LP Perilaku Kekerasa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

STASE KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :

WIDYASTUTI

NPM. 21.0604.0048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Resiko perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan
secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan . Perilaku kekerasan
pada orang lain adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh
orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada di lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam 2 bentuk yaitu sedang berlangsung perilaku kekerasan atau
riwayat perilaku kekerasan (Madhani, 2021). perilaku kekerasan adalah hasil dari marah
yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan
terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri (Pardede, 2020).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk tindakan yang bertujuan untuk melukai dirinya
dan seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan ini dapat dilakukan
secara verbal,untuk mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya, disertai
dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Wulansari, 2021). Resiko perilaku
kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan dengan melakukan
ancaman, menciderai diri sendiri maupun orang lain dan dapat merusak lingkungan
sekitar (Pardede, 2020)

Resiko perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang beresiko


membahayakan secara fisik, emosi dan atau seksual pada diri sendiri dan orang lain yang
disertai dengan amuk gaduh gelisah yang tidak terkontrol
B. Jenis dan rentang respon
1. Jenis perilaku kekerasan
- Irritable aggression
Merupakan tindak kekerasan akibat ekspresi perasaan marah. Agresi ini dipicu
oleh oleh frustasi dan terjadi karena sirkuit pendek pada proses penerimaan dan
memahami informasi dengan intensitas emosional yang tinggi (directed against
an available target)
- Instrumental aggression
Suatu tindak kekerasan yang dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan
tertentu.  Misalnya untuk mencapai tujuan politik tertentu dilakukan tindak
kekerasan secara sengaja dan terencana
- Mass aggression
Suatu tindak agresi yang dilakukan oleh massa sebagai akibat kehilangan
individualitas dari masing-masing individu. Pada saat orang berkumpul terdapat
kecenderungan berkurangnya individualitas, bila ada ada seseorang yang
mempelopori tindak kekerasan maka secara otomatis semua akan ikut melakukan
kekerasan yang dapat semakin meninggi karena saling membangkitkan. Pihak
yang menginisiasi tindak kekerasan tersebut bisa saja melakukan agresi
instrumental (sebagai provokator) maupun agresi permusuhan karena kemarahan
tidak terkendali (Muhith, 2015)

2. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan:

1. Respon Adaptif
a. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
orang lain dan memberikan ketenangan
b. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan
tidak dapat menemukan alternative
2. Respon Maladaptif
a. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
b. Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk
menuntut tetapi masih terkontrol
c. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya kontrol (Mulia, 2020)
C. Tanda Gejala
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) Terdapat 2 tanda dan
gejala yaitu mayor dan minor pada pasien perilaku kekerasan.
1. Mayor subjektif
- Mengancam
- Mengumpat dengan kata-kata kasar
- Suara keras
- Bicara ketus
2. Objektif
- Menyerang orang lain
- Melukai diri sendiri/orang lain
- Merusak lingkungan
- Perilaku agresif/amuk
3. Minor objektif
- Mata melotot atau pandangan tajam
- Tangan mengepal
- Rahang mengatup,wajah memerah
- Postur tubuh kaku

D. Penyebab (Presdiposisi prepitasi) biologis, psikologis, social budaya


Menurut Afnuhazi (2015), menyebabkan perilaku kekerasan antara lain
a. Faktor presdisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi
yang artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jka
faktor berikut dialami oleh individu :
1) Psikologis : kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditilak, dihina, dianiaya.
2) Perilaku reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulus individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)
dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive)
4) Bioneurologis, kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berpengaruh dalam terjadinya
perilaku kekerasan
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi pasien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan,
ketidakberdayaan, percauya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang rebut, padat, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya atau pekerjaan
dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain interaksi yang profokatif dan
konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan
E. Psikopatologi
Stress, cemas, harga diri rendah dan bermasalah dapat menimbulkan marah.
Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan kata-kata yang
dapat di mengerti dan di terima tanpa menyakiti hati orang lain. Selain akan
memberikan rasa lega, ketegangan pun akan menurun dan akhirnya perasaan marah
dapat teratasi.
Rasa marah yang di ekspresikan secara destruktif, misalnya dengan perilaku
agresif dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah
berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan pada diri
sendiri, oranglain, dan lingkungan. Perilaku yang submisif seperti menekan
perasaan marah karena merasa tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau
melarikan diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan
demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan pada suatu saat
dapat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang di ajukan pada diri sendiri,
orang lain, atau lingkungan (Yosep, 2010).

