Makalah Adopsi, Divusi Serta Inovasi Dalam Penyuluhan Pertanian

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul “Adopsi, Difusi Serta Inovasi Dalam Penyuluhan
Pertanian”.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Dalam penyusunan Makalah ini, penyusun
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh sebab itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Hermaya Rukka,M.Si selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar
Penyuluhan Pertanian
2. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga seluruh amal baik dari semua pihak mendapat balasan dengan
berbagai kebaikan dari Allah SWT.Aamiin.Penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
para pembaca pada umumnya.

Gowa, 16 Januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Persepsi Petani Terhadap Inovasi Teknologi
2.2 Perubahan Sikap Pertani
2.3 Perilaku Petani Terhadap Adopsi Inovasi
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi
2.5 Proses Difusi Inovasi Sebagai suatu Jaringan
BAB III KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu dan teknologi adalah hasil olah pikir manusia yang dipergunakan
untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh umat
manusia. Ilmu dan teknologi pertanian misalnya digunakan untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi di bidang pertanian yaitu peningkatan
produksi.Teknologi adalah ilmu tetapi tidak semua ilmu adalah teknologi.Ilmu
adalah pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu.Ilmu adalah
akumulasi pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan
metode-metode tertentu yang mampu menggambarkan (mendeskripsi),
menjelaskan (eksplanasi) dan meramalkan (memprediksi) fenomena yang
terjadi.Teknologi adalah rekayasa dan rancang bangun ilmu dengan penerapan
kaidah-kaidah, rumus-rumus yang mampu menemukan metode-metode untuk
menentukan sesuatu.Pengetahuan yang bukan ilmu adalah pengetahuan yang tidak
terakumulasi secara sistematis berdasarkan metode-metode tertentu.Sedangkan
ilmu yang tidak merupakan teknologi ialah ilmu yang tidak direkayasa dan
dirancangbangun berdasarkan kaidah penerapan prinsip-prinsip
keilmuan.Rekayasa dan rancangbangun adalah kaidah penerapan prinsip-prinsip
keilmuan.
Baik pengetahuan maupun ilmu dan teknologi adalah bentuk pemikiran
(hasil berfikir) asosiatif yang menjalin dan menghubungkan suatu pikiran dan
kenyataan atau pemikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang,
baik tanpa maupun dengan pengalaman kausalitas hakiki dan universal yang
disebut pengetahuan. Jika pemahaman kausalitas hakiki dan universal di sebut
ilmu (science).
Antara ilmu dan teknologi yang dihasilkan terjadi kesenjangan antara
penggunanya (petani).Akses petani terhadap informasi inovasi teknologi relatif
terbatas sehingga diperlukan untuk sosialisasi dan memberikan pemahaman
kepada petani. Pemahaman suatu inovasi teknologi tentu melalui suatu tahapan
proses mental dari individu petani sampai mengambil keputusan untuk
mengadopsinya. Untuk memahami individu dalam mengadopsi teknologi dimana
melalui suatu proses mental maka dapat menggunakan pendekatan teori kognitif.
Psikologi kognitif adalah satu pendekatan kajian yang bertujuan memahami
bagaimana manusia menyusun dan melaksana aktivitas mental melibatkan proses
perolehan, penyusunan, perwakilan, penyimpanan, pengambilan kembali dan
penggunaan pengetahuan yang membolehkan menusia memahami dan
menyelesaikan masalah demi menyesuaikan diri dengan tuntutan alam sekitar
yang berubah-ubah dan merancang bagi menghadapi masa depan. Teori kognitif
merupakan salah satu teori perilaku, teori ini menjelaskan bahwa individu yang
bersangkutan memilih anternatif perilaku yang membawa manfaat yang sebesar-
besarnya bagi yang bersangkutan.
