Tesis Tanpa Bab Pembahasan
Tesis Tanpa Bab Pembahasan
Tesis Tanpa Bab Pembahasan
(Tesis)
Oleh
KARLINA
OLEH
KARLINA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh
ukuran, umur, incumbent, temuan, opini dan DAK terhadap audit report lag.
Penelitian ini menggunakan sampel 513 pemerintah daerah di Indonesia pada
periode tahun 2013 s.d 2015 dan data yang digunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas LKPD tahun anggaran
2013 s.d 2015, data umur administratif pemerintah daerah dan daftar kepala
daerah se-Indonesia tahun 2013 s.d 2015. Analisis data dilakukan dengan analisis
data panel dan pengolahan data penelitian dengan menggunakan alat uji statistik
Eviews 9. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya umur pemerintah daerah
dan temuan audit yang berpengaruh signifikan terhadap audit report lag,
sedangkan ukuran, incumbent, opini dan DAK tidak berpengaruh terhadap audit
report lag.
Kata kunci: audit report lag, ukuran, umur, incumbent, temuan audit, opini audit
dan dana alokasi khusus
ABSTRACT
BY
KARLINA
This research aims to test and find the empirical evidence of the influence of size,
age, incumbent, findings, opinions and allocation fund (DAK) against audit report
lag. This research using sample of 513 local government in Indonesia during the
year 2013 and 2015. The data used are secondary data obtained from the reports
of audit result BPK from local government financial statement over the 2013-
2105 fiscal year, the data of local government age and the data of region leader
in Indonesia. Data analysis with a panel data analysis are estimated using
statistical tests Eviews 9. The result of this research show that only age of the
local government and audit findings that influence significantly to audit report
lag, while size, the incumbent, opinions and DAK has no effect against the audit
report lag.
Keyword: audit report lag, size, age, incumbent, findings, audit opinion and DAK
ANALISIS DETERMINAN AUDIT REPORT LAG PADA
PEMERINTAH DAERAH SE- INDONESIA
Oleh
KARLINA
Tesis
Pada
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 19 Oktober 1987 yang merupakan anak ketiga
dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Hermansyah (alm) dan Ibu Sri Fandayuni.
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu Sekolah Dasar Pertiwi Teladan
Metro lulus tahun 1999, SLTP Negeri 1 Metro lulus tahun 2002 dan SMA Negeri 2
Bandar Lampung 2005. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi strata satu (S1) di
Program Studi Ilmu Hukum Universitas Katolik Parahyangan Bandung dan lulus pada
tahun 2009.
Penulis diterima bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Pemerintah Kota Metro pada
tahun 2010 dan saat ini ditempatkan sebagai fungsional auditor pada Inspektorat Kota
Metro. Pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa pascasarjana pada program
studi Magister Ilmu Akuntansi di Universitas Lampung melalui jalur seleksi Beasiswa
STAR BPKP.
SANWACANA
Allah SWT, atas ijin, perkenan, dan berkah dari-Nya, tesis dengan judul
DAERAH SE-INDONESIA” ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelas Magister Sains Akuntansi pada Program Studi
Dalam kesempatan ini, penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Universitas Lampung;
3. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi
Lampung;
4. Ibu Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing utama,
atas segala masukan, saran, dan ilmu yang sangat membantu selama proses
5. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si., selaku Pembimbing kedua,
atas segala masukan, saran, dan diskusi dalam membimbing penulis, serta
motivasi dan kesabaran luar biasa yang sangat membantu dalam
6. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., selaku Penguji utama, atas
segala saran dan masukan yang sangat membantu dalam penyusunan tesis
ini;
7. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Sekretaris Penguji, atas segala
9. Umi Sri Fandayuni, Mamah Srie Rukmini, Nenek Soleha atas segala doa
10. Teman-teman seperjuangan di batch III MIA STAR BPKP: Mba Pit, Mba
Tik, Minan Dewi, Mba Erna, Mba Yeyen, Mung Ratno, Pak Didik, Pak
Artha, Bang Hayat, Pak Mufid, Mr. W, Pak Damar, Pak Heru, Pak Wasis,
dan Mas Anggie . Teman-teman reguler: Ermina, Mba Tanti, Mb Ika atas
11. Inspektur Kota Metro atas ijin yang diberikan sehingga penulis bisa
Darma, Kak Ryan, Mas Sidiq, Umi Marlina, Mba Kiki dan Mba Hepri,
12. Mas Andri, Bolang dan Mas Niko atas bantuan dan kebaikannya selama
ini serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas
yang tidak berkenan. Semoga pembaca sekalian dapat memperoleh manfaat dari
Penulis
Karlina
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 7
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Rekapitulasi jumlah LKPD yang diaudit oleh BPK Tahun 2013
s.d Tahun 2015 ................................................................................ 2
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...................................................... 24
Tabel 3.1 Variabel dan Hipotesis ..................................................................... 35
Tabel 3.2 Sumber data masing-masing Variabel Penelitian ............................ 39
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel............................................................. 46
Tabel 4.2 Statistik Deksriptif Variabel Audit Report Lag................................ 47
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Ukuran................................................ 47
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Umur .................................................. 48
Tabel 4.5 Statistik Deskriprif Variabel Incumbent .......................................... 48
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel Temuan .............................................. 49
