Skrpsi PDF Jadi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 99

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN

KARIES GIGI DI SD ISLAM SURYA BUWANA MALANG

SKRIPSI

OLEH :
TEREJINA DA COSTA VALENTE
2017610104

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2021
HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN

KARIES GIGI DI SD ISLAM SURYA BUWANA MALANG

SKRIPSI

Merupakan Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan
pada Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi

OLEH :
TEREJINA DA COSTA VALENT
2017610104

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2021

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas Berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

proposal skripsi ini dengan baik. Judul dari proposal skripsi ini yaitu “Hubungan

Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi”

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapakan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Eko Handayanto, M.Sc., Rektor Universitas Tribhuwana

Tunggadewi, yang telah mengizinkan penulis untuk belajar di Universitas

Tribhuwana Tunggadewi.

2. Drs. Sugeng Rusmiwari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Tribhuwana Tunggadewi, yang telah mengizinkan penulis untuk belajar di

Fakultas Ilmu Kesehatan.

3. Sirli Mardianna Trishinta, M,Kep.,Ns Ketua Progran Studi Ilmu Keperawatan,

yang telah mengizinkan penulis untuk belajar di Program Studi Ilmu

Keperawatan

4. Wahidyanti Rahayu Hastutiningtyas, S,kep., Ns., M,Kep Dosen Pembimbing

I, yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini dengan baik.

5. Pertiwi Perwiraningtyas, M,Kep.,Ns., Dosen Pembimbing II, yang telah

memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan proposal skripsi ini dengan baik.

v
6. Ayah, ibu, kakak dan adik yang selalu memberikan dukungan dan doa yang

tak berkesudahan yang selalu mengiringi setiap langkahku.

7. Yang terakhir untuk sahabat dan teman teman seperjuangan. Penulis

menyadari proposal skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari

segi pengetahuan maupun tulisan. Oleh sebab itu Penulis sangat mengharapkan

kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal

skripsi ini dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan limpah

terima kasih dan semoga proposal skripsi ini bermanfaat.

Malang, 24 Sep 2021

Penulis

vi
RIWAYAT HIDUP
Terejina da costa valente, lahir di Oceli Distritu Bobonaro
subdistritu lolotoe pada tangal 05 Mei 1996 anak ke delapan
dari sebelas bersaudara penulis lahir dari pasangan suami istri
bapak Adaon Manuel ibu Josepa Dacosta
Penulis sekarang bertempat tinggal di Jl, Telaga warna blok E
No 26 Tlogomas kecematan lowokwaru kota malang provinsi
jawa timur,Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD
Ensino Bazico 03 Guda tahun 2005 dan lulus pada tahun 2011,
lalu penulis melanjutkan sekolah menegah di SMP 7 september atambua pada
tahun 2014 dan pada tahu yang sama penulis lanjutkan Pendidikan Kesehatan
cartintes dan lulus pada tahun 2017 dan mulai 2018 sampai sekarang penulis
skripsi ini masih terdaftar sebagai mahasiswa program studi Keperawatan
Fakultas llmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

vii
MOTO
Jawaban dari Sebuah Keberhasilan Adalah Terus Belajar dan Tak Kenal Putus
Asa.
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan Berkat dan
RahmatNya, sehingga saya diberikan kesehatan dan dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dan lancar.
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk

1. Bapak Adaon Manuel dan Ibu Josefa Dacosta, terima kasih atas
dukungan Doa dan dukungan moril terima, kasih atas cinta kasih selama
ini serta jasa mu yang tidak akan saya lupakan.
2. Bapak Feliciano Valente dan Ibu Maria fatima Dejesus , terima kasih
atas dukungan Doa dan dukungan moril terima, kasih atas cinta kasih
selama ini
3. Buat kaka adik saya tersayang bersebelas yang di timor leste terimakasih
atas doa dan dukungana, terima kasih sudah selalu ada buat saya.
4. Buat kakak adik tersayang saya delapan yang di Atambua terimakasih
atas doa dan dukungannya, terima kasih sudah selalu ada buat saya.
5. Teman teman Program Studi Keperawatan angkatan 2017 yang selalu
bersama-sama dan saling mendukung dalam melewati susah & senang.
Terima kasih untuk waktu yang kalian berikan dan kesempatan untuk kita
saling berbagi.

viii
ABSTRAK
Valente. T.D.C. 2021. Hubungan Kebiasaan Menggosok Dengan Kejadian Karies
Gigi Pada SD Islam Surya Buana Malang Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang Pembimbing I: Wahidyanti
Rahayu Hastutiningtyas.,M.,Kep.,Ns II: Pertiwi Perwiraningtyas,
M.,Kep.,Ns

Masalah kesehatan gigi dan mulut paling sering ditemui pada anak sekolah
adalah kejadian karies gigi, Salah satu upaya yang efektif untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut yaitu dengan menggosok gigi secara rutin dan teratur.
Tujuan penelitian diketahui Hubungan Kebiasaan Menggosok gigi dengan
Kejadian Karies Gigi pada anak usia Sekolah di SDI Surya Buwana Malang.
Desain penelitian ini menggunakan jenis desain korelasinal. Populasi dalam
penelitian ini seluruh anak di SD Islam Surya Buana Malang (Kelas III dan IV )
Kota Malang sebanyak 150 orang dengan Teknik Sampling : stratifed random
sampling. Tenkik pengumpulan data menggunakan instrument kuisioner dan
lembar observasi. Metode analisa data yang digunakan yaitu uji chi square. hasil
penelitian didapat dari 76 responden. Dan hasil analisis fishers exact tes
didapatkan nilai p value = (0,038) < (0,050) sehingga H1 diterima, artinya ada
hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di SD Islam
Surya Buana Malang. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali faktor yang
mempengaruhi kebiasan menggosok gigi dan kejadian karies seperti sosial
ekonomi, peran orang tua, durasi menggosok gigi dan waktu pemeriksaan gigi ke
layanan kesehatan yang bisa berdampak pada timbulnya karies gigi.

Kata kunci: Kebiasaan Menggosok Gigi, Kejadian Karies Gigi,SD Islam Surya
Buana

ix
ABSTRACT

Valente. T.D.C. 2021. The relationship beetwen the habit of brushing teeth and
the incidence of dental caries at the surya buana islamic elementary
school malang , Tribhuwana Tunggadewi University. Advisor I:
Wahidyanti Rahayu Hastutiningtyas. S,Kep., Ns.,M,Kep Advisor II:
Pertiwi Perwiraningtyas, S,Kep Ns.,M,Kep

Oral dental health problems are the most common among school children is the
incidence of dental caries, one of effective effort to keep clean teeth and mouth
specifically to regularly routine rub teeth. The objective of this study was to
determine the relashionship between brushing habits and the incidence of dental
caries in school age children at SDI surya buana malang this reseach of this study
use correlation design. The population in this study were all children in
elementary school at surya buana islamic school malang ( Grades III dan IV )
malang city as many 150 people with stratified random sampling technique : data
collection techniques using questionnaire instruments and observation sheets. The
data analysis methode used chi square test. The research was obtained from 76
repondents and the result of the fishers exact test analysis obtained the p value =
(0,038) < (0,050) with the results showed H1 is accepted it means that there is a
relationship between the habit of brushing teeth and the incidence of dental caries
at the surya buana islamic elementary school malang. Further researchers are
expected to explore the factors that influence the habit of brushing teeth and the
incidence of caries. Such as socioeconomic status, the role of parents, the
duration of brushing teeth and the time of dental check-ups to health services that
can have an impact on the incidence of dental caries.

Keywords : the habit of brushing teeth, incidence of dental caries, surya


buwana elementaryschool malang

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan umum .................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Praktis ............................................................... 4
1.4.2 Manfaat Akademis…………………………………..….4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5


2.1 Konsep Kebiasaan Menggosok Gigi ............................................ 5
2.1.1 Pengertian ...................................................................... 5
2.1.2 Cara/ Metode Menyikat Gigi ........................................... 6
2.1.3 Dampak Tidak Menggosok Gigi ..................................... 10
2.1.4 Indikator Menggosok Gigi .............................................. 12
2.1.5 Penilaiaan Kebiasaan Menggosok Gigi………………...14
2.2 Konsep Karies Gigi ..................................................................... 15
2.2.1 Pengertian ....................................................................... 15
2.2.2 Etiologi Karies Gigi ........................................................ 17
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi ......................... 17
2.2.4 Pencegahan Karies ......................................................... 22
2.2.5 Penilaiaan Identifikasi Karies Gigi………………….….26
2.2.6 Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan
Kejadian karies gigi
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN........ 30
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 30
3.2 Hipotesis Penelitian............................................................................ 31

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 32


4.1 Desain Penelitian ....................................................................... 32
4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................................... 32
4.3 Kerangka Kerja ......................................................................... 32
4.4 Populasi Sampel dan Teknik Sampling ..................................... 34
4.4.1 Populasi ........................................................................ 34
4.4.2 Sampel.......................................................................... 34
4.4.3 Teknik sampling ........................................................... 35
4.5 Identifikasi Variabel Peneliatan ................................................ 36

xi
4.5.1 Variabel Bebas (Independen) ........................................... 36
4.5.2 Variabel Terikat (Dependen)……………………………...36
4.6 Definisi Operasional .................................................................. 36
4.7 Instrumen penelitian dan pengambilan data ............................... 37
4.7.1 Uji Validitas ................................................................. 37
4.7.2 Uji Reabilitas ................................................................ 38
4.7.3 Teknik pengolahan data ................................................ 39
4.8 Analisa Data .............................................................................. 40
4.8.1 Analisa Univariat .......................................................... 40
4.8.2 Analisis Bivariat ........................................................... 42
4.8.3 Etika Penelitian ............................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................. 46

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.3 Desain Penelitian.................................................................................. 33
Tabel 4.6 Definisi Operasional ............................................................................. 37

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Metode Vertikal ................................................................................ 7
Gambar 2.2 Metode Horizontal ............................................................................ 7
Gambar 2.3 Metode Berputar ............................................................................... 8
Gambar 2.4 Metode Vibrasi / Bergetar ................................................................. 8
Gambar 2.5 Metode Sirkular ................................................................................ 9
Gambar 2.6 Metode Fisiologis ............................................................................. 10
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 28
Gambar 4.3 Kerangka Kerja................................................................................. 31

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden ...................................................48
Lampiran 2. Pernyataan Persetujuan (Informed Consent) ................................... 49
Lampiran 3. Kisi-Kisi Kuisioner .......................................................................50
Lampiran 4. Lembar Kuisioner.. ........................................................................51
Lampiran 5. lembar observasi………………………………………………….52
Lampiran 6. tabulasi data……...…………………….………………………….53

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia 8-9 tahun merupakan kelompok usia yang kritis dan
mempunyai sifat khusus yaitu pergantian dari gigi susu ke gigi permanen (Won,
2008). Yang ditandai dengan kerusakan jaringan,dimulai dari permukaan
gigi(ceruk, fisura, dan daerah interoprksimal) meluas ke arah pulpa dan
perubahan pada gigi yang menyebabkan gigi berlubang. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu, Bakteri kariogenik, jika karies
gigi tidak dicegah makan lama kelamaan gigi akan keropos, rapuh dan mudah
patah, struktur gigi cepat hancur sehingga terjadi gigi berlubang. Dan jika dialami
oleh anak-anak dampaknya adalah terhambatnya perkembangan pada anak yang
menyebabkan kehilangan daya kunyah dan terganggunya pencernaan, yang
mengakibatkan pertumbuhan kurang maksimal (singga,2013).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun (2018) menyatakan bahwa


angka kejadian karies gigi pada anak mengalami perlonjakan 60-90% . Persatuan
Dokter Gigi Indonesia menyebutkan bahwa sedikitnya 89% penderita karies
adalah anak- anak 6-8 tahun. Berdasarkan hasil karakteristik survey kesehatan
menunjukan peningkatan Prevalensi terjadinya karies aktif pada penduduk
Indonesia dibandingkan tahun lalu (2017) yitu dari 43,3 %menjadi 54,4%
(2018).sedangkan menurut data dari PDGI, prevalensi pada anak usia sekolah di
propinsi Jawah Timur sebesar 43,4% meningkat menjadi 53,2% pervalensi karies
gigi adalah 87,1% (Dinkes Kabupaten Malang.2018). Cara untuk mencegah agar
tidak terjadi karies, maka menggosok gigi dengan benar dan teratur dapat
membunuh bakteri atau kuman yang dapat menyebabkan karies gigi,
(Tampubolon, 2006).

1
2

Karies merupakan salah satu penyakit gigi yang rusak permanen dan
berkembang menjadi lubang kecil pada gigi yang disebabkan oleh makanan dan
minuman yang manis atau bakteri, dan juga karna kurangnya membersihkan
mulut dan menggosok gigi setelah makan-makanan dan minum-minuman yang
manis. (Maulani, 2014). Prosese terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya
plak di permukaan gigi, (gula) sukrosa dari sisa makanan dan bakteri berproses
menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan
menurungkan PH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan
demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi ( Suriyawati, 2010). Secara
perlahan dimeralisasi internal berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi
belom sampai ke kavitasi yang makroskopis dapat dilihat ( Suryawati, 2010).
Mulai terlihat lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin
sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan
enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/atau tidak transparan, dalam tubli
terdapat lemak yang merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas).
Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses
karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan(lapisan demineralis, suatu
daerah sempit, dimana dentin pertibular diserang) lapisan empat dan lima
(Suryawati, 2010).

Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Nirham, Nursalim Darmawan


(2014) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian karies gigi pada siswa
kelas 4 di SD Negri 1 Pekkae Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Baru. Hasil
penelitian menunjukan adanya pengaruh hubungan antara pola makan, personal
hygine, dan gaya hidup terhadap keries gigi dan mulut pada anak usia 4-6 tahun
memiliki presentase sebesar 29,2% dan presentase penduduk yang mengalami
masalah gigi dan mulut pada anak di kota malang sebesar 28%.

Berdasarkan hasil Studi pendahuluan di SD Islam Surya Buana Malang


mendapatkan data tentang karies gigi terhadap siswa kelas 3 dan 4(8 - 9 tahun)
yang berjumlah 100 siswa pada tanggal 22 desember 2020, diperoleh hasil 20
diantaranya menderita karies gigi sisanya yang 10 tidak menderita karies gigi.
3

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa yang menderita keries gigi
tersebut dikarnakan tidak menggososk gigi dengan baik dan benar, yaitu: 20 orang
hanya menggosok gigi pada saat mandi pagi dan sore hari tapi jarang menggosok
gigi sesudah makan malam dan pagi, 10 orang sering mengkonsumsi makanan
manis dan gula-gula, 20 orang tidak menggosok gigi pada pagi hari dan setelah
makan, 20 orang tidak menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur.

Dengan kondisi tersebut penulis akan melakukan penelitian tentang hubungan


antara perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak usia 8 - 9
tahun di SD Islam Surya Buana Malang.

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies


gigi pada usia 8 - 9 tahun di SD Islam Surya Buana Malang.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk Mengetahui hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan


kejadian karies gigi pada anak usia 8 - 9 tahun di SD Islam Surya Buana
Malang.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasikan kebiasaan menggosok gigi pada anak usia


sekolah 8 - 9 tahun (frekuensi, waktu, cara) di SD Islam Surya Buana
Malang.
b. Mengidentifikasikan karies gigi pada anak usia 6-8 tahun di SD Islam
Surya Buana Malang.
c. Menganalisis hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan
kejadian karies gigi pada anak usia 8 – 9 tahun di SD Islam Surya
Buana Malang.
4

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan” manfaat secara praktis dan


akademis

1.4.1 Manfaat praktis

a. Bagi Instansi Pendidikan


Penelitian diharapkan bisa memberikan informasi yang baik dan benar
tentang hubungan antara kebiasaan “menggosok gigi dengan
kejadian karies gigi, dan sebagai fasilitas untuk menigkatkan kualitas
usaha “kesehatan gigi atau (UKGS), untuk sekolah dasar.
b. Bagi Siswa
Penelitiana diharapkan dapat memotivasi dan mendorong siswa untuk
rajin menggosok gigi.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi atau gambaran
dasar kepada peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan masalah
kesehatan gigi dan terutama kebiasaan menggosok gigi yang berhubungan
dengan karies gigi.

1.4.2 Manfaat Akademis

a. Penelitian dapat dijadikan sebagai landasan untuk penelitian


selanjutnya dalam bidang Ilmu Perawatan Gigi Anak
b. Penelitian ini dapat menunjukan perkembangan Ilmu Keperawatan anak
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kebiasaan Menggosok Gigi

2.1.1 Pengertian

Menurut Potter & Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan

gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus

memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi,

penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk

membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan

tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang

dilakukan secara terus menerus. Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat

kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut

yang efektif.

Kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku membersihkan gigi

yang dilakukan seseorang secara terus menerus. Menurut Wong DKK, (2008)

mengungkapkan bahwa kebiasaan menggosok gigi yang baik merupakan cara

yang paling efektif untuk mencegah karies gigi. Menggosok gigi dapat

menghilangkan plak atau deposit bakteri lunak yang melekat pada gigi yang

menyebabkan karies gigi. menggosok gigi, dan cara menggosok gigi, menggosok

gigi yang efektif adalah sebelum tidur malam. (Rahim,2015)

Waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah setelah makan dan

sebelum tidur. Menyikat gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa

5
6

makanan yang menempel di permukaan atau disela-sela gigi dan gusi. Sedangkan

menggosok gigi sebelum tidur, berguna untuk menahan pengembangbiakan

bakteri dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang

berfungsi untuk membersihkan gigi dan mulut secara alami. Untuk itu usahakan

agar gigi betul-betul dalam keadaan kondisi yang bersih sebelum tidur. Ketika

bangun pagi, masih relatif bersih, sehingga gosok gigi bisa dilakukan setelah

selesai sarapan. (Hidayat & Tandiari,2016)

Menurut Poetter dan Perry (2005) kebiasaan menggosok gigi yang baik

di malam hari adalah setelah makan malam atau sebelum tidur malam. Kebiasaan

anak menggosok gigi malam hari adalah tingkah laku yang dilakukan terus

menerus dalam membersihkan gigi sebelum tidur malam yang memperhatikan

pelaksanaan menggosok gigi sebelum tidur malam, alat Vol. 16 No. 2 Tahun 2017

91 menggosok gigi, dan cara menggosok gigi, menggosok gigi yang efektif adalah

sebelum tidur malam. (Rahim,2015)

2.1.2 Cara/ Metode Menyikat Gigi

Banyak teknik atau metode menggosok gigi yang bisa digunakan, akan

tetapi untuk mendapatkan hasil yang baik maka diperlukan teknik menyikat gigi,

teknik menggosok gigi tidak hanya satu teknik saja melainkan harus

kombinasikan dengan sesuai dengan urutan gigi agar saat menggosok gigi semua

bagian permukaan gigi dapat dibersihkan dan tidak merusak lapisan gigi,( Erwana

2015).
7

Berbagai metode menggosok gigi yang dikenal kedokteran gigi, dibedakan

berdasarkan gerakan yang dibuat sikat. Pada prinsipnya terdapat enam pola dasar :

a. Metode Vertikal

Sikat gigi diletakkan dengan bulunya tegak lurus pada permukaan bukal untuk

permukaan lingual dan palatina sikat gigi dipegang severtikal mungkin. Metode

ini ditulis oleh Hirschfeld (1945), pada umumnya metode ini tidak dianjurkan,

karena hasilnya kurang baik (Houwink, 1993).

Gambar 2.1 Metode Vertikal

b. Metode Horizontal

Pada metode ini bagian depan dan belakang gigi digosok dengan sikat yang

digerakan maju-mundur/kedepan dan kebelakang, dengan bulu-bulunya tegak

lurus pada permukaan yang dibersihkan. metode ini juga disebut metode

menggosok (Houwink, 1993).

Gambar 2.2 Metode Horisontal


8

c. Metode Berputar

Metode berputar merupakan varian (bentuk yang dirubah) metode vertical. Disini

dengan bulu-bulunya ke arah apical ditempatkan setinggi mungkin pada gingival,

kemudian dengan gerakan berputar tangkai singkat. Disarankan untuk

membersihkan tiap daerah dengan gerakan horizontal (Houwink, 1993).

Gambar 2.3 Metode Berputar

d. Metode Vibrasi/Bergetar

Pada metode Charters bulu-bulu sikat diletakkan pada sudut 450 terhadap poros

elemen-elemen dan agak tegak pada ruang aproksimal. Kemudian dibuat tiga

sampai empat gerakan bergetar dengan sikat. Kemudian sikan diangkat dari

permukaan gigi untuk mengulangi tiga sampai empat kali gerakan yang sama bagi

tiap daerah yang dapat dicapai oleh ujung sikat. Metode bergetar dimaksudkan

untuk orang dewasa dan terutama ditujukan pada pembersihan gusi selama ini

dimungkinkan dengan sikat gigi (Houwink, 1993).

Gambar 2.4 Metode Vibrasi/Bergetar


9

e. Metode Sirkular

Disini dengan gerakan memutar permukaan elemen-elemen dibersihkan. Pada

metode Fones (1934) lengkungan gigi-geligi dalam oklusi dan permukaan bukal

dibersihkan dengan melekat sikat tegak lurus dan membuat gerakan memutar.

Gerakannya juga meluas sampai ke gusi. Dan permukaan lingual dibersihkan

dengan gerakan sirkular kecil dan permukaan oklusal dengan gerakan menggosok.

Metode ini hampir tidak diterapkan lagi dan tidak dikenal penelitian tentang

evaluasinya (Houwink, 1993).

Gambar 2.5 Metode Sirkular

f. Metode Fisiologis

Metode ini diintroduksi oleh Smith (1940) dan beranjak dari pendirian bahwa

gerakannya pada waktu menyikat harus mempunyai arah yang sama seperti arah

makanan. Dengan sikat lunak elemen-elemen dibersihkan dengan gerakan

menyapu dari mahkota ke gusi. Disamping itu pada daerah molar dianjurkan

beberapa gerakan horizontal untuk membersihkan ulkus. Mengenai efektivitas

cara ini tidak banyak dikenal. Mengenai hal ini harus diperhatikan dengan benar

pada waktu melakukan evaluasi tanpa memperdulikan metode yang dipakai

(Houwink, 1993).
10

Gambar 2.6 Metode Fisiologis

2.1.3 Dampak Tidak Menggosok Gigi

Menggosok gigi secara teratur penting untuk dilakukan sedini mungkin.

Pasalnya, kesehatan mulut tak hanya berdampak pada kesehatan gigi dan mulut,

tapi juga bisa memengaruhi bagian tubuh lainnya. Jika selama ini Anda termasuk

malas menggosok gigi, bersiaplah jika suatu hari Anda terkena berbagai gangguan

kesehatan.

Menggosok gigi dua kali sehari selama dua menit, dengan menggunakan

bulu sikat yang lembut dan pasta gigi yang mengandung fluoride. Pastikan juga

untuk menggosok gigi dengan cara yang tepat, guna menghilangkan sisa-sisa

makanan yang menempel. Beberapa dampak malas menggosok gigi

a. Bau mulut.

Hampir semua orang tahu bahwa malas menggosok gigi bisa bikin bau

mulut Selain membuat diri sendiri tak nyaman, orang-orang di sekitar pun akan

merasakan efeknya. Bau mulut disebabkan adanya senyawa volatile sulfur

compound. Senyawa ini berasal dari interaksi bakteri mulut dalam kondisi gigi

yang kotor. Senyawa ini akan bercampur dengan sisa makanan sehingga
11

menyebabkan bau mulut tak sedap. Menggosok gigi akan membantu mengatasi

proses tersebut.

b. Munculnya noda gigi.

Terus-terusan malas menggosok gigi bisa membuat gigi berubah warna

jadi kuning. Hal ini dapat terjadi karena sifat pewarna makanan dan minuman

yang dikonsumsi menempel pada plak. Lama-kelamaan akan menyebabkan

perubahan warna pada gigi yang tidak bisa dihilangkan dengan sikat gigi saja.

c. Karang gigi

Karang gigi terbentuk akibat plak gigi yang mengeras, sehingga harus

dibersihkan dengan bantuan dokter gigi dengan cara scaling. Plak gigi muncul

karena sisa makanan dan protein yang bercampur dengan bakteri mulut. Jika

karang gigi dibiarkan terus-menerus, ini dapat menyebabkan radang gusi yang

disebut gingivitis. Radang gusi yang ringan biasanya tidak menimbulkan gejala

apa pun. Tapi jika dibiarkan, radang gusi akan menyebabkan gusi mudah berdarah

saat terkena sikat gigi. Kondisi ini bisa berujung pada penyakit gusi yang lebih

serius.

d. Penyakit gusi

Malas gosok gigi juga da menyebabkan penyakit gingivitis, yaitu

peradangan dan pembengkakan gusi akibat infeksi. Peradangan pada gusi dapat

berujung pada infeksi gusi serius yang dinamai penyakit gusi. Penyakit gusi

dalam istilah medis dinamai dengan periodontitis atau penyakit periodontal.

Biasanya orang yang mengalami kondisi ini akan mengalami gejala khas seperti
12

gusi mudah berdarah, bau mulut yang persisten, gigi renggang yang membuat

sulit makan, hingga abses (gusi bernanah). Jika tidak segera diobati, infeksi serius

ini merusak jaringan lunak dan tulang penyokong gigi. Hal ini membuat gigi

goyang dan lebih mudah untuk tanggal atau lepas.

e. Gigi berlubang

Salah satu akibat malas menggosok gigi adalah munculnya masalah gigi

berlubang. Pasalnya, sisa makanan yang dibiarkan menempel di sela-sela gigi

akan menjadi rumah bagi kuman. Jika kondisi ini berlangsung dalam waktu yang

lama, maka bisa memicu kerusakan pada permukaan gigi dan gigi pun jadi

berlubang. Gigi berlubang juga dapat menyebabkan bakteri masuk menginfeksi

organ tubuh lainnya(Kemkes RI) 2019.

