Download
Download
Download
Oleh:
NIM: 1710313310048
BANJARMASIN
2022
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya. Serta shalawat dan
salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skipsi yang berjudul " Pengaruh Rasio Kinerja
Keuangan Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Studi Pada
Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan 2015-2019 ". Skripsi in disusun
untuk memenuhi suatu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Akuntansi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat.
Pada penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang
memberikan doa, bantuan dan bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. H. Atma Hayat, Drs, Ec, M.Si, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat.
2. Bapak H. Alfian Misran, SE, M.Si, Ak, CA selaku Koordinator Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung
Mangkurat dan sekaligus Dosen Penguji I Skripsi peneliti yang telah
membantu peneliti dalam menentukan data-data yang diperlukan untuk
penelitian.
3 Bapak Dr. Kadir, Drs., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Penasihat Akademik
yang memberikan bimbingan konsultasi akademik kepada peneliti setiap
semesternva
4 Bapak Muhammad Hudaya, SE, MM, Ph.Dselaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk, serta
masukan, sehingga proses peneltian dan penyusunan Skips1 in1 dapat
diselesalkan dengan baik.
5. Bapak Dr. Fahmi Rizani, MM. Ak, CA, CPA selaku Dosen Penguji I Skripsi
peneliti.
6. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung
v
Mangkurat yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi
peneliti selama kegiatan perkuliahan baik secara offline maupun daring
(online).
7. Ibu Rusdiah, SE selaku Kasubag Bagian Keuangan dan Ibu Sukmawati
Junita selaku staff Bagian Keuangan LPP RI Banjarmasin yang telah banyak
membantu peneliti dalam memperoleh data penelitian.
8. Seluruh staff Badan Keuangan Daerah Prov Kalimatan Selatan yang telah
mendukung pemberian data demi kelancaran penyusunan skripsi.
9 Bapak Agus Dyannur dan Ibu Nuriyati selaku kedua orang tua peneliti, serta
kaka-kaka peneliti yaitu Aditya Rahman dan Barqi Nur Addin dan keluarga
besar peneliti yang setia mendoakan, dan memberikan dukungan baik moril
maupun material demi kelancaran dan keberhasilan menyelesaikan studi ini.
10 Regina Nazel Maryam Putri terimaksih telah menjadi pendengar yang baik.
Selalu memberikan semangat, motivasi, menghibur dan mendoakan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11 Seluruh teman-teman Kelas A jurusan S1 Akuntansi Reguler A angkatan
2017 dan teman-teman lainnya.
Pada Setiap hal tentunya terdapat kelebihan dan kekurangan, begitu juga
dengan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, masukan,
kritik, dan saran bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan oleh
peneliti, agar skripsi ini dapat diperbaiki dan disempurnakan dengan baik. Peneliti
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi para
pembaca.
vi
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana kinerja keuangan
mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota
Kalimantan Selatan pada tahun 2015 – 2019. Metodologi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian ini dikategorikan sebagai
penelitian asosiatif karena jenisnya. Populasi untuk penelitian ini diambil dari
13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Alasan untuk ini adalah karena
tingkat IPM Kalsel kurang optimal. Statistik deskriptif, pengujian asumsi
klasik, analisis regresi berganda, dan pengujian hipotesis adalah metode
analisis data yang digunakan. Temuan ini mengungkapkan bahwa antara tahun
2015 dan 2019, rasio derajat desentralisasi berpengaruh terhadap IPM masing-
masing kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Sementara itu, sejak 2015
hingga 2019, rasio ketergantungan keuangan, rasio belanja modal, dan rasio
belanja operasional tidak berdampak signifikan terhadap IPM kabupaten/kota
Kalsel.
vii
ABSTRACT
The aim of the study was to look at how financial performance affected the
Human Development Index (HDI) in South Kalimantan Regencies/Cities in
2015 - 2019. The methodology used in this study is quantitative. This study is
categorized as associative research because of its type. The population for this
study was taken from 13 districts / cities in South Kalimantan. The reason for
this is because the Level of HDI Kalsel is less than optimal. Descriptive
statistics, classical assumption testing, multiple regression analysis, and
hypothesis testing are methods of data analysis used. The findings revealed that
between 2015 and 2019, the ratio of degrees of decentralization had an effect
on the HDI of each district / city in South Kalimantan. Meanwhile, from 2015
to 2019, the ratio of financial dependency, capital expenditure ratio, and
operational expenditure ratio did not have a significant impact on the HDI of
Kalsel regency / city.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
Publik....................................................................................16
x
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .......................................................49
xi
5.2.7. Keterbatasan Penelitian ..........................................................85
6.1. Kesimpulan................................................................................87
LAMPIRAN .......................................................................................................97
xii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya ..............................................................30
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1.1 Rata-rata IPM Indonesia dan Kalimantan Selatan Tahun 2015-2019 ...... 4
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Kinerja keuangan menjadi salah satu tolok ukur kinerja pemerintah dalam
yang baik. Semakin baik daerah dalam mengelola keuangannya maka akan
memberikan dampak yang baik pula bagi tersedianya layanan publik. Layanan
rendah merupakan efek negatif dari rendahnya kapasitas dan kemampuan daerah
Mahmudi (2010) ada tiga pengukuran kinerja yaitu pertama anggaran pendapatan
yakni batas minimal jumlah target pendapatan yang harus diperoleh oleh
1
2
kemandirian daerah. Sedangkan dari sisi belanja ada lima pengukuran, dua
perkembangan belanja dari tahun ketahun dan rasio keserasian belanja yang
yang dihadapi secara serius oleh setiap negara di dunia. Ada yang termasuk
negara maju merupakan negara yang lebih unggul dari pada negara lainnya,
namun ada pula negara yang masih melakukan pengembangan menuju keadaan
yang lebih baik (sering disebut dengan negara berkembang), dan ada juga negara
masing keadaan tersebut dapat dilihat dari kesejahteraan rakyatnya (Negara Maju
daerah telah memberikan pelayanan umum yang baik kepada masyarakat. Dalam
memberikan layanan publik yang baik bagi masyarakat dibutuhkan dana yang
memang ditujukan untuk hal tersebut. Otonomi daerah tidak hanya memberikan
yang dapat digunakan dalam menilai kinerja pemerintah daerah. Penelitian ini
(HDR) (Setiawan, 2021). Dalam pencapaian IPM dapat dilihat dari kualitas hidup
manusia disebuah negara yang diukur melalui tingkat kesehatan, pendidikan, dan
daya belinya. Serta dibangun melalui pendekatan dimensi dasar yang diukur
melalui indeks angka harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks pendapatan.
publik lokal yang dilakukan oleh pemerintah daerah lebih sesuai dengan
merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia di mana di provinsi ini
Sumber: https://www.bps.go.id/
Gambar 1.1
yang terjadi di daerah kabupaten dan kota yang ada di Kalimantan Selatan.
