Draft 3 Afm

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

DRAFT PRA-PROPOSAL PENELITIAN

STUDI PEMBUATAN MINYAK KELAPA SAWIT (CPO) SECARA


TRADISIONAL
(KINERJA PEREBUSAN BUAH : PENGARUH LAMA PEREBUSAN)

Disusun Oleh :
Ahmad Fazrin Maulana
NPM. E1G018010

Pembimbing Akademik :
Dr. Yazid Ismi Intara, SP., M.Si.
NIP.19740727 200501 1 001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BIODATA

Nama : Ahmad Fazrin Maulana


NPM : E1G018010
IPK : 3,51
Jumlah SKS Lulus : 129
Nomor HP : 082180948359
Dosen Pembimbing Akademik : Dr. Yazid Ismi Intara, SP., M.Si.
Dosen Konsultasi Proposal : Dr. Yazid Ismi Intara, SP., M.Si.
Mata Kuliah Pendukung : 1. Kimia Industri Pertanian
2. Pengetahuan Bahan Agroindustri
3. Pengantar Teknologi Pertanian
4. Statistik Industri
5. Statistik Dasar
6. Sifat Fisik Produk Pertanian
7. Metode Penelitian
8. Karya Tulis Ilmiah
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan agroindustri di Indonesia khususnya perkebunan kelapa sawit memiliki
prospek yang sangat bagus. Hal ini didukung dengan semakin luasnya lahan tanam yang
tersedia. Hal ini mendorong semakin banyaknya Perusahaan Pengolahan Kelapa Sawit yang
berdiri di Indonesia. Jumlah Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia pada tahun
2020 adalah sebanyak 2511 Perusahaan yang tersebar di 26 Provinsi. Jumlah perusahaan
terbanyak terletak di Pulau Sumatera, sebanyak 1357 perusahaan (54%), disusul oleh
Kalimantan sebanyak 1040 perusahaan (42%), Sulawesi sebanyak 59 perusahaan (2%), dan
sisanya tersebar di Pulau Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua sebanyak 55 perusahaan
(2%) (BPS, 2020).
Indonesia sebagai Negara dengan luas perkebunan kelapa sawit nomor satu di dunia,
memiliki jumlah produksi CPO (Crude Palm Oil) sekitar 24 juta ton. Jumlah produksi CPO
(Crude Palm Oil) Indonesia menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar negara dan
sekaligus memenuhi 47% kebutuhan minyak nabati dunia. Perkebunan kelapa sawit juga
menjadi salah satu pintu terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang hidup di
sekitar daerah perkebunan. Hal ini diharapkan mampu mendongkrak tingkat perekonomian
dan taraf hidup masyarakat secara berkelanjutan (Lukito, 2017).
Pengolahan buah kelapa sawit untuk mendapatkan minyak dapat dilakukan secara
tradisional melalui proses ekstraksi. Salah satu cara ekstraksi minyak dapat dilakukan dengan
perebusan atau pemanasan. Teknik ini merupakan teknik sederhana yang dikenal dengan
istilah wet rendering. Wet rendering merupakan suatu sistem ekstraksi atau pemisahan
minyak dari bahan yang mengandung kadar air tinggi dan pada prosesnya dilakukan
penambahan air dalam jumlah besar (Putri, 2019).
Perebusan merupakan tahap awal pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) sawit di
Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS), yang sangat menentukan capaian besar rendemen dan
mutu minyak mentah sawit maupun kernel yang dihasilkan. Perebusan buah kelapa sawit
dipengaruhi oleh beberapan faktor, antara lain ukuran berat tandan, tingkat kematangan buah
dan lama waktu perebusan (Adib, 2017).
Teknologi industri pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil)
pada umumnya selalu menggunakan teknologi penguapan dari boiler yang diteruskan pada
stasiun-stasiun pengolahan hingga pengepresan untuk mengeluarkan minyak. Saat ini belum
dikembangkan teknologi tepat guna untuk skala home industry yang mengolah buah kelapa
sawit langsung menjadi CPO (Crude Palm Oil). Pembuatan minyak kelapa sawit diduga dapat
dilakukan dengan cara sederhana yaitu menggunakan perlakuan suhu dan lamanya ekstraksi
Putri (2019).
Salah satu contohnya adalah pembuatan minyak sawit yang dilakukan oleh masyarakat
Nigeria secara tradisional. CPO (Crude Palm Oil) merupakan salah satu produk pertanian
utama di Nigeria Selatan dimana itu merupakan sumber mata pencaharian bagi beberapa
keluarga terutama di daerah pedesaan. Produksi CPO (Crude Palm Oil) sebagian besar
dilakukan oleh para petani menggunakan peralatan manual untuk pengolahan dan pada tingkat
yang lebih tinggi dilakukan dengan peralatan semi-mekanis (Izah, 2015).
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Putri (2019). Penelitian tersebut
menggunakan waktu perebusan selama 70 menit, 80 menit, 90 menit, dan 100 menit serta
menggunakan suhu 50 0C, 65 0C, 80 0C, dan 95 0C. Penelitian dilakukan mengggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali pengulangan. Hasil perebusan
mendapatkan rendemen CPO (Crude Palm Oil) tertinggi diperoleh dari perlakukan suhu 95 0C
– 100 0C sebanyak 30, 47% dengan lama waktu perebusan 100 menit. Hasil lainnya seperti
kadar asam lemak bebas, kadar air dan nilai DOBI dapat menjadi acuan dan referensi dalam
melakukan penelitian ini. Selain itu proses menghasilkan rendemen minyak CPO (Crude
Palm Oil) pada penelitian sebelumnya menggunakan proses ekstraksi, dimana ekstraksi
minyak yang dilakukan dalam skala laboratorium dengan metode wet rendering
menggunakan alat waterbath, sedangkan untuk penelitian ini menggunakan metode perebusan
sederhana menggunakan alat berupa panci perebusan yang terbuat dari aluminium dan panas
api dari kompor gas. Kekurangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Putri (2019)
adalah masih rendahnya angka nilai DOBI yang didapatkan. Hal ini disebabkan karena
penyimpanan minyak yang terlalu lama setelah proses pengolahan sehingga mengakibatkan
minyak teroksidasi. Hal ini dapat menjadi pembelajaran untuk dilakukan perbaikan pada
penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana teknik perebusan buah sawit yang digunakan pada pembuatan CPO (Crude
Palm Oil) secara tradisional?
2. Bagaimana pengaruh lama waktu perebusan terhadap sifat fisik buah sawit hasil
rebusan pada pembuatan CPO (Crude Palm Oil) secara tradisional?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan teknik perebusan untuk waktu perebusan optimal buah sawit yang
digunakan pada pembuatan CPO (Crude Palm Oil) secara tradisional.
2. Mengamati bagaimana perubahan sifat fisik buah sawit hasil rebusan dengan
perlakuan lama waktu perebusan untuk mendapatkan perubahan-perubahan yang
terjadi akibat perlakuan pada pembuatan CPO (Crude Palm Oil) secara tradisional.