2.1.4 Indikator Menggosok Gigi

Kebersihan ini ditandai dengan adanya peningkatan kemampuan dalam

menggosok gigi secara merata, baik, dan benar, dikatakan berhasil apabila

mencapai standar ketuntasan minimal mencapai standar ketuntasan,(Ifans

H.2016)

a. waktu yang tepat untuk menggosok gigi adalah bangun pagi, sebelom

tidur dan setelah makan

b. Menyapkan pasta gigi, sikat gigi dan air pada tempat

c. Mengoleskan isi pasta gigi pada sikat gigi yang sudah dipegang, lalu

berkumur dengan air bersih yang telah disiapkan


13

d. Menyikat permukaan gigi bagian luar yang mengadap ke bibir dan pipi

bagian rahang atas dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-pelan ke atas

e. Menyikat permukaan gigi bagian luar yang mengadap ke bibir dan pipi

bagian rahang atas dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-pelan ke

bawah

f. Menyikat permukaan gigi bagian luar yang mengadap ke bibir dan pipi

bagian rahang bawah dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-pelan

keatas.

g. Menyikat permukaan gigi bagian luar yang mengadap ke bibir dan pipi

bagian rahang bawah dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-pelan

kebawah

h. Menyikat seluruh permukaan kunyah gigi (gigi geraham) pada lengkung

gigi sebelah kanan dan kiri dengan gerakan maju mundur sebanyak 10 kali

pada bagian rahang atas

i. Menyikat seluruh permukaan kunyah gigi (gigi geraham) pada lengkung

gigi sebelah kanan dan kiri dengan gerakan maju mundur sebanyak 10 kali

pada bagian rahang bawah

j. Menyikat permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah dan langit -

langit untuk lengkung gigi sebelah kanan dan kiri dengan cara

Menggunakan ujung sikat dengan gerakan menarik dari gusi ke arah

mahkota gigi pada rahang atas


14

k. Menyikat permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah dan langit -

langit untuk lengkung gigi sebelah kanan dan kiri dengan cara

Menggunakan ujung sikat dengan gerakan menarik dari gusi ke arah

2.1.5 Penilaian Kebiasaan Menggosok gigi

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan

secara keseluruhan yanh dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Pervalensi karies gigi dan penyakit periodontal tingi di masyarakat dunya,

khususnya di indonesia penyebab karies gigi adalah multifaktor, akibat

bakteri.(indirawati 2015)

Untuk menilai kebiasaan menggosok gigi dan kebersihan mulut adalah

1. Waktu yang tepat untuk menggosok gigi adalah (setela makan,


sebelom tidur, dan bangun pagi)

2. apakah selalu menggosok gigi setelah makan, sebelom tidur, dan


bangun pagi.

3. sehari berapa kali menggosok gigi

4. menggunakan pasta gigi atau tidak

5. bagaiman cara menggosok gigi

6. apaka cara menggosok gigi sudah sesuai dengan anjuran kesehatan atau
belum
15

2.2 Konsep Karies Gigi

2.2.1 Pengertian

Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang

banyak dijumpai pada anak dan untuk mengatasinya memerlukan penanganan

yang komprehensif, salah satu upaya yang efektif agar terhindar dari karies gigi

dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Karies gigi atau gigi berlubang dapat

dideteksi melalui inspeksi apabila telah terbentuk lubang pada gigi yang dapat

dilihat secara kasat mata dan telah mengalami perubahan warna menjadi

kecoklatan dan kehitaman.

Gigi merupakan sebuah berlubang pada struktur gigi yang terbentuk

akibat dari kerusakan email yang menyebabkan permukaan gigi menjadi patah

(Hollins, 2008). Pembentukan karies diawali dengan kemunculan lesi titik putih

atau diskolorisasi pengapuran putih dari gigi (Potter & Perry, 2005; Hollins,

2008). Selanjutnya, lubang pada gigi dapat meluas dan gigi berubah warna

menjadi kecoklatan dan kehitaman (Potter & Perry, 2005). Behrman, Kliegman,

dan Arvin (1999) mengungkapkan bahwa lesi yang baru terjadi tidak dapat

didiagnosis dengan inspeksi. Lesi yang dapat dideteksi melalui inspeksi biasanya

adalah lesi yang telah lama terbentuk dan terdapat lubang yang luas pada

permukaan gigi.

(Behrman, Kliegman, & Arvin, 1999).Gigi berlubang pada permukaan

kontak antar gigi juga sulit dideteksi dengan inspeksi dan memerlukan radiografi

mulut. Dapat disimpulkan bahwa karies gigi yang dapat diinspeksi adalah karies
16

gigi yang sudah berbentuk lubang yang dapat terlihat secara kasat mata dan

mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan kehitaman.

Karies gigi menimbulkan dampak negatif bagi penderitanya. Lubang gigi

yang besar menjadi jalan masuk bagi bakteri – bakteri rongga mulut untuk

menginfeksi jaringan pulpa. Invasi bakteri – bakteri ke jaringan pulpa akan

menyebabkan respon peradangan dan menimbulkan rasa sakit (Behrman,

Kliegman, & Arvin, 1999; Rhamadhan, 2010). Bahkan, bakteri – bakteri rongga

mulut dapat masuk dan menginfeksi jaringan periodontal di sekitar ujung akar

gigi. Rhamadhan (2010) menjelaskan bahwa apabila karies gigi tidak ditangani,

kondisi tersebut dapat bertambah parah sampai timbul nanah di sekitar apeks gigi

atau daerah sekitar ujung akar, granuloma, kista gigi, dan menyebabkan rasa sakit

pada gigi ketika gigi ditekan atau dipakai untuk mengunyah makanan. Infeksi

dapat meluas ke bagian rongga mulut lain, seperti wajah, kepala, leher, dan dada

(Ramadhan, 2010).

Oleh karena itu, karies gigi dapat menimbulkan dampak negatif bagi

penderitanya. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh karies gigi dapat menimbulkan

dampak negatif bagi penderitanya.

Penelitian Low, Tan, dan Schwartz (2000) pada anak – anak yang berusia

44 bulan yang mengunjungi klinik kesehatan gigi anak di Montreal, Kanada,

mengungkapkan bahwa karies gigi yang tidak diberikan pengobatan menyebabkan

48% anak mengeluh sakit gigi, 43% anak memiliki masalah makan makanan

tertentu, 61% anak makan sedikit atau tidak menyelesaikan makanan yang
17

disajikan, 35% anak tidak bisa tidur nyenyak, dan 5% anak - anak menerima

laporan negatif dari sekolah, seperti kurangnya kerja sama, tidak bermain dengan

anak – anak lain, dan sangat tenang. Oleh karena itu, rasa sakit yang timbul

karena karies gigi yang tidak ditangani menyebabkan anak memiliki masalah

makan, tidak tidur nyenyak, dan malas beraktivitas.

2.2.2 Etiologi Karies Gigi

Mulut kita penuh akan bakteri yang terdapat pada gigi dalam bentuk plak,

yang berasal dari saliva, maupun berasal dari sisa-sisa makanan. Disini, bakteri-

bakteri tersebut memakan sisa-sisa makanan tang tertinggal pada gigi, kemudian

bakteri tersebut menghasilkan atau memproduksi asam. Asam yang dihasilkan

oleh bakteri inilah yang memakan lapisan email gigi sehingga terbentuk suatu

kavitas. Normalnya, ketika asam menggerogoti email, tidak terasa sakit. Tetapi

karena tidak dirawat, asam yang menimbulkan kavitas tersebut menembus ke

lapisan dentin dan sampai ke rongga pulpa dari gigi, sehingga dapat

menimbulkan rasa sakit. Kavitas

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Karies gigi

Karies merupakan salah satu penyakit muktifaktorial yang terdiri dari

empat faktor utama yang saling berinteraksi langsung di dalam rongga mulut.

Empat faktor utama yang berperan dalam pembentukan karies yaitu host,

mikroorganisme, substrat dan waktu (Shafer, 2012). Karies akan timbul jika

keempat faktor tersebut bekerja sama. Selain faktor langsung di dalam mulut

yang berhubungan dengan terjadinya karies, terdapat pula faktor tidak langsung

atau faktor predisposisi yang juga disebut sebagai risiko luar, antara lain usia,
18

jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut (Laelia, 2011).

1 Faktor Langsung
a Host(saliva)
Struktur dan gigi memiliki peran penting terhadap perkembangan lesi

karies permukaan enamel yang terluar diketahui lebih resisten terhadap

karies dibandingan dengan permukaan enamel di bawahnya. Keadaan

morfologi gigi juga berpengaruh terhadap perkembangan karies, hal ini

disebabkan karena adanya pit dan fissure yang dalam pada permukaan gigi

yang dapat menjadi tempat masuknya sisa-sisa makanan, bakteri dan debris.

Penumpukan sisa-sisa makanan, bakteri dan debris yang tidak dibersihkan

akan menyebabkan karies berkembang dengan cepat. (Shafer, 2012).

Saliva merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan penting

terhadap terjadinya karies. Sejak tahun 1901, Rigolet telah menemukan bahwa

pasien dengan sekresi saliva yang sedikit atau tidak sama sekali yang biasanya

disebabkan oleh adanya aprialismus, terapi radiasi kanker ganas, dan xerostomia,

memiliki presentase karies gigi yang semakin meninggi. Selain itu juga sering

ditemukan kasus pasien balita berusia 2 tahun dengan kerusakan atau karies pada

seluruh giginya karena aplasia kelenjar parotis (Tarigan, 2015).

b. Mikroorganisme
Bakteri Streptococcus mutans dan bakteri Laktobacili merupakan dua bakteri

yang berperan penting dalam proses terjadinya karies. Streptococcus mutans


19

memiliki peran dalam proses awal pembentukan karies, setelah itu bakteri

laktobacili meneruskan peran untuk membentuk kavitas pada enamel. Plak

c. Substrat
Konsumsi karbohidrat seperti sukrosa yang dapat terfermentasi akan

mempengaruhi pembentukan plak gigi dan membantu perkembangbiakan serta

kolonisasi bakteri Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Konsumsi

sukrosa secara berlebih dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak

untuk memproduksi asam sehingga menyebabkan timbulnya karies (Heymann,

2013; Koch, 2009).

d. Waktu

Proses demineralisasi dan remineralisasi pada rongga mulut terjadi secara terus

menerus, oleh sebab itu maka dapat dikatakan bahwa seseorang tidak pernah

terbebas dari karies. Karies akan terjadi jika terdapat gangguan keseimbangan

antara proses demineralisasi dan remineralisasi. Proses ini ditentukan oleh

komposisi dan jumlah plak yang pada rongga mulut. Konsumsi gula (frekuensi

dan waktu), paparan fluoride, kualitas respon imun. Asam dapat menyebabkan

hancurnya kristal enamel sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada

permukaan enamel. Hal ini dapat terjadi dalam kurun waktu bulan hingga tahun

tergantung pada intensitas dan frekuensi suasana asam terjadi (Cameron, 2008).

menyebabkan hancurnya kristal enamel sehingga dapat menyebabkan kerusakan

pada permukaan enamel. Hal ini dapat terjadi dalam kurun waktu bulan hingga

tahun tergantung pada intensitas dan frekuensi suasana asam terjadi (Cameron,

2008).
20

2. Faktor tidak langsung

a. Usia
Prevalensi karies meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini

disebabkan karena gigi lebih lama terpapar dengan faktor resiko penyebab

karies, oleh karena itu penting untuk memahami dan mengendalikan faktor risiko

untuk mencegah timbulnya lesi karies baru atau memperlambat perkembangan

lesi karies yang sudah ada (Fejerskov, 2008; Heymann, 2013).

b. Jenis kelamin
Prevalensi karies gigi permanen dan gigi sulung pada perempuan lebih tinggi

dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena erupsi gigi anak perempuan

lebih cepat dibanding anak laki- laki, sehingga gigi anak perempuan terpapar

faktor resiko karies lebih lama (Fejerskov, 2008).

c. Keturunan
Orang tua dengan karies yang rendah anak-anaknya cenderung memiliki karies

yang rendah, sedangkan orang tua dengan karies yang tinggi anak-anaknya

cenderung memiliki karies yang tinggi pula. (Shafer, 2012). Namun penelitian ini

belum dipastikan penyebabnya karena murni genetik, transmisi bakteri atau

kebiasaan makan dan perilaku dalam menjaga kesehatan gigi yang sama dalam

suatu keluarga (Fejerskov, 2008).

d. Status sosial ekonomi

Anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah memiliki indeks

DMF-T lebih tinggi dibandingkan dengan anak- anak dari keluarga dengan status

sosial ekonomi tinggi (Tulongow, 2013). Hal ini disebabkan karena status sosial

ekonomi akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam upaya


21

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Fejerskov, 2008). Status sosial ekonomi

keluarga dapat dilihat dari tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan orang

tua yang dapat mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam

upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Susi, 2012; Heymann, 2013).

e. Sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi

 Perilaku menggosok gigi

Perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan

gigi dan mulut, salah satunya adalah perilaku menggosok gigi (Anitasari, 2005).

Beberapa penelitian menunjukan bahwa kebiasaan menggosok gigi, frekuensi

menggosok gigi dan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride

berpengaruh terhadap kejadian karies (Lakhanpal, 2014). Menggosok gigi dua kali

sehari dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluoride dapat menurunkan

angka kejadian karies (Angela, 2007)

 Dental floss

atau benang gigi merupakan alat yang digunakan untuk menghilangkan sisa

makanan dan plak pada daerah yang sulit dijangkau oleh sikat gigi, seperti pada

daerah interproksimal. Pembersihan plak pada daerah interproksimal dianggap

penting untuk memelihara kesehatan gingiva, pencegahan karies dan penyakit

periodontal.

2.2.4 Pencegahan Karies

Pencegahan karies didasarkan pada upaya penambahan resistensi gigi,

mengurangi jumlah organisme dalam mulut, mengubah diet dan kebiasaan makan.

Resistensi gigi dapat ditingkatkan dengan menggunakan optimal flourida dan


22

menutup oklusi. Mengurangi jumlah mikroorganisme dicapai dengan pembuangan

menyeluruh plak setiap hari dengan menyikat dan membilas.

Menggosok gigi harus mulai sesegera mungkin pada gigi pertama erupsi.

Benang sutera (floss) gigi digunakan untuk membersihkan daerah tempat gigi

berkontak langsung dan tidak dapat disikat. Penyikatan dapat dipermudah dengan

menggunakan pegangan (Houwink, 1993).

Perlindungan terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara, yaitu

klorheksidin, silen dan penggunaan flour (Angela, 2005).

a. Klorheksidin Klorheksidin merupakan antimikroba yang digunakan sebagai

obat kumur pasta gigi, permen karet.

