Judul Proposal (FARMA)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

RENCANA PENELITIAN

JUDUL : ANALISIS KADAR SAKARIN DAN SIKLAMAT

PADA ARUM MANIS YANG DI JUAL DI

PASAR LAWAWOI KOTA SIDRAP

NAMA MAHASISWA : FARMA

NIM : 202106036

PEMBIMBING : RAHMASIAH, S.Farm., M.Farm.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena di

dalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses di

dalam tubuh, perkembangbiakan dan menghasilkan energi untuk kepentingan

berbagai kegiatan dalam kehidupannya. Sebagian terbesar dari bahan-bahan

yang menyusun pangan bersifat organik dan hanya kandungan mineral dan air

saja yang bersifat anorganik (Efendi, 2014).

Jenis produk makanan saat ini diproduksi tidak hanya memperhatikan zat

gizi yang terkandung, melainkan juga mencari cara bagaimana jenis makanan

yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara modern.

Makan-makanan tersebut umumnya diproduksi oleh indsutri pengolahan


pangan dan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif (bahan

tambahan pangan) untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk

tersebut (Praja,2015).

Bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak

digunakan sebagai bahan makanan dan biasanya bukan merupakan komponen

khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan

sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada

pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan

penyimpanan (BPOM,2013).

Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) dalam proses produksi

pangan perlu diwaspadai karena dampak penggunaannya yang dapat berakibat

negatif bagi masyarakat. Produsen industri pangan umumnya memakai Bahan

Tambahan Pangan (BTP) yang meliputi pewarna, pengawet, dan pemanis.

Pemanis (Sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis

alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan

(BPOM, 2014). Penggunaan pemanis buatan pada makanan atau minuman

sudah sangat meluas. Pemanis buatan yang banyak beredar dan banyak dijual

di masyarakat luas adalah sakarin dan siklamat.

Sakarin tidak dimetabolisme oleh tubuh, lambat diserap oleh usus dan

cepat dikeluarkan melalui urin tanpa perubahan. Pada suatu penelitian

diperoleh penggunaan sakarin dapat merangsang terjadinya tumor di kandung

kemih (Fauziah, dkk., 2018).


Hasilpenelitian menyebutkan bahwa siklamat dapat menyebabkan atropi

yaitu terjadinya pengecilan testis dan kerusakan kromosom (Alsuhendra dan

Ridawati, 2013).Menurut (Thamrin, 2014) konsumsi siklamat dalam dosis

yang lebih akan mengakibatkan kanker kandung kemih. Selain itu juga dapat

menyebabkan tumor hati, limfa dan paru. Penggunaan pemanis sintetis secara

berlebihan dapat menyebabkan kanker kandung kemih, asma, kanker otak serta

kemandulan (Putra, 2013).

Takaran yang diperbolehkan BPOM yaitu ADI (Acceptable Daily

Intake) atau kebutuhan orang per hari pada penggunaan sakarin sebagai

pemanis buatan yaitu 0-5 mg/kg BB/hari sedangkan pada siklamat yaitu

sebanyak 0-11 mg/kg BB/hari.

Pemanis buatan yang terdapat pada makanan memiliki aftertaste yang

khas yaitu memiliki rasa manis yang pekat, ada rasa pahit yang tertinggal

dalam mulut dan membuat tenggorokan kering setelah menyantap makanan

tersebut dan menimbulkan rasa haus yang amat sangat (Eka Reysa, 2013).

Pasar Lawawoi adalah salah satu ikon di Kota Sidrap. Pada pagi hari di

Pasar Lawawoi sangat banyak penjual makanan dan minuman. Salah satunya

yaitu makanan arum manis. Arum manis adalah salah satu makanan yang

terbuat dari bahan dasar gula. Arum manis banyak diminati oleh kalangan

anak-anak hingga orang dewasa karena rasanya yang manis dan teksturnya

yang lembut seperti kapas. Berdasarkan observasi peneliti dengan membeli

arum manis di Pantai Losari didapatkan rasa yang sangat manis dan membuat

tenggorokan kering.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka akan dilakukan

penelitian mengenai analisis kadar sakarin dan siklamat pada arum manis yang

di jual di Pasar Lawawoi Kota Sidrap.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah dalam arum manis yang di jual di Pantai Losari terdapat kandungan

sakarin dan siklamat ?