otonomi se-tingkat kabupaten/kota. Ada 2 (dua) daerah yang berstatus kota, yakni
Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Barito Kuala, Banjar,
5
Kotabaru, dan Tanah Laut. Gambar di bawah ini memperlihatkan tingkat IPM
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0 KOTA KOTA HULU HULU HULU
TABALON TANAH TANAH KOTABAR BALANGA BARITO
BANJAR BANJAR TAPIN SUNGAI SUNGAI BANJAR SUNGAI
G BUMBU LAUT U N KUALA
BARU MASIN SELATAN TENGAH UTARA
2019 79,22 77,16 71,78 70,5 70,13 68,8 69,04 68,95 68,8 68,94 68,39 66,24 65,49
2018 78,83 76,83 71,14 70,05 69,53 68,41 68,49 68,32 68,32 68,32 67,88 65,91 65,06
2017 78,32 76,46 70,76 69,12 68,7 67,8 68 67,79 67,78 67,77 67,25 64,93 64,21
2016 77,96 75,94 70,07 68,28 68,05 67,52 67,44 67,1 67,07 66,87 66,25 64,33 63,38
Sumber: https://www.bps.go.id/
Gambar 1.2
Berdasarkan gambar 1.2 dapat dilihat tingkat IPM Kota Banjarbaru pada
tahun 2019 menempati peringkat pertama dengan nila IPM sebesar 79,22
sedangkan di posisi terakhir di tempati oleh kabupaten Hulu Sungai Utara dengan
nilai IPM sebesar 65,49. Jauhnya perbandingan selisih angka antara kota
rangka untuk meningkatkan IPM di kabupaten dan kota agar tidak terjadi
kesejahteraan rakyatnya.
dilakukan oleh (Hendri & Yafiza, 2020) yang mengangkat judul Pengaruh Rasio
dalam penelitian ini terdapat pada sebagian variable independen dan objek
penelitian. Variabel independen pada penelitian yang dilakukan oleh Zul Hendri
Efektivitas Pendapatan Asli Daerah dan Rasio Efektivitas Pajak Daerah, objek
Modal dan Rasio Belanja Operasi dan objek penelitian Kabupaten/Kota Provinsi
belum begitu baik kemandirian keuangan daerah memiliki pengaruh positif dan
yang dijadikan dalam penelitian yaitu Rasio Derajat Desentralisasi fiskal, Rasio
PAD, Rasio Efisiensi PAD, Rasio Keserasian Belanja Langsung. Dari hasil
penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa rasio derajat desentralisasi fiskal dan
dan efisiensi PAD Provinsi Jambi tidak berpengaruh signifikan terhadap IPM di
Provinsi Jambi.
dijadikan dalam penelitian yaitu rasio kemandirian, rasio efisiensi dan rasio
masyarakat melalui kinerja keuangan berupa rasio kemandirian, rasio efisiensi dan
kinerja keuangan daerah yang akan diteliti antara lain rasio derajat desentralisasi,
rasio Ketergantungan keuangan daerah, rasio belanja modal dan rasio belanja
PEMBANGUNAN MANUSIA”
2015-2019?
2015-2019?
2015-2019?
2015-2019?
9
langsung maupun tidak langsung baik secara teoritis dan praktis. Penelitian ini
1. Manfaat Teoritis
Kalimantan Selatan.
10
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi bagi
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang menjadi dasar
Bab ini terdiri atas landasan teori yang digunakan sebagai dasar
pada tinjauan pustaka yang ada. Selain itu, dalam bab ini juga
Bab ini terdiri atas kerangka konseptual atau model penelitian yang
hipotesis.
digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang akan lebih efisien. Pelimpahan ataupun pemberian wewenang tersebut juga
sebagaimana diatur dalam UU No. 22 dan 25 tahun 1999 yang secara serentak
terpentingnya. Hal ini dapat disimpulkan dari berbagai proses yang membentuk
12
13
yang di antaranya terdiri dari elemen tujuan, strategi, program, prosedur, dan
dicapai dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukutan finansial,
tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan
suatu proses untuk menyusun sebuah anggaran dan anggaran (APBD) dapat
dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
dan kebijakan akuntansi lainnya diatur dalam standar auntansi tersebut. Terkait
dengan standar akuntansi ini, pemerintah pada bulan Juni 2005 telah
Akuntansi Pemerintah yang akan menjadi pedoman bagi pemerintah pusat dan
akuntansi adalah agar laporan keuangan bisa lebih mudah dipahami bagi para
pengguna laporan, agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pihak penyaji laporan
Selain itu dengan adanya standar akutansi, maka dapat dilakukan perbandingan
kinerja antar kurun waktu dan dengan pemerintah daerah lainnya. Bagi auditor
pun dengan adanya standar akuntansi akan mempermudah proses audit, karena
pada dasarnya audit adalah memeriksa laporan keuangan yang merupakan asesrsi
misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi.
Kinerja biasa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut
berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada
tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui
karena tidak ada tolak ukurnya (Mahsun, Sulistiyowati, & Purwanugraha, 2013).
Dapat di artikan juga kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang
atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama.
informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan
jasa; kualitas barang dan jasa; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang
digunakan untuk menilai prestasi manajaer dan unit organisasi yang dipimpinnya
melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat
jawaban organisai kepada public dan juga sebagai evaluasi kinerja agar dapat
1. Akan dapat memperbaiki kinerja masa yang akan datang agar lebih baik
bawahan.
informasi kepada public, salah satunya adalah informasi akuntansi yang berupa
dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
evaluasi kinerja bagi pemerintah daerah secara keseluruhan maupun unit- unit
periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi
yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
sebagai semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/ Daerah yang menambah
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi
hakpemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Secara umum
kekayaan bersih yang terjadi akibat transaksi masa lalu. Penerimaan daerah adalah
20
semua jenis penerimaan kas yang masuk ke rekening kas daerah baik yang murni
adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer, dan lain-lain
asli daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menghidupi dirinya
sendiri dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi yang dimiliki, untuk itu
usaha untuk mendapatkan sumber dana yang tepat merupakan suatu keharusan.
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya dalam
pelatihan, dan perjalanan dinas. Dana alokasi umum (DAU) adalah dana
Menurut PP Nomor 55 tahun 2005 tentang dana perimbangan arti Dana Alokasi
Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal sebagaimana
dimaksud merupakan selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiscal dan
keuangan Negara antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, adalah Dana
bagi hasil bersumber dari pendapatan APBN yang di alokasikan kepada daerah
pinjaman daerah. Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari hibah dan dana
darurat. Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara
termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Dana darurat
adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah yang
mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan atau krisis solvabilitas.
22
belanja harus disusun sedemikian rupa sehingga proses belanja dapat dilakukan
sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan
produktivitas dan ekonomi yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing
merupakan dengan penggunaan yang lebih efektif dan efisien merupakan salah
satu unsur penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut
Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja daerah terdiri atas empat jenis yaitu :
1. Belanja Operasi
Dilansir dari buku (Halim & Kusufi, 2018), belanja operasi adalah
belanja gaji, belanja tunjangan, uang makan, uang lembur PNS, dan
sebainya.
daerah untuk pembelian barang atau jasa habis pakai yang digunakan
dalam proses produksi barang atau jasa yang dipasarkan maupun tidak
c. Belanja hibah adalah perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah
dilakukan.
