Materi Akuntansi Pajak PPN Dan PPNBM
Materi Akuntansi Pajak PPN Dan PPNBM
Materi Akuntansi Pajak PPN Dan PPNBM
NIM : D211811028
Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM)
Bab ini merupakan konsep dari pencatatan transaksi yang berkaitan dengan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Dalam bab ini, pertama kita akan
membahas mengeneai pengertian PPN dan PPnBM. Selanjutnya akan dibahas mengenai
pencatatan akuntansi atas transaksi yang berkaitan dengan PPN dan PPnBM yang biasa
dilakukan oleh perusahaan dagang, jasa, dan manufaktur. Disamping itu juga akan dibahas pula
kasus-kasus beserta penyelesaiannya.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu menjelaskan :
1. Mengetahui secara jelas dan lengkap ruang lingkup tentang PPN dan PPnBM
2. Mengenai konsep akuntansi PPN dan PPnBM
3. Cara mencatat transaksi yang berkaitan dengan PPN dan PPnBM
4. Pemajakan atas transaksi nisnis yang terutang PPN dan PPnBM
5. Akuntansi komersial dan akuntansi pajak atas PPN dan PPnBM
Akuntansi PPN dan PPnBM merupakan pencatatan suatu transaksi penjualan dan
pembelian barang dan atau jasa yang dikenakan pajak baik PPN maupun PPnBM. Pada
perusahaan dagang dan perusahaan jasa, barang atau jasa ini dianggap sebagai komoditi
yang diperjual belikan, sehingga perusahaan harus mengakui harga perolehannya
berdasarkan metode akuntansi yang berlaku secara umum. Pada bab ini akan lebih fokus
pada transaksi yang berkaitan dengan perusahaan di atas.
Suatu transaksi yang berkaitan dengan penyerahan barang kena pajak selain dipungut PPN,
namun juga dipungut PPnBM. Berikut ini adalah jenis penyerahan barang kena pajak yang
dikenakan PPnBM sebagai berikut :
1. Penyerahan barang kena pajak (BKP) yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
pengusaha yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah
pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
2. Impor BKP yang tergolong mewah.
Berikut contoh dalam proses pembuatan minuman, asumsikan saja teh kotak, daun teh dari
petani diproses menjadi serbuk teh, kemudian oleh industri pengolah makanan, teh serbuk
tersebut dijadikan minuman yang dikemas dalam kotak.
Minuman teh
Teh Serbuk
kotak
Daun teh dari petani Teh serbuk dari pabrik Teh kotak dari
Rp. 100,00 Rp. 1.000,00 Pabrik minuman
Rp. 2.000,00
B. Objek Pajak
Yang menjadi objek PPN adalah :
1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2. Impor BKP
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
6. Ekspor BKP/JKP oleh pengusaha kena pajak
7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain
8. Penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula aktiva
tersebut tidak untuk diperjual belikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat
perolehannya dapat dikreditkan.
C. Subjek Pajak
Dalam UU Perpajakan disebutkan bahwa yang menjadi subjek PPN dan PPnBM adalah
pengusaha kena pajak (PKP). PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau JKP yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN 1984 dan perubahannya,
termasuk pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP
di dalam daerah pabean dan/atau melakukan ekspor BKP diwajibkan :
1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
2. Memungut pajak yang terutang
3. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar dari
pajak masukan yang dapat dikreditkan, serta menyetorkan PPnBM yang terutang
4. Melaporkan penghitungan pajak.
Tarif PPN
DPP PPN
Contoh :
PT. ABC menyerahkan satu unit komputer rakitan atas pesanan pelanggan dengan
rincian harga sebagai berikut :
Harga computer Rp. 4.250.000,00
Biaya perakitan Rp. 120.000,00
Biaya pengiriman (luar kota) Rp. 50.000,00
Jumlah yang dibayar Rp. 4.420.000,00
Jadi DPP adalah Rp. 4.019.000
PT. ABC menjual 3 buah printer seharga Rp. 2.250.000,00 dengan memberikan
potongan harga sebesar 10%. Jadi DPP adalah Rp.
3. Cara Penghitungan
Rumus dasar penghitungan PPN : PPN = tarif x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Contoh :
PT. ABC menyerahkan satu komputer seri terbaru kepada seorang pelanggannya
seharga Rp. 8.075.000,00
DPP = Rp.
PPN = ………………………………………………
PT. ABC menjual 40 unit komputer seharga Rp. 210.000.000,00 dengan potongan
harga 5%. Selain itu perusahaan juga memberikan jasa pelatihan komputer yang
merupakan bagian dari penjualan.
