Laporan Praktikum Karakteristik Sifat Silvika Berbagai Jenis Tanaman Hutan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KARAKTERISTIK SIFAT SILVIKA BERBAGAI JENIS TANAMAN HUTAN

OLEH

NAMA : ROBERTUS TEKE

NIM : 2123812076

KELAS D

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

JURUSAN KEHUTANAN

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN

2021

1
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan adalah suatu hamparan lapangan tumbuhan pohon-pohon yang secara


keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungan dan
yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan.hutan sangat berperan dalam
kehidupan manusia karna dapat menyediakan kebutuhaan dalam setiap aspek
kehidupan.dalam hutan juga kita dapat menemukan berbagai jenis pohon atau
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.

Namun hutan juga dapat dapat dikatakan sebagai suatu asosiasi kehidupan
yang didominasi oleh pohon-pohon atau vegetasi berkayu menempati areal yang luas
dengan kerapatan tertentu sehingga dapat menciptakan iklim mikro setempat.
Dalam perkembangan pohon yang ada dihutan tentunya mengalami proses
kehidupan yang bertahap, dimana dimulai dari biji,semai,pancang, tiang dan terakhir
adalah pohon.

Dalam suatu ekosistem tersebut masing-masing individu pohon pasti


mengalami yang namanya persaingan guna mempertahankan kehidupan masing
individu pohon tersebut, dimana kita ketahui bahwa adanya kelas tajuk yaitu,
dominan, kodominan, intermediat(tengahan), dan tertekan.

Dalam pengertian silvika itu sendiri kita ketahui bahwa ilmu yang mempelajari sifat
hutan dan pohon hutan, bagaiman mereka tumbuh berproduksi dan breaksi dengan
lingkungannya.

2
1.2 Tujuan Praktikum

Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa akan mengetahui sifat silvika


dari berbagai jenis tanaman hutan.

1.3 Manfaat Praktikum

Pengenalan sifat silvika tanaman merupakan hal sangat penting bagi seorang
rimbawan baik dalam penelitian maupun pengelolaan hutan. Dengan memngenali
sifat dari tanaman tentu penerapan teknik silvikultur akan menjadi lebih tepat sasaran
dan tingkat keberhasilannya pun menjadi lebih baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi pohon atas dasar kedudukan didalam hutan, kedudukan pohon


dalam suatu hutan tidak selalu sama. Tergantung pada kemampuan pohon itu
mengatasi pesaingan dengan pohon-pohon atas dasar kedudukan atau tegakan
didalam hutan.

Pohon-pohon tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Pohon dominan tajuk dari pohon-pohon ini terdapat paling atas dalam tajuk dalam
mendapatkan cahaya matahari penuh atas dan sebagian dari samping.

2 . Pohon kodominan, pohon ini tidak setinggi pohon dominan tetapi masih mendapat
cahaya penuh dari atas, meskipun dari samping terganggu oleh dominan.

3. Pohon pertengahan, tajuknya berada dibawah tajuk-tajuk pohon dominan dengan


kodominan masih mendapat cahaya dari samping.

3
4. Pohon tertekan ini mendapat cahaya matahari atas melalui lubang-lubang dalam
sengkuap tajuk pohon diatasnya.

5. Pohon mati termasuk pohon-pohon yang mati dan sedang dalam proses kematian

Levitt (1980) membedakan penghindaran dan toleransi tehadap suatu faktor


cekaman cahaya matahari terhadap tanaman atau tumbuhan. Selama masa
pertumbuhan sampai mencapai umur fisik pohon dan melalui berbagai tingkatan
kehidupan yang berhubungan dengan ukuran tinggi dan diameternya baik itu untuk
tinggkat semai, pancang, tiang maupun pohon.

Dimana dalam suatu ilmu silvika dijelaskan bahwa adanya perilaku pohon dan
tegakan dalam suatu siklus hidup serta perilaku dalam beriaksi terhadap perubahan-
perubahan lingkungannya.dimana juga dijelaskan bahwa silvika merupakan ilmu
yang mempelajari sejarah hidup dan ciri-ciri umum kehidupan tumbuhan atau pohon
dan tegakan hutan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan dimana
tumbuhan atau pohon itu tumbuh.

Cahaya juga merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme
dan fotosintesis untuk pohon. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara
jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan( manpu tumbuh dalam
kondisi cahaya yang terbatas atau sering kali disebut tanaman toleran atau tanaman
intoleran

Tanaman yang tahan kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri
morfologis yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran akan
mempunyai ciri morfologis daun kecil dan tebal.

Tegakan menurut S.A.F(society of American forester) adalah suatu kelompok


pohon-pohon atau tumbuhan lain yang terdapat pada suatu wilayah tertentu yang

4
cukup seragam didalam susunan speciesnya, susunan umurnya dan keadaannya
sehingga dapat dibedakan dengan kelompok tumbuh-tumbuhan lain yang terdapat
diwilayah di dekatnya.

Ø Berdasarkan asalnya

Hutan yang berkembang dari biji disebut High Forest, berproduksi secara vegetatif

Ø Berdasarkan umur

Hutan primer(hutan tua yang ditandai dengan berkurangnya proporsi pohon-pohon


muda

Hutan sekunder (pertumbuhan muda) yang ditandai dengan areal hutan yang
mmempunyai banyak fase pertumbuhan.

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktikum pada tanggal, jumat 26 November 2021 dan


dilaksanakan di arboretum kehutanan Politani Kupang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

 Alat tulis menulis

 Pita meter

5
 Tali plastik

Bahan :

 Pohon-pohon di hutan....