2. Belanja Modal
Dilansir dari buku (Halim & Kusufi, 2018), Belanja modal merupakan
pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal termasuk :
Belanja tanah, Belanja peralatan dan mesin, belanja modal gedung dan
bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, belanja asset tetap
Dilansir dari buku (Halim & Kusufi, 2018), Kelompok belanja lain-lain/tidak
terduga adalah pengeluaran anggaran untu kegiatan yang sifatnya tidak biasa
bencana social dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan
yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga
dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu dapat pula
suatu pemerintah daerah tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat
ataupun yang potensi daerahnya relatif sama untuk dilihat bagaimana posisi rasio
berkepentingan dengan rasio keuangan pada APBD ini yaitu: pihak DPRD, pihak
pemerintah pusat ataupun provinsi, serta masyarkat dan kreditor. Ada beberapa
cara untuk mengukur Kinerja Keuangan Daerah salah satunya yaitu dengan
daerah keseluruhan terdiri dari 17 analisis rasio keuangan daerah. Namun pada
penelitian kali ini yang digunakan hanya 5 (lima) rasio sebagai perwakilan dari
pendapatan yaitu Pendapatan Asli daerah dimana rasio ini dihitung dengan
(Mahmudi, 2010).
analisis rasio dari pendapatan yaitu Pendapatan transfer dimana rasio ini
26
tinggi rasio ini maka semakin besar tingkat ketergantungan pemerintah daerah
belanja yaitu belanja modal, rasio ini dihitung dengan cara membandinka
antara total realisasi belanja modal dengan total belanja daerah. Berdasarkan
rasio ini, pembaca laporan dapat mengetahui porsi belanja daerah yang
pendek dan rutin, pengeluaran belanja modal yang dilakukan saat ini akan
memberikan manfaat jangka menengah dan panjang. Selain itu, belanja modal
juga tidak bersifat rutin. Belanja modal ini akan mempengaruhi neraca
umumnya justru memiliki proporsi tingkat balanja modal yang lebih tinggi
giat melakukan belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka
telah memiliki asset modal yang mencukupi. Pada umumnya proposi belanja
modal terhadap total belanja daerah adalah antara 5-20%. (Mahmudi, 2010).
27
Rasio ini di gunakan sebagai perwakilan analisis rasio dari belanja yaitu
belanja operasi, rasio ini dihitung dengan cara ini merupakan perbandingan
antara total belanja operasi dengan total belanja daerah. Rasio ini
belanja operasi ini sifatnya jangka pendek dan dalam hal tertentu sifatnya
Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan
dimiliki manusia. Lingkungan tersebut harus tersedia hingga wilayah yang paling
sesuai dengan amanah konstitusi yang tercantum dalam Pancasila yaitu “Keadilan
hanya pada level provinsi tetapi juga pada level kabupaten/kota. (BPS, Indeks
sebagai berikut:
1. Dimensi Kesehatan
Keterangan:
2. Dimensi Pendidikan
29
Keterangan:
3. Dimensi Pengeluaran
IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan
dengan Indeks Pembangunan Manusia dan dirangkum pada tabel di bawah ini:
30
Tabel 2.1
masyarakat dan
5. pertumbuhan
keuangan daerah
memiliki pengaruh
dan signifikan
terhadap
kesejahteraan
masyarakat.
3 Judul = Pengaruh Kinerja Y = Indeks Analisis Kesimpulan Berdasarkan
Keuangan Pemerintah Pembanguna Regresi hasil pembahasan diatas
Daerah Terhadap Indeks n Manusia Linier maka kesimpulan dalam
Berganda
Pembangunan Manusia di X1 = Rasio penelitian ini adalah
Provinsi Jambi Derajat sebagai berikut:
Nama Penulis = Eka Desentralisas 1. Kinerja keuangan
Marisca, Harliyani, i Fiskal pemerintah Provinsi
Haryadi X2 = Rasio Jambi selama periode
Tahun Penelitian = 2016 Kemandirian penelitian
Daerah berdasarkan
X3 = Rasio perhitungan rasio
Efektivitas keuangan adalah
PAD sebagai berikut :
X4 = Rasio a. Derajat
Efisiensi desentralisasi
PAD fiskal kriteria
X5 = Rasio Cukup baik
Keserasian b. Ketergantungan
Belanja keuangan daerah
Langsung. kriteria Sangat
Tinggi
c. Kemandirian
daerahkriteria
Sangat kurang.
d. Efektivitas PAD
kriteria Sangat
efektif
e. Efisiensi PAD
kriteria Sangat
efisien f.
Keserasian belanja
langsung kriteria
Cukup serasi
Rasio derajat
33
sekedar pengadaan.
6 Judul : Pengaruh Kinerja Y = Indeks Analisis 1. Berdasarkan Uji
Keuangan Pemerintah Pembanguna Regresi Kelayakan Model
Daerah Terhadap n Manusia Linier pada Derajat
Berganda
Kesejahteraan Masyarakat X1 = Rasio Desentralisasi, Rasio
Pada Kabupaten/Kota Di Derajat Kemandirian
Provinsi Jawa Timur. Desentralisas Keuangan Daerah,
Nama Penulis : i Fiskal dan Rasio Efektivitas
Mahardika Evlyn, X2 = Rasio PAD terhadap Indeks
Yuliastuti Rahayu Kemandirian Pembangunan
Tahun Penelitian : 2018 Keuangan Manusia,
Daerah menunjukkan bahwa
X3 = Rasio model tersebut layak
Efektivitas digunakan dalam
Pendapatan penelitian.
Asli Daerah 2. Derajat Desentralisasi
(PAD) berpengaruh positif
terhadap Indeks
Pembangunan
Manusia.
3. Rasio Kemandirian
Keuangan Daerah
berpengaruh negatif
terhadap Indeks
Pembangunan
Manusia.
4. Rasio Efektivitas
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) tidak
berpengaruh terhadap
Indeks Pembangunan
Manusia.
7 Judul : Pengaruh Dana Y = Indeks Analisis Sesuai dengan hasil
Perimbangan Dan Pembanguna Regresi pembahasan menunjukan
Kemandirian Keuangan n Manusia Linier bahwa pengaruh dana
Berganda
Daerah Terhadap X1 = Dana perimbangan dan
Kesejahteraan Masyarakat Perimbangan kemandirian ditunjukkan
Pada Kabupaten Dan Kota X2 = memiliki konsistensi
Di Jawa Barat Tahun Kemandirian pada tahun riset sejak
2011-2014 Keuangan diberlakukannya otonomi
Nama Penulis : Nugraha Daerah daerah, sampai dengan
dan Tia Amelia sekarang. Konsistensi
36
khususnya di daerah
perkotaan.
8 Judul = Rasio Y = Indeks Analisis 1. RKKD berpengaruh
Kemandirian Keuangan Pembanguna Regresi dengan IPM
Daerah dan Pertumbuhan n Manusia Linier kabupaten/kota
Berganda
Ekonomi terhadap Indeks X1 = Rasio Provinsi Banten 2013
Pembangunan Kemadirian sampai 2017.
Manusia di Provinsi Keuangan 2. Pertumbuhan ekonomi
Banten Daerah. tidak berpengaruh
Nama Penulis = Wahyu X2 = kepada IPM
Mauludin. Pertumbuhan kabupaten/kota
Tahun Penelitian = 2020 Ekonomi Provinsi Banten 2013
sampai 2017.
3. RKKD serta
pertumbuhan ekonomi
berpengaruh
signifikan dengan
IPM kabupaten/kota
di Provinsi Banten
tahun 2013 sampai
2017.
