Pengolahan Media Tanam
Pengolahan Media Tanam
Pengolahan Media Tanam
1.
Syarat Pertumbuhan
Pembibitan
Teknik Penanaman
Pemeliharaan Tanaman
Persiapan
Lahan dibersihkan dari rumput, semak dan kotoran lain kemudian dicangkul/dibajak dan
digemburkan.
2.
Pembentukan Bedengan
Bentukbedengan berukuran lebar 200-250, tinggi 20-30 cm, panjang secukupnya, jarak
antar bedengan 60 cm.
3.
Apabila tanah yang akan ditanami papaya bersifat asam (pH kurang dari 5), setelah diberi pupuk
yang matang, perlu ditambah 1 kg Dolomit dan biarkan 1-2 minggu.
4.
Pemupukan
Sebelum diberi pupuk, tanah yang akan ditanami pepaya harus dikeringkan satu minggu, setelah
itu ditutup dengan tanah campuran 3 blek pupuk kandang yang telah matang.
Syarat pertumbuhan
Tanaman dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi 700-1000 mdpl. Curah
hujan 1000-2000 mm/tahun, suhu udara optimum 22-26 derajat C dan kelembaban
udara sekitar 40% dan angin yang tidak terlalu kencang sangat baik untuk
penyerbukan. Tanah subur, gembur, mengandung humus dan harus banyak
menahan air, pH tanah yang netral adalah netral dengan pH 6-7.
Pembibitan
1.
Persyaratan Bibit/Benih
Biji-biji yang digunakan sebagai bibit diambil dari buah-buah yang telah masak benar dan
berasal dari pohon pilihan. Buah pilihan tersebut di belah dua untuk diambil biji-bijinya. Biji
yang dikeluarkan kemudian dicuci bersih hingga kulit yang menyelubungi biji terbuang lalu
dikeringkan ditempat yang teduh.
Biji yang segar digunakan sebagai bibit. Bibit jangan diambil dari buah yang sudah terlalu
masak/tua dan jangan dari pohon yang sudah tua.
2.
Penyiapan Benih
Kebutuhan benih perhektar 60 gram ( 2000 tanaman). Benih direndam dalam larutan POC
NASA 2cc/liter selama 1 / 2 jam, ditiriskan dan ditebari Natural GLIO kemudian disemai dalam
polybag ukuran 20 x 15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2 ember tanah yang
diayak ditambah 1 ember pupuk kandang yang sudah matang dan diayak ditambah 50 gram TSP
dihaluskan ditambah 30 gram Natural GLIO.
3. Teknik Penyemaian Benih
Benih dimasukkan pada kedalaman 1 cm kemudian tutup dengan tanah. Disiram setiap
hari. Benih berkecambah setelah 12-15 hari. Pada saat ketinggiannya 15-20 cm atau 45-60 hari
bibit siap disiram.
Biji-biji tersebut bias langsung ditanam/disemai lebih dahulu. Penyemaian dilakukan 2
atau 3 bulan sebelum bibit persemaian itu dipindahkan ke kebun.
4.
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pada persemaian biji-biji ditaburkan dalam larikan, Biji tidak boleh dibenamkan dalam-dalam,
cukup sedalam biji yakni 1 cm dengan yang baik, biji-biji akan tumbuh sesudah 3 minggu
ditanam. Semprotkan POC NASA seminggu sekali dosis 2 tutup/tangki
5.
Pemindahan Bibit
Bibit-bibit yang sudah dewasa, sekitar umur 2-3 bulan dapat dipindahkan pada permulaan musim
hujan.
Teknik Penanaman
1.
Syarat Pertumbuhan
Pembibitan
Teknik Penanaman
Pemeliharaan Tanaman
Lubang tanam berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digalu secara berbaris. Biarkan lubanglubang kosong agar memperoleh cukup sinar matahari.
Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri dengan pupuk kandang
2-3 blek. Jika pupuk kandang tidak tersedia dapat dipakai SUPERNASA dengan cara disiramkan
ke lubang tanam dosis 1 sendok makan/10 lt air sebelum tanam. Lubang-lubang yang ditutupi
gundukan tanah yang cembung dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu baru
lubang-lubang siap ditanami. Lubang-lubang tersebut di atas dibuat 1-2 bulan penanaman.
Apabila biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang-lubang pertanaman harus digali terlebih
dahulu. Lubang-lubang pertanaman untuk biji-biji harus selesai 5 bulan sebelum musim hujan.
2.
Cara Penanaman
Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa bulan kemudian akan dapat dilihat
tanaman yang jantan dan betina atau berkelamin dua.
Pemeliharaan Tanaman
1.
Syarat Pertumbuhan
Pembibitan
Teknik Penanaman
Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperolah tanaman betina disamping beberapa batang
pohon jantan. Hal ini dilakukan pada waktu tanaman mulai berbunga.
2.
Penyiangan
Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan penyiangan
(pembuangan rumput). Kapan dan berapa kali kebun tersebut harus disiangin tak dapat
dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.
3.
Pembubunan
Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan pendangiran tanah.
Kapan dan berapa kali kebun tersebut harus didangiri tak dapat dipastikan dengan tegas,
tergantung dari keadaan.
4.
Pemupukan
Pohon pepaya memerlukan pupuk yang banyak, khususnya pupuk organik, memberikan zat-zat
makanan yang diperlukan dan dapat menjaga kelembaban tanah.
Cara pemberian pupuk:
Tiap minggu setelah tanam beri pupuk kimia, 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50 gram TSP
dan 25 gram KCl, dicampur dan ditanam melingkar.
Satu bulan kemudian lakukan pemupukan kedua dengan komposisi 75 gram ZA, 35 gram
Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl.
Saat umur 3-5 bulan, lakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75 gram ZA, 50 gram
Urea. 75 gram TSP, 50 gram KCl.
Umur 6 bulan dan seterusnya setiap 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100 gram ZA, 60
gram Urea, 75 gram TSP, dan 75 gram KCl.
5.
Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan air yang tergenang. Maka pengairan
dan pembuangan air harus diatur dengan seksama. Apalagi di daerah yang banyak turun hujan
dan bertanah liat, maka harus dibuatkan parit-parit. Pada musim kemarau, tanaman pepaya harus
sering disirami.
Syarat Pertumbuhan
Pembibitan
Teknik Penanaman
Pemeliharaan Tanaman
Kutu tanaman (Aphid sp., Tungau). Badan halus panjang 2-3 mm berwarna hijau, kuning atau
hitam. Memiliki sepasang tonjolan tabung pada bagian belakang perut, bersungut dan kaki
panjang. Kutu dewasa ada yang bersayap dan tidak. Merusak tanaman dengan cara menghisap
cairan dengan pencucuk penghisap yang panjang di bagian mulut. Pengendalian: semprot dengan
Natural BVR atau PESTONA secara bergantian.
Penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya adalah penyakit yang disebabkan oleh
jamur, virus mosaic, rebah semai, busuk buah, leher akar, pangkal batang dan nematoda.
Penyakit mati bujang disebabkan oleh jamur Phytophthora parasitica, P. palmivora dan Pythium
aphanidermatum menyerang buah pepaya. Cara pencegahan: perawatan kebun yang baik,
menjaga kebersihan, dan drainase serta sebarkan Natural GLIO ke lubang tanam, sedangkan
penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Meoidogyne incognita.
Nematoda, apabila lahantelah ditanami pepaya, disarankan agar tidak menanam pepaya
kemabli, untuk mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yang terinfeksi oleh
nematoda menyebabkan daun menguning, layu dan mati. Pengendalian: Siramkan PESTONA
ke lubang tanam.
1.
Syarat Pertumbuhan
Pembibitan
Teknik Penanaman
Pemeliharaan Tanaman
Tanaman pepaya dapat dipanen setelah berumur 9-12 bulan. Buah pepaya dipetik harus pada
waktu buah itu memberikan tanda-tanda kematangan: warna kulit buah mulai menguning. Tetapi
masih banyak petani yang memetiknya pada waktu buah belum terlalu matang
2.
