LP Perilaku Kekerasa
LP Perilaku Kekerasa
LP Perilaku Kekerasa
Disusun Oleh :
WIDYASTUTI
NPM. 21.0604.0048
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Resiko perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan
secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan . Perilaku kekerasan
pada orang lain adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh
orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada di lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam 2 bentuk yaitu sedang berlangsung perilaku kekerasan atau
riwayat perilaku kekerasan (Madhani, 2021). perilaku kekerasan adalah hasil dari marah
yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan
terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri (Pardede, 2020).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk tindakan yang bertujuan untuk melukai dirinya
dan seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan ini dapat dilakukan
secara verbal,untuk mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya, disertai
dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Wulansari, 2021). Resiko perilaku
kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan dengan melakukan
ancaman, menciderai diri sendiri maupun orang lain dan dapat merusak lingkungan
sekitar (Pardede, 2020)
2. Rentang Respon
Keterangan:
1. Respon Adaptif
a. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
orang lain dan memberikan ketenangan
b. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan
tidak dapat menemukan alternative
2. Respon Maladaptif
a. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
b. Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk
menuntut tetapi masih terkontrol
c. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya kontrol (Mulia, 2020)
C. Tanda Gejala
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) Terdapat 2 tanda dan
gejala yaitu mayor dan minor pada pasien perilaku kekerasan.
1. Mayor subjektif
- Mengancam
- Mengumpat dengan kata-kata kasar
- Suara keras
- Bicara ketus
2. Objektif
- Menyerang orang lain
- Melukai diri sendiri/orang lain
- Merusak lingkungan
- Perilaku agresif/amuk
3. Minor objektif
- Mata melotot atau pandangan tajam
- Tangan mengepal
- Rahang mengatup,wajah memerah
- Postur tubuh kaku
1. Ancaman kebutuhan
2. Stress
3. Cemas
4. Marah
5. Merasa terancam
Faktor predisposisi
Faktor presipitasi
1. Faktor psikologi
2. Rasa frustasi 1. Faktor eksternal: nteraksi
3. Kekerasan dalam rumah dan lingkungan
tangga 2. Faktor internal : putus
4. Faktor sosial budaya asa, agresif
5. Faktor biologis
Mekanisme koping
Adaptif Maladaptif
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan dan merupsksn proses yang sistematis dala
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Iyer et.al dalam Muhith
2015). Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah pasien.
i. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan status mental, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, ruang rawat dan alamat.
ii. Alasan Masuk
Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau
dirawat di rumah sakit. Faktor pencetus perilaku kekerasan
meliputi ancaman terhadap fisik, ancaman internal dan
ancaman eksternal.
iii. Riwayat Penyakit sekarang
Keluhan saat ini pada pasien perilaku kekerasan, faktor yang
memperberat kejadian seperti putus pengobatan, melukai orang
lain, diri sendiri maupun lingkungan.
iv. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku
kekerasan adalah faktor biologi (biasanya klien mempunyai
keluarga yang mempunyai riwayat perilaku kekerasan, klien
pernah mengalami gangguan jiwa) , psikologis ( harapan yang
tidak sesuai, sering melihat perilaku kekerasan atau mengalami
perilaku kekerasan dan sosiokultural (Dermawan, 2013).
Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu yang bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan
dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain)
maupun dalam (putus hubungan dengan orang berarti,
kehilangan rasa cinta, takut
3) Hubungan Sosial
Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup
pasien, dan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah,
kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, peran
dalam kelompok, hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain.
4) Spiritual
Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan
keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
c. Status Mental
1) Penampilan
Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung
kaki apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian
sesuai, cara berpakaian.
2) Pembicaraan
Biasanya pada klien perilaku kekerasan ketika bicara nada
suara keras, tinggi, menjerit atau berteriak.
