Tesis Tanpa Bab Pembahasan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 67

ANALISIS DETERMINAN AUDIT REPORT LAG PADA

PEMERINTAH DAERAH SE- INDONESIA

(Tesis)

Oleh

KARLINA

MAGISTER ILMU AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK

ANALISIS DETERMINAN AUDIT REPORT LAG PADA


PEMERINTAH DAERAH SE-INDONESIA

OLEH

KARLINA

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh
ukuran, umur, incumbent, temuan, opini dan DAK terhadap audit report lag.
Penelitian ini menggunakan sampel 513 pemerintah daerah di Indonesia pada
periode tahun 2013 s.d 2015 dan data yang digunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas LKPD tahun anggaran
2013 s.d 2015, data umur administratif pemerintah daerah dan daftar kepala
daerah se-Indonesia tahun 2013 s.d 2015. Analisis data dilakukan dengan analisis
data panel dan pengolahan data penelitian dengan menggunakan alat uji statistik
Eviews 9. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya umur pemerintah daerah
dan temuan audit yang berpengaruh signifikan terhadap audit report lag,
sedangkan ukuran, incumbent, opini dan DAK tidak berpengaruh terhadap audit
report lag.

Kata kunci: audit report lag, ukuran, umur, incumbent, temuan audit, opini audit
dan dana alokasi khusus
ABSTRACT

DETERMINANT ANALYSIS OF AUDIT REPORT LAG ON LOCAL


GOVERNMENT IN INDONESIA

BY

KARLINA

This research aims to test and find the empirical evidence of the influence of size,
age, incumbent, findings, opinions and allocation fund (DAK) against audit report
lag. This research using sample of 513 local government in Indonesia during the
year 2013 and 2015. The data used are secondary data obtained from the reports
of audit result BPK from local government financial statement over the 2013-
2105 fiscal year, the data of local government age and the data of region leader
in Indonesia. Data analysis with a panel data analysis are estimated using
statistical tests Eviews 9. The result of this research show that only age of the
local government and audit findings that influence significantly to audit report
lag, while size, the incumbent, opinions and DAK has no effect against the audit
report lag.

Keyword: audit report lag, size, age, incumbent, findings, audit opinion and DAK
ANALISIS DETERMINAN AUDIT REPORT LAG PADA
PEMERINTAH DAERAH SE- INDONESIA

Oleh

KARLINA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


MAGISTER SAINS AKUNTANSI

Pada

Magister Ilmu Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

MAGISTER ILMU AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 19 Oktober 1987 yang merupakan anak ketiga

dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Hermansyah (alm) dan Ibu Sri Fandayuni.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu Sekolah Dasar Pertiwi Teladan

Metro lulus tahun 1999, SLTP Negeri 1 Metro lulus tahun 2002 dan SMA Negeri 2

Bandar Lampung 2005. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi strata satu (S1) di

Program Studi Ilmu Hukum Universitas Katolik Parahyangan Bandung dan lulus pada

tahun 2009.

Penulis diterima bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Pemerintah Kota Metro pada

tahun 2010 dan saat ini ditempatkan sebagai fungsional auditor pada Inspektorat Kota

Metro. Pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa pascasarjana pada program

studi Magister Ilmu Akuntansi di Universitas Lampung melalui jalur seleksi Beasiswa

STAR BPKP.
SANWACANA

ِ‫ﺑِﺴْﻢِ اﻟﻠّﮫِ اﻟﺮﱠﺣْﻤَﻦِ ﻟﺮﱠﺣِﯿْﻢ‬

Alhamdulillahillahirobbil’alamiin. Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat

Allah SWT, atas ijin, perkenan, dan berkah dari-Nya, tesis dengan judul

“ANALISIS DETERMINAN AUDIT REPORT LAG PADA PEMERINTAH

DAERAH SE-INDONESIA” ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelas Magister Sains Akuntansi pada Program Studi

Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Lampung;

3. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi

Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas

Lampung;

4. Ibu Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing utama,

atas segala masukan, saran, dan ilmu yang sangat membantu selama proses

penyusunan tesis ini;

5. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si., selaku Pembimbing kedua,

atas segala masukan, saran, dan diskusi dalam membimbing penulis, serta
motivasi dan kesabaran luar biasa yang sangat membantu dalam

penyusunan tesis ini;

6. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., selaku Penguji utama, atas

segala saran dan masukan yang sangat membantu dalam penyusunan tesis

ini;

7. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Sekretaris Penguji, atas segala

saran yang sangat membantu dalam penyempurnaan tesis ini;

8. Suamiku M. Doni Novanri Burni, anak-anakku Aliya Maharani Burni dan

Almira Titania Burni, atas segala pengertian, kesabaran, semangat dalam

menyusun tesis ini;

9. Umi Sri Fandayuni, Mamah Srie Rukmini, Nenek Soleha atas segala doa

dan dukungan tak terhingga dalam penyusunan tesis ini;

10. Teman-teman seperjuangan di batch III MIA STAR BPKP: Mba Pit, Mba

Tik, Minan Dewi, Mba Erna, Mba Yeyen, Mung Ratno, Pak Didik, Pak

Artha, Bang Hayat, Pak Mufid, Mr. W, Pak Damar, Pak Heru, Pak Wasis,

dan Mas Anggie . Teman-teman reguler: Ermina, Mba Tanti, Mb Ika atas

kerjasama selama ini dan semangat yang selalu kalian berikan;

11. Inspektur Kota Metro atas ijin yang diberikan sehingga penulis bisa

mengikuti tugas belajar dan rekan-rekan di Inspektorat Kota Metro Mba

Darma, Kak Ryan, Mas Sidiq, Umi Marlina, Mba Kiki dan Mba Hepri,

khususnya Mba Siti yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

12. Mas Andri, Bolang dan Mas Niko atas bantuan dan kebaikannya selama

ini serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas

semua bantuan dan kerjasamanya.


Demikian kiranya yang dapat penulis sampaikan. Mohon maaf atas segala sesuatu

yang tidak berkenan. Semoga pembaca sekalian dapat memperoleh manfaat dari

tesis ini. Terima Kasih.

Bandar Lampung, Desember 2017

Penulis

Karlina
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 7
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9


2.1. Teori Keagenan....................................................................................... 9
2.2. Teori Kelembagaan /Institutional Theory............................................... 10
2.3. Audit Keuangan ...................................................................................... 12
2.4. Audit Report Lag..................................................................................... 13
2.5. Ukuran Pemerintah Daerah..................................................................... 15
2.6. Umur Pemerintah Daerah ....................................................................... 16
2.7. Kepala Daerah Pertahana/ Incumbent..................................................... 18
2.8. Temuan Audit ......................................................................................... 19
2.9. Opini Audit ............................................................................................. 19
2.10. Dana Alokasi Khusus ............................................................................. 21
2.11. Penelitian Terdahulu............................................................................... 24
2.12. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 27
2.13. Pengembangan Hipotesis........................................................................ 28
2.13.1 Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Audit Report
Lag .............................................................................................. 28
2.13.2 Pengaruh Umur Pemerintah Daerah terhadap Audit Report
Lag .............................................................................................. 29
2.13.3 Pengaruh Incumbent terhadap Audit Report Lag ........................ 30
2.13.4 Pengaruh Temuan Audit terhadap Audit Report Lag.................. 31
2.13.5 Pengaruh Opini Audit terhadap Audit Report Lag...................... 32
2.13.6 Pengaruh DAK terhadap Audit Report Lag ................................ 33

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 34


3.1. Populasi dan Sampel Penelitian.............................................................. 34
3.2. Jenis dan Sumber Data............................................................................ 34
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel.......................... 34
3.3.1 Variabel Dependen (Y)............................................................... 35
3.3.2 Variabel Independen (X) ............................................................ 35
3.3.2.1 Ukuran Pemerintah Daerah.................................................... 36
3.3.2.2 Umur Pemerintah Daerah ...................................................... 36
3.3.2.3 Incumbent............................................................................... 37
3.3.2.4 Temuan Audit ........................................................................ 37
3.3.2.5 Opini Audit ............................................................................ 37
3.3.2.6 Dana Alokasi Khusus............................................................. 38
3.4. Metode Pengumpulan Data..................................................................... 38
3.5. Alat Analisis ........................................................................................... 39
3.5.1 Analisis Model............................................................................ 39
3.5.1.1 Common Effect Model............................................................ 39
3.5.1.2 Fixed Effect Model ................................................................. 40
3.5.1.3 Random Effect Model............................................................. 40
3.5.2 Pemilihan Metode Estimasi ........................................................ 40
3.5.2.1 Uji Chow................................................................................ 41
3.5.2.2 Uji Hausman .......................................................................... 42
3.5.2.3 Uji Lagrange Multiplier ......................................................... 43
3.6. Persamaan Regresi.................................................................................. 43
3.7. Uji Statistik F (Keandalan Model).......................................................... 44
3.8. Uji Statistik t ........................................................................................... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 46


4.1. Deskripsi Hasil Penelitian....................................................................... 46
4.1.1 Analisis Deskriptif Audit Report Lag......................................... 47
4.1.2 Analisis Deskriptif Ukuran Pemerintah Daerah ........................ 47
4.1.3 Analisis Deskriptif Umur Pemerintah Daerah ........................... 48
4.1.4 Analisis Deskriptif Incumbent .................................................... 48
4.1.5 Analisis Deskriptif Temuan Audit............................................. 49
4.1.6 Analisis Deskriptif Opini Audit................................................. 49
4.1.7 Analisis Deskriptif Dana Alokasi Khusus ................................. 50
4.2. Pemilihan Model Regresi Panel Data ..................................................... 50
4.2.1 Uji Chow ..................................................................................... 51
4.2.2 Uji Hausman ............................................................................... 51
4.3. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 52
4.3.1 Koefisien Determinasi ................................................................ 54
4.3.2 Hasil Uji F .................................................................................. 54
4.3.3 Hasil Uji t.................................................................................... 55
4.4. Pembahasan ............................................................................................ 56
4.4.1 Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Audit Report
Lag .............................................................................................. 56
4.4.2 Pengaruh Umur Pemerintah Daerah terhadap Audit Report
Lag .............................................................................................. 57
4.4.3 Pengaruh Incumbent terhadap Audit Report Lag ........................ 58
4.4.4 Pengaruh Temuan terhadap Audit Report Lag............................ 59
4.4.5 Pengaruh Opini terhadap Audit Report Lag................................ 61
4.4.6 Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Audit Report Lag...... 62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 64
5.1. Simpulan ................................................................................................. 64
5.2. Keterbatasan ........................................................................................... 65
5.3. Saran ....................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Rekapitulasi jumlah LKPD yang diaudit oleh BPK Tahun 2013
s.d Tahun 2015 ................................................................................ 2
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...................................................... 24
Tabel 3.1 Variabel dan Hipotesis ..................................................................... 35
Tabel 3.2 Sumber data masing-masing Variabel Penelitian ............................ 39
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel............................................................. 46
Tabel 4.2 Statistik Deksriptif Variabel Audit Report Lag................................ 47
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Ukuran................................................ 47
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Umur .................................................. 48
Tabel 4.5 Statistik Deskriprif Variabel Incumbent .......................................... 48
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel Temuan .............................................. 49
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel Opini .................................................. 49
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel DAK ................................................... 50
Tabel 4.9 Hasil Uji Chow................................................................................. 51
Tabel 4.10 Hasil Uji Hausman ......................................................................... 51
Tabel 4.11 Fixed Effect Model ......................................................................... 52
Tabel 4.12 Deskripsi Hasil Uji t....................................................................... 55
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Perkembangan Opini LKPD Tahun 2012 s.d Tahun 2014 .......... 6
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ..................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk

memenuhi kebutuhan informasi yang berguna dalam proses pengambilan

keputusan oleh pengguna. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan

keuangan harus memiliki 4 (empat) karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu

relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Informasi keuangan

dapat dikatakan relevan salah satunya apabila disajikan secara tepat waktu. Akan

berbeda kebermanfaatan suatu informasi apabila disajikan dalam waktu yang

berbeda, dimana nilai relevansi lebih tinggi apabila informasi tersedia tepat disaat

dibutuhkan. Ketepatwaktuan informasi juga mengandung pengertian bahwa

informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau

membuat perbedaan dalam keputusan.

