Pedoman Teknis Budidaya Tomat

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Pedoman Teknis Budidaya Tomat

 01/07/2015

A. Pembibitan

1. Persyaratan Benih

Kriteria-kriteria teknis untuk seleksi biji/benih tanaman tomat adalah:

a) Pilih biji yang utuh, tidak cacat atau luka, karena biji yang cacat biasanya sulit tumbuh.
b) Pilih biji yang sehat, artinya biji tidak menunjukkan adanya serangan hama atau penyakit.
c) Benih atau biji bersih dari kotoran.
d) Pilih benih atau biji yang tidak keriput.

2. Penyiapan Benih
Pengadaan benih tomat dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan cara membeli benih yang telah
siap tanam atau dengan membuat benih sendiri. Apabila pengadaan benih dilakukan dengan membeli,
hendaknya membeli pada toko pertanian yang terpercaya menyediakan benih-benih yang bermutu baik
dan telah bersertifikat.

B. Teknik Penyemaian Benih

Benih atau biji-biji tomat yang telah terpilih sebelum disemaikan didesinfektan. Caranya, dengan
merendam benih kedalan larutan fungisida agar mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit
mati.
Ada beberapa cara menyemai pada bedeng persemaian. Cara pertama, benih tomat ditaburkan merata
pada permukaan bedeng, kemudian ditutup tanah tipis-tipis. Bedeng dibuat guritan sedalam 1 cm
dengan jarak antar guritan 5 cm, lalu biji ditaburkan kedalan guritan secara merata dan tidak saling
tumpuk, kemudian ditutup kembali dengan tanah tipis-tipis. Cara kedua, dengan menanamkan benih
pada lubang-lubang tanam yang dibuat dengan jarak 5 cm dan kedalaman lubang tanam sekitar 1 cm.
Dalam satu lubang tanam dapat diisikan 1 atau 2 benih, kemudian ditutup tanah tipis-tipis. Cara ketiga,
penyemaian dapat langsung dilakukan pada kantong-kantong polybag yang telah diisi media tanam
berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Setiap kantong polybag diisi satu benih saja
dan tanamkan benih dengan kedalaman sekitar 1 cm. Setelah biji ditanam, media semai sebaiknya
dibasahi dengan air.

Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Selama awal pertumbuhan, pemeliharaan bibit tanaman di persemaian harus dilakukan secara intensif
dengan pengawasan kontinyu. Pemeliharaan bibit meliputi kegiatan-kegiatan:
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan sejak benih ditaburkan ke bedeng pesemaian sampai tanaman siap dipindah ke
kebun. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan alat/gembor yang memiliki lubang halus, agar tidak merusak bibit tanaman yang
sudah atau baru tumbuh.

2. Penyiangan
Penyiangan dapat dilakukan dengan cara langsung mencabuti tanaman pengganggu tanpa peralatan.
Penyiangan sebaiknya dilakukan seperlunya saja dengan melihat keadaan tanaman.
3. Pemupukan
Pada media persemaian selain diberikan pupuk kandang, sebaiknya juga diberikan pupuk kimia NPK
secukupnya sebagai pupuk tambahan yang diberikan setelah benih tumbuh menjadi bibit.

4. Pencegahan dan pemberantasan hama penyakit


Hama yang umumnya menyerang benih atau bibit di pesemaian berasal dari golongan serangga, seperti
semut dan golongan nematoda, seperti cacing tanah. Penyakit yang sering menyerang dari golongan
cendawan. Untuk mencegah berkembangnya hama dan penyakit dapat dilakukan sterilisasi tanah.
Untuk memberantas hama dan penyakit yang menyerang dapat disemprotkan obat-obatan. Insektisida
untuk memberantas hama dari golongan serangga dan fungisida untuk memberantas penyakit yang
disebabkan oleh golongan jamur. Nama-nama formulasi yang dapat digunakan antara lain Furadan 3 g,
Dithane Hostathion dan Antracol.

C. Pemindahan Bibit

Bibit tomat dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 30-45 hari di persemaian. Pada saat dilakukan
penanaman ke kebun, sebaiknya dilakukan lagi terhadap bibit-bibit yang telah berumur 30-45 hari agar
diperoleh tanaman yang baik pertumbuhannya dan memiliki daya produktivitas tinggi dalam
menghasilkan buah. Untuk itu, bibit yang dipilih sebaiknya yang berpenampilan menarik dan baik., yaitu
penampakannya segar dan daun-daunnya tidak rusak. Pilihlah bibit yang kuat, yaitu tegak
pertumbuhannya dan pilihlah bibit yang sehat, artinya bibit tidak terserang hama dan penyakit.

Waktu yang baik untuk menanam bibit tomat di kebun adalah pagi atau sore hari. Pada saat itu keadaan
cuaca belum panas sehingga mencegah kelayuan pada tanaman.
Ketika memindah bibit di kebun, hendaknya memperhatikan cara-cara yang baik dan benar.
Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah
ditanam maka akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati.

Ada beberapa cara pemindahan bibit dari persemaian yaitu :


1. Sistem cabut, yakni bibit yang telah tumbuh di persemaian dan cukup umur dicabut dengan hati-hati.
Namun, sebelum dilakukan pencabutan bedeng persemaian harus dibasahi dengan air untuk
memudahkan pencabutan dan tidak merusak akar.
2. Sistem putaran, yaitu bibit diambil beserta tanahnya. Namun, sebelum bibit diambil tanah dibasahi
dengan air telebih dahulu.
Kedua cara tersebut terutama ditujukan untuk pembibitan yang secara langsung dilakukan pada bedeng
tanah persemaian sedangkan untuk bibit yang disemaikan dalam bumbung atau polybag cara
pemindahannya adalah basahi bumbung terlebih dahulu, kemudian keluarkan bibit dari bumbung
beserta tanahnya dengan menyobek kantong polybag.

