‫َما ُي َثابُ َعلَى فِعْ لِ ِه َو الَ ي َُعا َق‬
‫ب َعلَى َترْ ِك ِه‬
“Sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan tidak disanksi jika
meninggalkannya”

Letak perbedaan kedua hukum tersebut adalah adanya reward (pahala)


dan punishment (adzab). Mengamalkan yang wajib mendapat reward dan

2
meninggalkannya mendapat punishment. Mengamalkan yang sunah memperoleh
reward tetapi meninggalkannya tidak diberi punishment.

B. Macam-macam Ibadah Maliyah


1. Zakat
Zakat menurut istilah bahasa artinya tumbuh, berkat atau kebaikan.
Menurut istilah (ahli fiqih) artinya kadar harta tertentu yang harus diberikan
kepada kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai syarat. Zakat adalah
salah satu rukun Islam yang lima. Hukumnya fardhu ‘ain (wajib) atas tiap-tiap
orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan pada tahun kedua
Hijriyah. Kata zakat merupakan isim mashdar dari kata zakaa yang berarti
berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan menurut istilah para ulama, zakat
adalah:
ٍ ‫ص َو َبعْ ضِ َها فِى أَ ْو َقا‬
‫ت‬ ٍ ‫ص ِب َوضْ ٍع َم ْخص ُْو‬
ٍ ‫ال َم ْخص ُْو‬ ٍ ‫إِعْ َطا ُء ج ُْز ٍء َم ْخص ُْو‬
ٍ ‫ص مِنْ َم‬
َ ‫َم ْخص ُْو‬
‫ص ٍة لِمُسْ َت ِح ِّق ِه‬
“Memberikan sebagian yang khusus, dari harta yang khusus, dengan ketentuan
yang khusus, dan sebagiannya disalurkan pada waktu yang khusus, untuk yang
berhak menerimanya”.

Sebagaimana definisi tersebut, ada 5 unsur utama dalam zakat, yaitu:


a) Sebagian harta, tidak seluruhnya.
b) Harta yang dizakati adalah harta yang khusus (telah ditentukan), misalnya
harta perdagangan (tijarah).
c) Ada ketentuan yang khusus dalam standar ukuran misalnya zakat
perdagangan adalah 2,5 % dari modal.
d) Sebagian didistribusikan pada waktu tertentu seperti halnya zakat fitrah dan
zakat emas sebagai simpanan.
e) Zakat hanya untuk mustahik yang sudah ditentukan (Q.S. at-Taubah [9]:
60).

2. Infaq
Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti telah lewat, berlalu, habis,
mengeluarkan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja.

3
Menurut istilah, infaq adalah:
‫ت‬ َ ‫ت َو ْال ُم َب‬
ِ ‫احا‬ ِ ‫اعا‬ َّ ْ‫ب فِي‬
َ ‫الط‬ َّ ‫ال‬
ِ ‫الط ِّي‬ ِ ‫إِ ْخ َرا ُج ْال َم‬
“Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal yang
dibolehkan”

Perbedaan antara infaq dengan zakat terletak pada standar ukuran,


waktu dan mustahik. Jika zakat sudah tertentu sebagaimana lima unsur utama
zakat, maka infaq tidak ditentukan standar ukuran, waktu penunaian, dan
mustahiknya tidak terpaku sebagaimana dalam Q.S. at-Taubah (9) ayat 60.

3. Shadaqah
Ibadah harta pada umumnya disebut shadaqah. Shadaqah yang wajib
dan ditentukan standar pelaksanaannya disebut zakat. Shadaqah yang wajib
tapi tidak ditentukan standar pelaksanaannya disebut infaq. Adapun shadaqah
yang sunat disebut dengan kata shadaqah itu sendiri.
Shadaqah berasal dari kata ash-shidqu yang berarti benar, jujur.
Falsafahnya, shadaqah merupakan bukti bahwa seseorang memiliki keyakinan
(aqidah) yang benar, jalan hidup (syariah) yang benar dan perilaku (akhlak)
yang benar. Selain itu, shadaqah merupakan manifestasi kejujuran seseorang
dalam kepemilikan harta.
Menurut istilah, shadaqah adalah:
‫هللا َت َعالَى‬ ِ ُّ‫َما ُتعْ َطى َعلَى َوجْ ِه ال َّت َقر‬
ِ ‫ب إِلَى‬
“Sesuatu yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala”.