9 Judul = Kinerja Y = Indeks Analisis 1. Berdasarkan hasil uji
Keuangan Daerah Dan Pembanguna Regresi statistik diketahui
Indeks Pembangunan n Manusia Linier bahwa derajat
Berganda
Manusia: Z = Produk desentralisasi
Mediasi Pertumbuhan Domestik berpengaruh secara
Ekonomi. Regional signifikan terhadap
Nama Penulis : Muhsin Bruto pertumbuhan
N. Bailusy (PDRB) ekonomi. Hal ini
Tahun Penelitian : 2019 X1 = Rasio menunjukan bahwa
Derajat semakin tinggi kinerja
Desentralisas keuangan pemerintah
i Fiskal daerah yang diukur
X2 = Rasio dengan derajat
Kemandirian desentralisasi fiscal
Daerah. maka semakin tinggi
pula pertumbuhan
ekonomi.
2. Rasio kemandirian
keuangan daerah tidak
berpengaruh terhadap
pertumbuhan
38
ekonomi
3. Pertumbuhan
ekonomi berpengaruh
signifikan terhadap
Indeks Pembangunan
Manusia
4. Pertumbuhan
Ekonomi mampu
memediasi pengaruh
antara Rasio Derajat
Desentralisasi dengan
Indeks Pembangunan
Manusia.
5. Pertumbuhan
Ekonomi tidak
mampu memediasi
pengaruh antara Rasio
Kemandirian
10 Judul : Strategi Alokasi Y = Indeks Analisis Porsi APBD
Belanja Pemerintah Pembanguna Regresi kabupaten dan kota
Daerah n Manusia Linier secara agregat
Berganda menunjukkan masih
DalamMeningkatkan IPM X1 = Belanja
besarnya ketergantungan
Di Provinsi Jambi sektor pemerintah daerah
Nama Penulis : ekonomi. terhadap pemerintah
Fransisco, Muhammad X2 = Belanja pusat. Tren APBD 2010
Firdaus, Sri Mulatsih sektor hingga 2015 anggaran
Tahun Penelitian : 2016 Perumahan pendapatan yang
dan diperoleh dari pendatan
asli mengalami
Fasilitas
pertumbuhan yang lebih
Umum. tinggi daripada dana
X3 = Belanja perimbangan. Anggaran
Kesehatan belanja juga mengalami
X4 = Belanja kenaikan dan didominasi
Pendidikan oleh belanja pegawai.
Rasio belanja pegawai
terhadap total belanja
masih tinggi hamper
mencapai 49.18 persen
sedangkan belanja modal
terhadap total belanja
26.21 persen
Belanja pemerintah
kabupaten dan kota yang
39
berpengaruh terhadap
IPM adalah alokasi
belanja disektor ekonomi
tahun sebelumnya dan
belanja disektor
pendidikan. Adapun
alokasi belanja disektor
perumahan dan sarana
fasilitas umum
berpengaruh negatif
terhadap peningkatan
IPM.
Penyusunan strategi
alokasi belanja dalam
meningkatkan IPM
diprioritaskan pada
sector kesehatan. Dari
alokasi belanja dibidang
kesehatan dan ekonomi
perlunya alokasi belanja
disektor sarana dan
prasarana pendukung,
sedangkan disektor
pendidikan perlunya
alokasi dalam
kompetensi dan
pelayanan.
11 Judul Pengaruh Y = Indeks Analisis 1. Berdasarkan hasil
Pendapatan Asli Daerah Pembanguna Regresi analisis regresi data
(Pad) Dan Belanja Modal n Manusia Linier panel, variabel
Berganda Pendapatan Asli
Terhadap Indeks X1 =
Daerah (PAD) dan
Pembangunan Manusia Pendapatan Belanja Modal secara
(Ipm) Asli Daerah simultan dan
Nama Peneliti : Edi X2 = Belanja signifikan
Yanto, Ridwan Modal berpengaruh terhadap
&Vitayanti Fattah variabel Indeks
Tahun Penelitian : 2018 Pembangunan
Manusia (IPM).
Realisasi Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
dan Belanja Modal
melalui APBD T.A
2012-2015 secara
bersama-sama atau
serempak berpengaruh
terhadap Indeks
Pembangunan
40
Kabupaten/Kota di
Sulawesi Tengah
periode T.A 2013-
2016 namun tidak
secara signifikan.
Sumber: Data diolah Oleh Peneliti (2021)
BAB III
kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD
masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan
antara total realisasi belanja modal dengan total belanja daerah. Berdasarkan rasio
ini, pembaca laporan dapat mengetahui porsi belanja daerah yang dialokasikan
untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada tahun anggaran bersangkutan.
Berbeda dengan belanja operasi yang bersifat jangka pendek dan rutin,
41
42
pengeluaran belanja modal yang dilakukan saat ini akan memberikan manfaat
dalam satu tahun anggaran, sehingga belanja operasi ini sifatnya jangka pendek
dan dalam hal tertentu sifatnya rutin atau berulang (recurrent). Pada umumnya
proposi belanja operasi mendominasi total belanja daerah, yaitu antara 60-90
porsi belanja operasi yang lebih tinggi dibandingkan pemerintah darah yang
kesimpulan dan saran. Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini
Gambar 3.1
Kerangka Konseptual
Pengujian Hipotesis
Kesimpulan
PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi Kontribusi PAD maka
daerah.
daerah dalam mendukung otonomi daerah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Marisca, dkk (2016) memperoleh hasil bahwa rasio derajat desentralisasi fiskal
pembangunan manusia.
keuangan yang baik (Mahmudi, 2010). Kondisi keuangan yang baik dari
kesejahteraan rakyatnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendri & Yafiza
pembangunan manusia
Manusia (IPM)
asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
peralatan dan mesin, 3) Belanja modal gedung dan bangunan, 4) Belanja modal
analisis standar belanja, standar harga, tolak ukur kinerja dan standar pelayanan
daya manusia dan menjadikan kualitas hidup yang lebih sejahtera. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rochman (2020) memperoleh hasil bahwa rasio belanja
manusia.
Manusia (IPM)
atau pelayanan publik”. Kelompok belanja ini meliputi jenis belanja: belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, belanja hibah, belanja bantu social. Rasio
belanja operasi dengan total belanja daerah. Belanja operasi merupakan belanja
yang manfaatnya habis dikonsumsi dalam satu tahun anggaran, sehingga belanja
operasi ini sifatnya jangka pendek dan dalam hal tertentu sifatnya rutin atau
berulang (recurrent).
penelitian yang dilakukan oleh Pradana (2015) memperoleh hasil bahwa rasio
manusia.
Gambar 3.2
Model Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
atau lebih, sehingga dengan penelitian ini akan dapat dibangun suatu teori yang
16).