Cara Panen
Panen dilakukan dengan berbagai macam cara, pada umumnya panen/pemetikan dilakukan
dengan menggunakan songgo (berupa bamboo yang ujungnya berbentuk setengah kerucut
yang berguna untuk menjaga agar buah tersebut tidak jatuh pada saat dipetik)
3.
Periode Panen
AGRICULTURE
Wadah Inspirasi dan Komunikasi Bagi Sekelompok Orang yang Memiliki Minat di Bidang
Pertanian. Jikalau Kurang Berkenan Dengan Artikel Yang Saya Posting, Saya Menghaturkan
Maaf Sebesar - Besarnya.
tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut
tumbuh dengan baik dan optimal. Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini
air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke
tanah. Akibatnya lahan yang ditanami tidak akan kekurangan air karena penguapan air ke udara
hanya terjadi melalui proses transpirasi (Lesmana, 2010)
Disamping itu mulsa dapat berperan mengubah keadaan iklim mikro yang dapat
mempengaruhi sifat tanah, menguntungkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan peningkatan
hasil tanaman. (Soewardjo, 1981). Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan
asalnya yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang
mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman (jerami). Keuntungan mulsa organik adalah lebih
ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah bahan organik
dalam tanah, sedangkan mulsa anorganik terbuat dari bahan sintesis yang tidak dapat terurai
(mulsa plastik). Mulsa plastik harganya mahal terutama mulsa plastik hitam perak, namun dapat
digunakan lebih dari satu kali musim tanam (Kadarso, 2008). Jenis mulsa yang berbeda
memberikan pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu, kelembaban, dan kandungan air
tanah.
II. PENGGUNAAN MULSA UNTUK MENEKAN DAMPAK NEGATIF CEKAMAN
KEKERINGAN PADA TANAMAN
Salah satu modifikasi lingkungan perakaran tanaman antara lain dapat dilakukan dengan
penggunaan mulsa. Mulsa menimbulkan berbagai keuntungan, baik dari aspek fisik maupun
kimia tanah. Secara fisik mulsa mampu menjaga suhu tanah lebih stabil dan mampu
mempertahankan kelembaban di sekitar perakaran tanaman. Penggunaan mulsa akan
mempengaruhi suhu tanah. Penggunaan mulsa akan mencegah radiasi langsung matahari (Doring
et al., 2006; Bareisis dan Viselga, 2002). Suhu tanah maksimum di bawah mulsa jerami pada
kedalaman 5 cm 10C lebih rendah dari pada tanpa mulsa, sedangkan suhu minimum 1.9C lebih
tinggi (Midmore, 1983 dan Mahmood et al., 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Hamdani, (2009), pengaruh jenis mulsa terhadap suhu tanah
dan kelembaban tanah menunjukkan bahwa perbedaan suhu tanah antara perlakuan tanpa mulsa
dan mulsa jerami pada pagi hari tidak berbeda, tetapi mulsa plastik hitam perak menunjukkan
suhu tanah yang lebih tinggi, sedangkan pada sore hari mulsa jerami menunjukkan suhu yang
lebih rendah dibandingkan dengan suhu tanah tanpa mulsa dan mulsa plastik hitam perak.
Penggunaan mulsa jerami mengakibatkan penurunan suhu tanah siang hari pada kedalaman 5 cm
sebesar 60C lebih rendah dibandingkan tanpa mulsa, sedangkan pada mulsa plastik hitam perak
sebesar 30C (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Rata-Rata Suhu Tanah dan Kelembaban Tanah Umur 4 MST
Sampai 10 MST
No
Perlakuan
Pagi
Siang
Sore
0
......... Suhu tanah ( C) .........
1 Tanpa Mulsa
22,3
31,5
29,2
2 Mulsa Jerami
22,5
25,5
24,8
3 Mulsa Plastik Hitam Perak
25,4
28,5
29,1
......... Kelembaban tanah (%) .........
4 Tanpa Mulsa
59,1
47,0
53,0
5 Mulsa Jerami
63,7
59,6
62,7
6 Mulsa Plastik Hitam Perak
65,5
62,2
63,0
Keterangan : Pagi : Pukul 700 - 800, Siang : Pukul 1300 - 1400, Sore : Pukul 1600 - 1700. Sumber : Hamdani, (2009).
Menurut Mahmood et al., (2002) penurunan suhu tanah oleh mulsa disebabkan karena
penggunaan mulsa dapat mengurangi radiasi yang diterima dan diserap oleh tanah sehingga
dapat menurunkan suhu tanah pada siang hari. Herlina dan Sulistyono, (1990) menyatakan,
dengan menurunkan suhu udara dan tanah dapat menekan kehilangan air dari permukaan tanah.
sehingga mengurangi adanya cekaman kekeringan. Menurut Timlin et al., (2006) suhu tanah
yang rendah dapat mengurangi laju respirasi akar sehingga asimilat yang dapat disumbangkan
untuk penimbunan cadangan bahan makanan menjadi lebih banyak dibanding pada perlakuan
tanpa mulsa. Pada suhu tanah 30 C aktifitas beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme
pati tertekan, sehingga terjadi penurunan kadar pati pada umbi (Krauss dan Marschsur, 1984).
Penggunaan jerami padi sebagai mulsa pada budidaya tanaman kedelai setelah padi
sawah sudah biasa dilakukan oleh petani. Hasil penelitian manfaat penggunaan mulsa pada
kedelai menunjukkan adanya kenaikan hasil biji sebesar 30% apabila tanah tidak diolah dan
diberi mulsa (Yuliani, 2009) (Tabel 2). Hal ini menurut Herlina dan Sulistyono (1990) mulsa
jerami mampu menekan evapotranspirasi, menurunkan suhu udara dan tanah sehingga menekan
kehilangan air dari permukaan tanah. sehingga mengurangi adanya cekaman kekeringan.
Mulsa jerami mempunyai daya pantul lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa plastik
(Doring et al., 2006). Menurut Mahmood et al., (2002) mulsa jerami atau mulsa yang berasal
dari sisa tanaman lainnya mempunyai konduktivitas panas rendah sehingga panas yang sampai
ke permukaan tanah akan lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa mulsa atau mulsa dengan
konduktivitas panas yang tinggi seperti plastik.
Tabel 2. Pengaruh Mulsa Jerami Padi (5 t/ha) Terhadap Hasil Kedelai di Lahan Sawah
No
Perlakuan
1
Tanpa Mulsa
2
Tanpa Mulsa, Tanpa Olah Tanah
3
Dengan Mulsa, Tanpa Olah Tanah
4
Tanpa Mulsa, Tanah Diolah Satu kali
5
Dengan Mulsa, Tanah diolah Satu Kali
Sumber : Yuliani, (2009).
0.95
1,32
1,89
1,64
1,97
Tabel 3. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Rata-Rata Jumlah dan Berat Cabai Merah Segar per Tanaman
Varietas Red Charm
No
Perlakuan
1 Tanpa Mulsa
2 Jerami
3 Plastik Transparan
4 Plastik Hitam
5 Plastik Hitam Perak
Sumber : Kadarso, (2008).
Jumlah (bh/tan)
106,22 d
143,87 c
195,14 b
176,93 b
226,99 a
Berat (g/tan)
743,45 d
973,65 c
1362,76 b
1258,74 b
1570,88 a
Hasil penelitian Kadarso, (2008), menunjukkan bahwa hasil jumlah cabai merah segar
pertanaman pada penggunaan mulsa plastik hitam perak memberikan hasil tertinggi (226,99 bh),
disusul dengan penggunaan mulsa plastik transparan (195,14 bh), penggunaan mulsa plastik
hitam (176,93 bh), kemudian penggunaan mulsa jerami (143,87 bh), dan tanpa penggunaan
mulsa (106,22 bh). Sedangkan pada berat cabai merah segar pertanaman tertinggi juga terdapat
pada penggunaan mulsa plastik hitam perak (1570,88 g), disusul penggunaan mulsa plastik
transparan (1362,76 g), penggunaan mulsa plastik hitam (1258,74 g), kemudian penggunaan
mulsa jerami (973,65 g), dan tanpa penggunaan mulsa (743,45 g) (Tabel 3).