2. Jika terdapat kandungan sakarin atau siklamat, berapa kadar sakarin atau

siklamat yang ada dalam arum manis tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan sakarin dan siklamat pada

arum manis yang di jual di Pasar Lawawoi.

2. Untuk mengetahui berapa kadar sakarin dan siklamat pada arum manis

tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah:

1. Memberikan informasi untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan

pemanis buatan sakarin dan siklamat pada arum manis.


2. Memberikan informasi untuk mengetahui kadar pemanis buatan sakarin

dan siklamat pada arum manis apakah aman untuk dikonsumsi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Umum Pangan

1. Defenisi Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk

pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air,

baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan

atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,

bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses

penyiapan, pengolahan, dan / atau pembuatan atau minuman (BPOM, 2014).

2. Keamanan Pangan

Keamanan pangan merupakan suatu hal yang harus diperhatikan

karena dapat berdampak pada kesehatan, baik bagi anak-anak maupun orang

dewasa. Menurut data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),

sepanjang tahun 2012, insiden keracunan akibat mengonsumsi makanan

menduduki posisi paling tinggi, yaitu 66,7%, dibandingkan dengan

keracunan akibat penyebab lain, misalnya obat, kosmetika, dan lain-lain.

Salah satu penyebab keracunan makanan adalah adanya cemaran kimia

dalam makanan tersebut (ParatmanityaYhona dan Veriani Aprilia, 2016).


B. Bahan Tambahan Pangan

1. Defenisi Bahan Tambahan Pangan

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan

yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk

pangan antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal,

pemucat dan pengental (Praja, 2015).

2. Sifat-sifat Bahan Tambahan Pangan

BTP atau “food additive” yang digunakan harus mempunyai sifat-

sifat sebagai berikut (Praja, 2015) :

a. Dapat mempertahankan nilai gizi makanan

b. Tidak mengurangi zat-zat essensial dalam makanan

c. Dapat mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan

d. Menarik bagi konsumen serta tidak merupakan penipuan.

3. Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Secara khusus penggunaan bahan tambahan pangan di dalam pangan

adalah untuk (Praja, 2015) :

a. Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak

pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan

mutu pangan

b. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak di mult

c. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik

d. Meningkatkan kualitas pangan


e. Menghemat biaya.

4. Penggolongan Bahan Tambahan Pangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan. BTP yang digunakan

dalam pangan terdiri atas beberapa golongansebagai berikut: Antibuih

(Antifoaming agent), Antikempal (Anticaking agent), Antioksidan

(Antioxidant), Bahan pengkarbonasi (Carbonating agent), Garam

pengemulsi (Emulsifying salt), Gas untuk kemasan (Packaging gas),

Humektan (Humectant), Pelapis (Glazing agent), Pemanis (Sweetener),

Pembawa (Carrier), Pembentuk gel (Gelling agent),Pembuih (Foaming

agent), Pengatur keasaman (Acidity regulator), Pengawet (Preservative),

Pengembang (Raising agent), Pengemulsi (Emulsifier), Pengental

(Thickener), Pengeras (Firming agent), Penguat rasa (Flavour enhancer),

Peningkat volume (Bulking agent), Penstabil (Stabilizer), Peretensi warna

(Colour retention agent), Perisa (Flavouring), Perlakuan tepung (Flour

treatment agent), Pewarna (Colour), Propelan (Propellant), danSekuestran

(Sequestrant).