D. Pengolahan Media Tanam

Persiapan
Pengolahan tanah untuk penanaman bibit di kebun produksi harus memperhitungkan waktu, antara lain
lamanya bibit di persemaian hingga dapat dipindah ditanam ke kebun dengan lamanya proses
pengolahan tanah sampai siap tanam. Lamanya waktu pembibitan sekitar 30-45 hari, sedangkan
lamanya pengolahan tanah yang intensif sampai siap tanam adalah 21 hari. Oleh karena itu, agar tepat
waktu penanamannya di kebun, jadwal pengolahan tanahnya sebaiknya dilakukan 1-2 minggu setelah
benih disemaikan.
Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah yang intensif pada dasarnya melalui 3 tahap.

1. Tahap pertama adalah membalik agregat tanah sehingga tanah yang berada pada lapisan dalam dapat
terangkat ke permukaan. Pengolah tanah tahap ini sebaiknya dilakukan dengan bajak yang ditarik oleh
tenaga hewan atau dengan menggunakan traktor. Tanah diolah dengan kedalaman 25 cm-30 cm.
Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 1 minggu agar bongkahan-bongkahan tanah hasil pembajakan
cukup terkena angin, terkena cahaya matahari, dan supaya terjadi proses oksidasi (pemasaman) zat-zat
beracun dari dalam tanah seperti asam sulfida yang sangat membahayakan kehidupan tanaman.

2. Tahap kedua, tanah digemburkan dengan cara dicangkul tipis-tipis sehingga diperoleh struktur tanah
yang gembur atau remah, sekaligus untuk meratakannya. Selanjutnya, tanah hasil pengolahan tahap ini
dibiarkan selama 1 minggu.

3. Tahap ketiga, dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15-20
ton/ha. Pemberian pupuk kandang yang belum masak dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
bahkan dapat mematikan tanaman karena akar tanaman tidak kuat menahan panas. Pada tahap ini,
tanah yang telah ditaburi pupuk kandang dicangkul kembali tipis-tipis dan diratakan.

Pembentukan Bedengan

Setelah pengolahan tanah selesai dilakukan, selanjutnya dibuat bedeng-bedeng membujur ke arah
Timur Barat agar penyebaran cahaya matahari dapat merata ke seluruh tanaman. Disamping pembuatan
bedeng, juga dibuat parit-parit atau selokan untuk irigasi. Bedengan dapat dibuat lebar dengan ukuran
lebar 1-1,2 m, panjang disesuaikan dengan keadaan lahannya dan tinggi bedeng 30 cm. Jika penanaman
tomat dilakukan pada musim penghujan, bedengan dapat dibuat lebih tinggi yaitu 40-45 cm. Sedangkan
ukuran parit dibuat lebar 20-30 cm dan kedalamannya 30 cm. Dengan demikian jarak antar bedeng
adalah 20-30 cm. Kemudian pada sekeliling petak-petak bedengan dibuat saluran pembuangan air
dengan ukuran lebar 50 cm, dan kedalamannya 50 cm.

Pengapuran

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan atau penyiapan lahan adalah pengapuran pada
tanah-tanah yang terlalu asam dan tidak sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. Pengapuran ini
diberikan bersamaan dengan saat pengolahan tanah, sebab pada umumnya akar tanaman tidak kuat
terhadap pengapuran secara langsung, tanaman dapat menderita gangguan pertumbuhan bahkan dapat
mati. Kapur yang dapat digunakan adalah kapur tohor, kapur karbonat, atau kapur tembok. Pengapuran,
selain menaikkan nilai pH tanah juga dapat memperbaiki struktur tanah, mendorong aktivitas
mikroorganisme tanah dalam membantu proses penguraian bahan organik tanah dan menurunkan zat
yang bersifat racun tanpa menghilangkan zat-zat penting yang lain. Dosis pengapuran harus
memperhatikan nilai pH tanah setempat.

Pemupukan

Sebelum tanaman tomat ditanam, lahan harus diberi pupuk dasar. Pemupukan dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu:
1. Kompos atau pupuk kandang yang telah jadi tanah dan TSP ditabur secara merata ke seluruh
bedengan. Selanjutnya, tanah dicangkul sampai homogen agar kompos atau pupuk kandang dan TSP
tercampur merata dengan tanah.

2. Pada jarak yang telah ditentukan dibuat lubang sedalam + 15 cm dan bergaris tengah + 20 cm.
Lubang-lubang tersebut kemudian diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 0,5 kg (satu genggam
besar) dan diberi TSP sebanyak + 5 gram. Lubang ditimbun tanah, kemudian diaduk-aduk sehingga
kompos atau pupuk kandang, TSP dan tanah tercampur rata.

Pemberian Mulsa

Dewasa ini penggunaan plastik hitam-perak sebagai mulsa (penutup tanah) telah banyak dipergunakan
oleh para petani. Penggunaan plastik hitam-perak sebagai mulsa lebih praktis dibandingkan dengan
penggunaan sisa-sisa tanaman yang telah mati, misalnya jerami padi.