Hal ini diduga karena manfaat penggunaan mulsa plastik menjaga kelembaban dalam
tanah sehingga fluktuasi suhu permukaan dapat dihindari, mencegah pencucian unsur hara oleh
air hujan dan mencegah penguapan unsur hara terutama nitrogen. penggunaan mulsa plastik juga
dapat mempertahankan lengas tanah lebih baik dibandingkan mulsa jerami dan tanpa mulsa.
Kecepatan hilangnya uap air atau uap air melalui mulsa biasanya sangat lambat dibandingkan
kecepatan hilangnya air dari permukaan tanah. Hilangnya air yang disebabkan oleh evaporasi
dari tanah yang diberi mulsa harus diubah dari bentuk cair ke uap air di permukaan tanah. Uap
air ini kemudian harus menyebar melalui mulsa tebal yang dengan nyata menurunkan kecepatan
hilangnya air dibanding permukaan tanah yang terbuka, mulsa menurunkan jumlah radiasi sinar
langsung ke permukaan tanah, sehingga mengurangi jumlah energi yang tersedia untuk
mengubah air dari cairan ke uap air dan mulsa berperan sebagai isolasi penurunan konduksi
panas ke tanah (Kadarso, 2008).
III. KESIMPULAN
Penggunaan mulsa jerami mengakibatkan penurunan suhu tanah siang hari pada
kedalaman 5 cm sebesar 60C lebih rendah dibandingkan tanpa mulsa, sedangkan pada mulsa
plastik hitam perak sebesar 30C. Dengan menurunnya suhu udara dan tanah dapat menekan
kehilangan air dari permukaan tanah. sehingga mengurangi adanya cekaman kekeringan.
Penggunaan mulsa pada kedelai menunjukkan adanya kenaikan hasil biji sebesar 30%
apabila tanah tidak diolah dan diberi mulsa. Mulsa jerami mempunyai konduktivitas panas
rendah sehingga panas yang sampai ke permukaan tanah akan lebih sedikit dibandingkan
dengan tanpa mulsa atau mulsa dengan konduktivitas panas yang tinggi seperti plastik.
Hasil jumlah dan berat cabai merah segar pertanaman tertinggi terdapat pada penggunaan
mulsa plastik hitam perak, disusul dengan penggunaan mulsa plastik transparan, penggunaan
mulsa plastik hitam, kemudian penggunaan mulsa jerami, dan tanpa penggunaan mulsa. Hal ini
diduga karena manfaat penggunaan mulsa plastik menjaga kelembaban dalam tanah sehingga
fluktuasi suhu permukaan dapat dihindari, juga dapat mempertahankan lengas tanah lebih baik
dibandingkan mulsa jerami dan tanpa mulsa. Kecepatan hilangnya uap air atau uap air melalui
mulsa biasanya sangat lambat dibandingkan kecepatan hilangnya air dari permukaan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani, J. S. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kentang
(Solanum tuberosum L.) yang Ditanam di Dataran Medium. Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran.
Bandung.
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/download/1389/487. [Diakses 11 Juli
2012].
Kadarso. 2008. Kajian Penggunaan Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai Merah Varietas Red
Charm.
Fakultas
Pertanian,
Universitas
Janabadra.
Yogyakarta.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10208134139_1411-0172.pdf. [Diakses 09 Juli 2012].
Ramli. 2010. Respon Varietas Kubis (Brassica oleraceae) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Berbagai
Jenis
Mulsa.
Fakultas
Pertanian,
Universitas
Tadulako.
Sulawesi
Tengah.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal /index.php/AGROLAND/article/download/276/232. [Diakses 11
Juli 2012].
Yuliani, F. 2009. Upaya Menekan Kehilangan Hasil Akibat Cekaman Kekeringan Pada Kedelai di Lahan
Sawah. http://jurnal.umk.ac.id/mawas/2009/Juni/ UPAYA%20MENEKAN%20KEHILANGAN
%20HASIL%20AKIBAT%20CEKAMAN.pdf. [Diakses 09 Juli 2012].
Abstract
Penelitian ini yang berjudul Pengaruh Jarak Tanam dan Ketebalan Mulsa Jerami Padi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Kedelai Edamame (Glycine max L. Merrill). Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perlakuan jarak tanam dan ketebalan mulsa jerami
padi serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang kedelai edamame
(Glycine max L. Merrill). Penelitian in dilaksanakan pada lokasi pengembangan dan
pembelajaran hortikultura Dinas Pertanian Kota Denpasar di jalan Matahari Terbit, Desa Sanur
Kaja, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, dengan ketinggian tempat + 10 meter di atas
permukaan laut. Percobaan ini berlangsung dari tanggal 19 mei 2015 sampai dengan 22 Juli
2015. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 2
faktor yang disusun secara faktorial. Faktor pertama jarak tanam yang terdiri dari 3 taraf yaitu 40
cm x 40 cm, 20 cm x 40 cm, 20 cm x 30 cm. Sedangkan faktor kedua adalah penggunaan mulsa
jerami padi yang terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa pemberian mulsa (M0), ketebalan mulsa 6 cm
(M1), ketebalan mulsa 4 cm (M2), ketebalan mulsa 2 cm (M3). Hasil penelitian pengaruh jarak
tanam dan penggunaan mulsa menunjukan interaksi yang tidak nyata terhadap sebagian besar
komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang diamati dalam percobaan ini kecuali
parameter indeks luas daun, jumlah polong berisi per tanaman, berat basah polong berisi per
tanaman, berat basah daun per tanaman dan berat basah batang per tanaman (Tabel 2). Terhadap
parameter hasil yaitu jumlah polong berisi per tanaman didapatkan pengaruh interaksi yang nyata
(P<0,05) dan hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan jarak tanam yang lebih renggang yaitu
jarak tanam 40 cm x 40 cm (J1M0) sebesar 26,833 gram meningkat sebesar 56,03% dari hasil
terendah yang diperoleh pada jarak tanam 20 cm x 30 cm (J3) dan pemberian mulsa jerami (M1)
sebesar 14,000 gram yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 8). Demikian
juga hasil parameter pertumbuhan tanaman diperoleh pada perlakuan jarak tanam dan pemberian
mulsa yang sama. Tingginya komponen hasil seperti jumlah polong berisi per tanaman pada
perlakuan jarak tanam (J1M0) didukung oleh komponen-komponen pertumbuhan seperti (J1M0)
indeks luas daun sebesar 72,72 gram, berat basah daun sebesar 49,000 gram dan berat basah
batang sebesar 46,167 gram. Hal ini sesuai dengan pendapat Moniruzzaman (2006) dan
Pambayon (2008) bahwa pada jarak tanam yang renggang persaingan antar tanaman tidak terjadi
hal ini dapat meningkatkan bobot panen pertanaman.
Home Bioteknologi Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur dapat didefinisikan sebagai teknik membudidayakan jaringan agar menjadi organisme
yang utuh dan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan merupakan salah
satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan
tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan
tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi in vitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang
diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya.
Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya
untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur
jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan
induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat,
kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan
dengan perbanyakan konvensional.
Dasar teknik kultur jaringan adalah bahwa sel tanaman mempunyai sifat totipotensi yaitu
kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium
aseptik yangmengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang sesuai.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1. Pembuatan media.
2. Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
3. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi
juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara
merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus steril.
4. Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang
telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril
dengan suhu kamar.
5. Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar
yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar
serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur.
6. Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup.