B Silen

Silen harus ditempatkan secara selektif pada pasien yang beresiko karies tinggi

prioritas diberikan pada molar pertama permanen di antara usia 6-8 tahun, molar

kedua permanen di antara usia 11-12 tahun. Bahan silen yang digunakan dapat

berupa resin. Silen resin digunakan pada gigi yang telah erupsi sempurna..

c. Penggunaan flour

Flour telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan flour dapat

dilakukan dengan flourida air minum, pasta gigi dan obat kumur yang

mengandung flour, pemberian tablet flour. Flour air minum merupakan cara yang

paling efektif.

Untuk menurunkan masalah karies pada anak secara umum. Penyikatan

gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung flour

terbukti dapat menurunkan karies. Obat kumur yang mengandung flour dapat
23

menurunkan karies sebanyak 20-5-% (angela, 2005). Menggunakan pasta gigi

yang berflourida bisa menguatkan gigi dengan cara memasuki struktur gigi dan

mengganti mineral-mineral yang hilang akibat pengaruh asam, proses ini disebut

remineralisasi. Potter dan Perry (2005) mengungkapkan bahwa pemberian flour

dalam air minum telah memainkan peran besar dalam mencegah karies gigi.

Namun, semakin banyak menelan flourida akan mengakibatkan perubahan warna

pada email gigi. Pasta gigi pada umumnya berwarna putih. Sebagai bahan pemolis

biasanya digunakan kalsium fosfat, kalsium karbonat atau alumunium hidroksida,

maksudnya adalah agar dapat menghilangkan lebih baik endapan berwarna pada

gigi. Juga bahan pengaktif permukaan dimaksudkan untuk meningkatkan

pembersihan. Pasta gigi digunakan dalam menggosok gigi karena berbagai alasan,

pertama menyenangkan menyikat gigi karena rasanya dan dengan demikian

menaikkan kebersihan mulut (Houwink, 1993).

d. Diet makanan

Untuk mencegah kerusakan gigi, seseorang harus mengubah kebiasaan makan,

mengurangi asupan karbohidrat, terutama kudapan manis diantara waktu makan.

Makanan manis atau yang mengandung tepung akan menempel pada permukaan

gigi. Setelah memakan yang manis, seseorang harus menggosok gigi dalam waktu

30 menit untuk mengurangi aksi plak. Makanan buah yang menganduk asam

(mis. Apel dan makanan berserat seperti sayuran segar) juga mengurangi plak

(Potter & Perry,2005) Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang

mengandung gula di anatara jam makan pada saat makan berhubungan dengan

peningkatan karies yang besar. Faktor makanan yang dihubungkan dengan


24

terjadinya karies adalah jumlah fermentasi, konsumsi dan bentuk fisik (bentuk

cair, tepung) dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi dimulut, frekuensi makan

dan snacks serta lamanya interval, waktu makan. Anak yang beresiko tinggi karies

sering mengkomsumsi makanan dan minuman yang manis. Dari hasil penelitian

yang dilakukan oleh Suyuti, terdapat 50 % yang suka makanan manis dan lengket

(Suyuti, 2010).

Tindakan pencegahan karies tinggi lebih menekankan pada pengurangan

konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat

dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula. Nasehat yang

dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah protein dan fosfat yang

dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran dan buah-

buahan yang berserat dan berair yang akan bersifat membersihkan dan

merangsang sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan lengket serta

membatasi jumlah makanan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan

untuk makan di antara jam makan. Xylitol dan sorbitol merupakan bahan

pengganti gula yang sering digunakan, berasal dari bahan alami serta mempunyai

kalori yang sama dengan glukosa dan sukrosa.

Xylitol dan sorbitol dapat dijumpai dalam bentuk tablet, permen karet,

minuman ringan, farmasi dan lain-lain. Xylitol dan sorbitol mempunyai efek

menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. Mutans (Angela,
25

2.2.5 Penilaiaan Identifikasi Karies Gigi

a. Penilaian Karies

penilaian risiko karies adalah penentuan kemungkinana timbulnya karies

(meliputi banyaknya jumlah lesi/kavitasi) selama waktu tertentu. Kemampuan

untuk mendeteksi karies pada tahap awal dapat membantu mencegah kafitas baru.

AAPD sebagai penilaian risiko karies (Caries Assessment Tool/CAT) yang

bertujuan sebagai penilaian risiko karies dan protokol manajemen yang akan

membantu dokter gigi dalam membuat keputusan mengenai perawatan

berdasarkan risiko karies dan kepatuhan pasien sebagi elemen penting dalam

kilinis konteporer pada bayi, anak-anak dan dewasa.

b. Identifikasi

Karies resiko tinggi untuk anak-anak meliputi darai hal-hal brikut ini: awal

karies gigi pada email area multipel (white sspot lesion), plak terlihat pada gigi

anterior, menentukan karies gigi atau tidaknya dengan cara melihat gigi anak

apaka ada gigi berlubang atau tidak, jika terlihat beberapa gigi berlubang maka

anak tersebut tergolong dalam kraies gigi. anak-anak lain yang dapat dimasukan

kedalam resiko tinggi adalah anak yang pernah dilakukan aplikasi flour secara

topikal, anak yang mengkonsumsi gula-gula dan makanan kariogenik lebih

dari tiga kali sehari, itu dengan karies aktif, anak dengan kebutuhan khusus, dan

kondisi yang menganggu komposisi serta aliran saliva, yang tidak dirawat,

lambat dapat menghancurkan lapisan dentin dan pulpa serta dapat mematikan

syaraf dari gigi terbaru dan menimbulkan karies gigi. (Inne dan Arlett 2007
26

2.2.6 Hubungan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi

Karies gigi berasal dari latin yang berarti kebusukan pembentukan lubang

pada gigi disebabkan oleh kuman yang disebut streptococus. Streptococus

mengikis daerah email gigi, apabila daerah email gigi sudah berlubang maka

bakteri mulut lainya terutama lactobakterium akan menerobos kebagian detil

dibawahnya dan menyebabkan kehancuran gigi yang lebih hanncur melalui

bakteri campuran. Tempat-tempat yang mudah terkena karies gigi biasanya adalah

pada daerah-daerah gigi yang sukar dibersihkan, seperti mahkota geraham pada

parit-parit yang kecil. Selain itu juga pada daerah celah gigi yang sulit dicapai

oleh sikat gigi. Pencegahan terhadap keries didasarkan pada upaya penambahan

resistensi gigi, mengurangi jumlah oraganisme dalam mulut,mengubah diet dan

kebiasaan makan. Resistensi gigi dapat ditingkatkan dengan menggunakan

optimal flourida dan menutup oklusi. Mengurangi jumlah mikroorganisme dicapai

dengan pembuangan meneyeluruh plak setiap hari dengan menyikat dan

membilas. Menggosok gigi merupakan salah satu paya efektif dalam pencegahan

karies gigi.(Potter dan Perry2005), menggosok gigi adalah membersihkan gigi

dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus

memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi,

penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk

membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan

tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang

dilakukan secara terus menerus. Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat

kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut

yang efektif, (Potter DKK,2005


27

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Norfai1 dan Eddy

Rahman) di SDI Darul Mu’minin Kota Banjarmasin diperoleh karies sebesar

73,7%, pengetahuan baik dan karies sebesar 16,7%. Berdasarkan uji statistik

hubungan antara pengetahuan dengan kejadian karies gigi diperoleh p-value

= 0,014 dengan demikian pvalue lebih kecil dari nilai α (0,05), artinya ada

hubungan antara pengetahuan menggosok gigi dengan kejadiaan karies gigi

(2017). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Permatasari, dan

Andhini(2014) didapatkan menderita karies gigi sebanyak 95% tidak menderita

karies gigi 5%. Berdasarkan uji statistik dengan chi square nilai Pvalue 0,010

(P < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dalam menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak. Berdasarkan hasil

penelitian Amaliah (2014) dengan judul hubungan kebiasaan menggosok gigi

dengan timbulnya karies pada anak usia sekolah kelas IV-VI SDN Ciputat 6

Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil uji statitik didapatkan menggosok gigi

sering (66.7%) kadang kadang (25.9%) jarang (7.4%) pada anak. Sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan hubungan kebiasaan menggosok

gigi dengan timbulnya karies. Berdasarkan hasil penelitian Andri Setiya

Wahyudi(2015) yang menggosok gigi (75%) mengalami karies gigi(25%).

Untuk yang tidak patuh menggosok gigi sebanyak 16 orang yang mana 12 orang

(75%) tidak karies gigi dan 4 Orang (25%) mengalami karies gigi. Berdasarkan

hasil uji chi square ρ < α (0,036 < 0,05) artinya ada hubungan antara kepatuhan

menggosok gigi dengan kejadian karies gigi. Hasil penelitian Wirawati, dkk

(2008), menunjukkan kebiasaan menggosok gigi dalam kategori kurang baik

40%, didapatkan prevalensi karies gigi sebesar 85%, sedangkan pemeriksaan


28

kebersihan mulut 41,67% dalam kategori kurang. Hasil uji statistic menunjukkan

bahwa ada hubungan yang bermakna kebiasaan menggosok gigi

(pvalue=0,035) ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik

(pvalue=0,007) dengan kejadian karies gigi,


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

3.1. Kerangka konsep

Anak usia
Menggosok gigi Karies gigi
sekolah
Cara /Metode
Menggosok gigi - Tidak terjadi karies gigi
- Karies gigi
1. Metode vertikal
2. Metode berputar
3. Metode vibrasi/bergetar
4. Metode horizontal
5. Metode sirkular Faktor Penyebab Karies Gigi.
Metode fisiologi
1. Faktor di dalam mulut:
a. Host (saliva)
b. Substrat (sukrosa)
c. Mikroorganisme
d. Waktu
2. Faktor luar sebagai faktor
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
menggosok gigi predisposisi dan penghambat:
1. Faktor usia
2. Faktor upaya ibu dalam a. jenis kelamin
menjaga kesehatan gigi dan b. Usia
mulut anak c. Pengetahuan Anak
3. faktor sistem pelayanan d. Kebiasaan
kesehatan gigi dan mulut menggosok gigi
4. faktor lingkungan
5. faktor budaya yang tidak baik
6. faktor kebiasaan anak yang
tidak baik

Keterangan:

: tidak diteliti , :yang diteliti, :berhubungan


Gambar 3.1 kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada usia 8 – 9
tahun

Berdasarkan gambar 3.1 menjelaskan bahwa fokus penelitian ini pada


anak sekolah dasar untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi

29
30

dengan kejadian karies gigi pada anak usia 8-9 tahun di SD Islam Surya
Buana Malang .
Berdasarkan kerangka konsep di atas adanya kebiasaan

menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak usia 8 – 9 tahun. Maka

peneliti akan memberikan edukasi cara menggosok gigi, frekuensi menggosok

gigi dan waktu menggosok gigi. Adapun faktor yang mempengaruhi karies gigi

Host (saliva). Substrat (sukrosa), mikroorganisme, waktu, jenis kelamin, usia,

pengetahuan anak dan kebiasaan menggosok gigi. Dengan skala pengukuran

sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Output tidak terjadi karies

gigi.

3.1.1 Hipotesis Penelitian

H1 : Ada hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies


gigi pada anak usia 8-9 tahun di SD Islam Surya Buana Malang.

.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan jenis desain korelasional bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian

Karies Gigi di SD, dengan pendekatan cross setional adalah data yang

dikumpulkan sesaat atau data diperoleh saat ini juga ( Sugiyono, 2011).

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan rencana lokasi dan waktu yang dilaksanakan

oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Nursalam, 2013).

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah SD Islam Surya Buana Malang.

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2021

31
32

4.3 KERANGKA KERJA

Populasi :
seluruh anak di SD Islam Surya Buana Malang (Kelas III dan IV ) Kota Malang sebanyak
150 orang.

Teknik Sampling : stratified sample

Sampel :
Anak di SD Islam Surya Buana Malang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 109
responden

Kebiasaan menggosok Kejadian karies gigi : lembar


gigi : kuesioner observasi

Pengolahan Data :
Editing, coding, scoring dan tabulating

Analisa Data : chi square

Hasil Dan Kesimpulan

Gambar 4.3 Kerangka Kerja Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan


Kejadian Karies Gigi Pada Siswa SD Kelas 3 – 4 Di SDI Surya
Buana Malang
33

4.4 Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling

4.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak di SD Islam

Surya Buana Malang (Kelas III dan kelas IV) Kota Malang sebanyak 150 orang.

4.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Penelitian harus menentukan cara pemilihan

sampel sesuai dengan tujuan penelitian yang di teliti. Jumlah sampel yang di teliti

dalam penelitian ini yaitu Anak di SD Islam Surya Buana Malang sesuai dengan

kriteria inklusi sebanyak 109 responden. (Nursalam 2013), menjelaskan rumus

yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu:

𝑛= ( )²

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena pengambilan sampel yang

masih ditoleransi. Peneliti mengambil tingkat kesalahan 10%.

Dari rumus di atas, dapat ditampilkan perhitungan sebagai berikut:

N
𝑛=
1 + N(d)²

150
𝑛=
1 + 150(0,05)²
34

150
𝑛=
1 + 150(0,0025)

150
𝑛=
1 + 0,375

𝑛= =109
,

Dari perhitungan di atas maka sampel pada penelitian ini sebanyak 150 orang

anak di SD (Sekolah Dasar) Kota Malang yang disesuaikan dengan kriteria yaitu:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel

penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2013). Kriteria

inklusi dari penelitian ini adalah:

1. Anak berusia 8 – 9 tahun

2. Anak bersedia menjadi responden.

3. Anak yang tidak sakit

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Nursalam, 2013). Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:

1. Anak yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap.

2. Anak yang tidak menggunakan aksesoris seperti (kawat gigi dan gigi palsu)

agar tidak terhambat saat memeriksa gigi.