Dengan kemampuan memilih suatu teknologi yang bermanfaat bagi
seorang petani menggunakan kekuatan berpikir sebagai bahan
pertimbangannya.Kekuatan-kekuatan berpikir petani dalam memilih teknologi
sebagai bentuk berprilakunya adalah syarat dengan pertimbangan- pertimbangan
selektif.Petani dalam memilih teknologi atau unsur-unsurnya tidak lepas dari
interaksinya terhadap lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosialnya. Oleh karenanya petani dalam memilih teknologi yang bermanfaat untuk
diterapkan adalah melalui proses persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh penginderaan. Sedangkan penginderaan adalah merupakan suatu
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Presepsi Para Petani Terhadap Inovasi Pertanian?
2. Bagaimana Proses Adopsi Inovasi Pertanian?
3. Bagaimana Perilaku Petani Terhadap Adopsi Inovasi?
4. Apa Faktor Yang Mempengaruhi Proses Adopsi Inovasi?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Presepsi Para Petani Terhadap Inovasi Pertanian.
2. Untuk Mengetahui Proses Adopsi Inovasi Pertanian.
3. Untuk Mengetahui Perilaku Petani Terhadap Adopsi Inovasi.
4. Untuk Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Proses Adopsi Inovasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Persepsi Petani Terhadap Inovasi Teknologi


Inovasi adalah segala sesuatu ide, cara-cara ataupun obyek yang
dipersepsikan oleh seorang sebagai sesuatu yang baru.Inovasi merupakan segala
perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang
mengalaminya.
Seseorang menganggap baru, tetapi belum tentu ide yang sama itu baru
bagi orang lain. Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa inovasi adalah suatu
ide, perilaku, produk, informasi, dan pratek-praktek baru yang belum banyak
diketahui, diterima, dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian besar warga
masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang mendorong terjadi perubahan-
perubahan disegala aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan
mutu hidup setiap individu atau warga masyarakat yang bersangkutan.
Individu petani dalam memahami suatu inovasi melalui proses persepsi.
Persepsi adalah stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan
dan diinterpretasikannya sehingga individu menyadari tentang apa yang
diinderanya. Ketika individu petani mendengar atau melihat suatu inovasi
teknologi, maka muncul stimulus yang diterima alat inderanya, kemudian melalui
proses persepsi suatu inovasi teknologi baru yang ditangkap oleh indera sebagai
sesuatu yang berarti dan bermanfaat baginya. Melalui suatu interpretasi dan
pemaknaan dari suatu teknologi maka muncul keyakinan dan kepercayaan
terhadap inovasi teknologi tersebut.Akan tetapi individu petani masih
memerlukan pembuktian terhadap kebenaran inovasi tersebut melalui uji coba
atau melihat kepada sesama petaninya yang telah mencoba.Persepsi merupakan
proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima
oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas
yang terintegrated dalam diri individu.
Persepsi petani terhadap suatu inovasi teknologi baru (misalnya teknologi
budidaya jagung Hibrida) adalah merupakan proses pengorganisasian dan
interpretasi terhadap stimulus yang diterima oleh individu petani, sehingga inovasi
teknologi tersebut merupakan yang berarti dan bermanfaat serta merupakan
aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu sebelum mengambil kebutusan
untuk berperilaku. Bentuk keputusan berprilaku adalah merupakan tindakan
individu untuk menerapkan inovasi teknologi yang telah diyakini dan dibuktikan.
Persepsi petani terhadap sesuatu inovasi teknologi baru dapat dipengaruhi
oleh faktor internal (dari dalam diri individu) dan faktor eksternal (atau dari
stimulus itu sendiri dan lingkungan).Suatu inovasi teknologi baru yang dipersepsi
erat kaitannya terhadap kondisi lingkungan (agro-ekosistem) dan tingkat kesulitan
untuk menerapkan teknologi tersebut.Penilaian terhadap tingkat kesulitan inovasi
teknologi itu merupakan faktor-faktor internal individu dalam mempersepsikan
kemampuan diri sendiri untuk melakukan tindakan atau penerapan sebagai pola
perilakunya. Secara psikologis persepsi individu petani terhadap suatu inovasi
teknologi sangat dipengaruhi oleh kemampuan pemberian makna atau arti dari
simbol-simbol teknologi itu, pengalaman individu, perasaan, keyakinan,
pengetahuan tentang inovasi, kemampuan berfikir, sumber referensi dan motivasi
untuk belajar.
