Laporan Analisis Wisata
Laporan Analisis Wisata
Laporan Analisis Wisata
(LOGO UNIVERSITAS)
Disusun Oleh:
Nama : ................................
NIM : ..................
PRAKATA PENULIS
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan analisis yang berjudul
“Laporan Analisis Daya Tarik Wisata Kawasan Danau Biru Kolaka Utara”. Adapun
tujuan dari laporan analisis ini adalah untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah yakni
Perencanaan Pariwisata. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan tugas laporan analisis ini,
sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan laporan analisis ini. Akhir kata,
penulis berharap laporan ini berguna bagi pembaca, terutama bagi peningkatan
pengetahuan penulis sendiri dan bagi pihak – pihak lain yang berkepentingan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
amenities (fasilitas). Penggunaan konsep atraksi, amenities, dan aksesibilitas dapat
digunakan dalam pengembangan daya tarik wisata kawasan danau biru Kolaka Utara.
Konsep tersebut dapat didasarkan atas persepsi wisatawan. Dengan mengetahui persepsi
wisatawan dapat teridentifikasi aspek – aspek pengembangan yang harus diprioritaskan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan. Oleh karena itu, persepsi
wisatawan diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisata agar jumlah wisatawan
bertambah. Berdasarkan penjelasan dan permasalahan yang ada tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan analisis terhadap daya tarik wisata kawasan danau biru di Kabupaten
Kolaka Utara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitin yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian yang meliputi:
1. Bagaimana potensi daya tarik wisata di kawasan danau biru Kolaka Utara?
2. Bagaimana karakteristik lanskap di kawasan danau biru Kolaka Utara?
3. Bagaimana tipologi kawasan wisata di kawasan danau biru Kolaka Utara?
C. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana potensi daya
tarik wisata, karakteristik lanskap, serta tipologi kawasan wisata di kawasan danau biru
Kolaka Utara.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teori – teori, khususnya
mengenaidaya tarik wisata kawasan danau biru di Kolaka Utara. Hasil penelitian ini juga
nantinya dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan analisis berikutnya. Bagi
peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan
teori dan kemampuan menganalisis daya tarik wisata kawasan danau biru di Kolaka
Utara.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
air terjun (waterfall), kebun raya (National Parks), agrowisata
(agrotourism), gunung berapi (volcanos), dan flora dan fauna.
b. Build Attractions
Termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah bangunan (buildings),
dengan arsitek yang menarik, seperti rumah adat dan yang termasuk
bangunan kuno dan modern seperti Forbiden City (China), Big Ben
(London), Jam Gadang (Bukittinggi), Museum, maupun TMII.
c. Cultural Attractions
Dalam kelompok ini termasuk diantaranya: peninggalan sejarah (historical
building), cerita-cerita rakyat (folklore), kesenian tradisional (traditional
dances), museum, upacara keagamaan, festival kesenian, dan
semacamnya.
d. Sosial Attractions
Tata cara hidup suatu masyarakat (the way of life), ragam bahasa
(languange), upacara perkawinan, potong gigi, khitanan, dan kegiatan
sosial lainnya.
Menurut Edward Inskeep dalam M. Akrom K., mengatakan bahwa suatu
objekwisata harus mempunyai 5 unsur penting, yaitu (Akrom, 2014).
a. Daya tarik
Daya tarik merupakan faktor utama yang menarik wisatawan mengadakan
perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer yang
menjadi tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam
suatu perjalanan primer karena keinginannya untuk menyaksikan,
merasakan, dan menikmati daya tarik tujuan tersebut.
b. Prasarana Wisata
Prasarana wisata ini dibutuhkan untuk melayani wisatawan selama
perjalanan wisata, biasanya dipakai untuk kebutuhan menginap, makan,
minum, dan lain-lain.
c. Sarana Wisata
Sarana Wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di
4
daerah tujuan wisata antara lain biro perjalanan, alat transportasi, dan alat
komunikasi, serta sarana pendukung lainnya.