1.4 Batasan Masalah


1. Buah sawit yang digunakan dari varietas tenera.
2. Perebusan buah sawit dilakukan dengan cara manual menggunakan panci perebusan
dan sumber bahan bakar yang berasal dari kompor gas.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah peneliti mendapatkan teknik perebusan buah sawit
yang paling tepat dalam pembuatan CPO (Crude Palm Oil) secara tradisional. Manfaat bagi
ilmu pengetahuan adalah dapat diketahui cara perebusan buah sawit paling baik untuk
mendapatkan CPO (Crude Palm Oil) yang tinggi dalam pembuatan CPO (Crude Palm Oil)
secara tradisional. Manfaat bagi masyarakat adalah memberikan alternatif pengolahan minyak
sawit sederhana (CPO) yang dapat dilakukan langsung oleh masyarakat sehingga masyarakat
dapat memproduksi CPO (Crude Palm Oil) secara tradisional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack. ) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
Namun, ada sebagian pendapat yang justru menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal ini karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa
sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan di Afrika. Kenyataannya tanaman kelapa sawit
hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Thailand, Indonesia dan Papua Nugini.
Bahkan, mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi (Fauzi, 2012).
Secara taksonomi tanaman kelapa sawit dapat di klasifkasikan sebagai berikut :
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Spadiciflorae (Arecales)
Famili : Palmae
Sub-famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit
dibagi menjadi, Dura, Tenera dan Psipera.
1. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar
dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%.
2. Psipera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betina steril sehingga sangat
jarang menghasilkan buah.
3. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Psipera. Jenis ini dianggap bibit
unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang
buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa Tenera unggul persentase
daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat
mencapai 28% (Sari, 2019).
Gambar 1. Jenis-jenis buah kelapa sawit
Sumber : jacq-planter.blogspot.com

Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti
(kernel). Serabut buah kelapa sawit mempunyai tiga lapis yang terdiri dari lapisan luar atau
kulit buah yang disebut pericarp, lapisan bagian dalam yang disebut mesocarp atau pulp dan
lapisan yang paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari lapisan kulit biji
(testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak rata–rata 56%, inti
(kernel) mengandung minyak sebesar 44% dan endocarp tidak mengandung minyak. Minyak
kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya merupakan senyawa yang tidak larut
dalam air (Juni, 2016).