Prinsip Dasar Kultur Jaringan
Untuk mendapatkan eksplan yang baik dan mudah tumbuh, dipilih bagian organ yang
masih bersifat meristematik
Penggunaan medium yang cocok. Media yang biasa digunakan untuk pembuatan kuljar
murni adalah PDA.
Keadaan yang aseptik. Keadaan yang aseptik ini meliputi sterilisasi eksplan, media, alatalat, ruang steril dan ruang kultur (entkas / tempat khusus untuk menanam eksplan ke
dalam medium).
Salah satu teknik konservasi tanah yang mudah diterapkan adalah penggunaan sisa
tanaman sebagai mulsa, karena mulsa dapat diperoleh dari sisa-sisa hasil tanaman
pertanian seperti sisa pemanenan tanaman padi atau jagung. Mulsa secara
langsung melindungi permukaan tanah dari pukulan butir hujan, sehingga
mengurangi energi pukulan hujan, volume, kecepatan aliran permukaan,
meningkatkan aktivitas fauna tanah, dan meningkatkan pembentukan agregat
tanah. Keunggulan lain dari mulsa antara lain dapat mempertahankan atau
memperbaiki sifat fisik tanah, memperkecil proses dispersi, meningkatkan stabilitas
agregat tanah, dan memperbaiki struktur tanah dan pada gilirannya dapat
mempercepat laju infiltrasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh
pemakaian mulsa jerami padi terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti bobot isi, kadar
air pada berbagai nilai pF, porositas tanah, dan laju infiltrasi tanah, serta terhadap
produksi tanaman kacang tanah. Penelitian terdiri dari 4 perlakuan yang diacak
secara lengkap dan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 12 satuan
percobaan. Mulsa jerami dibagi dalam 4 taraf dosis, yaitu M0 (tanpa mulsa), M1
(0,92 ton jerami/ha), M2 (1,84 ton jerami/ha), dan M3 (2,76 ton jerami/ha). Tanaman
yang ditanam sebagai tanaman indikator adalah kacang tanah (Arachis hypogaea
L.) varietas Gajah. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 40 cm, dan jumlah
benih tiap lubang tanam adalah satu butir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian mulsa sampai 2,76 ton/ha tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
sifat fisik tanah terutama bobot isi dan ruang pori total. Namun laju infiltrasi
minimum tanah meningkat dengan pemberian mulsa minimal 2,76 ton/ha.
Pemberian mulsa sampai 2,76 ton/ha belum berpengaruh pada peningkatkan
produksi. Namun, ada kecenderungan peningkatan pertumbuhan dan produksi
dengan meningkatnya penggunaan mulsa.
4). Agar lebih aman dari cendawan patogen, semprotkan Trichoderma seminggu sekali,
5). Pemberian jerami jangan terlalu dekat dengan batang tanaman, minimal 10 cm.
Baca juga Cara Mudah Membuat Kompos Jerami
Keuntungan Menggunakan Mulsa Jerami
1. Tanaman lebih subur
2. Murah dan hemat biaya
3. Tanah selalu lembab
4. Menghambat tumbuhnya rumput
Jerami mengandung unsur hara Si 4-7%, K2O 1,2-1,7%, P2O5 0,07-0,12% dan N 0,5-0,8% yang
sangat dibutuhkan tanaman. Penggunaan mulsa jerami merupakan langkah yang baik dalam
memanfaatkan jerami. Jerami bisa juga ditaburkan langsung pada lahan sawah atau dikomposkan
terlebih dahulu.
Posted by Muhammad Hatta in Budidaya, Teknologi. Tagged: air dingin, daun, media, suhu.
Tinggalkan komentar
PENDAHULUAN
Suhu tanah dan suhu udara tempat tanaman tumbuh akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman, termasuk juga bibit cabai. Pengaruhnya beragam. Suhu udara yang terlalu rendah
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Sebaliknya, suhu yang tinggi yang disertai
pengairan kurang akan menghambat suplai unsur hara dan menyebabkan transpirasi tinggi.
Menurut Prajnanta (1998) suhu tinggi juga akan merangsang perkembangbiakan hama seperti
ulat, thrips, dan aphids. Suhu tinggi yang disertai daya kelembaban yang tinggi akan
meningkatkan intensitas serangan bakteri Pseudomonas solanacearum penyebab layu akar serta
merangsang perkembangbiakan cendawan dan bakteri. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan
tanaman cabai adalah 24-28C.
Perubahan suhu beberapa derajat saja dapat menyebabkan perubahan yang nyata dalam laju
pertumbuhan tanaman. Setiap spesies dan varietas tanaman masing-masing mempunyai suhu
kardinal yaitu suhu minimum, optimum dan maksimum. Laju pertumbuhan tanaman akan sangat
rendah apabila tanaman dikondisikan di bawah suhu minimum dan di atas suhu maksimum,
sedangkan pada kisaran suhu optimum akan diperoleh laju pertumbuhan tanaman yang lebih
tinggi (Salisbury dan Ross, 1995).
Suhu banyak mempengaruhi metabolisme tanaman seperti fotosintesis, respirasi, dan
fotorespirasi. Peningkatan suhu sampai pada tingkat tertentu akan meningkatkan laju fotosintesis.
Namun, peningkatan ini akan segera menurun pada suhu yang sangat tinggi (Gardner et al.,
1985). Demikian pula halnya suhu terhadap respirasi.
Laju respirasi meningkat dengan meningkatnya suhu. Namun, apabila dikondisikan di atas suhu
maksimum laju respirasi akan mulai menurun. Hal ini disebabkan sebagian enzim-enzim yang
berperan akan mulai mengalami denaturasi (Lakitan, 1991). Saitoh et al. (1998) melaporkan
bahwa pada tanamam padi, semakin tinggi suhu atmosfir maka semakin tinggi laju respirasi daun
dan cabang. Karena hasil bersih fotosintesis merupakan selisih dari aktifitas laju fotosintesis dan
respirasi maka suhu secara tidak langsung juga akan menentukan hasil bersih fotosintesis.
Gardner et al. (1985) menyatakan juga bahwa suhu yang tinggi akan meningkatkan laju
fotorespirasi, yang berarti menurunkan hasil bersih fotosintesis.
Tanaman cabai menghendaki suhu tertentu. Suhu untuk perkecambahan benih paling baik antara
25-30C. Laju perkecambahan rendah pada suhu yang rendah dan meningkat secara gradual
dengan meningkatnya suhu menyerupai kurva reaksi kimia. Suhu untuk pembibitan berada
sedikit di bawah suhu perkecambahan. Tanaman di pembibitan membutuhkan suhu yang agak
rendah akan tetapi membutuhkan pencahayaan yang terang (Hartmann et al., 1990).
Dari beberapa penelitian tentang suhu ternyata belum terlihat secara jelas bagaimana perbedaan
antara pengaruh suhu tanah dengan suhu atmosfir terhadap pertumbuhan tanaman. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu air penyiraman yang diberikan pada media dan pada
daun terhadap pertumbuhan bibit cabai.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pemberian air dingin (12C) memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan bibit cabai, yaitu terhadap tinggi bibit, diameter batang, luas daun, berat
basah bibit, berat basah akar, berat kering bibit, dan berat kering akar. Perlu diketahui bahwa
pengaruhnya bisa positif tapi bisa juga negatif. Makanya harus hati-hati.
Secara umum bisa kami katakan bahwa pemberian atau penyemproan air dingin, yaitu air dengan
suhu sekitar 12C pada daun akan sangat menghambat pertumbuhan bibit. Air dingin yang
bersuhu 12 C terlihat mengganggu morfologi daun. Selain berukuran sempit, daun juga terlihat
mengkerut. Gangguan morfologi ini bermuara pada tertekannya pertumbuhan perakaran bibit.
Menurut Lakitan (1991) daun merupakan bagian tanaman yang sangat mempengaruhi proses
metabolisme, seperti fotosintesis, hidrolisis air, fiksasi, reduksi CO2 dan respirasi. Hampir semua
proses-peoses tersebut terjadi di dalamnya.