d. Infrastruktur
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana
wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas
permukaan tanah dan dibawah tanah, seperti: sistem pengairan, sumber
listrik dan energi, sistem jalur angkutan dan terminal, sistem komunikasi,
serta sistem keamanan atau pengawasan. Infrastruktur yang memadai dan
terlaksana dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu
meningkatkan fungsi sarana wisata, sekaligus membantu masyarakat
dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
e. Masyarakat, Lingkungan, dan Budaya
Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik
wisata akan mengundang kehadiran wistawan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam kaitannya dengan masyarakat, lingkungan danbudaya
adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat
Masyarakat di sekitar obyek wisatalah yang akanmenyambut
kehadiran wisatawan tersebut, sekaligus akanmemberikan layanan
yang diperlukan oleh para wisatawan.Layanan yang khusus dalam
penyajiannya serta mempunyaikekhasan sendiri akan memberikan
kesan yang mendalam. Untukitu masyarakat di sekitar objek wisata
perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan
oleh para wisatawan.
2. Lingkungan
Disamping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkunganalam di
sekitar objek wisata pun perlu diperhatikan denganseksama agar tidak
rusak dan tercemar. Lalu-lalang manusia yangterus meningkat dari
tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknyaekosistim dari fauna dan
flora di sekitar objek wisata. Oleh sebabitu perlu adanya upaya untuk
menjaga kelestarian lingkunganmelalui penegakan berbagai aturan
dan persyaratan dalampengelolaan suatu objek wisata.
5
3. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatuobjek wisata
merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilarpenyangga
kelangsungan hidup suatu masyarakat. Oleh karena itu, lingkungan
budaya ini pun kelestariannya tak boleh tercemar olehbudaya asing,
tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapatmemberikan
kenangan yang mengesankan bagi setiap wisatawanyang berkunjung.
B. Lanskap Wisata
Ekologi Lanskap merupakan ilmu interdisipliner yang berkaitan antara manusia
dan lingkungan hidup serta fokus pada peran manusia dalam menciptakan dan
mempengaruhi pola dan proses lanskap (McGarigal, 2001). McGarigal (2001) dan Arifin,
dkk. (2009) menyatakan bahwa ekologi lanskap fokus pada komposisi, struktur dan
fungsi pada suatu lanskap. Ekologi lanskap menurut McGarigal (2001) mencakup:
1. Spatial Patterns
Ekologi lanskap memiliki 5 sub tema pembahasan, yaitu :
1. Mendeteksi karakteristik pola dan skala lanskap;
2. Mengidentifikasi dan menggambarkan pola lanskap, meliputi fisik abiotik,
demografi penduduk dan gangguan lanskap;
3. Karakteristik pola dan proses ruang dan waktu, yaitu dinamika bentang alam
dan dapat menyimpulkannya secara kualitatif;
4. Memahami implikasi ekologis, yaitu mengenai populasi, komunitas dan
ekosistem. Hal tersebut merupakan konservasi biologi dan manajemen
ekosistem;
5. Mengelola lanskap untuk peningkatan kehidupan masyarakat.
2. Broad Extents
Pemandangan Lanskap dapat dilihat dan diidentifikasi dari skala kecil hingga
skala luas. Alat untuk mengidentifikasinya pun telah banyak dibuat, seperti foto
udara. Ekologi lanskap spesifik pada lanskap yang dapat diterapkan pada skala
yang universal (luas), penekanannya untuk mengidentifikasi skala yang
mencirikan hubungan antara heterogenitas spasial dan proses pada keterkaitan
lahan (bentang alam).
6
3. Role Of Humans
Ekologi manusia sering didefinisikan fokus pada peran manusia dalam
menciptakan dan mempengaruhi pola dan proses lanskap. Manusia merupakan
dominan kekuatan perubahan suatu lanskap. Pada interaksi antara heterogenitas
spasial dan proses ekologi, mempertimbangkan bahwa manusia sebagai salah satu
agen penting yang mempengaruhi lanskap dan pembangun lanskap (baik alam
ataupun semi-alami).