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel Opini .................................................. 49
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel DAK ................................................... 50
Tabel 4.9 Hasil Uji Chow................................................................................. 51
Tabel 4.10 Hasil Uji Hausman ......................................................................... 51
Tabel 4.11 Fixed Effect Model ......................................................................... 52
Tabel 4.12 Deskripsi Hasil Uji t....................................................................... 55
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Perkembangan Opini LKPD Tahun 2012 s.d Tahun 2014 .......... 6
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ..................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN
dapat dikatakan relevan salah satunya apabila disajikan secara tepat waktu. Akan
berbeda, dimana nilai relevansi lebih tinggi apabila informasi tersedia tepat disaat
1
pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki secara efektif dan
audit atas LKPD dengan batas waktu maksimal 2 (dua) bulan sejak diterimanya
LKPD unaudited dari Pemda. Sayangnya setiap tahunnya masih banyak terdapat
Tabel 1.1
Rekapitulasi jumlah LKPD yang diaudit oleh BPK Tahun 2013 s.d 2015
Dari tabel diatas terlihat bahwa Semester I Tahun 2013, jumlah LKPD
Tahun 2012 yang diterima dan telah diaudit BPK baru sebanyak 415 dan terdapat
108 LKPD yang terlambat menyerahkan LKPD dari total keseluruhan 523 LKPD
Tahun 2012. Begitu pula pada tahun 2014 dimana terdapat 68 LKPD Tahun 2013
2
yang terlambat menyerahkan LKPD-nya kepada BPK dari total 524 LKPD tahun
2013 dan 35 LKPD tahun 2014 yang terlambat penyerahannya kepada BPK dari
Lag. Pada umumnya definisi yang digunakan untuk mengukur jumlah hari atas
tahun fiskal sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit (Payne dan
Jensen, 2002; McLelland dan Giroux, 2000; Cohen dan Leventis, 2013). Dimana
Audit Report Lag sebagai rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan
mulai dari penyerahan LKPD sampai dengan tanggal penerbitan LHP oleh BPK.
Ukuran ini yang secara tegas membedakan antara jangka waktu penyusunan
LKPD unaudited dan jangka waktu audit menjadi ciri tersendiri dalam konteks
audit pendahuluan.
tambahan. Payne dan Jensen (2002), Audit Report Lag dipengaruhi oleh dua hal
penelitian pada otoritas lokal di Malaysia terdapat hasil signifikan antara Audit
Report Lag dan opini audit. Carslaw dan Kaplan (1991) menjelaskan bahwa Audit
Report Lag dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu kapan audit dimulai dan berapa
3
lama waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit tersebut. Kapan
dan Leventis (2012), Audit Report Lag pada pemerintah kota dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor politik, yaitu kekuatan oposisi dan keterpilihan
kembali kepala daerah, keberadaan tim akuntan internal, jumlah temuan audit,
dilakukan oleh Cohen dan Leventis (2012) yang menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Audit Report Lag pada pemerintah kota di Yunani. Penelitian ini
temuan audit, dan opini audit yang diberikan oleh BPK atas laporan keuangan
proses audit sehingga mengurangi Audit Report Lag karena ukuran pemerintah
dan memiliki beban untuk menyajikan laporan keuangannya tepat waktu. Selain
itu, Carslaw dan Kaplan (1991) meyebutkan bahwa ukuran pemerintah yang lebih
4
besar cenderung memiliki kontrol internal yang lebih baik dan sumber daya
Pada pemerintahan daerah yang berusia lebih tua atau lebih lama berdiri,
Audit Report Lag diduga cenderung berkurang. Hal ini dikarenakan pada
pemerintah daerah yang lebih tua dianggap lebih terampil dan cakap dalam proses
diperlukan.
Kepala daerah yang telah menjabat pada periode kedua, dapat dikatakan
Semakin banyak item pada temuan audit BPK maka semakin panjang pula
waktu yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah untuk memberikan tanggapan atau
baik opini yang diberikan oleh BPK atas LKPD mencerminkan bahwa penyajian
5
LKPD semakin baik dan telah sesuai dengan SAP. Audit Report Lag akan
berkurang pada pemerintah daerah yang mendapatkan opini WTP dari BPK atas
LKPD-nya. Data perkembangan pemberian opini oleh BPK atas audit LKPD,
sebagai berikut:
Gambar 1.1
70%
61% 59%
60%
50% 47%46%
WTP
40%
30% WDP
30% TW
23%
20% 15% TMP
9%
10% 6%
1% 2% 1%
0%
2012 (524 LHP) 2013 (524 LHP) 2014 (539 LHP)
Audit Report Lag akan terjadi lebih lama pada pemerintah daerah yang
memiliki dana alokasi khusus (DAK) dalam jumlah yang lebih besar. Dapat
diartikan bahwa sebagai semakin besarnya jumlah DAK maka semakin banyak
daerah.
Audit Report Lag. Penelitian Audit Report Lag sebelumnya lebih banyak
6
dilakukan pada sektor swasta, khususnya pada perusahaan-perusahaan yang
adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Audit Report Lag. Secara khusus,
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menemukan bukti empiris
7
2. Memberi penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Report
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebuah kontrak dimana satu atau lebih (prinsipal) menyewa orang lain (agen)
kepentingan akan muncul dari pendelegasian tugas yang diberikan kepada agen,
(prinsipal) dengan fungsi agen. Menurut Lane (2003) teori keagenan dapat
modern didasarkan pada serangkaian hubungan prinsipal dan agen. Hal itu pun
didukung Bergman dan Lane (1990) yang menyatakan bahwa kerangka hubungan
prinsipal dan agen merupakan suatu pendekatan yang sangat penting untuk
9
dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung
penelitian ini, pemerintah daerah merupakan agen yang mendapat mandat untuk
penyampaian laporan keuangan dapat menjadi salah satu tolok ukur dari
prinsipal.