Pada sektor pemerintah, ketepatan waktu laporan keuangan berperan

penting dalam rangka pengambilan keputusan pemerintah. Pemerintah Kabupaten/

Kota berkewajiban untuk memastikan bahwa laporan keuangan mereka disajikan

secara tepat waktu karena laporan keuangan tersebut merupakan bentuk

pertanggungjawaban kepada publik (Mohammad, 2012). Laporan keuangan

pemerintah dapat digunakan oleh publik untuk mengevaluasi kapabilitas

1
pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki secara efektif dan

efisien. Berdasarkan ketentuan Pasal 56 ayat (3) Undang-undang Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa Laporan Keuangan

disampaikan Gubernur/ Bupati/ Walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Menurut Lase dan Sutaryo (2014), dalam konteks keuangan daerah di

Indonesia, berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara, BPK melaksanakan

audit atas LKPD dengan batas waktu maksimal 2 (dua) bulan sejak diterimanya

LKPD unaudited dari Pemda. Sayangnya setiap tahunnya masih banyak terdapat

pemerintah daerah yang tidak tepat waktu dalam menyampaikan LKPD-nya

seperti data pada tabel 1 berikut.

Tabel 1.1

Rekapitulasi jumlah LKPD yang diaudit oleh BPK Tahun 2013 s.d 2015

Tahun Total LKPD Jumlah LKPD Jumlah LKPD


Pemeriksaan yang wajib yang diaudit BPK yang diaudit BPK
diserahkan Semester 1 Semester II
oleh Pemda

2013 524 415 108


2014 524 456 68
2015 539 504 35
Sumber: data diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa Semester I Tahun 2013, jumlah LKPD

Tahun 2012 yang diterima dan telah diaudit BPK baru sebanyak 415 dan terdapat

108 LKPD yang terlambat menyerahkan LKPD dari total keseluruhan 523 LKPD

Tahun 2012. Begitu pula pada tahun 2014 dimana terdapat 68 LKPD Tahun 2013

2
yang terlambat menyerahkan LKPD-nya kepada BPK dari total 524 LKPD tahun

2013 dan 35 LKPD tahun 2014 yang terlambat penyerahannya kepada BPK dari

total 539 LKPD tahun 2014.

Johnson (1998) menjelaskan untuk memenuhi ketepatan waktu laporan

keuangan, manajer dan auditor diharapkan dapat meminimalkan Audit Report

Lag. Pada umumnya definisi yang digunakan untuk mengukur jumlah hari atas

keterlambatan audit sektor pemerintahan daerah adalah mulai tanggal berakhirnya

tahun fiskal sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit (Payne dan

Jensen, 2002; McLelland dan Giroux, 2000; Cohen dan Leventis, 2013). Dimana

Audit Report Lag sebagai rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan

keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan dihitung

mulai dari penyerahan LKPD sampai dengan tanggal penerbitan LHP oleh BPK.

Ukuran ini yang secara tegas membedakan antara jangka waktu penyusunan

LKPD unaudited dan jangka waktu audit menjadi ciri tersendiri dalam konteks

Audit Report Lag di pemerintahan daerah Indonesia. Jangka waktu tersebut

merupakan waktu pelaksanaan audit lapangan tidak termasuk waktu pelaksanaan

audit pendahuluan.

McLelland dan Giroux (2000), menemukan lamanya Audit Report Lag

dipengaruhi secara signifikan oleh populasi dan keberadaan lembaga audit

tambahan. Payne dan Jensen (2002), Audit Report Lag dipengaruhi oleh dua hal

yaitu karakteristik audit dan karakteristik auditor. Mohamad et al. (2012),

penelitian pada otoritas lokal di Malaysia terdapat hasil signifikan antara Audit

Report Lag dan opini audit. Carslaw dan Kaplan (1991) menjelaskan bahwa Audit

Report Lag dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu kapan audit dimulai dan berapa

3
lama waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit tersebut. Kapan

dimulainya audit tergantung kapan laporan keuangan diserahkan kepada auditor.

Sehingga lamanya waktu perusahaan menyampaikan laporan keuangan kepada

auditor dapat mempengaruhi lamanya Audit Report Lag. Owusu-Ansah (2000),

penelitiannya menyimpulkan bahwa hanya ukuran perusahaan yang

mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan tahunan. Sedangkan Cohen

dan Leventis (2012), Audit Report Lag pada pemerintah kota dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor politik, yaitu kekuatan oposisi dan keterpilihan

kembali kepala daerah, keberadaan tim akuntan internal, jumlah temuan audit,

ukuran pemerintah daerah, dan populasi penduduk.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Cohen dan Leventis (2012) yang menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi Audit Report Lag pada pemerintah kota di Yunani. Penelitian ini

menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Audit Report Lag pada

pemerintah kabupaten/kota di Indonesia antara lain ukuran pemerintah daerah,

umur pemerintah daerah, keterpilihan kembali kepala daerah (incumbent), jumlah

temuan audit, dan opini audit yang diberikan oleh BPK atas laporan keuangan

pemerintah daerah. Serta menganalisis satu faktor tambahan yang mengusung

kearifan lokal yaitu dana alokasi khusus.

Semakin besar ukuran pemerintah daerah diduga akan mempercepat

proses audit sehingga mengurangi Audit Report Lag karena ukuran pemerintah

daerah yang besar memiliki kecenderungan lebih diperhatikan oleh masyarakat

dan memiliki beban untuk menyajikan laporan keuangannya tepat waktu. Selain

itu, Carslaw dan Kaplan (1991) meyebutkan bahwa ukuran pemerintah yang lebih

4
besar cenderung memiliki kontrol internal yang lebih baik dan sumber daya

manusia yang lebih terampil dalam melakukan pengelolaan keuangan dan

penyusunan laporan keuangan.

Pada pemerintahan daerah yang berusia lebih tua atau lebih lama berdiri,

Audit Report Lag diduga cenderung berkurang. Hal ini dikarenakan pada

pemerintah daerah yang lebih tua dianggap lebih terampil dan cakap dalam proses

pengumpulan data untuk menghasilkan informasi yang tepat tersedia ketika

diperlukan.

Kepala daerah yang telah menjabat pada periode kedua, dapat dikatakan

telah mempunyai pengalaman dalam mengelola keuangan daerah dan lebih

memahami hal teknis terkait pengelolaan keuangan daerah maupun peraturan-

peraturan yang berhubungan dengan pelaporan keuangan. Dari pengalaman yang

dimiliki kepala daerah dalam organisasi pemerintahan, tentunya akan

mempermudah suatu pemerintah daerah dalam menghasilkan pelaporan keuangan

dan mengurangi Audit Report Lag.

Semakin banyak item pada temuan audit BPK maka semakin panjang pula

waktu yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah untuk memberikan tanggapan atau

sanggahan terhadap temuan tersebut sehingga proses penyelesaian audit akan

lebih lama dan menambah Audit Report Lag.

Opini atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam LKPD

diambil atas dasar kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),

kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan dan efektivitas atau kehandalan sistem pengendalian intern. Semakin

baik opini yang diberikan oleh BPK atas LKPD mencerminkan bahwa penyajian

5
LKPD semakin baik dan telah sesuai dengan SAP. Audit Report Lag akan

berkurang pada pemerintah daerah yang mendapatkan opini WTP dari BPK atas

LKPD-nya. Data perkembangan pemberian opini oleh BPK atas audit LKPD,

sebagai berikut:

Gambar 1.1

Perkembangan Opini LKPD Tahun 2012 s.d Tahun 2014

70%
61% 59%
60%

50% 47%46%
WTP
40%
30% WDP
30% TW
23%
20% 15% TMP
9%
10% 6%
1% 2% 1%
0%
2012 (524 LHP) 2013 (524 LHP) 2014 (539 LHP)

Sumber: Data diolah

Audit Report Lag akan terjadi lebih lama pada pemerintah daerah yang

memiliki dana alokasi khusus (DAK) dalam jumlah yang lebih besar. Dapat

diartikan bahwa sebagai semakin besarnya jumlah DAK maka semakin banyak

pula waktu yang diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah

daerah.

Di Indonesia, belum banyak penelitian mengenai Audit Report Lag di

sektor pemerintahan daerah, khususnya penelitian mengenai pengaruh DAK dan

Audit Report Lag. Penelitian Audit Report Lag sebelumnya lebih banyak

6
dilakukan pada sektor swasta, khususnya pada perusahaan-perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan umum pada penelitian ini

adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Audit Report Lag. Secara khusus,

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ukuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap Audit Report Lag?

2. Apakah umur pemerintah daerah berpengaruh terhadap Audit Report Lag?

3. Apakah terpilihnya kembali kepala daerah (Incumbent) berpengaruh terhadap

Audit Report Lag?

4. Apakah jumlah temuan audit berpengaruh terhadap Audit Report Lag?

5. Apakah opini audit berpengaruh terhadap Audit Report Lag?

6. Apakah DAK berpengaruh terhadap Audit Report Lag?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menemukan bukti empiris

apakah faktor-faktor yang menyebabkan lamanya Audit Report Lag pada

Pemerintah Kabupaten/Kota se-Indonesia. Penelitian ini pula diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Membantu auditor pada pemerintah daerah untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi Audit Report Lag sehingga dapat mengurangi

potensi terjadinya Audit Report Lag.