Lanskap adalah karakter total suatu wilayah dan lanskap selalu berhubungan
dengan totalitas keseluruhan secara fisik, ekologis dan geografis, pengintegrasian seluruh
proses-proses dan pola pola manusia dan alam. Selanjutnya Forman & Gordon (1986)
mendefinisikan lanskap sebagai area lahan heterogen menyusun sebuah cluster interaksi
ekosistem-ekosistem yang berulang pada bentuk yang sama pada setiap bagian. Definisi
para ahli dapat disimpulkan bahwa lanskap adalah karakter suatu wilayah/lahan tapak
dengan segala kegiatan kehidupan dan apa saja yang ada didalamnya, bersifat alami dan
non alami serta saling berhubungan antara keduanya (Dewi, R., 2018).
7
setempat. Hubungan wisatawan dengan penduduk cukup kuat dan masalah lingkungan
dan sosial yang muncul relatif belum menonjol.
Tahap keterlibatan ditandai oleh terjadinya kontak yang semakin intensif antara
wisatawan dengan masyarakat lokal. Hal ini terjadi akibat kunjungan wisatawan semakin
meningkat. Warga masyarakat mulai menyediakan berbagai fasilitas yang secara khusus
diperuntukkan bagi wisatawan. Baik kegiatan promosi maupun pembentukan unit-unit
bisnis pariwisata diprakarsai dan dikembangkan oleh masyarakat. Kontak sosial antara
masyarakat dengan wisatawan ditandai oleh pertukaran ekonomi yang rasional.
Kebutuhan infrastruktur yang semakin meningkat menyebabkan pemerintah, di samping
penduduk lokal, terlibat “to provide or improve transport and others facilities for
visitors” (Butler, 1980). Dukungan dan kepentingan pemerintah untuk memajukan
destinasi menjadi semakin kuat.
8
Keragaman atraksi, pola pengelolaan kawasan, dan jenis kelembagaan berkembang pesat
berkat volume investasi dari luar yang terus meningkat. Misalnya, penggunaan atraksi
berbasis alam dan budaya sangat intensif dan berimplikasi pada perubahan fisik kawasan.
Hal ini diikuti oleh pengembangan atraksi buatan yang komponen-komponen fisik dan
manajemennya berasal dari luar daerah atau luar negeri. Kegiatan promosi dilakukan
secara lebih intensif; demikian pula mutu fasilitas kawasan semakin baik dan mengikuti
standar internasional. Perubahan tampilan fisik kawasan akibat desakan pengembangan
atraksi cukup menonjol dan biasanya tidak diinginkan oleh komunitas setempat.
Pada tahap konsolidasi tingkat pertumbuhan wisatawan ke kawasan mulai
menurun, meskipun secara absolut angkanya naik. Hal yang menonjol adalah bahwa
sebagian besar aktivitas ekonomi masyarakat didominasi oleh atau berkaitan dengan
pariwisata. Unit-unit bisnis, bentuk kelembagaan, usaha berlisensi asing, model
kemitraan lintas-pelaku, dan regulasi pemerintah menjadi acuan di dalam kegiatan bisnis.
Kolaborasi lintas institusi tumbuh berbasis kepentingan yang sama dan formatnya
semakin kompleks (Haywood, 2006), yang oleh Butler disebut sebagai institutionalism.
Selain itu, jumlah pengunjung yang besar dan pengembangan fasilitas yang lebih
berorientasi pada kebutuhan wisatawan mengakibatkan kepentingan penduduk lokal
sering terabaikan. Konsekuensi yang logis adalah munculnya sikap penolakan dan
antagonisme masyarakat terhadap pariwisata. Mereka cenderung antipati karena
pariwisata dipandang membatasi ruang dan akses mereka pada fasilitas umum yang
sebenarnya juga menjadi haknya (Johnston & Snepenger, 2005). Reaksi negatif ini dapat
dipahami sebagai salah satu bentuk dampak sosial, ekonomi dan budaya perkembangan
pariwisata (Marois & Hinch, 2006) yang sangat krusial di dalam pengelolaan destinasi
pariwisata.
Pada fase stagnasi, perkembangan pariwisata masih relatif sama dengan
sebelumnya. Namun demikian, jumlah wisatawan dan kemampuan industri pariwisata
sudah maksimal. Hingga taraf tertentu, daya dukung fisik (carrying capacity) kawasan
tampak berlebih, sehingga berdampak negatif terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi.
