Laporan Pendahuluan Pucak

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 64

PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK

LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah proses penyusunan laporan pendahuluan untuk pekerjaan


penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan Pucak, Kabupaten Maros,
Provinsi Sulawesi Selatan. Laporan pendahuluan ini disusun sebagai langkah awal
proses pembentukan masterplan yang penyusunannya berdasarkan peraturan dan
kebijakan terkait yang berlaku.

Kegiatan ini adalah bentuk kerjasama antara Universitas Hasanuddin dengan


Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, serta didukung oleh segenap pihak yang
terkait didalamnya baik itu lembaga di bawah Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan maupun Pemerintah Kabupaten Maros. Adapun laporan pendahuluan ini
membahas mengenai tinjauan kebijakan, gambaran umum kawasan, metodologi
perencanaan, dan rencana kerja.

Kami berharap laporan pendahuluan ini dapat dijadikan sebagai bahan diskusi
dengan pemberi tugas untuk kemudian dapat diperoleh masukan dan konfirmasi
arah dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini.

Hormat kami,

Tim Center of Technology


Universitas Hasanuddin

i
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................... 3
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 3
1.4 Sasaran ...................................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Wilayah .......................................................................... 4
1.6 Ruang Lingkup Kegiatan .......................................................................... 5
1.7 Dasar Hukum ............................................................................................ 6
1.8 Sistematika Penulisan Laporan ................................................................. 6
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN ...................... 8
2.1 Profil Kecamatan Tompobulu ................................................................... 8
2.2 Wilayah KSP Kebun Raya Pucak ............................................................. 17
2.3 Potensi Kawasan Pucak Kabupaten Maros ............................................... 28
BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI PERENCANAAN ............ 36
3.1 Metode Pendekatan ................................................................................... 36
3.2 Metode Pendekatan Perencanaan .............................................................. 38
3.3 Metode Pendekatan Partisipasi Masyarakat .............................................. 46
3.4 Metode Pendekatan Strategi Operasional ................................................. 48
3.5 Metode Perencanaan ................................................................................. 49
BAB IV RENCANA KERJA ............................................................................. 55
4.1 Tahap Pelaksanaan .................................................................................... 55
4.2 Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan..................................................... 56
4.3 Personil atau Tenaga Ahli ......................................................................... 57

ii
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kecamatan Tompobulu .................................... 9


Gambar 2.2 Peta Jenis Tanah KSP Kebun Raya Pucak ..................................... 19
Gambar 2.3 Peta Kontur KSP Kebun Raya Pucak ............................................ 20
Gambar 2.4 Peta Curah Hujan KSP Kebun Raya Pucak ................................... 21
Gambar 2.5 Peta Kemiringan Lereng KSP Kebun Raya Pucak ........................ 22
Gambar 2.6 Peta Jaringan Jalan KSP Kebun Raya Pucak ................................. 26
Gambar 2.7 Peta Tutupan Lahan KSP Kebun Raya Pucak ............................... 27

iii
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk Kecamatan Tompobulu tahun 2017
.............................................................................................................. 11
Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Tompobulu tahun
2017..................................................................................................... 11
Tabel 2.3 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk tahun 2012 hingga tahun 2017 ... 12
Tabel 2.4 Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Tompobulu tahun 2017 ...... 14
Tabel 2.5 Jumlah Sarana kesehatan di Kecamatan Tompobulu tahun 2017......... 15
Tabel 2.6 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Tompobulu tahun 2017 ....... 15
Tabel 2.7 Jumlah Sarana ibadah di Kecamatan Tompobulu tahun 2017 .............. 16
Tabel 2.8 Jenis Penggunaan Lahan di KSP Kebun Raya Pucak ........................... 24
Tabel 2.9 Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perencanaan .............................. 28
Tabel 2.10 Klasifikasi Kemiringan Lereng dan Kelayakan Pemanfaatan ............ 31
Tabel 2.11 Layanan Jaringan Jalan dan Sarana Pengangkutan di Kawasan Pucak
............................................................................................................. 34
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Masterplan Kawasan Pucak
Kabupaten Maros ............................................................................... 56

iv
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan merupakan bagian mendasar dalam membentuk peradaban
manusia. Dimana pembangunan seiring berjalannya waktu terus mengalami
perkembangan yang semakin memberikan kemudahan bagi manusia dalam
melangsungkan kehidupannya. Begitu pula dengan dinamika perkembangan
pembangunan dalam konteks berbangsa dan bernegara. Perkembangan
pembangunan terkhusus di Provinsi Sulawesi Selatan terus mengalami perubahan
seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini tentu tidak lepas dari penataan serta
pemanfaatan ruang di Sulawesi Selatan. Proses pembangunan yang selama ini
dilaksanakan oleh Provinsi Sulawesi Selatan telah menunjukan hasil yang positif
diberbagai aspek kehidupan masyarakat. Meski demikian, tidak dapat dipungkiri
bahwa masih terdapat beberapa isu-isu pengelolaan kawasan yang masih
membutuhkan perhatian untuk dapat dikelola secara optimal. Salah satu solusi
yang dapat dijadikan jalan keluar dalam mengatasi permaslaahan ini ialah
pembentukan strategi yang dapat menuntun, mengarahkan, dan menjamin
terbitnya suatu kebijakan, rencana, dan program-program yang secara sistematis
guna mendukung potensi kawasan. Bentuk strategi yang dimaksud ialah adanya
suatu Masterplan (Rencana Induk) yang efektif agar dapat menjadi acuan dalam
pengembangan kawasan.

Pada Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029, yang
berisi rencana struktur ruang, rencana pola ruang, serta kawasan strategis provinsi
Sulawesi Selatan, ditetapkan bahwa Kebun Raya Pucak sebagai Kawasan
Strategis Provinsi (KSP) Sulawesi Selatan dari sudut kepentingan lingkungan
hidup.

Secara geografis, Kawasan Pucak berada di Kawasan Metropolitan Mamminasata,


tepatnya berada di Kabupaten Maros dan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
yang disebutkan sebelumnya ditetapkan bahwa Kawasan Pucak merupakan

1
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

Taman Wisata Alam (TWA) berskala provinsi, dalam hal ini provinsi Sulawesi
Selatan. Sebelumnya, Kawasan Pucak diperuntukkan sebagai Taman Safari
namun kemudia dialihkan fungsinya menjadi Kawasan (botanical garden).
Penataan ruang Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Kebun Raya Pucak bertujuan
untuk mewujudkan Kawasan Kawasan Pucak sebagai tempat pelestarian
tumbuhan endemik yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan dan dapat bernilai
ekonomi serta produktif di Kawasan Timur Indonesia (KTI) secara berkelanjutan.

Meski demikian, dalam proses pengembangan Kawasan Pucak di Kabupaten


Maros terdapat beberapa kendala yang menghambat pembangunan kawasan
tersebut, baik itu kendala terkait aspek sarana dan prasarana maupun dari aspek
perwujudan rencana yang ada. Potensi-potensi yang yang dimiliki Kawasan
Kawasan Pucak sangat dapat dikembangkan sehingga mendukung kawasan ini
menjadi destinasi wisata sesuai yang diamanatkan didalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Sulawesi Selatan.

Sesuai dengan potensi serta kajian yang dilakukan pada Kawasan Pucak, konsep
ekowisata merupakan metode yang dianggap tepat dalam usaha pengembangan
kawasan Pucak, Kabupaten Maros. Pengertian Ekowisata menurut Peraturan
Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan
Ekowisata, ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang
bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan
dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan
pendapatan masyarakat lokal. Sehingga konsep ini juga sejalan dengan tujuan
Kawasan Pucak sebagai Kawasan bernilai ekonomi (agro botanical garden).

Adanya permasalahan dalam pengembangan Kawasan Pucak di Kabupaten Maros


dan potensi-potensi pariwisata yang dimiliki serta kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan menjadi pertimbangan dalam penyusunan masterplan Kawasan Pucak.
Diharapkan dokumen ini menjadi arahan bagi para pihak dalam mensinergikan
upaya untuk mengembangkan Kawasan Pucak dalam rangka perwujudan
dokumen rencana dan pelestarian alam dan lingkungan, peningkatan ekonomi
daerah, dan kesejahteraan masyarakat yang tentunya merupakan tujuan positif
dalam mencapai tujuan pemabngunan terkhusus di Provinsi Sulawesi Selatan.

2
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

1.2 Maksud dan Tujuan


A. Maksud
Maksud dari penyusunan Masterplan Kawasan Pucak Kabupaten Maros dari segi
sektor pariwisata ini adalah untuk meningkatkan kontribusi kepariwisataan bagi
perekonomian nasional dan daerah serta kesejahteraan masyarakat setempat tanpa
menimbulkan penurunan kualitas lingkungan.

B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Masterplan Kawasan Pucak Kabupaten Maros ini adalah
sebagai pedoman bagi Pemerintah sebagai pemangku kebijakan dalam hal:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas daya tarik wisata (DTW)
2. Mengkomunikasikan daya tarik wisata (DTW) dengan menggunakan media
pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab;
3. Mewujudkan dan menggerakkan perekonomian daerah;
4. Mengembangkan kelompok dan tata kelola masyarakat pariwisata yang
mampu mensinergikan semua kepentingan.

Hal tersebut selaras dengan visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah pembangunan
kepariwisataan nasional dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun
2025.

1.3 Manfaat
Manfaat penyusunan Masterplan Kawasan Pucak Kabupaten Maros adalah:
1. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memiliki acuan dalam melakukan
pengembangan fisik kawasan ekowisata.
2. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memiliki acuan dalam mewujudkan
industri ekowisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional, daerah,
dan masyarakat.
3. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memiliki acuan pengembangan
ekowisata yang dapat menarik investor dalam berinvenstasi baik yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah
Kabupaten Maros, maupun oleh pihak swasta dan masyarakat.

3
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

4. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memiliki acuan dalam mengembangkan


kelembagaan kepariwisataan dan tata kelola ekowisata yang berbasin Kawasan
bernilai ekonomi (agro botanical garden).

1.4 Sasaran
Sasaran dari penyusunan Masterplan Kawasan Pucak ini adalah untuk
menyediakan sebuah dokumen pengembangan ekowisata yang berbasis Kawasan
bernilai ekonomi (agro botanical garden) sebagai acuan pengembangan
pariwisata dan pembangunan daerah, yang diharapkan mampu mewujudkan:
1. Peningkatan kinerja pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan
ekowisata,
2. pengembangan sarana dan prasarana pendukung ekowisata yang berkualitas,
3. peningkatan kualitas dan kuantitas destinasi ekowisata Kawasan,
4. penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat,
5. peningkatan pendapatan daerah maupun nasional,
6. pengurangan kemiskinan, dan
7. terciptanya Kawasan yang bernilai ekonomi dan berbasis ekowisata yang
menjadi tempat konservasi tumbuhan endemik Sulawesi Selatan.

1.5 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup wilayah studi dalam penyusunan Masterplan Kawasan Pucak
Kabupaten Maros meliputi luas kawasan sebesar 80 Hektar yang berada di
wilayah administratif Desa Pucak dan Desa Tompo Bulu, Kecamatan Tompobulu,
Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.

1.6 Ruang Lingkup Kegiatan


A. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
1. Persiapan administratif, berupa pembuatan surat-surat ijin yang
diperlukan.
2. Persiapan teknis, berupa pembuatan daftar kebutuhan data yang diperlukan
dalam perencanaan yang akan dilakukan.

4
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

3. Penyusunan personil dengan memperhatikan kualifikasi, kemampuan, dan


kelengkapan ainnya serta informasi-informasi lain yang diperlukan.