Sebaliknya, penyiraman air dingin pada media tanam akan memberikan pertumbuhan yang baik.
Menurut Lakitan (1991), proses-proses fisik dan kimiawi dikendalikan oleh suhu, dan kemudian
proses-proses ini mengendalikan reaksi biologi yang berlangsung dalam tanaman. Selain itu,
suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Apabila suhu turun, viskositas
air naik, begitu juga untuk gas-gas energi kinetik dari karbodioksida, oksigen dan zat lain
berubah sesuai perubahan suhu. Dalam air dingin kelarutan karbodioksida dua dua kali lipat dari
kelarutannya dalam air panas. Suhu media yang rendah kemungkinan juga menyebabkan
aktivitas mikrobia di dalam media relatif lebih lambat sehingga status nutrisi dan bahan organik
berada dalam keadaan lebih stabil. Kondisi yang lebih stabil ini tentu menguntungkan bagi
pertumbuhan bibit.
Mulsa
https://id.wikipedia.org/wiki/Mulsa
januari 2016
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mulsa anorganik dari bahan plastik yang digunakan pada kebun cabe di Sukabumi,
Jawa Barat
Mulsa karet, yang bisa didapatkan dari bahan limbah seperti ban
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga
kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman
tumbuh dengan baik. Mulsa dapat bersifat permanen seperti serpihan kayu, atau sementara
seperti mulsa plastik. Mulsa dapat diaplikasikan sebelum penanaman dimulai maupun setelah
tanaman muncu. Mulsa organik akan secara alami menyatu dengan tanah dikarenakan proses
alami yang melibatkan organisme tanah dan pelapukan non-biologis. Mulsa digunakan pada
berbagai aktivitas pertanian, mulai dari pertanian subsisten, berkebun, hingga pertanian industri.
[1]
Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan
anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa
tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit ditanam.
Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat
terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah
alang-alang/ jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan
lainnya.
Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa
anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung. Mulsa anorganik
dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa
anorganik ini harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak yang banyak digunakan dalam
budi daya cabai atau melon.
Daftar isi
1 Bahan
o
2 Penerapan
3 Dekomposisi anaerobik
4 Lihat pula
5 Referensi
6 Pranala luar
Bahan
Pemilihan bahan mulsa yang terbaik bagi pertanaman harus mempertimbangkan banyak faktor,
seperti ketersediaannya, harga, dampaknya bagi tanah, dan penampilannya. Sifat fisik dan
kimiawi yang dipertimbangkan diantaranya laju dekomposisi, reaktivitas terhadap tanah,
porositas, tingkat penyerapan air, dan sebagainya. Beberapa jenis mulsa juga dapat mengandung
benih gulma dan patogen.[2]
Mulsa organik
Mulsa organik akan terurai seiring dengan waktu. Laju penguraian akan sangat bergantung pada
kondisi lingkungan, seperti temperatur, penyinaran matahari, curah hujan, organisme tanah, dan
kelembaban udara. Mulsa yang mengandung terlalu banyak karbon relatif terhadap kandungan
nitrogennya dapat menyebabkan konsentrasi unsur nitrogen di dalam tanah berkurang karena
aktivitas organisme tanah cenderung menghabiskan nitrogen untuk pertumbuhannya.[3][4] Namun
belum diketahui apakah hal ini berdampak negatif bagi tanah atau tidak.[5] Rasio karbon terhadap
nitrogen yang optimal adalah 30-35:1.[6] Mulsa organik yang terlalu rapat porositasnya dapat
menghalangi laju penyerapan air, dan mulsa organik yang terlalu kering dapat menyerap air dari
tanah sehingga membuat zona perakaran kering.
Sebuah percobaan di Institut Pertanian Bogor dengan menggunakan limbah perkebunan kelapa
sawit memperlihatkan bahwa mulsa organik dengan rasio C/N yang tinggi (misal dari limbah
kelapa sawit) tidak baik bagi tanaman cabai. Dan mulsa organik tidak memberikan hasil panen
yang lebih baik secara signifikan dibandingkan tanaman tanpa mulsa. Namun mulsa organik
terbukti menjadikan struktur tanah lebih baik, yang mampu memberikan pengaruh secara jangka
panjang.[7]
Contoh mulsa organik yaitu:
Daun
Dedaunan yang telah rontok dapat digunakan sebagai mulsa. Setelah rontok
dari pohon, dedaunan cenderung mengering dan terdekomposisi menyatu ke
tanah.
Potongan rumput
Potongan rumput dari mesin pemotong rumput dapat dikumpulkan dan
dijadikan mulsa. Potongan rumput berukuran kecil sehingga bersifat padat
dan memiliki porositas yang rendah. Potongan rumput perlu dicampur
dengan bahan lainnya yang lebih renggang sebelum diterapkan menjadi
mulsa. Minimnya kandungan nitrogen pada potongan rumput menyebabkan
konsentrasi nitrogen pada tanah dapat berkurang, sehingga penerapan
potongan rumput perlu dicampur dengan sesuatu yang kaya nitrogen.
Lumut
Mulsa umumnya diterapkan menjelang musim tanam. Mulsa anorganik, terutama yang mudah
rusak seperti plastik harus diganti setiap musim tanam. Mulsa organik dapat bertahan lama
tergantung laju dekomposisinya, dan dapat diterapkan ulang jika diperlukan. Seiring dengan
perubahan musim, mulsa menjaga temperatur dan kelembaban tanah, serta mencegah cahaya
matahari menyentuh gulma yang baru bertunas.[2]
Efek mulsa pada tanah di iklim sedang amat bergantung pada kapan mulsa diterapkan. Mulsa
umumnya diterapkan di akhir musim semi atau awal musim panas ketika temperatur tanah
sedang meningkat namun kelembaban tanah masih relatif tinggi, sehingga fungsi menjaga
temperatur dan kelembaban tanah lebih optimal.[9] Mulsa juga dapat mengalihkan beberapa jenis
hama seperti siput dari daun tumbuhan karena siput dapat memakan mulsa dedaunan.
Dekomposisi anaerobik
Mulsa yang sehat akan berbau seperti potongan kayu atau rumput segar, namun mulsa yang tidak
sehat akan memiliki bau seperti amonia, cuka, sulfur, dan silase. Mulsa yang tidak sehat terjadi
karena dekomposisi anaerobik di dasar mulsa. Dekomposisi anaerobik terjadi karena kurangnya
oksigen, yang disebabkan oleh porositas mulsa yang terlalu sempit dan tingginya kandungan
nitrogen pada mulsa lapisan bawah. Dekomposisi anaerobik ini dapat menyebabkan munculnya
senyawa fitotoksik yang berbahaya bagi tumbuhan. Keasaman tanah juga menjadi tinggi.
Pengadukan mulsa dapat mencegah hal tersebut.[10]
undefined
MULSA
ditutupi tersebut. Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau
bagian tanaman yang dikelompokkan sebagai mulsa organik dan bahan-bahan
sintesis berupa plastik yang dikelompokkan sebagai mulsa anorganik.
c. mulsa ialah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di
permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan
hujan,
erosi,
dan
menjaga
kelembaban,
struktur,
kesuburan
tanah,
serta
Melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan serta
mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah.
Mulsa yang berupa sisa-sisa tanaman menjadi sumber bahan organik tanah
Meningkatkan
aktivitas
jasad
renik
(mikroorganisme
tanah),
sehingga
b. Kelemahan Mulsa
Bahan-bahan mulsa mungkin menjadi sarang berkembangbiaknya penyakitpenyakit tanaman. Namun hal ini masih perlu diteliti bagi setiap bahan mulsa
yang digunakan.
Mulsa sukar ditebarkan secara merata pada lahan-lahan yang sangat miring.