Misalnya, kesan positif sebagai kawasan pariwisata mulai memudar, meskipun volume
pengunjung-balik (repeater) masih bertahan. Pada umumnya tampilan kawasan
pariwisata lebih bersifat artifisial. Inilah yang menjadi salah satu alasan untuk melakukan
pengembangan fisik ke luar kawasan. Ditekankan oleh Butler, bahwa tipe wisatawan
9
yang berkunjung pada tahap ini adalah wisatawan terorganisir dan massal, seperti
diidentifikasi oleh Cohen (1979), atau wisatawan bertipe psikosentris seperti yang
digambarkan oleh Plog (2001).
Setelah mencapai fase stagnasi, kawasan pariwisata menghadapi dua
kemungkinan, yakni penurunan (decline) atau peremajaan kembali (rejuvenation).
Karakteristik penurunan ini antara lain: wisatawan biasanya meninggalkan kawasan
kecuali untuk berakhir pekan, dan alih kepemilikan usaha pariwisata terjadi secara
intensif. Sejumlah fasilitas pariwisata beralih-fungsi menjadi fasilitas umum non-
pariwisata dan penduduk lokal berpeluang untuk membeli kembali properti itu dengan
harga lebih murah. Akibatnya, kawasan semakin tidak menarik bagi wisatawan. Pada
kasus yang ekstrem, kawasan tersebut bisa berubah menjadi daerah slum dan kehilangan
fungsi aslinya. Kemungkinan kedua adalah peremajaan kembali secara inovatif, antara
lain: mengubah pemanfaatan kawasan, mencari pasar wisatawan baru, membuat kanal
pemasaran baru atau mereposisi atraksi wisata ke bentuk lain.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner digambarkan dengan
sedemikian rupa baik menggunakan tabel maupun grafik. Data berupa persepsi
pengunjung maupun masyarakat sekitar yang mengetahui kawasan wisata danau biru
Kolaka Utara dijelaskan berdasarkan grafik maupun tabel hasil olahan data kuesioner.
D. Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1)
Karakteristik pengunjung; (2) kekuatan atraksi komponen daya tarik (kombinasi
komponen alami dan buatan); (3) jenis kegiatan wisata; (4) kondisi fisik daya tarik wisata;
(5) kebersihan lingkungan daya tarik wisata; (6) keragaman atraksi pendukung; (7)
keterkaitan antar objek; (8) dukungan paket wisata; (9) pengembangan dan promosi daya
11
tarik wisata; (10) waktu tempuh lokasi wisata; (11) ketersediaan transportasi publik; (12)
kondisi prasarana jalan; (13) keterseiaan fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik/ dasar; (14)
ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan sosial; (15) Ketersediaan fasilitas
perlengkapan. Variabel – variabel tersebut mewakili tiga faktor penting (atraksi,
amenities, dan aksesibilitas) yang mempengaruhi perkembangan daya tarik wisata.
E. Teknik Analisis
Teknik analisis merupakan teknik yang digunakan dalam mengolah dan
menjelaskan data hasil temuan pada laporan penelitian. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis statistik deskriptif dengan bantuan diagram untuk menggambarkan hasil
temuan di lapangan terkait dayat tarik wisata danau biru di Kolaka Utara. Diagram atau
grafik hasil temuan di lapangan akan dijelaskan secara kualitatif untuk membantu
pembaca dalam membaca diagram maupun grafik hasil temuan tersebut.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum
Lasusua adalah ibu kota Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, Indonesia.
Lasusua adalah sebuah kecamatan, terdiri dari 11 desa, 1 kelurahan. Lasusua merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kolaka Utara. Kolaka Utara “Bumi
Patampanua” yang di berkahi dengan alamnya yang mempesona, landscape Kolaka Utara
terdiri dari dataran tinggi, dataran landai, dan laut dengan bibir pantai yang indah. Kondisi
fisik alamnya terdiri dari gunung, lembah, dan laut yang memanjang dari Utara ke
Selatan. Tipologi tanah yang dominan adalah jenis alluvial sehingga menguntungkan bagi
lahan pertanian, perkebunan, perikanan, air payau, dan jenis kegiatan lainnya. Wilayah
Kabupaten Kolaka Utara memiliki luas ± 3,391,62 km2 daratan, sedangkan wilayah
perairan laut membentang sepanjang Teluk Bone seluas ± 12.376 Km2.