Provinsi Kalimantan Selatan dimana data terkait diperoleh dari (1) Badan
49
50
pada tahun 2015-2019 dan (2) Badan Pusat Statistik sebagai instansi yang
sebagai subjek penelitian. Unit analisis diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan
dengan fokus atau komponen yang diteliti. Unit analisis data dalam penelitian ini
adalah Laporan Keuangan tahun 2015-2019 yang diperoleh dari Badan Pengelola
Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten dan Kota Provinsi Kalimantan Selatan.
kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Ikhsan, et al., 2018,
Pada penelitian kali ini populasi yang digunakan adalah 13 Kabupaten/Kota yang
pembangunan manusia untuk dapat hidup secara lebih berkualitas, baik dari aspek
kesehatan, pendidikan, maupun aspek ekonomi. Dalam penelitian ini satuan data
51
IPM adalah dalam persen. Semakin tinggi angka Indeks Pembangunan Manusia,
maka kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup akan semakin baik.
roda pemerintahan.
jumlah Pendapatan Asli Daerah dengan total penerimaan daerah. Rasio ini
daerah memiliki keuangan yang baik. Kondisi keuangan yang baik dari
Manusia.
daerah dengan total penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio ini maka
Pendapatan Transfer
Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah = x 100%
Total Pendapatan Daerah
Belanja modal merupakan bagian dari belanja daerah yang dikeluarkan untuk
perolehan aset tetap atau aset lainnya yang dapat berupa pembangunan jalan,
modal dengan total belanja daerah. Berdasarkan rasio ini, pembaca laporan
Pada umumnya proposi belanja modal terhadap total belanja daerah adalah
antara 5-20 persen (Mahmudi, 2010). Rasio belanja modal ini dirumuskan
sebagai berikut :
operasi dengan total belanja daerah. Pada umumnya proposi belanja operasi
didominasi total belanja daerah, yaitu antara 60-90 persen (Mahmudi, 2010).
berikut :
sumber-sumber yang tersedia yaitu data sekunder yang diperoleh dari Laporan
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan juga Indeks
tersebut diperoleh melalui situs instansi-instansi terkait dan juga hasil studi perpustakaan
pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov Kalsel dan Badan Pusat
Statistik (BPS).
observasi, studi pustaka dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
yaitu:
yang berlaku umum. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, sehingga
memenuhi asumsi Best, Linier, and Unbiased Estimator atau sering dikenal
55
dengan istilah BLUE tersebut, dilakukan uji asumsi klasik (Iqbal & F., 2020, p.
66). Penelitian ini menggunakan data time-series dari laporan tahunan selama 7
tahun yaitu pada periode 2013-2019, sehingga uji asumsi klasik yang digunakan
terdiri dari:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data merupakan uji distribusi data yang akan dianalisis, apakah
Apabila distribusi nilai residual tidak normal maka uji statistik dikatakan tidak
valid untuk sampel kecil. Menurut Bahri (Bahri, 2018, p. 165) pendekatan yang
dapat dipakai dalam uji normalitas adalah dengan melihat tingkat signifikansi
a. Jika tingkat signifikansi atau tingkat probabilitas < 0,05, maka distribusi
b. Jika tingkat signifikansi atau tingkat probabilitas > 0,05, maka distribusi
dikatakan normal.
2. Uji Multikolinearitas
antar variabel independen. Model regresi yang baik cenderung tidak terjadi
tolerance dan juga lawannya yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Kedua
oleh variabel independen lain. Metode ini memiliki kriteria sebagai berikut
b. Jika tingkat tolerance ≥ 0,10 atau VIF ≤ 10 maka menunjukkan tidak ada
3. Uji Heterokedastisitas
dapat digunakan untuk uji heteroskedastisitas adalah metode uji glejser. Uji
sebagai berikut:
4. Uji Autokorelasi
waktu atau tempat (Bahri, 2018, p. 174). Jika dalam model regresi linier
57
autokorelasi. Metode yang dapat digunakan dalam uji ini adalah metode uji
berikut:
Tabel 4.1
Nilai DW Interpretasi
4 – dl < DW < 4 Ada autokorelasi (negatif)
4 – du < DW < 4 – dl Tidak dapat disimpulkan
2 < DW < 4 – du Tidak ada autokorelasi
du < DW < 4 – du Tidak ada autokorelasi
dl < DW < du Tidak dapat disimpulkan
0 < DW < dl Ada autokorelasi (positif)
Sumber: Bahri (2018)
variabel atau lebih dan mengetahui arah hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen (Iqbal & F., 2020, p. 106). Alat analisis yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh Rasio derajat
Belanja Operasi terhadap Indeks Pembangunan Manusia Persamaan dasar regresi adalah :
Keterangan:
ε = Standar Error
Menurut Bahri (2018, p. 192) nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol)
dependen.
2. Uji Statistik T
Alat uji untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji
BAB V
19’ 13’’ – 116 33’ 28’’ Bujur Timur dan 1 21’ 49’’ – 4 10’ 14’’ Lintang
dengan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa, dan sebelah utara
38.744,23 km2 atau 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan dan 1,96 persen
rata-rata +17 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 1 21’ 49’’ – 4
10’ 14’’ Lintang Selatan, serta 114 19’ 13’’ – 116 33’ 28’’ Bujur Timur. Luas
podsolid, yaitu sebesar 37,13 persen. Sebanyak 74,82 persen wilayah terletak
bermuara ke Laut Jawa dan Selat Makasar. Salah satunya adalah Sungai
(29,56 persen). Sekitar 17,19 persen lahan digunakan untuk lahan perkebunan
serta kebun campuran dan 10,44 persen untuk persawahan. Penggunaan lahan
untuk pemukiman hanya sekitar 2,33 persen dan untuk pertambangan sekitar
1,55 persen.
Selatan terdiri atas 11 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Tanah Laut,
Kotabaru, Banjar, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai
Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Bumbu, dan Balangan serta
perolehan kursi masih didominasi oleh Partai Golkar (12 kursi), diikuti oleh
Penduduk 2020 sebanyak 4.073.584 jiwa yang terdiri atas 2.062.383 jiwa
itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2020 penduduk laki-laki
Transmigrasi Provinsi Kalimantan Selatan pada Tahun 2020 sebesar 7.544 pekerja.
mengenai variabel yang di teliti. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini
Daerah (X2), Rasio Belanja Modal (X3), Rasio Belanja Operasi(X4), dan
Gambar 5.1.
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1 65 .05 .57 .1355 .11611
X2 65 .05 1.32 .1964 .26587
X3 65 .17 .44 .2754 .06167
X4 65 .56 .83 .7243 .06164
Y 65 62.49 79.22 69.1349 3.87513
Valid N
(listwise) 65
Tabel 5.2.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Total Pendapatan Daerah. Pada tahun
2015 nilai rata-rata Rasio Desentralisasi Fiskal sebesar 0,13 dengan 0,16 nilai
maksimum yang dimiliki oleh Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru dan nilai
minimum sebesar 0,05 yang diantaranya dimiliki oleh Kab Tapin dan Kab
64
Balangan. Pada tahun 2016 nilai rata-rata Rasio Desentralisasi Fiskal sebesar 0,12
dengan 0,16 nilai maksimum yang dimiliki oleh Kota Banjarmasin dan Kota
Banjarbaru dan nilai minimum sebesar 0,05 yang diantaranya dimiliki oleh Kab
Tapin dan Kab Balangan. Pada tahun 2017 nilai rata-rata Rasio
Desentralisasi Fiskal sebesar 0,15 dengan 0,23 nilai maksimum yang dimiliki oleh
Kota Banajrbaru dan nilai minimum sebesar 0,08 yang diantaranya dimiliki oleh
Kab Barito Kuala dan Kab Balangan. Pada tahun 2018 nilai rata-rata Rasio
Desentralisasi Fiskal sebesar 0,14 dengan 0,21 nilai maksimum yang dimiliki
oleh Kota Banjarbaru dan nilai minimum sebesar 0,05 yang diantaranya dimiliki
oleh Kab Balangan. Pada tahun 2019 nilai rata-rata Rasio Desentralisasi Fiskal
sebesar 0,14 dengan 0,23 nilai maksimum yang dimiliki oleh Kota Banjarbaru
dan nilai minimum sebesar 0,05 yang diantaranya dimiliki oleh Kab Balangan.
