Analisis Break Even Point

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN KEUANGAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

Nama : Martauli Rezki Munthe


NIM : 120113497
Kelas : Manajemen H

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNDIKNAS
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Terima kasih saya ucapkan kepada I Gusti Ngurah Oka Ariwangsa, S.E.,
M.M. selaku dosen mata kuliah Manajemen Keuangan yang telah
memberikan kesempatan untuk belajar lebih dalam lagi mengenai materi
Break Even Point (BEP).
Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca sehingga dapat memperbaiki bentuk dan
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan baik pengetahuan maupun pengalaman, saya
menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 31 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................1
Daftar isi.....................................................................................................2

Bab I...........................................................................................................3
Latar Belakang………................................................................................3
Rumusan Masalah.......................................................................................3
Tujuan Masalah............................................. ............................................4

Bab II.........................................................................................................5
Pengertian BEP..........................................................................................5
Komponen Pembentuk BEP......................................................................6
Asumsi Dasar BEP....................................................................................7
Manfaat BEP.............................................................................................8
Metode Perhitungan dan Rumus BEP.......................................................9
Contoh Perhitungan BEP.........................................................................11
Kelemahan BEP.......................................................................................17
Faktor-Fakto yang Meningkatkan dan Menurunkan BEP.......................19

Bab III....................................................................................................20
Kesimpulan.............................................................................................20
Daftar Pustaka…………………………………………………...……..21
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan atau usaha bisnis didirikan untuk mencapai tujuan yaitu memperoleh
laba yang maksimal dan menjaga kontinuitas usahanya. Dibutuhkan peran dari
manajemen perusahaan untuk menyusun suatu perencanaan sehingga dapat melihat
kesempatan usaha dimasa yang akan datang. Faktor yang harus diperhatikan manajemen
perusahaan yaitu berhasil tidaknya satu perusahaan dilihat dari laba yang dihasilkan
selama periode tertentu. Disini dituntut untuk dapat melihat kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi maupun peluang-peluang dimasa yang akan datang, baik dalam jangka
pendek maupun panjang. Sehubungan dengan salah satu tugas manajemen yaitu
merencanakan serta menetapkan suatu keputusan terhadap kegiatan perusahaan dalam
mencapai laba dan menghadapi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi atas biaya
yang dikeluarkan, volume penjualan serta harga jual produk, maka dengan hal tersebut
manajemen perusahaan memerlukan suatu informasi yang dapat dijadikan acuan untuk
menilai berbagai macam kemungkinan. Perusahaan memerlukan adanya suatu teknik
analisis yang digunakan sebagai alat bantu untuk mempelajari dan mengetahui hubungan
antara biaya, volume dan laba dalam perencanaan penjualan dan laba yaitu berupa
analisis Break Even Point (BEP).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Break Even Point?
2. Apa saja komponen pembentuk Break Even Point?
3. Bagaimana asumsi dasar Break Even Point?
4. Apa manfaat Break Even Point?
5. Bagaimana metode perhitungan dan rumus Break Even Point?
6. Bagaimana contoh perhitungan Break Even Point?
7. Apa saja kelemahan Break Even Point?
8. Apa saja faktor-faktor yang meningkatkan dan menurunkan Break Even Point?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Break Even Point.
2. Untuk mengetahui komponen pembentuk Break Even Point.
3. Untuk mengetahui asumsi dasar Break Even Point.
4. Untuk mengetahui manfaat Break Even Point.
5. Untuk mengetahui metode perhitungan dan rumus Break Even Point.
6. Untuk mengetahui contoh perhitungan Break Even Point.
7. Untuk mengetahui kelemahan Break Even Point.
8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang meningkatkan dan menurunkan Break
Even Point.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Break Even Point