Beberapa jenis rumput jika digunakan sebagai mulsa dapat tumbuh dan
berakar sehingga dapat menjadi tanaman pengganggu.
dapat
berupa
sisa-sisa
tanaman
atau
bagian
tanaman
yang
lalu
dengan
menggunakan
tekanan
yang
sangat
tinggi
(Lamont
1993).
Penggunaan mulsa plastik, terutama mulsa plastik hitam perak, dalam produksi
sayuran yang bernilai ekonomis tinggi seperti cabai, tomat, terong, semangka,
melon
dan
mentimun,
semakin
hari
semakin
meningkat
sejalan
dengan
untuk transportasi Tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya.
b. Mulsa Anorganik
Meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti
batu kerikil, batu koral, pasir kasar, batu bata, dan batu gravel. Untuk tanaman
semusim, bahan mulsa ini jarang digunakan. Bahan mulsa ini lebih sering
digunakan untuk tanaman hias dalam pot.
c. Mulsa Kimia- Sintetis
Meliputi bahan bahan plastic dan bahan bahan kimia lainnya. Bahanbahan plastic berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang
beragam. Bahan plastic yang saat ini sering digunakan yang sering digunakan
sebagai bahan mulsa adalah plastik transparan, plastik hitam, palstik perak, dan
plastik perak hitam.
Kelebihan dari jenis mulsa ini
Memiliki sifat yang beragam terhadap suhu tanah tergantung plastik, Dapat
menekan erosi, Mudah di angkut sehingga dapat digunakan di setiap tempat
1.
2.4
Manfaat Mulsa
Manfaat Terhadap Tanaman
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan sangat
terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi
dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi
dengan gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu
2.
a.
b.
3.
4.
Unsure fisik tanah yang sangat dipengaruhi oleh bahan mulsa ialah suhu tanah.
Suhu tanah ini sangat bergantung pada proses pertukaran panas antara tanah
dengan lingkungannya. Proses ini terjadi akibat adanya radiasi matahari dan
pengaliran panas kedalam tanah melalui proses konduksi. Pemulsaan mengubah
warna tanah yang dengan sendirinya dapat mengubah albedo tanah. Perubahan
suhu tanah terjadi karena perubahan radian energy yang mencapai tanah. Adanya
mulsa akan menyebabkan panas yang mengalir kedalam tanah lebih sedikit
disbanding tanpa mulsa. Selain itu, permukaan tanah yang diberi mulsa memiliki
suhu maksimum harian lebih rendah disbanding tanpa mulsa Mulsa plastic putih
dapat menurunkan suhu tanah. Hal ini disebabakan radiasi yang direfleksikan
kembali akan cukup besar sehingga berkurang suhu maksimum harian dari tanah
yang diberi mulsa. Sedangkan mulsa plastic hitam cenderung meningkatkan suhu
5.
Mulsa Plastik
Mulsa plastik sesuai digunakan untuk pembudidayaan tanaman yang struktur
perakannya dangkal tajuk tanaman berdaun tidak terlalu lebat dan tinggi tanaman
di atas 0,5 meter. Berdasarkan efeknya terhadap suhu tanah maka mulsa plastik
dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan suhu tanah tanah.
a.
tidak
langsung
akan
berinteraksi
dengan
tanah.
Selain dapat menurunkan suhu tanah, MPP juga dapat menambah jumlah cahaya
matahari yang di terima oleh tajuk tanaman karena cukup besarnya cahaya
matahari yang dipantulkan. Hal ini kan sangat membantu tanaman dalam
melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, MPP sangat cocok untuk budidaya
semangka, melon, serta berbagai jenis cabai hibrida dan terung-terungan.
b.
c.
Dengan adanya MPH, cahaya matahari yang dipantulkan dan diteruskan sangat
kecil. Banyaknya cahaya matahari yang diserap dapat mencapai 90,5 %, dari
jumlah cahaya matahari yang datang. Cahaya yang diserap tersebut akan
dipantukan dalam bentuk panas ke segala arah termasuk tanah. Penerapan mulasa
d.
ini dapat dilakukan pada bawang merah dan asparagus di dataran tinggi.
Mulsa Plastik Perak Hitam (MPPH)
MPPh akn mnyebabkan cahaya matahari yang dipantulkan cukup besar, bahkan
lebih tinggi dari MPP. Akibatnya cahaya matahari yang dipantulkan cukup besar. Di
lain pihak, permukaan hitam dari MPPH akan menyebabkan cahaya matahari yang
di teruskan menjadi sangat kecil, bahkan mungkin nol. Keadaan ini akan
menyebabkan suhu tanah akan tetap rendah. Dewasa ini, MPPH mualai diterapkan
secara luas dan sangat cocok untuk pembudidayaan semangka hibrida, melon,
serta berbagai jenis cabai hibrida dan terung-terungan.
2.7 Menjaga Kualitas atau Kebersihan Produk
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis mulsa
pada berbagai jenis tanaman secara tepat dan benar dapat meningkatkan hasil
awal dan total hasil dari berbagai tanaman, meningkatkan kualitas hasil tanaman
dan pada akhirnya meningkatkan
Untuk persemaian jangka panjang sebaiknya digunakan bahan yang tahan lama
dalam hal ini menggunakan besi yang di cor dalamnya menggunakan pasir dan
semen. Untuk persemaian jangka pendek bahan yang digunakan cukup dengan
bambu. Untuk standar dalam 1 shading net dengan ukuran panjang dan lebar 24 x
72 meter jarak antar tiang 3 meter dan tinggi tiang 2 meter. Dengan ukuran
a.
15 x 0,2 cm.
Pengambilan Bahan Setek
Bahan setek yang diambil harus memenuhi kriteria sebagai berikut 1. Pucuk
autotrop, 2. Pucuk masih muda (juvenil), 3. Pucuk bebas hama dan penyakit, 4.
Panjang pucuk 10 cm atau terdiri dari dua ruas. Pucuk yang telah diambil
sebaiknya langsung ditanam, jika tidak pucuk akan mudah layu, untuk itu setelah
dipotong pucuk seaiknya dimasukan ke dalam air penyegar dahulu agar kesegaran
Kegiatan pembukaan bedengan dilakukan sampai minggu ke-4 dimana pucuk telah
keluar akarnya dan siap untuk dikeluarkan dari sungkup. Setelah dikeluarkan dari
sungkup pucuk yang telah menjadi bibit tersebut diletakkan dibawah shading net
untuk proses aklimatisasi selama seminggu. Setelah proses aklimatisasi selesai bibit
ditaruh ditempat yang mendapat sinar matahari secara penuh (Open area). Satu
minggu setelah bibit berada di open area dilakukan kegiatan pemeliharaan berupa
penambahan media pada polybag dan memperbaiki posisi bibit agar pas ditengahf.
panas
karena
radiasi
elektromagnetik
yang
datang
dari
matahari
). Salah satu
kompleks rumah kaca terbesar di dunia adalah di Almeria, Spanyol, di mana rumah
kaca mencakup hampir 50.000 hektar (200 km
2).
Daftar Pustaka
Alleyne, E.H. and F.O. Morrison. 1978. The lettuce root aphid, Pemphigus bursaries
L. Homothera:Aphidoidae) in Cquebec Cananada. Ann. Soc. Ent. Quebec. 22:171180
Baron, J.J. and S.F. Gorske. 1981. Soil carbon dioxide level as affected by plastic
mulches. Proc. Natl. Agr. Plastic Congress. 16:149-155.
Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer, D.D. Daniels and P.G. Hunt. 1988. Plastic mulch
color effects on reflected light and tomato plant growth. Scientia Hortic. 34:169-175.
Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer and P.G. Hunt. 1989. Mulch surface color affects
yield of fresh tomato. J. Amer. Soc.Hort. Sci 114:216-219.
penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama
penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya
maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara
yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Tanaman memiliki sifat totipotesi yang merupakan kemampuan setiap sel, dari mana
saja sel tersebut diambil, apabila diletakan dalam lingkungan yang sesuai akan dapat
tumbuh menjadi tanaman yang sempurna. Pemindahan eksplan dilakukan secara hati-hati
dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi
bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan
sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu
beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan
pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit
generative (Pierik, 1997).