Harga jual = Rp. 210.000.000
Potongan = Rp. 10.500.000
DPP = Rp. 199.500.000
PPN yang harus dipungut oleh perusahaan = 10% x Rp 199.500.000
= Rp 19.950.000
PT. ABC mengimpor 50 notebook berbagai seri dari salah satu brand notebook
ternama dunia dari Finlandia dengan harga beli Rp. 750.000.000,00, biaya asuransi
Rp. 37.500.000,00, dan ongkos angkut sebesar Rp. 85.000.000,00. Bea Masuk
ditetapkan sebesar 20%.
Cost (harga beli) = Rp. 750.000.000
Insurance (biaya asuransi) = Rp. 37.500.000
Freight (ongkos angkut) = Rp. 85.000.000
Dasar Pengenaan Bea Masuk = Rp. 872.500.000
Bea Masuk (20%) x Rp 872.500.000 = Rp. 174.500.000
DPP = Rp.1.047.000.000
PPN atas impor yang harus dibayar perusahaan :
Rp 1.047.000.000 x 10% = Rp. 104.700.000
G. Faktur Pajak
1. Pengertian dan Kewajiban Membuat Faktur Pajak
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP dan/atau JKP, atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Sejak ditetapkannya Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor 13/PJ/2010 tanggal 24 Maret 2010, faktur pajak yang
digunakan hanya satu bentuk sehingga istilah bentuk faktur pajak standard dan faktur
pajak sederhana tidak berlaku lagi. Selain itu ada beberapa dokumen tertentu yang
ditetapkan sama sebagai faktur pajak oleh DJP.
Agar pajak yang ada dalam faktur pajak dapat dikreditkan, maka faktur pajak harus
memenuhi syarat formil dan materiil. Ada beberapa syarat minimal yang harus dipenuhi
sebuah faktur pajak, yaitu paling sedikit harus memuat :
a. Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP
b. Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP
c. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga
d. PPN yang dipungut
e. PPnBM yang dipungut
f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak
g. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak
Faktur pajak paling sedikit dibuat dalam rangkap 2 yang peruntukkannya sebagai
berikut :
a. Lembar ke 1, disampaikan kepada pembeli BKP atau penerima JKP
b. Lembar ke 2, untuk arsip PKP yang mnerbitkan faktur pajak.
Ringkasan atauran mengenai faktur pajak yang sesuai dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor 13/PJ/2010 tanggal 24 Maret 2010, dijabarkan sebagai berikut :
a. Saat pembuatan faktur pajak
b. Faktur pajak harus dibuat dengan menggunakan kode dan nomor seri
c. Tata cara penggantian faktur pajak yang cacat, rusak, salah dalam
pengisian/penulisan
d. Tata cara penggantian faktur pajak yang hilang
e. Tata cara pembatalan faktur pajak.
2. Faktur Pajak Gabungan
Faktur pajak gabungan adalah faktur pajak untuk semua penyerahan BKP dan/atau JKP
yang terjadi selama satu bulan takwim kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang
sama. Faktur pajak gabungan harus dibuat paling lambat :
a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan/atau JKP, dalam hal
pembayaran baik sebagian atau seluruhnya terjadi setelah berakhirnya bulan
penyerahan BKP atau JKP.
b. Pada akhir bulan penyerahan BKP dan/atau JKPdalam hal pembayaran baik
sebagian atau seluruhnya terjadi sebelum berakhirnya bulan penyerahan BKP
dan/atau JKP.
Contoh :
Pada bulan Agustus 2010, PT. ABC melayani pembelian seorang pelanggannya yang
hendak membuka usaha rental dan jasa warung internet, dengan rincian transaksi :
(1) 2 Agustus 2010, 13 komputer dan 5 printer
(2) 10 Agustus 2010, 10 komputer
(3) 13 Ahustus 2010, seluruh perlengkapan instalasi komputer untuk jaringan yang
meliputi kabel, software dan lain sebagainya
(4) 23 Agustus 2010, 17 komputer dan 10 printer
(5) 30 Agustus 2010, 5 komputer dan 3 buah UPS
Untuk kemudahan administrasi, perusahaan membuatkan faktur pajak gabungan
a. Jika pembeli membayar sebagian sebelum bulan Agustus 2010 lewat, misalnya
pada tanggal 30 Agustus 2010 atas penyerahan tanggal 2 Agustus 2010, maka
faktur pajak gabungan harus sudah dibuat paling lambat tanggal 31 Agustus 2010
b. Jika pembeli melakukan pembayaran pada tanggal 5 Oktober 2010, perusahaan
harus sudah menerbitkan faktur pajak gabungan paling lambat tanggal 30
September 2010.