Break Even Point atau sering disingkat dengan BEP adalah suatu titik atau
keadaan dimana penjualan dan pengeluaran sama atau suatu kondisi dimana penjualan
perusahaan cukup untuk menutupi pengeluaran bisnisnya. Break Even Point dalam
bahasa Indonesia disebut dengan “Titik Impas” ini biasanya membandingkan jumlah
pendapatan atau jumlah unit yang harus dijual untuk dapat menutupi biaya tetap dan
biaya variabel terkait dalam menghasilkan suatu penjualan. Dengan kata lain Break Even
Point merupakan titik dimana suatu bisnis tidak mengalami kerugian dan juga tidak
memperoleh keuntungan.
Break Even Point juga digunakan sebagai teknik analisis. Analisis Break Even
Point adalah teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara volume penjualan dan
profitabilitas. Analisis ini disebut juga sebagai analisis impas, yaitu suatu metode
untuk menentukan titik tertentu dimana penjualan dapat menutup biaya sekaligus
menunjukkan besarnya keuntungan atau kerugian perusahaan jika penjualan melampaui
atau berada di bawah titik. Analisis Break Event Point juga merupakan suatu cara untuk
mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi
juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol). Dalam analisis
ini memerlukan informasi mengenai penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Laba bersih
akan diperoleh bila volume penjualan melebihi biaya yang harus dikeluarkan sedangkan
perusahaan akan menderita kerugian bila penjualan hanya cukup untuk menutup sebagian
biaya yang dikeluarkan, dapat dikatakan dibawah titik impas. Analisis Break Even Point
tidak hanya memberikan informasi mengenai posisi perusahaan dalam keadaaan impas
atau tidak, namun sangat membantu manajemen dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan apakah akan melanjutkan atau memberhentikan bisnisnya. Analisa ini juga
penting dalam tahap perencanaan manajemen keuangan, karena hubungan antara biaya-
volume-laba (oleh karenanya, analisa BEP juga disebut sebagai Cost-Profit-Volume
Analysis) dapat dipengaruhi oleh proporsi investasi dalam aktiva tetap, dan perubahan
rasio aktiva tetap terhadap aktiva variable ditentukan saat rencana keuangan disusun.

2.2 Komponen Pembentuk Break Even Point

Dalam mendapatkan sebuah nilai BEP, terdapat empat kompone pembentuk, yaitu:

 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap atau fixed cost adalah biaya yang nilainya akan tetap dan konstan
walaupun terjadi perubahan pada proses produksi. Perubahan yang dimaksud
adalah beroperasi atau tidak beroperasinya suatu perusahaan untuk memproduksi
barang pada periode tertentu. Biaya tetap bisa berupa biaya penyusutan mesin,
biaya tenaga kerja, biaya sewa gedung atau gudang, dsb.

 Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel atau biaya tidak tetap yang lebih dikenal dengan istilah variable
cost adalah biaya yang nilainya dapat berubah-ubah per unit nya. Perubahan ini
disebabkan oleh volume kapasitas produksi yang bisa meningkat atau menurun
sesuai dengan permintaan pasar. Hubungan sejajar antara biaya variabel dan
kapasitas produksi akan saling berkaitan karena jika salah satu terjadi peningkatan
maka yang lain akan mengikuti. Contoh dari biaya variabel adalah biaya listrik,
biaya baku, biaya transportasi, dsb.

 Harga Jual (Price)

Harga jual adalah harga yang diperoleh dari seluruh biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi sebuah barang ditambah dengan nilai keuntungan atau margin yang
ingin diperoleh. Biasanya harga jual akan dihitung per unit setelah diproduksi.

 Pendapatan (Revenue)
Pendapatan yaitu jumlah yang didapatkan dari semua penjualan produk. Jumlah
pendapatan diperoleh dari harga jual dikalikan dengan jumlah produk yang terjual
di pasar. Nilai dari pendapatan dibutuhkan untuk memproyeksikan pendapatan
periode berikutnya dengan nilai margin dan/atau jumlah unit dan harga yang
berbeda.

2.3 Asumsi Dasar Break Even Point

Asumsi yang mendasari analisis Break Even Point yaitu:

 Biaya yang menjadi elemen utama dalam penghitungan BEP harus termasuk ke
dalam biaya tetap dan biaya variabel.
 Jumlah biaya tetap akan konstan meskipun terjadi perubahan aktivitas produksi.
 Jumlah biaya variabel secara keseluruhan akan berubah sesuai dengan perubahan
volume kapasitas produksi.
 Bahwa harga jual per satuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan
barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum.
 Dalam penghitungan BEP, jumlah produk yang dihasilkan selalu dianggap telah
habis terjual.
 Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat
atau menjual lebih dari satu jenis produk maka “perimbangan hasil penjualan”
setiap produk tetap.