Adapun bahan yang dilarang digunakan sebagai BTP antara lain :

Asam borat dan senyawanya (Boric acid), Asam salisilat dan garamnya

(Salicylic acid and its salt), Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate,

DEPC), Dulsin (Dulcin), Formalin (Formaldehyde), Kalium bromat

(Potassium bromate), Kalium klorat (Potassium chlorate), Kloramfenikol

(Chloramphenicol), Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable


oils), Nitrofurazon (Nitrofurazone), Dulkamara (Dulcamara), Kokain

(Cocaine), Nitrobenzen (Nitrobenzene), Sinamil antranilat (Cinnamyl

anthranilate), Dihidrosafrol (Dihydrosafrole), Biji tonka (Tonka bean),

Minyak kalamus (Calamus oil), Minyak tansi (Tansy oil), Minyak sasafras

(Sasafras oil).

C. Zat Pemanis

1. Pengertian Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan

digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman

dan makanan kesehatan. Pemanis adalah bahan tambahan makanan yang

ditambahkan dalam makanan atau minuman untuk menciptakan rasa manis.

Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa, aroma, memperbaiki

sifat-sifat fisik, pengawet, memperbaiki sifat- sifat kimia sekaligus

merupakan sumber kalori bagi tubuh. Rasa manis dapat dirasakan pada

ujung sebelah luar lidah. Rasa manis dihasilkan oleh berbagai senyawa

organik termasuk alkohol, glikol, gula dan turunan gula (Handayani Tutut

dan Anita Agustina, 2015).

2. Pembagian Zat Pemanis

BTP Pemanis yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas

Pemanis Alami (Natural Sweetener) dan Pemanis Buatan (Artificial

Sweetener) (BPOM, 2014).


a. Pemanis alami (Natural sweetener) adalah pemanis yang dapat

ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik

ataupun fermentasi (BPOM, 2014).

Pemanis Alami terdiri atas:

1) Sorbitol (Sorbitol)

2) Manitol (Mannitol)

3) Isomalt/Isomaltitol (Isomalt/Isomaltitol)

4) Glikosida steviol (Steviol glycoside)

5) Maltitol (Maltitol)

6) Laktitol (Lactitol)

7) Silitol (Xylitol)

8) Eritritol (Erythritol).

b. Pemanis buatan (Artificial sweetener) adalah pemanis yang diproses

secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam (BPOM,

2014).

Pemanis Buatan terdiri atas:

1) Asesulfam-K (Acesulfame potassium)

2) Aspartam (Aspartame)

3) Siklamat (Cyclamates)

4) Sakarin (Saccharins)

5) Sukralosa (Sucralose/Trichlorogalactosucrose)

6) Neotam (Neotame).
D. Sakarin

Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida

benzoat. Karena strukturnya berbeda dengan karbohidrat, sakarin tidak

menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan

perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa. Namun sayangnya

dalam konsentrasi sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan aftertaste pahit

atau rasa logam. Untuk menghilangkan rasa ini sakarin dapat dicarnpurkan

dengan siklamat dalam perbandingan 1 : 10 untuk siklamat (Praja, 2015).

Gambar 1. Struktur Kimia Sakarin

Sakarin diperkenalkan pertama kali oleh Fahlberg pada tahun 1879

secara tidak sengaja dari industri tarbatubara. Penggunaanya secara komersial

sudah diterapkan sejak tahun 1884. Namun sakarin baru terkenal oleh

masyarakat luas setelah perang dunia I, dimana sakarin berperan sebagai

pemanis alternatif pengganti gula pasir sulit diperoleh. Sakarin menjadi lebih

populer lagi dipasaran pada tahun 1960-an dan 1970-an. Saat itu, sifatnya

sebagai pemanis tanpa kalori dan harga murahnya menjadi faktor penarik

utama dalam penggunaan sakarin. Selain itu sakarin tidak bereaksi dengan
bahan makanan, sehingga makanan yang ditambahkan sakarin tidak mengalami

kerusakan. Sifat yang penting untuk industri minuman kaleng atau kernasan.

Karena itulah, sakarin dalam ha1 ini sering digunakan bersama dengan

aspartame agar rasa manis dalam minurnan tetap bertahan lama (Praja, 2015).

Sifat fisik sakarin yang cukup dikenal adalah tidak stabil pada

pemanasan. Sakarin yang digunakan dalam industri makanan adalah sakarin

sebagai garam natrium. Hal ini disebabkan sakarin dalam bentuk aslinya yaitu

asam, bersifat tidak larut dalam air. Sakarin juga tidak mengalami proses

penguraian gula dan pati yang menghasilkan asam; sehingga sakarin tidak

menyebabkan erosi enamel gigi (Praja, 2015).