B. Tahap Pengumpulan Data


Pengumpulan data sekunder terkait dengan kebijakan sektoral pariwisata, data
kependudukan, sumber daya alam, dan kebijakan spasial seperti Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
(RTRWK), Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Kebun Raya Pucak,
Peraturan terkait Kawasan dan kepariwisataan, serta kajian lokasi seperti Kajian
Linkungan Hidup Strategis (KLHS), dan dokumen-dokumen perencanaan yang
terkait lainnya. Sementara itu, pengumpulan data primer meliputi:
1. Data fisik dasar kawasan perencanaan;
2. Data destinasi pariwisata dan prospek pengembangannya;
3. Data daya tarik objek wisata kawasan perencanaan;
4. Data ekonomi lokal kawasan perencanaan;
5. Data sosial budaya masyarakat di sekitar kawasan perencanaan.

C. Tahap Analisa
Tahap analisa dalam kegiatan penyusunan Masterplan Kawasan Pucak Kabupaten
Maros yaitu meliputi:
1. Analisa potensi dan masalah dalam pengembangan kawasan;
2. Analisa kebutuhan pengembangan kawasan;
3. Analisa perancangan tapak dan infrastruktur kawasan;
4. Analisa perumusan program dan kegiatan.

D. Tahap Perumusan Rencana


Tahap perumusan rencana dalam penyusunan Masterplan Kawasan Pucak
Kabupaten Maros yaitu meliputi:
1. Perencanaan tapak kawasan, mulai dari proses konsep hingga
implementasi pengembangan, dengan didukung gambar secara 2 dimensi
dan 3 dimensi;
2. Perencanaan sarana dan prasarana kawasan;
3. Perumusan program dan kegiatan.

5
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

1.7 Dasar Hukum


Dasar hukum dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan Masterplan Kawasan
Pucak yaitu meliputi:
A. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
B. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
C. Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
D. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Revisi Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
E. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata
Ruang;
F. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
G. Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2011 Tentang Kawasan;
H. Peraturan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
Tentang Pembangunan Kawasan;
I. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2009 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan 2009-2029;
J. Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Maros Tahun 2012-2032.

1.8 Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan pendahuluan penyusunan Masterplan Kawasan


Pucak Kabupaten Maros meliputi:
Bab 1 : Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, manfaat, sasaran,
ruang lingkup wilayah, ruang lingkup kegiatan, serta sistematika
penulisan laporan pendahuluan kegiatan penyusunan Masterplan
Kawasan Pucak Kabupaten Maros.
Bab 2 : Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
Bab ini memberikan uraian secara umum menyangkut wilayah
perencanaan baik terkait letak geografis dan wilayah administrasi wilayah

6
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

perencanaan maupun potensi yang dimiliki wilayah perencanaan.


Gambaran umum ini juga sebagai referensi awal yang akan digunakan
dalam pelaksanakan pengumpulan data untuk mendapatkan informasi
yang lebih akurat.
Bab 3 : Pendekatan dan Metodologi Perencanaan
Pada bab ini berisi mengenai metode dan pendekatan yang dilakukan tim
pelaksana dalam penyusunan Masterplan Kawasan Pucak Kabupaten
Maros.
Bab 4 : Rencana Kerja
Bab ini berisikan informasi mengenai tahapan-tahapan secara lebih detail
terkait apa yang akan dilakukan dalam proses penyusunan Masterplan
Kawasan Pucak Kabupaten Maros, mulai dari tahap persiapan, survei
lapangan, analisis, penentuan konsep perencanaan, desain perencanaan,
rencana jadwal pelaksanaan kegiatan, dan tenaga ahli yang terlibat di
dalam kegiatan.

7
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

2.1 Profil Kecamatan Tompobulu


A. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Secara geografis, daerah ini terdiri dari 62,5% (5 desa) berada di dataran rendah,
yaitu Desa Benteng Gajah, Desa Pucak, Desa Tompobulu, Desa Toddolimae dan
Desa Bonto Manai. Sementara yang berada di dataran tinggi, ada 3 desa (37,5%)
yaitu Desa Bonto Matinggi, Desa Bonto Manurung, dan Desa Bonto Somba.

Secara administrasi, Kecamatan Tompobulu sendiri terdiri dari 8 (delapan)


wilayah desa, yang meliputi:
1) Desa Benteng Gajah;
2) Desa Pucak;
3) Desa Tompobulu;
4) Desa Toddolimae;
5) Desa Bonto Manai;
6) Desa Bonto Matinggi;
7) Desa Bonto Manurung; dan
8) Desa Bonto Somba.

Adapun batas-batas administrasi wilayah Kecamatan Tompobulu yaitu:


1) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cenrana dan Kabupaten
Bone
2) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tanralili;
3) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Simbang;
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa.

Wilayah Kecamatan Tompobulu memiliki luas 287,66 km2 atau 28.766 hektar.
Sub wilayah kecamatan yang terluas adalah Desa Tompobulu yakni seluas 9.198
hektar, sementara sub wilayah kecamatan terkecil adalah Desa Bonto Manai yakni
hanya seluas 1.200 hektar (KLHS KSP Kebun Raya Pucak, 2019). Berikut

8
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

merupakan Gambar 2.1 yang merupakan peta administrasi Kecamatan


Tompobulu.

9
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kecamatan Tompobulu


Sumber: RTRW Kabupaten Maros 2012-2032
10
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

B. Fisik Wilayah Kecamatan Tompobulu


1. Iklim
Menurut data dari Badan Stasiun Meteorologi, suhu udara di Kabupaten Maros
khususnya di Kecamatan Tompobulu minimum berkisar pada suhu 22,80oC
(terjadi pada bulan Juli dan Agustus) dan suhu maksimum yang berkisar 33,70oC
(terjadi pada bulan Oktober). Umumnya, iklim Kabupaten Maros yang
didalamnya termasuk Kecamatan Tompobulu tergolong iklim tropis basah dengan
curah hujan rata-rata sekitar 271,33 mm setiap bulan dengan jumlah hari hujan
berkisar 147 hari selama tahun 2009 dan suhu udara minimum 22,80oC-25,00oC
dan maksimum 29,10oC- 33,70oC (KLHS KSP Kebun Raya Pucak, 2019).

2. Kemiringan Lereng
Kondisi topografi kawasan perencanaan berada pada ketinggian 100 mdpl – 200
mdpl atau merupakan wilayah kategori dataran rendah dalam wlayah Kecamatan
Tompobulu, dimana desa-desa lainnnya termasuk dalam kategori dataran tinggi
yang berada pada ketinggian 200 mdpl - 800 mdpl. Sementara untuk tingkat
kelerengan cukup bervariasi yakni : 0 – 5% sebesar ±15% dari luas kawasan
perencanaan, 5 – 15% sebesar ±30%, 15 – 30% sebesar 15%, serta kemiringan
30% sebesar 40% dari luas kawasan perencanaan.

3. Kondisi Geologi
Ditinjau dari sisi geologi kawasan perencanaan dominan terbentuk dari struktur
formasi camba, dan terdapat sebagian basal dan retal basal. Formasi Camba terdiri
dari perselingan batuan sedimen laut dan batuan gunung api, yaitu batu pasir
tufaan berselingan dengan tufa, batu pasir, batu lanau dan batu lempung. Di
beberapa tempat dijumpai sisipan napal, batu gamping dan batu bara.

C. Kependudukan
KSP Kebun Raya Pucak merupakan wilayah yang termasuk dalam area
Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros. KSP Kebun Raya Pucak berada
diantara dua desa, yakni Desa Pucak dan Desa Tompobulu. Wilayah Kecamatan
Tompobulu sendiri terdiri dari delapan desa dengan jumlah penduduk pada tahun
2017, sebanyak 15.350 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki yakni 7.559 jiwa

11
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

dan perempuan dengan jumlah 7.791 jiwa. Adapun Desa dengan jumlah penduduk
tertinggi yakni Desa Tompobulu dengan jumlah penduduk sebanyak 3.628 jiwa,
sedangkan desa dengan jumlah penduduk terendah yakni Desa Benteng Gajah,
yakni 1.278 jiwa. Berikut merupakan tabel jumlah penduduk dan persebaran di
Kecamatan Tompobulu tahun 2017.

Tabel 2.1 Jumlah dan persebaran penduduk Kecamatan Tompobulu Tahun 2017
Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

Benteng Gajah 636 642 1278


Pucak 1348 1364 2712
Tompobulu 1763 1865 3628
Toddolimae 1001 1106 2107
Bonto Manai 769 771 1540
Bonto Matinggi 684 687 1371
Bonto Manurung 669 710 1379
Bonto Somba 689 646 1335
Jumlah 7559 7791 15.350
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

Kepadatan penduduk di Kecamatan Tompobulu relatif rendah yakni 541


jiwa/km2, sedangkan pada masing-masing desa, Desa Pucak merupakan wilayah
dengan kepadatan penduduk tertinggi yakni 153 jiwa/km2, kemudian desa dengan
kepadatan penduduk terendah yakni Desa Benteng Gajah yakni 53 jiwa/km2.

Kondisi permukiman di Kecamatan Tompobulu seperti desa-desa pada umumnya


di Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak anta rumahnya sehingga wilayahnya
tidak terlalu padat. Tabel 2.2 di bawah ini menunjukkan kepadatan penduduk
berdasarkan desa di Kecamatan Tompobulu berdasarkan data yang terbaru.

Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Tompobulu 2017


No. Desa Jiwa/km2 Jiwa/ha
1 Benteng Gajah 53 1
2 Pucak 153 15

12
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

Lanjutan Tabel 2.2


3 Tompobulu 39 4
4 Toddolimae 46 7
5 Bonto Manai 128 13
6 Bonto Matinggi 58 6
7 Bonto Manurung 34 3
8 Bonto Somba 42 4
Jumlah 553 5
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

Pertumbuhan penduduk di wilayah Kecamatan Tompobulu mengalami kenaikan


setiap tahunnya namun tidak dalam angka yang signifikan. Berdasarkan hasil data
tahun 2012-2016, jumlah penduduk tahun 2012 sebesar 14.321 jiwa, kemudian
setelah itu meningkat tahun 2013 sebanyak 14.570 atau meningkat sebesar 1.74
persen. Angka pertumbuhan penduduk pun berada diatas 1%.

Tabel 2.3 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk tahun 2012 hingga tahun 2017
Pertumbuhan
No. Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
Penduduk (%)
1 2012 14.321 -
2 2013 14.570 1,74
3 2014 14.858 1,98
4 2015 15.027 1,14
5 2016 15.186 1,06
6 2017 15.350 1,07
Rata-rata 1,16
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

D. Kondisi Sosial dan Ekonomi


1. Penduduk Berdasarkan Agama
Kecamatan Tompobulu memiliki penduduk yang mayoritas penduduknya
memeluk agama Islam. Jumlah total penganut agama ini yakni 15.167 (data tahun
2016), dengan 7.470 penduduk laki-laki dan 7.697 penduduk perempuan,

13
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

sedangkan sisanya ada 19 penduduk yang memeluk agama Protestan dengan 10


penduduk laki-laki dan 9 penduduk perempuan.

2. Angka Kemiskinan
Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal. Keluarga Sejahtera sendiri terbagi menjadi 4 (empat)
golongan, mulai dari keluarga sejahtera I, yakni keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya namun tak dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.

Keluarga sejahtera tahap II yaitu keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar
dan sosial psikologisnya, namun belum dapat memenuhi kebutuhan
perkembangannya, sedangkan keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang
dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan perkembangannya,
namun belum dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat di sekitarnya.
Keluarga sejahtera tahap III plus yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi segala
kebutuhannya serta dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Jumlah keluarga pra sejahtera di Kecamatan Tompobulu yakni 1.130 keluarga,


tahap sejahtera I ada 979 keluarga, tahap sejahtera II ada 1.505 keluarga, tahap
sejahtera III ada 374 keluarga, dan tahap sejahtera III Plus ada 177 keluarga
(Kajian Lingkungan Hidup Strategis KSP Kebun Raya Pucak, 2019).