E. Teknik Penanaman

Penentuan Pola Tanam

Tomat dapat ditanam dengan 2 macam jarak tanam yaitu dengan sistem dirempel dan sistem bebas.
1. Sistem dirempel
Jarak tanam sistem ini adalah 50 cm x 50 cm atau 60 cm x 60 cm, bujur sangkar atau segitiga sama sisi.
Cara menanam dengan sistem ini maksudnya yaitu tunas-tunas yang tumbuh diambil (dipotong) sedini
mungkin, sehingga tanaman hanya memiliki satu batang tanpa cabang.

2. Sistem bebas
Ukuran jarak tanam sistem bebas adalah 80 cm x 100 cm; 80 cm x 80 cm; 80 cm x 100 cm; 100 cm x 100
cm. Bentuk yang digunakan dapat berupa bujur sangkar, segipanjang atau segitiga sama sisi. Selain itu
dapat juga dibuat antar barisan berjarak 100 cm, dan dalam barisan berjarak 50-60 cm. Cara menanam
dengan sistem ini bertujuan membiarkan tunas-tunas yang tumbuh menjadi cabang-cabang besar dan
dapat berubah.

Pembuatan Lubang Tanam


Bedengan yang telah dipersiapkan untuk penanaman bibit, sehari sebelumnya hendaknya diairi terlebih
dahulu supaya basah. Kemudian pada bedeng yang telah tertutup mulsa plastik dibuat lubang tanam
dengan diameter 7-8 cm sedalam 15 cm. Lubang-lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang
telah ditentukan.

Cara Penanaman
Penanaman dapat dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan. Apabila penanaman dilakukan
pada musim kemarau pakailah mulsa plastik hitam perak atau kertas alumunium.Mulsa tersebut harus
sudah dipasang di bedengan sebelum bibit ditanam. Apabila tomat ditanam pada musim hujan
pasanglah lebih dahulu atap plastik transparan (tembus cahaya) pada bedengan yang akan ditanami.

F. Pemeliharaan

Penjarangan dan Penyulaman


Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati, rusak atau yang pertumbuhannya tidak normal,
misalnya tumbuh kerdil. Penyulaman sebaiknya dilakukan seminggu setelah tanam. Namun jika satu
minggu sudah terlihat adanya tanaman yang mati, layu, rusak atau pertumbuhannya tidak normal,
penyulaman sebaiknya segera dilakukan. Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam penyulaman
adalah bibit yang digunakan. Bibit yang digunakan untuk menyulam diambil dari bibit cadangan yang
telah dipersiapkan sebelumnya bersamaan dengan bibit lain yang bukan bibit cadangan.
Cara penyulamannya adalah apabila tanaman yang telah mati, rusak, layu, atau pertumbuhannya tidak
normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru ditempat tanaman terdahulu, dibersihkan dan
diberi Furadan 0,5 gram bila dipandang perlu. Setelah itu, bibit yang baru ditanam pada tempat
tanaman terdahulu dengan cara penanaman bibit terdahulu.

Penyiangan
Gulma yang tumbuh di areal penanaman tomat harus disiangi agar tidak menjadi pesaing dalam
mengisap unsur hara. Gulma yang terlalu banyak akan mengurangi unsur hara sehingga tanaman tomat
menjadi kerdil. Gulma juga dapat menjadi sarang hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman
tomat. Pemberian mulsa plastik atau daun-daunan akan mengurangi gulma.
Waktu penyiangan dapat dilakukan 3-4 kali tergantung kondisi kebun.

Pembubunan
Tujuan pembubunan adalah memperbaiki peredaran udara dalam tanah dan mengurangi gas-gas atau
zat-zat beracun yang ada di dalam tanah sehingga perakaran tanaman akan menjadi lebih sehat dan
tanaman akan menjadi cepat besar. Tanah yang padat harus segera digemburkan. Pembubunan
dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada
akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

Perempalan
1. Tunas yang tumbuh di ketiak daun harus segera dirempel/dipangkas agar tidak menjadi cabang.
Perempalan paling lambat dilakukan 1 minggu sekali. Pada tanaman tomat yang tingginya terbatas,
perempalannya harus dilakukan dengan hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut dirempel supaya
tanaman tidak terlalu pendek.
2. Perempalan yang baik dilakukan pada pagi hari agar luka bekas rempalan cepat kering dengan cara:
ujung tunas dipegang dengan tangan yang bersih, lalu digerakkan ke kanan kiri sampai tunas tersebut
lepas. Apabila terlambat merempel, tunas akan cabang yang besar dan sukar putus.
3. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau gunting tajam yang
bersih.
4. Ketinggian tanaman tomat dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila jumlah
dompolan buah sudah mencapai 5-7 buah.

Pemupukan
Pemupukan bertujuan merangsang pertumbuhan tanaman. Tata cara pemupukan adalah:
1. Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu setelah ditanam, harus segera diberi pupuk buatan. Dosis
pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk setiap tanaman antara 1-2 gram. Pemupukan
dilakukan di sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian pupuk ditutup
tanah dan disiram dengan air. Pupuk Urea dan KCl tidak boleh mengenai tanaman karena dapat melukai
tanaman.
2. Pemupukan kedua dilakukan ketika tanaman berumur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran
Urea dan KCl sebanyak ± 5 gr. Pemupukan dilakukan di sekeliling batang tanaman sejauh ± 5 cm dan
dalamnya ± 1 cm kemudian pupuk ditutup tanah dan disiram dengan air.
3. Bila pada umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk lagi dengan Urea dan
KCl sebanyak 7 gram. Jarak pemupukan dari batang dibuat makin jauh yaitu ± 7 cm.