1. Ancaman kebutuhan
2. Stress
3. Cemas
4. Marah
5. Merasa terancam

Faktor predisposisi
Faktor presipitasi
1. Faktor psikologi
2. Rasa frustasi 1. Faktor eksternal: nteraksi
3. Kekerasan dalam rumah dan lingkungan
tangga 2. Faktor internal : putus
4. Faktor sosial budaya asa, agresif
5. Faktor biologis

Mekanisme koping

Konstruktif Rentan respon Destruktif

Adaptif Maladaptif

- Mengungkapkan secara - Merasa kuat - Marah tak terungkap


verbal - Menantang - Rasa bermusuhan
- Ketegangan menurun Berkepanjangan menahun
- Rasa marah teratasi - Hilang kontrol
F. Focus pengkajian

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan dan merupsksn proses yang sistematis dala
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Iyer et.al dalam Muhith
2015). Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah pasien.
i. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan status mental, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, ruang rawat dan alamat.
ii. Alasan Masuk
Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau
dirawat di rumah sakit. Faktor pencetus perilaku kekerasan
meliputi ancaman terhadap fisik, ancaman internal dan
ancaman eksternal.
iii. Riwayat Penyakit sekarang
Keluhan saat ini pada pasien perilaku kekerasan, faktor yang
memperberat kejadian seperti putus pengobatan, melukai orang
lain, diri sendiri maupun lingkungan.
iv. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku
kekerasan adalah faktor biologi (biasanya klien mempunyai
keluarga yang mempunyai riwayat perilaku kekerasan, klien
pernah mengalami gangguan jiwa) , psikologis ( harapan yang
tidak sesuai, sering melihat perilaku kekerasan atau mengalami
perilaku kekerasan dan sosiokultural (Dermawan, 2013).
Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu yang bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan
dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain)
maupun dalam (putus hubungan dengan orang berarti,
kehilangan rasa cinta, takut

terhadap penyakit fisik dan lain-lain). Selain itu lingkungan


yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mencegah pada
penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku
kekerasan.
a. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan
tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan pasien.
b. Pengkajian Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan pasien dengan tiga generasi
keluarga dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Menggambarkan persepsi pasien terhadap tubuhnya,
bagian tubuh yang tidak disukai, reaksi pasien terhadap
bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang
disukai.
b) Identitas diri
Status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat,
kepuasan pasien terhadap status dan posisinya,
kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya
dan posisinya.
c) Fungsi peran
Tugas atau peran pasien dalam keluarga atau kelompok
masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan
fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat pasien
sakit dan dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat
perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Harapan pasien terhadap keadaan tubuh ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah,
harapan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
e) Harga diri
Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan
kondisi, dampak pada pasien dalam berhubungan
dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri
tidak sesuai harapan, penilaian pasien terhadap
pandangan atau penghargaan orang lain.

3) Hubungan Sosial
Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup
pasien, dan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah,
kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, peran
dalam kelompok, hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain.
4) Spiritual
Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan
keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
c. Status Mental
1) Penampilan
Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung
kaki apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian
sesuai, cara berpakaian.
2) Pembicaraan
Biasanya pada klien perilaku kekerasan ketika bicara nada
suara keras, tinggi, menjerit atau berteriak.
3) Aktivitas motorik
Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan),
kompulsif (kegiatan berulang-ulang), grimasem (otot-otot
wajah yang berubah-ubah dan tidak terkontrol). Seperti
menggepalkan tangan, merusak barang atau benda, rahang
mengatup.
4) Afek dan Emosi
a) Afek
Biasanya klien labil, emosi cepat berubah-rubah dan
tidak sesuai, emosi bertentangan dan berlawanan dengan
stimulus
a) Emosi
Biasanya klien memiliki emosi yang tidak adekuat,
tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, bermusuhan, mengamuk serta menuntut.
5) Interaksi selama wawancara
a) Kooperatif, berespon dengan baik terhadap pewawancara
b) Tidak kooperatif, tidak dapat menjawab pertanyaan
dengan spontan
c) Mudah tersinggung
d) Bermusuhan
e) Kontak kurang, tidak menantap lawan bicara
f) Curiga
6) Persepsi sensori
Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran,
penglihatan, pengecapan, penghidu.
7) Proses pikir
a) Sirkumtansial, pembicaraan yang berbelit tapi sampai
pada tujuan.
b) Tangensial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak
sampai pada tujuan.
c) Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat yang lain.
8) Isi pikir
Biasanya klien memiliki ambang isi fikir yang wajar,
dimana ia selalu menanyakan kapan ia akan pulang dan
mengharapkan pertemuan dengan keluarga dekatnya.
9) Tingkat kesadaran
Biasanya klien tampak bingung dan kacau (perilaku yang
tidak mengarah pada tujuan).
10) Memori
a) Gangguan mengingat jangka panjang, tidak dapat
mengingat kejadian.

b) Gangguan mengingat jangka pendek, tidak dapat


mengingat dalam minggu terakhir.
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Menilai tingkat konsentrasi klien apakah mudah beralih
atau tidak mampu berkonsentrasi.