E. Jaringan Sarana dan Prasarana Wilayah


1. Sarana Pendidikan
Sebagai aspek kehidupan yang penting dalam tatanan masyarakat, Pendidikan
dapat dikatakan menjadi sebuah kebutuhan. Pasalnya, pendidikan menjamin mutu
atau kualitas hidup masyarakat sekitar. Pada beberapa tahun terakhir, pemerintah
telah berupaya dalam meningkatkan mutu atau kualitas sarana dan prasarana
pendidikan, termasuk di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros.

Peningkatan kualitas pendidikan tersebut bercermin pada ketersediaan sarana atau


fasilitas pendidikan yang dapat diakses oleh masyarakat, disertai dengan
kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan tersebut. Menurut
data dalam Kecamatan Tompobulu dalam Angka tahun 2017, pada tahun 2017

14
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

terdapat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 17 buah, SMP sebanyak 8 buah, dan SMA
sebanyak 4 buah. Yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Sumber:
Tabel 2.4 Jumlah Sarana Badan Pusat
Pendidikan Statistik, 2018
di Kecamatan Tompobulu Tahun 2017

SD SLTP SLTA
No. Desa
Jumlah Murid Guru Jumlah Murid Guru Jumlah Murid Guru
1 Benteng 2 272 24 1 76 5 1 109 16
Gajah
2 Pucak 4 510 44 2 234 24 1 123 16
3 Tompobulu 5 229 40 2 279 24 1 26 2
4 Toddolimae 3 367 26 1 79 19 1 71 17
5 Bonto Manai 1 223 10 - - - - - -
6 Bt. Matinggi 1 101 10 1 52 10 - - -
7 Bt. Manurung 1 198 7 1 59 12 - - -

8 Bonto Somba 1 118 7 - - - - - -


Jumlah 18 2.019 68 8 779 94 4 329 51
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

2. Sarana Kesehatan
Kesehatan menjadi aspek kehidupan yang paling penting di lapisan masyarakat.
Dalam rangka mencapai derajat Kesehatan masyarakat yang baik, maka
dibutuhkan sarana Kesehatan dan tenaga Kesehatan di masyarakat. Di Kecamatan
Tompobulu, sarana Kesehatan dapat dikatakan cukup memadai. Setidaknya
terdapat 5 (lima) unit pustu/puskesmas, kemudian posyandu sebanyak 31
(tigapuluh satu) unit, dan poskesdes sebanyak 4 (empat) unit. Kemudian, untuk
tenaga Kesehatan yang ada di Kecamatan Tompobulu yakni sebanyak tiga dokter,
9 perawat, 6 bidan, dan 53 dukun bayi. Untuk lebih lengkapnya, dapat dilihat pada
Tabel 2.5 berikut.

15
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

Tabel 2.5 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Tompobulu tahun 2017

Rumah Puskesmas/
No. Desa Posyandu Poskesdes Apotek
Sakit Pustu
1 Benteng - - 4 1 -
Gajah
2 Pucak - 1 4 - -
3 Tompobulu - 1 5 - -
4 Toddolimae - 1 4 - -
5 Bonto Manai - 1 5 1 -
6 Bt. Matinggi - 1 4 - -
7 Bt. Manurung - - 3 1 -
8 Bonto Somba - - 2 1 -
Jumlah - 5 31 4 -
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

Adapun tenaga medis atau tenaga kesehatan yang terdiri dari 3 dokter, 9 perawat,
6 bidan, serta 53 dukun bayi yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan
Tompobulu, dapat ditinjau pada Tabel 2.6 berikut ini:

Tabel 2.6 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Tompobulu tahun 2017

No. Desa Dokter Perawat Bidan Dukun Bayi

1 Benteng Gajah - 1 1 2
2 Pucak 3 4 1 6
3 Tompobulu - 1 1 3
4 Toddolimae - 1 1 3
5 Bonto Manai - 1 - 1
6 Bonto Matinggi - 1 1 7
7 Bonto Manurung - - 1 24
8 Bonto Somba - - - 17
Jumlah 3 9 6 53
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

16
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

3. Sarana Ibadah
Kecamatan Tompobulu merupakan kecamatan yang mayoritas penduduknya
memeluk agama Islam, dengan jumlah 15.331 jiwa, selebihnya merupakan
pemeluk agama Protestan dengan 19 jiwa. Dengan jumlah tersebut, di Kecamatan
ini, terdapat 37 buah Masjid, 10 buah Langgar/Surau/Mushola, dan 1 (satu) buah
Gereja. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.7:

Tabel 2.7 Jumlah Sarana Ibadah di Kecamatan Tompobulu Tahun 2017


Langgar/
Gereja/
No. Desa Masjid Surau/ Pura Vihara
Kapel
Mushola
1 Benteng Gajah 4 1 1 - -
2 Pucak 5 1 - - -
3 Tompobulu 6 2 - - -
4 Toddolimae 7 - - - -
5 Bonto Manai 4 1 - - -
6 Bt. Matinggi 1 - - - -
7 Bt. Manurung 4 1 - - -
8 Bonto Somba 3 4 - - -
Jumlah 37 10 1 - -
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

4. Prasarana Wilayah
a. Air Minum
Menurut Kajian Lingkungan Hidup KSP Kebun Raya Pucak tahun 2019, Kondisi
pemenuhan air minum di KSP Kebun Raya Pucak masih dilakukan dengan
menggunakan metode tradisional, yaitu melalui sumur-sumur terbuka yang
dibangun di tiap-tiap rumah warga. Meskipun belum terlayani oleh jaringan air
minum melalui perpipaan, namun kualitas dan kontunitas air baku untuk air
minum dan kebutuhan rumah tangga lainnya cukup baik dan stabil, karena pada
kawasan ini terdapat sungai dan air tanah yang belum tercemar atau melampaui
ambang batas toleransi.

17
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

b. Drainase
Kondisi jaringan drainase hanya terdapat di kawasan pusat kecamatan, di sisi
kanan kiri jaringan jalan utama Kawasan tersebut, sedangkan jaringan jalan
lainnya belum tersedia. Kajian Lingkungan Hidup KSP Kebun Raya Pucak
(2019), mengatakan bahwa sirkulasi air hujan (run off) yang jatuh ke permukaan
tanah di sekitar KSP Kebun Raya Pucak dapat dikatakan cukup lancar, walaupun
belum tersedianya jaringan drainase.

2.2 Wilayah KSP Kebun Raya Pucak


A. Kondisi Fisik Wilayah Kawasan Pucak
1. Jenis Tanah
Pada wilayah studi, didominasi oleh 3 jenis tanah utama yaitu Tanah Litosol.
Tanah latosol sendiri merupakan jenis tanah yang terbentuk dari batuan beku yang
berasal dari proses meletusnya gunung berapi dan juga sedimen keras dengan
proses kimia dan atau proses fisika yang belum sempurna. Tanah latosol sendiri
mempunyai kandungan unsur hara yang cukup sedikit dan menyebabkan jenis
tanah ini bukan merupakan tanah yang subur. Hal ini juga mengakibatkan
kurangnya tanaman yang bisa ditanam pada tanah latosol ini.

Kemudian, Tanah Andosol yaitu terbentuk dari endapan abu vulkanik yang telah
mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur dan Tanah
Latosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku, sedimen, dan metamorf.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.2.

2. Kontur
Kontur adalah garis yang menunjukkan beda tinggi suatu tempat. Interval kontur
yang digunakan untuk kegiatan ini adalah interval 12,5 meter yang disesuaikan
dengan skala 1:25.000. Berdasarkan garis kontur pada lokasi KSP menunjukkan
bahwa lokasi tertinggi adalah 325 meter, dan lokasi terendah adalah 37,5 meter.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

18
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

3. Iklim
Kondisi iklim di Kawasan Pucak tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan
tahunan 3,357 mm terjadi antara bulan november sampai mei. Keadaan hidrologi
dapat diamati dengan adanya air tanah yang bersumber dari air hujan yang
sebagian mengalir di permukaan (run off). Terdapat beberapa sumber air di
Kawasan Pucak yaitu terdapat dua buah mata air yang berasal dari luar masuk ke
dalam kawasan dan terdapat dua buah embung yang menampung aliran air dari
dua sungai kecil tersebut.

4. Curah Hujan
Secara keseluruhan, iklim Kecamatan Tompobulu tergolong iklim tropis basah
dengan curah hujan rata-rata sekitar 271,33 mm setiap bulan, dengan jumlah hari
hujan berkisar 147 hari selama tahun 2009 dengan suhu udara minimum 22,80°C-
25,00°C dan maksimum 29,10°C-33,70°C. Curah hujan yang digunakan
bersumber dari peta sistem lahan RTRW Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis KSP Kebun Raya Pucak berkisar antara 2500-
3000 mm/ tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.4.

5. Kemiringan Lereng
Lokasi Kawasan Pucak tergolong dataran rendah di Kawasan Kecamatan
Tompobulu yaitu pada ketinggian 100 mdpl – 200 mdpl. Desa-desa lainnya yang
berada dalam kecamatan yang sama berada pada ketinggian antara 200 mdpl
hingga 800 mdpl. Untuk tingkat kelerengan wilayah ini bervariasi yakni:
kemiringan 0-5% pada ±15% wilayah perencanaan, sekitar 30% wilayah memiliki
kemiringan 5-15%, serta kemiringan 30 persen pada 40% kawasan. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 3.5.

19
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

Gambar 2.2 Peta Jenis Tanah KSP Kebun Raya Pucak


Sumber: KLHS KSP Kebun Raya Pucak, 2019

20
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

Gambar 2.3 Peta Kontur KSP Kebun Raya Pucak


Sumber: KLHS KSP Kebun Raya Pucak, 2019

21
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

Gambar 2.4 Peta Curah Hujan KSP Kebun Raya Pucak


Sumber: KLHS KSP Kebun Raya Pucak, 2019

22
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

Gambar 2.5 Peta Kemiringan Lereng KSP Kebun Raya Pucak


Sumber: KLHS KSP Kebun Raya Pucak, 2019

23
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

B. Sarana dan Prasaran KSP Kebun Raya Pucak


1. Air Minun
Menurut Kajian Lingkungan Hidup KSP Kebun Raya Pucak tahun 2019, kondisi
pemenuhan air minum di KSP Kebun Raya Pucak masih diperoleh melalui sumur-
sumur terbuka yang dibangun di tiap-tiap rumah warga. Belum terdapat sistem
jaringan perpipaan yang melayani warga setempat. Kualitas dan kontinujaringaitas air
baku untuk air minum serta kebutuhan warga setempat dapat dikatakan cukup baik
dan stabil. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya sungai-sungai yang ada di sekitar
KSP Kebun Raya Pucak.

2. Drainase
Kondisi jaringan drainase hanya terdapat di Kawasan pusat kecamatan, di sisi kanan
kiri jaringan jalan utama Kawasan tersebut, sedangkan jaringan jalan lainnya belum
tersedia. Kajian Lingkungan Hidup KSP Kebun Raya Pucak (2019), mengatakan
bahwa sirkulasi air hujan (run off) yang jatuh ke permukaan tanah di sekitar KSP
Kebun Raya Pucak dapat dikatakan cukup lancar, walaupun belum tersedianya
jaringan drainase. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi topografi wilayah yang
relatif bergelombang, serta banyaknya vegetasi yang berguna untuk menyerap air,
baik itu berupa hutan ataupun tanaman perkebunan masyarakat setempat. Terdapat
pula bendung, sungai, waduk, serta embung yang seluruhnya berfungsi untuk
menjaga kestabilan siklus hidrologis di Kecamatan Tompobulu, terkhusus KSP
Kebun Raya Pucak.