3) Aktivitas motorik
Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan),
kompulsif (kegiatan berulang-ulang), grimasem (otot-otot
wajah yang berubah-ubah dan tidak terkontrol). Seperti
menggepalkan tangan, merusak barang atau benda, rahang
mengatup.
4) Afek dan Emosi
a) Afek
Biasanya klien labil, emosi cepat berubah-rubah dan
tidak sesuai, emosi bertentangan dan berlawanan dengan
stimulus
a) Emosi
Biasanya klien memiliki emosi yang tidak adekuat,
tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, bermusuhan, mengamuk serta menuntut.
5) Interaksi selama wawancara
a) Kooperatif, berespon dengan baik terhadap pewawancara
b) Tidak kooperatif, tidak dapat menjawab pertanyaan
dengan spontan
c) Mudah tersinggung
d) Bermusuhan
e) Kontak kurang, tidak menantap lawan bicara
f) Curiga
6) Persepsi sensori
Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran,
penglihatan, pengecapan, penghidu.
7) Proses pikir
a) Sirkumtansial, pembicaraan yang berbelit tapi sampai
pada tujuan.
b) Tangensial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak
sampai pada tujuan.
c) Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat yang lain.
8) Isi pikir
Biasanya klien memiliki ambang isi fikir yang wajar,
dimana ia selalu menanyakan kapan ia akan pulang dan
mengharapkan pertemuan dengan keluarga dekatnya.
9) Tingkat kesadaran
Biasanya klien tampak bingung dan kacau (perilaku yang
tidak mengarah pada tujuan).
10) Memori
a) Gangguan mengingat jangka panjang, tidak dapat
mengingat kejadian.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya tentang perawatan lanjut yang dilakukan klien.
h) Aktivitas di dalam rumah
Observasi kemampuan pasien dalam mengolah dan
menyajikan makanan, merapikan rumah, mengatur
kebutuhan biaya sehari-hari.
i) Aktivitas di luar rumah
Biasanya menggambarkan kemampuan pasien dalam
belanja untuk keperluan sehari-hari.
d. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien
sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,
proyeksi, represi, dan resaksi formasi.
e. Masalah psikososial dan lingkungan
Perlu dikaji tentang masalah dengan dukungan kelompok,
maslah berhubungan dengan lingkungan dan masalah
pendidikan, pekerjaan, perumahan ekonomi, pelayanan
kesehatan.
f. Pengetahuan
Biasanya pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan yang kurang tentang penyakit atau gangguan jiwa.
g. Aspek medis
Pada klien perilaku kekerasan biasanya mendapatkan obat
untuk klien skizofrenia seperti haloperidol, clorpromazine dan
anti kolinergik.
Menurut Keliat (2010) dalam Handayani et.al, 2017 data yang perlu dikaji pada pasien
dengan perilaku kekerasan yaitu pada data subyektif klien mengancam, mengumpat
dengan kata-kata kotor, mengatakan dendam dan jengkel. Klien juga menyalahkan dan
menuntut. Pada data obyektif klien menunjukan tanda-tanda mata melotot dan pandangan
tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, dan tegang, postur tubuh
kaku dan suara keras.
Format pengkajian pada pasien perilaku kekerasan (Keliat, 2009)
Berikan tanda ceklist pada kolom sesuai dengan data pasien
No Pelaku/usia Korban/usias Saksi/usia
.
1. Aniaya fisik ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
2. Aniaya seksual ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
3. Penolakan ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
4. Kekerasan dalam
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
keluarga
5. Tindakan kriminal ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
6. Aktivitas motorik
Lesu ( ) Tegang ( ) Gelisah ( ) Agitasi ( )
Tik ( ) Grimasen ( ) Tremor ( ) Kompulsif ( )
7. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan ( ) Kontak mata kurang ( )
Tidak Kooperatif ( ) Defensif ( )
Mudah tersinggung ( ) Curiga ( )
G. Diagnosa keperawatan
Pohon Masalah diagnosis resiko perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan
Data objektif
Data objektif
• Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative
tindakan
• Ingin menciderai diri, ingin mengakhiri hidup
H. Focus intervensi
1. Tindakan
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I cetakan III tahun
2017 terdapat beberapa intervensi yang ditemukan pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan
pencegahan perilaku kekerasan (1.14544)
1. Observasi
• Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (mis. benda
tajam, tali)
• Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
• Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan (mis.