4.4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sample yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,


35

2013). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampling secara stratified

random sampling adalah teknik pemilihan sampel karena aksesibilitas nyaman

dan anak bersedia mengikuti penelitian

4.5 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian (Arikunto, 2012).

4.5.1 Variabel Bebas(independen)

Variabel bebas independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel dependen. Variabel ini juga dikenal sebagai variabel

bebas (Sugiyono, 2013). Variabel Independen pada penelitian ini adalah

kebiasaan menggosok gigi pada anak SD.

4.5.2 Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependent adalah variabel dipengaruhi oleh variabel lain atau

terikat (Arikunto, 2010). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian

karies gigi pada anak di SD Islam Surya Buana Malang.

4. 6 Defenisi Operasional

Mendefenisikan variabel secara operasional dan berdasarkan karakteristik

yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Pada definisi
36

operasional dapat ditentukan parameter yang di jadikan ukuran dalam penelitian

(Hidayat, 2012).

Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Skala Skor


Independent: Suatu tindakan -Waktu yang tepat Kuesioner Ordinal Selalu: 4
Kebiasaan membersihkan gigi dari menggosok Sering:3
Menggosok sisa-sisa makanan, gigi,bangun pagi Kadang – kadang:2
Gigi. bakteri, dan plak yang sebelom tidur dan Tidak pernah:1
menempel pada gigi setelah makan. Keriteria:
-Beberapa Baik bila skor atau
cara/atau metode nilai 76- 100%
menggosok Cukup bila skor atau
gigi,metode nilai: 56-75%
verentikal,metode Kurang bila skor atau
horizontal,metode nilai< 56%
berputar,metode (Notoadmojo, 2014)
vibrasi/bergetar,m
etode
sirkular,metode
fisiologis

Dependen: Karies gigi yang dilihat Ada atau tidaknya Lembar Nominal 1 : ada(jika terdapat
Kejadian bisa dilihat dari secara gigi berlubang observasi satu sampe dua
Karies gigi kasat mata yaitu gigi pada anak:
yang sudah berbentuk lubang gigi maka
lubang dan mengalami dinyatakan karies)
perubahan warna
menjadi kecoklatan dan 0 :tidak ada (jika
kehitaman.
tidak terdapat
karies gigi)

4.7 Instrumen Penelitian Dan Pengambilan Data

4.7.1 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data

(Hidayat, 2012). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang

diketahui (Arikunto, 2010).


37

1. Variabel independen yaitu kebiasaan menggosok gigi pada anak SD yang

diukur menggunakan kuisioner yang dibuat sebanyak 12 butir pertanyaan.

2. Variabel dependen yaitu karies gigi pada anak di SD diukur menggunakan

lembar observasi.

4.7.2 Prosedur Pengumpulan Data


Adapun prosedur pengumpulan data sebagai berikut:

1. Peneliti mengurus surat permohonan izin untuk melakukan penelitian dan

pengumpulan data di BAA Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.

2. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian yang dikeluarkan

oleh BAA Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang yang

ditandatangani Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan ditujukan kepada SD

Islam Surya Buana Malang.

3. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian yang dikeluarkan

oleh Dinas Pendidikan Kota Malang ditujukan kepada SD Islam Surya

Buana Malang

4. Setelah mendapatkan jadwal penelitian dari SD (Sekolah Dasar) Islam

Surya Buana Malang, peneliti mengunjungi anak di SD Islam Surya

Buana Malang, memberikan lembar persetujuan menjadi responden

(infomd consent).

5. memberikan kuesioner tentang hubungan kebiasaan menggosok gigi

dengan kejadian karies gigi pada anak di SD (Sekolah Dasar)

6. Peneliti mempersiapkan diri dan mempelajari materi serta prosedur

tentang kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi belajar

yang akan diberikan kepada responden.


38

7. Setelah data selesai dikumpulkan maka diolah sesuai dengan

langkahlangkah yang ditentukan.

4.8 Uji Validitas Dan Reliabilitas

4.8.1 Uji Validitas

Valid tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan

membandingkan indeks korelasi dengan level signifikasi 5% dengan nilai

kritisnya, di mana r dapat digunakan rumus (Arikunto, 2012). Hasil uji validitas

yang dilakukan pada 10 responden di SDN Merjosari 2 Kota Malang

menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan ditemukan nilai 𝑟 >𝑟 , dimana

nilai rtabel untuk 10 responden yaitu sebesar 0,632 dengan nilai signifikan

masing-masing item pertanyaan lebih dari 0,632 sehingga semua item pertanyaan

dinyatakan valid. Hasil uji validitas terlampir di lampiran, halaman 65.

4.8.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas instrumen dalam

penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach yang dihitung menggunakan

bantuan software SPSS Versi 16,0. Instrumen dikatakan reliabel jika r alpha > r

tabel (a=5%). Uji reliabilitas dalam dalam menggunakan Alpha cronbach dengan

nilai > 0,6 maka dikatakan reliable (Arikunto, 2012). Adapun rumus Alpha

Cronbach adalah sebagai berikut

Rumus:

∑ ƅ
𝑟 −( )(1 − )
39

Keterangan:

𝑟 = Reliablitas Instrument

k = Banyaknya Butiran Pertanyaan atau banyaknya soal

∑ 𝜎ƅ = Jumlah Varians Butiran

𝜎1 = Varian Total ( Arikunto, 2010)

Hasil uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang anak SDN Merjosari 2

kota malang , dari semua item pertanyaan variabel karies gigi diperoleh nilai alpah

cronbach 0,692 > 0,600, sehingga semua item pernyataan ralibel.

1. Hasil Uji Validitas Variabel (X) Kebiasaan menggosok Gigi sebanyak 12

pertanyaan, menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan ditemukan nilai rhitung

> rtabel, dimana nilai rtabel untuk 10 responden yaitu sebesar 0,632 dengan

nilai signifikan masing-masing item pertanyaan lebih dari 0,632, sehingga

semua item pertanyaan dinyatakan valid.

2. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan membuktikan bahwa kuesioner yang

digunakan untuk variabel (X) sebanyak 12 pertanyaan, dinyatakan reliabel

karena nilai Alpha lebih dari 0,6 (0,600) mendapatkan hasil adalah 0,66.

Hsil uji reliabilitas terlampir di halaman 67


40

4.8.3 Teknik Pengolahan Data.

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil jawaban kuesioner dari

responden lalu, diubah dalam bentuk skor nilai. Kemudian data yang diperoleh

diolah melalui program software SPSS Versi 16,0.. Pengolahan data dilakukan

beberapa tahap, yaitu:

1. Editing (Pengeditan data)

Meneliti kembali apakah jawaban yang diberikan responden sudah cukup

benar untuk diproses lebih lanjut, editing dilakukan pengumpulan data

dilapangan sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya pembetulan dapat

segera dilakukan.

2. Coding (Pengkodean)

Pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk

dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk

angka atau huruf yang memberikan pentunjuk atau identitas pada suatu

informasi atau data yang dianalisis. Hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data.

 Variabel independen : kebiasaan menggosok gigi

a. Kode 1 : baik

b. Kode 2 : cukup

c. Kode 3 : kurang

 Variabel dependen : kejadian karies gigi

a. Kode 1 : ada

b. Kode 2 : tidak ada


41

3. Scoring

Untuk analisis variabel peningkatan pengetahuan pada anak di SD maka

peneliti memberikan kuesioner dan tiap item indikator pertanyaan dari

variabel ini memiliki skor masing-masing untuk jawaban yang dipilihnya,

dengan kategori yaitu:

 Kuesioner independen : kebiasaan menggosok gigi

a. Baik bila skor atau nilai 76-100 %

b. Cukup bila skor nilai 56-75 %

c. Kurang bila skor atau nilai <56 %

 Variable dependen : kejadian karies gigi

a. 1: ada (jika terdapat satu sampel dua lubang gigi maka

dinyatakan karies)

b. 0 : tidak ada (jika tidak ada karies gigi)

4. Tabulating

Pekerjaan menyusun tabel-tabel, mulai dari penyusunan tabel utama yang

bersisi seluruh data informasi yang berhasil dikumpulkan dengan daftar

pertanyaan sampai tabel khusus yang telah benar-benar ditentukan setelah

berbentuk tabel maka tabel tersebut siap dianalisa dan dinyatakan dalam

bentuk tulisan.

4.9 Analisa Data

4.9.1 Analisa Univariat

Penelitian analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis

tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2015). Analisa univariat

berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa


42

sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna,

peringkasan tersebut dapat berupa ukuran tabel. Analisa univariat dilakukan

masing-masing variabel yang diteliti, dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝑛=
( )

Keterangan:

N = Jumlah Populasi

SP = Jumlah Sampel

d = Presetase(%)

1. Variabel Kebiasaan menggosok gigi pada anak di SD (Y) Deskripsi hasil

Kebiasaan menggosok gigi pada anak di SD menggunakan jumlah skor

sebagai berikut:

Tidak Pernah: 1

Kadang-Kadang: 2

Selalu: 3

2. Sedangkan untuk variabel kejadian karies gigi pada anak di SD (Y) Deskripsi

hasil kejadian karies gigi pada anak di SD menggunakan jumlah skor sebagai

berikut:

Ada: 1

Tidak ada: 0

3. Tingkat Penafsiran

Data dari setiap tabel yang diperoleh agar mudah dianalisis, maka untuk

tafsiran datanya digunakan padoman penafsiran data dengan perincian

(Arikunto, 2010) sebagai berikut.


43


Rumus persentasi: %= 𝑋100%

Keterangan:

F = Jumlah dari skor frekuensi yang diperoleh dari kuesioner

N = Jumlah keseluruhan skor frekuensi seharusnya

Hasil perhitungan dari rumus tersebut di atas dapat ditentukan penafsiran

(Arikunto, 2010) sebagai berikut:

 0% : tidak satupun responden

 1-26% : sebagian kecil responden

 27-49% : hampir setengah responden

 50% : setengahnya

 51-75% : sebagian besar

 76-99% : hampir seluruhnya

 100% : seluruhnya

4.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang brhubungan atau

berkorelasi(Notoadmodjo,2010). Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis

menggunakan teknik statistik yang uji korelasi chi square dengan tingkat

kepercayaan 95% (𝛼 = 0,05) Uji korelasi chi square digunakan untuk menguji

koorelasi variabel independen dan variabel dependenya mempunyai skala

variabelnya ordinal dan nominal selain diketahui ada / tidaknya hubungan antara

variabel dengan nilai 𝛼 = 0,05) dalam uji korelasi dan nantinya juga korelasi (r)

dan diketahui juga arah korelasi yaitu (+) atau negatif (-). Dikatakan ada
44

hubungan yang bermakna antara dua variabel jika nilai 𝑝 > 0,05 dan tidak ada

hubungan yang bermakna antara dua variabel jika jika nilai 𝑝 > 0,05 (Sugiono,

2011).

4.9.3 Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2013) secara umum prinsip etika dalam penelitian

atau pengumpulan data dapat di bedakan menjadi tiga bagian.

Prinsip Manfaat

1. Bebas dari penderitaan

Peneliti harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus. Penelitian yang

dilakukan adalah berupa tindakan (eksperimen) maka responden dijamin

bahwa tidak akan mengalami efek yang merugikan.

a. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang

tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya

dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan

dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk

apapun. Data responden yang diperoleh tidak akan disebarluaskan untuk

kepentingan pribadi.

b. Resiko

Peneliti harus hati-hati dalam mempertimbangkan resiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan. Berkaitan dengan

poin pertama sebelumnya bahwa apabila penelitian yang dilakukan adalah


45

berupa tindakan (eksperimen) maka responden dijamin bahwa tidak akan

mengalami efek yang merugikan.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self determination),

yang artinya responden berhak untuk bersedia atau menolak untuk

dijadikan sampel.

b. Hak untuk mendapat jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full

disclosure), artinya semua responden dalam penelitian ini memiliki hak

yang sama sehingga tidak mengistimewakan satu atau sebagian responden

dan mengabaikan yang lain.

c. Informed consent, responden harus mendapatkan informasi secara lengkap

tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk

bebas berpartisipasi atau menolak untuk menjadi responden. Informed

consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya untuk

pengembangan ilmu. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden

mengenai penelitian tersebut dan hal-hal apa saja yang dibutuhkan serta

memberikan jaminan kepada responden bahwa data yang diperoleh hanya

untuk kepentingan penelitian.

3. Prinsip Keadilan (Right To Justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatmnt)

Responden harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

Sampel yang bersedia menjadi sampel maupun yang tidak bersedia tetap
46

mendapatkan perlakuan yang adil, dalam hal ini tetap melakukan

komunikasi dengan sampel yang tidak bersedia mengambil bagian dalam

proses pengambilan data.

b. Hak dijaga kerahasiannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diminta harus

dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

rahasian. Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden seperti untuk

nama bisa menggunakan inisial, selain itu mengingat penelitian ini

berkaitan dengan genitalia maka hasil jawaban responden juga dijaga

kerahasiaannya.
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Islam Surya Buana Malang beralamat d i Jl.