3. Jaringan Jalan
Kecamatan Tompobulu merupakan kecamatan dengan kondisi jaringan jalan yang
sudah berupa konstruksi aspal, sayangnya masih terdapat ruas jalan yang telah
mengalami kerusakan. Terkhusus pada wilayah kawasan, yakni KSP Kebun Raya
Pucak, Kawasan inti telah memiliki konstruksi aspal. Secara fungsional, jalan yang
berfungsi sebagai akses dari dan menuju KSP Kebun Raya Pucak merupakan jalan

24
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

lokal yang menghubungkan antar desa, dengan pusat kecamatan. Selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 2.6.

C. Penggunaan Lahan Eksisting


Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Maros tahun 2012-2032, Kawasan
Pucak diperuntukkan menjadi kawasan hutan produksi, kawasan perkebunan, serta
kawasan pertanian. Kawasan Pucak disebutkan secara rinci sebagai kawasan
pariwisata yang berbentuk Kawasan.

Penggunaan/tutupan lahan yang ada di di KSP Kebun Raya Pucak (baik Kawasan
inti, maupun Kawasan penyangga) terdiri dari beberapa jenis, mulai dari hutan lahan
kering, sungai air tawar, embung, kebun, lahan terbuka, dan lain-lain. Tutupan lahan
ini dibuat berdasarkan interpretasi citra rekaman Pleiades pada tahun 2019.
Kemudian disesuaikan dengan peninjauan di KSP Kebun Raya Pucak itu sendiri.
Adapun dari hasil pengamatan penulis, penggunaan lahan dari KSP Kebun Raya
Pucak selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan diuraikan dalam bentuk Tabel
2.8 berikut:

Tabel 2.8 Jenis Penggunaan lahan di KSP Kebun Raya Pucak


No. Jenis Penggunaan lahan Luas (Ha)
1 Air Tawar Sungai 9.889
2 Embung 0.997
3 Hutan Lahan Kering 364.7
4 Kebun 2.343
5 Kolam 0.087
6 Lahan Terbuka 3.313
7 Padang Rumput 12.56
8 Permukiman dan Tempat Kegiatan 3.658
9 Sawah Irigasi 35.96
10 Sawah Tadah Hujan 20.38

25
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

Lanjutan Tabel 2.8


11 Semak Belukar / Alang Alang 80.00
12 Tegalan / Ladang 58.85
Sumber: Citra Pleiades; Diolah oleh Penulis, 2020

26
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

Gambar 2.6 Peta Jaringan Jalan KSP Kebun Raya Pucak


Sumber: Interpretasi Citra Pleiades rekaman tahun 2018

27
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PUCAK
LAPORAN PENDAHULUAN KABUPATEN MAROS

Gambar 2.7 Peta Tutupan Lahan KSP Kebun Raya Pucak


Sumber: KLHS KSP Kawasan Pucak, 2019

28
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

2.3 Potensi Kawasan Kawasan Pucak Kabupaten Maros


A. Potensi Sumber Daya Manusia (Kependudukan)
1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Pada tahun 2017 kawasan perencanaan yang berada pada Kecamatan Tompobulu
tepatnya di sebagian wilayah Desa Tompobulu dan sebagian wilayah Desa Pucak
berpenduduk sebanyak 795 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata
setiap desa hanya 1 jiwa/ha. Sementara angka pertumbuhan penduduk dengan
mengambil komparasi pada wilayah Kecamatan Tompobulu 5 tahun terakhir
adalah sebesar 1,48% per tahun.

2. Proyeksi Jumlah Penduduk


Dengan asumsi pertumbuhan penduduk sebanyak 1,48% per tahun, diproyeksikan
pada tahun 2023 nanti jumlah penduduk di kawasan perencanaan akan sebanyak
881 jiwa, sementara untuk tahun 2028 menjadi sebanyak 948 jiwa, serta pada
tahun 2038 dimana sebagai tahun akhir perencanaan akan berjumlah sebanyak
1.098 jiwa. Selengkapnya mengenai proyeksi jumlah penduduk di kawasan
perencanaan terlihat pada tabel 2.9 berikut ini.

Tabel 2.9 Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perencanaan


No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Keterangan
1 2018 819 Awal Perencanaan
2 2023 881 5 Tahun Pertama
3 2028 948 5 Tahun kedua
4 2033 1020 5 Tahun ketiga
5 2038 1098 5 Tahun keempat
Sumber: Laporan Akhir RTR Kebun Raya Pucak, 2018

3. Kecenderungan Persebaran Penduduk


Persebaran penduduk kawasan perencanaan tergambarkan dari pola persebaran
permukiman yang berkelompok-kelompok di sepanjang jaringan jalan lingkungan
desa. Kecenderungan pola permukiman seperti ini berhubungan dengan fungsi
ruang yang ada di kawasan perencanaan dan sekitarnya, yang memang dominan
dengan fungsi konservasi dan budidaya terbatas, baik sebagai kawasan pelestarian

29
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

alam maupun hutan produksi, dengan pengembangan kegiatan budidaya terbatas


seperti kebun campuran dan tanaman pangan padi sawah.

Tidak tersedia secara proporsional sarana dan prasarana dasar lingkungan yang
menunjang aktivitas kehidupan masyarakat seharihari. Masyarakat Desa
Tompobulu maupun Desa Pucak lebih terkonsentrasi pada kawasan pusat
kecamatan dan pusat desa, dimana lebih tersedia sarana dan prasarana dasar
lingkungan permukiman, seperti pasar, warung, toko, sekolah, masjid,
puskesmas/pustu dan lainnya, yang lebih memberikan kemudahan dan
mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari.

Di masa yang akan datang pola persebaran penduduk tersebut cenderung akan
berpola linear mengikuti pola jaringan jalan. Hal ini dikarenakan dengan
berorientasi pada jaringan jalan akan memudahkan melakukan perjalanan ke
pusat-pusat aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya, dibandingkan jika berorientasi
pada lahan usaha pertanian yang belum terlayani jaringan jalan, sebagaimana
pola-pola pengembangan permukiman penduduk tradisional dahulu kala.
(Laporan Akhir RTR Pucak, 2018)

3. Dinamika Sosial Masyarakat


Pendekatan dalam mengidentifikasi dinamika sosial masyarakat sangatlah
beragam, namun pendekatan yang digunakan ialah yang dikembangkan oleh
Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa, Depdagri. Pendekatan tersebut
mengelompokkan masyarakat menurut keterikatan pada individu/keluarga dengan
nilai-nilai budaya yang dianut ke dalam tiga golongan, yaitu:
a) Masyarakat terbuka, yaitu masyarakat yang sebagian besar keluarga dalam
masyarakat tersebut telah terbuka terhadap inovasi atau pengaruh baru dari
luar, baik dalam bentuk teknologi, maupun dalam cara berpikir dan
berperilaku.
b) Masyarakat Transisi, adalah masyarakat yang pola pikir dan perilakunya
sebagian besar keluarga dalam masyarakat tersebut masih dipengaruhi

30
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

oleh nilai budaya tradisional, juga telah mulai dapat menerima


pengaruhpengaruh baru dari luar.
c) Masyarakat Tradisional, adalah masyarakat yang pola pikir dan
perilakunya sebagian besar warganya masih didominasi oleh nilai-nilai
tradisional yang diwarisi secara turun temurun.

Berdasarkan kondisi pada kawasan pengembangan, dapat disimpulkan bahwa


masyarakat di kawasan perencanaan secara umum telah berada pada kondisi
Masyarakat Transisi menuju masyarakat perkotaan dalam beberapa aspek
kehidupan, seperti terbuka dalam berinteraksi sosial, ekonomi, dan budaya, pola
hidup yang konsumtif untuk barang-barang berteknologi, berkompetisi dalam hal
positif, bermotivasi kuat untuk maju melalui pendidikan dan keterampilan,
kecenderungan pergeseran mata pencaharian dari sektor primer (pertanian) ke
sektor sekunder (industri), serta tersier (jasa-jasa, perdagangan, dan sebagainya),
namun tetap memegang norma agama dan norma adat dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.

B. Potensi Sumber Daya Alam (Daya Dukung dan Daya Tampung)


1. Perkiraan Kebutuhan Ruang Pengembangan Permukiman
Kebutuhan ruang bagi pengembangan permukiman yang menjadi kegiatan
budidaya utama di kawasan perencanaan masih lebih sedikit dibanding
ketersediaan lahan yang layak untuk pengembangan permukiman. Dimana
diproyeksikan bahwa jumlah penduduk di kawasan perencanaan hingga tahun
2038 nanti hanya sebanyak 1.098 jiwa, maka diperkirakan akan memerlukan
sebanyak 275 unit rumah, dengan asumsi setiap unit rumah di huni sebanyak 4
orang dalam satu keluarga. Selenjutnya, dengan mencermati luasan rata-rata persil
rumah penduduk setempat saat ini, yakni 200 m² – 300 m², maka diproyeksikan
kebutuhan akan lahan permukiman hingga tahun 2038 nanti adalah seluas 6,87 ha.
Adapun kecenderungan pola sebarannya mengikuti pola jaringan jalan yang ada
saat ini yang berada di dalam kawasan penyangga. (Laporan Akhir RTR Pucak,
2018)

31
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

2. Perkiraan Ketersediaan Lahan Efektif Bagi Pengembangan Fungsi Konservasi


Tumbuhan Ex Situ
Pada wilayah kawasan perencanaan dinilai dominan berada pada kategori
bergelombang dengan tingkat kelerengan 15 - 25%, dan 25 – 40%. Sebagaimana
azas normatif kriteria kesesuaian pemanfaatan lahan dari aspek kemiringan lereng
lahan, yakni lahan dengan tingkat kelerengan 0 – 25 %, masih cukup layak di
manfaatkan untuk kegiatan budidaya seperti pengembangan permukiman dan
kegiatan sejenisnya, termasuk bangunan penunjang aktivitas permukiman.
Adapun rincian deskripsinya, seperti terlihat pada tabel 2.10 berikut ini:

Tabel 2.10 Klasifikasi Kemiringan Lereng Lahan dan Kelayakan Pemanfataan


Kelas Kemiringan (%) Deskripsi Keterangan
1 0-8 Datar Budidaya
2 8-15 Landai Budidaya
3 15-25 Agak Curam Budidaya
4 25-45 Curam Lindung
5 > 45 Sangat Curam Lindung
Sumber: Laporan Akhir RTR Kebun Raya Pucak, 2018

3. Intensifikasi dan Ekstensifikasi


Efisiensi dan efektifitas penggunaan ruang dalam suatu kawasan perencanaan
harus dapat diwujudkan, oleh karenanya sangat diperlukan adanya langkah
intensifikasi dan ekstensifikasi pemanfaatan ruang, dimana langkah ini sangat
berkaitan dengan strategi pengembangannya.

