Peranan Agama Dalam Bimbingan Dan Konseling: Abstrak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Peranan Agama Dalam Bimbingan Dan Konseling

Mariska afni nuraini suhaeli (23010180088)

[email protected]

IAIN Salatiga

Abstrak

Konselor pendidikan adalah konselor yang bertugas dan bertanggung

jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di

satuan pendidikan. Di dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan agama

islam pastilah terdapat berbagai macam problem baik secara langsung

maupun tidak langsung. Dalam hal ini sangatlah memerlukan perhatian khusus

dari guru agama, karena guru agama dianggap sebagai kunci sentral dalam

membendung dan memfilter pengaruh negatif dari luar, karena diketahui

suatu hal yang paling urgen dampaknya. Oleh karena itulah akan dibahas

peranan agama dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, sesuai dengan

fakta yang ditemukan, terlihat bahwa kebanyakan siswa yang duduk di

bangku sekolah melakukan perbuatan yang melanggar aturan, norma dan adat

istiadat setempat.

Kata Kunci: Peranan, Bimbingan dan Konseling.

Pendahuluan

Pendidikan agama harus diimulai dari rumah tangga, sejak si anak

masih kecil. Pendidikan tidak hanya berarti memberi pelajaran agama kepada

anak-anak yang belum lagi mengerti dan dapat menangkap pengertian-

pengertian yang abstrak. Akan tetapi yang terpokok adalah penanaman jiwa
percaya kepada Tuhan, membiasakan mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan

kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran agama. Menurut pendapat para

ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan kelakuan dan tindakan seseorang adalah

kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari pengalaman-

pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan mulai dari dalam kandungan

ibunya sudah ada pengaruh terhadap kelakuan si anak dan terhadap

kesehatan mentalnya pada umumnya. Dengan memberikan pengalaman-

pengalaman yang baik, nilai-nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan-

kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahir, maka semua

pengalaman itu akan menjadi bahan dalam pembinaan kepribadian.

Dengan demikian, pendidikan Agama Islam berperan membentuk

manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT, menghayati

dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-sehari, baik

dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat,

mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal

semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan

manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta

bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Pembahasan

A. Peranan Agama dalam Bimbingan dan Konseling

Takdir Firman Nirwan menyatakan bahwa pendidikan agama islam

berperan membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada

Allah SWT, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam

kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam

kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat


kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air,

agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat

membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas

pembangunan bangsa.1

Ada beberapa peran agama jika diterapkan dalam pendidikan,

terutama program penanganan permasalahan peserta didik di sekolah,

anatara lain:

1. Dengan agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup

Ajaran agama dapat memberikan bimbingan hidup dari masa

kecil sampai dewasa, baik pribadi, keluarga, masyarakat atau

hubungan kepada Allah. Maka bimbingan agama mampu memberikan

kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup ini. Apabila anak

pengalaman nilai-nilai agamanya banyak maka akan menjadi pribadi

yang baik ketika dewasa kelak, sebaliknya jika nilai-nilai dirumahnya

jauh dari agama maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh dari

agama dan akan menjadikan kepribadian yang mudah goncang.

2. Ajaran agama sebagai penolong dalam kebahagiaan hidup

Setiap orang pasti pernah merasakan kekecewaan, sehingga

apabila tidak berpegang pada agama, dia akan memiliki perasaan

rendah diri, pesimis dan merasakan kegelisahan. Bagi orang yang

berpegang teguh pada ajaran agama maka ia tidak akan mudah putus

asa, tetapi mampu menghadapinya dengan tabah dan tawakal.

3. Aturan agama dapat menentramkan batin

Agama dapat memberikan jalan penenang hati bagi jiwa yang

sedang mengalami gelisah, banyak orang yang tidak menjalankan

Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm.
1

99.
perintah agama selalu mengalami gelisah dalam hidupnya, tetapi

setelah menjalankan perintah agama ia mendapat ketenangan hati.

4. Ajaran agama sebagai pengendali moral

Moral adalah kelakuan yang sesuai dengan nilai-nilai

masyarakat, yang timbul dari hati dan disertai pula oleh rasa

tanggung jawab atas kelakuan(tindakan) tersebut. Dalam masyarakat

modern dewasa ini telah terjadi kemerosotan moral dan salah satu

faktor penyebabnya karena kurangnya penawaran jiwa agama dalam

hati dan kurangnya pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Agama dapat menjadi terapi jiwa

Agama dapat membendung dan menghindarkan gangguan jiwa,

sikap, dan kesabaran yang dapat menyebabkan kegelisahan/

goncangan batin. Hal ini dapat diatasi bila manusia menyesali

perbuatannya dan memohon ampun kepada Tuhan. Pelaksanaan agama

dalam kehidupan sehari-hari dapat membendung diri dari gangguan

jiwa dan dapat mengendalikan kesehatan jiwa.

6. Agama sebagai pembinaan mental

Unsur-unsur yang terpenting dalam menentukan corak

kepribadian seseorang adalah nilai-nilai agama, moral, sosial

(lingkungan) yang diperolehnya. Jika di masa kecil mereka

memperoleh pemahaman mengenai nilai-nilai agama, maka

kepribadian mental akan mempunyai unsur-unsur yang baik. Nilai

agama akan tetap dan tidak berubah-ubah, sedangkan nilai sosial dan

mental sering mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan

perkembangan masyarakat.
B. Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan Bimbingan Konseling

Dalam hal ini, Islam memberi perhatian pada proses bimbingan.