12) Kemampuan penilaian


Menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan
penilaian terhadap situasi, kemudian dibandingkan dengan
yang seharusnya.
13) Daya litik diri
a) Mengingkari penyakit yang diderita : pasien tidak
menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan
emosi) pada dirinya dan pasien menyangkal keadaan
penyakitnya.
b) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan
orang lain atau lingkungan yang menyebabkan
timbulnya penyakit atau masalah sekarang.
14) Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Biasanya frekuensi makan, jumlah, variasi, macam dan
cara makan, observasi kemampuan pasien menyiapkan
dan membersihkan alat makan.
b) Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan pasien untuk Buang Air Besar
(BAB) dan BAK, pergi menggunakan WC.
c) Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi,
menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, observasi
kebersihan tubuh.
d) Berpakaian
Observasi kemampuan pasien dalam mengambil,
memilih dan mengenakan pakaian, observasi
penampilan dadanan pasien.
e) Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur
siang,malam, persiapan sebelum tidur dan aktivitas
sesudah tidur.
f) Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis,
waktu, dan cara pemberian.

g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya tentang perawatan lanjut yang dilakukan klien.
h) Aktivitas di dalam rumah
Observasi kemampuan pasien dalam mengolah dan
menyajikan makanan, merapikan rumah, mengatur
kebutuhan biaya sehari-hari.
i) Aktivitas di luar rumah
Biasanya menggambarkan kemampuan pasien dalam
belanja untuk keperluan sehari-hari.
d. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien
sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,
proyeksi, represi, dan resaksi formasi.
e. Masalah psikososial dan lingkungan
Perlu dikaji tentang masalah dengan dukungan kelompok,
maslah berhubungan dengan lingkungan dan masalah
pendidikan, pekerjaan, perumahan ekonomi, pelayanan
kesehatan.
f. Pengetahuan
Biasanya pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan yang kurang tentang penyakit atau gangguan jiwa.
g. Aspek medis
Pada klien perilaku kekerasan biasanya mendapatkan obat
untuk klien skizofrenia seperti haloperidol, clorpromazine dan
anti kolinergik.

Menurut Keliat (2010) dalam Handayani et.al, 2017 data yang perlu dikaji pada pasien
dengan perilaku kekerasan yaitu pada data subyektif klien mengancam, mengumpat
dengan kata-kata kotor, mengatakan dendam dan jengkel. Klien juga menyalahkan dan
menuntut. Pada data obyektif klien menunjukan tanda-tanda mata melotot dan pandangan
tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, dan tegang, postur tubuh
kaku dan suara keras.
Format pengkajian pada pasien perilaku kekerasan (Keliat, 2009)
Berikan tanda ceklist pada kolom sesuai dengan data pasien
No Pelaku/usia Korban/usias Saksi/usia
.
1. Aniaya fisik ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
2. Aniaya seksual ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
3. Penolakan ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
4. Kekerasan dalam
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
keluarga
5. Tindakan kriminal ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
6. Aktivitas motorik
Lesu ( ) Tegang ( ) Gelisah ( ) Agitasi ( )
Tik ( ) Grimasen ( ) Tremor ( ) Kompulsif ( )
7. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan ( ) Kontak mata kurang ( )
Tidak Kooperatif ( ) Defensif ( )
Mudah tersinggung ( ) Curiga ( )

G. Diagnosa keperawatan
Pohon Masalah diagnosis resiko perilaku kekerasan

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan

Halusinasi, waham, HDR, isolasi sosial

1) Resiko perilaku kekerasan (D.0146)


Data subjektif
• Klien mengancam
• Klien mengumpat dengan kata-kata kasar
• Klien mengatakan dendam dan jengkel
• Klien mengatakan ingin berkelahi
• Klien menyalahkan dan menuntut
Data objektif
• Mata melotot pandangan tajam
• Tangan mengepal
• Rahang mengatup
• Wajah memerah dan tegang
• Postur tubuh kaku
• Suara keras
2) Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (D.0136)
Data subjektif
• Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
• Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah
• Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya

Data objektif

• Mata merah, wajah agak merah


• Nada suara tinggi dan keras bicara menguasai, berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri dan orang lain
• Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
• Merusak dan melempar barang
3) Gangguan harga diri: harga diri rendah (D.0087)
Data subjektif
• Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bias, tidak tahu apa-apa
• Mengkritik diri sendiri
• Mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

Data objektif
• Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative
tindakan
• Ingin menciderai diri, ingin mengakhiri hidup

H. Focus intervensi

1. Tindakan
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I cetakan III tahun
2017 terdapat beberapa intervensi yang ditemukan pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan
pencegahan perilaku kekerasan (1.14544)
1. Observasi
• Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (mis. benda
tajam, tali)
• Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
• Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan (mis.
pisau cukur)
2. Terapeutik
• Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
• Libatkan keluarga dalam perawatan
3. Edukasi
• Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan
pasien
• Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
• Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal
4. Kolaborasi
• Kolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk pemberian obat
clopromazine HCL
2. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
yang lalu
2) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
(muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam, tangan
mengepal, postur tubuh kaku, jalan mondar mandir )
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis

(dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk,


menyalahkan dan menuntut)
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
(menarik diri, penolakan, ejekan, sindiran)
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual

(merasa berkuasa, merasa benar sendiri, mengkritik pendapat


orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan
kasar
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
(cerewet, kasar, berdebat, meremehkan)
3) Diskusikan bersama pasien perilaku pasien yang biasa dilakukan saat marah secara :
a) Verbal
b) Terhadap orang lain
c) Terhadap diri sendiri
d) Terhadap lingkungan
4) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
5) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara
a) Fisik : Pukul bantal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Spiritual : Shalat, berdoa sesuai kenyakinan pasien
6) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
a) Latihan nafas dalam dan pukul bantal-kasur
b) Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul bantal-kasur
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial atau verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


a) Latih mengontrol marah secara spiritual: shalat, berdoa.
b) Buat jadwal latihan shalat dan berdoa.
9) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat

a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan dengan prinsip


lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai dengan penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum
obat.
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
10) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan.
3. Terapi farmakologi

a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai
dosis efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif
rendah. Contohnya trifluoperasineestelasine atau transquilizer keduanya
mempunyai efek anti tegang,anti cemas,dan anti agitasi (Prabowo, 2014).
b. Terapi okupasi
Terapi ini dengan terapi kerja, namun bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu
sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan
berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi
segala bentuk kegiatan seperti membaca koran, main catur dapat pula
dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak
berdialog atau berdiskusi. Terapi ni merupakan langkah awal yang dilakukan oleh
petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan
program kegiatannya (Prabowo, 2014).
c. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat
melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang
ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi
masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan primer),
menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan skunder) dan memulihkan
perilaku maladaptif ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehinnga derajat
kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal (Prabowo,
2014).
d. Terapi somatic
Terapi somatic terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku maladaftif menjadi perilaku adaftif dengan
melakukan tindakan yang ditunjukkan pada kondisi fisik pasien,terapi adalah
perilaku pasien (Prabowo, 2014)
e. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yang menangani skizofrenia membutuhkan 20-30
kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2
kali) (Prabowo, 2014).
I. STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke I (satu)
a) PROSES KEPERAWATAN
- Kondisi Pasien : Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab
pertanyaan tetapi perlu bimbingan, klien sedikit tidak fokus, afek labil, loghorhoe
- Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
- Tujuan Khusus : Klien mampu menyebutkan 5 benar minum obat
- Tindakan Keperawatan
SP 1 : mencegah perilaku kekerasan (melatih 5 benar minum obat)
b) STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat widya
, saya perawat yang bertugas di ruang dwarawati ini. Nama mba siapa ?
dan senang dipanggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mba saat ini ? apa masih ada perasaan marah,
jengkel ?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai cara mencegah
perilaku kekerasan dengan cara 5 benar minum obat . yang tujuannya
untuk meningkatkan pemahaman tentang obat yang diminum . nanti
waktunya sekitar 5-10 menit untuk tempatnya disini saja. Apakah mba
ingin minum atau ke kamar mandi terlebih dahulu ?
2. Kerja
- “Apa yang meyebabkan mba bisa marah, Nah ceritakan apa yang
dirasakan mba saat marah ?”, saat mba dewi marah apa ada
perasaan tegang ,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar
mandir ?”. “atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
- “Apa ada tindakan saat mba D sedang marah
seperti,memukul,membanting ?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah
setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai, ?”. “ Apa
akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya
menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
- Apakah mba D sudah tau tentang 5 benar minum obat.? Ya saya jelaskan
ya mba .benar dalam jenis, benar dosisi, benar manfaat, benar waktu
minum, dan benar cara minum obat. Coba mb D sebutkan kembali 5
benar minum obat .! ya bagus mba
- 5 benar minum obat bisa dilakukan ketika mb sedang mengalami
gangguan marah,kesal mb dapat meminum obat yang sudah diresepkan
- Untuk waktu minum biasanya berapa kali mb.? Iya 2 kali ya pagi dan
malam
- Coba sebutkan ulang untuk 5 benar minum obat.! Bagus mba sudah hafal
ya untuk 5 benar minum obat
- Apakah ada yang mau ditanyakan mba ..?
3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mba bisa marah”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara melatih kontrol marah
secara verbal ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”
4) Baik kalau begitu mb bisa istirahat dahulu ya