Sumber: Google.com
13
Adapun batas-batas wilayah Kolaka Utara sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan.
Sebelah Timur : Kecamatan Uluwoi, Kabupaten Uluwoi, Kabupaten Kolaka dan
Konowe Utara
Sebelah Selatan : Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka.
Sebelah Barat : Teluk Bone.
B. Tinjauan Khusus
Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena
mempunyai sumberdaya baik alamiah maupun buatan manusia, seperti keindahan alam
atau pegunungan, pantai flora dan fauna, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah,
monumen-monumen, candi-candi, atraksi dan kebudayaan lainnya. Begitu pula
Kabupaten Kolaka Utara, kabupaten tersebut memiliki beberapa objek wisata yang
dijadikan sebagai destinasi pilihan para wisatawan baik wisatawan lokal maupun
mancanegara.
14
Adapun beberapa objek wisata di Kabupaten Kolaka Utara, meliputi:
1. Wisata Alam dan Bahari
a) Pantai Berova. Pantai Berova atau yang lebih di kenal dengan nama Pantai
Pasir Putih Tanjung Toli-Toli, ini merupakan wisata pantai yang berada di
jantung Ibu Kota Kolaka Utara, Lasusua.
b) Rumah Karang (Pasitiddo). Rumah karang merupakan objek multifungsi.
Dimana di jadikan tempat rekreasi yang di dalamnya ada spot dive, spot
memancing, dan rumah inap, juga mempunyai dermaga yang panjang hingga
3 km persegi.
c) Danau Biru. Danau Biru terletak di Desa Walasiho Kecamatan Wawo yang
berjarak 50 km dari Kota Lasusua Kolaka Utara. Keunikan Danau tersebut
yang terletak di atas air laut, rasa airnya payau dan lumayan dingin dengan air
yang berwarna kebiru-biruan.
d) Air Terjun Lapasi-pasi. Air terjun Lapasi-pasi terletak di desa Raoda
Kecamatan Lambai, merupakan air terjun yang berada di antara dua batuan
besar dengan debit air yang deras dan jernih mengalir diantara bebatuan pada
dasar sungai dengan pemandangan alam hutan sekitar air terjun.
e) Goa Tengkorak. Goa Tengkorak yang berada di desa Lapai, Kecamatan
Ngapa, Kabupaten Kolaka Utara. Sampai sat ini belum diketahui penyebab
mengapa Goa tersebut yang menyimpan misteri tentang ratusan tulang
manusia yang tersusun pada dinding goa-goa tersebut.
f) Pair putih Pakue. Pasir Putih Pakue terletak di kecamatan Pakue Utara
merupakan salah satu datarn tinggi bagian utara dari kabupaten Kolaka Utara.
g) Goa Tappareng Pasonggi. Goa Tappareng Pasonggi terletak di Kecamatan
Ranteangin yang berjarak 41 km dari Kabupaten Kolaka Utara. Goa
Tappareng mempunyai ukuran luas mulut Goa sekitar kurang lebih 20 sampai
30 m persegi dan menghadap kearah terbenamnya matahari.
2. Wisata Religi
Salah satu wisata religi di Kolaka Utara adalah Masjid Agung Bahrurrasyd Wal
Ittihad. Masjid ini terletak di Jl. By Pass, Desa Ponggiha, Kecamatan Lasusua.
Masjid ini megah di tepian laut ini lebih di kenal dengan masjid Agung Lasusua,
merujuk pada tempat berdiri.