7
2. Memberi penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Report

Lag pada instansi pemerintah, sehingga dapat dijadikan tambahan wawasan

dalam penelitian berikutnya bagi akademisi.

3. Memberikan penjelasan yang diharapkan dapat berguna bagi pemerintah

daerah dalam penyusunan LKPD yang dapat mempersingkat waktu

penyerahan LKPD kepada BPK RI, dengan mencermati faktor-faktor yang

berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Report Lag sehingga

penyampaian laporan keuangan dapat tepat waktu.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai

sebuah kontrak dimana satu atau lebih (prinsipal) menyewa orang lain (agen)

untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan

mendelegasikan beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Konflik

kepentingan akan muncul dari pendelegasian tugas yang diberikan kepada agen,

dimana agen tidak dalam kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan

prinsipal tetapi mempunyai kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri

dengan mengorbankan kepentingan pemilik.

Teori keagenan menekankan adanya pemisahan fungsi kepemilikan

(prinsipal) dengan fungsi agen. Menurut Lane (2003) teori keagenan dapat

diterapkan dalam organisasi publik, ia menyatakan bahwa negara demokrasi

modern didasarkan pada serangkaian hubungan prinsipal dan agen. Hal itu pun

didukung Bergman dan Lane (1990) yang menyatakan bahwa kerangka hubungan

prinsipal dan agen merupakan suatu pendekatan yang sangat penting untuk

menganalisis komitmen-komitmen kebijakan publik.

Dalam konteks organisasi sektor publik, Mardiasmo (2009) menjelaskan

bahwa pengertian akuntabilitas sebagai kewajiban pemegang amanah

(pemerintah) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan,

9
dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya 16 kepada pihak pemberi amanah (masyarakat) yang memiliki hak

untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Pendapat Mardiasmo tentang

akuntabilitas dalam konteks sektor publik mengandung arti bahwa dalam

pengelolaan pemerintah daerah terdapat hubungan keagenan antara masyarakat

sebagai prinsipal dan pemerintah sebagai agen. Penggunaan standar akuntansi

pemerintahan diharapkan dapat meningkatkan ketepatan waktu laporan keuangan

sebagai bentuk pertanggungjawaban dari agen kepada prinsipal. Dan dalam

penelitian ini, pemerintah daerah merupakan agen yang mendapat mandat untuk

menyampaikan laporan keuangan kepada BPK. Oleh karena itu ketepatwaktuan

penyampaian laporan keuangan dapat menjadi salah satu tolok ukur dari

pertanggungjawaban pemerintah daerah sebagai agen kepada masyarakat sebagai

prinsipal.

2.2 Teori Kelembagaan/ Institutional Theory

Pada abad 19-an filsuf Yunani Max Weber menyadari bahwa institusi yang

satu dengan yang lainnya saling berinteraksi. Max Weber mencoba mengkaji

birokrasi dan institusi secara sistematis, ia melihat bahwa politik sebagai hal yang

berkaitan dengan penyelenggaraan negara. Dalam hal ini, Weber merumuskan

negara sebagai komunitas manusia yang secara sukses memonopoli penggunaan

paksaan fisik yang sah dalam hal tertentu. Negara dipandang sebagai sumber

utama hak untuk menggunakan paksaan fisik yang sah. Oleh karena itu, politik

bagi Weber merupakan persaingan untuk membagi kekuasaan antar negara

maupun antar kelompok didalam suatu negara. Menurut Weber negara merupakan

10
suatu struktur administrasi atau organisasi yang konkret. Weber juga membatasi

pengertian negara semata-mata sebagai paksaan fisik yang digunakan untuk

memaksakan ketaatan.

Seiring dengan perkembangan zaman, Institutional Theory yang

dicetuskan oleh Max Weber berkembang dan memiliki ide pokok bahwa

terbentuknya organisasi karena tekanan lingkungan institusional yang

menyebabkan terjadinya institusionalisasi. Zukler (1987) menyatakan bahwa ide

atau gagasan pada lingkungan institusional yang membentuk bahasa dan simbol

yang menjelaskan keberadaan organisasi dan diterima (taken for granted) sebagai

norma-norma dalam konsep organisasi. Perspektif yang lain dikemukakan oleh

Meyer dan Scott (1983) mengklaim bahwa organisasi berada dibawah tekanan

berbagai kekuatan sosial, melengkapi dan menyelaraskan struktur organisasi dan

memelihara struktur operasional secara terpisah. Struktur organisasi tidak

ditentukan oleh situasi lingkungan tugas saja, tetapi juga lebih dipengaruhi oleh

situasi masyarakat secara umum. Dengan kata lain bentuk sebuah organisasi

ditentukan oleh legitimasi, efektifitas dan rasionalitas pada masyarakat.

Pemerintah daerah sebagai organisasi atau institusi pemerintahan akan

selalu berada dibawah kontrol masyarakat, hal tersebut terlihat dari peraturan-

peraturan yang menuntut masing-masing pemerintah daerah untuk menyampaikan

pelaporan pertanggungjawaban atas penyelenggaraan pemerintah secara tepat

waktu. Seperti pada Pasal 31 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, menyebutkan bahwa kepala daerah menyampaikan rancangan

peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berupa laporan

keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

11
setelah tahun anggaran berakhir. Pasal 56 ayat (3) Undang-undang Nomor 1

Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, menyebutkan bahwa Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) disampaikan kepala daerah kepada BPK

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Dari peraturan-peraturan yang mengatur batas waktu penyampaian laporan

keuangan pemerintah daerah tersebut diatas diharapkan perilaku organisasi

pemerintah daerah dapat di kontrol secara regulatif dan normatif agar terjamin

ketepatan waktu penyampaian pertanggungjawabannya laporan keuangan.

2.3 Audit Keuangan

Audit atau pemeriksaan seperti yang tercantum didalam Undang-undang

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi

yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar

pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan

informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Pemeriksaan keuangan Negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan

keuangan Negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan Negara yang

dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pengelolaan keuangan

negara sendiri memiliki makna keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan

daerah sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Sedangkan tanggung jawab

keuangan negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan

keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,

12
ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan.

Audit atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang terdiri atas:

 Pemeriksa keuangan adalah pemeriksa atas laporan keuangan pemerintah

pusat dan pemerintah daerah.

 Pemeriksa kinerja adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta

pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan

manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah

 Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan

dengan tujuan khusus diluar pemeriksaan keuangan dan kinerja.

Badan Pemeriksa Keuangan akan memberikan opini terhadap hasil

pemeriksaan LKPD, antara lain opini wajar tanpa pengecualian (WTP), opini

wajar dengan pengecualian (WDP), opini tidak wajar, dan pernyataan menolak

memberikan opini (disclaimer). Representasi kewajaran dituangkan dalam bentuk

opini dengan mempertimbangkan kriteria kesesuaian laporan keuangan dengan

standar akuntansi pemerintahan (SAP), kecukupan pengungkapan, kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian internal

(BPK, 2010). Penelitian ini difokuskan pada pembahasan audit keuangan dimana

dilaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah.

2.4 Audit Report Lag

Dyer dan McHugh (1975) menggunakan tiga kriteria keterlambatan dalam

penelitiannya: (1) preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan

13
keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa; (2) auditor's

report lag; interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai

tanggal laporan auditor ditandatangani (3) total lag: interval jumlah hari antara

tanggal peneriman laporan dipublikasikan oleh bursa.

Owusu-Ansah dan Leventis (2006), sama seperti studi sebelumnya pada

tahun 2000, mereka mendefinisikan „timeliness‟ sebagai jumlah hari antara akhir

tahun keuangan perusahaan dan hari yang perusahaan publik rilis laporan

keuangan diaudit. Ettredge et al. (2006) mendefinisikan Audit Report Lag

sebagai lamanya waktu dari berakhirnya tahun fiskal perusahaan ke tanggal

auditor menandatangani laporan mereka. Sejalan dengan itu Rachmawati (2008)

mendefinisikan Audit Delay sebagai rentang waktu penyelesaian pelaksanaan

audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang

dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan

keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu per 31

Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

Harjoto et al. (2015) mendefinisikan Audit Report Lag adalah proxy untuk

menilai ketepatan waktu laporan audit, dan dengan demikian juga menilai

ketepatan waktu pelaporan laba perusahaan. Carslaw dan Kaplan (1991), Audit

Delay didefinisikan sebagai periode antara akhir tahun buku perusahaan dengan

tanggal laporan audit diterbitkan. Senada dengan Carslaw dan Kaplan, Payne dan

Jensen (2002) menyebutkan Audit Delay sebagai waktu antara akhir tahun buku

pemerintah daerah dengan penyelesaian laporan audit keuangan. Audit Report Lag

dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu kapan audit dimulai dan berapa lama waktu

yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit tersebut (Carslaw & Kaplan, 1991).

14
Kapan dimulainya audit keuangan oleh BPK tergantung pada kapan laporan

keuangan diserahkan oleh pemerintah daerah terkait kepada BPK. Sehingga

semakin lama pemerintah daerah menyerahkan laporan keuangannya kepada

BPK, maka Audit Report Lag semakin panjang.

Knechel dan Payne (2001) menyebutkan bahwa Audit report lag dibagi

menjadi 3 komponen yaitu sceduling lag, fieldwork lag, dan reporting lag.

Sceduling lag merupakan selisih waktu antara akhir tahun fiskal perusahaan atau

tanggal neraca dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor. Hal ini berarti

bahwa manajemen dapat menjadi salah satu penyebab keterlambatan pelaporan

laporan keuangan. Fieldwork lag merupakan selisih waktu antara dimulainya

pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiannya. Reporting lag merupakan selisih

waktu antara saat penyelesaian pekerjaan lapangan dengan tanggal laporan

auditor. Fieldwork lag dan reporting lag menunjukkan bahwa auditor juga

memiliki peranan dalam penyampaian laporan keuangan yang tepat waktu. Jika

audit report lag semakin lama, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian

laporan keuangan akan semakin besar.

2.5 Ukuran Pemerintah Daerah

Watt and Zimmerman (1986) menyatakan bahwa makin besar biaya politik

yang harus ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memilih

prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang

menuju masa depan. Hipotesis biaya politik memperkenalkan suatu dimensi

politik pada pemilihan kebijakan akuntansi. Perusahaan-perusahaan yang

ukurannya sangat besar mungkin dikenakan standar kinerja yang lebih tinggi

15
dengan penghargaan terhadap tanggung jawab lingkungan. Apabila

diinterpretasikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya waktu

penyelesaian audit pada perusahaan manufaktur, terdapat faktor yang

mempengaruhi lamanya waktu penyelesaian audit salah satunya yaitu ukuran

perusahaan. Ukuran perusahaan ini dapat dilihat dari beberapa proksi diantaranya

total aset dan total pendapatan.