Masa aklimatisasi merupakan masa yang kritis karena pucuk atau planlet yang
diregenerasikan dari kultur in vitro menunjukan beberapa sifat yang kurang menguntungkan,
seperti lapisan lilin (kutikula tidak berkembang dengan baik, kurangnya lignifikasi batang,
jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang dan stomata sering kali tidak
berfungsi (tidak menutup ketika penguapan tinggi). Keadaan itu menyebabkan pucuk-pucuk in
vitro sangat peka terhadap transpirasi, serangan cendawan dan bakteri, cahaya dengan intensitas
tinggi dan suhu tinggi. Oleh karena itu, aklimatisasi pucuk-pucuk in vitro memerlukan
penanganan khusus, bahkan diperlukan modifikasi terhadap kondisi linkungan terutama dalam
kaitannya dengan suhu, kelembaban dan intensiitas cahaya. Disamping itu, medium tumbuh pun
memiliki
peranan
yang
cukup
penting
khususnya
bila
puucuk-pucuk
mikro
yang
Metode langsung:
1. Menyiapkan planlet dalam botol yang akan diaklimatisasi dan mengeluarkan planlet secara hatihati dari dalam botol.
2. Membersihkan akar tanaman dari agar-agar yang masih melekat dengan air.
3. Merendam akar tanaman dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 5 menit.
4. Menanam tanaman pada bak media arang sekam yang telah dibasahi.
5. Tutup bak dengan plastik transparan selam 1 - 2 minggu.
6. Setelah 1 -2 minggu plastik dibuka dan tanaman dibiarkan tumbuh dan berkembang dalam bak
aklimatisasi hingga minggu ketiga sampai keempat.
7. Selanjutnya tanaman dipindahkan ke dalam polibag-polibag kecil sampai siap untuk di tanam di
lapang.
Metode tidak langsung:
1. Menyiapkan planlet dalam botol yang akan diaklimatisasi dan mengeluarkan planlet secara hatihati dari dalam botol
2.
Memotong tanaman tepat pada bagian bawah nodus ketiga kemudian merendamnya dalam
larutan fungisida dan bakterisida selama 5 menit.
3. Menanam tanaman pada bak media arang sekam yang telah dibasahi.
4. Tutup bak dengan plastik transparan selam 1 - 2 minggu.
Aklimatisasi Planlet di Rumah Kaca Aklimatisasi merupakan tahap penting dalam
proses kultur jaringan. Tahap ini sering kali menjadi titik kritis dalam aplikasi teknik kultur
jaringan. Aklimatisasi diperlukan karena tanaman hasil kultur jaringan umumnya memiliki
lapisan lilin tipis dan belum berkembang dengan baik, sel-sel dalam palisade belum berkembang
maksimal, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang, dan stomata sering kali
tidak berfungsi, yaitu tidak dapat menutup pada saat penguapan tinggi.
2.3. Contoh aklimatisasi tanaman kultur jaringan
A. Aklimatisasi anggrek terestrial Bletilla striata (Orchidaceae) disebarkan di bawah dalam
kondisi in vitro :
Bletilla striata adalah sympodial terestrial anggrek. Substrat digunakan untuk tumbuh
luar, berbeda dalam campuran ditambahkan
Anggrek diaklimatisasi dalam plastik mini rumah kaca seperti benih nampan, yang
terdiri dari dua bagian. Bagian bawah gelap hijau, terbuat dari plastik yang lebih fleksibel,
sementara bagian atas (penutup) adalah transparan. Ada dua yang terbuka meliputi, yaitu,
ventilasi untuk ventilasi dari daerah berkembang. Ukuran dari bagian bawah adalah 36 22 6
cm dan ukuran penutup 36 22 12 cm. Setelah penanaman, tanaman yang cukup disiram
dengan air suling. Substrat tidak boleh terlalu lembab, karena tanaman memiliki dinding sel
tipis dan lembut dalam bagian hipokotil dan dapat dengan cepat menjadi terinfeksi dan mati.
Kita Oleh karena itu menempatkan dua gelas 50 ml dengan air di setiap rumah kaca kecil untuk
mendirikan sebuah kelembaban relatif yang tinggi. Setelah satu minggu, satu gelas air yang
dibuang. Ventilasi di sampul rumah kaca kecil tinggal ditutup selama dua minggu tetapi daerah
berkembang yang berventilasi dengan mrmbuang air selama beberapa menit setiap hari dan
kemudian kembali ditutup. Ventilasi di sampul itu secara bertahap dibuka pada minggu ketiga.
Pada minggu keempat, mencakup secara bertahap diangkat dan, pada akhir minggu, benar-benar
dibuang. Anggrek dalam membuka rumah kaca kecil disiram setidaknya sekali seminggu atau
sesuai kebutuhan tergantung pada kelembaban substrat.
Hal ini juga penting bagi tanaman untuk terkena cahaya selama aklimatisasi, yang
memungkinkan mereka untuk membangun proses fotosintesis. Penting lainnya kondisi suhu
yang sesuai tanpa utama fluktuasi atau sirkulasi udara. Ketika periode cuaca panas dimulai,
rumah kaca kecil dipindahkan ke tempat gelap bagian dari rumah kaca. Setiap hari selama dua
pertama
buatan, dimana lebih mudah untuk mengontrol panjang dan intensitas pencahayaan. Cahaya
buatan menghindari perbedaan musiman atau lebih periode cuaca berawan dan, di samping itu,
sebagian memecahkan masalah pemanasan.
Selain faktor-faktor yang terdaftar dan sesuai
panggung dan vitalitas
anggrek
termasuk dalam percobaan ini adalah ukuran rata-rata dari 2,5 cm, dengan setidaknya 2 daun
dan 2 - 3 cm panjang akar atau akar bahwa ukuran yang sesuai untuk aklimatisasi anggrek
adalah ketika daun mereka setidaknya 5 cm.
Tanaman Bletilla striata lebih kecil dan dengan akar lebih sedikit dari pada menyatakan
dalam literatur tersebut. Tidak ada data yang tersedia diliteratur untuk Bletilla striata anggrek,
jadi kami memutuskan ukuran yang sesuai dan phenophase diri kita sendiri, berdasarkan ketika
tanaman memiliki setidaknya minimal nutrisi disimpan dalam daun dan akar yang diperlukan
untuk aklimatisasi proses. Dengan menggunakan tanaman minimum. Ukuran mungkin untuk
menyesuaikan diri kita memperpendek periode dalam budidaya in vitro, yang sangat penting
untuk massa pasar produksi ( Lesar, 2012)
B. Aklimatisasi Daun Encok ( Plumbago zeynalica )
Untuk aklimatisasi, planlet daun encok asal perlakuan terbaik pada multiplikasi tunas
yang telah sempurna dengan akar lengkap dikeluarkan dari botol kultur, lalu dicuci di bawah air
mengalir untuk menghilangkan sisa-sisa agar yang masih menempel pada akar tanaman.
Tanaman diaklimatisasi di rumah kaca dengan menggunakan media tanah + sekam (1:1) selama
8 minggu. Setelah vigor tanaman kuat, dilakukan adaptasi tanaman dengan cara
memindahkannya ke dalam polibag berukuran 20 x 30 cm dengan perbandingan media tanah +
pupuk kandang (1:1). Tanaman yang diobservasi berjumlah dua puluh polibag. Parameter yang
diamati adalah jumlah anakan, jumlah daun dan tinggi tanaman pada umur dua dan empat bulan.
Observasi dilakukan secara individual tanpa menggunakan rancangan percobaan ( Kristinia,
2008).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman hasil kultur jaringan tidak bisa langsung ditanam begitu saja dalam pot.