Sakarin merupakan pemanis alternatif untuk penderita diabetes melitus,

karena sakarin tidak diserap lewat sistem pencernaan. Meskipun demikian,

sakarin dapat mendorong sekresi insulin karena rasa manisnya; sehingga gula

darah akan turun (Praja, 2015).

Berdasarkan Peraturan BPOM RI telah menetapkan batas-batas yang

disebut ADI (Acceptable Daily Intake) atau kebutuhan orang per hari pada

penggunaan sakarin sebagai pemanis buatan yaitu sebanyak 0-5 mg/kg

BB/hari.

E. Siklamat

Siklamat adalah salah satu jenis pemanis buatan yang cukup populer di

Indonesia. Siklamat pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Michael Sveda dan

Ludwig Audrieth dari University of Illinois pada tahun 1937. Pemanis buatan
siklamat merupakan garam natrium dari asam siklamat. Siklamat mempunyai

sifat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30 kali

dari gula. Rumus molekul siklamat adalah C6H11NHSO3Na. Rasa manis

siklamat masih dapat dirasakan pada tingkat pengenceran 1:110 (dalam liter).

Nama lain siklamat dalam perdagangan dikenal dengan sebutan antara lain :

assugrin, Sucaril, dan Sucrosa (Praja, 2015).

Gambar 2. Struktur Kimia Siklamat

Penggunaan siklamat sekarang sudah jarang ditemukan dalam produk

minuman.Siklamat dapat ditemukan sebagai pemanis dalam Coca Cola Zero

(hanya pada produk yang beredar di Jerman, Austria, Yunani, Spanyol,

Venezuela, Brazil, dan beberapa negara Eropa timur) dan Coca Cola Light.

Siklamat ditarik pada bulan Oktober 1969 karena keamanannya yang

tidak jelas.Pada tahun 1966 dilaporkan bahwa flora bakteri tertentu di usus

mampu mendesulfonasi siklamat kembali ke bentuk asalnya, yaitu

sikloheksilamin. Sikloheksilamin dapat menyebabkan keracunan kronik pada

hewan. Selain itu, konsumsi campuran siklamat dm sakarin pada hewan

meningkatkan risiko kanker empedu. Pernah juga dilaporkan, siklamat dapat


menyebabkan atrofi testis dan gangguan fungsi vesikel seminalis; namun bukti

nyatanya tidak jelas (Praja, 2015).

Berdasarkan Peraturan BPOM RI telah menetapkan batas-batas yang

disebut ADI (Acceptable Daily Intake) atau kebutuhan orang per hari pada

penggunaan siklamat sebagai pemanis buatan yaitu sebanyak 0-11 mg/kg

BB/hari.

Hasil metabolisme siklamat yaitu sikloheksilamin bersifat karsinogenik.

Oleh karena itu, eksresi siklamat dalam urin dapat merangsang tumor dan

mampu menyebabkan atropi yaitu pengecilan testikular dan kromosom.

Pengkonsumsian siklamat dalam jumlah lebih akan mengakibatkan kanker

kandung kemih. Selain itu, akan menyebabkan tumor paru, hati dan limfa

(Rauf, dkk., 2017).

F. Metode Kualitatif dan Kuantitatif

Analisis kimia dapat berupa analisis kualitatif dan analisis kuantitatif

serta dapat diterapkan pada kimia anorganik maupun kimia organik. Analisis

kualitatif bertujuan untuk menemukan dan mengidentifikasi suatu zat,

sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menentukan jumlah/banyaknya

zat. Jadi analisis kualitatif berhubungan dengan unsur, ion atau senyawa apa

yang terdapat dalam suatu sampel, sedangkan analisis kuantitatif berhubungan

dengan berapa banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Zat yang

ditetapkan disebut konstituen yang diinginkan atau analit. Sedangkan jumlah

banyaknya suatu zat tertentu dalam sampel biasanya dinyatakan sebagai kadar
atau konsentrasi, misalnya persen berat, molar, gram per liter, atau ppm

(Hiskia, 2013).