Dalam penelitian ini yakni konteks pemerintahan, besar kecilnya ukuran

suatu pemerintahan dapat dilihat dari total APBD suatu pemerintahan dalam

setahun. Semakin besar APBD maka dapat diasumsikan bahwa semakin besar

pula pemerintah tersebut dan semakin tinggi standar kinerjanya. Ukuran

pemerintah daerah yang besar memiliki kecenderungan lebih diperhatikan oleh

masyarakat dan memiliki beban untuk menyajikan laporan keuangannya tepat

waktu. Selain itu ukuran pemerintah yang lebih besar cenderung memiliki kontrol

internal yang lebih baik dan sumber daya manusia yang lebih terampil dalam

melakukan pengelolaan keuangan dan penyusunan laporan keuangan. Apabila

dikaitkan dengan ukuran pemerintah, maka pemerintah dengan APBD besar akan

menyebabkan Audit Report Lag semakin kecil.

2.6 Umur Pemerintah Daerah

Umur suatu organisasi dapat diartikan sebagai seberapa lama organisasi

tersebut berlangsung sejak didirikannya. Umur administratif Pemda adalah tahun

dibentuknya suatu pemerintahan daerah berdasarkan undang-undang

pembentukan daerah tersebut. Pemerintah daerah yang memiliki umur

administratif yang lebih lama akan semakin berpengalaman dan memiliki

16
kemampuan yang lebih baik dalam menyajikan laporan keuangannya secara wajar

sesuai dengan SAP. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan tahun

sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan oleh BPK dan hasil evaluasinya akan

ditindaklanjuti untuk memperbaiki penyajian laporan keuangan pemerintah daerah

pada tahun anggaran berikutnya.

Owusu-Ansah (2000) mengungkapkan saat suatu perusahaan berkembang

dan akuntan internalnya telah belajar banyak masalah pertumbuhan, maka

penundaan yang tidak diperlukan dapat diminimalisir. Hal ini berkaitan dengan

bagaimana perusahaan mampu menyediakan informasi sedini mungkin dan

menghindari penundaan dalam menyampaikan informasi tersebut, karena

perusahaan yang mapan dengan umur yang lebih tua diharapkan memiliki

kemampuan lebih dan cakap dalam pengumpulan, pemrosesan dan menyajikan

informasi pada waktu dibutuhkan.

Petronila (2007) berpendapat bahwa umur listing berpengaruh negatif

terhadap audit report lag. Semakin lama umur listing suatu perusahaan maka

jangka waktu pelaporan auditnya akan semakin cepat demikian pula sebaliknya.

Lianto dan Kusuma (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang lama listing di

Bursa Efek Indonesia memiliki lebih banyak stakeholder dan telah banyak

menjadi perhatian stakeholder sehingga mendorong manajemen mengenai

pentingnya informasi dan menginginkan laporan keuangan audit lebih cepat untuk

dipublikasikan.

17
2.7 Kepala Daerah Petahana/ Incumbent

Berdasarkan undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, bahwa sebuah Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah

yang dibantu oleh seorang wakil kepala daerah. Masa Jabatan Kepala daerah

selama 5 (lima) tahun terhitung sejak pelantikan dan sesudahnya dapat dipilih

kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan. Cohen dan

Leventis (2013), menyebutkan bahwa kepala pemerintah daerah yang telah

berpengalaman memimpin suatu daerah selama lebih dari empat tahun, maka dia

akan cukup akrab dengan standar dan prosedur akuntansi serta langkah-langkah

persiapan yang diperlukan untuk memfasilitasi prosedur audit.

Kepala daerah petahana/incumbent diasumsikan memiliki pengetahuan

dan pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan kepala daerah yang baru

terpilih. Pengalaman ini seringkali digunakan oleh peneliti-peneliti sebagai

alternatif dalam pengukuran keahlian seseorang. Karena pengalaman diasumsikan

dengan mengerjakan sesuatu tugas berulangkali, maka akan memberikan

kesempatan mengerjakannya dengan lebih baik.

Owusu-Ansah (2002) menyebutkan bahwa organisasi (pemerintah) yang

secara terus menerus menerapkan SAP membuat pegawai pemerintah daerah lebih

banyak belajar terkait faktor-faktor yang menyebabkan audit report lag. Ryan, et

al. (2002) berpendapat bahwa pengalaman pemerintah dalam menerbitkan laporan

keuangan akan memberikan efek positif terhadap kepatuhan pemerintah terhadap

SAP. Sedangkan Christiaens dan Peteghem (2007) menjelaskan pemerintah yang

sudah berpengalaman lebih banyak dalam membuat laporan keuangan akan lebih

ahli dalam menghadapi masalah laporan keuangan.

18
2.8 Temuan Audit

Temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan,

diolah, diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu yang

disajikan secara analitis menurut unsur-unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi

pihak-pihak yang bekepentingan. Temuan audit biasanya merupakan

permasalahan-permasalahan yang ditemukan oleh auditor di lapangan. Selama

pelaksanaan pekerjaan audit, auditor mengidentifikasi kondisi-kondisi yang

memerlukan tindakan perbaikan atas penyimpangan-penyimpangan dari norma,

peraturan ataupun kriteria-kriteria yang dapat diterima.

Pada penelitian ini difokuskan pada jumlah temuan audit karena dianggap

dapat berpengaruh pada lamanya penyelesaian laporan audit. Hal tersebut

disebabkan oleh perlunya auditan dalam memberikan tanggapan maupun

sanggahan atas temuan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK. Cohen dan

Leventis (2013) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa komunikasi antara

auditan dengan auditor menjadi lebih lama apabila terdapat permasalahan

akuntansi. Permasalahan akuntansi yang dimaksud pada penelitian mereka adalah

temuan audit yang material. Temuan audit yang lebih banyak akan memerlukan

waktu pembahasan lebih lama sebelum temuan tersebut diangkat dalam laporan

hasil pemeriksaan. Baik pembahasan didalam tim audit sendiri ataupun

pembahasan temuan yang dilakukan tim audit dengan pemerintah daerah terkait

selaku auditan.

2.9 Opini Audit

Hasil audit BPK atas laporan keuangan berupa opini atas laporan

keuangan pemerintah daerah merupakan cermin bagi kualitas akuntabilitas

19
keuangan atas pelaksanaan APBD. Terdapat empat jenis opini (wikipedia.com)

atas laporan keuangan pemerintah yaitu:

1. Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) adalah opini audit yang

akan diterbitkan jika laporan keuangan dianggap memberikan informasi yang

bebas dari salah saji material. Jika laporan keuangan diberikan opini jenis ini,

artinya auditor meyakini berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan,

perusahaan/pemerintah dianggap telah menyelenggarakan prinsip akuntansi

yang berlaku umum dengan baik, dan kalaupun ada kesalahan, kesalahannya

dianggap tidak material dan tidak berpengaruh signifikan terhadap

pengambilan keputusan.

2. Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion), adalah opini audit yang

diterbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari

salah saji material, kecuali untuk rekening atau item tertentu yang menjadi

pengecualian. Sebagian akuntan memberikan julukan little adverse

(ketidakwajaran yang kecil) terhadap opini jenis ini, untuk menunjukan

adanya ketidakwajaran dalam item tertentu, namun demikian ketidakwajaran

tersebut tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara

keseluruhan.

3. Tidak Wajar (Adversed Opinion) adalah opini audit yang diterbitkan jika

laporan keuangan mengandung salah saji material, atau dengan kata lain

laporan keuangan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Jika

laporan keuangan mendapatkan opini jenis ini, berarti auditor meyakini

laporan keuangan perusahaan/pemerintah diragukan kebenarannya, sehingga

bisa menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

20
4. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion), opini ini diasumsikan

bahwa auditor menolak memberikan pendapat atau tidak ada opini yang

diberikan. Opini jenis ini diberikan jika auditor itidak bisa meyakini apakah

laporan keuangan wajar atau tidak. Opini ini bisa diterbitkan jika auditor

menganggap ada ruang lingkup audit yang dibatasi oleh

perusahaan/pemerintah yang diaudit, misalnya karena auditor tidak bisa

memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk bisa menyimpulkan dan

menyatakan laporan sudah disajikan dengan wajar.

Adanya kenaikan persentase opini wajar tanpa pengecualian (WTP) secara

umum dapat diasumsikan bahwa terdapat perbaikan akuntabilitas keuangan oleh

pemerintahan daerah dalam menyajikan laporan keuangan sesuai dengan prinsip

yang berlaku. McLelland dan Giroux (2000), berpendapat bahwa opini WTP

merupakan sebuah kabar bagus yang harus dilaporkan sesegera mungkin. Sejalan

dengan penelitian mereka, Payne dan Jensen (2002) menyebutkan bahwa opini

WDP mengindikasikan adanya tambahan prosedur yang dibutuhkan selama

pelaksanaan audit yang akan meningkatkan Audit Report Lag.

2.10 Dana Alokasi Khusus (DAK)

Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang No. 33 Tahun 2004, tentang

Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah

menyebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang

bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan

untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan

sesuai dengan prioritas nasional. Pasal 162 UU No.32 Tahun 2004, menyebutkan

21
bahwa DAK dialokasikan dalam APBN untuk daerah tertentu dalam rangka

pendanaan desentralisasi untuk membiayai kegiatan khusus yang ditentukan

Pemerintah Pusat atas dasar prioritas nasional dan membiayai kegiatan khusus

yang diusulkan daerah tertentu. Kegiatan DAK berdasarkan PP nomor 104

Tahun 2000 meliputi : (i) DAK digunakan untuk membiayai investasi

pengadaan dan atau peningkatan dan atau perbaikan prasarana dan sarana fisik

dengan umur ekonomis yang panjang; (ii) Dalam keadaan tertentu, DAK

dapat membantu membiayai pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan

sarana tertentu untuk peride terbatas, tidak melebihi tiga tahun.

Pada penelitian Cohen dan Leventis (2013) terdapat satu faktor yang

dinilai mempengaruhi Audit Report Lag yakni “governmental grants”. Cohen dan

Leventis menyebutkan bahwa governmental grants ini sebagai bentuk subsidi

negara yang dialokasikan ke daerah otonom oleh pemerintah pusat untuk

digunakan dalam rangka kepentingan operasional dan investasi. Terkait dengan

penelitian Cohen dan Leventis (2013) ini, terdapat kesamaan nilai antara

governmental grants dan DAK yaitu keduanya merupakan bantuan dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang digunakan untuk kepentingan

pendanaan operasional dan investasi didaerah.