Tabel 5.3.
65
Pada tahun 2015 nilai rata-rata Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah sebesar
0,88 dengan 0,94 nilai maksimum yang dimiliki oleh Kab Barito Kuala dan nilai
minimum sebesar 0,78 yang diantaranya dimiliki oleh Kab Tanah Laut. Pada
tahun 2016 nilai rata-rata Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah sebesar 0,89
sebesar 0,83 yang diantaranya dimiliki oleh Kota Banjarmasin. Pada tahun 2017
nilai rata-rata Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah sebesar 0,85 dengan 0,94
66
nilai maksimum yang dimiliki oleh Kab Hulu Sungai Tengah dan nilai minimum
sebesar 0,67 yang diantaranya dimiliki oleh Kab Tanah Laut. Pada tahun 2018
nilai rata-rata Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah sebesar 0,86 dengan 0,94
nilai maksimum yang dimiliki oleh Kab Balangan dan nilai minimum sebesar 0,76
yang diantaranya dimiliki oleh Kab Tanah Laut. Pada tahun 2019 nilai rata-rata
maksimum yang dimiliki oleh Kab Balangan dan nilai minimum sebesar 0,74
Tabel 5.4.
dengan Total Belanja Daerah. Pada tahun 2015 nilai rata-rata Rasio Belanja
Operasi sebesar 0,68 dengan 0,78 nilai maksimum yang dimiliki oleh Kab Banjar
dan nilai minimum sebesar 0,56 yang diantaranya dimiliki oleh Kota Banjarbaru.
Pada tahun 2016 nilai rata-rata Rasio Belanja Operasi sebesar 0,68 dengan 0,79
nilai maksimum yang dimiliki oleh Kab Banjar dan nilai minimum sebesar 0,58
yang diantaranya dimiliki oleh Kab Banjarbaru. Pada tahun 2017 nilai rata- Rasio
Belanja Operasi sebesar 0,75 dengan 0,83 nilai maksimum yang dimiliki oleh
Kab Banjar dan nilai minimum sebesar 0,65 yang diantaranya dimiliki oleh Kab
Tanah Laut. Pada tahun 2018 nilai rata-rata Rasio Belanja Modal sebesar 0,77
dengan 0,81 nilai maksimum yang dimiliki oleh Kab Kota Baru dan nilai
minimum sebesar 0,72 yang diantaranya dimiliki oleh Kab Barito Kuala. Pada
tahun 2019 nilai rata-rata Rasio Belanja Modal sebesar 0,74 dengan 0,79 nilai
maksimum yang dimiliki oleh Kab Banjar dan nilai minimum sebesar 0,68 yang
Tabel 5.5.
Rasio Belanja Modal
Rasio Belanja Modal diukur dengan cara membandingkan Belanja Modal dengan
Total Belanja Daerah. Pada tahun 2015 nilai rata-rata Rasio Belanja Modal
sebesar 0,32 dengan 0,44 nilai maksimum yang dimiliki oleh Kota Banjarbaru
dan nilai minimum sebesar 0,21 yang diantaranya dimiliki oleh Kab Banjar. Pada
tahun 2016 nilai rata-rata Rasio Belanja Modal Daerah sebesar 0,32 dengan 0,42
nilai maksimum yang dimiliki oleh Kota Banjarmasin dan nilai minimum sebesar
0,21 yang diantaranya dimiliki oleh Kab Banjar. Pada tahun 2017 nilai rata-rata
Rasio Belanja Modal sebesar 0,25 dengan 0,35 nilai maksimum yang dimiliki
oleh Kab Tanah Laut dan nilai minimum sebesar 0,17 yang diantaranya dimiliki
oleh Kab Banjarmasin dan Kab Banjar. Pada tahun 2018 nilai rata-rata Rasio
Belanja Modal sebesar 0,23 dengan 0,28 nilai maksimum yang dimiliki oleh Kab
Barito Kuala dan nilai minimum sebesar 0,19 yang diantaranya dimiliki oleh Kab
69
Tanah Bumbu dan Kab Kota Baru. Pada tahun 2019 nilai rata-rata Rasio Belanja
Modal sebesar 0,26 dengan 0,32 nilai maksimum yang dimiliki oleh Kab Tanah
Bumbu dan nilai minimum sebesar 0,21 yang diantaranya dimiliki oleh Kab
1. Uji Normalitas
variabel residual mempunyai distribusi yang normal. Model regresi yang baik
Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan dua cara, dengan analisis
grafik dengan grafik normal plot dan melalui analisis statistik dengan metode
KolmogrovSmirnov (K-S) dengan ketentuan jika nilai signifikan (a) uji K-S ≥
5% (0,05) maka dapat disimpulkan nilai residual menyebar normal dan regresi
70
dinyatakan telah memenuhi asumsi uji normalitas. Hasil uji normalitas dengan
menggunakan analisis grafik normal plot dapat dilihat gambar berikut ini:
Gambar 5.6.
Uji Normalitas – Grafik
itu, dalam penelitian ini juga dilakukan uji normalitas lainnya dengan
signifikansi berada di atas 0,05 atau 5%. Berikut ini adalah hasil uji normalitas
Tabel 5.7.
71
sebesar 0,200 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal.
2. Uji Multikolinearitas
Tabel 5.8.
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std. VIF
B Beta Tolerance
Error
72
(X2) = 0.605 ≥ 0.10, Rasio Belanja Modal (X3) = 0.998 ≥ 0.10, Rasio Belanja
1.659 ≤ 10, Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah (X2) = 1.653 ≤ 10, Rasio
Belanja Modal (X3) = 1.002 ≤ 10, Rasio Belanja Operasi (X4) = 1.014 ≤ 10.
3. Uji Heteroskedastisitas
lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
Model regresi yang baik adalah yang homokedatisitas atau tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas adalah melalui Uji Glejser. Hasil Uji Glejser pada
Tabel 5.9.
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 5.937 4.520 1.313 .194
X1 1.261 4.810 .042 .262 .794 .603 1.659
1 X2 2.358 3.534 .106 .667 .507 .605 1.653
LNX3 -1.061 .735 -.179 -1.445 .154 .998 1.002
X4 -3.833 2.594 -.184 -1.478 .145 .986 1.014
a. Dependent Variable: ABS_RES2
Sumber: data sekunder yang diolah, 2021
Modal sebesar 0,154 dan Rasio Belanja Operasi sebesar 0,145. hasil tersebut
dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang
atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi adanya
4. Uji Autokorelasi
Tabel 5.10.
Durbin-Watson Statistik
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 .825 .680 .659 2.34407 1.978
a. Predictors: (Constant), X4, LNX3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Pada tabel durbin-watson didapat nilai batas atas (du) 1,7311 dan nilai
batas bawah (dl) 1,4709. oleh karena nilai DW terletak antara batas atas (du)
dan (4-du) atau 1,7311 < 1,978 < 2,2689 maka model regresi tidak ada
autokorelasi.
Tabel 5.11.