1. Metode Kualitatif

a. Pemisahan dan Identifikasi

Ada 2 aspek penting dalam analisis kualitatif, yaitu pemisahan dan

identifikasi. Kedua aspek ini dilandasi oleh kelarutan, keasaman dan

kebasaa, pembentukan senyawa kompleks, oksidasi reduksi, sifat mudah

menguap, serta ekstraksi.

1) Pemisahan

Kation-kation yang akan dianalisis, perlu dipisahakan secara

sistematik, kation-kation ini di bagi dalam golongan-golongan dan

selanjutnya dibagi menjadi komponennya.

2) Identifikasi

Setelah ion-ion dipisahkan, ion-ion perlu didentifikasi untuk

meyakinkan keberadaan ion tersebut. Hal ini dilakukan dengan

menggunakan reaksi identifikasi, reaksi pengenal, atau reaksi

penentuan, penetuan ini dapat diketahui dari (Hiskia, 2013) :

a. Warna

b. Pembentukan endapan atau melarutnya endapan

c. Endapan yang berwarna

d. Adsorpsi zat warna.


2. Metode Kuantitatif

Teknik utama yang digunakan dalam analisa kuantitatif anorganik

didasarkan pada (Hiskia, 2013) :

a. Penampilan kuantitatif reaksi-reaksi kimia yang cocok dan atau

pengukuran banyaknya pereaksi yang diperlukan untuk

menyempurnakan reaksi atau pemastian hasil banyaknya reaksi yang

mungkin.

b. Pengukuran sifat-sifat kelistrikan

c. Pengukuran sifat optik tertentu

d. Kombinasi pengukuran optik atau listrik dan reaksi kimia kuantitatif.

Secara rinci teknik-teknik tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Penampilan kuantitatif reaksi kimia (kesetaraan zat yang bereaksi) :

a. Gravimetri

Dalam analisa gravimetri, zat yang akan ditetapkan diubah

terlebih dahulu menjadi suatu endapan yang tidak larut kemudian

dikumpulkan dan ditimbang.

b. Titrimetri

Dalam analisa titrimetri atau volumetri, zat yang akan ditetapkan

dibiarkan bereaksi dengan suatu pereaksi yang ditambahkan sebagai

larutan standar, kemudian volume larutan standar, kemudian volume

larutan standar yang diperlukan diukur. Tipe reaksi yang biasa

digunakan dalam titrimetri adalah:

1. Reaksi penetralan (asam basa)


2. Reaksi pembentukan kompleks

3. Reaksi pengendapan

4. Reaksi oksidasi-reduksi.

Karena pada dasarnya pekerjaan titrimetri diakhiri dengan

menetukan volume zat yang bereaksi, maka titrimetri sering juga

disebut dengan volumetri. Sedangkan volumetri atau gasometri

didasarkan pada pengukuran volume gas yang dibebaskan atau diserap

dalam suatu reaksi kimia (Hiskia, 2013).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penilitian yang digunakan adalah eksperimen laboratorium dengan

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif, yaitu untuk mengetahui ada

tidaknya kandungan serta kadar sakarin siklamat pada sampel arum manis

yang dijual di Pasar Lawawoi Kota Sidrap.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari 2022 di Laboratorium

Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Muhammadiyah Sidrap.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah arum manis yang di jual di Pasar

Lawawoi Kota Sidrap.

2. Sampel

Pada penelitian ini diambil sampel dari sebagian populasi makanan

arum manis yang di jual di Pasar Lawawoi Kota Sidrap.


D. Alat Dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan porselin,

corong, corong pisah, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes,

penangas air, dan timbangan analitik.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Air Suling

(H2O), Arang Aktif, Arum Manis, Asam Klorida (HCL), Asam Klorida

(HCL) 5%, 10%, Asam Sulfat (H2SO4), Barium Klorida (BaCl2) 10%,

Etanol, Eter, Indikator BTB (Brom Thimol Blue), Kertas Saring Whatman,

Kloroform, Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Hidroksida (NaOH)

10%, dan 0,1 N, Natrium Nitrit (NaNO2)10%.