 Kertas milimeter

 Alat tulis menulis

3.3 Prosedur Kerja

1. Mendeskripsikan berbagai jenis tanaman yang ada dalam berbagai tegakan.

2. Mengukur pertumbuhan tinggi, diameternya, dan sifat fenotifnya.

3. Mendokumentasikan sifat dari berbagai jenis tanaman yaitu sifat pertumbuhan,


reproduksi, perakaran, toleransi dan lain-lain.

6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pertumbuhan Reproduksi Longevity Toleran


No. Jenis tanaman pH
(P) (R) (L) (T)

Lamtoro Cepat Mudah S (< 15) Intoleran


1
2
Flamboyan Cepat Mudah M (15-30) Intoleran

3
Jati Lambat Mudah L (> 30) Intoleran

4
Mahoni Cepat Mudah M (15-30) Intoleran

5
Sengon Cepat Mudah M (15-30) Intoleran

6
Kapuk Cepat Mudah M (15-30) Intoleran

7 Gmelina Cepat Mudah M (15-30) Intoleran

Keterangan :
P : C (cepat), M (menengah), L (lambat)
R : M1 (mudah), M(menengah), S (sulit)
L : S (<15 tahun), M (15-30 tahun), dan L (>30 tahun)
T : I (Intoleran), M (Intermediate), T (toleran)
pH : A (asam), B (basa), N (netral)

7
4.2 Pembahasan

Dalam mengelola suatu hutan dibutuhkan pemahan tentang sifat silvika jenis
tanaman agar pengelola dapat menerapkan teknik yang efektif dan tepat sasaran.
Dalam praktikum didapati dat hasil pengamatan pohon dengan sifat silvika yang
hampir sama.

Kayu Sengon (Paraserianthes falcatariaL. Nielsen). Jenis ini dipilih


sebagai salah jenis tanaman hutan tanaman industri di Indonesia karena
pertumbuhannya yang sangat cepat, mampu beradaptasi pada berbagai jenis tanah,
karakteristik silvikulturnya yang bagus dan kualitas kayunya dapat diterima untuk
industri panel dan kayu pertukangan.

Jati (Tectona grandis Linn.f.) merupakan tanaman yang sangat populer


sebagai penghasil bahan baku untuk industri perkayuan karena memiliki
Pertumbuhan Hutan Tanaman Jati. Kualitas dan nilai jual yang sangat tinggi.
Kekuatan dan keindahan seratnya merupakan faktor yang menjadikan kayu jati
sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003). Pertumbuhan jati memang
sangat cepat pada fase awal pertumbuhannya dan kemudian secara berangsur
menurun. Saat tanaman berumur 10 tahun tegakan jati mencapai 85% dari tinggi
potensialnya dan 50% dari diameter potensialnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan antara lain seperti dikemukakan oleh Kramer (1984) dalam Ruchaemi
(2013) adalah tempat tumbuh (termasuk faktor fisik dan kimia) merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon atau tegakan.

Sedangkan mahoni memiliki rentang tumbuh menegah di mana dalam waktu


15-30 tahun. Kayu mahoni memiliki kualitas yang mendekati kualitas kayu jati
sehingga sering dijuluki sebagai primadona kedua. Berdasarkan jenisnya, mahoni
terdiri atas mahoni berdaun kecil (Swietenia mahagoni) dan mahoni berdaun lebar
(Swietenia macrophylla). Kualitas kayu mahoni berdaun kecil lebih baik
dibandingkan mahoni berdaun lebar (Kementrian Kehutanan, 2011).

8
Mahoni termasuk kayu yang mudah dibudidayakan karena dapat tumbuh
pada berbagai tempat dan berbagai jenis tanah. Umumnyadapat tumbuh pada tanah
yang agak liat dengan ketinggian 1000 mdpl. Telah banyak penelitian yang dilakukan
mengenai tanaman mahoni, dimana dihasilkan keragaman genetik mahoni (Swietenia
macrophylla) yang cukup tinggi. Keragaman genetik yang cukup tinggi menyebabkan
fenotipe yang tinggi sehingga perlu dilakukan analisis morfologi dan fisiologi
(Martawijaya, dkk., 2005)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Silvika merupakan dasar bidang ilmu budi daya pohon, karena budi daya
pohon mengandung aspek-aspek penerapan metode penanganan hutan berdasarkan
pandangan teori silvika yang dimodifikasi sesuai dengan keadaan dan tujuan
pengelolaan hutan. Silvika membicarakan hukum-hukum pertumbuhan dan
perkembangan dan setiap pohon dalam hutan sebagai suatu kesatuan biologis. Di
dalam budi daya hutan, keterangan yang diperoleh dari silvika digunakan untuk
memproduksi hutan. Selain itu, prinsip-prinsip dan prosedur teknis dikembangkan
untuk melakukan pemeliharaan dan pemudaan hutan secara ilmiah.

5.2 Saran

Saran pengenalan sifat silvika tanaman dapat dilakukan pada berbagai jenis
tanaman di hutan asli yang beragam vegetasinya agar dapat menambah wawasan dan
kemampuan dalam memahami sifat silvika dari jenis tanaman yang lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hanum C. 2008. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN JILID . Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Murtinah V , Marjenah, Ruchaemi A, Ruhiyat D. 2015. Jurnal AGRIFOR.


PERTUMBUHAN HUTAN TANAMAN JATI (Tectona grandis Linn.f.) DI
KALIMANTAN TIMUR. Vol XIV. No2

Ohorella S, Karepesina S. 2018. Jurnal Agrohut. Sifat Fisis Kayu Sengon


(Paraserianthes falcataria L. Nielsen)pada Lahan Agroforestry di Ambon Vol 9. No 1.
Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

10

Anda mungkin juga menyukai