Uas Hukum Adat Taufik Hidayat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ERPAN WIJAYA KUSUMA

NIM : 2108010491
MATA KULIAH : UAS HUKUM ADAT

1. Kedudukan anak beserta hak-haknya menurut hukum adat ditentukan oleh bentuk dari
masyarakat adat tersebut dan bentuk perkawinan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya.
Adapun Kedudukan Anak Angkat Dalam Pandangan Hukum Adat Dilihat dari aspek akibat
hukum pengangkatan anak menurut sebagian walayah hukum adat, memiliki segi persamaan
dengan hukum adopsi yang dikenal dalam hukum Barat, yaitu masuknya anak angkat ke
dalam keluarga orang tua yang mengangkatnya dan terputusnya hubungan keluarga dengan
keluarga atau orang tua kandung anak angkat. Dalam hukum waris adat, anak angkat
menerima hak-hak dan kewajiban sebagai ahli waris layaknya anak kandung baik materiil
maupun immaterial.

2. Perkawinan dalam hukum adat sangat dipengaruhi oleh sifat dalam susunan kekeluargaan.
Susunan kekeluargaan dikenal ada beberapa macam, yaitu:
 Perkawinan dalam kekeluargaan Patrilinier
- Perkawinan adalah “perkawinan jujur”.
- Memberikan kejujuran dari pihak laki-laki yang memutuskan untuk memutuskan
hubungan keluarga dengan orang tuanya dan kerabatnya.
- Isteri masuk dalam keluarga suami berikut anak-anaknya.
- Jika suami meninggal, maka isteri tetap tinggal di rumah suaminya dengan saudara
muda dari seolah-olah itu diwarisi oleh adik adik.
 Perkawinan dalam matrilinier keluarga
- Dalam upacara perkawinan mempelai laki-laki dijemput.
- Suami berdiam dirumah isterinya, tetapi suaminya tetap dapat keluarganya sendiri.
- Anak-anak masuk dalam klan adalah teritorinya dan ayah tidak memiliki kekuasaan
terhadap anak-anaknya.
 Perkawinan dalam keluarga parental
- Setelah kawin keduanya menjadi satu keluarga, baik keluarga suami maupun keluarga
isteri.
Dengan demikian dalam susunan keluarga orang tua suami dan isteri masing-masing
memiliki dua keluarga yaitu keluarga suami dan keluarga isteri.

3. Hak Ulayat adalah kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum
adat atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk
mengambil manfaat dari sumber daya alam , termasuk tanah dalam wilayah tersebut , bagi
kelangsungan hidup dan kehidupannya , yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan
bitinilah secara turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut
dengan wilayah yang bersangkutan tersebut . Sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria yang lazim juga disebut
UndangUndang Pokok Agraria (UUPA) bahwa hak ulayat diakui sebagai suatu hak atas
tanah apabila memenuhi persyaratan yang ditentukan. Berdasarkan Pasal 3 UUPA bahwa hak
ulayat diakui sebagai suatu hak atas tanah apabila dalam kenyataannya memang masih ada
dan pelaksanaan hak tersebut harus sesuai dengan kepentingan nasional serta tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan.

4. Dalam kehidupan masyarakat yang bercirikan mayarakat adat peranan Kepala Adat
menempati posisi sentral dalam pembinaan dan kepemimpinan masyarakat, ia adalah kepala
pemerintahan sekaligus menjadi hakim dalam penyelesaian sengketa di masyarakat. Kepala
Adat adalah bapak masyarakat, mengetuai persekutuan sebagai ketua suatu keluarga besar,
Kepala Adat adalah pemimpin pergaulan hidup dalam persekutuan.

5. Sebagai contoh, ingatkah Anda dengan kasus pembunuhan Medelin Sumual di Kabupaten
Kutai Barat, Kalimantan Timur (Kaltim)? Pelaku pembunuhan bernama Muhamad Munawir.
Ia diputus harus membayar denda sebesar Rp1.898.000.000. Putusan tersebut dikeluarkan
oleh Lembaga Adat Besar Kabupaten Kutai Barat. Dalam pemberitaan VOI sebelumnya
dikatakan bahwa Lembaga Adat Besar Kabupaten Kutai Barat mempertimbangkan berbagai
hal. Di antaranya adalah tuntutan keluarga korban, kerawanan sosial pasca kejadian yang
berpotensi instabilitas di Kutai Barat. Selain itu perimbangan juga merujuk pada upaya
menjaga situasi tetap damai dan kondusif serta menghindari kejadian semacam ini berulang.
Pertimbangan juga didasarkan pada upaya menciptakan persatuan dan kesatuan, serta
terjalinnya rasa persaudaraan yang berdasarkan rasa saling menghormati dan saling
menghargai antar sesama di Kutai Barat sekaligus upaya menghilangkan rasa permusuhan,
dan dendam fitnah di tengah masyarakat. “Memutuskan Saudara Muhamad Munawir
dinyatakan bersalah telah menghilangkan nyawa/membunuh saudari Medelin Sumual.
Melanggar hukum adat Bolitn Mate Namar Umar. Dikenakan sanksi adat sebesar 4120
Antakng atau sebesar Rp1.648.000.000 dan menanggung biaya acara adat kematian Paramp
Api dan Kenyau Etus Askng sebesar Rp250 juta,” demikian cuplikan putusan sanksi adat.
Lembaga Adat Besar Kabupaten Kutai Barat memberikan tenggat waktu kepada Munawir
paling lama enam bulan. “Apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan yakni 4 Agustus
2021 , denda adat Rp 1.898.000.000 tidak dapat dipenuhi/dibayar maka segera berkoordinasi
dengan lembaga Adat besar Kabupaten Kutai Barat untuk membicarakan hal-hal berkaitan
pembayaran denda.”

Anda mungkin juga menyukai