Kebijakan pengembangan pola tata ruang dalam hubungan intensitas pemanfaatan


lahan bagi kawasan dan alokasi elemen-elemen pendukung aktivitas sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut:
a) Fungsi yang diemban oleh kawasan perencanaan yang termanifestasi
melalui distribusi fasilitas/elemen kawasan menurut fungsi dan jangkauan
pelayanan;

32
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

b) Perkiraan jumlah penduduk berdasarkan hasil proyeksi yang akan


bermukim dalam kawasan perencanaan (kawasan penyangga) dikaitkan
dengan daya tampung maksimal lahan;
c) Kaitan antara (a) dan (b) akan memberikan gambaran tentang jenis dan
jumlah fasilitas, sarana, prasarana dan utilitas yang diperlukan dan harus
disediakan untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kawasan tersebut;
d) Struktur tata ruang kawasan yang dituju dan terintegrasi dengan struktur
tata ruang dalam wilayah kabupaten;
e) Kebutuhan ruang bagi setiap jenis bangunan menurut besaran dan
fungsinya;
f) Ketersediaan kawasan atau ruang/lahan yang dapat dimanfaatkan bagi
pengembangan fisik kawasan di masa datang. (Laporan Akhir RTR Pucak,
2018)

Kebijakan intensitas penggunaan lahan bagi pengembangan fisik dan tata ruang
kawasan perencanaan pada masa yang akan datang berdasarkan kondisi yang
berlaku, ditempuh melalui dua pola, yakni:

a) Pola Intensifikasi lahan ditujukan pada peningkatan mutu/kualitas


lingkungan atau fungsi konservasi, utamanya pada Kawasan Inti; kawasan
dengan batas tertentu dan memperoleh fasilitas tertentu yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan fungsi konservasi tumbuhan secara ex situ.
Selain itu, pola intensifikasi juga ditujukan pada peningkatan mutu dan
pembangunan berbagai jenis bangunan pendukung aktivitas konservasi
tumbuhan secara ex situ, termasuk ruang-ruang publik skala seperti ruang
terbuka hijau skala persil untuk menambah estetika kawasan inti.

b) Pola ekstensifikasi lahan kawasan ditujukan pada perluasan kawasan


terbangun berupa Kawasan Penyangga; kawasan dengan radius tertentu
dari batas kawasan inti dengan kegiatan budidaya terbatas yang memiliki
fungsi mendukung fungsi konservasi pada kawasan inti. Pengembangan
kawasan penyangga sebagai respon tuntutan kebutuhan aktivitas internal

33
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

kawasan budidaya seperti permukiman penduduk setempat yang memang


telah berkembang lebih awal di kawasan penyangga tersebut. Kebutuhan
internal sebagai akibat dari perkembangan jumlah penduduk setempat
yang memerlukan lahan untuk membangun rumah, akibat dari
pertambahan rumah tangga baru, maupun bagi sarana dan prasarana dasar
lingkungan permukiman yang sesuai dengan standar pelayanan minimal,
seperti pengembangan sekolah dasar, masjid atau mushallah, taman
bermain, dan sejenisnya.

4. Pengaruh Fungsi Kawasan Kawasan Pucak Terhadap Daerah Sekitar


Sebagai kawasan yang ditetapkan secara resmi sebagai Kawasan Strategis
Provinsi (KSP) berbentuk Kawasan yang bernilai ekonomi (agro botanical
garden), maka pengaruh Kawasan pucak yang juga mejadi kawasan konservasi
tumbuhan secara ec situ berperan dalam mengurangi laju degradasi
keanekaragaman tumbuhan, terutama tumbuhan yang sudah mulai langka, dan
tumbuhan endemik daerah masing-masing.

Sebagai kawasan konservasi, kawasan perencanaan yang berada di Kecamatan


Tompobulu yakni di sebagian Desa Tompobulu dan sebagian lagi berada di Desa
Pucak, dalam konteks penataan ruang, berfungsi sebagai ruang terbuka hijau
(RTH) kota, yakni kawasan Perkotaan Mamminasata. Fungsi RTH sebagai
penjaga siklus hidrologis dan sumber produksi oksigen (O2) untuk warga kota,
dimana kawasan Kawasan pucak memiliki hamparan yang cukup luas yakni 120
ha, merupakan kontribusi besar bagi penyediaan RTH perkotaan Mamminasata.
Lokasinya yang berada di daerah pinggiran Kota Makassar dan Perkotaan Maros,
menjadi strategis untuk tetap di jaga kelestariannya, apalagi di sekitar kawasan
tersebut merupakan kawasan sumber air baku air minum bagi penduduk perkotaan
Maros dan sebagian Kota Makassar yakni Bendung Lekopancing yang sumber
airnya berasal dari Sungai Lekopancing yang hulunya berada di daerah kawasan
lindung perbatasan antara wilayah Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa
kemudian sungai tersebut melintasi kawasan perencanaan.

34
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

5. Aksesibilitas
Hal mendasar yang menjadi komponen terpenting dalam menentukan aksesibilitas
apakah mudah dicapai atau tidak salah satunya ialah terkait sistem pengangkutan
(transportasi). Unsur utama yang menentukan kemudahan pencapaian berdasarkan
tinjauan sistem transportasi antar wilayah/kawasan, adalah: tingkat pelayanan
jaringan jalan, kondisi jaringan jalan berkaitan dengan konstruksi perkerasan, dan
pelayanan sarana angkutan. Berikut merupakan gambaram keadaan layanan
jaringan jalan yang ada pada Kawasan Pucak.

Tabel 2.11 Layanan Jaringan Jalan dan Sarana Pengangkutan


di Kawasan Pucak
Ruas Jalan Layanan
Lebar Sarana
No Uraian Klasifikasi
(m) Kostruksi Angkutan
Jalan
*Rumija* Umum

A Eksternal
1 Kawasan Kawasan Pucak – Kawasan Lokal 6 Aspal, Beton Belum Tersedia
Perkotaan Maros

2 Kawasan Kawasan Pucak – Kota Baru


Mamminasata Lokal 6 Aspal, Beton Belum Tersedia

(Moncongloe/Maros/Pattalassang/Gowa)

B Eksternal
1 Kawasan Kawasan Pucak – Pusat Desa Lokal, Aspal, Belum Tersedia
Kawasan Kawasan Pucak – Pusat 6,4
Lingkungan Pengerasan
2 Kecamatan
Lokal, Aspal, Belum Tersedia
6,4
Lingkungan Pengerasan

Sumber: Laporan Akhir RTR Kebun Raya Pucak, 2018

Berdasarkan tabel tersebut di atas dengan menggunakan kriteria aksesibilitas,


diperoleh gambaran bahwa aksesibilitas eksternal Kawasan Kawasan Pucak relatif
Sedang, sementara aksesibilitas internalnya kondisinya sama, terutama dalam
aspek ukuran geometrik lebar jalan (ruang milik jalan; rumija) dan konstruksi
jaringan jalan yang umumnya telah beraspal.

35
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

6. Fasilitas Pelayanan Sosial dan Ekonomi


Unsur utama lainnya yang menentukan terciptanya tingkat aksesibilitas dalam
suatu wilayah/kawasan utamanya antar kawasan perumahan/permukiman
(penduduk) dengan fasilitas pelayanan adalah jarak optimal fasilitas pelayanan
terhadap daerah yang terlayani. Ada dua alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan (radius wilayah pelayanan) dari setiap fungsi
fasilitas sosial budaya dan sosial ekonomi. Jangkauan pelayanan diukur
berdasarkan waktu dan ongkos tertentu yang harus dikeluarkan oleh penduduk
untuk menikmati pelayanan dari fasilitas yang tersedia pada pusat-pusat
pelayanan.

Kriteria jangkauan pelayanan untuk setiap jenis fasilitas sosial ekonomi yang
dijadikan perbandingan adalah SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan dan standar DTKD-Ditjen Cipta Karya,
1990. Untuk fungsi pelayanan yang tidak dijelaskan dalam standarisasi/norma,
maka akan digunakan asumsi-asumsi yang berdasar pada kenyataan lapangan dan
pertimbangan-pertimbangan lain dengan tetap memperhitungkan jarak ideal
(dapat tercipta ulang-alik/tanpa menetap disekitar lokasi fungsi pelayanan) dari
setiap fungsi pelayanan. (Laporan Akhir RTR Kebun Raya Pucak, 2018)

36
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PERENCANAAN

3.1 Pendekatan
A. Pendekatan Dasar
Pendekatan dasar yang digunakan dalam Penyusunan Masterplan Kawasan
Pucak, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut:

1. Asas Keterpaduan

Dalam Penyusunan Masterplan Kawasan Pucak, Kabupaten Maros dilakukan


dengan memperhatikan dengan strategi pengembangan makro yang telah
ditetapkan oleh pemangku kebijakan baik pada tingkat kabupaten hingga
tingkat nasional untuk meningkatkan sinergi dalam proses pengambilan
keputusan dengan maksud segala kebijakan yang diambil tidak terdapat gap
atau saling berkaitan berdasarkan hirarki. Penyusunan masterplan ini juga
harus memiliki keterpaduan dengan sektor formal maupun sektor
perwilayahan yang berkaitan dengan kawasan pengembangan untuk
menghindari terjadinya konflik kepentingan antar masing-masing sektor.

2. Asas Keberlanjutan

Dalam kegiatan dalam Penyusunan Masterplan Kawasan Pucak asas


keberlanjutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengembangan dengan
tujuan agar perencanaan dan implementasi berjalan sesuai sebagaimana
mestinya sebagai destinasi wisata mendukung Kawasan Pucak sebagai
Kawasan Strategis Provinsi. Asas keberlanjutan yang diterapkan dalam
Penyusunan Masterplan Kawasan Pucak Kabupaten Maros yakni dengan
mendukung pembangunan secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi,
juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat, mengatur penyediaan,
pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sumber daya secara
berkelanjutan, serta antisipasi dan pemantauan terhadap proses perubahan.

37
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

3. Asas Keterbukaan

Dalam penyusunan masterplan ini menerapkan asas keterbukaan dimana


seluruh proses Pengembangan Kawasan Pucak dengan pendekatan konsep
ekowisata dilakukan dengan terbuka kepada masyarakat/pengguna saat survei
lapangan dan kepada setiap stakeholder melalui seminar dan Focus Group
Discussion (FGD) yang akan mewujudkan komitmen sistem penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik yang melibatkan partisipasi aktif dan seimbang
antara berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat sejak awal
penyusunan hingga pengambilan keputusan.

B. Pendekatan Kondisi

Penyusunan Masterplan Kawasan Pucak Kabupaten Maros dilakukan dengan


memperhatikan keragaman kondisi wilayah dan/atau kawasan. Adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Mengidentifikasi Kondisi Sasaran Pembangunan, dilakukan dengan


identifikasi terhadap potensi-potensi yang dimiliki kawasan/wilayah,
identifikasi terhadap kelaakan pengembangan suatu kawasan/wilayah,
produk wisata yang tersedia, keterlibatan masing-masing sektor, dan
kemungkinan laju pertumbuhan pariwisata.
2. Idetifikasi Daya Dukung Sasaran Pembangunan, dilakukan dengan
identifikasi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM),
identifikasi terhadap kemampuan, dalam hal ini sosial, lingkungan dan
ekonomi) kawasan/wilayah terhadap pembangunan yang akan
direncanakan, peningkatan ciri khas kawasan dalam hal ini melakukan
konservasi terhadap keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan
perencanaan, kemampuan untuk menghasilkan keluaran pembelanjaan
wisatawan serta kemampuan untuk bersaing dengan competitor sejenis.
3. Identifikasi Dampak yang Ditimbulkan, dilakukan dengan identifikasi
terhadap dampak negatif maupun positif terkait sektor sosial, ekonomi dan
lingkungan yang terjadi terhadap pengembangan kawasan perencanaan.
Sebagai contoh dampak yang dapat dirasakan masyarakat dari

38
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

pengembangan kawasan perencanaan, misal masyarakat mendapatkan


keuntungan dari segi ekonomi dari perencanaan yang dilakukan.