PASAL 54 PP Nomor 55 Tahun 2005 mengatur bahwa perhitungan

alokasi DAK dilakukan melalui 2 tahap, yaitu penentuan daerah tertentu yang

menerima DAK dan penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah.

Penentuan daerah tertentu menurut pasal 54 harus memenuhi kriteria sebagai

berikut :

22
a. Kriteria umum, dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah

yang tercermin dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja

Pegawai Negeri Sipil. Dalam tahun 2011, arah kebijakan umum DAK

adalah untuk membantu daerah-daerah yang kemampuan keuangan

daerahnya relatif rendah. Hal ini diterjemahkan bahwa DAK dialokasikan

untuk daerah-daerah yang kemampuan keuangan daerahnya berada di

bawah rata-rata nasional;

b. Kriteria khusus, ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-

undangan, dan karakteristik daerah.

1) Aturan perundangan-undangan, untuk daerah yang termasuk

dalam pengaturan otonomi khusus atau termasuk dalam 199

kabupaten tertinggal diprioritaskan mendapatkan alokasi DAK

2) Karakteristik daerah, daerah yang diprioritaskan mendapatkan

alokasi DAK dilihat dari karakteristik daerah yang meliputi :

daerah tertinggal, daerah pesisir dan/atau kepulauan, daerah

perbatasan dengan negara lain, daerah rawan bencana, daerah

ketahanan pangan, dan daerah pariwisata.

Dari karakteristik diatas dapat dilihat bahwa sebagain besar pemerintah

daerah yang menjadi prioritas DAK merupakan daerah-daerah dengan

kecenderungan ketergantungan lebih tinggi terhadap bantuan pemerintah pusat.

Menurut Cohen dan Leventis (2013), daerah yang memiliki ketergantungan tinggi

terhadap bantuan pusat akan semakin tunduk untuk mematuhi peraturan

pemerintah pusat termasuk peraturan terkait ketepatan waktu penyampaian

laporan keuangan.

23
2.11 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti dan Judul


No. Variabel Metodologi Hasil
Penelitian
1. Cohen dan Leventis. Audit delay (Y) Cohen dan Leventis menunjukkan rata-rata
2013. Effects of menggunakan audit delay selama 228
Municipal, auditing Pengalaman sampel sebanyak hari. Hasil penelitian juga
and political factors pemerintah dalam 116 kota di yunani memperlihatkan bahwa
on audit delay akuntansi akrual, dengan data selama audit delay memiliki
ketergantungan tahun 2006-2007 hubungan yang signifikan
pemerintah daerah dengan beberapa variabel
terhadap bantuan saja yaitu adanya oposisi
pemerintah pusat, yang kuat, terpilihnya
lokasi wilayah, kembali walikota lama,
adanya oposisi yang adanya akuntan internal,
kuat, terpilihnya jumlah penduduk, jumlah
kembali walikota temuan dan ukuran aset
lama, adanya pemerintah.
akuntan eksternal,
adanya akuntan
internal, jumlah
temuan audit, tipe
auditor (X) dan

Variabel kontrol:
ukuran aset, jumlah
penduduk,
likuiditas, leverage,
dan profitabilitas.

2. Andrew J. McLelland Audit Delay (Y) Audit delay pada Audit delay berhubungan
dan Gary Giroux. 164 kota besar di negatif dengan
2000. An empirical Pengungkapan AS pengungkapan dalam
analysis of auditor laporan audit, laporan audit dan
report timing by large keberadaan auditor keberadaan auditor
municipalities independen, independent. Mereka
Populasi juga menemukan
keberadaan lembaga hubungan positif yang
audit tambahan (X) signifikan antara audit
delay dengan populasi
dan keberadaan lembaga
audit tambahan.
3. Jeff L. Payne dan Audit delay (Y) Audit delay pada Mereka menemukan
Kevan L. Jensen. pemerintah kota di bahwa insentif untuk
2002. An examination Insentif, tenggara AS tahun manajemen atas waktu
of municipal audit pengalaman, 1992 pelaporan, keberadaan
delay reputasi auditor, sistem pelaporan

24
sistem pelaporan keuangan berkualitas, dan
keuangan utang terikat berhubungan
berkualitas, utang negatif dengan audit
terikat, delay. Namun audit delay
ukuran, mempunyai
pekerjaan audit hubungan postif dengan
musim sibuk, ukuran, pekerjaan audit
opini audit, dan selama musim sibuk
regulasi (X) auditor eksternal, opini
audit, dan regulasi.
Pengalaman dan reputasi
auditor juga berhasil
menurunkan Audit delay.

4. Marziana Mohamad, Audit Delay (Y) : Penelitian pada Hasil melaporkan bahwa
et al. 2012. Audit Account preparation otoritas lokal rata-rata audit delay lebih
delay in Local delay, Delay in Kedah, Kelantan dari 100 hari yang antara
Authorities: An submission dan dan Perak dengan 11-12 bulan. Hasil
Explanatory Study in Date of data dari tahun ditemukan signifikan
Kedah, Perak and certification. 2007-2010 dengan hubungan antara audit
Kelantan. metode delay dan opini audit
Audit Opinion (X) purposive sampling untuk negara Perak. Di
sisi lain, temuan
menunjukkan hubungan
yang tidak signifikan
untuk Kedah dan
Kelantan.

5. Amr Nazieh Audit Report Lag Sample laporan Dari 6 variabel, terdapat 4
Mahmoud Ezat. 2015. (Y) tahunan dari variabel yang memiliki
The impact of audit- perusahaan hubungan signifikan
related factors on Audit Type nonfinansial yang dengan ARL.
audit report lag for Audit Tenure terdaftar sebanyak
the Egyptian listed Audit firm industry 171 perusahaan -Audit firm industry
nonfinancial specialization dengan 513 specialization
companies. Audit Report Type firmyear observasi berhubungan negatif
Audit Fees selama periode dengan ARL
Joint Audit 2011 –2013. -Audit report type
(X) Dengan berhubungan postitif
menggunakan OLS dengan ARL
Variabel Kontrol: -Audit Fees berhubungan
Ukuran perusahaan negatif dengan ARL
Leverage -Joint Audit berhubungan
Kompleksitas negatif dengan ARL
Kepemilikan
managerial
Kepemilikan
pemerintah
Kepemilikan privat

6. Corey S. Cagle, Dale Audit Report Delay Penelitian pada Opini berhubungan
L. Flesher, and (Y) pemerintah lokal di signifikan dengan audit
Annette B. Pridgen. US dengan delay sejalan dengan
2014. Audit report Posisi menggunakan penelitian Payne Jensen
timeliness of United kompetensi Regresi Logistik (2002).
States local manajerial dan OLS terhadap Temuan audit
governments: an Temuan audit 166 entitas berhubungan positif dan
Investigation of Opini pemerintahan (55 signifikan terhadap audit
entities exceeding Debt counties dan 111 delay
reporting deadlines Single Audit minicipalities)

25
Fund Variabel kontrol County
Distance berhubungan dengan audit
Expertis delay yang lebih lama.
County
(X)

7. Carslaw dan Kaplan. Audit Delay (Y) Penelitian ini hanya variabel ukuran
1991. An Examination dilakukan di New perusahaan dan
of Audit Delay : Ukuran perusahaan Zealand di tahun pengumuman kerugian
Further Evidence Jenis industri 1987 dan 1988. yang konsisten
from New Zeland. Laba/rugi Pos-pos Dengan berpengaruh terhadap
luar biasa Opini menggunakan audit delay selama
audit Auditor Tahun univariate dan periode penelitian.
tutup buku multivariate (linear
perusahaan regression)
Kepemilikan
perusahaan Proporsi
utang (X)
8. Asmah Abdul Aziz, Audit Report Lag Penelitian pada Ukuran FSBs dan
Fadlizawati Isa, Mohd (Y) Federal Statutory profitability dari FSBs
Faidzal Abu. 2014. Bodies (FSBs) menunjukan hubungan
Audit Report Lags of Ukuran Malaysia. Dengan negatif dengan Audit
Federal Statutory Profitabilitas sample 92 FSBs Report Lag. Dan
Bodies in Malaysia Leverage selama periode Leverage serta Temuan
Temuan Audit 2006 to 2010 Audit memiliki hubungan
(X) dengan model atau mempengaruhi ARL.
regresi.
9. Owusu-Ansah. 2000. Ketepatan Waktu Penelitian terhadap Hanya ukuran perusahaan
Timeliness of (Y) laporan keuangan yang mempengaruhi
Corporate Financial tahunan dari 47 ketepatan waktu
Reporting in Ukuran Perusahaan, perusahaan non- penyampaian laporan
Emerging Capital Profitability, Umur finansial dengan tahunan
Markets : Empirical Perusahaan, Item- menggunakan two-
Evidence From The item luar biasa, stage least squares
Zimbabwe Stock bulan dari akhir regression
Exchange tahun finansial, dan
kompleksitas
perusahaan (X)
10. Owusu-Ansah dan S. Final Reporting 95 companies, Variabel Insider Equity
Leventis. 2006 Lead-time (Y) representing about dan Remark secara
Timeliness of 32% of all signifikan berhubungan
Corporate Annual Size companies listed on positif dengan FRL,
Financial Reporting Gearing the Athens Stock sedangkan Auditor Type
in Greece Insider Equity Exchange (ASE). berhubungan negatif
Industry Type terhadap FRL. Sedangkan
Remarks cross-sectional variabel lainnya memiliki
Auditor Type regression model hasil yang tidak
(X) with an ordinary signifikan.
least squares (OLS)
technique
11. Lianto, Novice., dan Audit Report Lag Penelitian ini Profitabilitas memiliki
Budi Hartono (Y) mengambil sample arah negative dan
Kusuma. 2010. perusahaan signifikan terhadap ARL.
Profitabilitas consumer good dan Solvabilitas dan umur
Faktor-faktor yang
Solvabilitas multifinance yang perusahaan berpengaruh
berpengaruh terhadap Ukuran Perusahaan terdaftar di BEI signifikan dengan arah
Audit Report Lag. Umur Perusahaan tahun 2004-2008 positif terhadap ARL
Jenis Industri sedangkan ukuran
(x) perusahaan dan jenis
industry negatif tidak
signifikan

26
12. Sutaryo, Yediel Lase. Audit Delay (Y) Penelitian dengan Penelitian ini berhasil
2015. menggunakan menyimpulkan
Auditors Pendidikan Auditor, model regresi bahwa kecakapan
Characteristics And Penugasan berganda. profesional auditor
Audit Delay: Evidence Berulang, purposive sampling, berpengaruh terhadap
From Indonesian Kecakapan berdasarkan kriteria: audit delay LKPD baik
Regional Profesional pemerintah daerah secara individual maupun
Governments (X) menyusun LKPD ketika diinteraksikan
Tahun 2012 dan dengan variabel lain.
telah diaudit oleh Namun demikian,
BPK dan data penelitian ini tidak
karakteristik berhasil menyimpulkan
auditornya dapat pengaruh penugasan
diperoleh berulang auditor pada
audit delay.

