Jadwal Induk Produksi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Jadwal Induk Produksi (JIP)

Jadwal Induk Produksi (JIP) merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir, dari industri
manufaktur yang memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu (Gasperz,
2001). JIP berkaitan dengan pernyataan tentang produksi dan bukan pernyataan tentang
permintaan pasar. JIP merupakan pernyataan akhir tentang berapa banyak produk jadi yang harus
diproduksi dan kapan harus produksi (Nasution, 2003). Melalui JIP terbentuk jalinan komunikasi
antara bagian pemasaran dengan bagian manufaktur. JIP menggunakan lima jenis input, yaitu:
1. Data permintaan total, sebagai sumber data bagi proses penjadwalan induk. Data permintaan
total berkaitan dengan ramalan penjualan dan pemesanan.
2. Status inventori, berkaitan dengan informasi mengenai inventori on hand dan pesanan
produksi.
3. Rencana produksi, memberikan sekumpulan batasan kepada JIP. JIP harus menjumlahkan
untuk menentukan tingkat produksi, inventori dan sumbersumber daya lain dalam rencana
produksi.
4. Data perencanaan, berkaitan dengan aturan-aturan lot sizing, safety stock dan lainnya.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh JIP mencakup empat fungsi utama, yaitu:
1. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan kebutuhan material
dan kapasitas (Material and Capacity Requirements Planning).
2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (Production and Purchase Orders).
3. Memberikan landasan untuk kebutuhan sumber daya dan kapasitas.
4. Pemberian basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk (Delivery Promises)
kepada pelanggan.

Pembuatan JIP dilakukan berdasarkan pembuatan janji yang harus diproduksi setiap bulannya
agar dapat mencapai kapasitas maksimum. Selain itu JIP juga menunjukkan jumlah sisa
persediaan di setiap akhir bulan yang bersangkutan. Jumlah setiap bulan didapatkan dari selisih
order up to level dengan project on hand.
Beberapa fungsi dari Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah sebagai berikut (Marcahyono, 2012):
1. Menterjemahkan dan merinci rencana-rencana agregat menjadi produk-produk akhir tahun.
2. Mengevaluasi schedule tertentu.
3. Merinci dan menentukan kebutuhan-kebutuhan kapasitas.
4. Merinci dan menentukan kebutuhan-kebutuhan material.
5. Memudahkan pemrosesan informasi.
6. Menjaga validitas prioritas-prioritas.
7. Menggunakan kapasitas secara efektif.

Terdapat beberapa pertimbangan dalam penentuan desain JIP, yaitu:


1. Lingkungan manufacturing
Lingkungan manufacturing menentukan proses penjadwalan induk produksi. Lingkungan
manufacturing yang umum dipertimbangkan ketika akan mendesain JIP adalah make to stock,
make to order, assemble to order. Produk-produk dari lingkungan make to order biasanya baru
dikerjakan atau diselesaikan setelah menerima pesanan pelanggan. Sering kali komponen-
komponen yang mempunyai waktu tunggu panjang (long lead time) direncanakan atau dibuat
lebih awal guna mengurangi waktu tunggu penyerahan kepada pelanggan, apabila pelanggan
memesan produk.
2. Struktur produk
Struktur produk atau bill of materials (BOM) didefinisikan sebagai cara komponen-komponen
itu bergabung kedalam suatu produk selama proses manufacturing.
3. Horizon perencanaan lead times, production time fence
Di samping faktor lingkungan manufacturing dan struktur produk, ada faktorfaktor utama yang
perlu dipertimbangkan dalam mendesain JIP yaitu horizon perencanaan, waktu tunggu produk
dan production time fence. Berikut adalah aspek yang berkaitan dengan manajemen waktu dalam
proses JIP:
a. Panjang horizon
perencanaan Horizon perencanaan didefinisikan sebagai periode waktu mendatang terjauh dari
jadwal produksi. Biasanya ditetapkan dengan memperhatikan waktu tunggu kumulatif
(cumulative lead time) ditambah waktu untuk lot sizing komponen-komponen level rendah dan
perubahan kapasitas dari pusat kerja utama.
b. Waktu tunggu produksi
Waktu tunggu didefinisikan sebagai lama waktu menunggu sejak penempatan pesanan sampai
memperoleh pesanan itu. Dalam sistem produksi, waktu tunggu berkaitan dengan waktu
menunggu diproses, bergerak atau berpindah, setup untuk setiap komponen yang diproduksi.
c. Time fences
Perubahan-perubahan dalam JIP akan menjadi sulit dan mahal (costly) apabila dibuat pada saat
mendekati waktu penyelesaian produk. Untuk menstabilkan jadwal dan memberikan keyakinan
bahwa perubahanperubahan telah dipertimbangkan secara tepat sebelum perubahan-perubahan
itu disetujui. JIP dapat dibagi ke dalam beberapa zona waktu dengan menetapkan prosedur
berbeda dalam mengatur perubahan-perubahan jadwal dalam setiap zona waktu (time zone), time
fences memisahkan zona waktu itu. Dengan demikian time fences dapat didefinisikan sebagai
suatu kebijakan atau petunjuk yang ditetapkan untuk mencatat dimana (dalam zona waktu)
terdapat berbagai keterbatasan atau perubahan dalam prosedur operasi manufaktur. Perubahan-
perubahan terhadap JIP dapat dilakukan dengan relatif lebih mudah apabila mereka terjadi
melewati waktu tunggu kumulatif. Time fences yang paling umum dikenal adalah demand time
fences (DTF) dan planning time fences (PTF), dimana DTF diterapkan pada waktu final
assemble sedangkan PTF diterapkan pada waktu tunggu kumulatif.