Penyiraman dan Pengairan


Kebutuhan air pada budidaya tanaman tomat tidak terlalu banyak, namun tidak boleh kekurangan air.
Pemberian air yang berlebihan pada areal tanaman tomat dapat menyebabkan tanaman tomat tumbuh
memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit. Kelembaban
tanah yang tinggi dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan patogen sehingga tanaman tomat
dapat mati keracunan karena kandungan oksigen dalam tanah berkurang. Pori-pori yang terisi oleh air
mendesak oksigen keluar dari dalam tanah sehingga tanah menjadi anaerob yang menyebabkan proses
oksidasi berubah menjadi proses reduksi. Keadaan tanah yang demikian menyebabkan kerontokan
bunga dan menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlebihan sehingga mengurangi pertumbuhan dan
perkembangan generatif (buah).
Kekurangan air yang berkepanjangan pada pertanaman tomat dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman pada stadia awal, mengakibatkan pecah-pecah pada buah apabila kekurangan air terjadi pada
stadia pembentukan hasil dan dapat menyebabkan kerontokan bunga apabila kekurangan air terjadi
selama periode pembungaan.

Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir dimaksudkan untuk mencegah tanaman tomat roboh. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Ajir (lanjaran) terbuat dari bambu atau kayu dengan panjang antara 100-175 cm, tergantung dari
varietasnya. Untuk penanaman dalam green house yang modern dapat menggunakan tali (warna putih)
seperti yang terlihat dalam gambar sebelah.

2. Pemasangan ajir dilakukan sedini mungkin, ketika tanaman masih kecil akar masih pendek, sehingga
akar tidak putus tertusuk ajir. Akar yang luka akan memudahkan tanaman terserang penyakit yang
masuk lewat luka. Jarak ajir dengan batang tomat ± 10-20 cm.

3. Cara memasang ajir bermacam-macam, misalnya ajir dibuat tegak lurus atau ujung kedua ajir diikat
sehingga membentuk segitiga. Agar tidak dimakan rayap, ajir diolesi dengan ter atau minyak tanah.

4. Tanaman tomat yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir. Pengikatan
jangan terlalu erat yang penting tanaman tomat dapat berdiri. Pengikatan dilakukan dengan model
angka 8 sehingga tidak terjadi gesekan antara batang tomat dengan ajir yang dapat menimbulkan luka.
Tali pengikat, misalnya tali plastik harus dalam keadaan bersih. Setiap bertambah tinggi ± 20 cm, harus
dilakukan pengikatan lagi agar batang tomat selalu berdiri tegak.

G. Hama dan Penyakit

Hama

1. Ulat buah tomat (Heliothis armigera Hubner)


Ciri: panjang ulat ± 4 cm dan akan makin panjang pada temperatur rendah. Warna ulat bervariasi dari
hijau, hijau kekuning-kuningan, hijau kecoklat-coklatan, kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada badan
ulat bagian samping ada garis bergelombang memanjang, berwarna lebih muda. Pada tubuhnya
kelihatan banyak kutil dan berbulu. Telur berbentuk bulat berwarna kekuning-kuningan mengkilap dan
sesudah 2-4 hari berubah warna menjadi coklat. Panjang sayap ngengat bila dibentangkan ± 4 cm dan
panjang badan antara 1,5-2,0 cm. Sayap bagian muka berwarna coklat dan sayap belakang berwarna
putih dengan tepi coklat.
Gejala: ulat ini menyerang daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini sering membuat lobang pada buah
tomat secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi pada umumnya terkena infeksi sehingga buah
menjadi busuk lunak.
Pengendalian: (1) ngengat tertarik pada cahaya ultraviolet sehingga dengan sinar tersebut diadakan
perangkap; (2) telur dan ulat adapat dikumpulkan dan dibakar atau dimatikan; (3) ditepi kebun ditanam
jagung untuk mengurangi serangan pada tanaman tomat; (4) tanaman liar disekitar areal pertanaman
tomat dibersihkan; (5) disemprot dengan insektisida misalnya Diazinon dan Cymbush.

2. Kutu daun apish hijau


Kutu ini termasuk famili Aphididae dari ordo Hemiptera yang sering disebut aphis tomat, aphis
tembakau atau aphis kentang. Kutu hijau ini menjadi vektor (penyalur) virus sehingga tomat dapat
terserang penyakit virus. Ciri: kutu ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Panjang kutu yang
bersayap antara 2-2,5 mm, kepala dan dadanya berwarna coklat sampai hitam dan perutnya hijau
kekuning-kuningan. Ukuran antena sepanjang badannya. Panjang kutu yang tidak bersayap antara 1,8-
2,3 mm berwarna hijau kekuning-kuningan.
Gejala: daun tomat yang diserang bentuknya jelek, keriting, kerdil, melengkung ke bawah, menyempit
seperti pita, klorosis, mosaik dan daun menjadi rapuh.
Pengendalian: (1) penggunaan mulsa kertas dapat mengusir kutu karena memantulkan sinar matahari;
(2) tanaman liar maupun gulma di sekitar areal tanaman tomat harus dibersihakn krena dapat menjadi
tempat berlindung kutu; (3) pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara dipijit sehingga
kutu aphis tersebut mati; (4) pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan
insektisida. Gambar sebelah atas tampak alat penangkap serangga berwarna kuning.

