Lapkas CHF
Lapkas CHF
Lapkas CHF
Penyaji:
TEBING TINGGI
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN
PENDAMPING PEMBIMBING
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Congestive Heart Failure”.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................2
1.3 Manfaat............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................4
2.1 Definisi............................................................................................4
2.2 Etiologi............................................................................................4
2.3 Faktor Risiko...................................................................................5
2.4 Klasifikasi........................................................................................9
2.5 Patofisiologi..................................................................................10
2.6 Manifestasi Klinis.........................................................................12
2.7 Diagnosis.......................................................................................13
2.8 Tatalaksana....................................................................................22
2.9 Prognosis.......................................................................................25
BAB 3 STATUS ORANG SAKIT .................................................................27
BAB 4 FOLLOW UP.......................................................................................35
BAB 5 DISKUSI KASUS................................................................................42
BAB 6 KESIMPULAN....................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................49
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung adalah sindroma klinik yang ditandai oleh adanya kelainan
pada struktur atau fungsi jantung yang mengakibatkan jantung tidak dapat
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab kematian pertama di dunia. Menurut data
WHO, pada tahun 2015 sebanyak 17,7 juta orang meninggal akibat gangguan
kardiovaskular yang mewakili 31% kematian di dunia.1
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal jantung kongestif adalah salah satu jenis gagal jantung yang
membutuhkan perhatian medis jangka panjang, walaupun kadang istilah ini sering
digunakan secara bergantian. Gagal jantung kongestif memberikan gejala klinis
berupa sesak nafas, kelelahan, dan penumpukan cairan (distensi vena jugularis,
edema, hepar membesar, dan edema pulmonaris).9
2.2 Etiologi
5
6
1. Hipertensi
2. Riwayat merokok
7. Obesitas
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi atau tidak dapat diubah
adalah:
1. Usia
2. Jenis kelamin
2.4 Klasifikasi
10
Tabel 2.1. Klasifikasi Fungsional NYHA berdasarkan pada Beratnya Gejala dan Aktivitas
Fisik
2.5 Patofisiologi
12
2. Perubahan neurohormonal
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis pasien akan mengeluh gejala khas gagal jantung, yaitu
sesak nafas (dyspnea d’effort (DOE), orthopnea(OE), dan paroxysmal nocturnal
dispnea (PND)), edema tungkai, dan kelelahan. Selain itu, dokter juga harus
menggali faktor risiko dari pasien, seperti riwayat hipertensi, diabetes melitus,
hiperkolesterolemia, penyakit jantung koroner, kelainan katup, kelainan vaskular
perifer, demam reumatik, penggunaan kardiotoksik, alkoholisme, penyakit tiroid,
dan lain-lain, dan juga riwayat keluarga, seperti penyakit aterosklerosis,
16
1. Kriteria mayor:
Paroxysmal nocturnal dyspnea
Distensi vena leher
Peningkatan vena jugularis
Ronki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
S3 gallop
Refluks hepatojugular positif
2. Kriteria minor:
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
17
Dyspnea d’effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital paru 1/3 dari normal
Takikardia (>120 kali/menit)
3. Mayor atau minor
Penurunan berat badan ≥4,5 kg dalam 5 hari terapi
3. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
a. Natriuretic peptide
BNP dan NT-proBNP untuk diagnosis gagal jantung juga lebih rendah pada
pasien-pasien non akut.23
B. Foto Toraks
20
Foto Toraks harus diperiksakan secepat mungkin saat masuk pada semua
pasien yang diduga gagal jantung akut untuk menilai derajat kongesti paru dan
untuk mengetahui adanya kelainan paru dan jantung yang lain seperti efusi pleura,
infiltrat, atau kardiomegali.