Demand time fences (DTF) didefinisikan sebagai periode mendatang dari JIP dimana dalam
periode ini perubahan-perubahan terhadap JIP tidak diijinkan atau tidak diterima karena akan
menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal.
Sedangkan planning time fences (PTF) didefinisikan sebagai periode mendatang dari JIP di mana
dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap JIP dievaluasi guna mencegah ketidaksesuaian
atau kekacauan jadwal yang akan menimbulkan kerugian dalam biaya.
Berdasarkan dua jenis time fence di atas, didefinisikan tiga periode manajemen waktu untuk JIP,
yaitu firm (or frozen) period, slushy period, dan free (or liquid period). Dalam firm (or frozen)
period, yaitu periode didalam DTF, tidak boleh ada perubahan-perubahan terhadap JIP. Apabila
dibutuhkan perubahan-perubahan yang bersifat sangat darurat (emergency changes) yang harus
dibuat, penyusun JIP hanya boleh mengubah setelah memperoleh persetujuan dari manajemen
puncak atau manajer manufakturing.
Dalam slushy period, yaitu periode diantara DTF dan PTF, penyusun JIP dapat mengubah
product mix, dengan tetap memperhatikan ketersediaan dari material dan kapasitas. Dalam
periode ini penyusun JIP tidak dapat mengubah tingkat produksi tanpa menjamin bahwa material
dan sumber-sumber daya lain dapat disesuaikan untuk mengakomodasi tingkat produksi baru.
Dalam free (or liquid) period, yaitu periode diluar PTF, penyusun JIP dapat secara bebas
mengubah tingkat produksi untuk memenuhi perubahan-perubahan yang diantisipasi dalam
permintaan oleh bagian pemasaran. Dalam bentuk yang lebih sederhana,
Lingkungan manufacturing dalam desain JIP dapat juga dinyatakan sebagai strategi yang
diterapkan perusahaan (Gasperz, 2001). Pemilihan item-item yang dijadwalkan melalui JIP
merupakan hal yang penting karena tidak hanya mempengaruhi bagaimana JIP beroperasi, tetapi
mempengaruhi bagaimana sistem perencanaan dan pengendalian manufacturing secara
keseluruhan beroperasi. Terdapat beberapa kriteria dasar yang mengatur pemilihan item-item
dalam JIP, yaitu:
1. Item-item yang dijadwalkan seharusnya merupakan produk akhir, kecuali ada pertimbangan
yang jelas menguntungkan untuk menjadwalkan item-item yang lebih kecil daripada produk
akhir.
2. Jumlah item-item JIP seharusnya sedikit, karena manajemen tidak dapat membuat keputusan
yang efektif terhadap JIP apabila jumlah item-item JIP terlalu banyak.
3. Seharusnya memungkinkan untuk meramalkan permintaan dari item-item JIP. Item yang
dijadwalkan harus berkaitan erat dengan item yang dijual.
4. Item-item yang dipilih harus dimasukan dalam perhitungan kapasitas produksi yang
dibutuhkan.
5. Item-item JIP harus memudahkan dalam penterjemahan pesanan-pesanan pelanggan ke dalam
pembuatan produk yang akan dikirim.

Anda mungkin juga menyukai