Laporan Metode Survei Kelompok 4 PSP
Laporan Metode Survei Kelompok 4 PSP
Laporan Metode Survei Kelompok 4 PSP
Disusun Oleh :
1. Hendrik Prabowo 1906036032
2. Miftahul Haerati 1906036033
3. Musdalifah 1906036034
4. Salsabila Diana 1906036035
5. Hasbiyallah 1906036036
6. Davina Putri Maharani 1906036037
7. Greselia Sarita 1906036039
8. Luh Gita Febi Pratama 1906036040
9. Noor Olivia 1906036041
10. Dinda Qurrata Ayun 1906036042
11. Fatchul Ilmi Al Ashari 2199016061
Kelompok 4
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
I. LATAR BELAKANG
Sungai adalah tempat berkumpulnya air yang berasal dari hujan yang jatuh
di daerah tangkapannya dan mengalir dengan takarannya. Sungai tersebut
merupakan drainase alam yang mempunyai jaringan sungai dengan
penampangnya, mempunyai areal tangkapan hujan atau disebut Daerah Aliran
Sungai (DAS) (Siregar, 2004).
Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis
proses yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat
diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit
aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air
suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada.
Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur
pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian
yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air)
yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam
sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(/dt).
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan (PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai). Daerah Aliran Sungai memiliki peran yang sangat penting bagi
siklus hidrologi, kemampuannya menjaga dan menjadi tempat untuk mengalirkan
air dari hulu ke hilir sebagai sumber kehidupan menjadi jaminan yang akan
menyatukan komponen biotik dan abiotik dalam menjaga keseimbangan
lingkungan.
Apabila lahan tempat air tersimpan tersebut sudah terganggu atau
mengalami degradasi, maka simpanan air akan berkurang dan mempengaruhi
2
debit sungai di sekitar lahan tersebut berada serta pengaruh selanjutnya akan
mengganggu keseimbangan dalam keberlangsungan hidup makhluk hidup yang
tinggal di kawasan DAS tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan
suatu kajian tentang pengukuran muatan sedimen, debit sungai, dan arahan
tentang cara penanggulangan hal tersebut.Peningkatan muatan sedimen di
permukaan sungai mempengaruhi debit suatu sungai. Penumpukan sedimen di
dasar sungai menyebabkan debit sungai akan menurun. Penumpukan sedimen
yang semakin tinggi berpotensi mengurangi kapasitas tampung sungai terhadap air
hujan.
Maka praktikum mengenai pengukuran dan Analisis Debit Air ini
dilakukan untuk mengetahui nilai besaran beban sedimen pada suatu aliran sungai
dihitung dengan menggunakan data-data yang diketahui serta dampak yang
dihasilkan dari sedimentasi tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perairan
Perairan merupakan suatu kumpulan masa air pada suatu wilayah
tertentu, baik yang bersifat dinamis seperti laut, sungai maupun danau.
Perairan ini merupakan perairan tawar, payau, maupun asin. Perairan
merupakan suatu genangan air yang relatif luas yang dimiliki dan dikuasai
oleh negara sertadimanfaatkan untuk kepentingan, kesejahteraan masyarakat
untuk kegiatan transportasi, penangkapan ikan, dan sebagai sumber air untuk
kehidupan rumah tangga, serta sebagai plasma nutfah perairan (Effendi,
2003).
Perairan Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air
hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu.
Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan,
juga organisme khususnya di daerah hulu sungai. Di Indonesia umumnya dan
di Pulau Jawa pada khususnya air sungai berwarna kecokelatan karena
banyak mengandung sedimen, akibat terjadinya erosi di daerah aliran sungai
(Sosrodarsonoetal., 1994 ; Dhahiyat, 2013).
Perairan sungai sebagai suatu ekosistem mempunyai berbagai
komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu
jalinan fungsional yang saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem
sungai akan terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi
yang akan mendukung stabilitas ekosistem tersebut (Suwondoetal., 2004).
Secara ekologis sungai dibagian hulu dicirikan: volume air kecil,
dangkal, berbatu-batu, aliran air cepat, suhu air lebih rendah, oksigen terlarut
lebih tinggi dan dibagian hilir dicirikan: volume air besar, arus lambat, dasar
sungai pasir atau lumpur, unsur hara terlarut tinggi, dan kemelimpahan
organisme penghuni tinggi (Effendie, 2002).