Sedangkan menurut Mulyadi beberapa asumsi yang berpengaruh dalam analisa Break
Even Point adalah sebagai berikut:
 Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang
diramalkan.
 Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
 Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
 Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
 Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
 Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
 Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
 Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya

Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Dalam
kenyataan yang sebenarnya lebih banyak asumsi yang tidak dapat dipenuhi. Namun
demikian perubahan asumsi ini tidak mengurangi validitas dan kegunaan analisa BEP
sebagai suatu alat bantu pengambilan keputusan. Hanya saja diperlukan suatu
modifikasi tertentu dalam penggunaannya.

2.4 Manfaat Break Even Point


 Alat perencanaan untuk menghasilkan laba.
 Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan
yang bersangkutan.
 Untuk mengetahui hubungan volume penjualan yang diproduksi, harga jual dan
biaya-biaya yang dikeluarkan, sehingga laba rugi perusahaan akan diketahui.
 Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum (dalam unit produk maupun
satuan uang) agar perusahaan tidak menderita rugi.
 Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
 Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti.
 Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual.
 Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan terhadap
hal-hal berikut :
o Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
o Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
o Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
o Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Menurut Rony analisis Break Even Point sangat bermanfaat bagi manajemen dalam
menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara berbeda
namun tetap berkaitan yaitu:

 Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan


yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
 Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat
operasional.
 Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya
variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan
yang canggih.
Manfaat analisis Break Even Point sangat banyak, namun secara umum adalah untuk
mengetahui titik pulang pokok dari sebuah usaha sehingga manajemen dapat
mengetahui harus memproduksi atau menjual pada jumlah berapa unit agar peruasahaan
tidak mengalami kerugian.

2.5 Metode Perhitungan dan Rumus Break Even Point


Break Even Point umumnya dapat dihitung dengan tiga metode yaitu metode
persamaan, metode margin kontribusi dan metode grafis. Ketiga metode tersebut
pada dasarnya adalah pendekatan yang mempunyai hasil akhir sama, akan tetapi
ketiga metode tersebut memiliki perbedaaan pada bentuk dan variasi dari persamaan
laporan laba rugi kontribusi.
1. Metode Persamaan
Metode Persamaan (equation method) adalah metode yang berdasarkan pada
pendekatan laporan laba rugi. Dengan persamaan dasar sebagai berikut
menurut Halim:
Penghasilan total = Biaya total
Penghasilan total = Biaya variabel + Biaya tetap. Persamaan tersebut dapat
diuraikan dalam rumus berikut : px = a + bx
Keterangan:
p = Harga jual per unit produk
x = Unit produk yang dijual/yang diproduksi
a = Total biaya tetap
b = Biaya variabel setiap unit produk
Dari persamaan diatas, dapat diuraikan menjadi rumus Break Even Point
sebagai berikut:

a. Break Even Point dalam satuan uang penjualan

a
BEP (Rupiah)=
bx
1-
px

b. Break Even Point dalam unit produk

a
BEP (Unit) =
p - b

Pada keadaaan titik impas laba operasinya sama dengan nol, sehingga akan
menghasilkan jumlah produk (dalam satuan unit maupun satuan uang penjualan)
yang dijual mencapai titik impas ditambah biaya tetap. Jumlah margin kontribusi
tertentu yang akan menutup biaya tetap.

2. Metode Kontribusi Unit

Metode kontribusi unit adalah metode jalan pintas dimana harus diketahui
nilai margin kontribusi. Margin Kontribusi adalah hasil pengurangan
pendapatan dari penjualan dengan biaya variabel. Sedangkan rasio margin
kontribusi adalah margin kontribusi dibagi dengan penjualan. Untuk mencari
titik Impas rumusnya adalah sebagai berikut:

Biaya Tetap
BEP (Unit) =
Margin Kontribusi per

Unit
Biaya Tetap
BEP (Rupiah) =
Rasio Margin Kontribusi

3. Metode Grafis
Manajer dapat menggambarkan titik impas melalui grafis. Grafis titik impas
akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x atau garis horizontal dan
biaya akan terletak pada sumbu y atau garis vertikal. Sedangkan titik impas
akan terletak pada perpotongan antara garis pendapatan dan garis biaya.
Garis sebelah kiri garis impas menunjukkan sisi kerugian, sebaliknya sisi
kanan menunjukkan sisi laba usaha. Dengan menggunakan metode grafis
manajer dapat menghindari metode matematis pada waktu tingkat penjualan
yang berbeda tengah dipertimbangkan. Metode grafis akan membantu
manajer dalam mengevaluasi akibat perubahan volume tahun lalu dan dapat
memproyeksikan volume penjualan pada tahun yang akan datang.

2.6 Contoh Perhitungan Break Even Point


PT. Neo memiliki data biaya dan rencana produksi seperti berikut ini:
1. Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp140.000.000,00 yaitu terdiri dari :
a. Biaya Gaji Pegawai + Pemilik = Rp75.000.000
b. Biaya Penyusutan Mobil Kijang = Rp1.500.000
c. Biaya Asuransi Kesehatan = Rp15.000.000
d. Biaya Sewa Gedung Kantor = Rp18.500.000
e. Biaya Sewa Pabrik = Rp30.000.000

2. Biaya Variabel per Unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari


a. Biaya Bahan Baku = Rp35.000
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp25.000
c. Biaya Lain = Rp15.000

3. Harga Jual per Unit = Rp95.000


4. Kapasitas produksi penuh = 15.000 unit

13
Dari data PT. Neo tersebut dapat dihitung Break Even Point sebagai berikut:

1. Metode Persamaan

Di mana:
BEP (Rupiah) = Break Even Point dalam Rupiah
a = Biaya Tetap
bx = Biaya Variabel per Unit x Kapasitas Produksi Penuh
px = Harga Jual per Unit x Kapasistas Produksi Penuh

140.000.000
BEP (Rupiah) =
75.000x15.000
1 -
95,000x15,000

140.000.000
=
1.125.000.000
1 -
1.425.000.000

140.000.000
=
1- 0,79

140.000.000
= = 665.000.000
0.21

14
Di mana:
BEP (Rupiah) = Break Even Point dalam Rupiah
a = Biaya Tetap
b = Biaya Variabel per Unit
p = Harga Jual per Unit

140.000.000 140.000.000
BEP =
(Unit) =
95.000-75.000 20.000

= 7000 unit

2. Metode Kontribusi Unit

0.21
BEP (Unit)

15
Biaya Tetap

Margin Kontribusi per

Unit

Biaya Tetap

= Penjualan - Biaya Variabel

140.000.000.
=
95.000-75.000

140,000,000.00
=
20.000

= 7000 Unit

Biaya Tetap
BEP (Rupiah) =
Rasio Margin Kontribusi

Biaya Tetap
=
Margin Kontribusi : Penjualan

140.000.000
=
20.000 : 95.000

= 665.000.000

3. Metode Grafis
Dalam menentukan titik Break Even Point (BEP) menggunakan metode grafis
dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:

16
• Tentukan sumbu x (harga) dan sumbu y (produksi).
• Gambarkan garis biaya tetap
• Gambarkan garis biaya variable yang diawali pada posisi biaya tetap
• Gambarkan garis penjualan yang dimulai dari tiitk nol
• Perpotongan antara garis biaya variable dengan garis penjualan
adalah titik BEP.

Dalam kasus ini terdapat data-data sebagai berikut:


Biaya tetap :Rp 140.000.000
Biaya variabel/unit : Rp 75.000
Harga jual per unit : Rp 95.000
Kapasitas Penuh : 15.000 unit

Maka dapat digambarkan Break Even Point (BEP) dalam bentuk grafis
sebagai berikut:

(rupiah)

1,600,000

1,500,000

1,400,000 S

1,300,000
VC
1,200,000 Laba

1,100,000

1,000,000

900,000

800,000

700,000
BEP
600,000 *

500,000

400,000

300,000

200,000 Rugi

100,000 FC

0
Produksi (y)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
(ribuan)

17
Keterangan:
FC : Biaya Tetap dalam produksi penuh
VC : Biaya Variabel dalam produksi penuh
S : Penjualan dalam produksi penuh