Analisis Regresi Linier Berganda
75
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std. VIF
B Beta Tolerance
Error
1 (Constant) 65.376 8.111 8.060 .000
X1 77.680 8.633 .846 8.998 .000 .603 1.659
X2 1.841 6.341 .027 .290 .773 .605 1.653
LNX3 -.551 1.318 -.031 -.418 .677 .998 1.002
X4 -5.890 4.655 -.093 -1.265 .211 .986 1.014
a. Dependent Variable: Y
Keterangan :
rasio belanja modal, rasio belanja operasi diasumsikan nilainya konstan atau
65.376.
didapat nilai koefisien 77,680 positif. Hal ini berarti jika rasio derajat
berganda didapat nilai koefisien 1,841 Positif. Hal ini berarti jika rasio
4. Rasio belanja modal (X3) dari perhitungan regresi linier berganda didapat nilai
koefisien 0,551 negatif. Hal ini berarti jika rasio belanja modal semakin
5. Rasio belanja operasi (X4) dari perhitungan regresi linier berganda didapat
nilai koefisien 5,890 negatif. Hal ini berarti jika rasio belanja operasi semakin
Tabel 5.12.
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 .825 .680 .659 2.34407 1.978
a. Predictors: (Constant), X4, LNX3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
77
Square sebesar 0,659 yang berarti bahwa 65,9% variasi Indeks Pembangunan
rasio belanja modal, rasio belanja operasi. Sedangkan sisanya 100% - 65,9% =
2. Uji Statistik t
dalam penelitian ini terbukti (signifikan) atau tidak. Untuk uji hipotesis dalam
penelitian ini secara parsial digunakan uji t-test dengan (tingkat kesalahan
penelitian = 0,05).
Tabel 5.13.
Uji Statistik t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) 65.376 8.111 8.060 .000
X1 77.680 8.633 .846 8.998 .000 .603 1.659
1 X2 1.841 6.341 .027 .290 .773 .605 1.653
LNX3 -.551 1.318 -.031 -.418 .677 .998 1.002
X4 -5.890 4.655 -.093 -1.265 .211 .986 1.014
a. Dependent Variable: Y
78
pembangunan manusia
0,05 sehingga tidak signifikan. Sedangkan angka t hitung = 0,290 < t tabel
79
2015-2019.
manusia (H3)
manusia
manusia (H4)
manusia
80
Pembangunan Manusia (Y) sebesar 0.211 > = 0,05 sehingga tidak signifikan.
0,05 uji dua pihak). Dengan demikian maka H4 ditolak yang berarti bahwa Rasio
5.2.5. Pembahasan
Sedangkan angka t hitung = 8,998 > t tabel 2.0030. Dengan demikian maka H1
PAD yang dimiliki Provinsi juga semakin tinggi. Dengan PAD yang tinggi
semakin baik bagi masyarakat. Layanan publik yang baik dapat meningkatkan
pembangunan manusia
terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Y) sebesar 0,773 > = 0,05 sehingga
tidak signifikan. Sedangkan angka t hitung = 0,290 < t tabel 2.0030 Dengan
layanan publik dapat terpenuhi dengan baik dan dapat meningkatkan Indeks
saat ini terutama Pendaptan Asli Daerah mengakibatkan layanan publik belum
Hendri & Yafiza (2020) memperoleh hasil bahwa rasio ketergantungan daerah
pengaruh rasio belanja modal (X3) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Y)
sebesar 0,677 > = 0,05 sehingga tidak signifikan. Sedangkan angka t hitung
= 0,418 < t tabel 2,0030. Dengan demikian maka H4 ditolak yang berarti
83
untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari
tanah, 2) Belanja modal peralatan dan mesin, 3) Belanja modal gedung dan
bangunan, 4) Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, 5) Belanja modal fisik
lainnya.
nominal yang rendah. Hal ini tidak sebanding dengan biaya yang harus
dipenuhi dalam pos belanja. Dengan demikian walaupun PAD yang dapat
84
Pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang di
terpenuhi maka akan menurunkan IPM sebagai gambaran dari baik atau
(Y) sebesar 0,211 > = 0,05 sehingga tidak signifikan. Sedangkan angka t
hitung = -1,265 < t tabel 2.0030 . Dengan demikian maka H4 ditolak yang
aktivitas atau pelayanan publik”. Kelompok belanja ini meliputi jenis belanja:
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja hibah, belanja bantu social.
total belanja operasi dengan total belanja daerah. Belanja operasi merupakan
sehingga belanja operasi ini sifatnya jangka pendek dan dalam hal tertentu
desentralisasi fiskal.
1. Implikasi teoritis
manusia. Selain itu dapat menjadi bahan referensi tambahan bagi pihak-pihak
pembangunan manusia.
2. Implikasi praktis
pemerintah dan sebagai acuan agar dapat meningkatkan kualitas kinerja dalam
Kalimantan Selatan.
secara rinci akan indikator- indikator utama dari IPM, yaitu indikator
dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup
BAB VI
6.1. Kesimpulan
Indeks Pembangunan Manusia (Y) sebesar 0,000 < = 0,05 dan angka t
hitung = 7,425 > t tabel 1,995. Hal ini berarti bahwa rasio derajat
88
(X2) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Y) sebesar 0,773 > = 0,05
3. Angka signifikansi dari pengaruh rasio belanja modal (X3) terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (Y) sebesar 0,574 > = 0,05 dan angka t hitung =
0,566 < t tabel 1,995. Hal ini berarti bahwa rasio belanja modal tidak
Indeks Pembangunan Manusia (Y) sebesar 0,130 > = 0,05 dan angka t
hitung = 1,536 < t tabel 1,995. Hal ini berarti bahwa rasio belanja operasi
6.2. Saran
banyak aspek-aspek variable lainnya yang bisa dikaji lebih lanjut dalam
Kalimantan Selatan
selatan.
90
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Y., Zulkarnain, M., Maifizar, A., Tinggi, S., & Manajemen, I. (2019).
167.
91
https://accounting.binus.ac.id/2015/09/22/unsur-unsur-dalam-laporan-
keuangan-pemerintah
https://ipm.bps.go.id/assets/files/ipm_2013.pdf
https://ipm.bps.go.id/page/ipm
from djkn.kemenkeu:
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12554/Meningkatkan-
Kualitas-Belanja-Pemerintah.html
Halim, A., & Kusufi, M. S. (2018). Akuntansi Keuangan Daerah (4 ed.). Jakarta
https://online-journal.unja.ac.id/JES/article/view/3514
92
Hendri, Z., & Yafiza, M. (2020). Pengaruh Rasio Keuangan Pemerintah Daerah
4(1), 56–66.
Herlan Suherlan. (2013). Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah
Hidarini, R. A., Dwi, A., & Bawono, B. (2018). Peran Belanja Pendidikan dan
Ikhsan, A., Aziza, N., Hayat, A., Lesmana, S., Albra, W., Khadafi, M., et al.
Medan: MADENATERA.
