Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai
DOI: https://doi.org/10.31933/jimt.v2i4
Received: 22 Januari 2021, Revised: 25 Februari 2021, Publish: 17 Maret 2021
Mellysa Pusparani1
1)
Mahasiswa Program Pascasarjana, Universitas Terbuka UPBJJ – UT Jambi, email:
[email protected]
Abstrak: Riset terdahulu atau riset yang relevan sangat penting dalam suatu riset atau artikel
ilmiah. Riset terdahulu atau riset yang relevan berfungsi untuk memperkuat teori dan
penomena hubungan atau pengaruh antar variable. Artikel ini mereview faktor yang
mempengaruhi kinerja pegawai melalui lingkungan kerja, kepuasan kerja, dan komitmen
organsiasi, Suatu Studi Literatur Manajemen Sumberdaya Manusia. Hasil dari library risearch
ini adalah bahwa: 1) lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai; 2) kepuasan
kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai; 3) dan komitmen organisasi berpengaruh
terhadap kinerja pegawai.
Kata Kunci: Kinerja, Lingkungan Kerja, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasi.
PENDAHULUAN
Setiap organisasi apapun bentuknya, baik organisasi bisnis, organisasi pemerintahan
maupun organisasi sosial, selalu ingin mencapai beberapa tujuan. Tujuan-tujuan tersebut
dapat dicapai dengan menggunakan sumberdaya manusia dan sumberdaya organisasi lainya
seperti dana, bahan dan peralatan secara efektif dan efisien. Salah satu sumberdaya organisasi
yang memainkan peran penting dalam pencapaian tujuan organisasi adalah sumberdaya ini
belum dapat digantikan sepenuhnya oleh sumberdaya organisasi lainya. Sumber daya
manusia sangat menentukan bagi keberhasilan dari organisasi tersebut (Dessler, 2017).
Salah satu aspek pokok dari pekerjaan manajemen yang berkaitan dengan sumberdaya
manusia adalah aspek yang berkaitan dengan kinerja pegawai dan bagian manajemen yang
mengelola ini lebih dikenal dengan sebutan manajemen kinerja. Dari literatur manejemen
diketahui beragam konsep tentang kinerja (performance). Pada umumnya, mengacu pada
hasil (prestasi atau penampilan) kerja yang dicapai oleh orang atau kelompok orang dalam
suatu organisasi (perusahaan) berdasarkan satuan waktu atau ukuran tertentu. Pemahaman
seperti ini mengandung penafsiran yang luas, terutama dari segi pendekatan dan ruang
lingkup kajiannya serta penggunaan kriteria atau indikator untuk menentukan prestasi atau
penampilan kerja. Pendefinisian kinerja yang mengacu pada pencapaian hasil (prestasi atau
penampilan) kerja, dari segi pendekatan dan ruang lingkup kajiannya dimungkinkan dapat
dilakukan dari aspek individual atau organisasial.
Kinerja sangat penting bagi sebuah organisasi karena ia akan menentukan efektifitas
dari organisasi tersebut, kinerja juga penting karena ia mencerminkan ukuran keberhasilan
pada manejer dalam mengelola organisasi dan sumber daya manusianya. Tujuan-tujuan
organisasi akan dapat dicapai melalui kinerja yang baik dari para pegawainya. Sebaliknya,
organisasi akan menghadapi hambatan dalam mencapai tujuan-tujuanya manakala kinerja
para pegawai tidak efektif, dalam arti tidak dapat memenuhi tuntutan-tuntutan pekerjaan yang
diinginkan oleh organisasi.
Bagi pimpinan organisasi, kinerja pegawai menjadi sangat penting karena ia
merupakan tolak ukur bagi keberhasilannya dalam mengelola unit kerja yang dipimpinnya.
Jadi, kinerja merupakan faktor sentral bagi pekerjaan manajemen dalam mengelola
organisasi. Karena itu, adalah penting bagi manajemen untuk mengenali dan memahami
berbagai aspek yang berkaitan dengan kinerja pegawai baik faktor-faktor akibatnya (Anwar
Prabu, 2017).
Berdasarakan latar belakang akan di rumuskan masalah yang akan di bahas pada
artikel literature review agar lebih focus pada kajian pustaka dan hasil serta pembahasan
nanti, yaitu: 1) Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai?; 2) Apakah
kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai?; dan Apakah komitmen organisasi
berpengaruh terhadap kinerja pegawai?
KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Teori
a. Kinerja
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan
tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat
kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk
mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap
orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam
organisasi. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya
organisasi untuk mencapai tujuan (rivai dan sagala, 2011).
Menurut (Hasibuan, 2016) mendefinisikan kinerja sebagai suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu. Selain itu (Gomes, 2003)
mendefinisikan kinerja adalah unjuk kerja yang merupakan hasil dari kerja yang dihasilkan
oleh pegawai atau prilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi.