pisau cukur)
2. Terapeutik
• Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
• Libatkan keluarga dalam perawatan
3. Edukasi
• Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan
pasien
• Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
• Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal
4. Kolaborasi
• Kolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk pemberian obat
clopromazine HCL
2. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
yang lalu
2) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
(muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam, tangan
mengepal, postur tubuh kaku, jalan mondar mandir )
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai
dosis efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif
rendah. Contohnya trifluoperasineestelasine atau transquilizer keduanya
mempunyai efek anti tegang,anti cemas,dan anti agitasi (Prabowo, 2014).
b. Terapi okupasi
Terapi ini dengan terapi kerja, namun bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu
sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan
berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi
segala bentuk kegiatan seperti membaca koran, main catur dapat pula
dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak
berdialog atau berdiskusi. Terapi ni merupakan langkah awal yang dilakukan oleh
petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan
program kegiatannya (Prabowo, 2014).
c. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat
melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang
ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi
masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan primer),
menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan skunder) dan memulihkan
perilaku maladaptif ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehinnga derajat
kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal (Prabowo,
2014).
d. Terapi somatic
Terapi somatic terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku maladaftif menjadi perilaku adaftif dengan
melakukan tindakan yang ditunjukkan pada kondisi fisik pasien,terapi adalah
perilaku pasien (Prabowo, 2014)
e. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yang menangani skizofrenia membutuhkan 20-30
kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2
kali) (Prabowo, 2014).
I. STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke I (satu)
a) PROSES KEPERAWATAN
- Kondisi Pasien : Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab
pertanyaan tetapi perlu bimbingan, klien sedikit tidak fokus, afek labil, loghorhoe
- Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
- Tujuan Khusus : Klien mampu menyebutkan 5 benar minum obat
- Tindakan Keperawatan
SP 1 : mencegah perilaku kekerasan (melatih 5 benar minum obat)
b) STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat widya
, saya perawat yang bertugas di ruang dwarawati ini. Nama mba siapa ?
dan senang dipanggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mba saat ini ? apa masih ada perasaan marah,
jengkel ?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai cara mencegah
perilaku kekerasan dengan cara 5 benar minum obat . yang tujuannya
untuk meningkatkan pemahaman tentang obat yang diminum . nanti
waktunya sekitar 5-10 menit untuk tempatnya disini saja. Apakah mba
ingin minum atau ke kamar mandi terlebih dahulu ?
2. Kerja
- “Apa yang meyebabkan mba bisa marah, Nah ceritakan apa yang
dirasakan mba saat marah ?”, saat mba dewi marah apa ada
perasaan tegang ,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar
mandir ?”. “atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
- “Apa ada tindakan saat mba D sedang marah
seperti,memukul,membanting ?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah
setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai, ?”. “ Apa
akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya
menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
- Apakah mba D sudah tau tentang 5 benar minum obat.? Ya saya jelaskan
ya mba .benar dalam jenis, benar dosisi, benar manfaat, benar waktu
minum, dan benar cara minum obat. Coba mb D sebutkan kembali 5
benar minum obat .! ya bagus mba
- 5 benar minum obat bisa dilakukan ketika mb sedang mengalami
gangguan marah,kesal mb dapat meminum obat yang sudah diresepkan
- Untuk waktu minum biasanya berapa kali mb.? Iya 2 kali ya pagi dan
malam
- Coba sebutkan ulang untuk 5 benar minum obat.! Bagus mba sudah hafal
ya untuk 5 benar minum obat
- Apakah ada yang mau ditanyakan mba ..?