2.12 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi Audit

Report Lag dengan variabel bebas berupa ukuran Pemerintah daerah yang

diproksikan dengan besarnya jumlah pendapatan dan belanja pemerintah daerah,

umur pemerintah daerah, terpilihnya kembali kepala daerah periode sebelumnya,

banyaknya temuan audit, opini audit dan DAK. Hubungan antar variabel tersebut

terlihat dalam model penelitian pada gambar 2.1 sebagai berikut.

27
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian

Incumbent Temuan
(-) (+)

Umur (-) Opini (-)

Audit
Ukuran (-) Report DAK (-)
Lag

2.13 Pengembangan Hipotesis

2.13.1 Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Audit Report Lag

Owusu - Ansah (2000) menyebutkan bahwa perusahaan yang lebih besar

lebih cepat dalam menyampaikan laporan keuangannya. Hal tersebut dikarenakan

perusahaan besar di Zimbabwe adalah perusahaan multinasional sehingga mereka

cenderung lebih memiliki akses terhadap teknologi modern, memiliki sistem

pengendalian internal yang lebih baik dan komite audit yang lebih efisien, dan

pada akhirnya auditor menghabiskan lebih sedikit waktu dalam melakukan

pengujian kepatuhan dan substantif. Cohen dan Leventis (2013) menyebutkan

bahwa organisasi besar lebih menjadi sorotan publik dan pihak yang

berkepentingan dapat menuntut organisasi untuk menyediakan informasi

keuangan yang tepat waktu. Hasil penelitian Cohen dan Leventis (2013)

menyebutkan ukuran kota berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag. Sejalan

28
dengan hasil penelitian Owusu - Ansah (2000), Dyer dan Mc Hugh (1975) dan

Carslaw dan Kaplan (1991).

Sedangkan Watt and Zimmerman (1986) menyatakan bahwa makin besar

biaya politik yang harus ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih

memilih prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa

sekarang menuju masa depan. Hipotesis biaya politik memperkenalkan suatu

dimensi politik pada pemilihan kebijakan akuntansi. Perusahaan-perusahaan yang

ukurannya sangat besar mungkin dikenakan standar kinerja yang lebih tinggi

dengan penghargaan terhadap tanggung jawab lingkungan. Apabila dikaitkan

dengan ukuran pemerintah, maka pemerintah dengan APBD besar cenderung

mendapatkan perhatian publik lebih besar, sehingga pemerintah dengan APBD

lebih besar berusaha untuk semaksimal mungkin menampilkan laporan

keuangannya tepat waktu. Selain itu pemerintah daerah yang memiliki APBD

besar cenderung memiliki kontrol internal yang lebih baik dan sumber daya

manusia yang lebih terampil dan berpengalaman dalam melakukan pelaporan atas

transaksi keuangan dibandingkan dengan daerah yang memiliki APBD lebih kecil.

Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah:

H1 : Ukuran Pemerintah daerah berpengaruh negatif terhadap Audit Report

Lag.

2.13.2. Pengaruh Umur Pemerintah Daerah terhadap Audit Report Lag

Owusu-Ansah (2000) mengungkapkan saat suatu perusahaan berkembang

dan akuntan internalnya telah belajar banyak masalah pertumbuhan, maka

penundaan yang tidak diperlukan dapat diminimalisir. Petronila (2007) umur

29
listing berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Semakin lama umur listing

suatu perusahaan maka jangka waktu pelaporan auditnya akan semakin cepat

demikian pula sebaliknya. Pemerintah daerah dengan umur yang lebih tua sangat

mungkin memiliki sistem operasional, keuangan dan akuntansi yang lebih baik

juga memiliki kecakapan dan keterampilan yang cenderung lebih baik, sehingga

tidak ada kendala pada saat proses audit dan akan membantu proses audit tersebut

berjalan lebih singkat atau Audit Report Lag lebih pendek. Berdasarkan hal

tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah:

H2: Umur Pemerintah Daerah berpengaruh negatif terhadap Audit Report

Lag.

2.13.3. Pengaruh Incumbent terhadap Audit Report Lag

Teori Keagenan menjelaskan bahwa pengertian akuntabilitas sebagai

kewajiban pemegang amanah (pemerintah) untuk memberikan

pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala

aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya 16 kepada pihak pemberi

amanah (masyarakat) yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban

tersebut (Mardiasmo, 2009).

Kepala daerah petahana/incumbent yang terpilih kembali diasumsikan

memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan kepala daerah yang

baru terpilih. Owusu-Ansah (2002) menyebutkan bahwa organisasi (pemerintah)

yang berpengalaman menerapkan SAP membuat pegawai pemerintah daerah lebih

banyak belajar terkait faktor-faktor yang menyebabkan audit report lag. Ryan, et

al. (2002) berpendapat bahwa pengalaman pemerintah dalam menerbitkan laporan

30
keuangan akan memberikan efek positif terhadap kepatuhan pemerintah terhadap

SAP. Sedangkan Christiaens dan Peteghem (2007) menjelaskan pemerintah yang

sudah berpengalaman lebih banyak dalam membuat laporan keuangan akan lebih

ahli dalam menghadapi masalah laporan keuangan.

Cohen dan Leventis (2013), menyebutkan bahwa kepala pemerintah

daerah yang telah berpengalaman memimpin suatu daerah selama lebih dari empat

tahun, maka dia akan cukup akrab dengan standar dan prosedur akuntansi serta

langkah-langkah persiapan yang diperlukan untuk memfasilitasi prosedur audit.

Hasil penelitian Cohen dan Leventis menyebutkan incumbent berpengaruh negatif

terhadap Audit Report Lag. Kepala daerah pertahana/incumbent diharapkan akan

mempercepat penyelesaian penyusunan laporan keuangan dan mengurangi Audit

Report Lag. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah:

H3: Incumbent berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag.

2.13.4. Pengaruh Temuan Audit terhadap Audit Report Lag

Aziz et al. (2014) berpendapat bahwa temuan auditor dapat menyebabkan

peningkatan audit report lag karena auditor mencoba untuk melindungi diri dari

tindakan hukum potensial dan mengambil banyak waktu untuk melakukan audit.

Menurut Cohen dan Leventis (2013), ketika permasalahan akuntansi timbul

negosiasi antara auditan dengan auditor menjadi lebih intens dan berlangsung

lama. Cagle et al. (2014) berpendapat temuan audit dalam jumlah besar dapat

ditafsirkan sebagai berita buruk dan dapat menyebabkan ketidaktepatan waktu

pelaporan. Hasil penelitian Cagle et al. (2014) menyebutkan bahwa banyaknya

temuan audit berpengaruh positif terhadap Audit Report Lag hasil ini mendukung

31
penelitian dari Lys and Watts (1994), Beattie, Fearnley dan Brandt (2000), Cohen

dan Leventis (2013) dan Aziz et al. (2014).

Temuan audit yang lebih banyak akan memerlukan waktu pembahasan

lebih lama sebelum temuan tersebut diangkat dalam laporan hasil pemeriksaan.

Baik pembahasan didalam tim audit sendiri ataupun pembahasan temuan yang

dilakukan tim audit dengan pemerintah daerah terkait selaku auditan. Banyaknya

temuan audit juga akan menambah waktu bagi auditan atau pemerintah daerah

dalam memberikan tanggapan atas temuan tersebut. Berdasarkan hal tersebut,

hipotesis yang akan diuji adalah:

H4: Temuan audit berpengaruh positif terhadap Audit Report Lag.

2.13.5. Pengaruh Opini Audit terhadap Audit Report Lag

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan

bahwa opini audit WTP menggambarkan kualitas akuntabilitas pelaksanaan

kebijakan akuntansi Pemda yang memadai. Menurut Carslaw dan Kaplan (1991)

audit report lag yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima

pendapat wajar dengan pengecualian. Dwyer dan Wilson (1989) unqualifed

opinion mengindikasikan adanya good news daripada bad news sehingga hal ini

turut serta dalam mempengaruhi waktu penerbitan laporan keuangan. McLelland

dan Giroux (2000), opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

merupakan sebuah pertanda kabar buruk bagi pengguna laporan keuangan.

Sejalan dengan penelitian-penelitian diatas, Payne dan Jensen (2000) dan Cagle et

32
al. (2014) menyebutkan opini wajar dengan pengecualian berpengaruh positif

terhadap Audit Report Lag. Opini WTP maupun opini non WTP yang diberikan

oleh BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah, dianggap sebagai berita atau

catatan yang buruk dari kinerja keuangan suatu pemerintah daerah. Berdasarkan

hal tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah:

H5: Opini berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag.

2.13.6. Pengaruh DAK terhadap Audit Report Lag

Pasal 63 Peraturan Pemerintah nomor 25 Tahun 2005 menyebutkan bahwa

Penyampaian laporan triwulan yang memuat laporan pelaksanaan kegiatan dan

penggunaan DAK dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah

triwulan yang bersangkutan berakhir dan apabila daerah tidak menyampaikan

laporan sebagaimana dimaksud, penyaluran DAK ke daerah dapat ditundakan.

Menurut Cohen dan Leventis (2013), pemerintah daerah yang tingkat

ketergantungan yang tinggi terhadap bantuan pemerintah pusat akan semakin

tunduk untuk mematuhi peraturan pemeri ntah pusat termasuk peraturan terkait

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Dengan demikian, penyusunan

laporan keuangan pemerintah daerah akan lebih tepat waktu dan Audit Report Lag

akan berkurang.

H6: DAK berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag.

33
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Provinsi/ Kabupaten /

Kota Seluruh Indonesia. Sedangkan sampel dalam penelitian ini terdiri dari 415

Kabupaten, 93 Kota dalam 34 Provinsi, dengan total 542 provinsi/kabupaten/kota

pada periode 2013-2015. Penelitian ini tidak menggunakan teknik sampling,

namun terdapat 18 provinsi/kabupaten/kota yang tidak memenuhi kriteria sampel

dikarenakan umur pemerintah daerah yang masih baru berdiri sehingga tidak

tersedia data yang diperlukan dan 11 kabupaten/kota yang tidak memiliki DAK,

sehingga diperoleh sampel sebanyak 513 provinsi/kabupaten/kota dengan tahun

penelitian selama 3 tahun maka observasi penelitian ini sebanyak 1539 observasi.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas LKPD tahun anggaran

2013-2015, data umur administratif pemerintah daerah, serta daftar kepala daerah

tahun 2013 - 2015 dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

34
3.3.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi

oleh variabel lain yang menjadi perhatian utama penelitian. Dalam penelitian ini

variabel dependennya adalah Audit Report Lag (ARL), yaitu lamanya waktu

penyelesaian audit yang diukur dari tanggal akhir tahun anggaran hingga tanggal

diterbitkannya laporan audit oleh auditor. Hal ini sejalan dengan penelitian dari

Cohen dan Leventis (2013), Payne dan Jensen (2002), Ezat (2015) Carslaw dan

Kaplan (1991) dan Cagle et al. (2014), dimana pengukuran ARL disini dilakukan

secara kuantitatif dari tanggal berakhirnya tahun buku pemerintah daerah (31

Desember) hingga tanggal diterbitkannya laporan audit oleh BPK.