Pucuk-pucuk dan planlet in vitro yang diregenerasikan di dalam lingkungan dengan kelembaban
tinggi dan bersifat heterotrof, harus berubah menjadi autotrof bila dipindahkan ke tanah atau
lapangan. Tanaman hasil kultur jaringan (planlet atau tunas mikro) perlu mendapatkan perlakuan
khusus untuk dapat hidup di lingkungan baru hingga menjadi bibit baru yang siap ditanam di
lapang. Proses pemindahan merupakan langkah akhir dari prosedur mikropropagasi dan
diistilahkan sebagai tahap aklimatisasi. Tahap aklimatisasi merupakan tahapan kritis karena
kondisi iklim dilapang sangat berbeda dengan kondisi dalam botol, sehingga diperlukan
penyesuaian. Aklimatisasi merupakan proses yang penting dalam rangkaian aplikasi teknik
kultur jaringan untuk mendukung pengembangan pertanian.
Metode aklimatisasi ini adalah salah satu dari sekian banyak metode yang digunakan
untuk melakukan aklimatisasi terhadap bibit anggrek botol dan disebut dengan metode kering.
Untuk dapat meningkatkan efektivitas metode yang digunakan, maka masalah fisiologis yang
dihadapi oleh tanaman mungkin juga perlu diketahui.
Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki kondisi
lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar didapat
secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa
untuk dapat membuat sendiri bahan organik secara endogenous
Budidaya tanaman memanfaatkan tehnik green house telah tidak sedikit dikenal di negeri kita,
tetapi budidaya tanaman memanfaatkan tehnik terowongan plastik (hunian plastik/sungkup) ini
belum umum dikembangkan. Perbedaan plastik uv green house dengan plastik sungkup antara
lain:
Plastik UV lebih tebal dan kuat, bisa digunakan pada area yang luas seperti green house.
Plastik sungkup, lebih tipis, mudah sobek, jadi hanya cocok untuk area yang tidak luas, seperti
menutupi area tanah bedengan.
Plastik UV memiliki kandungan zat kimia tertentu (misal 6% dan 14%), sementara plastik
sungkup tidak.
Plastik UV greenhouse ketebalan plastik kebanyakan kira kira 0,20 micron, sedangkan terhadap
plastik sungkup ketebalan plastik hanya 0,06 mikron.
Sekarang di Indonesia pemakaian sungkup plastik (terowongan) ini masihlah terbatas terhadap
budidaya pembenihan, pengembangbiakan bibit tanaman (vegetatif ataupun generatif). diluar
negara seperti di Mesir metode sungkup (terowongan) ini telah dikembangkan dengan cara luas
buat budidaya tanaman berusia pendek, seperti mentimun, tomat, sayuran, dll.
Kami sediakan plastik sungkup, atau plastik bening untuk bedengan kepada pembibitan tanaman.
Saat ini untuk plastik sungkup tidak ready stock, cuma melayani pesanan. Proses pengerjakan
(produksi) lebih kurang 2 pekan.
Berikut ini gambaran untuk ukuran sungkup plastik :
lebar 120cm/240cm, maksudnya lebar disaat belum dibelah (terlipat) 120cm, ketika telah
dibelah (di buka) 240cm
ketelaban 0,06 mikron (minimal 0,04 mikron)
panjang per roll 25 meter
berat per roll lebih kurang 3,5 kg.
Perlu juga diketahui lastik sungkup berbeda plastik cor, perbedaannya antara lain :
plastik sungkup lebih bening, sementara plastik cor agak buram (agak kecoklatan).
bahan yg digunakan utk pelaksanaan sungkup plastik yaitu biji plastik murni (asli), sedangkan
terhadap plastik cor dibuat dari bahan campuran.
Fungsi & Manfaat Sungkup Plastik
Berikut ini sekian banyak fungsi/manfaat plastik sungkup, antara lain :
Pemakaian sungkup plastik ini dapat menurunkan suhu & meningkatkan kelembaban udara.
Plastik sungkup mampu menyebabkan kadar lengas tanah lebih awet maka ketersediaan air
bagi tanaman lebih maksimal, sehingga pertumbuhan tanaman bisa lebih baik.
Sanggup menghalangi hewan/serangga pengganggu tanaman.
https://www.scribd.com/doc/52064826/Agroklim-4-Suhu
KEBANYAKAN ORGANISME HIDUP DI SUHULINGKUNGAN 10-35
CHANYA BAKTERI TERTENTU DAPAT BERTAHANHINGGA SUHU >90C DAN GANGGANG HIJAUBIRU> 70C
DIVERSITAS DANDISTRIBUSIORGANISME MAKINRENDAH DILINGKUNGAN SUHUMAKIN RENDAH
SUHUTUBUHORGANISMERELATIFKONSTAN DAN
TIDAKMUDAHTERPENGARUHOLEHSUHULINGKUNGANKARENAKANDUNGANAIR(AIR
SEBAGAIPENJAGASUHU)
KECUALIBILASUHUDALA
M
KEA
D
AA
N
EK
S
T
RE
M
L
A
J
U
P
R
O
S
E
S
M
E
T
A
BOL
IS
M
E
T
U
R
U
NB
I
L
A
SUHU
D
I
B
A
W
A
H
A
T
A
U
D
I
A
T
A
S
SUHU
OPT
I
M
U
MB
A
T
A
S
SUHU
T
U
B
UH
P
A
L
I
NG
RE
ND
A
H
V
AR
I
A
T
IF
P
A
D
A
B
ER
B
A
G
A
I
J
E
N
IS
T
U
MB
UH
A
NB
A
T
A
S
SUHU
T
U
B
UH
P
A
L
I
NG T
I
NGG
I
40 - 45C
S
E
J
U
ML
A
H
P
A
N
A
S
Y
A
NG D
I
P
ER
L
U
KA
N
SU
A
T
U
J
E
N
IS
T
A
N
A
M
A
N
U
NT
U
K
M
E
NY
E
L
E
S
A
I
KA
ND
A
U
R
HI
D
U
P (D
IS
E
B
U
TJ
U
G
A
HEATUNITS,HEATSUMS,
A
T
A
U
THERMAL UNITS
)CONTO
H
:
U
NT
U
K
J
A
G
U
NG: 3000
Cd
T
0
:
SUHU
L
I
NG
K
U
NG
A
NP
A
L
I
NG
RE
ND
A
H
M
E
NG
AK
I
B
A
T
KA
NT
U
MB
UH
A
NM
E
NG
H
E
NT
I
KA
N
AK
T
I
V
I
T
A
S
(
RERA
T
A
8
C)
L
A
J
U
RE
S
P
I
RA
SI
M
AK
SI
M
U
M
S
AA
T
SUHU
M
E
NC
A
P
A
I
40
C,
S
AA
T
I
T
U
L
A
J
U
F
OTO
SI
NT
E
SIS
= 0 (M
AK
S
P
A
D
A
SUHU
20
C)
RE
S
PON T
ER
H
A
D
A
P
SUHU
RE
ND
A
H
(< 0C)
D
A
U
NL
E
B
IH
S
E
MP
I
T, B
U
A
H
L
E
B
IH
KE
C
I
L, C
A
B
A
NG T
ER
SI
ER
M
E
N
I
NG
KA
T, L
A
J
U
T
RA
N
S
LO
KA
SI
D
A
N
RE
S
P
I
RA
SI
T
U
R
U
N,P
E
MB
E
NT
U
KA
NB
U
NG
A
D
A
NB
U
A
H
D
I
RA
NG
S
A
NG
KER
US
AKA
NT
A
N
A
M
A
N
AK
I
B
A
T
SUHU
RE
ND
A
H
akibat dari suhu lingkungan turun atau tanaman berasaldari suhu lebih tinggiT
ER
G
A
NT
U
NGD
ERA
J
A
TD
A
NL
A
M
A
SUHU
B
ER
L
A
NG
SU
NG,
K
OND
ISI
FISI
OLOG
I
S
E
B
E
L
U
MNY
A
,D
A
ND
A
Y
A
A
D
A
PT
A
SI