Gambar 2. Penampang buah sawit


Sumber : docplayer.info

2.2 Minyak Kelapa Sawit CPO


CPO (Crude Palm Oil) merupakan hasil olahan daging buah kelapa sawit melalui
proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS), perontokan buah, dan pengepresan minyak.
CPO (Crude Palm Oil) ini diperoleh dari bagian daging (mesocarp) buah kelapa sawit yang
telah mengalami beberapa proses, yaitu sterilisasi, pengepresan, dan klarifikasi. CPO (Crude
Palm Oil) ini merupakan produk tingkat pertama yang dapat memberikan nilai tambah sekitar
30% dari nilai jual tandan buah segar (Sari, 2019).
CPO (Crude Palm Oil) merupakan minyak yang diekstraksi dari bagian mesocarp
buah sawit secara mekanis dan fisika di pabrik kelapa sawit (PKS). Minyak sawit secara alami
berwarna merah karena kandungan bera-karoten yang tinggi. Pengolahan buah kelapa sawit
untuk mendapatkan minyak dapat dilakukan secara tradisional melalui proses ekstraksi.
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak. Ekstraksi minyak dapat dilakukan dengan
perebusan/pemanasan (rendering), pengepresan (pressing) atau memakai pelarut non polar
yang mudah menguap (solvent extraction) (Ketaren, 1986).
Standar mutu merupakan hal penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik.
Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam
minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang
mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss,
plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan
(Swarjelly, 2017).

Tabel 1. Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit Mentah


No Kriteria uji Satuan Persyaratan mutu
.
1 Warna - Jingga kemerah-merahan
2 Kadar air dan kotoran %, fraksi masa 0,5 maks
3 Asam lemak bebas (sebagai asam %, fraksi masa 0,5 maks
palmitat)
4 Bilangan yodium g Yodium/100 g 50 – 55
Sumber : SNI (2006)