Antara pengetahuan, sikap, kepribadian dan perilaku merupakan faktor
yang saling terkait yang mengarahkan individu dalam melakukan suatu usaha
yang bermanfaat bagi kehidupan dan masa depannya.Perubahan-perubahan sikap
petani menyebabkan perubahan kebutuhan petani. Kebutuhan petani saat ini
adalah tingkat pendapatan yang layak dan ketersediaan uang segar sebagai
instrumen untuk mengaktualisasikan dirinya, mengembangkan dirinya dan
mempertahankan dirinya.
Petani banyak belajar dari pengalamannya sendiri maupun pengalaman
orang lain tentang suatu inovasi teknologi dengan mencoba serangkaian tindakan
yang beragam. Tingkat tindakan yang dilakukan petani tergantung pada tingkat
manfaat dan keuntungan yang akan diterima. Seorang petani dengan pendidikan
yang rendah seringkali bersifat apatis terhadap inovasi sebagai akibat kegagalan
yang dialaminya pada masa lampau, karena kurangnya pengetahuan tentang
inovasi.Sifat-sifat apatis tersebut banyak dialami oleh sebagian besar petani lahan
kering akibat kegagalan usahatani yang dialaminya yang disebabkan oleh faktor
kondisi iklim yang tidak menentu.
Suatu inovasi teknologi yang diterima petani selalu menilai perilaku diri
sendiri akan kemampuan untuk melakukan teknologi itu dengan baik. Jika
seorang petani dengan tingkat penilaian diri atau pengendalian perilaku yang
tinggi gagal mencapai hasil yang diinginkan, maka ia akan mencoba lagi untuk
menemukan yang lebih baik. Sebaliknya jika seorang petani dengan tingkat
penilaian perilaku dirinya rendah, maka cepat berhenti berusaha terutama pada
pekerjaan-pekerjaan tertentu atau inovasi-inovasi yang spesifik (Van den Ban dan
Hawkins, 1996).
2.2. Perubahan Sikap Pertani
Selain faktor psikologis yang menentukan sikap, juga komunikasi sosial
merupakan determinan paling dominan menentukan sikap seorang petani
terhadap inovasi teknologi pertanian. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa
suatu inovasi teknologi baru yang diterima individu petani melalui proses
persepsi. Terbentuknya sikap seseorang yaitu dipengaruhi oleh faktor internal
(fisiologis dan psikologis) dan faktor eksternal (pengalaman, situasi, norma-
norma, hambatan dan dorongan).
Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yang
saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif.Komponen
kognitif (komponen perceptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan atau ide, keyakinan dan konsep.Komponen afektif
(komponen emosional), yaitu menyangkut perasaan seseorang yang dihubungkan
dengan keyakinan, seperti rasa senang atau tidak senang terhadap obyek
sikap.Sedangkan komponen konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap.Komponen
ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya
kecenderungan bertindak atau perilaku seseorang terhadap obyek sikap.Perilaku
petani terhadap adopsi teknologi jika teknologi tersebut memberikan manfaat
sesuai tujuan yang ingin dicapainya.