Tabel 2.4. Abnormalitas yang umum ditemukan pada hasil foto toraks5
C. Elektrokardiogram
D. Ekokardiografi
kiri
Fungsi ventrikel kiri, Akinesis, hipokinesis, Infark/iskemia miokard,
global dan fokal diskinesis kardiomiopati,
miokardits
2.8 Tatalaksana
Tujuan utama terapi gagal jantung adalah mengobati gejala, koreksi
hipoksia, memperbaiki hemodinamik dan perfusi organ, membatasi kerusakan
jantung dan ginjal, mencegah tromboemboli, meminimalkan lama perawatan
intensif.
Obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan gagal jantung adalah sebagai
berikut:5
1. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor(ACEI)
Indikasi: Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, dengan atau tanpa gejala.
Kecuali kontraindikasi, ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal jantung
simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %. ACEI memperbaiki fungsi
ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup. ACEI
kadang-kadang menyebabkan perburukan fungsi ginjal, hiperkalemia, hipotensi
simtomatik, batuk dan angioedema (jarang), oleh sebab itu ACEI hanya diberikan
pada pasien dengan fungsi ginjal adekuat dan kadar kalium normal.
Kontraindikasi: Riwayat angioedema, stenosis renal bilateral, kadar
kalium serum >5 mmol/l, serum kreatinin >2,5 mg/dl, stenosis aorta berat.
2. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
3. Antagonis Aldosteron
Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis aldosteron dosis kecil
harus dipertimbangkan pada semua pasien dengan fraksi ejeksi ≤ 35 % dan gagal
jantung simtomatik berat (kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa hiperkalemia
dan gangguan fungsi ginjal berat. Antagonis aldosteron mengurangi perawatan
rumah sakit karena perburukan gagal jantung dan meningkatkan kelangsungan
hidup.
Indikasi pemberian antagonis aldosteron: Fraksi ejeksi ventrikel kiri
≤ 40 %, gejala sedang sampai berat (kelas fungsional III- IV NYHA), dosis
optimal penyekat β dan ACEI atau ARB (tetapi tidak ACEI dan ARB).
Kontraindikasi pemberian antagonis aldosteron: konsentrasi serum kalium
>5 mmol/l, serum kreatinin >2,5 mg/dl, bersamaan dengan diuretik hemat kalium
atau suplemen kalium, kombinasi ACEI dan ARB.
4. β-blocker (penyekat β)
Kecuali kontraindikasi, penyekat β harus diberikan pada semua pasien
gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40 %.Penyekat β
memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah
sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan kelangsungan hidup.
Indikasi pemberian penyekat β: Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, gejala
ringan sampai berat (kelas fungsional II - IV NYHA), ACEI/ARB (dan antagonis
aldosteron jika indikasi) sudahdiberikan, pasien stabil secara klinis (tidak ada
26
perubahan dosis diuretik,tidak ada kebutuhan inotropik i.v. dan tidak ada tanda
retensi cairan berat).
Kontraindikasi pemberian penyekat β: Asma, blok AV (atrioventrikular)
derajat 2 dan 3, sindroma sinus sakit (tanpa pacu jantung permanen), sinus
bradikardia (nadi <50 x/menit).
2.9 Prognosis
Secara umum, angka kematian dirawat di rumah sakit untuk pasien dengan
gagal jantung adalah 10,4% pada 30 hari pertama, 22% pada 1 tahun pertama, dan
42,3% pada 5 tahun pertama, meskipun dengan peningkatan terapi medis yang
bagus. Setiap pasien yang dirawat inap ulang di rumah sakit mempunyai angka
kematian yang meningkat sekitar 20-22%.
Mortalitas 50% lebih besar untuk pasien dengan gagal jantung NYHA
kelas IV, ACC/AHA stage D. Gagal jantung terkait dengan infark miokard akut
memiliki angka kematian 20-40%. Angka kematian mendekati 80% pada pasien
yang juga memiliki hipotensi (misalnya, syok kardiogenik).28
29
BAB III
ANAMNESIS PENYAKIT
Nyeri dada saat ini disangkal. Riwayat nyeri dada diakui oleh pasien.
Nyeri dada dirasakan seperti tertimpa beban dan menjalar ke bahu dan lengan
kiri, onset > 20 menit, nyeri dada berkurang saat istirahat. Demam dijumpai.