Jika zakat dan infaq sudah ditentukan jenisnya seperti uang, emas,
perak, perdagangan, hewan ternak dan lain-lain, maka shadaqah tidak
demikian. Shadaqah boleh dengan barang-barang bisa juga dengan tenaga,
fikiran dan lainnya. Bahkan, wajah sumringah dan senyuman pun bisa bernilai
shadaqah.

Seluruh Kebaikan itu Shadaqah


Rasulullah saw. Bersabda :
‫صدَ َق ٌة‬
َ ٍ‫ُك ُّل َمعْ ر ُْوف‬
“Setiap kebaikan itu bernilai shadaqah” (H.R. Bukhari)

4
Wajah Sumringah itu Shadaqah
Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda :
َ ‫الَ َتحْ ق َِرنَّ م َِن ْال َمعْ ر ُْوفِ َش ْي ًئا َولَ ْو اَنْ َت ْل َقى أَ َخا‬
‫ك ِب َوجْ ٍه َط ْل ٍق‬
“Janganlah kamu menyepelekan kebaikan sedikitpun walaupun kamu bertemu
saudaramu dengan wajah sumringah” (H.R. Muslim).

Senyum itu Shadaqah


‫صدَ َق ٌة‬ َ ‫ُك فِى َوجْ ِه أَ ِخي‬
َ َ‫ْك ل‬
َ ‫ك‬ َ ‫َت َب ُّسم‬

“Senyumanmu terhadap wajah saudaramu bernilai shadaqah untukmu” (H.R.


Ibnu Hibban).

4. Fidyah
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai tebusan
(pengganti) nya, baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga berarti
kewajiban manusia mengeluarkan sejumlah harta untuk menutupi ibadah yang
ditinggalkannya. Fidyah shaum wajib dilakukan oleh seseorang yang tak
sanggup karena kepayahan dalam melakukan shaum fardhu khususnya di
bulan Ramadhan, sebagai salah satu bentuk rukhsah (dispensasi) yang
diberikan Allah kepada mereka. Karena Allah SWT.tidak membebani hamba-
hamba-Nya melainkan sesuai dengan kemampuannya.
Selain itu juga Allah tidak pernah menjadikan syari’at yang diturunkan-
Nya menyulitkan hamba-hamba-Nya. Landasan normatif yang dititahkan Allah
SWT mengenai hal ini adalah firman-Nya dalam Al Qur’andan wajib bagi orang-
orang yang berat melakukan shaum (jika mereka tidak shaum) memberi fidyah,
yaitu dengan memberi makan satu orang miskin. (Q.S. Al Baqarah(2) :184).
Hukum fidyah, sebagaimana firman Allah SWT.di atas adalah wajib, apabila :
a. Tidak mampu melakukan shaum, seperti karena lanjut usia.
b. Orang sakit permanen yang kesembuhannya sangat sulit.
c. Perempuan hamil atau perempuan yang sedang menyusui (yang
bersangkutan boleh memilih antara qadha shaum atau fidyah).
d. Jumlah fidyah adalah sejumlah makanan yang dikonsumnsi yang
bersangkut pada bulan Ramadhan. Setiap hari tidak puasa diganti dengan
fidyah makan sehari untuk seorang miskin.