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mba bisa marah”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara melatih kontrol marah
secara verbal ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”
4) Baik kalau begitu mb bisa istirahat dahulu ya
a) PROSES KEPERAWATAN
- Kondisi Pasien : Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab
pertanyaan tetapi perlu bimbingan,pandangan tidak fokus, tegang, loghorhoe
- Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
- Tujuan Khusus : Klien mampu mencegah perilaku kekerasan dengan melatih
kontrol marah secara verbal
- Tindakan Keperawatan
SP 2 : mencegah perilaku kekerasan (melatih kontrol marah secara verbal)
b) STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat widya
, saya perawat yang bertugas di ruang dwarawati ini. Nama mba siapa ?
dan senang dipanggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mba saat ini ? apa masih ada perasaan marah,
jengkel ?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai cara mencegah
perilaku kekerasan dengan cara melatih kontrol marah secara verbal . yang
tujuannya untuk meningkatkan pemahaman tentang mengungkapkan rasa
marah yang dialami . nanti waktunya sekitar 5-10 menit untuk tempatnya
disini saja. Apakah mba ingin minum atau ke kamar mandi terlebih dahulu
?
2. Kerja
- “Apa yang meyebabkan mba bisa marah, Nah ceritakan apa yang
dirasakan mba saat marah ?”, saat mba D marah apa ada perasaan
tegang ,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar mandir ?”. “atau
mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
- “Apa ada tindakan saat mba D sedang marah
seperti,memukul,membanting ?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah
setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai, ?”. “ Apa
akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya
menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
- Apakah mba D sudah tau tentang melatih kontrol marah secara verbal.?
Ya saya jelaskan ya mba .ketika marah mb dapat duduk dan
menyampaikan marah secara baik dan tidak menggunakan kata-kata
kasar seperti memeinta,menolak, maupun mengungkapkan perasaan kesal
“maaf saya tidak bisa melakukannya karena saya sedang ada pekerjaan” .
Coba mb D contohkan kata-kata baik untuk penolakan .! ya bagus mba..
apa mb sudah melakukan seperti yang dicontohkan mba.?
- Coba mba bisa dijelaskan lagi untuk mengontrol marah secara verbal.!
Ya bagus mba
- Apakah ada yang mau ditanyakan mba ..?
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mba bisa marah”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara melatih secara spiritual ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”
4)Baik kalau begitu mb bisa istirahat dahulu ya
a) PROSES KEPERAWATAN
- Kondisi Pasien : Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab
pertanyaan tetapi perlu bimbingan,pandangan tidak fokus, tegang, loghorhoe
- Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
- Tujuan Khusus : Klien mampu mencegah perilaku kekerasan dengan melatih
secara spiritual
- Tindakan Keperawatan
SP 3 : mencegah perilaku kekerasan (melatih secara spiritual )
b) STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat widya
, saya perawat yang bertugas di ruang dwarawati ini. Nama mba siapa ?
dan senang dipanggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mba saat ini ? apa masih ada perasaan marah,
jengkel ?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai cara mencegah
perilaku kekerasan dengan cara melatih secara spiritual . yang tujuannya
untuk meningkatkan pemahaman tentang meningkatkan kemampuan
melakukan aktivitas yang dapat mengurangi pikran, cemas kesal
berkurang . nanti waktunya sekitar 5-10 menit untuk tempatnya disini saja.
Apakah mba ingin minum atau ke kamar mandi terlebih dahulu ?