3. Lalat putih (kutu kabut, kutu kepul)


Kutu ini termasuk famili Aleyrodidae dari ordo Hemiptera. Kutu ini bila terganggu akan berhamburan
seperti kabut atau kepul putih.
Ciri: Panjang kutu putih dewasa hanya ± 1 mm berwarna putih kekuning-kuningan, tertutup tepung
seperti lilin putih, memiliki 2 pasang sayap berwarna putih dengan bentangan ± 2 mm, dan bermata
merah. Lalat putih betina berukuran lebih besar daripada lalat jantan. Telur berbentuk elips sepanjang
antara 0,2-0,3 mm. Panjang pulpa ± 0,7 mm, berbentuk oval serta datar dan badannya seperti sisik pada
daun.
Gejala: tanaman tomat yang terserang seperti diselimuti tepung putih yang bila dipegang akan
berterbangan. Serangan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat/kerdil, daun mengecil, dan
menggulung ke atas.
Pengendalian: (1) digunakan musuh alami hama, misalnya beberapa jenis tabuhan yang merupakan
parasit lalat putih dan beberapa jenis lembing guna memakan telur lalat putih; (2) gulma di sekitar
tanaman tomat harus dibersihkan supaya tidak menjadi inang lalat putih; (3) tanaman tomat terserang
virus harus segera dicabut dan dibakar; (4) pertanaman tomat dapat diberi mulsa jerami atau mulsa
plastik kuning; (5) disemprot dengan Diazinon, Malathion, Azinpos-methyl dan lain-lain. Gambar di
sebelah atas tampak tergantung perangkap serangga berwarna hitam.

4. Kutu daun thrips


Kutu daun thrips termasuk famili Thripidae dari ordo Thysanoptera. Ciri: panjang thrips antara 1-1,2 mm,
berwarna hitam, bergaris merah atau tidak bercak merah. Nimfa (thrips muda) berwarna putih atau
putih kekuningan, tidak bersayap dan kadang-kadang berbercak merah. Thrips dewasa bersayap dan
berambut berumbai-rumbai. Telur thrips berbentuk seperti ginjal atau oval.
Gejala: Thrips mengisap cairan pada permukaan daun dimana daun yang telah diisap menjadi berwarna
putih seperti perak karena udara masuk ke dalamnya. Bila terjadi serangan hebat, daun menjadi kering
dan mati. Tanaman muda yang terserang akan layu dan mati.
Pengendalian: (1) tanaman yang kekurangan air lebih banyak diserang thrips. Untuk itu, tanaman tomat
harus disiram dengan air yang cukup; (2) gulma di areal tanaman tomat harus dibersihkan agar tidak
menjadi tempat berlindung thrips; (3) disemprot dengan insektisida, misalnya Diazinon, Malathion dan
Monocrotophos.

5. Lalat buah
Lalat ini termasuk famili Trypetidae (Tephritidae) dari ordo Diptera. Ciri: mempunyai sayap transparan
sepanjang 5-7 mm, panjang badan 6-8 mm. Perut berwarna coklat muda dengan garis melintang
berwarna coklat tua, dada berwarna coklat tua dengan bercak kuning atau putih. Belatung muda
berwarna putih, tetapi bila dewasa berwarna kekuning-kuningan. Panjang belatung ± 1 cm. Belatung ini
terletak di dalam daging buah. Telur lalat berukuran kecil-kecil, panjangnya ± 1,2 mm, kedua ujungnya
runcing, dan berwarna putih.
Gejala: buah tomat menjadi busuk karena terserang cendawan atau bakteri. Bila buah dibuka akan
kelihatan ada berenga berwarna putih. Berenga dewasa berwarna kekuning-kuningan dan bila disentuh
akan melenting sejauh ± 30 cm untuk menyelamatkan diri.
Pengendalian: (1) pada waktu mencangkul, tanah harus dibalik dan dibiarkan beberapa hari sampai
beberapa minggu agar terkena sinar matahari sehingga pupa lalat mati; (2) ditangkap dengan
menggunakan umpan yang dapat memikat lalat jantan; (3) buah yang terserang segera dipetik dan
dibakar; (4) gulma di daerah pertanaman tomat harus selalu dibersihkan.

6. Tungau bercak dua


Tungau ini termasuk famili Tetranychidae dari ordo Acarina, disebut tungau bercak dua karena pada
punggungnya terdapat bercak yang letaknya sedikit ke samping dan berwarna hitam. Tungau ini
memakan berbagai macam tanaman (kosmopolitan dan polyphag). Tungau ini terdapat dibalik
permukaan daun dengan sarang labah-labahnya. Tungau ini dapat menularkan virus. Serangannya dapat
terjadi pada musim kemarau. Ciri: bentuk luar tungau berbentuk lonjong, berkaki delapan, panjang
antara 0,3-0,4 mm dan berwarna kuning pucat dengan bercak hitam pada kedua sisi samping punggung.
Mulutnya dapat untuk menusuk dan mengisap cairan tanaman. Telurnya berukuran kecil-kecil bergaris
tengah ± 0,15 mm.
Gejala: daun dan tunas menguning, selanjutnya menjadi coklat dan kering.
Pengendalian: (1) bila banyak hujan populasinya akan berkurang; (2) gulma di areal pertanaman tomat
harus selalu dibersihkan; (3) menanam varietas tomat yang tahan tungau; (4) disemprot dengan
Akarisida misalnya, Omite, Kelthane, Bubur Kalifornia atau dihembus dengan tepung belerang.