2.3 Perebusan Buah Kelapa Sawit


Proses pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) memiliki beberapa tahap salah satunya
seperti tahap perebusan. Tahap perebusan atau yang disebut sebagai proses sterilisasi
merupakan tahap awal yang dilakukan di dalam sebuah bejana yang memiliki sebuah tekanan
(sterilizer). Proses sterilisasi dilakukan dengan memanfaatkan uap air jenuh (saturated steam)
(Sitepu, 2011). Daging dan kulit buah sawit mengandung minyak. agar kelapa sawit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak, maka perlu dilakukan proses pengolahan kelapa
sawit dari TBS (Tandan Buah Segar) hingga dihasilkan CPO (Crude Palm Oil). CPO (Crude
Palm Oil) ini dapat dimanfaatkan sebagai minyak goreng, lilin dan sabun. Salah satu proses
dalam sistem pengolahan kelapa sawit adalah proses rebusan yang dilaksanakan pada stasiun
rebusan. Proses rebusan kelapa sawit dilakukan dengan memberikan tekanan uap air (Wenda,
2017).
Proses perebusan tandan sawit merupakan suatu proses yang penting yang
menentukan kualitas minyak sawit yang dihasilkan dalam pengolahan CPO (Crude Palm Oil).
Faktor yang menentukan dalam perebusan tandan sawit antara lain suhu dan tekanan pada
boiler serta lama perebusan. Sistem perebusan yang biasa dilakukan dalam pengolahan CPO
(Crude Palm Oil) adalah sistem dua puncak dan tiga puncak tekanan (double dan triple peak)
dengan tekanan 2,8 sampai 3,2 kg/cm2 (Supriyanto, 2017).
Yang terpenting dalam proses rebusan ini adalah jumlah buah kelapa sawit dan
tekanan uap air dalam sterilizer (salah satu bagian dari stasiun rebusan). Semakin besar buah
kelapa sawit mendapat tekanan uap air untuk waktu tertentu, semakin cepat terjadi
pemasakan. Sehingga dalam waktu yang sudah ditentukan dapat menghasilkan CPO (Crude
Palm Oil) yang bagus dan berkualitas. Supaya tidak terjadi kesalahan dalam memasak buah
sawit, baik dalam jumlah sawit yang akan diolah maupun tekanan uap air yang diberikan serta
kapan buah sawit dapat ditarik dari stasiun rebusan, maka dari itu perlu dirancang suatu
sistem yang dapat membantu dalam pengolahan buah kelapa sawit (Wenda, 2017).
Sterilisasi dilakukan untuk menonaktifkan faktor biologis yang bertanggung jawab
atas penurunan kualitas dan melunakkan buah selama penguapan dan proses perontokan.
Proses sterilisasi merupakan proses yang paling awal dalam skala pengolahan kelapa sawit,
maka tahap ini adalah tahapan yang paling mempengaruhi tingkat keberhasilan untuk tahap
pengolahan selanjutnya. Kualitas CPO (Crude Palm Oil) yang dihasilkan dipengaruhi oleh
parameter pemanasan proses (Junaidah, 2015).
Berdasarkan survey dan penelitian awal yang dilakukan di PT Murini Sam-Sam II
Pelintung, diidentifikasi adanya persentase kehilangan minyak yang tinggi dan tidak pasti
terjadi di air pembuangan uap perebusan TBS (Tandan Buah Segar) yang dapat berpengaruh
terhadap kuantitas dan hasil rendemen minyak yang dihasilkan, berdasarkan literatur bahwa
waktu dan tekanan uap perebusan TBS (Tandan Buah Segar) sangat berpengaruh terhadap
hasil perebusan dan persentase kehilangan minyak di air pembuangan uap perebusan buah
kelapa sawit atau condensate (Juni, 2016).
Menurut Sitepu (2011), proses pemanasan menggunakan media uap basah yang
bertekanan ± 3 kg/cm2 dan temperatur 132,88°C saat perebusan yang mengakibatkan buah
menjadi hangus yang menyebabkan minyak CPO (Crude Palm Oil) rusak dan saat
menggunakan suhu di bawah 132,88°C akan mengakibatkan enzim-enzim pada buah tidak
mati dan banyak mengandung kadar air, sedangkan menurut Permatasari (2011), proses
sterilisasi TBS (Tandan Buah Segar) dipanaskan dengan menggunakan steam (uap) dengan
suhu antara 135°C dan menggunakan tekanan pada 2.0-2.8 kg/cm2 selama 80-90 menit.
Apabila waktu perebusan terlalu lama maka akan membuat buah menjadi lembek dan lewat
matang, akan banyak minyak keluar dari buah dan terikut oleh kondensat dan akan
menyebabkan banyak losses. Waktu perebusan yang efektif adalah 90-95 menit (Sari, 2019).
Proses perebusan yang sempurna dapat menghasilkan produk minyak kelapa sawit
yang baik dan berkualitas dan dapat mengoptimalkan pengutipan minyak serta menekan
losses minyak yang terjadi disetiap proses pengolahan TBS (Tandan Buah Segar). Proses
perebusan yang baik juga menentukan rendemen minyak yang dihasilkan (Juni, 2016). Proses
pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) sawit untuk diolah menjadi minyak sawit dapat
dilakukan dengan menggunakan cara yang sederhana. Proses ini juga dapat dilakukan dengan
proses pengolahan menggunakan teknologi tinggi sebagai cara menghasilkan minyak mentah
(CPO) yang memiliki kualitas ekspor yang tinggi (Ardianto, 2020).

2.4 Ekstraksi Minyak Sawit


Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu
rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression, dan solvent extraction.
(Ketaren, 1986).
Ekstraksi minyak dapat dilakukan dengan perebusan/pemanasan (rendering),
pengepresan (pressing) atau memakai pelarut non polar yang mudah menguap (solvent
extraction). Wet rendering adalah metode yang paling tua yang dikenal manusia, tetapi masih
sering dilakukan dalam industri - industri rumah tangga di pedesaan karena hanya
memerlukan alat pemanas (Putri, 2019).
CPO (Crude palm oil) merupakan minyak yang disintesis dari buah kelapa sawit yang
berumur 22-24 minggu setelah pembuahan. CPO (Crude palm oil) diekstraksi dari bagian
mesocarp (daging) buah sawit. Pembuatan Minyak CPO (Crude Palm Oil) dilakukan dalam
skala laboratorium dengan metode wet rendering menggunakan alat waterbath. Proses
pembuatan minyak CPO menggunakan tandan buah segar kelapa sawit yang diperoleh dari
perkebunan masyarakat di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Bengkulu Tengah. Buah kelapa
sawit yang digunakan adalah buah kelapa sawit dari varietas tenera (masak) buah masak
adalah buah yang sudah membrondol minimal 5 brondolan dan buah berwarna orange. Ciri-
ciri dari buah varietas ini adalah mempunyai tempurung yang tipis, terdapat lingkaran
serabut/daging buahnya tebal, dan tandan buah lebih banyak tetapi ukurannya relatif kecil.
Buah kelapa sawit yang telah diperoleh dipisahan antara daging buah sawit dengan
cangkangnya secara manual menggunakan pisau. Daging buah sawit yang telah dipisahkan
lalu dipotong menjadi bagian- bagian kecil dan ditimbang sebanyak 100 g/sampel. Untuk
satu sampel minyak CPO (Crude palm oil) yang dihasilkan memerlukan 8 sampai 9 brondol
sawit. Satu brondolan buah kelapa sawit mempunyai berat rata-rata 20 g. Sebelum masuk
keproses ekstraksi, daging buah sawit dihaluskan menggunakan blender dengan penambahan
air 1: 2. Kemudian diekstrak dengan metode wet rendering yang diberi perlakuan suhu dan
waktu, lalu didapatkan minyak CPO (Crude palm oil) yang diinginkan (Putri, 2019).