3.2 Metode Pendekatan Perencanaan

Dalam upaya Pengembangan Kawasan Pucak Kabupaten Maros dilakukan dengan


penekatan konsep ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata
pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi,
kemudian kedua adalah aspek market. Untuk pengembangan ekowisata
dilaksanakan dengan konsep product driven. Meskipun aspek market perlu
dipertimbangkan namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata
alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya.
Adapun pendekatan perencanaan yang digunakan antara lain:

A. Pendekatan Pembangunan Pariwisata Yang Berkelanjutan (Sustainable)

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat


didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika
dan sosial terhadap masyarakat. Dalam hal ini, pembangunan yang berkelanjutan
sebagai upaya yang terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas
hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan, dan
pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan. Pembangunan pariwisata yang
berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsip antara lain:

1. Partisipasi
Prinsip partisipasi ini diperankan oleh masyarakat dalam mengawasi dan/atau
mengontrol pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan
visi pariwisata, mengidentifikasi sumber daya yang akan dipelihara dan
ditingkatkan, mengembangkan tujuan dan strategi pengembangan dan
pengelolaan daya tarik wisata, serta masyarakat juga harus berpartisipasi
dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah disusun sebelumnya.

2. Keikutsertaan para pelaku (stakeholder involvement)


Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi
kelompok masyarakat dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat),
kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis

39
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan
menerima dampak dari kegiatan wisata.

3. Kepemilikan lokal
Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang
berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan
seperti penginapan, rumah makan, dsb. seharusnya dapat dikembangkan dan
dipelihara oleh masyarakat setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan
bahwa Pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan
akses untuk para pelaku bisnis/kewirausahaan setempat benar-benar
dibutuhkan dalam mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan
antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam
menunjang kepemilikan lokal tersebut.

4. Penggunaan sumber daya yang berkelanjutan


Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan
berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatan di dalamnya harus menghindari
penggunaan sumber daya yang tidak dapata diperbaharui secara berlebihan.
Hal ini juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam perencanaan,
pembangunan, dan pelaksanaan sehingga pembagian keuntungan yang adil
dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus
menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan
diperbaiki dengan menggunakan kriteria-kriteria dan standar-standar
internasional.

5. Mewadahi tujuan-tujuan masyarakat


Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan
pariwisata agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat
dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata
budaya atau cultural tourism partnership dapat dilakukan mulai tahap
perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran.

6. Daya dukung
Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya
dukung fisik, alami, sosial, dan budaya. Pembangunan dan pengembangan

40
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan
pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara regular sehingga dapat
ditentukan penyesuaian/perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas
wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi (limits
of acceptable use).

7. Monitor dan Evaluasi


Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwista berkelanjutan
mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta
pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengatur
dampak pariwisata. Pedoman atau alat bantu yang dikembangkan tersebut
harus meliputi skala nasional, regional, dan lokal.

8. Akuntabilitas
Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan
mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan keseharan masyarakat
lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus
menjamin akuntabilitas serta memastikan bahwa sumber-sumber yang ada
tidak dieksploitasi secara berlebihan.

9. Pelatihan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-
program Pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat
dan meningkatkan keterampilan bisnis dan professional. Pelatihan sebaiknya
meliputi topik tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta
topik-topik lain yang relevan.

10. Promosi
Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan
lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan
identitas masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan
tersebut seharusnya bertujuan untuk mewujudkan pengalaman wisata yang
berkualitas yang memberikan kepuasan bagi pengunjung.

41
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

Pembangunan berkelanjutan pada umumnya mempunyai sasaran memberikan


manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengurangi manfaat bagi generasi
mendatang. Adanya tuntutan akan perlunya masyarakat yang berkelanjutan, dan
panggilan kemanusiaan untuk bertindak sedemikian rupa agar kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya menikmati hidup berkelanjutan di tengah keterbatasan
dunia.

Untuk pengembangan kawasan dengan pendekatan ekowisata dilaksanakan


dengan cara pengembangan pariwisata pada umumnya. Di dalam konsep
ekowisata, lebih ditekankan pada dua aspek yaitu aspek destinasi dan aspek
market. Pada hakikatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam
dan budaya masyarakat tanpa mengesampingkan keberlanjutan dari perencanaan
yang ada. Pembangunan dengan pendekatan ekowisata berwawasan lingkungan
jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam, sebab ekowisata tidak
melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan.

B. Pendekatan Manajemen Kualitas Produk Wisata

Dalam pendekatan ini lebih menjabarkan bagaimana keterkaitan antara kualitas


sisi penawaran yang dalam hal ini produk wisata untuk memberikan pelayanan
terhadap sisi penawaran yang dalam hal ini merupakan pasar wisata yang
menekankan pada pemberian kualitas pengalaman berwisata terhadap wisatawan.

1. Produk Wisata
Elemen-elemen yang tercakup dalam produk wisata yang merupakan
komponen penting dalam dunia pariwisata sebagai sisi penawaran (supply)
bagi wisatawan (Inskeep, 1991) terdiri dari:
a) Atraksi wisata atau daya tarik wisata dimana potensi daya tarik wisata
ini diidentifkasikan sebagai sumber daya alam, sumber daya budaya
yang perlu dikembangkan untuk menjadi daya tarik wisata. Kriteria
atraksi atau daya tarik wisata adalah syarat-syarat atau unsur daya tarik
yang melekat pada objek wisata;

42
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

b) Akses yang merupakan unsur-unsur kemudahan yang disediakan bagi


wisatawan untuk berkunjung, seperti terminal, kendaraan, rute jalan,
dan pencapaian;
c) Fasilitas dan layanan lainnya yang diperlukan dalam pengembangan
pariwisata termasuk tour and travel, restoran, tempat kerajinan,
cinderamata, pusat informasi, dan pelayanan keamanan. Fasilitas wisata
dan servis yang memiliki keistimewaan tersendiri kemudian dapat
menjadi atraksi atau daya tarik wisata untuk fasilitas itu sendiri dan
dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung;
d) Pemasaran yang merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan
atraksi atau daya tarik wisata yang ditawarkan dan cara bagaimana
atraksi atau daya tarik tersebut dapat dikunjungi wisatawan;
e) Infrastruktur yang diperlukan daerah tujuan wisata seperti air bersih,
tenaga listrik, pengolahan limbah, telekomunikasi, sistem drainase dan
lainnya;
f) Institusional, yaitu elemen-elemen kelembagaan yang diperlukan untuk
mengembangkan dan mengolah pariwisata termasuk perencanaan
tenaga kerja, program pendidikan dan pelatihan, program promosi dan
pemasaran, struktur organisasi wisata sektor publik dan swasta,
peraturan, program dan pengendalian dampak ekonomi, lingkungan,
dan sosial budaya.

2. Pasar Wisata
Pasar Wisata dimaknai sebagai tempat bertemunya permintaan dan
penawaran atau konsumen dan produsen pariwisata. Jelasnya pasar adalah
perantara bagi penjual dan pembeli untuk melakukan pertukaran. Pasar
wisata yang faktual adalah unsur-unsur industri sering juga disebut para
pelaku wisatawan, seperti penyedia informasi wisata, biro perjalanan,
pengatur perjalanan (tour operator), transportasi, pengurus visa, jasa atraksi,
hotel dan restoran dan perilaku mekanisme yang mempertemukan
permintaan danpenawaran produk dan jasa wisata (Janianton Damanik dan
Helmut F. Webber).

43
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

3. Manajemen Pengalaman Wisatawan (Tourist Experience Management)


Pengalaman wisatawan didefinisikan sebagai persepsi wisatawan, baik sadar
maupun di bawah sadar, hubungan wisatawan dengan destinasi wisata yang
dihasilkan dari semua interaksi mereka dengan suatu destinasi wisata selama
siklus hidup wisatawan. Adapun pengalaman manajemen pelanggan,
Gartner menjelaskan: "praktek merancang dan bereaksi terhadap interaksi
pelanggan untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dan, dengan
demikian, meningkatkan kepuasan pelanggan, loyalitas dan advokasi.”

Stuart dan Pajak (2004) berpendapat bahwa pengalaman pelanggan dapat


ditingkatkan dengan merancang sistem pelayanan untuk mendorong
partisipasi aktif pelanggan yang lebih besar. Berry dan Carbone (2007)
mengusulkan pendekatan lima langkah; 1) mengidentifikasi emosi yang
membangkitkan komitmen wisatawan, 2) membangun pengalaman motif
berwisata, 3) persediaan dan mengevaluasi petunjuk pengalaman wisata
sebelumnya petunjuk, 4) menentukan pengalaman kesenjangan, dan 5)
menutup kesenjangan pengalaman dan memantau pelaksanaan.

C. Manajemen Pendekatan Konsep Ekowisata

Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan


kelestarian ekosistem hutan. Terdapat beberapa butir prinsip pengembangan
ekowisata yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka
ekowisata menjamin pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan
berbasis kerakyatan (commnnity based). The Ecotourisim Society (Eplerwood,
1990) menyebutkan ada delapan prinsip, yaitu:

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap


alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan
sifat dan karakter alam dan budaya setempat;
2. Pendidikan konservasi lingkungan. Dalam artian bahwa dengan
pendekatan ekowisata dapat mendidik wisatawan dan masyarakat akan
pentingnya arti konservasi.

44
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

3. Pendapatan langsung bagi kawasan. Mengatur agar kawasan yang


digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian
dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan.
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan yang dilakukan dengan
mengajak masyarakat dalam merencanakan pengembangan ekowisata.
Demikian pula dalam hal pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut
secara aktif.
5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi
masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga
kelestarian kawasan alam.
6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan
termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga
keharmonisan dengan alam.
7. Daya dukung lingkungan, pada umumnya lingkungan alam mempunyai
daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan.
8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu
kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan
belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau
negara bagian atau pemerintah daerah setempat.

D. Pendekatan Spasial
Pendekatan keruangan dalam Penyusunan Masterplan Kawasan Pucak Kabupaten
Maros menekankan pada eksistensi atau kemampuan ruang untuk menunjukkan
kemampuannya dan dapat juga berfungsi untuk mengakomodasikan kegiatan
manusia dalam berwisata. Menurut Pearce (dalam Heru Pramono, 2012:2),
terdapat enam topik yang menyusun komponen geografi pariwisata, yaitu:

1. Pola keruangan penawaran (spatial patterns of supply);


2. Pola keruangan permintaan (spatial patterns of demand);
3. Geografi tempat-tempat wisata (geography of resort);
4. Geografi dan aliran wisatawan (tourist movement and flows);
5. Dampak pariwisata (the impact of tourism);
6. Model-model keruangan pariwisata (models tourism space).

45
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

Dalam pendekatan ini, yang menjadi prinsip perencanaan pariwisata adalah


sebagai berikut:

1. Fungsi Lingkungan
Lingkungan suatu wilayah pada awalnya diperuntukkan bagi masyarakat
lokal yang bermukim pada wilayah tersebut sehingga fungsi-fungsinya
kebanyakan merupakan tujuan awal lingkungan tersebut. Namun fungsi ini
juga dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Adapun
fungsi-fungsi yang diperlukan untuk pariwisata menurut Noviendi (2006)
antara lain:
a) Pusat perbelanjaan (retail);
b) Olahraga (professional sport);
c) Kesehatan (health);
d) Konvensi (convention);
e) Transportasi
f) Budaya (cultural);
g) Media massa;
h) Akomodasi.

2. Perspektif Tata Lingkungan (landuse)


Elemen yang perlu dipahami dalam pengembangan kawasan perencanaan
adalah peta dasar, survei tata guna lahan eksisting, pendaerahan yang telah
ditetapkan, pola pemilikan lahan, jaringan jalan raya utama dan sarana
transportasi, pelayanan utilitas umum (termasuk saluran limbah dan air
bersih), fasilitas umum dan pelayanan masyarakat yang ada.