5
5. Kifarat
Kifarat diartikan sebagai denda yang wajib ditunaikan seseorang
disebabkan oleh suatu perbuatan dosa. Kifarat sumpah (bersumpah palsu),
salah satu caranya adalah dengan memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu
dari makanan yang biasa diberikan kepada keluarga sendiri atau memberi
pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Dalam
hadits riwayat Muslim, juga diterangkan bahwa kifarat nadzar yang tidak dapat
dilakukan sama dengan kifarat sumpah.
Kifarat shaum (sebagai akibat melakukan pelanggaran shaum,
melakukan jima’ atau persetubuhan pada siang hari bulan Ramadhan bagi
mereka yang wajib melakukan shaum Ramadhan), selain bisa dengan
memerdekakan hamba sahaya, bisa juga dengan melakukan shaum selama
dua bulan berturut-turut, tertapi juga bisa dengan memberi makan kepada
enam puluh orang fakir miskin.
Kifarat zhihar (mengharamkan istri dengan mempersamakannya
dengan ibu sendiri), adalah dengan memberikan makan enam puluh orang
miskin, selain itu bisa juga dengan memerdekakan hamba sahaya atau
melakukan shaum selama dua bulan berturut-turut. Pelaksanaan atau
pemenuhan kifarat zhihar diwajibkan kepada suami sebelum kembali
(melakukan senggama) lagi kepada istrinya.
Kifarat membunuh (tak sengaja) adalah dengan memerdekakan hamba
sahaya atau diganti dengan puasa enam puluh hari bertutur-turut atau dengan
memberi makan enam puluh fakir miskin ditambah dengan kewajiban
membayar diyat, semacam uang duka kepada keluarga yang
terbunuh.Pemberian diyat (pembayaran sejumlah harta kepada keluarga
korban) ditetapkan sesuai dengan kesepakatan, karena sesuatu tindakan
menghilangkan nyawa sesesorang dengan tidak sengaja, juga sebagai tebusan
bila ada maaf dari pihak keluarga terbunuh. Untuk pembayaran diyat, tidak
terikat dengan ketentuan mesti konsumtif, mungkin saja bersifat produktif dan
monumental.

6. Kurban/Udhiyyah
Udhiyyah adalah menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya
Qurban (Idul Adha) atau Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah)dengan niat
taqarub atau qurban (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Udhiyyah (qurban)

6
sebenarnya sudah menjadi syari’at para Nabi dan Rasul Allah.Setiap Nabi
melakukan ibadah qurban.Putra Nabi Adam as (Qabil dan Habil) juga pernah
melakukan ibadah qurban.
Yang diabadikan secara khusus adalah qurban yang menjadi syari’at
Allah SWT yang dibawa Nabi Ibarahim as.Kemudian syari’at itu dilestarikan
menjadi syari’at Nabi Muhammad saw.atas legitimasi dan perintah Allah SWT
yang diabadikan-Nya dalam al Qur’an surat Al Kautsar, (108) :2.
Syarat-syarat berqurban/udhiyyah :
a. Waktu pelaksanaan qurban/udhiyyah pada Hari raya Adha/Qurban (10
Dzulhijjah) setelah shalat sunnat Idul Adha dan Hari Tasyriq (11,12 dan 13
Dzulhijjah).
b. Binatang qurban ialah unta, sapi atau kerbau, kambing, biri-biri atau domba.
Binatang-binatang tersebut hendaknya :
1) Tidak cacat (cacat mata, sakit, pincang, kurus dan tak berdaya,
rusak/pecah sebelah tanduknya atau telinganya).
2) Bulu binatang (kambing) lebih disukai yang berwarna putih mulus atau
bulu mulutnya, bulu kakinya dan bulu di sekitar matanya berwarna
hitam.
3) Sudah berumur satu tahun. Bila kesulitan mendapatkan binatang
berumur satu tahun boleh kambing jadza’ah (berumur sekitar 9-11
bulan, tetapi gemuk, sehat tanpa cacat).
4) Dilakukan sendiri setelah usai melaksanakan shalat sunat Idul Adha.
5) Satu ekor kambing berlaku untuk satu orang atau satu keluarga.
6) Satu ekor unta atau sapi atau kerbau berlaku bagi 7 orang.