E. Prosedur Penelitian

1. Sakarin

a. Analisis Kualitatif

Cara Kerja Pertama :

1) Disiapkan sampel sebanyak 25 ml lalu dimasukkan ke dalam

erlenmeyer.

2) Ditambahkan NaOH sampai alkalis (basa).

3) Dititrasi dengan eter 25 ml menggunakan corong pisah lalu dititrasi


dengan aquades 10 ml kemudian digoyang-goyangkan.

4) Larutan akan terbentuk 3 lapis dan dikeluarkan satu persatu.

5) Lapisan eter di simpan di cawan porselin kemudian dipanaskan.

6) Dicoba, apabila residu terasa manis, maka sampel mengandung

sakarin.

Cara Kerja Kedua :

1) Disiapkan sampel sebanyak 100 ml dan diasamkan dengan HCL.

2) Diekstrak 1 kali 25 ml eter, setelah larutan terpisah, diuapkan eter

dalam tabung reaksi di udara terbuka.

3) Ditambahkan 10 tetes H2SO4 dan 40 mg resorsinol.

4) Dipanaskan perlahan-lahan dengan api kecil sampai berubah

menjadi warna hijau kotor lalu didinginkan.

5) Ditambahkan 10 ml air suling dan larutan NaOH 10% berlebihan.

6) Bila terbentuk warna hijau flouresense berarti sampel positif

mengandung sakarin.

b. Analisis Kuantitatif

Cara Kerja :

1) Disiapkan 50 ml sampel lalu ditambahkan 2 mL HCl 5%.

2) Endapan diekstraksi sebanyak 3 kali dengan larutan campuran

chloroform dan etanol masing-masing 30 mL, 20 mL, dan 20 mL.

3) Hasil ekstraksi dikeringkan lalu ditambahkan 50 mL aquadest.

4) Sampel dititrasi dengan NaOH 0,1N menggunakan indikator BTB

(Brom Thimol Blue).


5) Titik akhir titrasi ditandai dengan warna biru sebagai pertanda

bahwazat-zat tersebut telah habis bereaksi.

2. Siklamat

a. Analisis kualitatif

Cara Kerja Pertama :

1) Diukur sampel sebanyak 50 ml dengan gelas ukur kemudian

dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

2) Ditambahkan NaOH sampai alkalis (basa).

3) Ditambahkan 2 g BaCl2 10%, dibiarkan selama 2 menit lalu

disaring dengan menggunakan kertas saring.

4) Ditambahkan HCl sampai asam.

5) Ditambahkan 2 g NaNO2 10%.

6) Terbentuknya endapan putih berarti sampel mengandung siklamat.

Cara Kerja Kedua :

1) Disiapkan 25 ml sampel lalu dimasukkan dalam gelas piala dan

diencerkan dengan aquades dengan perbandingan 1 : 1.

2) Ditambahkan sepucuk sendok arang aktif untuk menghilangkan

warna contoh, kemudian sampel disaring.

3) Ditambahkan 10 ml HCl 10% ke dalam filtrat.

4) Ditambahkan10 ml BaCl2 10%, kemudian dikocok.

5) Filtrat dibiarkan selama 30 menit, kemudian disaring dengankertas

whatmann 42.

6) Ditambahkan 10 ml Natrium Nitrit 10% lalu larutan dipanaskan di


atas penangas air.

7) Apabila timbul endapan putih, berarti positif mengandung siklamat.

b. Analisi Kuantitatif

Cara Kerja :

1) Sebanyak lebih kurang 400 mg kalsium siklamat ditimbang

saksama lalu dilarutkan dalam campuran 50 ml air dan 5 ml HCl.

2) Dititrasi pada suhu kamar dengan NaNO2 0,1 M menggunakan

indikator kertas kanji iodida.

3) Dilakukan percobaan blangko.

4) Dengan metode ini berat ekivalen senyawa uji sama dengan berat

molekulnya.

Anda mungkin juga menyukai