3. Daya dukung lingkungan


Daya dukung (carrying capacity) didefinisikan oleh WTO (world tourism
organization) sebagai jumlah maksimum orang yang dapat mengunjungi
tujuan wisata pada saat yang sama, tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan
fisik, ekonomi, sosial-budaya dan penurunan kualitas serta dapat memberikan
kepuasan pengunjung.

46
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

Terdapat tiga tipe carrying capacity yang dapat diaplikasikan pada


pengembangan suatu destinasi wisata (Liu, 1994 dalam Pitana dan Diarta),
yaitu:
1) Physical Carrying Capacity, merupakan kemampuan suatu kawasan
alam atau destinasi wisata untuk menampung pengunjung penduduk
asli, aktivitas wisata, dan fasilitas penunjang wisata.
2) Biological Carrying Capacity, konsep ini merefleksikan interaksi
destinasi wisata ekosistem flora dan fauna.
3) Social/Cultural Carrying Capacity, merefleksikan dampak
pengunjung pada gaya hidup komunitas lokal.

3.3 Metode Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Metode pendekatan partisipasi masyarakat yang digunakan dalam Penyusunan


Masterplan Kawasan Pucak Kabupaten Maros yakni dengan konsep Community
Based Tourism (CBT). Secara konseptual prinsip dasar kepariwisataan berbasis
masyarakat adalah menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama melalui
pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisatan, sehingga
kemanfaatan kepariwisataan sebesar-besarnya diperuntukkan bagi masyarakat.
Sasaran utama pengembangan kepariwisataan haruslah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (setempat). Pemda berperan sebagai fasilitator
pengembangan kepariwisataan.

Konsep Community Based Development lazimnya digunakan oleh para perancang


pembangunan pariwisata sebagai strategi untuk memobilisasi komunitas untuk
berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan sebagai partner industri pariwisata.
Tujuan yang ingin diraih adalah pemberdayaan sosial-ekonomi komunitas itu
sendiri dan melekatkan nilai lebih dalam berpariwisata, khususnya kepada para
wisatawan. Tren dunia global saat ini pengembangan community based deve-
lopment telah dilakukan sebagai alat dan strategi pembangunan, tidak hanya
terbatas di bidang pariwisata, melainkan dalam konteks pembangunan negara,
dengan membuka kesempatan dan akses komunitas untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan.

47
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

Community based development adalah konsep yang menekankan kepada


pemberdayaan komunitas untuk menjadi lebih memahami nilai-nilai dan aset yang
mereka miliki, seperti kebudayaan, adat istiadat, masakan kuliner, gaya hidup.
Dalam konteks pembangunan wisata, komunitas tersebut haruslah secara mandiri
melakukan mobilisasi aset dan nilai tersebut menjadi daya tarik utama bagi
pengalamanberwisata wisatawan. Melalui konsep Community Based Tourism,
setiap individu dalam komunitas diarahkan untuk menjadi bagian dalam rantai
ekonomi pariwisata, untuk itu para individu diberi keterampilan untuk
mengembangkan small business.

Menurut Suansri (2003) ada beberapa prinsip dari community based tourism yang
harus dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Mengenali, mendukung, dan mempromosikan kepemilikan masyarakat


dalam pariwisata (community ownership of tourism);
2. Melibatkan anggota masyarakat dari setiap tahap pengembangan
pariwisata dalam berbagai aspeknya.;
3. Mempromosikan kebanggaan terhadap komunitas bersangkutan;
4. Meningkatkan kualitas kehidupan;
5. Menjamin keberlanjutan lingkungan;
6. Melindungi ciri khas (keunikan) dan budaya masyarakat local;
7. Mengembangkan pembelajaranlintas budaya;
8. Menghormati perbedaan budaya dan martabat manusia;
9. Mendistribusikan keuntungan dan manfaat yang diperoleh secara
proporsional kepada anggota masyarakat;
10. Memberikan kontribusi dengan persentase tertentu dari pendapatan yang
diperoleh untuk proyek pengembangan masyarakat;
11. Menonjolkan keaslian (authenticity) hubungan masyarakat dengan
lingkungannya.
Berdasarkan pemahaman tersebut, Community Based Tourism sangat berbeda
dengan pendekatan pembangunan pariwisata pada umumnya, dimana komunitas
merupakan aktor utama dalam proses pembangunan pariwisata, dengan tujuan
utama adalah untuk peningkatan standar kehidupan ekonomi masyarakat tersebut.

48
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

3.4 Metode Pendekatan Strategi Operasional

Dalam Penyusunan Masterplan Kawasan Pucak Kabupaten Maros digunakan


pendekatan strategi operasional yang diperlukan untuk menjamin agar kriteria dari
pelaksanaan operasional tetap terjaga, sehingga dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang ditentukan sebelumnya. Strategi operasional yang dimaksud antara
lain:
1. Pengumpulan data (data collecting):
Pengumpulan data awal baik data primer maupun sekunder yang
diperlukan untuk menganalisis pekerjaan.
2. Pelaporan (reporting):
Mendokumentasikan semua hasil kegiatan yang dilaksanakan sejak
dimulainya hingga selesainya pekerjaan.

3. Koordinasi secara berkelanjutan:


Koordinasi ini akan melibatkan banyak pihak terutama pada tahap
pengumpulan data dan diskusi serta seminar. Koordinasi yang baik dari
pimpinan tim sangat penting untuk dilaksanakan. Koordinasi ini berupa:
a) Kontrol secara terus-menerus terhadap proses pekerjaan
b) Konsultasi intensif dengan tim teknis atau narasumber yang ditunjuk
c) Berhubungan secara intensif dengan pemberi data, antara lain instansi
yang terkait serta masyarakat di daerah pengembangan

4. Bisa dipertanggung jawabkan:


Bahwa setiap hasil kerja dari seluruh kegiatan konsultan harus dapat
dipertahankan kehandalannya. Untuk itu diadakan beberapa konfirmasi
dengan kunjungan atau survei ke daerah pengembangan dan beberapa
pihak yang akan menjadi pengguna. Konfirmasi ini diadakan berupa
diskusi pada setiap tahapan laporan dan dilakukan seminar pada tahapan
konsep rencana.

49
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

3.5 Metodologi Perencanaan

A. Metode Pengumpulan Data


Tahap pengumpulan data/survei dalam proses perencanaan ini meliputi
pengumpulan data baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif terhadap aspek-
aspek yang berhubungan dengan potensi daerah. Pengumpulan data yang akan
dilakukan dalam survei ini meliputi data sekunder (intensional), primer
(wawancara dan kuesioner), serta pengamatan langsung di lapangan sebagai dasar
untuk memahami kondisi wilayah perencanaan.

1. Pengumpulan Data Primer


Survei ini dilakukan untuk mendapatkan data terbaru/terkini langsung dari
lapangan atau objek studi. Pengumpulan data primer ini sendiri akan
dilakukan melalui 2 metode, yaitu metode observasi langsung ke lapangan dan
metode penyebaran kuesioner atau wawancara. Penentuan penggunaan kedua
metode ini dilakukan berdasarkan jenis data yang dibutuhkan.

Survei primer yang akan dilakukan terdiri dari empat tipe survei, yaitu:

a) Interview/Wawancara, yaitu menghubungi dan melakukan wawacara


langsung dengan pejabat di instansi yang berkaitan serta masyarakat
sekitar untuk memperoleh masalah yang akurat dan relevan dengan
masalah yang diteliti.
b) Observasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati
karakteristik objek secara langsung di lokasi wisata.
2. Pengumpulan Data Sekunder

Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah
terdokumentasikan dalam bentuk aturan-aturan terkait, buku, laporan dan
statistik yang umumnya terdapat di instansi terkait. Di samping pengumpulan
data, pada kegiatan ini dilakukan pula wawancara atau diskusi dengan pihak
instansi mengenai permasalahan-permasalahan di tiap bidang/aspek yang
menjadi kewenangannya serta menyerap informasi mengenai kebijakan-
kebijakan dan program yang sedang dan akan dilakukan.

50
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

B. Teknik Pengolahan Data


Data yang diperoleh sebagaian besar adalah data yang sifatnya kualitatif. Namun
data yang digunakan memungkinkan data kualitatif tersebut dikonversikan ke
dalam bentuk kuantitatif serta dituangkan ke dalam analisis yang dilakukan secara
spasial. Dalam melakukan pengolahan data dapat menggunakan berbagai macam
aplikasi yang dianggap memudahkan kinerja dalam memproses data kuantitatif
secara cepat dan tepat, kemudian data tersebut dapat dijadikan berbagai jenis
output yang dikehendaki.

Pada tahap ini, semua informasi dan data yang telah dikumpulkan pada tahap-
tahap sebelumnya, diseleksi, ditabulasi untuk dikelompokkan secara sistematis.
Pokok– pokok pekerjaan dan hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan kompilasi data adalah suatu tahap proses seleksi data, tabulasi
data dan mengelompokkan data sesuai dengan yang diperlukan;
2. Jenis data dan sistematikanya adalah sebagai berikut:
a) Makro/Wilayah, mencakup data pokok tentang:
1) Kebijaksanaan perencanaan nasional dan daerah yang diduga
berpengaruh terhadap perkembangan kota yang direncanakan.
2) Aspek kependudukan, antara lain:
• Jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, lapangan kerja,
pendapatan dan sebagainya;
• Perkembangan penduduk, dalam hal jumlah, penyebaran dan
komposisi;
• Adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan sebagainya.
3) Aspek perekonomian, antara lain:
• Produksi tiap sektor kegiatan ekonomi dan penyebarannya;
• Perkembangan tiap sektor kegiataan ekonomi dan
hubungannya dengan tenaga kerja;
• Tren pengunjung terhadap kawasan perencanaan yang
berdampak kepada pemasukan/penghasilan kawasan.
4) Aspek sumber daya alam, antara lain :
• Keadaan tanah, air dan iklim;

51
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

• Sumber daya alam yang belum diolah;


• Keadaan dan kondisi pengelolaan tanah;
• Keberadaan serta kondisi vegetasi yang ada.
5) Aspek fasilitas pelayanan dan prasarana, antara lain:
• Jenis fasilitas yang ada, prasarana dan penyebarannya, baik
fasilitas untuk menunjang kegiatan sosial maupun ekonomi;
• Kemudahan mengakses kawasan perencanaan serta
konektivitas sirkulasi di dalam kawasan perencanaan.
b) Mikro (kota) mencakup data pokok tentang:
1) Aspek keunikan dan keunggulan lokal Berupa nilai-nilai “dasar”
filosofi dari tata bentuk, irama, aroma, dan warna satu daerah
yang telah lama melekat dan menjadi “ciri”, “kekhasan” atau
“brand” dari daerah tersebut;
2) Aspek kependudukan, sosial dan kebudayaan;
3) Aspek perekonomian;
4) Aspek fisik dasar;
5) Aspek tata guna tanah yang secara umum dirinci menurut jenis-
jenis penggunaannya: perumahan, pemerintahan dan bangunan
umum, perdagangan, jasa, badan sosial, jalur hijau, ruang terbuka,
transportasi, penggunaan khusus seperti pariwisata, industri atau
pergudangan dan sebagainya;
6) Aspek fasilitas pelayanan, sarana dan prasarana;
7) Aspek administrasi/pengelolaan pembangunan kota, antara lain:
Selain data kuantitatif (angka-angka), seyogyanya diuraikan juga
secara kualitatif mengenai kondisi eksisting (sekarang) mengenai
potensinya dan mengenainya permasalahan yang dihadapi.

B. Metode Analisis
Analisis data adalah suatu usaha atau kegiatan menyederhanakan penyajian data
sehingga mudah untuk dipahami dan diinterpretasikan (Effendi, 1995). Metode
analisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif yang akan
digunakan untuk menginterpretasikan data primer dan sekunder.