Allah menunjukkan adanya bimbingan, nasihat, atau petunjuk bagi

manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang

tertuang pada ayat-ayat berikut:

“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang menyeru

berbuat kebaikan, dan menyuruh orang melakukan yang benar, serta

melarang yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kejayaan .” (Ali

Imran: 104)

Adapun beberapa hadis yang berkaitan dengan arah

perkembangan anak adalah:

”Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Kedua

orangtuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani, atau

Majusi.” (H.R. Baihaqi)

Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan konseling,

khusus konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan

potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi

beberapa tipe konseling berikut ini:

1. Konseling krisis, dalam menghadapi saat-saat krisis yang dapat

terjadi misalnya akibat kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan, dan

penyalahgunaan zat adiktif.


2. Konseling fasilitatif, dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan

kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan

pengambilan keputusan dalam karir, akademik, dan pergaulan sosial.

3. Konseling preventif, dalam mencegah sedapat mungkin kesulitan yang

dapat dihadapi dalam pergaulan atau seksual, pilihan karir, dan

sebagainya.

4. Konseling developmental, dalam menopang kelancaran perkembangan

individual siswa seperti pengembangan kemandirian, percaya diri,

citra diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik.

Dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan ( helping

relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan

luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah

yang harus diperbuat individu.2

C. Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling

Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek

psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi,

sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien

dan konselor. Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka

pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan klien

kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan

konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan

bimbingan dan konseling yaitu:

1. Memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”

2
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm.
101-102.
2. Memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol

kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”

3. Memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan

dengan “puasa”.

Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan

konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan

spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan

mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan

bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling. 3

D. Peranan Psikologi dalam melaksanakan Bimbingan dan Konseling

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada intinya merupakan

fondasi yang harus kuat dan merupakan bagian dari factor pendukung

yang harus diperhatikan, khususnya oleh konselor sebagai pelaku utama

dari bimbingan dan konseling ini. Secara umum terdapat empat aspek

pokok yang melandasi bimbingan dan konseling, yaitu: landasan filosofis,

landasan psikologis, landasan social budaya, landasan ilmu pengetahuan

(ilmiah) dan teknologi. Untuk kepentingan bimbingan dan konseling,

beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah

tentang:

1. Motif dan motivasi

Motif dan motovasi berkenaan dengan dorongan yang

menggerakan seseorang untuk berperilaku baik atau motif primer,

yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh

Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
3

2014), hlm. 125-126.


individu semenjak lahir. Seperti rasa lapar, bernafas dan sejenisnya

maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti

rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu, dan

sejenisnya. Jadi seorang konselor harus tahu apa motif dan otivasi

yang dimiliki oleh kliennya sehingga dia mengetahui arah perilaku

dari kliennya tersebut.

2. Pembawaan dan lingkungan

Factor pembawaan merupakan factor yang dibawa individu

sejak lahir dan mengandung factor potensial. Ada yang memiliki

potensial tinggi dan ada juga yang rendah tergantung keturunan.

Disinilah peran orang-orang disekelilingnya sangat diperlukan untuk

membantu mengiptimalkan potensi yang dimiliki oleh individu

tersebut. Tidak hanya pembawaan piskologis saja tetapi pembawaan

fisiologis juga mempengaruhi mental dan kepribadian individu.

Sedangkan lingkungan menyangkut keadaan sekitar individu

meliputi lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan pertemanan.

Seorang individu meskipun dia memilki potensi yang sangat tinggi

tetapi jika tidak didukung dengan lingkungan yang mendukung

perkembangan potensinya maka potensinya itu tidak akan

berkembang secara optimal.

3. Perkembangan individu

Setiap individu memiliki fase perkembangan yang berbeda-beda

tergantung factor-faktor yang mempengaruhi seperti hormone dan

lingkungan. Ada individu yang berkembang secara cepat tingkat

intelegensi maupun fisik dan ada pila yang lambat. Beberapa teori

mngemukakan bahwa perkembangan individu hampir sama dalam

setiap jenjang seperti tahap sensori motor dan tahap praopersional,


tetapi itu secara umum karena setiap individu memiliki ciri khas

masing-masing dan tidak akan memiliki perkembangan yang sama.

Oleh karena itu dalam menjalankan tugasnya, konselor harus

memahami berbagai aspek perkembangan individu kliennya, sekaligus

dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan.

4. Belajar

Belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk mengetahui

sesuatu, dan sekaligus konsep mendasar dalam psikologi. Setiap

orang yang hidup pasti belajar. Inti dari belajar adalah mengusai

sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri

individu.

Untuk memahami kliennya seorang konselor harus mengetahui

mengenai teori-teori belajar yang akan mempermudahnya untuk

mendiagnosis kesulitan individu.

5. Kepribadian

Kata kunci dari kepribadian adalah penyesuain diri. Yang

dimaksud dengan unik yakni kualitas perilaku individu khas sehingga

dapat diketahui individu tersebut berbeda dengan yang lainnya.

Dengan mengetahui kepribadian kliennya akan sangat membentu

konselor dalam melakukan tindakan pencegahan maupun tindakan

konseling yang diambil dalam memecahkan masalah.

Dengan demikian, psikologi terlihat sangat dominan dalam

memainkan perannya dalam bimbingan dan konseling terutama yang

terkait dengan perilaku individu yang menjadi sasaran bimbingan dan

konseling.4
4
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm.
109
Penutup

Kesimpulan

Seorang manusia diharapkan saling memberi bimbingan satu sama

lain sesuai dengan kemampuan dan keahlian manusia itu sendiri, sekaligus

memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi

masalah yang ada di depan mata kita. Agar manusia selalu mendidik diri

sendiri maupun orang lain, dan membimbing manusia kearah yang baik.

Menyuruh manusia untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama

Islam sesuai dengan apa yang diketahui, walaupun satu ayat yang

dipahaminya.

Daftar Pustaka

Hikmawati, Fenti. 2014. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka

Setia.

Anda mungkin juga menyukai