3.3.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini,

dijelaskan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1
Variabel dan Hipotesis

Koefisien Variabel Ukuran Variabel Ekspektasi


UKURAN (X1) Ukuran Pemda Ukuran kuantitatif logaritma natural dari total Negatif
realisasi pendapatan dan belanja yang tercantum
dalam Laporan Realisasi Anggaran pemerintah
daerah pada tahun bersangkutan.
UMUR (X2) Umur Pemda Umur Pemda berdasarkan undang-undang Negatif
pembentukan masing-masing Pemda sampai
dengan tahun penelitian
INCUM (X3) Incumbent Kepala Daerah yang menjabat pada periode Negatif
kedua (1) dan menjabat pada periode pertama (0)

TEMUAN (X4) Temuan Audit Jumlah temuan audit yang tercantum dalam Positif
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Daerah tahun anggaran bersangkutan
oleh BPK.
OPINI (X5) Opini Audit Jenis opini yang diberikan oleh BPK terhadap Negatif
laporan keuangan pemerintah daerah yang
tercantum dalam LHP BPK. Apabila opini BPK

35
adalah WTP diberi kode (1), sedangkan apabila
opini non WTP diberi kode (0)
DAK (X6) Dana Alokasi Logaritma natural dari jumlah DAK yang Negatif
Khusus tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran
pemerintah daerah pada tahun bersangkutan.

3.3.2.1 Ukuran Pemerintah Daerah

Cohen dan Leventis (2013), mengungkapkan bahwa organisasi besar lebih

menjadi sorotan public dan pihak yang berkepentingan dapat menuntut organisasi

untuk menyediakan informasi keuangan yang tepat waktu. Owusu - Ansah (2000)

menyebutkan bahwa perusahaan yang lebih besar lebih cepat dalam

menyampaikan laporan keuangannya. Sejalan dengan penelitian Leventis et al.

(2005) dan penelitian Cohen dan Leventis (2013) yang menyebutkan bahwa

penelitian mereka menggunakan total asset untuk mengukur ukuran organisasi.

3.3.2.2 Umur Pemerintah Daerah

Umur suatu organisasi dapat diartikan sebagai seberapa lama organisasi

tersebut berlangsung sejak didirikannya. Umur administratif Pemda adalah tahun

dibentuknya suatu pemerintahan daerah berdasarkan undang-undang

pembentukan daerah tersebut. Pengukuran variable ini sejalan dengan penelitian

dari Owusu-Ansah (2000) yang melihat umur perusahaan berkembang yang lebih

lama dinilai akuntan internalnya telah belajar banyak masalah pertumbuhan, maka

penundaan yang tidak diperlukan dapat diminimalisir. Petronila (2007)

berpendapat semakin lama umur listing suatu perusahaan maka jangka waktu

pelaporan auditnya akan semakin cepat demikian pula sebaliknya.

36
3.3.2.3 Incumbent

Sejalan dengan penelitian Cohen dan Leventis (2013), pada penelitian ini

menggunakan ratio perhitungan satu (1) untuk kepala daerah memegang posisi

yang sama selama lebih dari empat tahun, dan nilai nol (0) untuk kepala daerah

yang menjabat pada periode pertama atau kurang dari 4 tahun. Cohen dan

Leventis (2013) menilai bahwa kepala daerah yang menjabat lebih dari 4 tahun

maka dia akan cukup akrab dengan standar dan prosedur akuntansi serta langkah-

langkah persiapan yang diperlukan untuk memfasilitasi prosedur audit.

3.3.2.4 Temuan Audit

Variable temuan yang diukur pada penelitian ini dengan melihat jumlah

temuan keseluruhan dari audit sejalan dengan penelitian Aziz et al. (2014)

berpendapat bahwa temuan auditor dapat menyebabkan peningkatan audit report

lag karena auditor mencoba untuk melindungi diri dari tindakan hukum potensial

dan mengambil banyak waktu untuk melakukan audit. Penelitian ini juga sejalan

dengan pemikiran Cagle et al. (2014) yang berpendapat temuan audit dalam

jumlah besar dapat ditafsirkan sebagai berita buruk dan dapat menyebabkan

ketidaktepatan waktu pelaporan.

3.3.2.5 Opini Audit

Opini audit diukur dengan menggunakan ratio satu (1) untuk opini WTP

dan ratio nol (0) untuk opini non-WTP. Sejalan dengan penelitian Carslaw dan

Kaplan (1991), dimana opini audit dilihat dari pendapat wajar dengan

37
pengecualian dan wajar tanpa pengecualian. Didukung pula oleh penelitian dari

McLelland dan Giroux (2000), Payne dan Jensen (2000) dan Cagle et al. (2014)

yang memisahkan antara opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dan

opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).

3.3.2.6 Dana Alokasi Khusus

Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Cohen dan Leventis (2013),

dimana mengukur tingkat ketergantungan terhadap bantuan pemerintah pusat

dengan melihat jumlah dari Dana Alokasi Khusus (DAK) atau disebut „grant‟

pada penelitoan Cohen dan Leventis (2013). Dengan pengukuran jumlah DAK

untuk menguji apakah pemerintah daerah yang memiliki jumlah DAK yang besar

akan semakin tunduk untuk mematuhi peraturan pemerintah pusat termasuk

peraturan terkait ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisa

dokumen. Ringkasan sumber data masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel

3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2
Sumber data masing-masing variabel penelitian

Variabel Penelitian Sumber Data


Audit Report Lag (ARL) LHP BPK
Ukuran pemerintah daerah Laporan keuangan pemerintah
(UKURAN) daerah dalam LHP BPK
Umur Pemeritahan Daerah (UMUR) Data tahun berdiri masing-masing

38
Pemda (www.wikipedia.co.id)
Kepala Daerah Incumbent (INCUM) Data Kepala Daerah
(www.wikipedia.co.id)
Temuan Audit (TEMUAN) LHP BPK
Opini Audit (OPINI) LHP BPK
Dana Alokasi Khusus (DAK) Laporan keuangan pemerintah
daerah dalam LHP BPK
Sumber: data yang diolah

3.5 Alat Analisis

Teknis analisis penelitian ini adalah analisis data panel. Data panel

merupakan penggabungan dari data time series dan cross section. Data time series

berupa data yang dimulai dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dan data

cross-section yaitu 513 provinsi/kabupaten/kota. Pengolahan data penelitian ini

akan menggunakan alat uji statistik eviews 9.

3.5.1 Analisis Model

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang dapat

diregresikan kedalam tiga model regresi sebagai berikut:

3.5.1.1 Common Effect Model

Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena

hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak

diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa data

pemerintah daerah sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa

menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat

terkecil untuk mengestimasi model data panel (Gujarati dan Porter, 2015).

39
3.5.1.2 Fixed Effect Model

Gujarati dan Porter (2015) menjelaskan bahwa model ini mengasumsikan

perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk

mengestimasi data panel model Fixed Effects menggunakan teknik variable

dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar pemerintah daerah, perbedaan

intersep bisa terjadi karena perbedaan ukuran, umur, kepala daerah, temuan, opini

dan DAK. Namun demikian slopnya sama antar pemerintah daerah. Model

estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable

(LSDV)

3.5.1.3 Random Effect Model

Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random

Effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing

pemerintah daerah. Keuntungan menggunakan model Random Effect yakni

menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error

Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS) (Gujarati

dan Porter, 2015)

3.5.2 Pemilihan Metode Estimasi

Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola data

panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan yakni:

40
3.5.2.1 Uji Chow

Untuk mengetahui model yang lebih baik dalam pengujian data panel, bisa

dilakukan dengan penambahan Variabel dummy sehingga dapat diketahui bahwa

intersepnya berbeda dapat diuji dengan uji Statistik F (Gujarati dan Porter, 2015).

Uji ini digunakan untuk mengetahui teknik regresi data panel dengan

metode Fixed Effect lebih baik dari regresi model data panel tanpa Variabel

dummy atau disebut dengan metode Common Effect. Hipotesis nul pada uji ini

adalah bahwa intersep sama, atau dengan kata lain model yang tepat untuk regresi

data panel adalah Common Effect, dan hipotesis alternatifnya adalah intersep tidak

sama atau model yang tepat untuk regresi data panel adalah Fixed Effect (Gujarati

dan Porter, 2015).

Nilai Statistik F hitung akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat

kebebasan (df) sebanyak m untuk numerator dan sebanyak n–k untuk

denumerator. M merupakan merupakan jumlah restriksi atau pembatasan di dalam

model tanpa Variabel dummy. Jumlah restriksi adalah jumlah individu dikurang

satu. n merupakan jumlah observasi dan k merupakan jumlah parameter dalam

model Fixed Effect. Jumlah observasi (n) adalah jumlah individu dikali dengan

jumlah periode, sedangkan jumlah parameter dalam model Fixed Effect (k) adalah

jumlah Variabel ditambah jumlah individu (Gujarati dan Porter, 2015).

Apabila nilai F hitung lebih besar dari F kritis maka hipotesis nul ditolak

yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect.

Dan sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari F kritis maka hipotesis nul

diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah

model Common Effect (Gujarati dan Porter, 2015).

41
3.5.2.2 Uji Hausman

Hausman telah mengembangkan suatu uji untuk memilih metode Fixed

Effect atau metode Random Effect yang lebih baik dari metode Common Effect.

Uji Hausman ini didasarkan pada ide bahwa Least Squares Dummy

Variabels (LSDV) dalam metode metode Fixed Effect dan Generalized Least

Squares (GLS) dalam metode Random Effect adalah efisien sedangkan Ordinary

Least Squares (OLS) dalam metode Common Effect tidak efisien. Namun,

metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Oleh karena itu, uji hipotesis nulnya

adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji Hausman bisa

dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut.

Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik Chi-Squares dengan

derajat kebebasan (df) sebesar jumlah Variabel bebas. Hipotesis nulnya adalah

bahwa model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Random Effect dan

hipotesis alternatifnya adalah model yang tepat untuk regresi data panel adalah

model Fixed Effect (Gujarati dan Porter, 2015).