a) PROSES KEPERAWATAN
- Kondisi Pasien : Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab
pertanyaan tetapi perlu bimbingan,pandangan tidak fokus, tegang, loghorhoe
- Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
- Tujuan Khusus : Klien mampu mencegah perilaku kekerasan dengan melatih
kontrol marah secara verbal
- Tindakan Keperawatan
SP 2 : mencegah perilaku kekerasan (melatih kontrol marah secara verbal)
b) STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat widya
, saya perawat yang bertugas di ruang dwarawati ini. Nama mba siapa ?
dan senang dipanggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mba saat ini ? apa masih ada perasaan marah,
jengkel ?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai cara mencegah
perilaku kekerasan dengan cara melatih kontrol marah secara verbal . yang
tujuannya untuk meningkatkan pemahaman tentang mengungkapkan rasa
marah yang dialami . nanti waktunya sekitar 5-10 menit untuk tempatnya
disini saja. Apakah mba ingin minum atau ke kamar mandi terlebih dahulu
?
2. Kerja
- “Apa yang meyebabkan mba bisa marah, Nah ceritakan apa yang
dirasakan mba saat marah ?”, saat mba D marah apa ada perasaan
tegang ,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar mandir ?”. “atau
mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
- “Apa ada tindakan saat mba D sedang marah
seperti,memukul,membanting ?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah
setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai, ?”. “ Apa
akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya
menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
- Apakah mba D sudah tau tentang melatih kontrol marah secara verbal.?
Ya saya jelaskan ya mba .ketika marah mb dapat duduk dan
menyampaikan marah secara baik dan tidak menggunakan kata-kata
kasar seperti memeinta,menolak, maupun mengungkapkan perasaan kesal
“maaf saya tidak bisa melakukannya karena saya sedang ada pekerjaan” .
Coba mb D contohkan kata-kata baik untuk penolakan .! ya bagus mba..
apa mb sudah melakukan seperti yang dicontohkan mba.?
- Coba mba bisa dijelaskan lagi untuk mengontrol marah secara verbal.!
Ya bagus mba
- Apakah ada yang mau ditanyakan mba ..?
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mba bisa marah”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara melatih secara spiritual ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”
4)Baik kalau begitu mb bisa istirahat dahulu ya
a) PROSES KEPERAWATAN
- Kondisi Pasien : Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab
pertanyaan tetapi perlu bimbingan,pandangan tidak fokus, tegang, loghorhoe
- Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
- Tujuan Khusus : Klien mampu mencegah perilaku kekerasan dengan melatih
secara spiritual
- Tindakan Keperawatan
SP 3 : mencegah perilaku kekerasan (melatih secara spiritual )
b) STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat widya
, saya perawat yang bertugas di ruang dwarawati ini. Nama mba siapa ?
dan senang dipanggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mba saat ini ? apa masih ada perasaan marah,
jengkel ?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai cara mencegah
perilaku kekerasan dengan cara melatih secara spiritual . yang tujuannya
untuk meningkatkan pemahaman tentang meningkatkan kemampuan
melakukan aktivitas yang dapat mengurangi pikran, cemas kesal
berkurang . nanti waktunya sekitar 5-10 menit untuk tempatnya disini saja.
Apakah mba ingin minum atau ke kamar mandi terlebih dahulu ?
2. Kerja
- “Apa yang meyebabkan mba bisa marah, Nah ceritakan apa yang
dirasakan mba saat marah ?”, saat mba D marah apa ada perasaan
tegang ,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar mandir ?”. “atau
mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
- “Apa ada tindakan saat mba D sedang marah
seperti,memukul,membanting ?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah
setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai, ?”. “ Apa
akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya
menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
- Apakah mba D sudah tau tentang melatih kontrol marah secara
spiritual .? Ya saya jelaskan ya mba .kontrol marah secara spiritual
kegaitan yang dapat dilakukan oleh klien ketika merasa kesal atau marah
pada diri maupun orang lain dengan cara mengucapkan istighfar .. untuk
langkahnya yaitu ketika marah mb dapat duduk terlebih dahulu coba
tenang, berdoa, mengucap istighfar, mengambil air wudhu dan sholat” .
Coba mb D sebutkan langkah-langkahnya .! ya bagus mba.. apa mb
sudah melakukan seperti yang dicontohkan mba.?
- Coba mba bisa dijelaskan lagi untuk mengontrol marah secara spiritual .!
Ya bagus mba
- Apakah ada yang mau ditanyakan mba ..?