1945.http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UUD1945.pdf
Iqbal, A., & F., W. M. (2020). Analisis Data Penelitian Bisnis. Kediri: Muara
Books.
http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/AKUNTABEL/article/view/7336
https://www.slideshare.net/chesarra/kajian-teoritis-pengeluaran-
pemerintah-melalui-belanja-publik
Retrieved from
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12954/Kepala-Daerah-
Mau-Daerah-Maju.html:
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12954/Kepala-Daerah-
Mau-Daerah-Maju.html
https://pengajar.co.id/desentralisasi-adalah/
https://www.idntimes.com/news/indonesia/rehia-indrayanti-br-
sebayang/undp-indeks-pembangunan-manusia-indonesia-tinggi-di/2
pembangunan-manusia/
Solihin, & Rian. (2009). Peranan Anggaran Pengeluaran Kas Sebagai Alat Bantu
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/7003
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1759/sdgs
_1/2
Susen Pake, S. D., Kawung, G. M., & Antonius Y. Luntungan. (2018). Pengaruh
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/view/20877.
http://bappeda.babelprov.go.id/content/sinkronisasi-perencanaan-dan-
penganggaran-pembangunan-daerah
LAMPIRAN
Obejek Tahun X1 X2 X3 X4 Y
Kota Banjarmasin 0,16 0,83 0,24 0,76 75.41
Kota Banjarbaru 0,16 0,84 0,44 0,56 77.56
2015
Kab. Banjar 0,11 0,88 0,21 0,78 66.39
Kab. Barito Kuala 0,06 0,94 0,38 0,62 63.53
96
Obejek Tahun X1 X2 X3 X4 Y
Kota Banjarmasin 0,16 0,83 0,24 0,76 75.94
Kota Banjarbaru 0,16 0,84 0,42 0,58 77.96
Kab. Banjar 0,11 0,89 0,21 0,79 66.87
Kab. Barito Kuala 0,05 0,95 0,37 0,63 64.33
Kab. Tapin 0,05 0,94 0,33 0,67 68.05
Kab Hulu Sungai 0,08 0,91 0,32 0,68 67.52
Selatan
Kab Hulu Sungai 0,08 0,79 0,31 0,69 67.07
2016
Tengah
Kab. Hulu Sungai 0,08 0,92 0,34 0,66 63.38
Utara
Kab. Balangan 0,05 0,95 0,36 0,64 66.25
Kab. Tabalong 0,09 0,91 0,36 0,64 70.07
Kab Tanah Laut 0,10 0,79 0,38 0,62 67.44
Kab. Tanah Bumbu 0,08 0,89 0,23 0,77 68.28
Kab. Kota Baru 0,10 0,90 0,27 0,73 67.10
Obejek Tahun X1 X2 X3 X4 Y
Kota Banjarmasin 0,22 0,78 0,17 0,83 76.46
Kota Banjarbaru 0,23 0,77 0,31 0,69 78.32
Kab. Banjar 0,11 0,85 0,17 0,83 67.77
Kab. Barito Kuala 0,08 0,88 0,23 0,77 64.93
0,09 0,91 0,22 0,78 68.70
Kab Hulu Sungai Selatan 0,12 0,87 0,23 0,77 67.80
2017
Kab Hulu Sungai Tengah 0,11 0,95 0,33 0,67 67.78
Kab. Hulu Sungai Utara 0,12 0,87 0,21 0,79 64.21
Kab. Balangan 0,08 0,91 0,31 0,69 67.25
Kab. Tabalong 0,14 0,86 0,32 0,68 70.76
Kab Tanah Laut 0,14 0,67 0,35 0,65 68.00
Kab. Tanah Bumbu 0,11 0,88 0,19 0,80 69.12
97
Obejek Tahun X1 X2 X3 X4 Y
Kota Banjarmasin 0,18 0,79 0,22 0,78 76.83
Kota Banjarbaru 0,21 0,76 0,27 0,73 78.83
Kab. Banjar 0,11 0,86 0,19 0,81 68.32
Kab. Barito Kuala 0,08 0,89 0,28 0,72 65.91
Kab. Tapin 0,08 0,91 0,23 0,77 69.53
Kab Hulu Sungai Selatan 0,10 0,88 0,24 0,76 68.41
Kab Hulu Sungai Tengah 2018 0,08 0,80 0,23 0,77 68.32
Kab. Hulu Sungai Utara 0,09 0,89 0,23 0,77 65.06
Kab. Balangan 0,05 0,94 0,26 0,74 67.88
Kab. Tabalong 0,12 0,87 0,27 0,73 71.14
Kab Tanah Laut 0,08 0,76 0,25 0,75 68.49
Kab. Tanah Bumbu 0,12 0,88 0,19 0,81 70.05
Kab. Kota Baru 0,09 0,88 0,19 0,81 68.32
Obejek Tahun X1 X2 X3 X4 Y
Kota Banjarmasin 0,20 0,76 0,27 0,73 77.16
Kota Banjarbaru 0,23 0,74 0,30 0,70 79.22
Kab. Banjar 0,12 0,86 0,21 0,79 68.94
Kab. Barito Kuala 0,06 0,78 0,26 0,74 66.24
Kab. Tapin 0,07 0,90 0,25 0,75 70.13
Kab Hulu Sungai Selatan 0,11 0,87 0,28 0,72 68.80
2019
Kab Hulu Sungai Tengah 0,10 0,78 0,23 0,76 68.80
Kab. Hulu Sungai Utara 0,11 0,87 0,23 0,77 65.49
Kab. Balangan 0,05 0,93 0,26 0,74 68.39
Kab. Tabalong 0,11 0,87 0,27 0,73 71.78
Kab Tanah Laut 0,09 0,76 0,21 0,79 69.04
Kab. Tanah Bumbu 0,08 0,90 0,32 0,68 70.50
LAMPIRAN
1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Maximu Std.
N Minimum Mean
m Deviation
98
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std. VIF
B Beta Tolerance
Error
1 (Constant) 65.376 8.111 8.060 .000
X1 77.680 8.633 .846 8.998 .000 .603 1.659
X2 1.841 6.341 .027 .290 .773 .605 1.653
LNX3 -.551 1.318 -.031 -.418 .677 .998 1.002
X4 -5.890 4.655 -.093 -1.265 .211 .986 1.014
a. Dependent Variable: Y
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 5.937 4.520 1.313 .194
X1 1.261 4.810 .042 .262 .794 .603 1.659
1 X2 2.358 3.534 .106 .667 .507 .605 1.653
LNX3 -1.061 .735 -.179 -1.445 .154 .998 1.002
X4 -3.833 2.594 -.184 -1.478 .145 .986 1.014
a. Dependent Variable: ABS_RES2
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 .825 .680 .659 2.34407 1.978
a. Predictors: (Constant), X4, LNX3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std. VIF
B Beta Tolerance
Error
1 (Constant) 65.376 8.111 8.060 .000
X1 77.680 8.633 .846 8.998 .000 .603 1.659
X2 1.841 6.341 .027 .290 .773 .605 1.653
LNX3 -.551 1.318 -.031 -.418 .677 .998 1.002
X4 -5.890 4.655 -.093 -1.265 .211 .986 1.014
a. Dependent Variable: Y
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 .825 .680 .659 2.34407 1.978
a. Predictors: (Constant), X4, LNX3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
5. Pengujian Hipotesis
5.1 Uji Statistik t
101
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std. VIF
B Beta Tolerance
Error
1 (Constant) 65.376 8.111 8.060 .000
X1 77.680 8.633 .846 8.998 .000 .603 1.659
X2 1.841 6.341 .027 .290 .773 .605 1.653
LNX3 -.551 1.318 -.031 -.418 .677 .998 1.002
X4 -5.890 4.655 -.093 -1.265 .211 .986 1.014
a. Dependent Variable: Y