Kenyataan bahwa sikap petani terhadap suatu inovasi teknologi
dipengaruhi oleh faktor internal individu (karakteristik kepribadian individu) dan
faktor internal (faktor-faktor di luar diri individu).Akan tetapi yang lebih dominan
mempengaruhi sikap dan keputusan petani terhadap suatu inovasi adalah faktor-
faktor eksternal.Faktor-faktor eksternal meliputi norma-norma, kebiasaan,
komunikasi sosial, interaksi sosial, dan belajar sosial individu petani dalam
sistem sosial. Proses belajar sosial yang sering dilakukan petani dalam menjaring
informasi inovasi teknologi baru bersifat pembelajaran observasional. Pengaruh
modeling menghasilkan pembelajaran melalui fungsi informatik.Individu dapat
mencapai gambaran simbolis tentang aktivitas-aktivitas yang berfungsi sebagai
pemandu untuk pelaksanaan tindakan yang sesuai. Sikap petani terhadap inovasi
teknologi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam (agro-ekosistem dan
agro-klimat), ini adalah salah satu faktor yang mungkin disebut sebagai
“hambatan” yang merupakan salah satu variabel eksternal yang menentukan sikap
terutama kesesuaian teknologi tersebut terhadap kondisi ago-ekosistem dan agro-
klimat setempat.
Sikap yang dimiliki seseorang memberikan corak pada perilaku atau
tindakan orang yang bersangkutan.Perilaku seseorang akan diwarnai atau
dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan. Para ahli
psikologi sosial memberikan pengertian tentang sikap yang sedikit berbeda- beda
namun pada dasarnya semuanya bertujuan untuk mengetahui prilaku
seseorang.Van den Ban dan Hawkins (1996) mendefinisikan sikap sebagai
perasaan pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat
parmanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungan.Dengan demikian
komponen-komponen sikap meliputi pengetahuan, pendapat, pikiran, keyakinan
dan perasaan-perasaan dan kecenderungan bertindak.Sikap individu biasanya
konsisten satu dengan yang lain dan juga dalam tindakan konsisten satu dengan
yang lain. Akan tetapi bagi petani sikap dan tindakan bisa konsisten apabila
inovasi yang diyakininya dapat memberikan manfaat dan keuntungan, apabila
suatu inovasi tersebut tidak memberikan manfaat maka sikapnya dapat berubah
pada inovasi yang lain. Perubahan sikap dapat secara langsung maupun tidak
langsung.Perubahan sikap secara langsung dalam arti adanya hubungan secara
langsung antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan
natara kelompok dengan kelompok. Sedangkan melalui hubungan tidak langsung
adalah dengan perantaraan alat media komunikasi massa, baik cetak maupun
elektronik.Dalam psikologi komunikasi peranan media komunikasi adalah media
massa mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam perubahan sikap petani
terhadap adopsi inovasi teknologi pertanian.
Dewasa ini banyak psikologi sosial berasumsi bahwa diantara faktor-
faktor lain, perilaku dipengaruhi oleh tujuannya. Tujuan perilaku ini tidak hanya
dipengaruhi oleh sikap seseorang, tetapi juga oleh harapan lingkungan sosialnya,
terhadap perilaku tersebut, norma-norma subyektif, serta kemampuanya untuk
melakukan perilaku itu, yaitu penilaian perilaku sendiri (Van den Ban dan
Hawkins, 1996).Perubahan penerapan atau adopsi teknologi oleh petani dari
sistem tradisional ke sistem modern merupakan salah satu bentuk yang nampak
dari perubahan sikap dan perilaku petani. Perubahan sikap petani terhadap adopsi
teknologi dipengaruhi oleh proses interkasi dan komunikasi dalam sistem sosial.
Untuk memperoleh informasi seorang individu petani selalu mengadakan
interkasi, komunikasi, dan belajar sosial tentang suatu teknologi yang
dibutuhkan.Sikap dapat berubah jika terjadi perubahan komponen kognitif dan
komponen afektif. Apabila komponen kognitif berubah, maka komponen afektif
akan berubah yang pada akhirnya perilaku juga berubah. Sebaliknya apabila
komponen afektif, maka komponen kognitifnya juga berubah dan perilaku akan
berubah.
Afektif atau afek adalah suatu penilaian positif atau negatif terhadap suatu
obyek. Berkaitan dengan adopsi teknologi, seorang individu petani akan selalu
menilai suatu inovasi teknologi terhadap kemampuannya, ksesuaian terhadap
kondisi lingkungan, tujuan yang ingin dicapai serta norma-norma dalam
masyarakat. Terdapat keterkaitan antara perilaku, karekateristik individu dan
lingkungan.