Simpang Gajayana 610-F, Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota

Malang, Jawa Timur 65144. SD ini beroperasional setiap hari Senin sampai Jumat

jam 07:00 – 15:30 WIB. Tenaga pengajar sebanyak 32 orang guru. Nomor

Registrasi Sekolah yaitu 1022056104006. Sekolah ini merupakan sekolah dasar

Islam yang mendidik muridnya menjadi cendekiawan muslim yang menguasai

ilmu pengetahuan termasuk didalamnya bahasa Arab, teknologi, seni dan

berakhlakul karimah. Selain dari pada itu sekolah tersebut juga membentuk

lingkungan belajar yang baik dan kondusif sehingga dapat memunculkan

kreativitas anak didiknya. Fasilitas yang dipergunakan untuk menunjang

kemampuan dan ketrampilan siswa dan siswi yaitu terdiri dari , ruang kelas

dengan audio dan LCD, pojok literasi, SPP online, laboratorium computer,

perpustakaan, UKS + dokter jaga, aula dan mushola, gedung permanen, kantin

sehat dan koperasi sekolah, lapangan olah raga dan lingkungan ramah anak

Batasan Wilayah SD Islam Surya Buana Malang

1. Sebelah Timur : Berbatasan langsung dengan Sardo Swalayan

2. Sebelah Barat : Berbatasan langsung dengan UIN Malang

3. Sebelah Utara : Berbatsaan langsung taman singga Merjosari

4. Sebelah Selatan : Berbatasan langsung dengan RSI UNISMA

47
48

5.1 Data Umum

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, dan kelas, data

disajikan sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik umur, kelas, dan jenis
kelamin tentang kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi
di SD Islam Surya Buwana Malang
Variabel Kategori f (%)
8 Tahun 66 60,6
Umur 43 39,4
9 tahun
Kelas 3 66 60,6
Kelas 43 39,4
Kelas 4
Laki-Laki 29 26,6
Jenis Kelamin 80 73,4
Perempuan
Total 109 100

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukan bahwa sebagian besar dari responden

yaitu 66 (60,6%) berumur 8 tahun, dan sebagian besar dari responden yaitu 66

(60,6%) berada pada kelas 3 dan sebagian besar dari responden yaitu 80 (73,4%)

berjenis kelamin perempuan.

5.2 Data Khusus

Data khusus dalam penelitian disajikan data tentang kebiasaan menggosok

gigi dengan kejadian karies gigi di SD Islam Surya Buwana Malang sebagai

berikut:

5.2.1 Kebiasaan Menggosok Gigi Di SD Islam Surya Buana Malang.


Hasil penelitian tentang kebiasaan menggosok gigi pada anak di SD Islam

Surya Buana Malang disajikan pada tabel berikut:


49

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tentang Kebiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Di
SD Islam Surya Buana Malang

Kebiasaan Menggosok Gigi F (%)


Baik 2 1,8
Cukup 74 67,9
Kurang 33 30,3
Total 109 100

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden

yaitu 74 (67,9%) memiliki kebiasaan menggosok gigi kategori cukup.

5.2.2 Kejadian Karies Gigi Pada Anak Di SD Islam Surya Buana Malang.
Hasil penelitian tentang kejadian karies gigi di SD Islam Surya Buana

Malang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tentang Kejadian Karies Gigi pada anak di SD
Islam Surya Buana Malang

Kejadian Karies Gigi f (%)


Ada 71 65,1
Tidak Ada 38 34,9
Total 109 100

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar dari

responden yaitu 71 (65,1%) memilki karies gigi.

5.2.3 Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi


Di Sd Islam Surya Buwana Malang.
Hasil analisis data menggunakan uji fishers exact tes untuk mengetahui

tentang kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di SD Islam Surya

Buwana Malang, disajikan dalam tabel berikut:


50

Tabel 5.4 Analisis Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Di
SD Islam Surya Buwana Malang
Kejadian Karies Gigi Total p
Kebiasaan Menggosok
Ada Tidak Ada Odds
Gigi
f % F % f % Ratio
Baik+Cukup 45 41,3 31 28,4 76 69,7 0,39
0,038
Kurang 26 23,9 7 6,4 33 30,3
Total 71 65,1 38 34,9 109 100
Berdasarkan tabel 5.4 hasil analisis fishers exact tes didapatkan nilai p

value = (0,0238) < (0,050) sehingga H1 diterima, artinya ada hubungan kebiasaan

menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di SD Islam Surya Buwana Malang.

Hasil tabulasi silang didapatkan bahwa dari 76 responden (69,7%) yang memiliki

kebiasaan menggosok gigi kategori baik+cukup, mempunyai kejadian karies gigi

yakni ada sebanyak 45 responden (41,3%), dan tidak ada sebanyak 31 responden

(28,4%). Sedangkan Odds Ratio didpatkan 0,39 dimana seseorang yang

mempunyai kebiasaan menggososk gigi baik+cukup akan memilki 0,39 kali lipat

mengalami kejadian karies gigi


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Kebiasaan Mengosok Gigi

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden

memiliki kebiasaan menggosok gigi kategori cukup. Data ini menunjukan bahwa

mayoritas responden memilki kebiasaan menggosok gigi yang cukup. Menurut

Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa menggosok gigi adalah membersihkan

gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri dan plak. Membersihkan gigi harus

memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi,

penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi dan cara yang tepat untuk

membersihkan gigi, oleh karena itu kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah

laku manusia dalam membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang dilakukan

secara terus-menerus. Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal

dua kali sehari pada waktu yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan

malam hari sebelum tidur serta perilaku makan-makanan yang lengket dan manis

dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi (Kidd, 2005).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan menggosok gigi pada

anak Di SD Islam Surya Buwana Malang yakni pengetahuan, perilaku dan juga

usia. merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan menggosok gigi

yakni dimana semakin tinggi pengetahuan seseorang makan akan semakin baik

pula informasi yang diperoleh sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku. Hal

ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Notoatmodjo (2005)

menyatakan bahwa pengetahuan yang baik

51
52

apabila akna mempengaruhi sikap dan perilaku sesorang dalam melakukan suatu

tindakan.

Perilaku juga mempengaruhi kebiasaan menggosok gigi dimana perilaku

erat kaitanya dengan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ihsani (2007). yang menyatakan bahwa terdapat hubungan erat

antara pengetahuan dan perilaku terhadap kejadian keries gigi. Dimana

pengetahuan yang baik mempengaruhi tindakan seseorang.

Faktor yang mempengaruhi kebiasaan menggosok gigi adalah faktor

usia,upaya ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak, sistem pelayanan

kesehatan gigi dan mulut anak, lingkungan ,budaya yang tidak baik,kebiasaan

anak yang tidak baik. Dimana semakin bertambah usia seseorang maka akan

semakin baik pula tindakan dan perilaku dalam menggosok gigi. Hal ini sesuai

dengan teori Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa semakin bertambah

usia maka akan semaikin baik pula pemahaman serta perilku dan sikap akan jauh

lebih baik untuk berperilaku. Dengan demikan dapat dikatakan bahwa kebiasaan

menggosok gigi merupakan salah cara memelihara kesehatan gigi dan mulut

untuk mencegah terjadinya karies gigi pada anak, namun semuanya dilakukan atas

kesadaran dan perilaku yang dilakukan oleh individu itu sendiri.

6.2 Kejadian Karies Gigi

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar dari

responden memilki karies gigi. Data ini membuktikan bahwa mayoritas responden

memilki karies gigi. Menurut Muttaqin tahun (2010) mengatakan bahwa karies

gigi adalah sebuah infeksi yang merusak struktur gigi, penyakit ini menyebabkan
53

gigi berlubang, jika tidak ditangani penyakit ini dapat menyebabkan nyeri,

penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya lainnya. Adapun faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian karies gigi yakni pada indikator (waktu yang

tepat menggosok gigi, bangun pagi,sebelum tidur, setelaah makan) dimana

sebgaina besar responden tidak menggosok gigi setah makan dan menggosok gigi

sebelum tidur.

Faktor waktu yang tepat menggosok gigi, bangun pagi,sebelum tidur,

setelaah makan merupakan waktor utama yang mempengaruhi kejadian karies

gigi. Dimana sisa-sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi kemudian

berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam mulut, seperti

Streptococcus Mutan yang bisa mengakibatkan terjadinya karies gigi. Hal ini

sesui dengan penelitian yang dilakukan oleh Kidd (2005) yang menyatakan

bahwa membersihkan gigi harus memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat

dalam membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi

dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi, oleh karena itu kebiasaan

menggosok gigi merupakan tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dari

sisa-sisa makananyang dilakukan secara terus-menerus.

Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal dua kali sehari

pada waktu yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan malam hari

sebelum tidur serta perilaku makan-makanan yang lengket dan manis dapat

mempengaruhi terjadinya karies gigi. Adapun hasil penelitian yang dilakukan

oleh Muttaqin dkk, (2014) menyatakan bahwa pertumbuhan plak dipercepat

dengan meningkatnya jumlah bakteri dalam mulut dan terakumulasinya


54

bakteri dan sisa makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak akan membentuk

mineral yang disebut dengan karang gigi yang meningkatkan resiko karies gigi.

Faktor cara menggosok gigi pada indikator cara atau metode menggosok

gigi, didpatkan sebagian besar responden cara menyaikat giginya kurang tepat.

Kebiasaan menggosok gigi dan cara menggosok gigi yang tepat dan benar. Cara

menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi dengan

gerakan vertical dan gerakan lembut (Wong, 2003). Potter & Perry (2005)

menytakan bahwa menggagok gigi harus dilakukan pada Seluruh permukaan gigi

dalam, luar dan pengunyah harus disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan

sekuat tenaga tidak dianjurkan karena dapat merusak email gigi karena vibrasi

6.3 Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Di

SD Islam Surya Buwana Malang.

Berdasarkan tabel 5.4 terdapat hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan

kejadian karies gigi di SD Islam Surya Buwana Malang. Hasil tabulasi silang

didapatkan bahwa dari sebagian besar responden yang memiliki kebiasaan

menggosok gigi kategori cukup, mempunyai kejadian karies gigi yakni ada

sebanyak 45 responden dan tidak ada sebanyak 29 responden.

Menggosok gigi secara umum digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa-

sisa makanan yang menempel di gigi. Hal in juga sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Fitrohpiyah, (2009) menunjukan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan p value 0,778 yaitu antara kebiasaan menggosok gigi anak dengan

karies gigi. Adapun hasil penelitian Amaliah (2014) dengan judul hubungan

kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies pada anak usia sekolah
55

kelas IV-VI SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil uji statitik

didapatkan menggosok gigi sering (66.7%) kadang kadang (25.9%) jarang

(7.4%) pada anak. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan

hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies.

Hasil penelitian Wirawati, dkk (2008), juga membuktikan bahwa kebiasaan

menggosok gigi dalam kategori kurang baik 40%, didapatkan prevalensi

karies gigi sebesar 85%, sedangkan pemeriksaan kebersihan mulut 41,67% dalam

kategori kurang. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna kebiasaan menggosok gigi (pvalue=0,035) ada hubungan antara

konsumsi makanan kariogenik (pvalue=0,007) dengan kejadian karies gigi.

6.4 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak menggali faktor yang

mempengaruhi kebiasan menggosok gigi dan kejadian karies seperti sosial

ekonomi, peran orang tua, durasi menggosok gigi dan waktu pemeriksaan gigi ke

layanan kesehatan yang bisa berdampak pada timbulnya karies gigi. Penelitian ini

hanya sesaat, kejadian keries prosesnya lama, factor kebiasaan anak yang kurang

baik contoh: Terlalu banyak konsumsi makanana manis


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Penelitian tentang hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian

karies gigi di SD Islam Surya Buwana Malang disimpulkan bahwa:

1. Sebagian besar dari responden yaitu memiliki kebiasaan menggosok gigi

kategori cukup. di SD Islam Surya Buwana Malang

2. Sebagian besar dari responden yaitu memilki karies gigi. di SD Islam Surya

Buwana Malang

3. Ada hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di SD

Islam Surya Buwana Malang, dengan nilai p value = (0,038) < (0,050).

7.2 Saran

1. Bagi Institui Pendidkan

Penelitian ini menjadi panduan bagi pengembangan ilmu di dunia

keperawatan, khususnya mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada

anak usia sekolah.

2. Bagi SD Islam Surya Buwana Malang

Penelitian ini meningkatkan minat guru dalam upaya promosi kesehatan

kepada siswa-siswi kelas 3 dan 4 dalam rangka meningkatkan kesehatan

dikhususnya kesehatan gigi dan mulut.

56
57

3. Bagi peneliti selanjutnya

Meneliti faktor lain yang menyebabkan karies gigi pada anak usia 3-4

tahun, serta penelitian dengan metode berbeda.


58

DAFTAR PUSTKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto. 2012. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Behrman, R.E., Kliegman, R.M., & Arvin, A.M. (1999). Ilmu kesehatan anak
Bukune.
Fitrohpiyah, I. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi Pada Anak
Usia Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Kampung sawah III Kota
Tangerang Selatan Provensi Banten Tahun 2009”. 2009
Hidayat, R., & Tandiari, A. (2016).Kesehatan Gigi dan Mulut ± Apa Yang
Sebaiknya Anda Tahu?.Yogyakarta: Cv
Ando Offiset. Hal;36
Hollins, C. (2008). Leviso’s textbook for dental nurse. (10th Edition). Oxford:
Ihsani, V. 2007. Status Kebersihan Mulut Anak Sekolah Dasar Menurut
Kebiasaan Menyikat Gigi sebelum Tidur Malam hari. 2002. Universitas
Indonesia, Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Kedokteran Gigi
pencegahan.
in young children. Oral Health, 90.1, 13. April 16, 2012. Proquest
database.
Kidd, E.A.M. & Bechal, SJ., 1992. Dasar- Dasar Karies: Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta: EGC
Konsep, Proses, dan Praktik (V Rhamadhan, A G. (2010). Serba - serbi
kesehatan gigi dan mulut. Jakarta:
Konsep, proses, dan praktik (Vol 2 edisi ke-4) (Yasmin Asih, Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Low, W., Tan, S., & Schwartz, S. The effect of severe caries on the quality of life
Mencegah Karies Gigi Anak Usia 1-5 Tahun di Puskesmas Babakan Sari
Bandung.
nelson (Vol.2) (5th Ed) (A. Samik Wahab, Editor). Jakarta: EGC.
Neti Juniarti, H.Y Kuncara, Penerjemah.). Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2015. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo., 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam. 2013. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jalkarta:
Salemba Medika
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan:
59

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik (Vol 1 Edisi ke-4). (Yasmin Asih,
Penerjemah). Jakarta: EGC
Sinaga, A. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Willey-Blackwell.
Wong buku ajar keperawatan pediatrik (Vol 1. Edisi ke-4) (Agus Sutarna,
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein., & Schwartz. (2008).
Wong, D.L.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC. 2003
60

Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden Peneliti

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya Mahasiswa dari Program Studi Keperawatan Universitas Tribhuwana

Tunggadewi Malang, bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul

“Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Di

SDI Surya Buwana Malang”.