2.5 Parameter Pengamatan


2.5.1 Viskositas
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan.
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju alir cairan yang melalui tabung yang berbentuk
silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan untuk
cairan ataupun gas sesuai dengan hukum Hagen – Poiseuille, viskositas kinematik (v)
sebanding dengan waktu alir yang melalui kapiler viscometer (BSN, 2018).
v=K×t
Keterangan :
1. v adalah viskositas kinematik, dinyatakan dalam (cSt)
2. K adalah konstanta kapiler, dinyatakan dalam (cSt/s).
3. t adalah waktu pengukuran aliran, dinyatakan dalam detik (s)
Hasilnya mempunyai dimensi mm2/s (cSt). Metode ini paling akurat untuk mengukur
cairan kental yang mengikuti ketentuan Newton (Newtonian Fluid) (BSN, 2018).

2.5.2 Kadar Air


Kadar air merupakan salah satu parameter mutu CPO (Crude Palm Oil) yang sangat
penting. Penentuan kadar air penting dilakukan sebab air yang terkandung dalam minyak
dapat mempengaruhi kualitas dari minyak tersebut. Semakin rendah kadar air yang
terkandung dalam minyak semakin baik kualitasnya. Berdasarkan SNI 01-2901-2006 syarat
mutu kadar air pada CPO (Crude Palm Oil) maksimal 0,45 %
Pengujian kadar air pada CPO (Crude Palm Oil) pertama dengan cara cawan kosong
dikeringkan dalam oven selama 15 menit kemudian didingankan dalam desikator. Cawan
yang sudah kering diambil dengan penjepit, kemudian ditimbang. Sampel minyak dilelehkan
dengan memanaskan sampai suhu 50 °C dan diaduk rata. Sebanyak 5-10 g sampel minyak
yang sudah dilelehkan ditimbang pada gelas ukur yang sudah kering, kemudian dikeringkan
dalam oven selama semalaman (16 jam) (BSN, 2006).

2.5.3 Nilai DOBI (Deterioritation of Bleachability Index)


Analisa kadar asam lemak bebas, kadar kotoran dan kadar air tidak cukup untuk
menjadi parameter CPO (Crude Palm Oil) yang berkualitas. Salah satu kemungkinan
penggunaan DOBI adalah dalam membedakan minyak berkualitas rendah untuk minyak yang
mengandung ALB (Asam Lemak Bebas) yang sama (Siew, 2001).
Angka minimal DOBI CPO (Crude Palm Oil) dalam perdagangan eksport adalah 2,8.
Karena tidak terpenuhi angka standar DOBI, maka harga CPO (Crude Palm Oil) Indonesia
dipasar Internasional selalu dipotong 300-500 rupiah per kilogram. DOBI itu sendiri
merupakan angka perbandingan serapan atom terhadap asam lemak bebas. Selain itu, DOBI
juga dapat menjadi salah satu parameter untuk mengukur tingkat kerusakan minyak yang
disebabkan oleh oksidasi. Rendahnya nilai DOBI mengindikasikan naiknya kandungan
produk oksidasi sekunder (Hasibuan, 2016).
DOBI pada dasarnya adalah ratio antara kandungan karoten dan produk oksidasi
kedua. Bilangan DOBI dibawah 2 mengidentifikasikan minyak dengan kualitas sangat rendah
dan sulit untuk dimurnikan. Minyak mentah dengan bilangan DOBI 3 dapat dikatakan sebagai
minyak dengan kualitas memuaskan pada kenyataannya minyak murni dengan kualitas baik
tidak dapat dihasilkan dari minyak mentah berkualitas rendah. Uji kepucatan dilakukan untuk
memperkirakan warna akhir dari CPO (Crude Palm Oil). Bilangan DOBI rendah
dikombinasikan dengan kenaikan level ALB dan peroksida memberikan indikasi bahwa
sebagai sampel minyak sulit untuk dipucatkan (Razali, 2011)
Bilangan DOBI merupakan indikator kunci dari CPO (Crude Palm Oil) yang
berkualitas (Balasundram, 2011) dan sebagai indikator status oksidatif CPO (Crude Palm Oil)
serta kemudahan proses untuk lebih lanjut (Gunstone, 2011). Menurut Balasundram (2006)
warna buah atau tingkat kematangan panen berkolerasi signifikan terhadap kandungan
minyak yang dihasilkan dan besarnya bilangan DOBI. Beberapa faktor yang menyebabkan
bilangan DOBI menurun menurut Goe (1999) yaitu :
1. Persentase yang tinggi dari tandan buah yang berwarna hitam (belum masak)
2. Penundaan pemprosesan
3. Kontaminasi CPO (Crude Palm Oil) selama proses kondensasi sterilizer
4. Sterilisasi yang terlalu lama dari tandan buah
5. Pemanasan (> 55 oC) dari CPO (Crude Palm Oil) dalam tangki penyimpanan
Pengukuran bilangan DOBI melibatkan pengukuran serapan ultraviolet dari minyak
yang telah dilarutkan dengan suatu pelarut dengan dua panjang gelombang pengukuran yang
berbeda. Pertama kali diukur adalah jumlah karoten dalam larutan yang belum berubah bentuk
(karoten mudah rusak karna teroksidasi oksigen). Pengukuran lainnya ditunjukan untuk
mengukur konsentrasi produk-produk oksidatif tertentu dari asam lemak bebas pada CPO
(Crude Palm Oil). Perbandingan dari pengukuran pertama dan kedua itu adalah indikator
yang sensitif untuk melihat jumlah oksidasi secara luas pada CPO (Crude Palm Oil)
(Balasundram, 2011)
Pengukuran nilai DOBI pada CPO (Crude Palm Oil) dapat menggunakan alat
spektrofotometer. Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spectrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat ukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi
secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2022, bertempat di Laboratorium
Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian


3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah kelapa sawit varietas tenera
yang diperoleh dari perkebunan masyarakat yang berada di Desa Panca Mukti, Kecamatan
Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, air, heksana, xylene, toluena, dan alkohol.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah panci perebusan, kompor, gas, alat
pengaduk, pisau, parang, timbangan, timbangan analitik, cawan, oven, desikator, penjepit,
erlemeyer 25 ml, kuvet, gelas kimia 50 ml, gelas ukur 25 ml, alat pengukur viskositas
(viscosity measuring unit), transparent termostat, spektrofotometer, , viscometer, dan
stopwatch.

3.3 Rancangan Percobaan


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor dan
dilakukan 3 kali pengulangan. Faktor yang diamati adalah waktu perebusan (menit) yaitu 60
menit, 70 menit, 80 menit, 90 menit, dan 100 menit, sehingga diperoleh 15 unit percobaan
Tabel 2. Jumlah Unit Percobaan
Ulangan
Waktu
1 2 3
A (60 menit) A1 A2 A3
B (70 menit) B1 B2 B3
C (80 menit) C1 C2 C3
D (90 menit) D1 D2 D3
E (100 menit) E1 E2 E3
(Nilai lama waktu perebusan mengikuti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mahyunis
(2015) menggunaka lama waktu perebusan 60 menit, 70 menit, 80 menit, 90 menit, dan 100
menit)

Tabel 3. Pengacakan Urutan Percobaan


Ulangan
Waktu
1 2 3
A (60 menit) A1(3) A2(10) A3(6)
B (70 menit) B1(4) B2(12) B3(15)
C (80 menit) C1(7) C2(8) C3(1)
D (900 menit) D1(14) D2(2) D3(9)
E (100 menit) E1(5) E2(11) E3(13)

3.4 Tahapan Penelitian


3.4.1 Persiapan Seluruh Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah air untuk proses perebusan
dan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit varietas tenera yang diperoleh dari perkebunan
masyarakat.
3.4.2 Pemisahan Buah Sawit dari Tandan
Tahap pertama melakukan pemisahan buah sawit dari tandannya secara manual
menggunakan parang. Buah sawit yang telah dipisahkan kemudian ditimbang sebanyak 10
kg. Buah sawit yang telah ditimbang selanjutnya masuk ke proses perebusan.
3.4.3 Proses Perebusan Buah Sawit
Buah sawit yang telah terpisah dari tandan dan ditimbang sebanyak 10 kg kemudian
direbus secara manual. Proses perebusan menggunakan panci berbahan aluminium.
Perebusan menggunakan panas dari api kompor gas dengan besar api standar dan seragam
untuk semua perlakuan. Selama proses perebusan berlangsung, jumlah penambahan air
rebusan akan dicatat sebagai keterangan proses, serta dilakukan pengadukan untuk
memaksimalkan panas uap ke seluruh bahan secara merata. Perebusan dilakukan dengan
beberapa variasi waktu, yaitu 60 menit, 70 menit, 80 menit, 90 menit, dan 100 menit.