Jumlah yang tertera dalam grafik, baik itu harga maupun jumlah produksi
diasumsikan dalam ribuan rupiah.
Contoh kasus di atas telah membuktikan ketiga metode yang digunakan
menghasilkan Break Even Point (BEP) rupiah sebesar Rp 665.000.000,00 dan
unit sebesar 7.000 unit.
Dari hasil hitungan Break Even Point (BEP) PT. Neo tersebut menunjukkan
bahwa apabila perusahaan mau mendapat keuntungan, maka harus memproduksi
atau menjual barang dalam jumlah di atas 7.000 unit sampai batas kapasitas
penuh yaitu 15.000 unit. Apabila perusahaan memproduksi atau menjual produk
di bawah jumlah 7.000 unit dipastikan perusahaan menderita kerugian. Misalnya
apabila perusahaan memproduksi sebanyak 8.000 unit maka dapat dihitung
sebagai berikut:

Penjualan 8.000 unit x Rp 95.000 = Rp 760.000.000


Biaya = biaya tetap + biaya variabel
= Rp 140.000.000 + (8.000 x Rp 75.000.000)
= Rp 140.000.000 + Rp 600.000.000
= Rp 740.000.000
Sehingga laba/keuntungan yang didapatkan:
Penjualan–biaya = Rp 760.000.000 – Rp 740.000.000
= Rp 20.000.000

18
Dan jika memproduksi sebanyak 6.000 unit maka dapat dihitung sebagai
berikut:
Penjualan 6.000 unit x Rp 95.000 = Rp 570.000.000
Biaya = biaya tetap + biaya variabel
= Rp 140.000.000 + ( 6.000 x Rp 75.000)
= Rp 140.000.000 + Rp 450.000.000
= Rp 590.000.000
Sehingga kerugian yang diderita oleh peruahaan:
Penjualan – Biaya = Rp 570.000.000 – Rp 590.000.000
= (Rp 20.000.000).

Dalam dunia usaha tidak terkecuali unit perusahaan dari waktu ke waktu akan
mengalami perubahan yang dapat terjadi dalam bulan, triwulan maupun
perbedaan kondisi dari tahun ke tahun disebabkan oleh faktor internal perusahaan
maupun eksternal perusahaan termasuk pengaruh kebijaksanaan pemerintah.
Untuk mengatasi hal ini pimpinan perusahaan harus dinamis, peka terhadap
perubahan, mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam membuat alternatif
pemecahan masalah sehingga tepat dan akurat di dalam mengambil keputusan
khususnya dalam hal untung rugi perusahaan.

2.7 Kelemahan Break Even Point


Sekalipun Analisa BEP ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat
dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain :
 Asumsi tentang linearity
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit,
tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan
lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai
dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan
menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung.
Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar
dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini
bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau
bertambah besarnya upah lembur.

19
 Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa Break Even Point adalah kesulitan didalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini
tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah
melewati titik tersebut.
 Jangka waktu penggunaan
Jangka waktu penerapanya terbatas, biasanya hanya digunakan didalam
pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan
mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang
cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi)
tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah
meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai
menurut analisa Break Even Point agar dapat menutup semua biaya-biaya
operasi yang bertambah besar juga.

Kelemahan dari analisa Break Even Point yang lain adalah bahwa hanya ada satu
macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka
kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika
dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya
saingnya mereka menciptakan banyak produk, jadi sangat sulit dan ada satu
asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa
pun, jumlah satuan barang yang dijual, atau tidak ada perubahan harga secara
umum. Analisa Break Even Point jangka waktu penerapanya terbatas, biasanya
hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila
perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya
yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi)
tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah
meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai
menurut analisa Break Even Point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi
yang bertambah besar juga.