Apabila nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritis Chi-

Squares maka hipotesis nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi

data panel adalah model Fixed Effect. Sebaliknya, apabila nilai statistik Hausman

lebih kecil dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis nul diterima yang artinya

model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Random Effect (Gujarati

dan Porter, 2015).

42
3.5.2.3 Uji Lagrange Multiplier

Uji Lagrange Multiplier ini didasarkan pada distribusi Chi-

Squares dengan derajat kebebasan (df) sebesar jumlah variabel independen.

Hipotesis nulnya adalah bahwa model yang tepat untuk regresi data panel

adalah Common Effect, dan hipotesis alternatifnya adalah model yang tepat untuk

regresi data panel adalah Random Effect (Gujarati dan Porter, 2015).

Apabila nilai LM hitung lebih besar dari nilai kritis Chi-Squares maka

hipotesis nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel

adalah model Random Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai Lagrange Multiplier

hitung lebih kecil dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis nul diterima yang

artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Common Effect

(Gujarati dan Porter, 2015).

3.6 Persamaan Regresi

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi

berganda. Model analis regresi yang digunakan dalam penelitian adalah:

ARLit = α + β1LNUKURANit + β2UMURit + β3INCUMit + β4TEMUANit + β5OPINIit +β6LNDAKit+ εit

Keterangan:
ARL = Audit Report Lag (lamanya hari penyelesaian audit)
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
UKURAN = Logaritma natural dari total realisasi APBD (Pendapatan +
Belanja) dalam LRA
UMUR = Umur pemerintah daerah
INCUM = Terpilihnya kembali kepala daerah periode sebelumnya

43
TEMUAN = Jumlah temuan audit dalam LHP BPK
OPINI = Jenis opini yang diberikan oleh BPK
DAK = Logaritma natural dari besaran DAK dalam LRA
ε = Residual (standar eror)

3.7 Uji Statistik F (Keandalan Model)

Uji keterandalan model atau uji kelayakan model disebut sebagai uji F

(ada juga yang menyebutnya sebagai uji simultan model) merupakan tahapan awal

mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak atau tidak (Gujarati dan

Porter, 2015). Definisi layak yang dimaksud adalah model yang diestimasi layak

digunakan untuk menjelaskan pengaruh Variabel-Variabel bebas terhadap

Variabel terikat.

Keputusan yang dapat diambil dari uji ini adalah dengan kriteria sebagai berikut

1. Apabila nilai prob. F hitung lebih kecil dari tingkat kesalahan (α) 0,05

(yang telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa model regresi

yang diestimasi layak.

2. Apabila nilai prob. F hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05

maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak

(Gujarati dan Porter, 2015).

3.8 Uji Statistik t

Uji t difokuskan pada parameter slope (koefisien regresi). Uji t yang

dimaksud adalah uji koefisien regresi. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel di atas.

Keputusan yang dapat diambil dari uji t ini adalah sebagai berikut (Gujarati dan

Porter, 2015).

44
Apabila nilai prob. t hitung (ditunjukkan pada Prob.) lebih kecil dari

tingkat kesalahan (α) 0,05 (yang telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa

Variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap Variabel terikatnya dan apabila

nilai prob. t hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan

bahwa Variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap Variabel terikatnya.

45
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh ukuran pemerintah

daerah, umur pemerintah daerah, kepala daerah incumbent, temuan pemeriksaan,

opini dan DAK terhadap Audit Report Lag pada Provinsi/Kabupaten/Kota di

Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ukuran pemerintah daerah, incumbent, opini dan DAK tidak

berpengaruh terhadap audit report lag.

2. Umur pemerintah daerah berpengaruh terhadap audit report lag, hal

ini sejalan dengan penelitian Owusu-Ansah (2000) dan Petronila

(2007) yang menemukan bahwa umur berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap audit report lag.

3. Temuan audit berpengaruh terhadap audit report lag, hasil penelitian

ini mendukung penelitian dari Cohen dan Leventis (2013), Aziz et al.

(2014), dan Cagle et al. (2014) yang menemukan bahwa temuan audit

berpengaruh positif signifikan terhadap audit report lag dan

mendukung hipotesis semakin banyak temuan maka semakin banyak

waktu yang diperlukan dan menambah audit report lag.

64
5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki cukup banyak keterbatasan dan kelemahan

yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, antara lain:

1. Data temuan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

temuan secara keseluruhan, tidak dipisahkan antara temuan keuangan

maupun temuan administrasi.

2. Sulitnya menemukan referensi penelitian terdahulu terkait variable

incumbent dan variabel dana alokasi khusus (DAK), karena masih

sedikitnya penelitian yang membahas mengenai dua variable tersebut

terhadap Audit Report Lag.

5.3. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, penulis memberikan beberapa saran yang

dapat dipertimbangkan bagi penelitian selanjutnya, antara lain :

1. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat memperbanyak referensi

penelitian terdahulu untuk mendapatkan perbandingan dari hasil-hasil

penelitian,

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas sampel dan dapat

menguji pengaruh variable lain terhadap Audit Report Lag.

65
DAFTAR PUSTAKA

Aryati, Titik., dan Maria Theresia. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Audit Delay dan Timeliness. Media Riset Akuntansi, Auditing dan
Informasi, 5 (3): 271-287.

Aziz, A. A., F. Isa., dan M. F. Abu. 2014. Audit Report Lags of Federal Statutory
Bodies in Malaysia. International Conference on Economic,
Management and Development.

Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2013-2015. Ikhtisar Laporan Hasil Pemeriksaan


Jakarta.

Bamber, E.M., Bamber, L.S., dan Schoderbek, M.P. 1993. Audit Structure and
Other Determinantsof Audit Report Lag. Accounting, Auditing and
Accountability Journal, 12 (1):1-23.

Carslaw, C.A.P.N., dan Kaplan, S.E. 1991. An Examination of Audit Delay :


Further Evidence from New Zeland. Accounting and Bussiness Research,
22 (82): 21-32.

Cohen, Sandra., dan Stergios Leventis. 2013. Effects of Municipal, Auditing and
Political Factors on Audit Delay. Accounting Forum, 37: 40-53.

Dwyer, Peggy D., dan Earl. R Wilson. 1989. Affecting the Timeliness of
Reporting by Municipalities. Journal of Accounting and Public Policy, 8:
29-55.

Dyers, James C., dan Arthur J. McHugh. 1975. The Timeliness of the Australian
Annual Report. Journal of Accounting Research, 13(3): 204-219.

Ettredge, Michael L., Chan Li., dan Lili Sun. 2006. The Impact of SOX Section
404 Internal Control Quality Assessment on Audit Delay in the SOX Era.
Auditing: A Journal of Practice & Theory, 25 (2): 1-23.

66
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Ghozali, I., dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Gujarati dan Porter. 2015. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba empat.

Halim, V. 2000. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag. Jurnal


Bisnis dan Akuntansi, 2 (1): 63-75.

Harjoto, Maretno Agus, et.al. 2015. The Impact Of Demographic Characteristics


Of Ceos And Directors On Audit Fees And Audit Delay. Managerial
Auditing Journal, 30 (8): 963-997.

Hossain M.A, dan Peter J. Taylor. 1998. An Examination of Audit Delay:


Evidence from Pakistan. School of Accounting and Finance.

Iskandar, M.J., dan E. Trisnawati. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit


Report Lag pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12 (3): 175-186.

Jensen, M.C., dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, 3 (4): 305-360.

Knechel, W.R., dan Payne J.L. 2001. Additional Evidence on Audit Report Lag.
Auditing: A Journal of Practice and Theory, 19 (2): 159-174.

Lai, K.W., dan L.M.C. Cheuk. 2005. Audit Report Lag, Audit Partner Rotation
and Audit Firm Rotation : Evidence from Australia. School of Accounting
and Finance, The Hongkong Polytechnic University.

Johnson, Laurence E. 1998. Further Evidence On The Determinants Of Local


Government Audit Delay. Journal of Public Budgeting, Accounting &
Financial Management, 10(3): 375-397.

Leventis, S., Weetman, P., dan Constantinos, C. 2005. Determinants of Audit


Report Lag: Some evidence from the Athens Stock Exchange.
International Journal of Auditing, 9: 45–58.

67
Lianto, Novice., dan Budi Hartono Kusuma. 2010. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12
(2): 97-106.

McLelland, Andrew J. dan Gary Giroux. 2000. An Empirical Analysis of Auditor


Report Timing by Large Municipalities. Journal of Accounting and
Public Policy, 19 (3): 263-281.
Mulyadi. 2002. Auditing (Pengauditan). Buku I Edisi Keenam. Jakarta: Salemba
Empat

Norkhazimah, Ahmad. dan A.A Aziz. 2005. Timeliness of Local Authorities


Financial Reports. Journal of Financial Reporting and Accounting.
3(1): 111 – 127.

Owusu-Ansah, Stephen. 2000. Timeliness of Corporate Financial Reporting in


Emerging Capital Market : Empirical Evidence from The Zimbabwe
Stock Exchange. Journal Accounting and Business Research, 30 (3):
241-254.

Owusu-Ansah, Stephen., dan S. Leventis. 2006. Timeliness of Corporate Annual


Financial Reporting in Greece. European Accounting Review, 15 (2):
273-287.

Payne, Jeff L. dan Kevan L. Jensen. 2002. An Examination of Municipal Audit


Delay. Journal of Accounting and Public Policy, 21: 1-29.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

Petronila, Thio Anastasia. 2007. Analisis Pengaruh Skala Perusahaan,


Profitabilitas, KAP, Opini Audit, Pos Luar Biasa dan Umur
Perusahaan terhadap Audit Delay. Jurnal Akuntabilitas, 6(2): 129-141.

Raharjo, Eko. 2007. Teori Agensi dan Teori Stewardship dalam Perspektif
Akuntansi. Fokus Ekonomi, 2 (1): 37-46.

Ryan, Christine M, Trevor A. Stanley., dan Morton Nelson. 2002. Accountability


Disclosures by Queensland Local Government Councils: 1997-1999 .
Financial Accountability & Management, 18 (3): 261- 289.

Sekaran, U. 2003. Research Methods For Business: Metodologi Penelitian Bisnis.


Buku Satu. Terjemahan Kwan Men Yon. Jakarta: Salemba Empat.

68
Sekaran, U. 2006. Research Methods For Business: Metodologi Penelitian Bisnis.
Buku Dua. Edisi. 4. Jakarta: Salemba Empat.

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara


Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah

Walker, Angela dan David Hay. 2013. Non-Audit Services and Knowledge
Spillovers: An Investigation of the Audit Report Lag. Meditari
Accountancy Research, 21(1): 32-51.

69

Anda mungkin juga menyukai