Pada abad 19-an filsuf Yunani Max Weber menyadari bahwa institusi yang
satu dengan yang lainnya saling berinteraksi. Max Weber mencoba mengkaji
birokrasi dan institusi secara sistematis, ia melihat bahwa politik sebagai hal yang
paksaan fisik yang sah dalam hal tertentu. Negara dipandang sebagai sumber
utama hak untuk menggunakan paksaan fisik yang sah. Oleh karena itu, politik
maupun antar kelompok didalam suatu negara. Menurut Weber negara merupakan
10
suatu struktur administrasi atau organisasi yang konkret. Weber juga membatasi
memaksakan ketaatan.
dicetuskan oleh Max Weber berkembang dan memiliki ide pokok bahwa
atau gagasan pada lingkungan institusional yang membentuk bahasa dan simbol
yang menjelaskan keberadaan organisasi dan diterima (taken for granted) sebagai
Meyer dan Scott (1983) mengklaim bahwa organisasi berada dibawah tekanan
ditentukan oleh situasi lingkungan tugas saja, tetapi juga lebih dipengaruhi oleh
situasi masyarakat secara umum. Dengan kata lain bentuk sebuah organisasi
selalu berada dibawah kontrol masyarakat, hal tersebut terlihat dari peraturan-
11
setelah tahun anggaran berakhir. Pasal 56 ayat (3) Undang-undang Nomor 1
pemerintah daerah dapat di kontrol secara regulatif dan normatif agar terjamin
Jawab Keuangan Negara adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
keuangan Negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan Negara yang
12
ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
Pemeriksa kinerja adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta
pemeriksaan LKPD, antara lain opini wajar tanpa pengecualian (WTP), opini
wajar dengan pengecualian (WDP), opini tidak wajar, dan pernyataan menolak
(BPK, 2010). Penelitian ini difokuskan pada pembahasan audit keuangan dimana
penelitiannya: (1) preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan
13
keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa; (2) auditor's
report lag; interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal laporan auditor ditandatangani (3) total lag: interval jumlah hari antara
tahun 2000, mereka mendefinisikan „timeliness‟ sebagai jumlah hari antara akhir
tahun keuangan perusahaan dan hari yang perusahaan publik rilis laporan
keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu per 31
Harjoto et al. (2015) mendefinisikan Audit Report Lag adalah proxy untuk
menilai ketepatan waktu laporan audit, dan dengan demikian juga menilai
ketepatan waktu pelaporan laba perusahaan. Carslaw dan Kaplan (1991), Audit
Delay didefinisikan sebagai periode antara akhir tahun buku perusahaan dengan
tanggal laporan audit diterbitkan. Senada dengan Carslaw dan Kaplan, Payne dan
Jensen (2002) menyebutkan Audit Delay sebagai waktu antara akhir tahun buku
pemerintah daerah dengan penyelesaian laporan audit keuangan. Audit Report Lag
dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu kapan audit dimulai dan berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit tersebut (Carslaw & Kaplan, 1991).
14
Kapan dimulainya audit keuangan oleh BPK tergantung pada kapan laporan
Knechel dan Payne (2001) menyebutkan bahwa Audit report lag dibagi
menjadi 3 komponen yaitu sceduling lag, fieldwork lag, dan reporting lag.
Sceduling lag merupakan selisih waktu antara akhir tahun fiskal perusahaan atau
tanggal neraca dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor. Hal ini berarti
auditor. Fieldwork lag dan reporting lag menunjukkan bahwa auditor juga
memiliki peranan dalam penyampaian laporan keuangan yang tepat waktu. Jika
Watt and Zimmerman (1986) menyatakan bahwa makin besar biaya politik
prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang
ukurannya sangat besar mungkin dikenakan standar kinerja yang lebih tinggi
15
dengan penghargaan terhadap tanggung jawab lingkungan. Apabila
perusahaan. Ukuran perusahaan ini dapat dilihat dari beberapa proksi diantaranya
suatu pemerintahan dapat dilihat dari total APBD suatu pemerintahan dalam
setahun. Semakin besar APBD maka dapat diasumsikan bahwa semakin besar
waktu. Selain itu ukuran pemerintah yang lebih besar cenderung memiliki kontrol
internal yang lebih baik dan sumber daya manusia yang lebih terampil dalam
dikaitkan dengan ukuran pemerintah, maka pemerintah dengan APBD besar akan
16
kemampuan yang lebih baik dalam menyajikan laporan keuangannya secara wajar
sesuai dengan SAP. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan tahun
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan oleh BPK dan hasil evaluasinya akan
penundaan yang tidak diperlukan dapat diminimalisir. Hal ini berkaitan dengan
perusahaan yang mapan dengan umur yang lebih tua diharapkan memiliki
terhadap audit report lag. Semakin lama umur listing suatu perusahaan maka
jangka waktu pelaporan auditnya akan semakin cepat demikian pula sebaliknya.
Lianto dan Kusuma (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang lama listing di
Bursa Efek Indonesia memiliki lebih banyak stakeholder dan telah banyak
pentingnya informasi dan menginginkan laporan keuangan audit lebih cepat untuk
dipublikasikan.