15
3. Wisata Buatan
a) Kolam Renang Pantai Berova. Pantai Berova menjadi salah satu destinasi
wisata andalan di Bumi Patampanua yang kini dibanjiri pengunjung dalam
maupun luar daerah Kolaka Utara. Kolam Renang Pantai Berova memiliki
luas 20 x 50 meter di buka untuk umum setiap hari.
b) Perpustakaan Daerah. Sebelumnya perstakaan daerah Kolaka Utara memiliki
ruang sempit yang sesak dengan buku-buku dengan jumlah pengunjung yang
sangat minim, kini di sulap menjadi perpustakaan modern ala Eropa yang
sudah di gunakan. Di harapakan dengan adanya inovasi baru ini dapat
meningkatkan minat baca masyarakat Kolaka Utara.
c) Alun-alun Kota Lasusua. Alun-alun Kota Lasusua merupakan tempat
perhelatan penggelaran seni dan kegiatan lainnya akan tetapi juga sebagi
tempat yang sangat nyaman untuk sekedar duduk santai keluarga, sangat
cocok untuk hunting foto, menikmati sunrise.
d) Kampung Kuliner. Kolaka Utara juga kini memiliki Kampung Kuliner yang
unik, selain menyajikan makanan yang memanjakan lidah juga tersedia
panorama alam yang memanjakan mata pengunjung. Kampung Kuliner resmi
di buka pada awal tahun 2018.
4. Wisata Kuliner
Selain wisata alam, wisata religi, wisata buatan , di Kolaka Utara pun punya
wisata kuliner. Salah satu pusat wisata kuliner saat ini yang terkenal adalah
kampong kuliner. Makanan atau kuliner khas Kolaka Utara yaitu: Kapurung,
Lawa ikan, Sinole (terbuat dari sagu), lawa sayur paku, danged dan Parede. Ada
juga kue-kue yang biasa di jadikan hidangan pembuka seperti: pisang ijo gula
cella, cucuru madingki, onde-onde, beppa pute, serta minuman khasnya yakni es
buah kelapa muda.
C. Karakteristik Responden
Sampel yang dijadikan sebagai responden dalam analisis ini yakni para
pengunjung maupun masyarakat sekitar yang mengetauhi destinasi wisata kawasan danau
biru Kolaka Utara. Adapun karaktertistik responden yang digunakan dalam analisis ini
16
yaitu didominasi (95,6%) oleh responden dengan usia 17 tahun ke atas dengan berbagai
latar belakang pekerjaan seperti ibu rumah tangga, mahasiswa maupun pekerja lainnya.
Selain itu, responden yang digunakan dalam penelitian ini didominasi oleh
masyarakat yang berdomisili di Sulawesi Tenggara, dengan kata lain bahwa para
pengunjung maupun masyarakat yang mengetahui destinasi wisata kawasan danau biru
Kolaka Utara adalah masyarakat lokal Sulawesi Tenggara.
17
Gambar 4. 5 Daya Tarik Wisata
Menurut responden daya tarik wisata yang terdapat pada kawasan danau biru Kolaka
Utara merupakan kombinasi komponen alami atau buatan yang dimiliki masih mampu
ditingkatkan kualitasnya untuk dapat menarik para pengunjung dengan optimal.
Adapun kegiatan para pengunjung di lokasi wisata kawasan danau biru Kolaka
Utara yaitu terdiri dari kegiatan pasif seprti menikmati pemandangan dan situasi lokasi
wisata serta kegiatan aktif berinteraksi dengan objek wisata yang disediakan seperti
bermain banana boat, bermain pasir dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil kuesioner di
lapangan diketahui bahwa pengujung mayoritas melakukan kegiatan pasif dan aktif
secara bersamaan seperti menikmati keindahan alam sekaligus melakukan kegiatan
bermain dengan pasir dan objek wisata yang tersedia di lokasi wisata tersebut.
18
Gambar 4. 7 Kegiatan Wisatawan di Lokasi Wisata
E. Lanskap Wisata
Menurut Farina (1998) lanskap adalah karakter total suatu wilayah dan lanskap
selalu berhubungan dengan totalitas keseluruhan secara fisik, ekologis dan geografis,
pengintegrasian seluruh proses-proses dan pola pola manusia dan alam. Dilihat
berdasarkan aspek fisik, kawasan wisata danau biru Kolaka Utara memiliki sarana dan
prasarana yang cukup memadai. Hal tersebut dapat terlihat dari persepsi para pegunjung
maupun masyarakat lokal terhadap ketersediaan dan kondisi prasarana, sarana serta
fasilitas umum dan fasilitas sosial yang disediakan oleh pihak wisata danau biru Kolaka
Utara.