2.3. Perilaku Petani Terhadap Adopsi Inovasi
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau obyek yang di rasa baru oleh
seseorang. Ini merupakan suatu cara yang baru dalam melakukan sesuatu
tindakan. Aspek dari corak baru suatu inovasi dinyatakan dalam pengetahuan,
sikap, atau suatu keputusan untuk menggunakannya.
Proses adopsi inovasi merupakan proses kejiwaan/mental yang terjadi
pada diri petani pada saat menghadapi suatu inovasi, dimana terjadi proses
penerapan suatu ide baru sejak diketahui atau didengar sampai diterapkannya ide
baru tersebut. Pada proses adopsi akan terjadi perubahan-perubahan dalam
perilaku sasaran umumnya akan menentukan suatu jarak waktu tertentu. Cepat
lambatnya proses adopsi akan tergantung dari sifat dinamika sasaran.
Adopsi adalah proses mental, dalam mengambil keputusan untuk
menerima atau menolak ide baru dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan
dan penolakan ide baru tersebut. Adopsi juga dapat didefenisikan sebagai proses
mental seseorang dari mendengar, mengetahui inovasi sampai akhirnya
mengadopsi. Adopsi adalah suatu proses dimulai dan keluarnya ide-ide dari satu
pihak, disampaikan kepada pihak kedua, sampai ide tersebut diterima oleh
masyarakat sebagai pihak kedua. Selanjutnya menurut Mardikanto (1993) adopsi
dalam penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku
baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang
setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh kepada sasarannya.
Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu” tetapi dengan benar-
benar dapat dilaksanakan atau diterapkan dengan benar serta menghayatinya.
Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung oleh orang lain sebagai cerminan dari adanya perubahan sikap,
pengetahuan, dan keterampilannya. Tingkat adopsi inovasi dapat diukur dari
kualitas adopsi dan kuantitas adopsi.
Kualitas adopsi diartikan sebagai ketepatan dalam menerapkan komponen
inovasi dari usaha tani tertentu secara sempurna.Kuantitas adopsi adalah jumlah
penerapan komponen inovasi dari usaha tani tertentu sesuai anjuran.Pada situasi
kondisi tertentu atau kondisi dari pengadopsi itu sendiri yang tidak
memungkinkan sehingga tidak semua komponen inovasi dari usaha tani tertentu
dapat diadopsi. Sehubungan dengan itu lima tahap proses adopsi yaitu: (1)
Awareness (tahu dan sadar), pertama kali mendapat suatu ide dan praktek baru,
(2) Interest (minat), mencari rintisan informasi, (3) Evaluation (evaluasi), menilai
manfaat inovasi yaitu penilaian tentang untung ruginya sesuatu inovasi bila ia
melaksanakannya (mudah dikerjakan), (4) Trial (mencoba), mencoba menerapkan
ivovasi pada skala kecil, (5) Adoption (adopsi), menerapkan inovasi pada skala
besar pada usahataninya. Lima tahap inovasi ini bukan merupakan pola kaku yang
pasti diikuti oleh petani, tetapi sekedar menunjukkan adanya lima urutan yang
sering ditemukan oleh peneliti maupun penyuluh. Peneliti menunjukkan perlunya
waktu yang lama antara saat pertama kali petani mendengar suatu inovasi dengan
saat melakukan adopsi. Pengklasifikasian kelompok pengadopsi berikut
persentasenya ditunjukkan dalam Gambar simpangan baku (standar deviasi) dari
rata-rata dijadikan ukuran atau garis pembatas kelompok inovator, pengadopsi
awal, mayoritas awal, mayoritas lambat dan kelompok lamban. Kategorisasi
tersebut memberikan gambaran keragaman sikap dan perilaku individu petani
dalam proses adopsi inovasi teknologi. Sumber informasi yang digunakan dalam
setiap tahap proses adopsi yang menunjukkan urutan peringkat dimana peranan
media masa dan komunikasi sosial dalam proses adopsi teknologi. Komunikasi
sosial hampir terdapat pada semua tahapan proses adopsi.Rogers (1983)
mempertimbangkan
sekedar “tahu” tetapi dengan benar-benar dapat dilaksanakan atau
diterapkan dengan benar serta menghayatinya. Penerimaan inovasi tersebut,
biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain
sebagai cerminan dari adanya perubahan sikap, pengetahuan, dan
keterampilannya. Tingkat adopsi inovasi dapat diukur dari kualitas adopsi dan
kuantitas adopsi.Kualitas adopsi diartikan sebagai ketepatan dalam menerapkan
komponen inovasi dari usaha tani tertentu secara sempurna.Kuantitas adopsi
adalah jumlah penerapan komponen inovasi dari usaha tani tertentu sesuai
anjuran.Pada situasi kondisi tertentu atau kondisi dari pengadopsi itu sendiri yang
tidak memungkinkan sehingga tidak semua komponen inovasi dari usaha tani
tertentu dapat diadopsi.