17
2.7 Kepala Daerah Petahana/ Incumbent
Daerah, bahwa sebuah Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah
yang dibantu oleh seorang wakil kepala daerah. Masa Jabatan Kepala daerah
selama 5 (lima) tahun terhitung sejak pelantikan dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan. Cohen dan
berpengalaman memimpin suatu daerah selama lebih dari empat tahun, maka dia
akan cukup akrab dengan standar dan prosedur akuntansi serta langkah-langkah
dan pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan kepala daerah yang baru
secara terus menerus menerapkan SAP membuat pegawai pemerintah daerah lebih
banyak belajar terkait faktor-faktor yang menyebabkan audit report lag. Ryan, et
sudah berpengalaman lebih banyak dalam membuat laporan keuangan akan lebih
18
2.8 Temuan Audit
diolah, diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu yang
Pada penelitian ini difokuskan pada jumlah temuan audit karena dianggap
sanggahan atas temuan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK. Cohen dan
temuan audit yang material. Temuan audit yang lebih banyak akan memerlukan
waktu pembahasan lebih lama sebelum temuan tersebut diangkat dalam laporan
pembahasan temuan yang dilakukan tim audit dengan pemerintah daerah terkait
selaku auditan.
Hasil audit BPK atas laporan keuangan berupa opini atas laporan
19
keuangan atas pelaksanaan APBD. Terdapat empat jenis opini (wikipedia.com)
bebas dari salah saji material. Jika laporan keuangan diberikan opini jenis ini,
yang berlaku umum dengan baik, dan kalaupun ada kesalahan, kesalahannya
pengambilan keputusan.
diterbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari
salah saji material, kecuali untuk rekening atau item tertentu yang menjadi
keseluruhan.
3. Tidak Wajar (Adversed Opinion) adalah opini audit yang diterbitkan jika
laporan keuangan mengandung salah saji material, atau dengan kata lain
20
4. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion), opini ini diasumsikan
bahwa auditor menolak memberikan pendapat atau tidak ada opini yang
diberikan. Opini jenis ini diberikan jika auditor itidak bisa meyakini apakah
laporan keuangan wajar atau tidak. Opini ini bisa diterbitkan jika auditor
yang berlaku. McLelland dan Giroux (2000), berpendapat bahwa opini WTP
merupakan sebuah kabar bagus yang harus dilaporkan sesegera mungkin. Sejalan
dengan penelitian mereka, Payne dan Jensen (2002) menyebutkan bahwa opini
bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional. Pasal 162 UU No.32 Tahun 2004, menyebutkan
21
bahwa DAK dialokasikan dalam APBN untuk daerah tertentu dalam rangka
Pemerintah Pusat atas dasar prioritas nasional dan membiayai kegiatan khusus
pengadaan dan atau peningkatan dan atau perbaikan prasarana dan sarana fisik
dengan umur ekonomis yang panjang; (ii) Dalam keadaan tertentu, DAK
Pada penelitian Cohen dan Leventis (2013) terdapat satu faktor yang
dinilai mempengaruhi Audit Report Lag yakni “governmental grants”. Cohen dan
penelitian Cohen dan Leventis (2013) ini, terdapat kesamaan nilai antara
alokasi DAK dilakukan melalui 2 tahap, yaitu penentuan daerah tertentu yang
berikut :
22
a. Kriteria umum, dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah
Pegawai Negeri Sipil. Dalam tahun 2011, arah kebijakan umum DAK
Menurut Cohen dan Leventis (2013), daerah yang memiliki ketergantungan tinggi
laporan keuangan.
23
2.11 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Variabel kontrol:
ukuran aset, jumlah
penduduk,
likuiditas, leverage,
dan profitabilitas.
2. Andrew J. McLelland Audit Delay (Y) Audit delay pada Audit delay berhubungan
dan Gary Giroux. 164 kota besar di negatif dengan
2000. An empirical Pengungkapan AS pengungkapan dalam
analysis of auditor laporan audit, laporan audit dan
report timing by large keberadaan auditor keberadaan auditor
municipalities independen, independent. Mereka
Populasi juga menemukan
keberadaan lembaga hubungan positif yang
audit tambahan (X) signifikan antara audit
delay dengan populasi
dan keberadaan lembaga
audit tambahan.
3. Jeff L. Payne dan Audit delay (Y) Audit delay pada Mereka menemukan
Kevan L. Jensen. pemerintah kota di bahwa insentif untuk
2002. An examination Insentif, tenggara AS tahun manajemen atas waktu
of municipal audit pengalaman, 1992 pelaporan, keberadaan
delay reputasi auditor, sistem pelaporan
24
sistem pelaporan keuangan berkualitas, dan
keuangan utang terikat berhubungan
berkualitas, utang negatif dengan audit
terikat, delay. Namun audit delay
ukuran, mempunyai
pekerjaan audit hubungan postif dengan
musim sibuk, ukuran, pekerjaan audit
opini audit, dan selama musim sibuk
regulasi (X) auditor eksternal, opini
audit, dan regulasi.
Pengalaman dan reputasi
auditor juga berhasil
menurunkan Audit delay.
4. Marziana Mohamad, Audit Delay (Y) : Penelitian pada Hasil melaporkan bahwa
et al. 2012. Audit Account preparation otoritas lokal rata-rata audit delay lebih
delay in Local delay, Delay in Kedah, Kelantan dari 100 hari yang antara
Authorities: An submission dan dan Perak dengan 11-12 bulan. Hasil
Explanatory Study in Date of data dari tahun ditemukan signifikan
Kedah, Perak and certification. 2007-2010 dengan hubungan antara audit
Kelantan. metode delay dan opini audit
Audit Opinion (X) purposive sampling untuk negara Perak. Di
sisi lain, temuan
menunjukkan hubungan
yang tidak signifikan
untuk Kedah dan
Kelantan.
