Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada suatu
tingkat kemampuan atau bisa dikatakan untuk mengetahui sebuah soal itu tergolong mudah
atau sukar, [CITATION Lae19 \l 1033 ].
Selain memenuhi validitas dan reliabilitas hipotesis untuk memperoleh soal tes yang
berkualitas, juga terletak pada keseimbangan tingkat kesulitan soal tes. Keseimbangan yang
dimaksud adalah ada persoalan sederhana, sedang, dan sulit secara proporsional. Kesulitan
soal tes adalah dari kemampuan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dari
sudut pandang guru sebagai penanya. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak memotivasi siswa untuk meningkatkan
usahanya dalam memecahkan masalah. Sebaliknya soal yang terlalu sulit akan membuat
siswa putus asa dan tidak akan termotivasi untuk mencoba lagi, karena di luar
kemampuannya. Kualitas butir soal terhadap hasil belajar dapat diketahui terlebih dahulu dari
tingkat kesukaran atau kesukaran masing-masing butir soal.
Jika soal tersebut tidak terlalu sulit atau terlalu mudah, maka dapat dikatakan
pertanyaan yang baik, oleh karena itu jika semua kandidat tidak dapat menjawab dengan
benar (karena terlalu sulit), maka tidak dapat disebut pertanyaan yang baik. Sekalipun semua
kandidat dapat menjawab dengan benar (karena pertanyaannya terlalu sederhana), mereka
tidak dapat diklasifikasikan sebagai baik.
Np
P=
N
Di mana :
Np : Banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item
P : Indeks Kesukaran
Sedangkan kriteria yang digunakan adalah, makin kecil indeks yang diperoleh,
makin sulit soal tersebut.
Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut.
Kriteria Indeks kesulitan soal ditafsirkan oleh Robert L. Thorndike dan Elizabeth
Hagen sebagai berikut :
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,30 Terlalu Sukar
0,30 - 0,70 Cukup (Sedang)
Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,25 Terlalu Sukar
0,25 - 0,75 Cukup (Sedang)
Lebih dari 0,75 Terlalu Mudah
Tidak hanya soal pilihan ganda, kita juga dapat menganalisis tingkat kesulitan
jenis soal, untuk soal uraian atau esai yang indeks kesulitannya umumnya dinyatakan
dalam rasio dalam kisaran 0,00-1,00. Diantaranya, semakin besar indeks kesulitan
yang didapat, semakin mudah soalnya. Karena fungsi kesukaran soal biasanya
berkaitan dengan tujuan ujian. Misalnya, untuk keperluan ujian semester, gunakan
butir soal dengan tingkat kesulitan sedang, dan untuk keperluan seleksi, gunakan soal
dengan tingkat kesulitan tinggi. Untuk tujuan diagnostik, item yang kurang sulit
biasanya digunakan. Dan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian
digunakan rumus berikut ini:
Kesulitan soal tes akan mempengaruhi distribusi soal tes. Untuk pengujian
yang sangat sulit, distribusinya miring positif, sedangkan untuk pengujian sederhana,
distribusinya miring negatif. Ada dua tujuan kesulitan soal tes, yaitu untuk guru dan
untuk pengajaran tes. Bagi guru, ini berfungsi sebagai pengenalan konsep
pembelajaran ulang, dan memberikan pendapat siswa tentang hasil belajar mereka,
dan memperoleh informasi tentang fokus kursus atau item yang dicurigai bias.
1. Untuk butir-butir item hasil analisis termasuk kategori baik dalam arti derajat
kesukarannya cukup atau sedang, sebaiknya cepat dicatat dalam bank soal. Dan
dapat dikeluarkan lagi dalam tes-tes berikutnya.