Sehubungan dengan itu lima tahap proses adopsi yaitu: (1) Awareness
(tahu dan sadar), pertama kali mendapat suatu ide dan praktek baru, (2) Interest
(minat), mencari rintisan informasi, (3) Evaluation (evaluasi), menilai manfaat
inovasi yaitu penilaian tentang untung ruginya sesuatu inovasi bila ia
melaksanakannya (mudah dikerjakan), (4) Trial (mencoba), mencoba menerapkan
ivovasi pada skala kecil, (5) Adoption (adopsi), menerapkan inovasi pada skala
besar pada usahataninya.
Lima tahap inovasi ini bukan merupakan pola kaku yang pasti diikuti oleh
petani, tetapi sekedar menunjukkan adanya lima urutan yang sering ditemukan
oleh peneliti maupun penyuluh. Peneliti menunjukkan perlunya waktu yang lama
antara saat pertama kali petani mendengar suatu inovasi dengan saat melakukan
adopsi.
Pengklasifikasian kelompok pengadopsi berikut persentasenya
ditunjukkan dalam Gambar simpangan baku (standar deviasi) dari rata-rata
dijadikan ukuran atau garis pembatas kelompok inovator, pengadopsi awal,
mayoritas awal, mayoritas lambat dan kelompok lamban. Kategorisasi tersebut
memberikan gambaran keragaman sikap dan perilaku individu petani dalam
proses adopsi inovasi teknologi.
Sumber informasi yang digunakan dalam setiap tahap proses adopsi yang
menunjukkan urutan peringkat dimana peranan media masa dan komunikasi sosial
dalam proses adopsi teknologi. Komunikasi sosial hampir terdapat pada semua
tahapan proses adopsi.Rogers (1983) mempertimbangkan bahwa tingkat adopsi
dari suatu inovasi tergantung pada persepsi adopter tentang karakteristik teknologi
tersebut. Lima atribut yang mendukung penjelasan tingkat adopsi dari suatu
inovasi meliputi: (1) keuntungan relatif, (2) kecocokan, (3) kompleksitas, (4)
trialabilitas, dan (5) observabilitas.
Keuntungan relatif: Keuntungan relatif menjadi tingkat yang mana suatu
inovasi dirasa lebih baik daripada menggantikan gagasan yang baru. Kecocokan:
Kecocokan menjadi tingkat yang mana suatu inovasi dirasa konsisten dengan
nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan potensi kebutuhan adopter.
Kompleksitas: Kompleksitas merupakan tingkatan di mana suatu inovasi dirasa
lebih lanjut secara relatif sukar untuk dipahami dan digunakan. Trialabilitas:
"Trialabilitas merupakan tingkatan di mana suatu inovasi mungkin dicoba dengan
pada suatu basis terbatas." Trialabilitas merupakan tingkatan di mana suatu
inovasi mungkin dicoba pada suatu basis terbatas.