Sungai terdiri dari tiga bagian yaitu bagian hulu terletak di daerah
yang relatif tinggi sehingga air dapat mengalir turun, bagian tengah sungai
berada di bagian sungai yang landai, dan bagian hilir terletak di daerah landai
4
dan mendekati muara sungai. Sungai dan anak sungai, bagian hulu dan hilir
dapat berbeda-beda keadaan fisiknya, yaitu dalam hal: kedalaman, panjang,
lebar daerah aliran serta luas daerah aliran sungai, volume aliran air, tepi,
jeram, tipe dasar sungai, dan temperatur air (Brotowidjoyoet al.,1995).
B. Debit Sungai
Debit adalah jumlah air yang melewati sungai dalam suatu periode
waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan m3/detik atau liter/detik. Dengan
mengukur debit sungai, maka kondisi hidrologis suatu daerah aliran sungai
(DAS) akan dapat diketahui. Informasi yang diperoleh dari pengukuran debit
adalah (1) perbedaan debit tertinggi dan terendah, dan (2) perubahan debit
harian. Informasi tersebut dapat menggambarkan kemampuan DAS dalam
menyangga kejadian hujan deras.
DAS yang baik mampu menampung curah hujan di atas rata-rata
sekaligus menyediakan air saat kemarau panjang. Pengukuran debit dilakukan
dengan memantau tinggi muka air secara harian. Pencatatan muka air dapat
melibatkan masyarakat yang tinggal di pinggir sungai dalam suatu wilayah
DAS. Hal seperti itu sudah dilakukan oleh World Agroforestry Centre
(ICRAF) dalam Program Smart Tree-invest di Kabupaten Buol, Sulawesi
Tengah. Keterlibatan masyarakat bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan dan kesadaran mereka dalam memantau kondisi lingkungan,
khususnya fungsi DAS.
Debit aliran sungai dapat berasal dari beberapa sumber air (Susilowati,
2007), yaitu:
1) Aliran permukaan atas: Bagian aliran yang melintas di atas permukaan
tanah menuju saluran sungai atau disebut aliran permukaan di atas lahan.
2) Aliran permukaan Bawah: Aliran permukaan ini merupakan sebagian
dari aliran permukaan yang disebabkan oleh bagian presipitasi yang
berinfiltrasi ke tanah permukaan dan bergerak secara lateral melalui
horizon-horizon tanah bagian atas menuju sungai
3) Aliran Permukaan Langsung: Bagian aliran permukaan memasuki sungai
secara langsung setelah curah hujan. Aliran ini sama dengan kehilangan
5
dinyatakan dalam m3/s. Debit sungai, dengan distribusinya dengan ruang dan
waktu, merupakan informasi penting yang diperlukan dalam perencanaan
bangunan air dan pemanfaatan sumber daya air. Mengingat bahwa debit
aliran sangat bervariasi dari waktu ke waktu maka diperoleh data pengamatan
debit dalam waktu yang panjang. Debit aliran (Q) diperoleh dengan
mengalikan luas tampang aliran (A) dengan percepatan aliran (v). Kedua
parameter tersebut dapat diukur pada suatu tampang lintang (stasiun) di
sungai. Luas tampang aliran diperoleh dengan mengukur elevasi permukaan
air dan dasar sungai. Kecepatan aliran diukur dengan menggunakan alat ukur
kecepatan current meter (Subekti, 2009)..
1. Metode Pengukuran Debit Air
Distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah
horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada
tepi alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat
permukaan air tidak sama dengan kecepatan pada dasar alur (Hidayat,
2010).
2. Current Meter
Kecepatan aliran dapat diukur dengan beberapa metode salah
satunya adalah metode current meter. Current meter adalah alat untuk
mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus).Ada dua tipe current meter
yaitu tipe baling-baling (propeler type) dan tipe canting (cup type)
(Farista, 2009).
Current meter harus memiliki respon yang cepat dan konsisten
dengan setiap perubahan yang terjadi pada kecepatan air. Selain itu,
current meter keakuratan harus sesuai dengan komponen kecepatan,
tahan lama, mudah dilakukan pemeliharaan, dan mudah digunakan
dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda.(Farista, 2009).
Prinsip kerja jenis curent meter ini adalah propeler berputar
dikarenakan partikel air yang melewatinya.Jumlah putaran propeler per
waktu pengukuran dapat memberikan kecepatan arus yang sedang diukur
apabila dikalikan dengan rumus kalibrasi propeler tersebut. Jenis alat ini
yang menggunakan sumbu propeler sejajar dengan arah arus disebut
ott-propelercurent meter dan yang sumbunya tegak lurus terhadap arah
arus disebut price-cupcurrent meter. Peralatan sumbu vertikal ini tidak
peka terhadap arah aliran (Farista, 2009).