Keluhan batuk dijumpai dalam 1 minggu ini.
30
Riwayat darah tinggi dijumpai sejak 2 tahun yang lalu, dengan tensi
tertinggi 170/110 mmHg. Os tidak rutin mengonsumsi obat untuk darah tinggi.
Riwayat sakit gula dijumpai sejak 2 tahun yang lalu.Os mengaku tidak rutin
mengkonsumsi obat untuk sakit gula.
Faktor Resiko PJK : Usia >40 tahun, Hipertensi, DM, Aktivitas fisik
kurang
Spironolakton 1x 25 mg,
KSR 1x 600 mg
Pemeriksaan Fisik
RR : 30 x/i Ikterus :−
Sianosis :−
Kesan: normal
Murmur (−)
Asites (−)
Akral : hangat
TB : 150 cm
BB : 56 kg
IMT : 25 kg/m2
Interpretasi Rekaman EKG (20-10-2021)
Kesan: Kardiomegali
Hasil Laboratorium :
Hb : 11,7 g/dl
RBC : 3,51 x 106/mm3
WBC : 6,8 x 103/mm3
PLT : 320 x 103/mm3
Ht : 34,2%
Ureum : 56 mg/dl
Kreatinin : 2,09 mg/dl
Na/K/Cl : 131/4,9/94
Fungsional : NYHA II
Differensial Diagnosa :
- Tirah baring
- Nasal Canul O2 2-4 L/i
- IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i mikro
- Injeksi Furosemid 20 mg/ 8 jam
- Injeksi cedocart drips 2,5cc/jam
- Injeksi ranitidin / 12 jam
- Spironolakton 1x 25 mg
- Concor 1x 2,5 mg
- Pantau EKG
- Echocardiografi
BAB IV
FOLLOW UP
A CHF fc III
Hipertensi terkontrol
P - Tirah baring
-Nasal Canul O2 2-4 L/i
-IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i mikro
-Injeksi Furosemid 20 mg/ 8 jam
-Spironolakton 1x 25 mg
-Captopril 3x 25mg
-Concor 1x 2,5 mg
-ISDN 1x 5 mg
-CPG 1X 75 mg
R/ Pantau tanda-tanda vital
FOLLOW UP TANGGAL 23/10/2021
R/ Rencana Ekokardigram
FOLLOW UP TANGGAL 246/10/2021
S Sesak nafas (-), batuk (-)
O Sens : Compos mentis RR : 22 x/I
TD : 130/80 mmHg Temp : 36,1 oC
HR : 90 x/i
Kepala : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : TVJ R+2 cmH2O
Thorax : SP : Vesikuler; ST : (-)
Jantung : S1 (+), S2 (+), Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Simetris, Soepel (+), H/L/R tidak teraba, normoperistaltik
Ekstremitas : Edema (−/−)
R/ Rencana PBJ
BAB V
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Gagal jantung kongestif memberikan Pasien dengan keluhan utama sesak
gejala klinis berupa sesak nafas, nafas sejak ±1 bulan SMRS dan
kelelahan, dan penumpikan cairan memberat dalam 2 hari terakhir.
(distensi vena jugularis, edema, Mudah lelah (+).
hepar membesar, dan edema Bengkak pada kedua kaki (+)
pulmonaris).9
Faktor risiko: Pasien berusia 65 tahun.
A. Modifiable Riwayat hipertensi (+), TD tertinggi
- Hipertensi 160/100 mmHg.
- Riwayat merokok
- KGD tinggi
- Aktivitas fisik kurang
- Diet makanan tidak sehat
- Dislipidemia
- Obesitas
B. Non-modifiable
- Usia
- Jenis kelamin
- Riwayat keluarga
Klasifikasi Pasien dengan sesak nafas yang
A. Kapasitas fungsional (NYHA) timbul saat aktivitas dan berkurang
- Kelas I: tidak ada batas aktivitas saat istirahat, digolongkan dalam
fisik NYHA II.