3. Dokumen lain yang Diperlukan sebagai faktur pajak
Dokumen tertentu yang diperlakukan sebagai faktur pajak paling sedikit harus
memuat :
a. Nama, alamat, dan NPWP yang melakukan ekspor/penyerahan
b. Nama pembeli BKP atau penerima JKP
c. Jumlah satuan barang (jika ada)
d. Dasar Pengenaan Pajak
e. Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor
Dokumen berikut yang memenuhi persyaratan tersebut di atas yang diperlakukan
sebagai faktur pajak :
a. Pemberitahuan Impor Barang
b. Pemberitahuan Ekspor Barang
c. Surat Perintah Penyerahan Barang
d. Faktur Nota Bon Penyerahan Barang
e. Tanda pembayaran atau kwitansi untukpenyerahan jasa telekomunikasi
f. Tiket, tagihan surat muatan udara, atau delivery bill
g. Tanda pembayaran atau kwitansi listrik.
Mekanisme pengkreditan pajak masukan sebagaimana yang diatur dalam UU PPN dan
aturan pelaksanaannya, dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mekanisme pengkreditan pajak masukan secara umum
a. Pajak masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran untuk
masa pajak yang sama
b. Pajak masukan tetapdapat dikreditkan meskipun dalam suatu masa pajak tidak
terdapat pajak keluaran
c. Mekanisme pengkreditan pajak masukan dapat menghasilkan :
(1) Pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan yang dapat dikreditkan, dan
selisihnya merupakan PPN yang harus dibayar oleh PKP
Contoh :
Dalam masa pajak Maret 2010, seorang PKP memiliki total pajak keluaran
sebesar Rp. 4.750.000,00 dan pajak masukan yang dapat dikreditkan sebesar
Rp. 3.250.000,00, jadi perhitungannya :
Pajak Keluaran Rp. 4.750.000
Pajak Masukan Rp. 3.250.000
Selisih (kurang bayar) Rp. 1.500.000
Jadi selisih kurang bayar sebesar Rp. 1.500.000 adalah PPN yang masih harus
dibayar oleh PKP pada masa pajak Maret 2010 ke kas Negara.
(2) Pajak keluaran lebih kecil dari pajak masukan yang dapat dikreditkan, sehingga
selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali (restitusi)
atau diperhitungkan ke masa pajak berikutnya (kompensasi).
Contoh :
Dalam masa pajak Maret 2010 seorang PKP memiliki total pajak keluaran
sebesar Rp. 1.750.000,00 dan pajak masukan yang dapat dikreditkan sebesar
Rp. 3.250.000,00, jadi perhitungannya :
Pajak Keluaran Rp. 1.750.000
Pajak Masukan Rp. 3.250.000
Selisih (lebih bayar) ( Rp. 1.500.000 )
Pajak yang lebih bayar tersebut dapat direstitusi atau dikompensasikan pada
nasa pajak April 2010.
d. Pajak masukan hanya dapat dikreditkan dengan pajak keluaran di tmpat PKP
dikukuhkan.
e. Syarat pajak masukan yang dapat dikreditkan dapat dilihat pada gambar di bawah
ini :
Memenuhi persyaratan
Formal Material
f. Pajak masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan pajak
keluaran pada masa pajak yang sama, termasuk pajak masukan yang ditemukan
dalam pemeriksaan yang harga perolehannya telah dibukukan atau dicatat dalam
pembukuan, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya paling lambat 3 bulan
setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan, sepanjang belum dibebankan
sebagai biaya.
g. Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau JKP yang atas
penyerahannya tidak dipungut PPN, tetapi dapat dikreditkan.
h. Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan, pajak masukan tidak dapat dikreditkan
bagi pengeluaran untuk :
(1) Perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
(2) Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usaha
(3) Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor jenis sedan, dan station wagon
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan
(4) Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean sebelum
pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
(5) Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan
formal (administrasi) sebagaimana ditentukan oleh UU PPN 1984 dan
perubahannya, yaitu perihal syarat minimal data atau keterangan yang harus
dimuat dalam sebuah faktur pajak.
(6) Pemanfaatn BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean yang faktur
pajaknya tidak memenuhi ketentuan
(7) Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukanya ditagih dengan penerbitan
ketetapan pajak
(8) Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya tidak dilaporkan dalam SPT
masa PPN, yang diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
2. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Melakukan Penyerahan yang
Terutang dan Tidak terutang PPN.
3. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Menghitung Pajak
Penghasilannya Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)
Pedoman pengkreditan pajak masukan bagi PKP yang menghitung pajak
penghasilannya dengan menggunakan NPPN, secara garis besar diuraikan dalam
gambar di bawah ini.
I. Pemungutan PPN
UU Perpajakan merumuskan bahwa yang dimaksud dengan pemungut PPN adalah
Bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi Pmerintah yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh PKP atas
penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi
Pemerintah tersebut.