20
2.8 Faktor-Faktor Yang Meningkatkan dan Menurunkan Break Even Point
Ada kalanya BEP meningkat atau menurun, bergantung pada faktor-faktor tertentu.
Faktor-faktor yang meningkatkan BEP:
 Peningkatan penjualan pelanggan
Ketika ada peningkatan penjualan pelanggan, itu berarti ada permintaan yang
lebih tinggi. Perusahaan kemudian perlu memproduksi lebih banyak
produknya untuk memenuhi permintaan baru ini yang pada gilirannya,
menaikkan BEP untuk menutupi biaya tambahan tersebut.
 Kenaikan biaya produksi
Bagian tersulit dalam menjalankan bisnis adalah ketika penjualan pelanggan
atau permintaan produk tetap sama sementara harga biaya variabel
meningkat seperti harga bahan baku. Ketika itu terjadi, BEP juga naik karena
adanya biaya tambahan. Selain biaya produksi, biaya lain yang mungkin
meningkat antara lain sewa gudang, kenaikan gaji karyawan atau tarif utilitas
yang lebih tinggi.
 Perbaikan peralatan
Dalam kasus di mana jalur produksi terputus-putus atau bagian dari jalur
perakitan rusak, BEP meningkat karena jumlah target unit tidak diproduksi
dalam kerangka waktu yang diinginkan. Kegagalan peralatan juga berarti
biaya operasional yang lebih tinggi oleh karena itu impas yang lebih tinggi.

Agar bisnis menghasilkan keuntungan lebih tinggi, BEP harus diturunkan. Faktor-faktor
yang menurunkan BEP:
 Naikkan harga produk
Ini adalah sesuatu yang tidak semua pemilik bisnis ingin lakukan tanpa ragu-
ragu, karena takut kehilangan beberapa pelanggan.
 Lakukan outsourcing
Profitabilitas dapat meningkat ketika bisnis memilih outsourcing, yang dapat
membantu mengurangi biaya produksi ketika volume produksi meningkat.

21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Break Even Point (BEP) merupakan suatu kondisi di mana suatu perusahaan tidak
mendapatkan keuantungan dan juga tidak mendapat kerugian. Analisa Break Even Point
(BEP) merupakan sebuah analisa untuk menentukan pada produksi atau tingkat
penjualan berapa sehingga suatu perusahaan berada pada posisi tidak untung dan tidak
rugi, atau dengan kata lain berada pada titik impas. Titik impas atau titik Break Even
Point (BEP) ini berguna bagi manajemen dalam membuat keputusan bisnis, yaitu harus
memproduksi atau menjual pada jumlah berapa sehingga perusahaan tidak mengalami
kerugian. Dalam menetukan titik impas tidak lepas dari penggunaan asumsi-asumsi
dasar yang harus dipenuhi. Paling tidak ada empat hal yang harus dipenuhi agar dapat
menghitung titik impas yaitu biaya tetap, biaya variable, harga jual per unit, dan
produksi/penjualan maksimum. Dalam menghitung Break Even Point (BEP) dapat
menggunakan metode persamaan, metode kontribusi unit, maupun metode grafis.
Apapun metode yang digunakan hasilnya akan sama.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dua, A. (2021, March 25). Break Even Point (BEP): Pengertian dan Cara Hitungnya.
From RDN Rusdiono-Consulting: https://www.rusdionoconsulting.com/break-
even-point/
Kho, B. (2019, February 24). Pengertian BEP (Break Even Point) dan Cara Menghitung
BEP. From Ilmu Manajemen Industri:
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-bep-break-even-point-dan-cara-
menghitung-bep/
Maruta, H. (2018). ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR
PERENCANAAN LABA BAGI MANAJEMEN. ejournal.stiesyariahbengkalis,
9-28.
Mekari. (n.d.). Analisa Break Even Point, Penjelasan dan Contoh Soal BEP. From Jurnal
Entrepreneur: https://www.jurnal.id/id/blog/analisa-break-even-point-penjelasan-
dan-contoh-soal/
Priharto, S. (2020, June 23). Break Even Point: Pengertian, Analisis, Contoh, Cara
Hitung dan Optimasi Titik Impas. From Accurate: https://accurate.id/ekonomi-
keuangan/apa-itu-break-even-point/
Zahir, T. (2013, August 26). Pengertian Break Even Point (BEP) dalam Akuntansi. From
Zahiraccounting: https://zahiraccounting.com/id/blog/break-even-point-bep/

23

Anda mungkin juga menyukai