3.5 Parameter Pengamatan


3.5.1 Viskositas
Pilih cairan transparent termostat sesuai dengan temperatur percontoh yang akan
diukur. Isi cairan ke dalam transparent termostat sampai tanda batas pengisian. Tekan sakelar
utama, hal ini akan menyebabkan lampu penunjuk yang berwarna hijau akan menyala dan
layar digital akan menunjukan temperatur bak, motor pompa akan berjalan dan cairan akan
disirkulasikan untuk mencapai setpoint temperatur bak. Tata cara pengaktifan peralatan
termostat dan pengukuran dilakukan mengikuti petunjuk yang ditentukan sesuai dengan
prosedur alat. Pada umumnya kebanyakan alat akan menghasilkan besaran waktu yang akan
digunakan selanjutnya pada perhitungan viskositas kinematik.
Viskositas kinematik dihitung dengan persamaan (BSN, 2018) :

v=K×t

Keterangan :
v = viskositas kinematik, dinyatakan dalam mm2/s (cSt)
K = konstanta kapiler, dinyatakan dalam mm2/s2 (cSt/s)
t = waktu pengukuran aliran, dinyatakan dalam detik (s)

3.5.2 Kadar Air


Cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit kemudian didinginkan dalam
desikator. Cawan yang sudah kering diambil dengan penjepit, kemudian ditimbang. Sampel
minyak dilelehkan dengan memanaskan sampai suhu 50 °C dan diaduk rata. Sebanyak 5 g
sampel minyak yang sudah dilelehkan ditimbang pada cawan kosong yang sudah kering,
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103 °C selama semalaman (16 jam). Kadar air
dihitung dengan persamaan (BSN, 2006) :
W 1−W 2
%Kadar air= ×100 %
W

Keterangan :
W = Berat sampel (g)
W1 = Berat cawan kosong + berat sampel sebelum dioven (g)
W2 = Berat cawan kosong + berat sampel sesudah dioven (g)

3.5.3 Nilai DOBI


Analisis DOBI dapat dilakukan dengan mengacu pada metode standar dan salah
satunya adalah MPOB Test Method p.2.9. part 2:2004 (MPOB, 2004). Sebanyak 0,1 g CPO
yang telah dicairkan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Ke dalam labu ditambahkan
isooktan atau heksan hingga tanda garis batas. Selanjutnya campuran dimasukkan ke dalam
kuvet dan dibaca absorbansinya pada λ = 269 nm dan λ = 446 nm menggunakan alat
spektrofotometer. Nilai DOBI dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Absorbance λ=446 nm
DOBI =
Absorbance λ=269 nm
Keterangan : λ = absorbansi 446 dan 269 nm (MPOB, 2004)

3.6 Pengamatan Perubahan-Perubahan TBS Saat Proses Pengolahan


Buah sawit hasil rebusan diamati perubahan yang terjadi. Variabel-variabel yang
diamati adalah perubahan warna buah, perubahan warna air rebusan, jumlah minyak yang
terlepas ke air, dan perubahan anatomi daging buah sawit. Hasil pengamatan dianalisis secara
deskriptif dengan mencatat informasi perubahan karakteristik bahan yang diuji.
Perubahan-perubahan dinilai secara visual dengan pendekatan deskriptif mengenai
penampakan yang terlihat saat pengamatan. Indikator warna, perubahan anatomi, dan
keadaaan jumlah minyak akan dipresentasikan dalam narasi visual saat pengamatan serta
dilengkapi dengan gambar saat pengamatan.
Pengamatan perubahan-perubahan dilakukan setelah proses perebusan buah sawit
dalam rentan waktu perlakuan yang diterapkan masing-masing sampel, yaitu 60 menit, 70
menit, 80 menit, 90 menit, dan 100 menit. Pengamatan visual perubahan warna menggunakan
indikator Munsell Colour Chart, sedangkan perubahan lainnya mengunakan pengamatan
visual secara manual berdasarkan berdasarkan perubahan yang terjadi.