Saya berharap partisipasi dan kerjasama dalam penelitian yang akan saya

lakukan, saya menjamin kerahasiaan dan identitas saudara/saudari. Informasi yang

saudara berikan hanya digunakan untuk keperluan dalam penelitian saja.

Responden yang bersedia silahkan mengisi dan menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden dalam penelitian ini. Jika responden

mengundurkan diri pada saat penelitian berlangsung, tidak akan diberikan sanksi

atau apapun. Atas perhatian dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Malang, juli 2021

Peneliti

Terejina Da Costa Valente

NIM: 2017610104
61

Lampiran 2
PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia menjadi

responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Geovania Putri Anastasi

Versace Pereira. Penelitian ini berjudul “Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi

Dengan Kejadian Karies Gigi di SD Islam Surya Buwana Malang”. Setelah

saya mendapat penjelasan dari peneliti, maka saya memahami prosedur penelitian

yang akan dilakukan,tujuan, manfaat dari penelitian ini. Saya menyadari bahwa

penelitian yang akan dilakukan tidak menimbulkan dampak negatif bagi saya.

Saya juga menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini memberikan

manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Berdasarkan pertimbangan diatas, dengan ini saya memutuskan tanpa

paksaan dari pihak manapun juga bahwa saya bersedia berpartisipasi menjadi

responden dalam penelitian ini. Demikian pernyataan persetujuan yang telah saya

tanda tangani untuk dapat digunakan seperlunya.

Malang,

(.....................)
62

Lampiran 3
KISI – KISI KUESIONER

Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Di Sd


Surya Buwana Malang
NO VARIBEL INDIKATOR ITEM JAWABAN
PERTANYAAN
1 Kebiasaan Waktu yang tepat 1, 2, 3, 4,, 5 Tp, K, S
menggosok gigi menggosok gigi,
bangun
pagi,sebelum tidur,
setelaah makan
Beberapa cara atau 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 Ada, Tidak Ada
metode menggosok
gigi, metode
vertical, metode
horizontal, metode
berputar, metode
vibrasi/ bergetar,
metode sirkular,
metode fisiologis
2 Kejadian kariess gigi Ada atau tidaknya
gigi berlubang pada
anak
63

Lampiran 4

KUESIONER KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
No Pertanyaan Selalu sering Kadang- Tidak
kadang pernah
1 Saya menggosok gigi saat
bangun pagi
2 Saya menggosok gigi saat
sesudah makan
3 Saya menggosok gigi
sebelum tidur
4 Saya menggosok gigi
menggunakan pasta gigi
5 Saya menggosok gigi
menggunakan sikat gigi
6 Saya selalu menggosok gigi
atas bagian dalam
7 Saya selalu menggosok gigi
bawah bagian dalam
8 Saya selalu menggosok gigi
samping kanan dan kiri
bagian dalam
9 Saya selalu menggosok gigi
samping kanan dan kiri
bagian luar
10 Saya selalu menggosok gigi
bagian dalam dengan
gerakan menggosok keluar
11 Saya selalu menggosok gigi
samping dengan gerakan
menggosok ke atas bawah
12 Setelah menggosok gigi,
saya selalu berkumur
dengan air bersih yang
sudah disiapkan
13 Saya menggosok gigi sehari
3x (pagi, siang, malam)
64

Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI KEJADIAN KARIES GIGI
No Nama Usia Jenis Kelamin Kelas Kejadian Kares Gigi
Ada Tidak
Ada
65

Lampiran 6

Tabulasi Dan hasil uji validitas

Pertanyaan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 total
1 3 1 2 3 3 2 3 2 3 2 1 3 28
2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 30
3 2 1 2 3 3 1 3 2 2 2 2 3 26
4 3 2 1 3 3 2 2 2 3 2 1 3 27
5 3 1 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 30
6 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 30
7 3 2 2 3 3 2 3 2 3 1 2 3 29
8 3 1 2 3 3 2 3 3 3 2 1 3 29
9 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 33
10 2 2 1 3 3 2 2 3 3 2 1 3 27

Kebiasaan Menggosok Gigi

TOTAL

Pearson Correlation .720

P1 Sig. (2-tailed) .022

N 10
Pearson Correlation .745
P2 Sig. (2-tailed) .010
N 10
Pearson Correlation .895
P3 Sig. (2-tailed) .003
N 10
Pearson Correlation .782
P4 Sig. (2-tailed) .009
N 10
Pearson Correlation .923
P5 Sig. (2-tailed) .001
N 10
Pearson Correlation .683
s Sig. (2-tailed) .022
N 10
Pearson Correlation .807
P7 Sig. (2-tailed) .004
N 10
P8 Pearson Correlation .775
66

Sig. (2-tailed) .010


N 10
Pearson Correlation .834
P9 Sig. (2-tailed) .005
N 10
Pearson Correlation .677
P10 Sig. (2-tailed) .012
N 10
Pearson Correlation .890
P11 Sig. (2-tailed) .003
N 10
Pearson Correlation .721
P12 Sig. (2-tailed) .012
N 10
Pearson Correlation 1

TOTAL Sig. (2-tailed)

N 10

Case Processing Summary

N %

Valid 10 100.0
a
Cases Excluded 0 .0

Total 10 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.665 13

3. Hasil Uji Validitas Variabel (X) Kebiasaan menggosok Gigi sebanyak 12

pertanyaan, menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan ditemukan nilai rhitung

> rtabel, dimana nilai rtabel untuk 10 responden yaitu sebesar 0,632 dengan

nilai signifikan masing-masing item pertanyaan lebih dari 0,632, sehingga

semua item pertanyaan dinyatakan valid.


67

4. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan membuktikan bahwa kuesioner yang

digunakan untuk variabel (X) sebanyak 12 pertanyaan, dinyatakan reliabel

karena nilai Alpha lebih dari 0,6 (0,600) dengan hasil yang didaptkan

adalah 0,665.
68

Lampira 7

Data Umum
Jenis
NO Usia Koding Kelamin Koding Kelas Koding
1 8 tahun 1 L 1 3 1
2 8 tahun 1 P 2 3 1
3 8 tahun 1 P 2 3 1
4 8 tahun 1 P 2 3 1
5 8 tahun 1 P 2 3 1
6 8 tahun 1 P 2 3 1
7 8 tahun 1 L 1 3 1
8 8 tahun 1 P 2 3 1
9 8 tahun 1 P 2 3 1
10 8 tahun 1 L 1 3 1
11 8 tahun 1 P 2 3 1
12 8 tahun 1 P 2 3 1
13 8 tahun 1 P 2 3 1
14 8 tahun 1 P 2 3 1
15 8 tahun 1 P 2 3 1
16 8 tahun 1 L 1 3 1
17 8 tahun 1 P 2 3 1
18 8 tahun 1 L 1 3 1
19 8 tahun 1 L 1 3 1
20 8 tahun 1 P 2 3 1
21 8 tahun 1 P 2 3 1
22 8 tahun 1 L 1 3 1
23 8 tahun 1 P 2 3 1
24 8 tahun 1 P 2 3 1
25 8 tahun 1 P 2 3 1
26 8 tahun 1 P 2 3 1
27 8 tahun 1 P 2 3 1
28 8 tahun 1 P 2 3 1
29 8 tahun 1 P 2 3 1
30 8 tahun 1 P 2 3 1
31 8 tahun 1 L 1 3 1
32 8 tahun 1 P 2 3 1
33 8 tahun 1 L 1 3 1
34 8 tahun 1 L 1 3 1
35 8 tahun 1 L 1 3 1
69

36 8 tahun 1 P 2 3 1
37 8 tahun 1 P 2 3 1
38 8 tahun 1 P 2 3 1
39 8 tahun 1 L 1 3 1
40 8 tahun 1 P 2 3 1
41 8 tahun 1 L 1 3 1
42 8 tahun 1 P 2 3 1
43 8 tahun 1 P 2 3 1
44 8 tahun 1 P 2 3 1
45 8 tahun 1 P 2 3 1
46 8 tahun 1 P 2 3 1
47 8 tahun 1 P 2 3 1
48 8 tahun 1 L 1 3 1
49 8 tahun 1 P 2 3 1
50 8 tahun 1 P 2 3 1
51 8 tahun 1 P 2 3 1
52 8 tahun 1 P 2 3 1
53 8 tahun 1 L 1 3 1
54 8 tahun 1 L 1 3 1
55 8 tahun 1 P 2 3 1
56 8 tahun 1 P 2 3 1
57 8 tahun 1 P 2 3 1
58 8 tahun 1 P 2 3 1
59 8 tahun 1 P 2 3 1
60 8 tahun 1 P 2 3 1
61 8 tahun 1 P 2 3 1
62 8 tahun 1 P 2 3 1
63 8 tahun 1 P 2 3 1
64 8 tahun 1 P 2 3 1
65 8 tahun 1 P 2 3 1
66 8 tahun 1 L 1 3 1
67 9 tahun 2 P 2 4 2
68 9 tahun 2 P 2 4 2
69 9 tahun 2 L 1 4 2
70 9 tahun 2 L 1 4 2
71 9 tahun 2 L 1 4 2
72 9 tahun 2 P 2 4 2
73 9 tahun 2 P 2 4 2
74 9 tahun 2 P 2 4 2
75 9 tahun 2 P 2 4 2
76 9 tahun 2 P 2 4 2
70

77 9 tahun 2 P 2 4 2
78 9 tahun 2 P 2 4 2
79 9 tahun 2 P 2 4 2
80 9 tahun 2 P 2 4 2
81 9 tahun 2 P 2 4 2
82 9 tahun 2 P 2 4 2
83 9 tahun 2 P 2 4 2
84 9 tahun 2 P 2 4 2
85 9 tahun 2 P 2 4 2
86 9 tahun 2 P 2 4 2
87 9 tahun 2 P 2 4 2
88 9 tahun 2 L 1 4 2
89 9 tahun 2 L 1 4 2
90 9 tahun 2 P 2 4 2
91 9 tahun 2 L 1 4 2
92 9 tahun 2 L 1 4 2
93 9 tahun 2 P 2 4 2
94 9 tahun 2 P 2 4 2
95 9 tahun 2 P 2 4 2
96 9 tahun 2 L 1 4 2
97 9 tahun 2 P 2 4 2
98 9 tahun 2 P 2 4 2
99 9 tahun 2 P 2 4 2
100 9 tahun 2 P 2 4 2
101 9 tahun 2 P 2 4 2
102 9 tahun 2 P 2 4 2
103 9 tahun 2 P 2 4 2
104 9 tahun 2 L 1 4 2
105 9 tahun 2 L 1 4 2
106 9 tahun 2 P 2 4 2
107 9 tahun 2 L 1 4 2
108 9 tahun 2 L 1 4 2
109 9 tahun 2 P 2 4 2
71