Gambar 4. 8 Ketersediaan dan Kondisi Prasarana Jalan
Namun sarana transportasi publik untuk mencapai lokasi wisata danau biru Kolaka Utara
belum tersedia dengan baik. Artinya bahwa apabila pengunjung ingin berkunjung ke
lokasi wisata didominasi dengan transportasi pribadi maupun transportasi sewa.
19
Gambar 4. 9 Ketersediaan Sarana Transportasi Publik
20
Gambar 4. 11 Ketersediaan Fasilitas Sosial
Apabila dilihat dari aspek geografis, wisata danau biru memiliki keterkaitan
dengan destinasi wisata disekitarnya yakni dengan danau biru Kolaka Utara. Responden
berpendapat bahwa wisata danau biru berkaitan secara paralel dengan danau biru. Hal
tersebut dikarenakan adanya kedekatan lokasi geografis antara pasir putih dengan danau
biru Kolaka Utara.
21
Gambar 4. 13 Keterkaitan Pasir Putih dengan Danau Biru Kolaka Utara
22
demikian pula mutu fasilitas kawasan semakin baik dan mengikuti standar internasional.
Perubahan tampilan fisik kawasan akibat desakan pengembangan atraksi cukup menonjol
dan biasanya tidak diinginkan oleh komunitas setempat.
Pada tahap konsolidasi tingkat pertumbuhan wisatawan ke kawasan mulai
menurun, meskipun secara absolut angkanya naik. Hal yang menonjol adalah bahwa
sebagian besar aktivitas ekonomi masyarakat didominasi oleh atau berkaitan dengan
pariwisata. Selain itu, jumlah pengunjung yang besar dan pengembangan fasilitas yang
lebih berorientasi pada kebutuhan wisatawan mengakibatkan kepentingan penduduk lokal
sering terabaikan. Konsekuensi yang logis adalah munculnya sikap penolakan dan
antagonisme masyarakat terhadap pariwisata. Mereka cenderung antipati karena
pariwisata dipandang membatasi ruang dan akses mereka pada fasilitas umum yang
sebenarnya juga menjadi haknya (Johnston & Snepenger, 2005). Reaksi negatif ini dapat
dipahami sebagai salah satu bentuk dampak sosial, ekonomi dan budaya perkembangan
pariwisata (Marois & Hinch, 2006) yang sangat krusial di dalam pengelolaan destinasi
pariwisata.
Pada fase stagnasi, perkembangan pariwisata masih relatif sama dengan
sebelumnya. Namun demikian, jumlah wisatawan dan kemampuan industri pariwisata
sudah maksimal. Hingga taraf tertentu, daya dukung fisik (carrying capacity) kawasan
tampak berlebih, sehingga berdampak negatif terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi.
Misalnya, kesan positif sebagai kawasan pariwisata mulai memudar, meskipun volume
pengunjung-balik (repeater) masih bertahan.
Setelah mencapai fase stagnasi, kawasan pariwisata menghadapi dua
kemungkinan, yakni penurunan (decline) atau peremajaan kembali (rejuvenation).
Karakteristik penurunan ini antara lain: wisatawan biasanya meninggalkan kawasan
kecuali untuk berakhir pekan, dan alih kepemilikan usaha pariwisata terjadi secara
intensif. Akibatnya, kawasan semakin tidak menarik bagi wisatawan. Pada kasus yang
ekstrem, kawasan tersebut bisa berubah menjadi daerah slum dan kehilangan fungsi
aslinya. Kemungkinan kedua adalah peremajaan kembali secara inovatif, antara lain:
mengubah pemanfaatan kawasan, mencari pasar wisatawan baru, membuat kanal
pemasaran baru atau mereposisi atraksi wisata ke bentuk lain.