2. Untuk butir-butir item yang termasuk kategori terlalu sukar, ada 3 kemungkinan
tindak lanjut yaitu, dibuang atau didrop dan tidak akan dikeluarkan lagi dalam
tes berikutnya, diteliti ulang untuk dapat diketahui penyebab banyaknya siswa
yang tidak bisa menjawab item tersebut, dan bukannya sola yang sukar itu tidak
ada manfaatnya. Dari soal yang sukar bisa nantinya digunakan untuk tes seleksi
yang ketat, yang mana membutuhkan orang-orang yang kompeten. Maka soal
yang sukar sangat dibutuhkan untuk meluluskan orang-orang yang
berkemampuan.
3. Untuk butir-butir item yang termasuk kategori terlalu mudah, juga ada
kemungkinan tindak lanjutnya yaitu, butir item tersebut dibuang atau didrop
dan tidak dikeluarkan lagi pada tes-tes berikutnya, diteliti dan dilacak kenapa
item soal sangat mudah sehingga semua testee dapat menjawab soal dengan
benar, sehingga adanya perbaikan yang dilakukan, seperti item butir yang sukar,
tidak semua item yang mudah tidak ada manfaatnya, item butir soal yang
mudah dapat digunakan pada tes-tes terutama tes seleksi yang sifatnya longgar,
yang mana kategori soal yang terlalu mudah hanya sebagai formalitas saja di
suatu tes.
Jadi, tidak ada salahnya jika memasukkan butirbutir item yang terlalu
sukar dan terlalu mudah, sebab sewaktu-waktu butir-butir seperti itulah yang
dibutuhkan. Tetapi, angka indeks di atas bukanlah angka indeks tanpa cacat.
Kelemahan utama yang terdapat pada angka indeks kesukaran rata-rata P ialah,
adanya hubungan yang terbalik antara derajat kesukaran item dengan angka
indek itu sendiri. Jadi, semakin rendah angka indeks kesukaran item yang
dimiliki oleh sebutir item, akan semakin tinggi derajat kesukaran item tersebut,
pun sebaliknya, jika semakin tinggi angka indeks kesukaran item yang dimiliki
oleh sebutir item, akan semakin rendah derajat keskaran item tersebut.
Menjadikan keduanya hubungan yang berlainan arah. Itulah yang
menyebabkan banyak orang cenderung mengatakan bahwa istilah angka indeks
kesukaran item lebih tepat diganti istilah angka indeks kemudahan item.
Cara kedua untuk menghitung angka indeks kesukaran item bisa dilakukan
dengan skala linier. Yang disusun dengan cara mentransformasikan nilai P menjadi
nilai z, dimana perubahan itu dilakukan dengan berkonsultasi pada tabel z. Dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengoreksi nilai P kotor (Pk) menjadi P nilai bersih (Pb) dengan rumus:
aP k −1
P b=
a−1
di mana :
Pb = P bersih
Pk = P kotor
a = Alternatif atau option yang disediakan atau dipasangkan pada butir item
yang bersangkutan
1 = Bilangan konstan
S
B−
a−1
P b=
B+ S
Di mana :
Pb : Angka indeks kesukaran item (setelah dikoreksi).
Contoh :
Misalkan butir item nomer 5 yang telah diajukan dalam contoh di atas
adalah butir item yang dijawab betul oleh 4 orang testee (B= 4). Karena jumlah
testee 5 orang, dengan sendirinya dapat diketahui jumlah testee yang
jawabannya salah yaitu = 5-4=1 orang (S=1). Banyaknya alternatif = 5.
Dengan demikian:
1
4−
5−1
P b=
4 +1
4−0,25
¿ =0,75
5
B
P=
JS
P : Indeks Kesukaran
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,30 Terlalu Sukar
0,30 - 0,70 Cukup (Sedang)
Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah
2. Soal Uraian
Rumus:
Jumlah skor siswa peserta tes pada butir soal tertent u
Mean=
Banyak siswa yang mengikuti te s
Mean Interpretasi
0,00 – 0,30 Terlalu Sukar
0,31 – 0,70 Cukup (Sedang)
0,71 – 1,00 Terlalu Mudah
Works Cited
Fatimah, L. U. (2019). ANALISIS KESUKARAN SOAL, DAYA PEMBEDA DAN FUNGSI, 42-51.