Lampiran 8
Kebiasaan Menggosok Gigi

Pertanyaan
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total Skor Kriteria
1 4 1 2 4 4 2 2 3 2 2 2 4 1 33 63,4 cukup
2 3 2 2 4 4 3 3 2 2 2 2 4 1 34 65,3 cukup
3 1 4 4 4 4 3 2 3 2 1 2 4 2 36 69,2 cukup
4 1 4 4 4 4 2 3 4 2 1 2 4 2 37 71,1 cukup
5 4 1 1 4 4 2 3 2 2 1 2 4 1 31 59,5 kurang
6 3 1 1 4 4 1 2 2 2 1 2 4 1 28 55,7 kurang
7 3 1 1 4 4 3 3 3 2 2 2 4 1 33 63,4 cukup
8 3 1 1 4 4 2 2 2 2 2 2 4 1 30 57,6 kurang
9 4 1 1 4 4 2 2 2 2 1 2 4 1 30 57,6 kurang
10 3 2 1 4 4 2 2 2 2 1 2 4 1 30 57,6 kurang
11 1 4 2 4 4 3 2 2 2 1 2 4 2 33 63,4 cukup
12 1 4 2 4 4 3 3 3 2 1 2 4 2 35 67,3 cukup
13 4 1 1 4 4 2 3 3 2 1 2 4 1 32 61,5 cukup
14 1 4 3 4 4 2 3 4 3 2 2 4 1 37 71,1 cukup
15 1 4 3 4 4 3 2 3 3 1 2 4 1 35 67,3 cukup
16 3 2 1 4 4 3 3 2 3 2 2 4 1 34 65,3 cukup
17 1 4 4 4 4 3 3 3 2 1 2 4 1 36 69,2 cukup
18 4 1 1 4 4 2 3 2 2 1 1 4 2 31 59,5 kurang
19 1 4 4 4 4 3 2 2 2 1 2 4 1 34 65,3 cukup
20 3 4 4 4 4 2 2 3 2 1 2 4 1 36 69,2 cukup
21 1 3 2 4 4 2 2 2 2 1 2 4 1 30 57,6 kurang
22 4 1 1 4 4 2 2 2 3 1 2 4 1 31 59,5 kurang
23 4 1 2 4 4 3 2 2 2 1 2 4 2 33 63,4 cukup
24 4 2 1 4 4 2 2 2 2 1 2 4 1 31 59,5 kurang
25 3 2 1 4 4 2 2 2 3 1 2 3 1 30 57,6 kurang
26 4 2 1 4 4 3 2 2 2 2 2 4 2 34 65,3 cukup
27 3 1 1 4 3 2 2 2 2 2 2 4 2 30 57,6 kurang
28 4 1 1 4 4 2 2 2 2 1 2 4 2 31 59,5 kurang
29 1 4 3 4 4 3 2 3 2 1 2 4 2 35 67,3 cukup
30 4 1 1 4 4 2 2 2 2 1 2 4 2 31 59,5 kurang
31 4 1 1 4 4 1 2 2 2 1 2 4 1 29 55,7 kurang
32 3 1 1 4 4 1 2 2 1 1 2 4 1 27 51,9 kurang
33 4 1 2 4 4 3 3 2 2 2 2 4 1 34 65,3 cukup
34 4 1 2 4 4 2 3 3 2 2 2 4 1 34 65,3 cukup
35 4 1 1 4 4 2 3 2 2 1 2 4 1 31 59,5 kurang
36 3 1 2 4 4 2 2 2 2 1 2 4 2 31 59,5 kurang
37 4 1 2 4 4 2 3 2 2 1 2 4 1 32 61,5 cukup
38 4 2 1 4 4 2 3 3 2 1 2 4 1 33 63,4 cukup
72

39 4 1 1 4 4 1 2 2 2 1 2 4 1 29 55,7 kurang
40 1 4 4 4 4 3 3 3 3 2 1 4 1 37 71,1 cukup
41 1 4 3 4 4 3 2 3 3 1 1 4 1 34 65,3 cukup
42 3 1 2 4 4 2 3 2 3 1 2 4 1 32 61,5 cukup
43 4 1 2 4 4 2 3 2 2 2 2 4 1 33 63,4 cukup
44 2 1 1 4 4 1 2 2 1 2 1 4 2 27 51,9 kurang
45 3 1 1 4 4 2 2 2 2 1 2 4 1 29 55,7 kurang
46 3 1 1 4 4 2 2 2 2 1 2 4 2 30 57,6 kurang
47 4 1 1 4 4 2 2 3 2 2 2 4 1 32 61,5 cukup
48 3 1 1 4 4 2 3 2 3 2 2 3 1 31 59,5 kurang
49 4 1 1 4 4 3 3 3 2 1 2 4 1 33 63,4 cukup
50 4 1 1 4 4 1 2 2 2 1 2 4 1 29 55,7 kurang
51 4 1 1 4 4 3 2 3 2 1 2 4 1 32 61,5 cukup
52 4 1 1 4 4 3 2 3 2 1 3 4 1 33 63,4 cukup
53 4 1 2 4 4 3 2 2 2 1 1 4 1 31 59,5 kurang
54 4 1 2 4 4 2 2 2 2 1 2 4 1 31 59,5 kurang
55 4 2 2 4 4 3 2 3 3 2 2 4 1 36 69,2 cukup
56 3 1 2 4 4 2 3 3 3 2 1 4 1 33 63,4 cukup
57 3 1 2 4 4 3 2 2 2 1 2 4 1 31 59,5 kurang
58 1 3 2 4 4 3 3 4 3 2 2 4 2 37 71,1 cukup
59 1 4 4 4 4 3 3 4 3 2 2 4 1 39 75 cukup
60 3 1 2 4 4 3 3 2 3 2 2 4 2 35 67,3 cukup
61 3 1 3 4 4 2 3 2 3 2 2 4 1 34 65,3 cukup
62 4 1 2 4 4 2 3 2 2 2 2 4 2 34 65,3 cukup
63 3 1 2 4 4 2 2 2 2 2 2 4 1 31 59,5 kurang
64 3 2 1 4 4 2 3 3 3 2 2 4 2 35 67,3 cukup
65 1 4 4 4 4 2 3 3 3 2 2 4 1 37 71,1 cukup
66 1 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 2 42 80 cukup
67 3 2 2 4 4 2 3 3 3 2 2 4 1 35 67,3 cukup
68 1 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 39 75 cukup
69 3 2 2 4 4 2 3 3 3 2 2 4 1 35 67,3 cukup
70 3 2 2 4 4 2 3 2 3 1 3 4 1 34 65,3 cukup
71 1 4 3 4 4 3 4 3 2 2 2 4 1 37 71,1 cukup
72 1 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 4 2 36 69,2 cukup
73 1 3 3 4 4 2 2 2 2 1 1 4 1 30 57,6 kurang
74 4 1 3 4 4 3 2 2 2 1 2 4 2 34 65,3 cukup
75 4 1 3 4 4 2 2 3 2 1 2 4 2 34 65,3 cukup
76 3 2 2 4 4 2 2 2 2 1 1 4 1 30 57,6 kurang
77 3 3 2 4 4 2 2 3 3 3 2 3 2 36 69,2 cukup
78 4 1 3 4 4 2 2 3 3 1 2 4 2 35 67,3 cukup
79 1 4 4 4 4 2 2 3 3 2 2 4 2 37 71,1 cukup
80 1 3 4 4 4 2 2 3 3 2 2 4 2 36 69,2 cukup
81 4 1 2 4 4 3 2 3 2 2 2 4 1 34 65,3 cukup
73

82 1 4 3 4 3 2 2 3 2 1 1 3 2 31 59,5 kurang
83 1 4 2 4 4 4 4 3 2 1 2 4 2 37 71,1 cukup
84 4 2 1 4 4 2 3 2 3 1 2 4 2 34 65,3 cukup
85 1 4 3 4 4 2 2 2 2 1 2 4 2 33 63,4 cukup
86 1 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 3 42 80,7 baik
87 1 4 3 4 4 3 4 3 3 3 2 4 2 40 76,9 cukup
88 1 3 4 4 4 3 2 3 2 2 2 4 1 35 67,3 cukup
89 1 4 2 4 4 3 4 3 3 1 2 4 1 36 69,2 cukup
90 1 4 3 4 4 3 3 2 2 1 1 4 1 33 63,4 cukup
91 1 4 4 4 4 3 4 3 2 2 2 4 2 39 75 cukup
92 3 1 1 3 3 2 3 3 2 1 2 3 2 29 55,7 kurang
93 4 2 1 4 4 1 3 3 3 2 2 4 2 35 67,3 cukup
94 4 1 2 4 4 2 2 3 3 1 2 4 2 34 65,3 cukup
95 4 1 1 4 4 2 3 2 3 1 2 4 2 33 63,4 cukup
96 4 1 2 3 3 2 3 2 2 1 3 3 2 31 59,5 kurang
97 1 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 39 75 cukup
98 3 2 1 3 3 2 2 3 3 1 2 3 2 30 57,6 kurang
99 1 3 3 4 4 2 2 3 2 2 2 4 2 34 65,3 cukup
100 1 4 4 4 4 2 2 4 2 2 3 4 2 38 73 cukup
101 4 1 2 4 4 2 2 3 2 2 2 4 2 34 65,3 cukup
102 4 2 2 4 4 2 2 3 2 2 2 4 2 35 67,3 cukup
103 3 1 2 4 4 2 3 4 2 1 2 4 2 34 65,3 cukup
104 4 1 2 4 4 1 3 4 2 1 2 4 1 33 63,4 cukup
105 1 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 43 82,6 baik
106 1 4 4 4 4 2 2 3 3 1 1 4 1 34 65,3 cukup
107 1 4 4 4 4 2 2 4 2 1 2 4 1 35 67,3 cukup
108 1 4 4 4 4 3 3 4 2 1 2 4 1 37 71,1 cukup
109 4 2 1 4 4 2 3 3 3 2 2 4 1 35 67,3 cukup
Jumlah 291 238 238 433 431 253 274 288 252 163 215 428 160 109
74

Lampiran 9

Kejadian Karies Gigi

Pertanyaan
NO Kejadian Kares Gigi Koding
1 Ada 1
2 tidak ada 2
3 Ada 1
4 Ada 1
5 Ada 1
6 Ada 1
7 tidak ada 2
8 Ada 1
9 Ada 1
10 tidak ada 2
11 Ada 1
12 Ada 1
13 tidak ada 2
14 tidak ada 2
15 tidak ada 2
16 ada 1
17 Ada 1
18 Ada 1
19 Ada 1
20 Ada 1
21 Ada 1
22 Ada 1
23 Ada 1
24 Ada 1
25 Ada 1
26 tidak ada 2
27 tidak ada 2
28 Ada 1
29 tidak ada 2
30 Ada 1
31 tidak ada 2
32 tidak ada 2
33 tidak ada 2
34 Ada 1
35 Ada 1
36 Ada 1
37 tidak ada 2
75

38 tidak ada 2
39 Ada 1
40 Ada 1
41 tidak ada 2
42 Ada 1
43 tidak ada 2
44 Ada 1
45 Ada 1
46 Ada 1
47 Ada 1
48 tidak ada 2
49 tidak ada 2
50 Ada 1
51 Ada 1
52 Ada 1
53 Ada 1
54 tidak ada 2
55 Ada 1
56 Ada 1
57 tidak ada 2
58 tidak ada 2
59 tidak ada 2
60 tidak ada 2
61 Ada 1
62 Ada 1
63 Ada 1
64 Ada 1
65 tidak ada 2
66 tidak ada 2
67 Ada 1
68 tidak ada 2
69 tidak ada 2
70 Ada 1
71 Ada 1
72 tidak ada 2
73 Ada 1
74 Ada 1
75 Ada 1
76 Ada 1
77 tidak ada 2
78 Ada 1
79 Ada 1
80 Ada 1
76

81 Ada 1
82 Ada 1
83 Ada 1
84 Ada 1
85 Ada 1
86 tidak ada 2
87 Ada 1
88 Ada 1
89 Ada 1
90 Ada 1
91 tidak ada 2
92 Ada 1
93 Ada 1
94 Ada 1
95 tidak ada 2
96 Ada 1
97 Ada 1
98 Ada 1
99 tidak ada 2
100 ada 1
101 Ada 1
102 Ada 1
103 Ada 1
104 tidak ada 2
105 tidak ada 2
106 tidak ada 2
107 Ada 1
108 tidak ada 2
109 tidak ada 2
77

Lampiran 10
Hasil uji
Statistics
Usia JK Kelas Kebiasaan_Men Kejadian_Karie
ggosok_Gigi s_Gigi
Valid 109 109 109 109 109
N
Missing 0 0 0 0 0

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
8 tahun 66 60.6 60.6 60.6
Valid 9 tahun 43 39.4 39.4 100.0
Total 109 100.0 100.0

JK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-Laki 29 26.6 26.6 26.6
Valid Perempuan 80 73.4 73.4 100.0
Total 109 100.0 100.0

Kelas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Kelas 3 66 60.6 60.6 60.6
Valid Kelas 4 43 39.4 39.4 100.0
Total 109 100.0 100.0

Kebiasaan_Menggosok_Gigi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 2 1.8 1.8 1.8
Cukup 74 67.9 67.9 69.7
Valid Kurang 33 30.3 30.3 100.0
Total 109 100.0 100.0

Kejadian_Karies_Gigi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ada 71 65.1 65.1 65.1
Valid Tidak ada 38 34.9 34.9 100.0
Total 109 100.0 100.0
78

Kebiasaan_Menggosok_Gigi * Kejadian_Karies_Gigi Crosstabulation


Kejadian_Karies_Gigi Total
ada tidak ada
Count 45 31 76
% within 59.2% 40.8% 100.0%
baik+cukup Kebiasaan_Menggosok_Gig
i
Kebiasaan_Menggosok_Gig % of Total 41.3% 28.4% 69.7%
i Count 26 7 33
% within 78.8% 21.2% 100.0%
kurang Kebiasaan_Menggosok_Gig
i
% of Total 23.9% 6.4% 30.3%
Count 71 38 109
% within 65.1% 34.9% 100.0%
Total Kebiasaan_Menggosok_Gig
i
% of Total 65.1% 34.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.883a 1 .049
Continuity Correctionb 3.069 1 .080
Likelihood Ratio 4.086 1 .043
Fisher's Exact Test .038 .038
Linear-by-Linear 3.848 1 .050
Association
N of Valid Cases 109

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for .391 .151 1.012
Kebiasaan_Menggosok_Gig
i (baik+cukup / kurang)
For cohort .752 .581 .972
Kejadian_Karies_Gigi = ada
For cohort 1.923 .944 3.916
Kejadian_Karies_Gigi =
tidak ada
N of Valid Cases 109
79

Lampiran 11

Surat Jalan Penelitian


80

Lampiran 12

Surat Balasan Dari SDI Surya Buana Malang


81

Lampiran 13

Kartu Konsul Skripasi


82
83

Dokumentasi

Gambar 11. 1 perkenalan diri Gambar 11. 2 mengajarkan cara mengisi kuesioner

Gambar 11. 3 Siswa mengisi kuesioner Gambar 11. 4 memeriksa gigi pada siswa laki - laki

Gambar 11. 5 memeriksa gigi pada siswa perempuan Gambar 11. 6 peneliti berpamitan

Anda mungkin juga menyukai