Tidak diketahui secara jelas dan pasti kapan wisata danau biru Kolaka Utara
tersebut mulai beroperasi. Hal tersebut dikarenakan objek wisata dasar yang terdapat pada
23
lokasi wisata tersebut sudah ada sejak dahulu dan kemudian ditemukan oleh masyarakat
lokal hingga dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Kolaka
Utara. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi di lapangan diketahui bahwa objek
wisata pada kawasan danau biru Kolaka Utara sudah dikembangkan dan dipublikasikan
secara luas (dipromosikan). Mayoritas (81,3%) responden berpendapat bahwa mereka
sudah mengetahui bahwa destinasi wisata tersebut sudah terpublikasikan secara luas, baik
oleh pemerintah, masyarakat lokal maupun para pengunjung yang pernah berkunjung ke
lokasi wisata tersebut melalui sosial media. Dilihat berdasarkan observasi dan hasil
kuesioner diketahui bahwa objek wisata tersebut sudah melewati tahap perkembangan
dan menuju tahap stagnasi.
Selain itu, berdasarkan hasil kuesioner juga diketahui bahwa objek wisata sudah
didukung dengan paket wisata. Terdapat 63,7% responden berpendapat bahwa objek
wisata pasir putih dan danau biru termasuk dalam satu paket wisata yang dikemas oleh
pihak pengelola wisata di Kolaka Utara. Namun terdapat 36,3% responden yang tidak
mengetahuinya dan berpendapat bahwa objek tersebut tidak dalam suatu paket wisata.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kawasan wisata danau biru Kolaka Utara merupakan salah satu destinasi wisata
di Kabupaten Kolaka yang sudah berdiri sejak lama. Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa dari aspek fisik, wisata danau biru Kolaka Utara masih tergolong belum memadai
secara baik. Hal tersebut terlihat dari adanya persepsi para responden yang mengatakan
bahwa wisata tersebut belum terjangkau transportasi publik yang memadai, meskipun
demikian mayoritas responden berpendapat bahwa kondisi jalan dan fasilitas umum,
fasilitas sosial serta penglengkapan sudah tersedia meskipun belum optimal. Berdasarkan
hasil analisis dapat diketahui pula bahwa tahap atau siklus hidup pariwisata wisata danau
biru Kolaka Utara sudah melewati tahap perkembangan dan menuju tahap stagnasi. Hal
tersebut terlihat dari hasil kuesioner yang menyebutkan bahwa objek wisata tersebut
sudah dipublikasikan secara luas dan sudah diketahui oleh banyak orang. Berdasarkan
hasil observasi di lapangan diketahui bahwa fasilitas yang tersedia di lapangan sudah
terdapat dua atau lebih fasilitas.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan diketahui masih terdapat kekurangan sarana
transportasi publik, prasarana dan fasilitas yang tersedia yang belum optimal. Pihak
pemerintah maupun pengelola wisata diharapkan dapat meningkatkan kualitas sarana,
prasarana serta fasilitas yang telah ada agar dapat menarik para pengunjung secara
optimal. Dilihat berdasarkan tahap atau siklus hidup pariwisata objek wisata danau biru
Kolaka Utara tersebut, diketahui bahwa objek wisata telah melewati tahap perkembangan
dan telah diketahui oleh banyak orang, jika tidak dilakukan peningkatan kualitas sarana
prasarana serta fasilitas yang tersedia dapat terjadi penurunan jumlah pengunjung dan
lambat laun para pengunjung akan meninggalka lokasi wisata tersebut dan beralih ke
destinasi wisata lainnya di Kabupaten Kolaka Utara.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Johnston, J. D & Snepenger, D.J. (2006). Residents’ Perceptions of Tourism
Development Over the Early Stage of TALC. In R. G. Butler (ed.), The Tourism
Area Life Cycle (Vol. 1): Conceptual and Theoretical Issues (pp. 222-236).
Clevedon, UK: Channel View Publications.
Marois, J & Hinch, T. (2006). Seeking Sustainable Tourism in Northern Thailand: The
Dynamics of the TALC. In R. G. Butler (ed.), The Tourism Area Life Cycle (Vol.
1): Conceptual and Theoretical Issues (pp. 250-268). Clevedon, UK: Channel
View Publications.
Plog, S.C. (2001). Why Destination Areas Rise and Fall in Popularity: An Update of a
Cornell Quarterly Classic. Cornell Hotel and Restaurant Administration
Quarterly, Juni, 13-24.
27
LAMPIRAN
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38