5. Amr Nazieh Audit Report Lag Sample laporan Dari 6 variabel, terdapat 4
Mahmoud Ezat. 2015. (Y) tahunan dari variabel yang memiliki
The impact of audit- perusahaan hubungan signifikan
related factors on Audit Type nonfinansial yang dengan ARL.
audit report lag for Audit Tenure terdaftar sebanyak
the Egyptian listed Audit firm industry 171 perusahaan -Audit firm industry
nonfinancial specialization dengan 513 specialization
companies. Audit Report Type firmyear observasi berhubungan negatif
Audit Fees selama periode dengan ARL
Joint Audit 2011 –2013. -Audit report type
(X) Dengan berhubungan postitif
menggunakan OLS dengan ARL
Variabel Kontrol: -Audit Fees berhubungan
Ukuran perusahaan negatif dengan ARL
Leverage -Joint Audit berhubungan
Kompleksitas negatif dengan ARL
Kepemilikan
managerial
Kepemilikan
pemerintah
Kepemilikan privat
6. Corey S. Cagle, Dale Audit Report Delay Penelitian pada Opini berhubungan
L. Flesher, and (Y) pemerintah lokal di signifikan dengan audit
Annette B. Pridgen. US dengan delay sejalan dengan
2014. Audit report Posisi menggunakan penelitian Payne Jensen
timeliness of United kompetensi Regresi Logistik (2002).
States local manajerial dan OLS terhadap Temuan audit
governments: an Temuan audit 166 entitas berhubungan positif dan
Investigation of Opini pemerintahan (55 signifikan terhadap audit
entities exceeding Debt counties dan 111 delay
reporting deadlines Single Audit minicipalities)
25
Fund Variabel kontrol County
Distance berhubungan dengan audit
Expertis delay yang lebih lama.
County
(X)
7. Carslaw dan Kaplan. Audit Delay (Y) Penelitian ini hanya variabel ukuran
1991. An Examination dilakukan di New perusahaan dan
of Audit Delay : Ukuran perusahaan Zealand di tahun pengumuman kerugian
Further Evidence Jenis industri 1987 dan 1988. yang konsisten
from New Zeland. Laba/rugi Pos-pos Dengan berpengaruh terhadap
luar biasa Opini menggunakan audit delay selama
audit Auditor Tahun univariate dan periode penelitian.
tutup buku multivariate (linear
perusahaan regression)
Kepemilikan
perusahaan Proporsi
utang (X)
8. Asmah Abdul Aziz, Audit Report Lag Penelitian pada Ukuran FSBs dan
Fadlizawati Isa, Mohd (Y) Federal Statutory profitability dari FSBs
Faidzal Abu. 2014. Bodies (FSBs) menunjukan hubungan
Audit Report Lags of Ukuran Malaysia. Dengan negatif dengan Audit
Federal Statutory Profitabilitas sample 92 FSBs Report Lag. Dan
Bodies in Malaysia Leverage selama periode Leverage serta Temuan
Temuan Audit 2006 to 2010 Audit memiliki hubungan
(X) dengan model atau mempengaruhi ARL.
regresi.
9. Owusu-Ansah. 2000. Ketepatan Waktu Penelitian terhadap Hanya ukuran perusahaan
Timeliness of (Y) laporan keuangan yang mempengaruhi
Corporate Financial tahunan dari 47 ketepatan waktu
Reporting in Ukuran Perusahaan, perusahaan non- penyampaian laporan
Emerging Capital Profitability, Umur finansial dengan tahunan
Markets : Empirical Perusahaan, Item- menggunakan two-
Evidence From The item luar biasa, stage least squares
Zimbabwe Stock bulan dari akhir regression
Exchange tahun finansial, dan
kompleksitas
perusahaan (X)
10. Owusu-Ansah dan S. Final Reporting 95 companies, Variabel Insider Equity
Leventis. 2006 Lead-time (Y) representing about dan Remark secara
Timeliness of 32% of all signifikan berhubungan
Corporate Annual Size companies listed on positif dengan FRL,
Financial Reporting Gearing the Athens Stock sedangkan Auditor Type
in Greece Insider Equity Exchange (ASE). berhubungan negatif
Industry Type terhadap FRL. Sedangkan
Remarks cross-sectional variabel lainnya memiliki
Auditor Type regression model hasil yang tidak
(X) with an ordinary signifikan.
least squares (OLS)
technique
11. Lianto, Novice., dan Audit Report Lag Penelitian ini Profitabilitas memiliki
Budi Hartono (Y) mengambil sample arah negative dan
Kusuma. 2010. perusahaan signifikan terhadap ARL.
Profitabilitas consumer good dan Solvabilitas dan umur
Faktor-faktor yang
Solvabilitas multifinance yang perusahaan berpengaruh
berpengaruh terhadap Ukuran Perusahaan terdaftar di BEI signifikan dengan arah
Audit Report Lag. Umur Perusahaan tahun 2004-2008 positif terhadap ARL
Jenis Industri sedangkan ukuran
(x) perusahaan dan jenis
industry negatif tidak
signifikan
26
12. Sutaryo, Yediel Lase. Audit Delay (Y) Penelitian dengan Penelitian ini berhasil
2015. menggunakan menyimpulkan
Auditors Pendidikan Auditor, model regresi bahwa kecakapan
Characteristics And Penugasan berganda. profesional auditor
Audit Delay: Evidence Berulang, purposive sampling, berpengaruh terhadap
From Indonesian Kecakapan berdasarkan kriteria: audit delay LKPD baik
Regional Profesional pemerintah daerah secara individual maupun
Governments (X) menyusun LKPD ketika diinteraksikan
Tahun 2012 dan dengan variabel lain.
telah diaudit oleh Namun demikian,
BPK dan data penelitian ini tidak
karakteristik berhasil menyimpulkan
auditornya dapat pengaruh penugasan
diperoleh berulang auditor pada
audit delay.