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi
Ada beberapa hasil penelitian yang menunjukkan adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi adopsi inovasi.Adopsi inovasi dipengaruhi oleh (a) tidak
bertentangan dengan pola kebudayaan yang telah ada, (b) struktur sosial
masyarakat dan pranata sosial, dan (c) persepsi masyarakat terhadap inovasi.
Kecepatan proses adopsi dipengaruhi oleh klasifikasi pengadopsi, ciri-ciri
pribadi, sosial, budaya dan lingkungan serta sumber informasi. Selain faktor-
faktor yang telah diuraikan di atas faktor lain yang mempengaruhi adopsi
teknologi antara lain, variabel internal (personal), variabel eksternal (situasional)
dan variabel kelembagaan (pendukung).faktor-faktor karekateristik pribadi,
seperti sikap, motivasi, dan pengetahuan bukan lagi faktor dominan yang
mempengaruhi tingkat adopsi inovasi. Lebih lanjut mengatakan bahwa faktor
dominan yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi pertanian adalah faktor sosial
(modal sosial).
Modal sosial merupakan salah satu faktor utama yang mampu
menggerakkan semua elemen dalam proses adopsi inovasi. Modal sosial yang
semakin kuat secara konsisten meningkat adopsi inovasi pertanian. Sebaliknya
tingkat adopsi inovasi yang semakin tinggi secara konsisten memperkuat modal
sosial dalam proses adopsi inovasi pertanian. Dengan demikian antara modal
sosial dan tingkat adopsi inovasi pertanian mempunyai hubungan timbal balik
(saling mempengaruhi).
2.5. Proses Difusi Inovasi Sebagai Suatu Jaringan
Difusi inovasi diartikan sebagai suatu proses dimana dikomunikasikannya
inovasi kepada petani dalam suatu sistem sosial melalui saluran-saluran
komunikasi tertentu, pada suatu kurung waktu tertentu pula (Ray, 1998). Dengan
demikian difusi inovasi merupakan salah satu bentuk proses komunikasi antar
pihak pengirim dan penerima informasi melalui jaringan tertentu baik jaringan
komunikasi maupun kerjasama, sehingga dicapai pengertian yang sama mengenai
informasi yang dikomunikasikan. Difusi adalah proses dimana inovasi
dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu dari waktu ke waktu diantara
anggota sistem sosial (Van Den Ban dan Hawkins, 1996).
Saluran-saluran yang digunakan dalam menggkomunikasi pesan inovasi
merupakan suatu jaringan-jaringan.Informasi inovasi yang dikomunikasikan itu
mengacu kepada adanya pemikiran baru, yaitu inovasi sendiri, namun harus
mampu memberikan kepercayaan (trust) dan keyakinan bagi pengguna yang
menerima informasi tersebut. Berlangsungnya proses difusi inovasi sebenarnya
tidak berbeda dengan proses adopsi inovasi. Dari beberapa pengertian di atas,
maka difusi inovasi pertanian diartikan sebagai preses penyebaran inovasi
pertanian dari petani yang sudah mengadopsi kepada petani yang belum
mengadopsi melalui saluran komunikasi tertentu pada suatu sistem sosial yang
sama dalam dimensi waktu yang tertentu.
Difusi dari suatu inovasi mengacu pada keseluruhan proses dimana inovasi
yang di gelar antar petani sampai sejumlah besar petani sudah mengadopsi. Bukan
untuk mengetahui bagaimana petani tertentu bergerak secara bertahap ke arah
adopsi, tetapi bagaimana suatu inovasi dapat diadopsi oleh banyak petani.
Kecepatan proses difusi inovasi sangat tergantung pada pemanfaatan modal sosial
melalui jaringan-jaringan dalam pertukaran informasi inovasi.Rogers dan
Shoemaker (1971) dalam Valera et al., (1987), menunjukkan unsur-unsur yang
rumit di dalam difusi dari gagasan baru; dimana inovasi dikomunikasikan melalui
saluran tertentu, dari waktu ke waktu di antara anggota suatu sistem sosial.