7. Tungau merah
Tungau ini termasuk famili Tetranychidae dari ordo Acarina., disebut tungau merah/hama merah karena
daun tanaman yang diserangnya menjadi berwarna merah karat. Ciri: tungau berkaki 8 dan besarnya
0,3-0,5 mm. Tungau betina berwarna merah tua atau merah kecoklat-coklatan dengan beberapa bercak
hitam. Kaki dan mulutnya kelihatan putih transparan. Kepala menjadi satu dengan dada. Mulutnya dapat
untuk menusuk dan mengisap cairan dari sel tanaman. Selain itu mulut dapat juga menggigit dan
menggergaji. Telurnya berukuran kecil, dengan diameter 0,15 mm, dan berwarna kuning pucat atau
sedikit kemerahan.
Gejala: daun menjadi bercak-bercak merah karat. Serangan sering terjadi pada musim kemarau.
Serangan yang hebat menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Dibalik daun tomat akan kelihatan
anyaman benang halus yang merupakan sarang tungau. Selanjutnya, daun menjadi kering karena daun
diisap cairannya.
Pengendalian: (1) gulma di areal pertanaman tomat harus dibersihakan agar tidak menjadi tempat
berlindung tungau; (2) menanam varietas tomat yang tahan tungau merah; (3) alami, tungau akan
dimangsa oleh predatornya, yaitu thrips predator dan kumbang macan; (4) populasi tungau akan
berkurang bila banyak turun hujan; (5) disemprot dengan akarisida, misalnya Omite, Kelthan, atau
dihembus dengan tepung belerang.

8. Nematoda bengkak akar


Ciri: bentuk nematoda bisul akar seperti cacing kecil sepanjang antara 200-1000 m. Untuk mengamati
hama ini harus digunakan mikroskop. Pada mulutnya terdapat stylet yang berbentuk seperti jarum
runcing, untuk menusuk dan menarik kembali cairan dalam mulut. Ukuran badan nematoda betina
sedikit lebih gemuk.
Gejala: akar tanaman membengkak memanjang atau bulat, akibatnya tanaman (akar) akan mengalami
kesulitan mengambil air dari tanah sehingga terjadi klorosis, yakni warna daun tidak normal,
pertumbuhan terhambat, layu, buah kecil serta sedikit dan cepat menjadi tua. Serangan nematoda ini
dapat mengurangi produksi sampai 50% atau lebih.
Pengendalian: (1) dilakukan rotasi tanaman dengan Tagetes patula atau Tagetes ercta yang
menghasilkan tiophen guna mematikan nematoda; (2) tanah dicangkul dan dibiarkan beberapa waktu
agar terkena sinar matahari; (3) tanah digenangi air yang cukup lama supaya nematoda mati; (4)
menggunakan bahan kimia Nematisida, misalnya Furadan, Curater, Petrofur, Indofuran, dan Temik; (5)
menanam varietas tomat yang resisten; (6) tanaman yang terserang harus segera dicabut dan dibakar;
(7) gulma di areal tamanan tomat dibersihkan; (8) diberi pupuk organik (pupuk kandang atau kompos).

Penyakit tomat karena Cendawan

1. Penyakit layu fusarium


Infeksi terjadi lewat akar, kemudian menyerang jaringan pembuluh. Jaringan xylem yang terserang
warnanya menjadi coklat dan serangan ini dengan cepat menuju ke atas. Aliran air ke daun akan
terhambat sehingga daun akan layu dan menguning. Cendawa ini membentuk polipeptida
(likomarasmin) yang menggangu permeabilitas membran plasma, sehingga perjalanan air dari bawah ke
atas terhambat. Gejala: pada malam hari sampai pagi masih kelihatan segar, tetapi setelah ada sinar
matahari dan terjadi penguapan, tanaman tersebut menjadi layu. Sore hari mungkin masih dapat segar
lagi tetapi keesokan harinya mulai layu lagi. Akhirnya, tanaman layu akan mati. Pengendalian: (1)
menanam varietas tomat yang resisten (tahan); (2) diberi mulsa plastik transparan untuk menaikkan
suhu tanah agar penyakit fusarium mati; (3) menanam tanaman tomat di tanah yang bebas nematoda;
(4) menggunakan alat yang bersih dari penyakit layu; (5) tanah yang telah ditanami tomat yang
terserang penyakit layu tidak boleh ditanami tomat dalam waktu lama dan tidak boleh menanam
tanman yang termasuk solanase; (6) tanaman yang layu harus segera dicabut dan dibakar; (7) tanaman
tomat disambung dengan cepokak (Solanum torvum), atau terung engkol (Solanum macrocarpon).

2. Bercak daun septoria


Penyebab: cendawan Septoria Lycopersici Speg. yang merusak daun dan menyerang tanaman tomat
yang masih muda ataupun tua. Gejala: terlihat bercak bulat kecil berair pada kedua permukaan daun
dibagian bawah. Bercak tersebut berwarna coklat muda, kemudian menjadi kelabu dengan tepi
kehitaman. Garis tengah bercak ± 2 mm. Serangan yang hebat menyebabkan daun tomat menggulung,
mengering dan rontok. Pengendalian : (1) gulma dan sisa tanaman tomat yang telah mati dibersihkan
dan dibakar, jangan dipendam dalam tanah; (2) dilakukan rotasi tanaman, dengan menanam tanaman
lain yang berbeda famili; (3) menanam tanaman tomat yang resisten; (4) disemprot dengan fungisida
misalnya, zineb dan maneb.