Secara teori terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang. Menurut
(Simanjuntak, 2005) kinerja dipengaruhi oleh: 1) Kualitas dan kemampuan pegawai; 2)
Sarana pendukung; dan 3) Supra sarana. Menurut (Sedarmayanti, 2017), faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja antara lain :1) Sikap dan mental (motivasi kerja, disiplin kerja, dan
etika kerja), 2) Pendidikan, 3) Keterampilan, 4) Manajemen kepemimpinan, 5) Tingkat
penghasilan, 6) Gaji dan kesehatan, 7) Jaminan sosial, 8) Iklim kerja, 9) Sarana dan
prasarana, 10) Teknologi, dan 11) Kesempatan berprestasi. Sedangkan menurut (Mathis &
Jackson, 2012) dalam pembahasan mengenai permasalahan kinerja karyawan maka tidak
terlepas dari berbagai macam faktor yang menyertai diantaranya: 1) Faktor kemampuan
(ability); dan 2) Faktor motivasi.
c. Kepuasan Kerja
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan tempatnya bekerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena setiap individu
akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku
dalam diri setiap individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang dirasakan.
Pangabean dalam (Triatna, 2015) mendefinisikan kepuasan kerja merupakan tingkat
keserasian antara apa yang diharapkan dengan apa yang dapat diperoleh, atau antara
kebutuhan dan penghargaan. Sedangkan Menurut Robbin dalam (Sopiah, 2015) memaknai
kepuasan kerja sebagai sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukan
perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah mereka yakini
seharusnya diterima.
Selain itu (Rivai Veitzhal, 2013) mendefinisikan kepuasan kerja merupakan evaluasi
yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau
tidak puas dalam bekerja. Lebih lanjut (McShane & Von Glinow, 2018) mendefinisikan
kepuasan kerja merupakan evaluasi individu tentang tugas dan konteks pekerjaannya.
Kepuasan kerja terkait dengan penilaian tentang karakteristik pekerjaan, lingkungan, dan
pengalaman emosional di tempat kerja. Karyawan yang puas mempunyai penilaian yang baik
tentang pekerjaan mereka, berdasarkan pengamatan dan pengalaman mereka. Kepuasan kerja
merupakan sekumpulan sikap tentang aspek-aspek yang berbeda dari tugas dan konteks
pekerjaan.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual Setiap
individu memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan
keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan
demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan
sikapnya senang atau tidak senang, puas tidak puas dalam bekerja (rivai dan sagala, 2011).
Kepuasan kerja tergantung kesesuaian atau keseimbangan antara yang diharapkan
dengan kenyataan. Menurut (Kreitner & Kinicki, 2014) ada lima faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja yaitu sebagai berikut: 1) Pemenuhan kebutuhan (Need
fulfillment); 2) Perbedaan (Discrepanicies); 3) Pencapaian nilai (Value attainment); 4)
Keadilan (Equity); dan 5) Komponen genetik (Gentic component). Sedangkan menurut
(Robbins & Judge, 2013) faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja adalah: 1) Kerja
yang secara mental menantang; 2) Ganjaran yang pantas; 3) Kondisi kerja yang mendukung;
4) Rekan kerja yang mendukung; dan 5) Kesesuaian antara kepribadian pekerjaan.
d. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi merupakan identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif
kuat terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota organisasi
untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras
bagi pencapaian tujuan organisasi (Sopiah, 2015). Mowday, Porter dan Steers dalam (Triatna,
2015) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai “the relative strength of an individual’s
identifikacation with and involvement in a particular organization”. Definisi ini menunjukan
bahwa komitmen organisasi memiliki arti yang lebih luas dari sekedar loyalitas yang pasif,
tetapi melibatkan hubungan interaktif dan keinginan karyawan untuk memberikan kontribusi
yang berarti pada organisasi. Dalam manajemen organisasi diperlukan hubungan yang lebih
baik dan keinginan para karyawan yaitu saling mencintai para karyawan yang mau bekerja
dan mempunyai komitmen organisasi yang tinggi.
2. Kerangka Berpikir
Berdasarkan Kajian teori dan hubungan antar variabel maka model atau Conceptual
Framework artikel ini dalam rangka menbagunan hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja berdasarkan hasil riset: (Novia Cahyani &
Ardana, 2013), (Riyanto et al., 2017), (Purba et al., 2017), dan (Nguyen et al., 2020).
b. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja berdasarkan hasil riset: (Masydzulhak et al.,
2016), (CIPTODIHARDJO & IRAWAN, 2013), (Wijaya, 2018), dan (Sari dan Susilo,
2018).
c. Pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja berdasarkan hasil riset: (Masydzulhak
et al., 2016), (CIPTODIHARDJO & IRAWAN, 2013), (Nurandini & Lataruva, 2014),
dan (Suwondo & Sutanto, 2015)
Dari rumusan masalah penulisan artikel ini dan kajian studi literature review baik dari
buku dan artikel yang relevan, maka di perolah rerangka artikel ini seperti di bawah ini.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitan kepustakaan (library research), yaitu serangkaian
penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang
obyek penelitiannya digali melalui beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal
ilmiah, koran, majalah, dan dokumen) (Arikunto, 2014). Penelitian kepustakaan atau kajian
literatur (literature review, literature research) merupakan penelitian yang mengkaji atau
meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh
literatur berorientasi akademik (academic-oriented literature), serta merumuskan kontribusi
teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu (Hapzi Ali. Nandan Limakrisna, 2013).