Saluran komunikasi digunakan oleh agen perubahan untuk menyebarkan
suatu inovasi kepada para klien nya. Saluran media massa adalah yang sering dan
paling cepat, merupakan suatu alat yang efisien untuk menjangkau sejumlah besar
pendengar atau petani. Saluran hubungan antar pribadi (interpersonal), atau
komunikasi tatap muka satu persatu dari klien, memang lebih efektif ketika orang
ingin menciptakan suatu sikap baik ke arah suatu inovasi.
Waktu adalah suatu faktor penting dalam proses difusi. Dimensi waktu di
dalamnya meliputi: •Proses keputusan inovasi (adopsi), dimana seseorang melalui
pengetahuan pertama menyangkut inovasi sampai pada penolakan atau adopsi;
 Inovatif dari individu, merupakan hubungan kekeluargaan antara
pengadopsi awal – pengadopsi akhir dimana seseorang mengadopsi suatu
inovasi ketika membandingkan dengan anggota sistem sosial lain;
 Penentuan tingkat adopsi, di mana pada umumnya di ukur oleh banyaknya
anggota sistem yang sudah mengadopsi inovasi itu. Sistem sosial mengacu
pada tempat atau masyarakat.Struktur sistem sosial dapat mempunyai
suatu pengaruh penting atas gagasan baru.Struktur sistem sosial dapat
menghalangi/merintangi atau memudahkan tingkat adopsi dan difusi dari
gagasan baru.Norma-Norma, status sosial, peran, posisi, hirarki, dan
seterusnya suatu sistem sosial dapat mempengaruhi perilaku dari individu.
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Ilmu dan teknologi adalah hasil olah pikir manusia yang dipergunakan
untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh umat
manusia.Inovasi adalah segala sesuatu ide, cara-cara ataupun obyek yang
dipersepsikan oleh seorang sebagai sesuatu yang baru. Havelock 1973 dalam
Valera et al., (1987) menyatakan bahwa inovasi merupakan segala perubahan
yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya.
Difusi inovasi pertanian sebagai preses penyebaran inovasi pertanian dari
petani yang sudah mengadopsi kepada petani yang belum mengadopsi melalui
saluran komunikasi tertentu pada suatu sistem sosial yang sama dalam dimensi
waktu yang tertentu.Difusi dari suatu inovasi mengacu pada keseluruhan proses
dimana inovasi yang di gelar antar petani sampai sejumlah besar petani sudah
mengadopsi. Bukan untuk mengetahui bagaimana petani tertentu bergerak secara
bertahap ke arah adopsi, tetapi bagaimana suatu inovasi dapat diadopsi oleh
banyak petani.
Saluran komunikasi digunakan oleh agen perubahan untuk menyebarkan
suatu inovasi kepada para klien nya. Saluran media massa adalah yang sering dan
paling cepat, merupakan suatu alat yang efisien untuk menjangkau sejumlah besar
pendengar atau petani. Saluran hubungan antar pribadi (interpersonal), atau
komunikasi tatap muka satu persatu dari klien, memang lebih efektif ketika orang
ingin menciptakan suatu sikap baik ke arah suatu inovasi.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Margono Slamet, 1989. “ Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian”.. Institut


Pertanian Bogor.
Mardikanto.T, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press, Surakarta.
sVan den ban, A.W. and Hawkins, H.S. 1996. Agricultural Extension. Second
Edition. John Wiley & Son, Inc. Newyork
Ray, G.L. 1998. Extension Communication and Management. Naya Prokash.
Calcuta.
Rogers, E. M. 1983. Diffusion of Innovations. Third Edition. New York: The Free
Press. Roger, E.M. and F.F. Shoemaker. 1971. Communication of Innovation: A
Cross Cultural Approach. The Free Press. New york.

Anda mungkin juga menyukai