52
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

Metode ini merupakan penilaian terhadap berbagai keadaan yang dilakukan


berdasarkan prinsip-prinsip pendekatan dan metode serta teknis analisis
perencanaan kawasan yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah
maupun secara praktis.

1. Analisis Kualitatif (Deskriptif)


Suatu analisis yang dilakukan dengan didasari oleh suatu penguraian dan
perhitungansebab-akibat (kausalita), metode ini berisikan:\
a) Penjelasan uraian-uraian;
b) Penilaian berdasarkan sifat dari suatu keadaan wilayah, dan lain-lain.

2. Analisis Kuantitatif
Suatu analisis yang dilakukan dengan menggunakan model matematika.
Dalam metode ini elemen dan faktor-faktor yang ada diformulasikan ke
dalam bentuk besaran yang akan memberikan nilai atas kondisi wilayah,
sehingga dapat diambil kesimpulan terhadap faktor dan elemen yang
dianalisis. Adapun analisis yang dilakukan yaitu:
a) Penilaian kemampuan lahan;
b) Analisis aksesibilitas (jumlah paspor/visa, jumlah karcis (masuk
lokasi wisata, transportasi, dan sebagainya);
c) Analisis komoditas pertanian unggulan;
d) Analisis kependudukan;
e) Analisis kelembagaan;
f) Target kedatangan wisatawan;
g) Jumlah pengeluaran tiap wisatawan dalam melakukan kegiatan
berwisata, dan sebagainya.

3. Analisis Spasial
Menurut Eddy Prahasta (2009), fungsi dari analisis spasial yaitu:

a) Klasifikasi (reclassify), yaitu suatu kegiatan yang


mengklasifikasikan kembali suatu data hingga pada akhirnya
menjadi sebuah data spasial yang baru dan berdasarkan pada kriteria
atau atribut tertentu;

53
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

b) Jaringan atau Network, yaitu sebuah fungsionalitas yang merujuk


pada data – data spasial titik- titik ataupun garis – garis sebagai
jaringan yang tidak terpisahkan;
c) Overlay, merupakan fungsionalitas yang menghasilkan layer data
spasial baru, di mana layer tersebut merupakan hasil dari kombinasi
minimal dua layer yang menjadi masukkannya;
d) Buffering, adalah fungsi yang akan menghasilkan layer spasial baru
menghasilkan layer data spasial baru dengan bentuk poligon serta
memiliki jarak tertentu dari unsur – unsur spasial yang menjadi
masukkannya;
e) 3D Analysis, fungsi ini terdiri atas sub – sub fungsi yang berkaitan
dengan presentasi data spasial yang terdapat di dalam ruang 3
dimensi atau permukaan digital;
f) Digital Image Processing, untuk fungsionalitas ini nilai ataupun
intensitas dianggap sebagai fungsi sebar atau spasial.

Pengukuran untuk analisis spasial dapat dilakukan dengan cara fungsi


pengukuran. Fungsi pengukuran yang dimaksud di sini yaitu:

a) Jarak Pengukuran, arti dari jarak yang dimaksud yaitu menghitung


jarak antara dua titik. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan meng-
klik kedua titik tersebut atau dengan cara lain yaitu menggunakan
query;
b) Luas Fungsi, luas yang tersebut dapat digunakan dalam menghitung
luas suatu wilayah dari unsur – unsur spasial. Wilayah yang
dimaksud dapat berupa poligon atau vektor dan juga wilayah yang
memiliki tipe raster;
c) Keliling Fungsi, keliling ini dimanfaatkan untuk menghitung keliling
atau parameter dari unsur – unsur spasial. Unsur – unsur ini yaitu
poligon (vektor) dan raster;
d) Centroid Fungsi, adalah fungsi yang digunakan untuk menentukan
koordinat titik pusat yang berasal dari unsur – unsur spasial yang
memiliki tipe poligon atau raster;

54
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

e) Kedekatan Fungsi, merupakan fungsi untuk menghitung jarak dari


suatu titik, garis dan juga batas polygon. Salah satu kedekatan fungsi
yang paling sering digunakan yaitu buffer. Buffer merupakan adalah
analisis spasial yang nantinya menghasilkan unsur – unsur spasial
yang bertipe poligon. Contoh dari fungsi buffer terdapat pada
overlay.

4. Analisis Tapak
Analisis tapak merupakan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi
factor-faktor yang mempengaruhi konsep perancangan dalam suatu tapak
yang kemudian faktor-faktor tersebut dievaluasi masalah dan potensinya.
Melalui identifikasi dan evaluasi tersebut akan menghasilkan alternatif
solusi dalam merencanakan tapak. Elemen tapak yang digunakan dalam
perencanaan ini, yaitu: tautan wilayah, aksesibilitas, topografi, kebisingan,
view panorama, arah angin, dan vegetasi.

C. Output Yang Diharapkan


Kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data tersebut diharapkan
menghasilkan rekomendasi konsep, kebijakan, dan strategi terhadap Masterplan
Kawasan Pucak Kabupaten Maros sebagai Kawasan Strategis Provinsi Sulawesi
Selatan.

55
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

BAB IV
RENCANA KERJA

4.1 Tahap Pelaksanaan


Tahap pelaksanaan pekerjaan sesuai KAK antara lain:
1. Tahap Persiapan
Melakukan penyusunan rencana kerja dan metode pendekatan studi
format- format yang diperlukan dalam hal pengumpulan data dan analisa.
2. Tahap Survei Lapangan
Kegiatan survei lapangan dimaksudkan untuk pengumpulan data
sekunder dan data primer.
3. Tahap Analisis
a. Penilaian kemampuan lahan;
b. Analisis aksesibilitas;
c. Analisis tapak;
d. Analisis sosial dan budaya;
e. Analisis kependudukan;
f. Analisis kelembagaan;
g. Analisis biaya;
h. Jumlah pengeluaran tiap wisatawan dalam melakukan kegiatan
berwisata, dan sebagainya.
4. Tahap Penentuan Konsep Perencanaan
Dalam tahap pembuatan konsep perencanaan, ditentukan konsep-konsep
yang cocok sesuai hasil pembahasan dalam tahap analisis. Konsep
perencanaan yang diutamakan adalah konsep pengembangan ekowisata
yang berkelanjutan, meliputi konsep perencanaan komponen-komponen
wisata, konsep zonasi kawasan, hingga konsep-konsep lainnya yang
berkaitan dan menunjang perencanaan Masterplan kawasan ekowisata
yang baik.

5. Tahap Desain Perencanaan


Tahap desain merupakan tahapan dalam merancang atau mendesain
Kawasan Kawasan Pucak Kabupaten Maros. Desain dilakukan pada

56
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

spot-spot penting yang saling berkaitan untuk pengembangan wisata di


daerah ini. Keluaran tahapan ini adalah Gambaran 2D dan 3D
Masterplan Kawasan Pucak Kabupaten Maros yang meliputi gambar
desain masterplan kawasan wisata, gambar desain komponen-komponen
wisata, gambar desain fasilitas penunjang wisata yang diperkirakan
mendukung pengembangan kawasan wisata yang baik bagi kawasan
perencanaan.

4.2 Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Jadwal pelaksanaan pekerjaan penyusunan Masterplan Kawasan Pucak
Kabupaten Maros dilaksanakan selama 120 hari kalendar terhitung sejak
ditanda tanganinya Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak). Waktu
tersebut mencakup seluruh kegiatan, mulai dari tahapan persiapan
pengumpulan data, analisis, penyusunan konsep, hingga finalisasi laporan
akhir. Adapun jadwal pelaksanaan pekerjaaan konsultan termuat pada tabel
berikut:

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Masterplan Kawasan Pucak


Kabupaten Maros

Bulan Ke- Ket.


No. Uraian Pekerjaan
I II III IV
A Persiapan
Studi Literatur
Persiapan Survei
B Survei Lapangan & Instansi
Observasi, pengumpulan
dokumen, pengukuran,
wawancara, digitasi, dokumentasi
C Penyusunan Laporan
Pengolahan Data
Analisis
Perumusan Konsep
Penyerahan Hasil

57
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

4.3 Personil atau Tenaga Ahli


Tim sebagai penyedia jasa dalam pekerjaan ini terdiri dari:
1. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli yang dibutuhkan dalam kegiatan Penyusunan Masterplan
Kawasan Pucak Kabupaten Maros ini adalah yang mempunyai
kualifikasi dan kompetensi sebagai berikut:

a) Ketua Tim (Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota), kualifikasi


tenaga ahli antara lain; pendidikan Sarjana Teknik (S1) Perencanaan
Wilayah dan Kota (Teknik Planologi), berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan dibidang/sub bidang yang sesuai selama
minimal 5 – 8 tahun, dibuktikan oleh ijazah, SKA, dan Referensi.
Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan
mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan
pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai;

b) Ahli Pertanian, kualifikasi tenaga ahli antara lain; pendidikan Sarjana


Pertanian (S1), berpengalaman melaksanakan pekerjaan bidang/sub
bidang yang sesuai minimal 3 – 5tahun, dengan dibuktikan oleh
Ijazah, SKA, dan Referensi;

c) Ahli Industri Pariwisata, kualifikasi tenaga ahli antara lain


pendidikan sarjana (S1); berpengalaman melaksanakan pekerjaan
bidang/sub bidang yang sesuai minimal 3 – 5tahun, dengan dibuktikan
oleh Ijazah, SKA, dan Referensi;

d) Ahli GIS dan Pemetaan Wilayah, kualifikasi tenaga ahli, pendidikan


S1 Teknik Planologi/Teknik Geodesi/Teknik Geologi/Geografi yang
mampu menguasai survei pemetaan wilayah dan pengolahan data
base wilayah dengan menggunakan software ArcGIS, berpengalaman
melaksanakan pekerjaan bidang/sub bidang yang sesuai minimal 3 – 5
tahun dibuktikan oleh Ijazah, SKA, dan Referensi.

e) Ahli Arsitektur, kualifikasi tenaga ahli antara lain; pendidikan


Sarjana Arsitektur (S1), berpengalaman melaksanakan pekerjaan

58
LAPORAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN KAWASAN PUCAK KABUPATEN MAROS

bidang/sub bidang yang sesuai minimal 3 – 5tahun, dengan dibuktikan


oleh Ijazah, SKA, dan Referensi

2. Asisten Tenaga Ahli


a. Asisten Perencanaan Wilayah dan Kota, 2 orang dengan kualifikasi
Asisten Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota harus memiliki
latar belakang pendidikan S1 Planologi/ Perencanaan Wilayah dan
Kota, lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri atau perguruan
tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan
berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan penataan Masterplan
& DED dalam bidangnya, mempunyai sertifikat Tenaga Ahli
Pratama Perencanaan Wilayah dan Kota serta dapat melampirkan
fotocopy KTP dan NPWP.
b. Asisten GIS dan Pemetaan, 2 orang dengan kualifikasi Asisten
Tenaga Ahli GIS dan Pemetaan harus memiliki latar belakang
pendidikan S1 Planologi/Geodesi/Geologi, lulusan universitas atau
perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi
luar negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman dalam
melaksanakan pekerjaan penataan Masterplan dan DED kawasan
mempunyai sertifikat Tenaga Ahli Pratama Arsitektur/ Lansekap
serta dapat melampirkan fotocopy KTP dan NPWP.

3. Tenaga Pendukung/Penunjang
a. Surveyor, 4 orang
b. Drafter/CAD Operator, 2 orang
c. Operator GIS, 2 orang
d. Administrasi, 2 orang.

59

Anda mungkin juga menyukai