Pemungut PPN
Tarif 10% x Dasar Pengenaan Pajak DPP = 40% x jumlah total biaya, tidak
termasuk biaya perolehan tanah
Contoh :
Tuan Arman seorang penyedia jasa kontruksi, memperluas rumah pribadinya dengan
menambah bangunan 3 lantai di halaman belakang, dengan total luas bangunan 330 m 2.
Pembangunan dimulai sejak 16 Mei 2010 dan masih berlangsung hingga 31 Juli 2010. Berikut
adalah rincian data pengeluaran yang telah dilakukan :
Mei 2010 : Rp. 28.956.000,00
Juni 2010 : Rp. 16.750.000,00
Juli 2010 : Rp. 18.250.000,00
Jadi, PPN terutang dapat dihitung sebagai berikut :
Bulan Mei 2010
PPN = Rp 28.956.000 x 10%
= Rp 2.895.600
Bulan Juni 2010
PPN = Rp 16.750.000 x 10%
= Rp 1.675.000
Bulan Juli 2010
PPN = Rp 18.250.000 x 10%
= Rp 1.825.000
Dalam akuntansi komersial tidak mengatur tersendiri perilaku khusus untuk PPN maupun
PPnBM, PSAK hanya mengatur akuntansi pajak penghasilan. Namun demikian baik
akuntansi komersial maupun akuntansi pajak terdapat persamaan dalam melakukan
pencatatan yang harus dipersiapkan antara lain sebagai berikut :
1. Akun Pajak Masukan
Untuk mencatat besarnya pajak masukan yang dibayar atau dipungut atas terjadinya
transaksi pembelian
2. Akun Pajak Keluaran
Pada akun ini untuk mencatat pajak kelauran yang dipungut atau disetorkan ke kas
Negara atas transaksi.
Terjadinya transaksi penyerahan BKP atau JKP, akun biaya yang digunakan tetap sama
dengan akun yang lazim digunakan dalam akuntansi komersial.
Contoh :
1. Transaksi pembelian dan penjualan secara tunai
Transaksi perolehan BKP dan/atau JKP, data pembelian BKP yang diterima langsung
faktur pajaknya :
Harga BKP Rp. 100.000.000,00
Rabat 10% Rp. 10.000.000,00
Rp. 90.000.000,00
Potongan tunai 3% Rp. 2.700.000,00
Harga setelah potongan Rp. 87.300.000,00
Pajak Pertambahan Nilai 10% Rp. 8.730.000,00
Jumlah pembayaran tunai Rp. 96.030.000,00
Potongan tunai yang dicantumkan dalam faktur pajak dapat mengurangi dasar
pengenaan PPN ayat jurnal yang disusun atas transaksi di atas.
Ayat Jurnal :
Pihak Pmbeli
Pembelian Rp 87.300.000
PPN Masukan Rp 8.730.000
Kas Rp 96.030.000
Pihak Penjual
Kas Rp 96.030.000
Penjualan Rp 87.300.000
PPN Keluaran Rp 8.730.000
b. Terdapat retur sebesar Rp. 4.000.000,00 dalam hal ini tidak perlu dibuat nota retur
karena faktur pajak belum dibuat.
Kas Rp 4.400.000
Retur pembelian Rp 4.000.000
PPN masukan Rp 400.000
3. Pembelian secara kredit kepada PT. ABC seharga Rp. 100.000.000,00, tetapi hingga
akhir bulan belum dibayar dan faktur pajak belum diterima.
Pembelian Rp 100.000.000
PPN Masukan Rp 10.000.000
Kas Rp 110.000.000
4. Membayar uang muka pesanan BKP seharga Rp. 30.000.000,00, faktur pajak telah
diterima dan BKP sampai akhir bulan belum dikirim/diterima.
5. Pembayaran jasa konsultan di Hong Kong sebesar US$ 4.000. kurs jual per US$1,00 =
Rp. 12.100,00, kurs Menteri Keuangan Rp. 12.000,00 seperti dalam UU pemanfaatan
JKP dari luar negeri atau dariluar daerah pabean terutang PPN, dan juga PPh Pasal 26
sebesar 20% (untuk diperhatikan juga dalam kasus-kasus yaitu ada atau tidaknya tax
treaty)
Jasa konsultan luar negeri (4.000 x Rp. 12.100,00) Rp. 48.400.000,00
PPh Pasal 26 (20% x $4.000 x Rp. 12.000,00) Rp. 9.600.000,00
Rp. 38.800.000,00
PPN jasa luar negeri (10% x $4.000 x Rp. 12.000,00) Rp. 4.800.000,00
Total Rp. 43.600.000,00