2. Kerja
- “Apa yang meyebabkan mba bisa marah, Nah ceritakan apa yang
dirasakan mba saat marah ?”, saat mba D marah apa ada perasaan
tegang ,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar mandir ?”. “atau
mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
- “Apa ada tindakan saat mba D sedang marah
seperti,memukul,membanting ?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah
setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai, ?”. “ Apa
akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya
menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
- Apakah mba D sudah tau tentang melatih kontrol marah secara
spiritual .? Ya saya jelaskan ya mba .kontrol marah secara spiritual
kegaitan yang dapat dilakukan oleh klien ketika merasa kesal atau marah
pada diri maupun orang lain dengan cara mengucapkan istighfar .. untuk
langkahnya yaitu ketika marah mb dapat duduk terlebih dahulu coba
tenang, berdoa, mengucap istighfar, mengambil air wudhu dan sholat” .
Coba mb D sebutkan langkah-langkahnya .! ya bagus mba.. apa mb
sudah melakukan seperti yang dicontohkan mba.?
- Coba mba bisa dijelaskan lagi untuk mengontrol marah secara spiritual .!
Ya bagus mba
- Apakah ada yang mau ditanyakan mba ..?
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mba bisa marah”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara melatih dengan cara napas
dalam ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”
4) Baik kalau begitu mb bisa istirahat dahulu ya
a) PROSES KEPERAWATAN
- Kondisi Pasien : Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab
pertanyaan tetapi perlu bimbingan,pandangan tidak fokus, tegang, loghorhoe
- Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
- Tujuan Khusus : Klien mampu mencegah perilaku kekerasan dengan melatih
teknik nafas dalam
- Tindakan Keperawatan
SP 4 : mencegah perilaku kekerasan (melatih teknik napas dalam)
b) STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
d. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat widya
, saya perawat yang bertugas di ruang dwarawati ini. Nama mba siapa ?
dan senang dipanggil apa ? ”
e. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mba saat ini ? apa masih ada perasaan marah,
jengkel ?”
f. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai cara mencegah
perilaku kekerasan dengan cara melatih teknik napas dalam . yang
tujuannya untuk meningkatkan kemampuan klien untuk menurunkan
kecemasan dan ketegangan fisik . nanti waktunya sekitar 5-10 menit untuk
tempatnya disini saja. Apakah mba ingin minum atau ke kamar mandi
terlebih dahulu ?
2. Kerja
- “Apa yang meyebabkan mba bisa marah, Nah ceritakan apa yang
dirasakan mba saat marah ?”, saat mba D marah apa ada perasaan
tegang ,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar mandir ?”. “atau
mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
- “Apa ada tindakan saat mba D sedang marah
seperti,memukul,membanting ?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah
setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai, ?”. “ Apa
akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya
menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
- Apakah mba D sudah tau tentang melatih kontrol marah dengan teknik
napas dalam .? Ya saya jelaskan ya mba .kontrol marah dengan teknik
napas dalam adalah tindakan untuk menurunkan kecemasan dan
ketegangan fisik tujuannya untuk meningkatkan kemampuan
mengeluarkan energy yang berlebih melalui aktivitas fisik (napas dalam)
dengan cara menarik napas dalam secara dalam melalui hidung dan
menahan sebentar kemudian mengeluarkan melalui mulut dengan cara
dihembuskan” . saya contohkan terlebih dahulu ya mb . silahkan
sekarang mb D mencoba untuk teknik napas dalam .!ya bagus mba.. apa
mb sudah melakukan seperti yang dicontohkan mba.?
- Coba mba bisa dijelaskan lagi tujuan taeknik napas dalam mba .! Ya
bagus mba
- Apakah ada yang mau ditanyakan mba ..?
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mba bisa marah”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara aktivitas fisik ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”
4) Baik kalau begitu mb bisa istirahat dahulu ya
Daftar Pustaka
Muhith, Abdul 2015, Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi, edisi 1, CV Andi Offset,
Yogyakarta.
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa.Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko Perilaku
Kekerasan. 1(2), 89–99.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.
Wulansari, E. M. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku
Kekerasan Dirumah Sakit Daerah Dr Arif Zainuddin Surakarta(Doctoral dissertation,
Universitas Kusuma Husada Surakarta).