3. Penyakit kapang daun


Penyebab: cendawan Fulvia fulva (Cke) Cif. atau yang menyebut Cladosporum fulvus Cke. Gejala: mula-
mula terlihat pada permukaan daun sebelah atas terdapat bercak pucat (klorosis) Dibawah daerah
klorosis, dibalik daun, terbentuk spora-spora yang mula-mula berwarna kelabu muda kemudian menjadi
coklat atau hijau kekuning-kuningan. Penyakit ini mula-mula menyerang daun-daun bagian bawah,
kemudian menjalar ke daun sebelah atas dan akhirnya seluruh tanaman terserang dan mati.
Pengendalian: (1) menanam tanaman tomat yang resisten; (2) jangan menanam pada waktu musim
hujan; (3) disemprot dengan fungisida , misalnya Mancozeb (Dithane M-45), Benemyl; (4) pengendalian
secara biologis dapat menggunakan Penicillium brevicompactum, Trichoderma viride, Hansfordia
pulvinata, dan Acremonium spp.; (5) melakukan rotasi tanaman.

4. Penyakit bercak coklat


Penyebab: Alternaria solani Sor. Gejala: daun tomat yang terserang tampak bulat coklat atau bersudut,
dengan diameter 2-4 mm, dan berwarna coklat sampai hitam. Bercak itu menjadi jaringan nekrosis yang
mempunyai garis-garis lingkaran sepusat. Jaringan nekrosis ini dikelilingi lingkaran yang berwarna kuning
(sel klorosis). Bila serangan mengganas, bercak akan membesar dan kemudian bersatu sehingga daun
menjadi kuning, layu dan mati. Bunga yang terinfeksi akan gugur. Buah muda atau masak yang terserang
penyakit ini menjadi busuk, berwarna hitam, dan cekung, serta meluas ke seluruh buah. Penyakit ini
biasanya dimulai dari pangkal buah (ujung tangkai) yang berwarna coklat tua dan cekung, bergaris
tengah 5-20 mm dan tertutup massa spora hitam seperti beledu. Pengendalian: (1) menanam biji yang
bebas penyakit atau biji terdesinfeksi; (2) tanaman yang sakit segera dicabut dan dibakar; (3) bekas
tanaman tomat, terung, kentang, dan tanaman yang termasuk Solanase tidak boleh dipendam di areal
pertanaman tomat, tapi harus dikumpulkan di tempat lain dan dibakar; (4) melakukan rotasi tanaman;
(5) penyiraman harus menggunakan air bersih yang tidak tercemar penyakit; (6) drainase harus diatur
dengan baik agar tanaman tidak tergenang air; (7) gulma di areal pertanaman harus selalu dibersihkan;
(8) pembibitan dan penanaman jangan terlalu rapat; (9) disemprot dengan carbamat, zineb atau maneb.

5. Penyakit busuk daun


Penyebab: cendawan Phytophthora infestans (Mont.) de bary. Gejala: daun tomat yang terserang
berbercak coklat sam,pai hitam. Mula-mula pada ujung atau sisi daun, hanya tampak beberapa
milimeter, tetapi akhirnya meluas sampai ke seluruh daun dan tangkai daun. Penyakit ini mulai
menyerang pangkal buah, yang menimbulkan bercak berair yang berwarna hijau kelabu sampai coklat.
Pengendalian: (1) tanaman yang telah terserang segera dicabut dan dibakar; (2) tanaman yang sakit
tidak boleh dipendam di areal pertanaman tomat; (3) menanam varoetas tomat yang resisten; (4)
melakukan rotasi tanaman; (5) tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar
matahari; (6) disemprot dengan fungisida, misalnya Dithane M-45, Difolatan, zineb, propineb, atau
maneb.
6. Penyakit busuk buah Rhizoctonia
Penyebab: cendawan Thanatephorus cucumeris (Frank) Donk. Gejala: muncul bercak cekung kecil
berwarna coklat. Bercak ini membesar dan timbul lingkaran-lingkaran sepusat. Warna bercak menjadi
coklat tua dan bagian tengahnya sering kali retak. Pengendalian: (1) air pengairan harus bersih dan
bebas penyakit; (2) penanaman jangan terlalu dalam; (3) diberi lanjaran supaya buah tomat tidak
menyentuh tanah; (4) diberi mulsa plastik transparan; (5) menanam varietas tomat yang resisten; (6)
melakukan rotasi tanaman; (7) gulma dan sisa-sisa tanaman sakit harus dibersihkan dan dibakar; (8)
disemprot dengan fungisida yang mempunyai bahan aktif chlorothalonil dengan interval 7-8 hari sekali
untuk menanggulangi timbulnya penyakit busuk buah.