Report Lag dengan variabel bebas berupa ukuran Pemerintah daerah yang
banyaknya temuan audit, opini audit dan DAK. Hubungan antar variabel tersebut
27
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Incumbent Temuan
(-) (+)
Audit
Ukuran (-) Report DAK (-)
Lag
pengendalian internal yang lebih baik dan komite audit yang lebih efisien, dan
bahwa organisasi besar lebih menjadi sorotan publik dan pihak yang
keuangan yang tepat waktu. Hasil penelitian Cohen dan Leventis (2013)
menyebutkan ukuran kota berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag. Sejalan
28
dengan hasil penelitian Owusu - Ansah (2000), Dyer dan Mc Hugh (1975) dan
biaya politik yang harus ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih
memilih prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa
ukurannya sangat besar mungkin dikenakan standar kinerja yang lebih tinggi
keuangannya tepat waktu. Selain itu pemerintah daerah yang memiliki APBD
besar cenderung memiliki kontrol internal yang lebih baik dan sumber daya
manusia yang lebih terampil dan berpengalaman dalam melakukan pelaporan atas
transaksi keuangan dibandingkan dengan daerah yang memiliki APBD lebih kecil.
Lag.
29
listing berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Semakin lama umur listing
suatu perusahaan maka jangka waktu pelaporan auditnya akan semakin cepat
demikian pula sebaliknya. Pemerintah daerah dengan umur yang lebih tua sangat
mungkin memiliki sistem operasional, keuangan dan akuntansi yang lebih baik
juga memiliki kecakapan dan keterampilan yang cenderung lebih baik, sehingga
tidak ada kendala pada saat proses audit dan akan membantu proses audit tersebut
berjalan lebih singkat atau Audit Report Lag lebih pendek. Berdasarkan hal
Lag.
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya 16 kepada pihak pemberi
memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan kepala daerah yang
banyak belajar terkait faktor-faktor yang menyebabkan audit report lag. Ryan, et
30
keuangan akan memberikan efek positif terhadap kepatuhan pemerintah terhadap
sudah berpengalaman lebih banyak dalam membuat laporan keuangan akan lebih
daerah yang telah berpengalaman memimpin suatu daerah selama lebih dari empat
tahun, maka dia akan cukup akrab dengan standar dan prosedur akuntansi serta
Report Lag. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah:
peningkatan audit report lag karena auditor mencoba untuk melindungi diri dari
tindakan hukum potensial dan mengambil banyak waktu untuk melakukan audit.
negosiasi antara auditan dengan auditor menjadi lebih intens dan berlangsung
lama. Cagle et al. (2014) berpendapat temuan audit dalam jumlah besar dapat
temuan audit berpengaruh positif terhadap Audit Report Lag hasil ini mendukung
31
penelitian dari Lys and Watts (1994), Beattie, Fearnley dan Brandt (2000), Cohen
lebih lama sebelum temuan tersebut diangkat dalam laporan hasil pemeriksaan.
Baik pembahasan didalam tim audit sendiri ataupun pembahasan temuan yang
dilakukan tim audit dengan pemerintah daerah terkait selaku auditan. Banyaknya
temuan audit juga akan menambah waktu bagi auditan atau pemerintah daerah
kebijakan akuntansi Pemda yang memadai. Menurut Carslaw dan Kaplan (1991)
audit report lag yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima
opinion mengindikasikan adanya good news daripada bad news sehingga hal ini
Sejalan dengan penelitian-penelitian diatas, Payne dan Jensen (2000) dan Cagle et
32
al. (2014) menyebutkan opini wajar dengan pengecualian berpengaruh positif
terhadap Audit Report Lag. Opini WTP maupun opini non WTP yang diberikan
oleh BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah, dianggap sebagai berita atau
catatan yang buruk dari kinerja keuangan suatu pemerintah daerah. Berdasarkan
tunduk untuk mematuhi peraturan pemeri ntah pusat termasuk peraturan terkait
laporan keuangan pemerintah daerah akan lebih tepat waktu dan Audit Report Lag
akan berkurang.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Kota Seluruh Indonesia. Sedangkan sampel dalam penelitian ini terdiri dari 415
dikarenakan umur pemerintah daerah yang masih baru berdiri sehingga tidak
tersedia data yang diperlukan dan 11 kabupaten/kota yang tidak memiliki DAK,
penelitian selama 3 tahun maka observasi penelitian ini sebanyak 1539 observasi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas LKPD tahun anggaran
2013-2015, data umur administratif pemerintah daerah, serta daftar kepala daerah
34
3.3.1 Variabel Dependen (Y)
oleh variabel lain yang menjadi perhatian utama penelitian. Dalam penelitian ini
variabel dependennya adalah Audit Report Lag (ARL), yaitu lamanya waktu
penyelesaian audit yang diukur dari tanggal akhir tahun anggaran hingga tanggal
diterbitkannya laporan audit oleh auditor. Hal ini sejalan dengan penelitian dari
Cohen dan Leventis (2013), Payne dan Jensen (2002), Ezat (2015) Carslaw dan
Kaplan (1991) dan Cagle et al. (2014), dimana pengukuran ARL disini dilakukan
secara kuantitatif dari tanggal berakhirnya tahun buku pemerintah daerah (31
Tabel 3.1
Variabel dan Hipotesis
TEMUAN (X4) Temuan Audit Jumlah temuan audit yang tercantum dalam Positif
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Daerah tahun anggaran bersangkutan
oleh BPK.