7. Aqiqah
Aqiqah adalah binatang (kambing atau domba)yang disembelih dalam
rangka menyambut anak yang baru dilahirkan. Aqiqah dilaksanakan pada saat
bayi berumur 7 hari, sekaligus dicukur habis rambutnya (digunduli kepalanya)
dan disyi’arkan namanya. Apabila pada hari ke-7 tidak bisa dilaksanakan
aqiqah, boleh diundurkan sampai hari ke-14 atau hari ke-21. Pelaksanaan
aqiqah setelah waktu tersebut menjadi ihtilaf para ulama. Ada yang
berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan, akan tetapi ada pendapat lain
yang menyatakan tidak usah dilaksanakan, lebih baik berkurban saja pada
tanggal 10 Dzulhijjah atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah).

7
8. Al-Hadyu
Al-Hadyu adalah melakukan penyembelihan binatang ternak (domba)
sebagai pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan atau sebagai denda
karena melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya dalam prosesi
ibadah umrah atau haji atau bagi mereka yang memiliki kemampuan
melakukannya atau bagi mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran
terhadap larangan-larangan tertentu dalam ibadah haji.
Al-Hadyu juga bisa mencakup segala bentuk penyembelihan binatang
yang dilakukan di Tanah Haram, baik sebagai pemenuhan dam, maupun
karena hal-hal lainnya seperti nadzar atau qurban.Bagi mereka yang
melakukan Haji Tamattu (mendahulukan umrah sebelum haji) atau haji Qiran
(melaksanakan haji dan umrah secara bersama-sama) wajib melakukan
alhadyu. Kalau tidak melakukan alhadyu, maka wajib berpuasa 10 hari, yang
pelaksanaan puasanya 3 hari di tanah Suci dan 7 hari di luar tanah suci.

9. Dam
Dam adalah menyembelih binatang tertentu sebagai sanksi terhadap
pelanggaran atau karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam
rangka pelaksanaan ibadah haji dan umrah atau karena mendahulukan umrah
daripada haji (haji tamattu) atau karena melakukan haji dan umrah secara
bersamaan (haji qiran). Dam juga diidentikkan dengan alhadyu, sekalipun tidak
selalu sama.
Dalam suatu hal alhadyu bisa lebih umum daripada dam dan dalam hal
lain dam bisa lebih umum daripada alhadyu. Dam dilakukan bukan untuk
membuat sesuatu yang rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang menjadi
lengkap.Dam dilakukan sebagai salah satu bentuk ketaatan kepada Allah
SWT.sekaligus juga sebagai salah satu bentuk penghapusan atau kifarat atas
pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah atau umrah.

C. Urgensi Ibadah Maliyah


Ibadah maliyah sangat penting dilihat dari berbagai segi, antara lain:
1. Membersihkan harta dari kotoran kebakhilan, keserakahan, kekejaman dan
kezaliman terhadap kaum fakir miskin.
2. Berfungsi ekonomi, membantu makanan bagi yang miskin atau memerlukan.

8
3. Memilikifungsi sosial, dengan memberikan zakat kepada fakir miskin bisa
menjaga keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidakadilan
sosial. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya)
kepada yang tidak memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan antara orang
miskin dan orang kaya, karena kalau telah terjadi keterpaduan diantara
keduanya, mudah-mudahanan bisa mengantisipasi dan akan mengikis segala
bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat kesenjangan dan
ketidakadilan sosial.

Dalam Al-Qur'anul karim, zakat dan shalat banyak sekali dijadikan dalam
satu ayat. Jadi, artinya digandengkan. Ini menunjukkan bahwa urgensi zakatsama
dengan urgensi shalat. Abu Bakar Shiddiq yang biasanya kebijakan-kebijakannya
selalu lunak, pada saat ada kasus sejumlah umat Islam yang rajin shalat tetapi
tidak mau membayar zakat, beliau spontan melakukan sebuah sikap yang sangat
keras dengan sumpah, "Demi Allah.Saksikan oleh kalian.Demi Allah, saya akan
berperang dengan orang-orang yang sudah rajin shalat, tetapi tidak mau
membayar zakat." Mungkin karena kebijakan ini dan sikap Abu Bakar yang begitu
tegas, mereka segera membayar zakat.Perintah itu ditujukan kepada para
penguasa Muslim untuk turut campur, supaya memerintahkan kepada umat Islam
yang wajibmengeluarkan zakat. Allah SWT. berfirman dalam sebuah hadits
qudsi"Anfiq, unfiq." (Infakkan hartamu !Keluarkanzakatmu!Allah yang akan
menggantinya).Barangsiapa yang membuka keran rezeki untuk kepentingan
agama dan kemanusiaan. Allah akan membuka keran rezeki yang lebih besar.
Nabi SAW. menyatakan, tidak akan berkurang harta karena sedekah dan zakat,
dijamin tidak akan ada orang menjadi sengsara gara-gara infak dan zakat, tidak
akan ada orang menjadi menderita gara-gara infak dan zakat. Barangsiapa yang
memberikan infak, zakat atau sedekah kepada orang yang memerlukannya, berarti
dia telah menghutangkan sesuatu kepada Allah.Allah yang bertanggung jawab
untukmembayarnya.