7. Busuk buah antraknosa


Penyebab: cendawan Colletotrichum coccodes (Wallr.) Hughes. Penyakit ini dapat menyerang buah,
batang dan akar tanaman tomat. Gejala: buah tomat tampak ada bercak kecil berair, bulat dan cekung
yang makin membesar, berwarna coklat, kelihatan ada lingkaran-lingkaran sepusat, dan kemudian
menjadi hitam. Pada pangkal buah kelihatan ada bercak ungu yang terletak dekat tangkai. Bila serangan
terjadi pada akar dan batang, warna jaringan cortex akan menjadi coklat dan daun menjadi layu.
Pengendalian: (1) sisa tanaman sakit tidak boleh dipendam dalam tanah; (2) melakukan rotasi tanaman
selama 1-2 tahun; (3) diberi mulsa dan lanjaran agar buah tidak menyentuh tanah; (4) menanam
tanaman tomat yang resisten; (5) disemprot dengan fungisida yang mempunyai bahan aktif kaptafol.

Penyakit Tomat karena Bakteri

1. Penyakit layu (Lendir)


Penyebab: Pseudomonas solanacearum (E.F. Sm) E.F.Sm. Gejala: tanaman yang diserang penyakit ini
lebih cepat layu. Tanaman yang telah terinfeksi, daunnya masih hijau tetapi kemudian tiba-tiba layu,
terutama pucuk daun yang masih muda, dan daun bagian bawah menguning. Tanaman yang terinfeksi
menjadi kerdil, daun menggulung ke bawah, dan kadang-kadang terbentuk akar adventif sepanjang
batang tomat. Tanaman yang terserang biasanya akan roboh dan mati. Pengendalian: (1) melakukan
rotasi tanaman dan tidak boleh menanam jenis-jenis tanaman yang termasuk famili Solanaceae; (2)
gulma di areal pertanaman dibersihkan; (3) menanam varietas tomat yang resisten; (4) tanaman
disambung dengan batang bawah cepokak; (5) tanaman disemprot dengan antibiotika; (6) tanaman
yang sakit dicabut dan dibakar; (7) tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar cukup
terkena sinar matahari.

2. Kerak bakteri, bercak bakteri


Gejala: adanya bercak berair kecil pada daun dan batang; bercak berair ini akan mengering, cekung dan
berwarna coklat keabu-abuan garis tengah 1-5 mm; tanaman tomat yang terserang daun-daunnya
mengeriting ke bawah dan mengering; batang yang terluka menyerupai kerak panjang dan berwarna
keabu-abuan; daun yang terserang mengalami klorosis dan gugur; pada buah yang terserang mula-mula
kelihatan bercak berair, kemudian berubah menjadi bercak bergabus. Pengendalian: (1)melakukan
rotasi tanaman dengan tanaman yang berbeda famili; (2) menanam biji dari tanaman tomat yang sehat;
(3) menanam tanaman tomat yang resisten; (4) tanaman yang sakit harus segera dicabut dan dibakar;
(5) tanaman tomat yang mati tidak boleh dipendam dalam tanah; (6) menyiram tanaman dengan air
yang bersih dan bebas penyakit.
Selain penyakit-penyakit diatas ada penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus seperti penyakit
mosaik tomat, penyakit mosaik mentimun dan penyakit yang disebabkan oleh non-parasit (fisiologis)
seperti penyakit busuk ujung buah, penyakit luka terbakar matahari, penyakit retak, penyakit kantong
dan penyakit kelebihan dan kekurangan unsur hara. Penyakit yang menyerang tanaman tomat varietas
Artaloka adalah penyakit busuk daun.

H. Panen

1. Ciri dan Umur Panen


Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60-100 hari setelah tanam
tergantung pada varietasnya. Varietas tomat yang tergolong indeterminatre memiliki umur panen lebih
panjang, yaitu berkisar antara 70-100 hari setelah tanam baru bisa dipetik buahnya. Penentuan waktu
panen hanya berdasarkan umur panen tanaman sering kali kurang tepat karena banyak faktor
lingkungan yang mempengaruhinya seperti: keadaan iklim setempat dan tanah. Kriteria masak petik
yang optimal dapat dilihat dari warna kulit buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang
tanaman, yakni sebagai berikut :
a) kulit buah berubah, dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan.
b) bagian tepi daun tua telah mengering.
c) batang tanaman menguning/mengering.

Waktu pemetikan (pagi, siang, sore) juga berpengaruh pada kualitas yang dipanen. Saat pemetikan buah
tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca cerah. Pemetikan yang dilakukan
pada siang hari dari segi teknis kurang menguntungkan karena pada siang hari proses fotosintesis masih
berlangsung sehingga mengurangi zat-zat gizi yang terkandung. Disamping itu, keadaan cuaca yang
panas di siang hari dapat meningkatkan temperatur dalam buah tomat sehingga dapat mempercepat
proses transpirasi (penguapan air) dalam buah. Keadaan ini dapat dapat menyebabkan daya simpan
buah tomat menjadi lebih pendek.

2. Cara Panen
Cara memetik buah tomat cukup dilakukan dengan memuntir buah secara hati-hati hingga tangkai buah
terputus. Pemutiran buah harus dilakukan satu per satu dan dipilih buah yang sudah matang.
Selanjutnya, buah tomat yang sudah terpetik dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjang untuk
dikumpulkan di tempat penampungan. Tempat penampungan hasil panen tomat hendaknya
dipersiapkan di tempat yang teduh atau dapat dibuatkan tenda di dalam kebun.

3. Periode Panen
Pemetikan buah tomat tidak dapat dilakukan sampai 10 kali pemetikan karena masaknya buah tomat
tidak bersamaan waktunya. Pemetikan buah tomat dapat dilakukan setiap selang 2-3 hari sekali sampai
seluruh tomat habis terpetik.

Anda mungkin juga menyukai