OPINI (X5) Opini Audit Jenis opini yang diberikan oleh BPK terhadap Negatif
laporan keuangan pemerintah daerah yang
tercantum dalam LHP BPK. Apabila opini BPK
35
adalah WTP diberi kode (1), sedangkan apabila
opini non WTP diberi kode (0)
DAK (X6) Dana Alokasi Logaritma natural dari jumlah DAK yang Negatif
Khusus tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran
pemerintah daerah pada tahun bersangkutan.
menjadi sorotan public dan pihak yang berkepentingan dapat menuntut organisasi
untuk menyediakan informasi keuangan yang tepat waktu. Owusu - Ansah (2000)
(2005) dan penelitian Cohen dan Leventis (2013) yang menyebutkan bahwa
dari Owusu-Ansah (2000) yang melihat umur perusahaan berkembang yang lebih
lama dinilai akuntan internalnya telah belajar banyak masalah pertumbuhan, maka
berpendapat semakin lama umur listing suatu perusahaan maka jangka waktu
36
3.3.2.3 Incumbent
Sejalan dengan penelitian Cohen dan Leventis (2013), pada penelitian ini
menggunakan ratio perhitungan satu (1) untuk kepala daerah memegang posisi
yang sama selama lebih dari empat tahun, dan nilai nol (0) untuk kepala daerah
yang menjabat pada periode pertama atau kurang dari 4 tahun. Cohen dan
Leventis (2013) menilai bahwa kepala daerah yang menjabat lebih dari 4 tahun
maka dia akan cukup akrab dengan standar dan prosedur akuntansi serta langkah-
Variable temuan yang diukur pada penelitian ini dengan melihat jumlah
temuan keseluruhan dari audit sejalan dengan penelitian Aziz et al. (2014)
lag karena auditor mencoba untuk melindungi diri dari tindakan hukum potensial
dan mengambil banyak waktu untuk melakukan audit. Penelitian ini juga sejalan
dengan pemikiran Cagle et al. (2014) yang berpendapat temuan audit dalam
jumlah besar dapat ditafsirkan sebagai berita buruk dan dapat menyebabkan
Opini audit diukur dengan menggunakan ratio satu (1) untuk opini WTP
dan ratio nol (0) untuk opini non-WTP. Sejalan dengan penelitian Carslaw dan
Kaplan (1991), dimana opini audit dilihat dari pendapat wajar dengan
37
pengecualian dan wajar tanpa pengecualian. Didukung pula oleh penelitian dari
McLelland dan Giroux (2000), Payne dan Jensen (2000) dan Cagle et al. (2014)
yang memisahkan antara opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Cohen dan Leventis (2013),
dengan melihat jumlah dari Dana Alokasi Khusus (DAK) atau disebut „grant‟
pada penelitoan Cohen dan Leventis (2013). Dengan pengukuran jumlah DAK
untuk menguji apakah pemerintah daerah yang memiliki jumlah DAK yang besar
dokumen. Ringkasan sumber data masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel
Tabel 3.2
Sumber data masing-masing variabel penelitian
38
Pemda (www.wikipedia.co.id)
Kepala Daerah Incumbent (INCUM) Data Kepala Daerah
(www.wikipedia.co.id)
Temuan Audit (TEMUAN) LHP BPK
Opini Audit (OPINI) LHP BPK
Dana Alokasi Khusus (DAK) Laporan keuangan pemerintah
daerah dalam LHP BPK
Sumber: data yang diolah
Teknis analisis penelitian ini adalah analisis data panel. Data panel
merupakan penggabungan dari data time series dan cross section. Data time series
berupa data yang dimulai dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang dapat
hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak
pemerintah daerah sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa
terkecil untuk mengestimasi model data panel (Gujarati dan Porter, 2015).
39
3.5.1.2 Fixed Effect Model
intersep bisa terjadi karena perbedaan ukuran, umur, kepala daerah, temuan, opini
dan DAK. Namun demikian slopnya sama antar pemerintah daerah. Model
estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable
(LSDV)
mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random
Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS) (Gujarati
Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola data
40
3.5.2.1 Uji Chow
Untuk mengetahui model yang lebih baik dalam pengujian data panel, bisa
intersepnya berbeda dapat diuji dengan uji Statistik F (Gujarati dan Porter, 2015).
Uji ini digunakan untuk mengetahui teknik regresi data panel dengan
metode Fixed Effect lebih baik dari regresi model data panel tanpa Variabel
dummy atau disebut dengan metode Common Effect. Hipotesis nul pada uji ini
adalah bahwa intersep sama, atau dengan kata lain model yang tepat untuk regresi
data panel adalah Common Effect, dan hipotesis alternatifnya adalah intersep tidak
sama atau model yang tepat untuk regresi data panel adalah Fixed Effect (Gujarati
model tanpa Variabel dummy. Jumlah restriksi adalah jumlah individu dikurang
model Fixed Effect. Jumlah observasi (n) adalah jumlah individu dikali dengan
jumlah periode, sedangkan jumlah parameter dalam model Fixed Effect (k) adalah
Apabila nilai F hitung lebih besar dari F kritis maka hipotesis nul ditolak
yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect.
Dan sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari F kritis maka hipotesis nul
diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah
41
3.5.2.2 Uji Hausman
Effect atau metode Random Effect yang lebih baik dari metode Common Effect.