1. Penentuan Debit
a. Metode Langsung
v1 + v2
Q= A
2
Keterangan:
Q = Debit Aliran (m3/s)
A = LuasPenampang(m2)
v = KecepatanAliran (m/s)
b. MetodeManning
Mencari kecepatan aliran terlebih dalulu setelahnya menghitung
debit
v = 1/n r2/3 S1/2
Q = A.v
Keterangan:
v = Kecepatan Aliran (m/s)
r = Jari-jari Hidrolik (m)
S = Slope (m)
Q = Debit Aliran (m3/s)
A = Luas Penampang (m2)
2. Penetuan Sedimen Melayang
Cs = (W2-W0)/L
Qs = Cs x Qtot
Keterangan:
Cs = JumlahSedimen (g/m3)
W0 = BeratKertasSaring (g)
W = BeratKertasSaringBasah (g)
W2 = BeratKertasSaringKering (g)
L = Jumlah Air (mL)
Qtot = Debit Total Sungai Melalui Metode Langsung dan
Manning(m3/s)
Qs = Debit Sedimen (m3/s)
III. METODOLOGI
B. Cara Kerja
Proses pelaksanaan untuk mengukur kecepatan aliran sungai dengan
menggunakan alat current meter adalah sebagai berikut:
1. Ukur dimensi sungai meliputi lebar sungai dan bagi lebar sungai menjadi
beberapa segmen tergantung keadaan sungai tersebut.
2. Hitung kedalaman sungai dengan menggunakan tongkat berskala.
3. Tempatkan alat ukur current meter pada kedalaman tertentu, sesuai
dengan kedalaman sungai.
4. Dengan menggunakan stopwatch, hitunglah kecepatan sungai melalui
angka yang ditampilkan dalam monitor current meter. Lama waktu
pencatatan adalah 1 menit.
5. Ulangi langkah hingga tiga kali pengukuran.
6. Lakukan pengukuran pada segmen 2 dan 3.
7. Hitung kecepatan aliran sungai rata-rata pada setiap segmen pengukuran
dengan cara menjumlahkan nilai pengamatan.
8. Hitung debit sungai dengan mengalikan luas penampang sungai dengan
kecepatan rata-rata aliran sungai.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 2. Hasil perhitungan debit persegmen dan debit total aliran air sungai
Kelompok V (m/det) A Segmen (M²) Q (M³/det)
4 6 2 12
7 4 28
8 4 32
3 7 21
2 9 18
4 10 40
1 2 2
TOTAL 38 153
Besarnya beban sedimen dalam suatu aliran sungai air dapat dihitung
sebagai berikut;
Qs = K.Q.C
Qs = 0,0864.153 M3/det.50 mg/L
Qs = 660,96 ton/hari
Keterangan:
V = Kecepatan Arus m/det)
A = Luas Segmen (m²)
Q = Debit Air (M³/det)
Qs = Beban Sedimen (ton/hari)
C = nilai TSS: 50 mg/L
Konstanta (K) = 0,0864
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh serta hasil perhitungan, diketahui
bahwa total Debit air (Q) pada sungai yang diambil datanya memiliki nilai
sebesar 153 (M³/det).Nilai total debit air (Q) yang diperoleh tersebut dapat
digunakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi besaran beban
12
sedimen (Qs). Berdasarkan rumus yang diketahui serta data yang diperoleh,
maka dapat dilakukan pengukuran atau perhitungan besaran beban sedimen
(Qs) dengan rumus Qs = K.Q.C dan didapat hasil sebesar 660,96
ton/hari.Sehingga dengan diperolehnya nilai besaran beban sedimen tersebut
dan di5bandingkan dengan total luas penampang sungai yang ada yaitu 38 m²
dapat dikatakan relatif tinggi daya tampung oleh sungai terhadap besar beban
sedimen relatif.
Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan danau dapat
meningkatkan kekeruhan air. Hal ini menyebabkan menurunnya laju
fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan menjadi
turun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai
makan (Reinnamah, 2009).
Dampak adanya sedimentasi yang terjadi jika berada diatas daya
tampung oleh sungai akan mempengaruhi kualitas air sungai tersebut,
pendangkalan dan perubahan bentang alam dasar laut, kesuburan perairan,
hingga mempengaruhi keanekaragaman hayati yang ada di sekitar sungai
tersebut.
V. KESIMPULAN