3.7 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pengumpulan data dilakukan analisis
data untuk mendapatkan suatu simpulan dari penelitian. Data dianalisis menggunakan metode
Analisys of Variance (ANOVA) dan apabila terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan
dengan uji beda nyata dengan uji DMRT (Ducan Multiple Range Test) dengan taraf 5 %
menggunakan spss 22. Data hasil pengamatan deskriptif yang diamati dideskripsikan sebagai
perubahan karakteristik buah sawit hasil rebusan.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, P. I. S. 2017. Pengaruh Ukuran Berat Tandan, Tingkat Kematangan Buah dan Masa
Rebus Tandan Buah Segar Sawit Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Hasil Rebusan di
PT. Bio Nusantara Teknologi Bengkulu. Doctoral dissertation, Universitas Andalas.
Ardianto. 2020. Studi Daya dan Waktu Proses Sterilisasi Tandan Buah Sawit Menggunakan
Prinsip Gelombang Elektromagnetik (Microwave). Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Andalas, Padang.
BPS. 2020. Direktori Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Fauzi, Y., Yustina E. W., Iman S., Rudi H. P. 2012. Kelapa Sawit, Budidaya, Pemanfaatan
Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Cetakan 1, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Hasibuan, H. A. 2016. Deterioration of Bleachability Index pada Crude Palm Oil : Bahan
Review dan Usulan untuk SNI 01-2901-2006. Jurnal standardisasi 18 (1) : 24 – 33
Izah, S. C. and Ohimain, E. I. 2015. Comparison of Traditional and Semi-mechanized Palm
Oil Processing Approaches in Nigeria; Implications on Biodiesel Production. Journal
of Environmental Treatment Techniques, ISSN: 2309-1185, 2015, Volume 3, Issue 2,
Pages: 82-87.
Junaidah, M. J. 2015. Optimisation of Sterilisation Proces for Oil Palm Fresh Fruit Bunch at
Different Ripense. Internasional Food Research Journal, 22(1) : hal. 275-282.
Juni, S. 2016. Pengaruh Waktu dan Tekanan Uap Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)
Terhadap Kehilangan Minyak (Oil Losses) di PT. Murini Sam–Sam Ii Pelintung
Dumai. Prosiding 1th Celscitech-UMRI 2016, Vol 1-Sep 2016, ISSN: 2541-3023.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Lukito, P. A. dan Sudradjat. 2017. Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit Terhadap
Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan I Berau. Jurnal
Bul. Agrohorti 5 (1) : 37-44.
Mahyunis, ST. MT., Arnold PG. Lbn. Gaol., Hermanto. 2015. Pengaruh Lama Waktu
Perebusan Terhadap Sifat Kuat Tekan dan Regangan Biji Kelapa Sawit Varietas
Tenera di PTPN II PKS Pagar Marbau. Jurnal AGRO ESTATE Vol. VI No.2 Tahun
2015.
MPOB. 2004. Acompendium of Test On Palm Oil Product, Palm Kernel Product, Fatty Acids,
Food Related Products and Others. Malaysia : MPOB.
Permatasari, R. 2011. Kajian Pengaruh Suhu Terhadap Densitas dan Sifat Reologi Minyak
Sawit Kasar (Crude Palm Oil). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Putri, M. M. 2019. Kajian Ekstraksi Crude Palm Oil (CPO) Menggunakan Metode Wet
Rendering Terhadap Perlakuan Suhu dan Lama Pemanasan. Program Studi Teknologi
Industri Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Bengkulu.
Sari, D. K. 2019. Pengurangan Waktu Perebusan untuk Menurunkan Kadar Oil Losses pada
CPO (Crude Palm Oil) dengan Metode PDCA. Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru.
Sitepu, T. 2011. Analisa Kebutuhan Uap pada Sterilizer Pabrik Kelapa Sawit dengan Lama
Perebusan 90 menit. Jurnal Dinamis, 2(8).
Siew, W. L. 2001. Deterioritation Of Bleachability Index (DOBI). INFORM. 12(1) : 183-187.
SNI. 2018. Mutu dan Metode Uji Minyak Sawit Mentah Untuk Bahan Bakar Motor Diesel
Putaran Rendah. SNI 8483:2018. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
SNI. 2006. Standar Nasional Indonesia, Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude Palm Oil). SNI
01-2901-2006. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Supriyanto, G. 2017. Analisa Minyak Hilang Selama Proses Pengolahan CPO Akibat Lama
Perebusan Tandan Buah Segar. Agroteknose (Jurnal Teknologi dan Enjiniring
Pertanian), 3(2).
Swarjelly, R. 2017. Pengaruh Asam Lemak Bebas (ALB) terhadap Standar Mutu Minyak
Kelapa Sawit Mentah (CPO) di PTPN III UNIT PKS Aek Nabara Selatan. Program
Studi Diploma 3 Kimia Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Wenda, Y. H.. 2017. Simulasi Pengoptimalan Waktu Memasak Buah Kelapa Sawit Dengan
Logika Fuzzy. Menara Ilmu, 11(77).
LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan Seluruh Alat dan Bahan

Pemisahan Buah Sawit dari Tandan

Proses Perebusan Buah Sawit

Pengamatan Perubahan-Perubahan TBS Saat Proses Pengolahan

Uji Parameter (Viscositas, kadar air, dan nilai dobi)

Analisis Data

Selesai

Anda mungkin juga menyukai