Fokus penelitian kepustakaan adalah menemukan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip, atau
gagasan yang digunakan untuk menganalisis dan memecahkan pertanyaan penelitian yang
dirumuskan. Adapun sifat dari penelitian ini adalah analisis deskriptif, yakni penguraian
secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar
dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Novia Cahyani &
Ardana, 2013) menunjukkan bahwa penataan ruang yang tepat pada tempat kerja akan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Penataan ruang ini harus didukung dengan distribusi
cahaya yang cukup, pemilihan warna dinding yang tepat, sirkulasi udara dan suhu udara
sesuai dengan ruangan (Riyanto et al., 2017). Kurangnya distribusi cahaya dalam setiap
ruangan karyawan akan mengakibatkan karyawan tidak dapat bekerja dengan cepat dan tepat.
Ketenangan bekerja juga diperlukan oleh setiap karyawan untuk melakukan pekerjaannya
(Purba et al., 2017).
Lingkungan kerja berkaitan dengan keberadaan sarana dan prasarana serta aspek sosial
yang mendukung pekerja dalam melaksanakan pekerjaan. Para anggota organisasi atau
pegawai yang terlibat dalam pekerjaan yang sama, berbagi tugas bersama, atau menghadapi
pekerjaan yang sama memerlukan faktor lingkungan yang dapat mendukung kebersamaan
mereka. Sebagaimana dinyatakan oleh Evans dalam (Shalahuddin, 2016) bahwa lingkungan
kerja adalah semua kesempatan yang memungkinkan pegawai memberikan kontribusi untuk
berkarya lebih produktif, aman, dan menyenangkan.
organisasional sebagai sikap yang muncul dari proses yang disebut sebagai identifikasi yang
terjadi ketika seseorang mempunyai pengalaman dengan sesuatu, seseorang, atau beberapa
ide sebagai bentuk perpanjangan dari dirinya (Limakrisna et al., 2016).
Komitmen organisasional juga didefinisikan oleh Allen dan Mayer sebagai bentuk
kecintaaan karyawan terhadap tempat kerjanya. George and Jones mengatakan bahwa pekerja
yang mempunyai komitmen terhadap organisasi senang untuk menjadi anggota organisasi,
percaya terhadap organisasi dan mempunyai perasaan yang baik tentang organisasi, dan
bersedia bersedia membela organisasi, dan mau melakukan sesuatu yang baik untuk
organisasi (Prayetno & Ali, 2017).
Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh
terhadap kinerja diantaranya yakni penelitian yang dilakukan oleh (Masydzulhak et al.,
2016), (CIPTODIHARDJO & IRAWAN, 2013), (Nurandini & Lataruva, 2014), dan
(Suwondo & Sutanto, 2015) menyatakan secara signifikan dan positif kinerja dipengaruhi
oleh komitmen organisasi. Artinya apabila pegawai memiliki komitmen yang tinggi terhadap
organisasi tempat mereka bernaung, maka dengan senatiasa pegawai tersebut akan mampu
memberikan hasil kerja yang optimal.
Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang pegawai memihak
organisasi tertentu serta tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi tersebut. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan
formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan
tingkat upaya yang lebih tinggi bagi kepentingan organisasinya demi pencapaian tujuan.
Komitmen organisasional pada dasarnya dipandang sebagai suatu orientasi nilai terhadap
organisasi yang menunjukkan individu sangat memikirkan dan mengutamakan pekerjaan
dan organisasinya. Individu akan berusaha memberikan segala usaha yang dimilikinya
dalam rangka membantu organisasi mencapai tujuannya.
DAFTAR RUJUKAN
Anwar Prabu, M. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. In
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Penelitian. In Rineka Cipta.
Ciptodihardjo, & Irawan. (2013). Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Kepuasan Kerja
Terhadap Komitmen Organisasional Dan Kinerja Karyawan Pada Karyawan
PT.Smartfren,Tbk Di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen.
Darmawan, D. (2013). Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. In Surabaya Pena Semesta.
Dessler, G. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. In Pelatihan dan Pengembangan.
Produktivitas Kerja.
Shalahuddin, A. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Dan Lingkungan Kerja Terhadap
Komitmen Organisasional Dan Kinerja Karyawan PT. Sumber Djantin Di Kalimantan
Barat. Jurnal Manajemen Teori Dan Terapan| Journal of Theory and Applied
Management. https://doi.org/10.20473/jmtt.v6i2.2665
Simanjuntak, P. J. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. In FE UI.
Suwondo, D. I., & Sutanto, E. M. (2015). Hubungan Lingkungan Kerja, Disiplin Kerja, Dan
Kinerja Karyawan. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan (Journal of Management
and Entrepreneurship). https://doi.org/10.9744/jmk.17.2.145-154
Wijaya, I. K. (2018). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Cv Bukit
Sanomas. Agora.