- Kelas II: terdapat batasan aktivitas
ringan, tidak terdapat keluhan saat Pasien dengan tanda-tanda kongesti
istirahat dan tanpa tanda-tanda hipoperfusi:
- Kelas III: terdapat batasan aktivitas tipe warm-wet.
bermakna, tidak terdapat keluhan
saat istirahat Pasien dengan gejala gagal jantung
- Kelas IV: tidak dapat melakukan yang berhubungan dengan penyakit
aktivitas fisik tanpa keluhan, terdapat struktural jantung yang mendasari,
gejala saat istirahat tergolong stadium C.
B. Klasifikasi klinis
- Warm-Dry
- Warm-Wet
- Cold-Dry
- Cold-Wet
C. Kelainan struktural
- Stadium A: risiko tinggi menjadi
gagal jantung, tidak ada gangguan
struktural atau fungsional jantung,
tidak terdapat tanda atau gejala
- Stadium B: telah terbentuk penyakit
struktur jantung yang berhubungan
dengan perkembangan gagal jantung,
tidak terdapat tanda aau gejala
- Stadium C: gagal jantung yang
simtomatik berhubungan dengan
penyakit struktural jantung yang
mendasari
- Stadium D: penyakit jantung
struktural lanjut serta gejala gagal
jantung yang sangat bermakna saat
istirahat walaupun sudah mendapat
terapi medis yang maksimal
Umumnya pasien datang dengan Anamnesis:
keluhan sesak napas yang terjadi Dyspnea (+)
secara akut, sesak napas dapat DOE (+), OP (+), PND (+)
dijumpai saat istirahat atau saat Fatigue (+)
aktivitas, kemudian pasien juga dapat Edema ekstremitas inferior (+)
mengeluhkan lelah, letih, dan atau Riwayat penyakit: Hipertensi, DM,
adanya pembengkakan pada kaki.
Pada pemeriksaan fisik, tanda khas Pemeriksaan fisik:
yang dapat dijumpai pada pasien Takipnu (+)
gagal jantung adalah takikardia, Edema (+)
takipnu, rales pada paru, efusi pleura,
peningkatan tekanan vena jugular, Foto thorax:
edema perifer, dan hepatomegali. Kardiomegali
Pneumonia bilateral
Laboratorium
Anemia (Hb < 13 gr/dL pada laki-
laki, <12 gr/dL pada perempuan) Laboratorium:
Hiponatremia (<135 mmol/L) Hiponatremia: 131 mmol/L
Foto thorax
Kardiomegali
Kongesti vena paru
Efusi pleura
3. Antagonis Aldosteron
Indikasi pemberian antagonis
aldosteron: Fraksi ejeksi ventrikel kiri
≤ 40 %, gejala sedang sampai berat
(kelas fungsional III- IV NYHA),
dosis optimal penyekat β dan ACEI
atau ARB (tetapi tidak ACEI dan
ARB).
4. β-blocker (penyekat β)
Penyekat β memperbaiki fungsi
ventrikel dan kualitas hidup.Indikasi
pemberian penyekat β: Fraksi ejeksi
ventrikel kiri ≤ 40 %, gejala ringan
sampai berat (kelas fungsional II - IV
NYHA), ACEI/ARB (dan antagonis
aldosteron jika indikasi)
sudahdiberikan, pasien stabil secara
klinis (tidak ada perubahan dosis
diuretik,tidak ada kebutuhan inotropik
i.v. dan tidak ada tanda retensi cairan
berat).
5. Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada
pasien gagal jantung dengan tanda
klinis atau gejala kongesti.
BAB VI
KESIMPULAN
- Tirah baring
-Nasal Canul O2 2-4 L/i
-IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i mikro
-Injeksi Furosemid 20 mg/ 8 jam
-Spironolakton 1x 25 mg
-Captopril 3x 25mg
-Concor 1x 2,5 mg
-ISDN 1x 5 mg
-CPG 1X 75 mg
DAFTAR PUSTAKA