D. Hikmah Ibadah Maliyah


Ibadah maliyah membawa berkah baik kepada orang miskin selaku
penerima maupun orang kaya atau para agniya, diantara hikmahnya:
1. Bagi si kaya, sesuai dengan fungsinya,sebagai pembersih harta, selain juga
pembersih hati tuthohhiruhum watuzaqqiihim bihaa. Jadi, dengan berzakat,

9
harta itu menjadi bersih dari hak-hak orang lain yang dititipkan oleh Allah
kepada orang kaya.
2. Bisa membersihkan hati dari penyakit tamak, rakus, kikir, dan penyakit-penyakit
hati lainnya. Jadi, zakat memiliki satu kekuatan transformatif
dalammenyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati.
3. Memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidakadilan sosial.
4. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada orang
miskin sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya.
5. Mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan, kecemburuan dan ketidakadilan sosial.

E. Makna Spritual Ibadah Maliah Bagi Kehidupan Sosial


Harta yang dititipkan Allah kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal
beribadah kepada Allah SWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk
lebih banyak beribadah kepada-Nya.
Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang
bermanfaat dan akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang
bersangkutan. Kewajiban bersyukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan
cara menggunakan harta tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT.
Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah tidak hanya diwujudkan dalam
bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta.
Investasi amal yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan
sudah meninggal dunia adalah harta yang disumbangkan untuk amal jariah. Ibadah
maliyah atau ibadah dengan harta termasuk bagian penting dalam syari’at Islam.
Ibadah maliyah, seperti zakat, dll termasuk ibadah ijtima’i, yaitu ibadah yang
dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial kemasyarakatan.
Ibadah maliyah memiliki fungsi social, dengan memberikan zakat atau
infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga keseimbangan hidup atau
kesenjangan dan menghindari ketidakadilan sosial. Memupuk rasa kasih sayang
dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada yang tidak memiliki harta sehingga
terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya, karena kalau telah terjadi
keterpaduan diantara keduanya, mudah-mudahanan bisa mengantisipasi dan akan
mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan dan ketidakadilan sosial.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah maliyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak dilakukan


dengan sarana harta benda atau ibadah yang diwujudkan dalam bentuk pemberian
harta atau terkait dengan harta yaitu menggunakan harta yang Allah karuniakan
untuk apa-apa yang Allah cintai dan ridhai seperti zakat, infaq, shadaqah dll.
Ibadah maliyah terbagi menjadi 9, yaitu :
a. Zakat
b. Infaq
c. Shadaqah
d. Fidyah
e. Kifarat
f. Kurban/Udhiyyah
g. Aqiqah
h. Al-Hadyu
i. Dam
Ibadah maliyah merupakan ibadah yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun
yang bersangkutan sudah meninggal dunia (Amal Jariyah).

B. Saran

11
Ada dua hukum di dalam ibadah maliyah, yaitu wajib dan sunah. Wajib,
yaitu sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan disanksi jika
meninggalkannya. Sedangkan sunah, yaitu sesuatu yang diganjar jika
mengamalkannya dan tidak disanksi jika meninggalkannya. Akan tetapi, alangkah
lebih baiknya jika kita mengamalkannya.

12

Anda mungkin juga menyukai