Uji Hausman ini didasarkan pada ide bahwa Least Squares Dummy
Variabels (LSDV) dalam metode metode Fixed Effect dan Generalized Least
Squares (GLS) dalam metode Random Effect adalah efisien sedangkan Ordinary
Least Squares (OLS) dalam metode Common Effect tidak efisien. Namun,
metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Oleh karena itu, uji hipotesis nulnya
adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji Hausman bisa
derajat kebebasan (df) sebesar jumlah Variabel bebas. Hipotesis nulnya adalah
bahwa model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Random Effect dan
hipotesis alternatifnya adalah model yang tepat untuk regresi data panel adalah
Apabila nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritis Chi-
Squares maka hipotesis nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi
data panel adalah model Fixed Effect. Sebaliknya, apabila nilai statistik Hausman
lebih kecil dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis nul diterima yang artinya
model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Random Effect (Gujarati
42
3.5.2.3 Uji Lagrange Multiplier
Hipotesis nulnya adalah bahwa model yang tepat untuk regresi data panel
adalah Common Effect, dan hipotesis alternatifnya adalah model yang tepat untuk
regresi data panel adalah Random Effect (Gujarati dan Porter, 2015).
Apabila nilai LM hitung lebih besar dari nilai kritis Chi-Squares maka
hipotesis nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel
adalah model Random Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai Lagrange Multiplier
hitung lebih kecil dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis nul diterima yang
artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Common Effect
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi
Keterangan:
ARL = Audit Report Lag (lamanya hari penyelesaian audit)
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
UKURAN = Logaritma natural dari total realisasi APBD (Pendapatan +
Belanja) dalam LRA
UMUR = Umur pemerintah daerah
INCUM = Terpilihnya kembali kepala daerah periode sebelumnya
43
TEMUAN = Jumlah temuan audit dalam LHP BPK
OPINI = Jenis opini yang diberikan oleh BPK
DAK = Logaritma natural dari besaran DAK dalam LRA
ε = Residual (standar eror)
Uji keterandalan model atau uji kelayakan model disebut sebagai uji F
(ada juga yang menyebutnya sebagai uji simultan model) merupakan tahapan awal
mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak atau tidak (Gujarati dan
Porter, 2015). Definisi layak yang dimaksud adalah model yang diestimasi layak
Variabel terikat.
Keputusan yang dapat diambil dari uji ini adalah dengan kriteria sebagai berikut
1. Apabila nilai prob. F hitung lebih kecil dari tingkat kesalahan (α) 0,05
2. Apabila nilai prob. F hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05
maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak
dimaksud adalah uji koefisien regresi. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel di atas.
Keputusan yang dapat diambil dari uji t ini adalah sebagai berikut (Gujarati dan
Porter, 2015).
44
Apabila nilai prob. t hitung (ditunjukkan pada Prob.) lebih kecil dari
tingkat kesalahan (α) 0,05 (yang telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa
nilai prob. t hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan
45
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
ini mendukung penelitian dari Cohen dan Leventis (2013), Aziz et al.
(2014), dan Cagle et al. (2014) yang menemukan bahwa temuan audit
64
5.2. Keterbatasan Penelitian
5.3. Saran
penelitian,
65
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A. A., F. Isa., dan M. F. Abu. 2014. Audit Report Lags of Federal Statutory
Bodies in Malaysia. International Conference on Economic,
Management and Development.
Bamber, E.M., Bamber, L.S., dan Schoderbek, M.P. 1993. Audit Structure and
Other Determinantsof Audit Report Lag. Accounting, Auditing and
Accountability Journal, 12 (1):1-23.
Cohen, Sandra., dan Stergios Leventis. 2013. Effects of Municipal, Auditing and
Political Factors on Audit Delay. Accounting Forum, 37: 40-53.
Dwyer, Peggy D., dan Earl. R Wilson. 1989. Affecting the Timeliness of
Reporting by Municipalities. Journal of Accounting and Public Policy, 8:
29-55.
Dyers, James C., dan Arthur J. McHugh. 1975. The Timeliness of the Australian
Annual Report. Journal of Accounting Research, 13(3): 204-219.
Ettredge, Michael L., Chan Li., dan Lili Sun. 2006. The Impact of SOX Section
404 Internal Control Quality Assessment on Audit Delay in the SOX Era.
Auditing: A Journal of Practice & Theory, 25 (2): 1-23.
66
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Ghozali, I., dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Gujarati dan Porter. 2015. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba empat.
Jensen, M.C., dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, 3 (4): 305-360.
Knechel, W.R., dan Payne J.L. 2001. Additional Evidence on Audit Report Lag.
Auditing: A Journal of Practice and Theory, 19 (2): 159-174.
Lai, K.W., dan L.M.C. Cheuk. 2005. Audit Report Lag, Audit Partner Rotation
and Audit Firm Rotation : Evidence from Australia. School of Accounting
and Finance, The Hongkong Polytechnic University.
67
Lianto, Novice., dan Budi Hartono Kusuma. 2010. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12
(2): 97-106.
Raharjo, Eko. 2007. Teori Agensi dan Teori Stewardship dalam Perspektif
Akuntansi. Fokus Ekonomi, 2 (1): 37-46.
68
Sekaran, U. 2006. Research Methods For Business: Metodologi Penelitian Bisnis.
Buku Dua. Edisi. 4. Jakarta: Salemba Empat.
Walker, Angela dan David Hay. 2013. Non-Audit Services and Knowledge
Spillovers: An Investigation of the Audit Report Lag. Meditari
Accountancy Research, 21(1): 32-51.
69