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mba bisa marah”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara melatih dengan cara napas
dalam ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”
4) Baik kalau begitu mb bisa istirahat dahulu ya
a) PROSES KEPERAWATAN
- Kondisi Pasien : Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab
pertanyaan tetapi perlu bimbingan,pandangan tidak fokus, tegang, loghorhoe
- Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
- Tujuan Khusus : Klien mampu mencegah perilaku kekerasan dengan melatih
teknik nafas dalam
- Tindakan Keperawatan
SP 4 : mencegah perilaku kekerasan (melatih teknik napas dalam)
b) STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
d. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat widya
, saya perawat yang bertugas di ruang dwarawati ini. Nama mba siapa ?
dan senang dipanggil apa ? ”
e. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mba saat ini ? apa masih ada perasaan marah,
jengkel ?”
f. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai cara mencegah
perilaku kekerasan dengan cara melatih teknik napas dalam . yang
tujuannya untuk meningkatkan kemampuan klien untuk menurunkan
kecemasan dan ketegangan fisik . nanti waktunya sekitar 5-10 menit untuk
tempatnya disini saja. Apakah mba ingin minum atau ke kamar mandi
terlebih dahulu ?
2. Kerja
- “Apa yang meyebabkan mba bisa marah, Nah ceritakan apa yang
dirasakan mba saat marah ?”, saat mba D marah apa ada perasaan
tegang ,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar mandir ?”. “atau
mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
- “Apa ada tindakan saat mba D sedang marah
seperti,memukul,membanting ?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah
setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai, ?”. “ Apa
akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya
menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
- Apakah mba D sudah tau tentang melatih kontrol marah dengan teknik
napas dalam .? Ya saya jelaskan ya mba .kontrol marah dengan teknik
napas dalam adalah tindakan untuk menurunkan kecemasan dan
ketegangan fisik tujuannya untuk meningkatkan kemampuan
mengeluarkan energy yang berlebih melalui aktivitas fisik (napas dalam)
dengan cara menarik napas dalam secara dalam melalui hidung dan
menahan sebentar kemudian mengeluarkan melalui mulut dengan cara
dihembuskan” . saya contohkan terlebih dahulu ya mb . silahkan
sekarang mb D mencoba untuk teknik napas dalam .!ya bagus mba.. apa
mb sudah melakukan seperti yang dicontohkan mba.?
- Coba mba bisa dijelaskan lagi tujuan taeknik napas dalam mba .! Ya
bagus mba
- Apakah ada yang mau ditanyakan mba ..?

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mba bisa marah”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara aktivitas fisik ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”
4) Baik kalau begitu mb bisa istirahat dahulu ya

Daftar Pustaka

Afnuhazi Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:


Gosyen Publishing

Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta: ECG.


Madhani, A., & Kartina, I. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko
Perilaku Kekerasan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma HUsada Surakarta, 18.

Muhith, Abdul 2015, Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi, edisi 1, CV Andi Offset,
Yogyakarta.
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa.Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko Perilaku
Kekerasan. 1(2), 89–99.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Stuart, G. W. 2013. Buku saku keperawatan jiwa, edisi 5. jakarta: egc

Wulansari, E. M. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku
Kekerasan Dirumah Sakit Daerah Dr Arif Zainuddin Surakarta(Doctoral dissertation,
Universitas Kusuma Husada Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai