Pengolahan Media Tanam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 53

Pengolahan Media Tanam

1.

Syarat Pertumbuhan

Pembibitan

Pengolahan Media Tanam

Teknik Penanaman

Pemeliharaan Tanaman

Hama dan Penyakit

Panen dan Pasca Panen

Persiapan

Lahan dibersihkan dari rumput, semak dan kotoran lain kemudian dicangkul/dibajak dan
digemburkan.
2.

Pembentukan Bedengan

Bentukbedengan berukuran lebar 200-250, tinggi 20-30 cm, panjang secukupnya, jarak
antar bedengan 60 cm.
3.

Buat lubang ukuran 50 x 50 x 40 cm di atas bedengan, dengan jarak tanam 2 x 2,5 m


Pengapuran

Apabila tanah yang akan ditanami papaya bersifat asam (pH kurang dari 5), setelah diberi pupuk
yang matang, perlu ditambah 1 kg Dolomit dan biarkan 1-2 minggu.
4.

Pemupukan

Sebelum diberi pupuk, tanah yang akan ditanami pepaya harus dikeringkan satu minggu, setelah
itu ditutup dengan tanah campuran 3 blek pupuk kandang yang telah matang.

Syarat pertumbuhan

Tanaman dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi 700-1000 mdpl. Curah
hujan 1000-2000 mm/tahun, suhu udara optimum 22-26 derajat C dan kelembaban
udara sekitar 40% dan angin yang tidak terlalu kencang sangat baik untuk
penyerbukan. Tanah subur, gembur, mengandung humus dan harus banyak
menahan air, pH tanah yang netral adalah netral dengan pH 6-7.

Pembibitan

1.

Persyaratan Bibit/Benih

Biji-biji yang digunakan sebagai bibit diambil dari buah-buah yang telah masak benar dan
berasal dari pohon pilihan. Buah pilihan tersebut di belah dua untuk diambil biji-bijinya. Biji
yang dikeluarkan kemudian dicuci bersih hingga kulit yang menyelubungi biji terbuang lalu
dikeringkan ditempat yang teduh.
Biji yang segar digunakan sebagai bibit. Bibit jangan diambil dari buah yang sudah terlalu
masak/tua dan jangan dari pohon yang sudah tua.
2.

Penyiapan Benih

Kebutuhan benih perhektar 60 gram ( 2000 tanaman). Benih direndam dalam larutan POC
NASA 2cc/liter selama 1 / 2 jam, ditiriskan dan ditebari Natural GLIO kemudian disemai dalam
polybag ukuran 20 x 15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2 ember tanah yang
diayak ditambah 1 ember pupuk kandang yang sudah matang dan diayak ditambah 50 gram TSP
dihaluskan ditambah 30 gram Natural GLIO.
3. Teknik Penyemaian Benih
Benih dimasukkan pada kedalaman 1 cm kemudian tutup dengan tanah. Disiram setiap
hari. Benih berkecambah setelah 12-15 hari. Pada saat ketinggiannya 15-20 cm atau 45-60 hari
bibit siap disiram.
Biji-biji tersebut bias langsung ditanam/disemai lebih dahulu. Penyemaian dilakukan 2
atau 3 bulan sebelum bibit persemaian itu dipindahkan ke kebun.
4.

Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Pada persemaian biji-biji ditaburkan dalam larikan, Biji tidak boleh dibenamkan dalam-dalam,
cukup sedalam biji yakni 1 cm dengan yang baik, biji-biji akan tumbuh sesudah 3 minggu
ditanam. Semprotkan POC NASA seminggu sekali dosis 2 tutup/tangki
5.

Pemindahan Bibit

Bibit-bibit yang sudah dewasa, sekitar umur 2-3 bulan dapat dipindahkan pada permulaan musim
hujan.

Teknik Penanaman

1.

Syarat Pertumbuhan

Pembibitan

Pengolahan Media Tanam

Teknik Penanaman

Pemeliharaan Tanaman

Hama dan Penyakit

Panen dan Pasca Panen

Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digalu secara berbaris. Biarkan lubanglubang kosong agar memperoleh cukup sinar matahari.
Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri dengan pupuk kandang
2-3 blek. Jika pupuk kandang tidak tersedia dapat dipakai SUPERNASA dengan cara disiramkan
ke lubang tanam dosis 1 sendok makan/10 lt air sebelum tanam. Lubang-lubang yang ditutupi
gundukan tanah yang cembung dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu baru
lubang-lubang siap ditanami. Lubang-lubang tersebut di atas dibuat 1-2 bulan penanaman.
Apabila biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang-lubang pertanaman harus digali terlebih
dahulu. Lubang-lubang pertanaman untuk biji-biji harus selesai 5 bulan sebelum musim hujan.

2.

Cara Penanaman

Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa bulan kemudian akan dapat dilihat
tanaman yang jantan dan betina atau berkelamin dua.

Pemeliharaan Tanaman

1.

Syarat Pertumbuhan

Pembibitan

Pengolahan Media Tanam

Teknik Penanaman

Pemeliharaan Tanaman

Hama dan Penyakit

Panen dan Pasca Panen

Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperolah tanaman betina disamping beberapa batang
pohon jantan. Hal ini dilakukan pada waktu tanaman mulai berbunga.
2.

Penyiangan

Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan penyiangan
(pembuangan rumput). Kapan dan berapa kali kebun tersebut harus disiangin tak dapat
dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.
3.

Pembubunan

Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan pendangiran tanah.
Kapan dan berapa kali kebun tersebut harus didangiri tak dapat dipastikan dengan tegas,
tergantung dari keadaan.

4.

Pemupukan

Pohon pepaya memerlukan pupuk yang banyak, khususnya pupuk organik, memberikan zat-zat
makanan yang diperlukan dan dapat menjaga kelembaban tanah.
Cara pemberian pupuk:
Tiap minggu setelah tanam beri pupuk kimia, 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50 gram TSP
dan 25 gram KCl, dicampur dan ditanam melingkar.
Satu bulan kemudian lakukan pemupukan kedua dengan komposisi 75 gram ZA, 35 gram
Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl.
Saat umur 3-5 bulan, lakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75 gram ZA, 50 gram
Urea. 75 gram TSP, 50 gram KCl.
Umur 6 bulan dan seterusnya setiap 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100 gram ZA, 60
gram Urea, 75 gram TSP, dan 75 gram KCl.
5.

Pengairan dan Penyiraman

Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan air yang tergenang. Maka pengairan
dan pembuangan air harus diatur dengan seksama. Apalagi di daerah yang banyak turun hujan
dan bertanah liat, maka harus dibuatkan parit-parit. Pada musim kemarau, tanaman pepaya harus
sering disirami.

Hama dan Penyakit

Syarat Pertumbuhan

Pembibitan

Pengolahan Media Tanam

Teknik Penanaman

Pemeliharaan Tanaman

Hama dan Penyakit

Panen dan Pasca Panen

Kutu tanaman (Aphid sp., Tungau). Badan halus panjang 2-3 mm berwarna hijau, kuning atau
hitam. Memiliki sepasang tonjolan tabung pada bagian belakang perut, bersungut dan kaki
panjang. Kutu dewasa ada yang bersayap dan tidak. Merusak tanaman dengan cara menghisap
cairan dengan pencucuk penghisap yang panjang di bagian mulut. Pengendalian: semprot dengan
Natural BVR atau PESTONA secara bergantian.
Penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya adalah penyakit yang disebabkan oleh
jamur, virus mosaic, rebah semai, busuk buah, leher akar, pangkal batang dan nematoda.
Penyakit mati bujang disebabkan oleh jamur Phytophthora parasitica, P. palmivora dan Pythium
aphanidermatum menyerang buah pepaya. Cara pencegahan: perawatan kebun yang baik,
menjaga kebersihan, dan drainase serta sebarkan Natural GLIO ke lubang tanam, sedangkan
penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Meoidogyne incognita.
Nematoda, apabila lahantelah ditanami pepaya, disarankan agar tidak menanam pepaya
kemabli, untuk mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yang terinfeksi oleh
nematoda menyebabkan daun menguning, layu dan mati. Pengendalian: Siramkan PESTONA
ke lubang tanam.

Panen dan Pasca Panen

1.

Syarat Pertumbuhan

Pembibitan

Pengolahan Media Tanam

Teknik Penanaman

Pemeliharaan Tanaman

Hama dan Penyakit

Panen dan Pasca Panen

Ciri dan Umur Panen

Tanaman pepaya dapat dipanen setelah berumur 9-12 bulan. Buah pepaya dipetik harus pada
waktu buah itu memberikan tanda-tanda kematangan: warna kulit buah mulai menguning. Tetapi
masih banyak petani yang memetiknya pada waktu buah belum terlalu matang
2.

Cara Panen

Panen dilakukan dengan berbagai macam cara, pada umumnya panen/pemetikan dilakukan
dengan menggunakan songgo (berupa bamboo yang ujungnya berbentuk setengah kerucut
yang berguna untuk menjaga agar buah tersebut tidak jatuh pada saat dipetik)
3.

Periode Panen

Panen dilakukan 10 hari sekali.


http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1125

AGRICULTURE
Wadah Inspirasi dan Komunikasi Bagi Sekelompok Orang yang Memiliki Minat di Bidang
Pertanian. Jikalau Kurang Berkenan Dengan Artikel Yang Saya Posting, Saya Menghaturkan
Maaf Sebesar - Besarnya.

Minggu, 05 Agustus 2012


PENGGUNAAN MULSA UNTUK MENEKAN DAMPAK NEGATIF
CEKAMAN KEKERINGAN PADA TANAMAN
PENGGUNAAN MULSA UNTUK MENEKAN DAMPAK NEGATIF CEKAMAN
KEKERINGAN PADA TANAMAN
I. PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk mengatasi kekeringan adalah dengan cara pemberian mulsa. Mulsa
merupakan material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban

tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut
tumbuh dengan baik dan optimal. Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini
air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke
tanah. Akibatnya lahan yang ditanami tidak akan kekurangan air karena penguapan air ke udara
hanya terjadi melalui proses transpirasi (Lesmana, 2010)
Disamping itu mulsa dapat berperan mengubah keadaan iklim mikro yang dapat
mempengaruhi sifat tanah, menguntungkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan peningkatan
hasil tanaman. (Soewardjo, 1981). Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan
asalnya yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang
mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman (jerami). Keuntungan mulsa organik adalah lebih
ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah bahan organik
dalam tanah, sedangkan mulsa anorganik terbuat dari bahan sintesis yang tidak dapat terurai
(mulsa plastik). Mulsa plastik harganya mahal terutama mulsa plastik hitam perak, namun dapat
digunakan lebih dari satu kali musim tanam (Kadarso, 2008). Jenis mulsa yang berbeda
memberikan pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu, kelembaban, dan kandungan air
tanah.
II. PENGGUNAAN MULSA UNTUK MENEKAN DAMPAK NEGATIF CEKAMAN
KEKERINGAN PADA TANAMAN
Salah satu modifikasi lingkungan perakaran tanaman antara lain dapat dilakukan dengan
penggunaan mulsa. Mulsa menimbulkan berbagai keuntungan, baik dari aspek fisik maupun
kimia tanah. Secara fisik mulsa mampu menjaga suhu tanah lebih stabil dan mampu
mempertahankan kelembaban di sekitar perakaran tanaman. Penggunaan mulsa akan
mempengaruhi suhu tanah. Penggunaan mulsa akan mencegah radiasi langsung matahari (Doring
et al., 2006; Bareisis dan Viselga, 2002). Suhu tanah maksimum di bawah mulsa jerami pada
kedalaman 5 cm 10C lebih rendah dari pada tanpa mulsa, sedangkan suhu minimum 1.9C lebih
tinggi (Midmore, 1983 dan Mahmood et al., 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Hamdani, (2009), pengaruh jenis mulsa terhadap suhu tanah
dan kelembaban tanah menunjukkan bahwa perbedaan suhu tanah antara perlakuan tanpa mulsa
dan mulsa jerami pada pagi hari tidak berbeda, tetapi mulsa plastik hitam perak menunjukkan
suhu tanah yang lebih tinggi, sedangkan pada sore hari mulsa jerami menunjukkan suhu yang
lebih rendah dibandingkan dengan suhu tanah tanpa mulsa dan mulsa plastik hitam perak.
Penggunaan mulsa jerami mengakibatkan penurunan suhu tanah siang hari pada kedalaman 5 cm
sebesar 60C lebih rendah dibandingkan tanpa mulsa, sedangkan pada mulsa plastik hitam perak
sebesar 30C (Tabel 1).

Tabel 1. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Rata-Rata Suhu Tanah dan Kelembaban Tanah Umur 4 MST
Sampai 10 MST
No

Perlakuan

Pagi
Siang
Sore
0
......... Suhu tanah ( C) .........
1 Tanpa Mulsa
22,3
31,5
29,2
2 Mulsa Jerami
22,5
25,5
24,8
3 Mulsa Plastik Hitam Perak
25,4
28,5
29,1
......... Kelembaban tanah (%) .........
4 Tanpa Mulsa
59,1
47,0
53,0
5 Mulsa Jerami
63,7
59,6
62,7
6 Mulsa Plastik Hitam Perak
65,5
62,2
63,0
Keterangan : Pagi : Pukul 700 - 800, Siang : Pukul 1300 - 1400, Sore : Pukul 1600 - 1700. Sumber : Hamdani, (2009).
Menurut Mahmood et al., (2002) penurunan suhu tanah oleh mulsa disebabkan karena
penggunaan mulsa dapat mengurangi radiasi yang diterima dan diserap oleh tanah sehingga
dapat menurunkan suhu tanah pada siang hari. Herlina dan Sulistyono, (1990) menyatakan,
dengan menurunkan suhu udara dan tanah dapat menekan kehilangan air dari permukaan tanah.
sehingga mengurangi adanya cekaman kekeringan. Menurut Timlin et al., (2006) suhu tanah
yang rendah dapat mengurangi laju respirasi akar sehingga asimilat yang dapat disumbangkan
untuk penimbunan cadangan bahan makanan menjadi lebih banyak dibanding pada perlakuan
tanpa mulsa. Pada suhu tanah 30 C aktifitas beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme
pati tertekan, sehingga terjadi penurunan kadar pati pada umbi (Krauss dan Marschsur, 1984).
Penggunaan jerami padi sebagai mulsa pada budidaya tanaman kedelai setelah padi
sawah sudah biasa dilakukan oleh petani. Hasil penelitian manfaat penggunaan mulsa pada
kedelai menunjukkan adanya kenaikan hasil biji sebesar 30% apabila tanah tidak diolah dan
diberi mulsa (Yuliani, 2009) (Tabel 2). Hal ini menurut Herlina dan Sulistyono (1990) mulsa
jerami mampu menekan evapotranspirasi, menurunkan suhu udara dan tanah sehingga menekan
kehilangan air dari permukaan tanah. sehingga mengurangi adanya cekaman kekeringan.
Mulsa jerami mempunyai daya pantul lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa plastik
(Doring et al., 2006). Menurut Mahmood et al., (2002) mulsa jerami atau mulsa yang berasal
dari sisa tanaman lainnya mempunyai konduktivitas panas rendah sehingga panas yang sampai
ke permukaan tanah akan lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa mulsa atau mulsa dengan
konduktivitas panas yang tinggi seperti plastik.
Tabel 2. Pengaruh Mulsa Jerami Padi (5 t/ha) Terhadap Hasil Kedelai di Lahan Sawah
No

Perlakuan

Hasil Biji (t/ha)

1
Tanpa Mulsa
2
Tanpa Mulsa, Tanpa Olah Tanah
3
Dengan Mulsa, Tanpa Olah Tanah
4
Tanpa Mulsa, Tanah Diolah Satu kali
5
Dengan Mulsa, Tanah diolah Satu Kali
Sumber : Yuliani, (2009).

0.95
1,32
1,89
1,64
1,97

Tabel 3. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Rata-Rata Jumlah dan Berat Cabai Merah Segar per Tanaman
Varietas Red Charm
No
Perlakuan
1 Tanpa Mulsa
2 Jerami
3 Plastik Transparan
4 Plastik Hitam
5 Plastik Hitam Perak
Sumber : Kadarso, (2008).

Jumlah (bh/tan)
106,22 d
143,87 c
195,14 b
176,93 b
226,99 a

Berat (g/tan)
743,45 d
973,65 c
1362,76 b
1258,74 b
1570,88 a

Hasil penelitian Kadarso, (2008), menunjukkan bahwa hasil jumlah cabai merah segar
pertanaman pada penggunaan mulsa plastik hitam perak memberikan hasil tertinggi (226,99 bh),
disusul dengan penggunaan mulsa plastik transparan (195,14 bh), penggunaan mulsa plastik
hitam (176,93 bh), kemudian penggunaan mulsa jerami (143,87 bh), dan tanpa penggunaan
mulsa (106,22 bh). Sedangkan pada berat cabai merah segar pertanaman tertinggi juga terdapat
pada penggunaan mulsa plastik hitam perak (1570,88 g), disusul penggunaan mulsa plastik
transparan (1362,76 g), penggunaan mulsa plastik hitam (1258,74 g), kemudian penggunaan
mulsa jerami (973,65 g), dan tanpa penggunaan mulsa (743,45 g) (Tabel 3).
Hal ini diduga karena manfaat penggunaan mulsa plastik menjaga kelembaban dalam
tanah sehingga fluktuasi suhu permukaan dapat dihindari, mencegah pencucian unsur hara oleh
air hujan dan mencegah penguapan unsur hara terutama nitrogen. penggunaan mulsa plastik juga
dapat mempertahankan lengas tanah lebih baik dibandingkan mulsa jerami dan tanpa mulsa.
Kecepatan hilangnya uap air atau uap air melalui mulsa biasanya sangat lambat dibandingkan
kecepatan hilangnya air dari permukaan tanah. Hilangnya air yang disebabkan oleh evaporasi
dari tanah yang diberi mulsa harus diubah dari bentuk cair ke uap air di permukaan tanah. Uap
air ini kemudian harus menyebar melalui mulsa tebal yang dengan nyata menurunkan kecepatan
hilangnya air dibanding permukaan tanah yang terbuka, mulsa menurunkan jumlah radiasi sinar
langsung ke permukaan tanah, sehingga mengurangi jumlah energi yang tersedia untuk
mengubah air dari cairan ke uap air dan mulsa berperan sebagai isolasi penurunan konduksi
panas ke tanah (Kadarso, 2008).

III. KESIMPULAN

Penggunaan mulsa jerami mengakibatkan penurunan suhu tanah siang hari pada
kedalaman 5 cm sebesar 60C lebih rendah dibandingkan tanpa mulsa, sedangkan pada mulsa
plastik hitam perak sebesar 30C. Dengan menurunnya suhu udara dan tanah dapat menekan
kehilangan air dari permukaan tanah. sehingga mengurangi adanya cekaman kekeringan.
Penggunaan mulsa pada kedelai menunjukkan adanya kenaikan hasil biji sebesar 30%
apabila tanah tidak diolah dan diberi mulsa. Mulsa jerami mempunyai konduktivitas panas
rendah sehingga panas yang sampai ke permukaan tanah akan lebih sedikit dibandingkan
dengan tanpa mulsa atau mulsa dengan konduktivitas panas yang tinggi seperti plastik.
Hasil jumlah dan berat cabai merah segar pertanaman tertinggi terdapat pada penggunaan
mulsa plastik hitam perak, disusul dengan penggunaan mulsa plastik transparan, penggunaan
mulsa plastik hitam, kemudian penggunaan mulsa jerami, dan tanpa penggunaan mulsa. Hal ini
diduga karena manfaat penggunaan mulsa plastik menjaga kelembaban dalam tanah sehingga
fluktuasi suhu permukaan dapat dihindari, juga dapat mempertahankan lengas tanah lebih baik
dibandingkan mulsa jerami dan tanpa mulsa. Kecepatan hilangnya uap air atau uap air melalui
mulsa biasanya sangat lambat dibandingkan kecepatan hilangnya air dari permukaan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Hamdani, J. S. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kentang
(Solanum tuberosum L.) yang Ditanam di Dataran Medium. Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran.
Bandung.
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/download/1389/487. [Diakses 11 Juli
2012].
Kadarso. 2008. Kajian Penggunaan Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai Merah Varietas Red
Charm.
Fakultas
Pertanian,
Universitas
Janabadra.
Yogyakarta.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10208134139_1411-0172.pdf. [Diakses 09 Juli 2012].
Ramli. 2010. Respon Varietas Kubis (Brassica oleraceae) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Berbagai
Jenis
Mulsa.
Fakultas
Pertanian,
Universitas
Tadulako.
Sulawesi
Tengah.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal /index.php/AGROLAND/article/download/276/232. [Diakses 11
Juli 2012].

Yuliani, F. 2009. Upaya Menekan Kehilangan Hasil Akibat Cekaman Kekeringan Pada Kedelai di Lahan
Sawah. http://jurnal.umk.ac.id/mawas/2009/Juni/ UPAYA%20MENEKAN%20KEHILANGAN
%20HASIL%20AKIBAT%20CEKAMAN.pdf. [Diakses 09 Juli 2012].

PENGARUH JARAK TANAM DAN


KETEBALAN MULSA JERAMI PADI
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN KACANG KEDELAI
EDAMAME (Glycine max L. Merrill)
Gampur, Rolandus Sariata (2016) PENGARUH JARAK TANAM DAN KETEBALAN MULSA
JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG KEDELAI
EDAMAME (Glycine max L. Merrill). Undergraduate thesis, Universitas Warmadewa.
Text
Datar isi.pdf
Download (234kB) | Preview
Text
SKRIPSI ROLANDUS.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (421kB)

Abstract
Penelitian ini yang berjudul Pengaruh Jarak Tanam dan Ketebalan Mulsa Jerami Padi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Kedelai Edamame (Glycine max L. Merrill). Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perlakuan jarak tanam dan ketebalan mulsa jerami
padi serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang kedelai edamame
(Glycine max L. Merrill). Penelitian in dilaksanakan pada lokasi pengembangan dan
pembelajaran hortikultura Dinas Pertanian Kota Denpasar di jalan Matahari Terbit, Desa Sanur
Kaja, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, dengan ketinggian tempat + 10 meter di atas
permukaan laut. Percobaan ini berlangsung dari tanggal 19 mei 2015 sampai dengan 22 Juli
2015. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 2
faktor yang disusun secara faktorial. Faktor pertama jarak tanam yang terdiri dari 3 taraf yaitu 40
cm x 40 cm, 20 cm x 40 cm, 20 cm x 30 cm. Sedangkan faktor kedua adalah penggunaan mulsa
jerami padi yang terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa pemberian mulsa (M0), ketebalan mulsa 6 cm

(M1), ketebalan mulsa 4 cm (M2), ketebalan mulsa 2 cm (M3). Hasil penelitian pengaruh jarak
tanam dan penggunaan mulsa menunjukan interaksi yang tidak nyata terhadap sebagian besar
komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang diamati dalam percobaan ini kecuali
parameter indeks luas daun, jumlah polong berisi per tanaman, berat basah polong berisi per
tanaman, berat basah daun per tanaman dan berat basah batang per tanaman (Tabel 2). Terhadap
parameter hasil yaitu jumlah polong berisi per tanaman didapatkan pengaruh interaksi yang nyata
(P<0,05) dan hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan jarak tanam yang lebih renggang yaitu
jarak tanam 40 cm x 40 cm (J1M0) sebesar 26,833 gram meningkat sebesar 56,03% dari hasil
terendah yang diperoleh pada jarak tanam 20 cm x 30 cm (J3) dan pemberian mulsa jerami (M1)
sebesar 14,000 gram yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 8). Demikian
juga hasil parameter pertumbuhan tanaman diperoleh pada perlakuan jarak tanam dan pemberian
mulsa yang sama. Tingginya komponen hasil seperti jumlah polong berisi per tanaman pada
perlakuan jarak tanam (J1M0) didukung oleh komponen-komponen pertumbuhan seperti (J1M0)
indeks luas daun sebesar 72,72 gram, berat basah daun sebesar 49,000 gram dan berat basah
batang sebesar 46,167 gram. Hal ini sesuai dengan pendapat Moniruzzaman (2006) dan
Pambayon (2008) bahwa pada jarak tanam yang renggang persaingan antar tanaman tidak terjadi
hal ini dapat meningkatkan bobot panen pertanaman.
Home Bioteknologi Kultur Jaringan Tumbuhan

Kultur Jaringan Tumbuhan


Bioteknologi

Kultur dapat didefinisikan sebagai teknik membudidayakan jaringan agar menjadi organisme
yang utuh dan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan merupakan salah
satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan
tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan
tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi in vitro (didalam gelas).

Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang
diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya.
Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya
untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur
jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan
induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat,
kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan
dengan perbanyakan konvensional.
Dasar teknik kultur jaringan adalah bahwa sel tanaman mempunyai sifat totipotensi yaitu
kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium
aseptik yangmengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang sesuai.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1. Pembuatan media.
2. Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
3. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi
juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara
merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus steril.
4. Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang
telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril
dengan suhu kamar.
5. Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar
yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar
serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur.
6. Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup.
Prinsip Dasar Kultur Jaringan

Kultur jaringan mengandung dua prinsip dasar yang jelas, yaitu :


a. Bahan tanam yang totipotensi
Konsep dasar ini mutlak ada dalam pelaksanaan kegiatan kultur jaringan karena hanya dengan
adanya sifat totipotensi ini sel jaringan organ yang digunakan akan mampu tumbuh dan
berkembang sesuai arah dan tujuan budidaya in vitro yang dilakukan. Namun, sifat totipotensi
lebih besar dimilki oleh bagian yang masih muda dan banyak dijumpai pada daerah meristem.
Bahan tanam yang sementara ini digunakan dalam kegiatan kultur jaringan dan sering terbukti
dapat tumbuh dan berkembang adalah:
1. Sel, sel biasanya ditanam dalam bentuk suspensi dengan kepadatan yang telah ditentukan.
2. Protoplast, biasanya juga ditanam dalam bentuk yang telah ditentukan.
3. Jaringan meristem, jaringan yang ditanam biasanya dalam bentuk potongan organ yang
terdapat pada derah-daerah pertumbuhan.
4. Kalus, kalus ditanam dalam bentuk massa sel yang belum terdeferensiasi dan biasanya
ditanam daam media induksi untuk pertumbuhan kalus.
5. Organ, bahan yang paling umum dalam kegiatan kultur jaringan.
b. Budidaya yang terkendali
Sifat bahan yang totipotensi saja tidak cukup untuk kesuksesan kegiatan kultur jaringan. Prinsip
dasar budidaya yang terkendali ini meliputi :
1. Keadaan media tempat tumbuh
2. Lingkungan yang mempengaruhi
3. Keharusan sterilisasi
Teknik kuljar secara in vitro, beberapa syarat sesuai dengan prinsip dasar kuljar yang harus
diketahui antara lain :

Memilih eksplan yang baik

Untuk mendapatkan eksplan yang baik dan mudah tumbuh, dipilih bagian organ yang
masih bersifat meristematik

Penggunaan medium yang cocok. Media yang biasa digunakan untuk pembuatan kuljar
murni adalah PDA.

Keadaan yang aseptik. Keadaan yang aseptik ini meliputi sterilisasi eksplan, media, alatalat, ruang steril dan ruang kultur (entkas / tempat khusus untuk menanam eksplan ke
dalam medium).

Pengaturan udara yang baik

Salah satu teknik konservasi tanah yang mudah diterapkan adalah penggunaan sisa
tanaman sebagai mulsa, karena mulsa dapat diperoleh dari sisa-sisa hasil tanaman
pertanian seperti sisa pemanenan tanaman padi atau jagung. Mulsa secara
langsung melindungi permukaan tanah dari pukulan butir hujan, sehingga
mengurangi energi pukulan hujan, volume, kecepatan aliran permukaan,
meningkatkan aktivitas fauna tanah, dan meningkatkan pembentukan agregat
tanah. Keunggulan lain dari mulsa antara lain dapat mempertahankan atau
memperbaiki sifat fisik tanah, memperkecil proses dispersi, meningkatkan stabilitas
agregat tanah, dan memperbaiki struktur tanah dan pada gilirannya dapat
mempercepat laju infiltrasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh
pemakaian mulsa jerami padi terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti bobot isi, kadar
air pada berbagai nilai pF, porositas tanah, dan laju infiltrasi tanah, serta terhadap
produksi tanaman kacang tanah. Penelitian terdiri dari 4 perlakuan yang diacak
secara lengkap dan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 12 satuan
percobaan. Mulsa jerami dibagi dalam 4 taraf dosis, yaitu M0 (tanpa mulsa), M1
(0,92 ton jerami/ha), M2 (1,84 ton jerami/ha), dan M3 (2,76 ton jerami/ha). Tanaman
yang ditanam sebagai tanaman indikator adalah kacang tanah (Arachis hypogaea
L.) varietas Gajah. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 40 cm, dan jumlah
benih tiap lubang tanam adalah satu butir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian mulsa sampai 2,76 ton/ha tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
sifat fisik tanah terutama bobot isi dan ruang pori total. Namun laju infiltrasi
minimum tanah meningkat dengan pemberian mulsa minimal 2,76 ton/ha.
Pemberian mulsa sampai 2,76 ton/ha belum berpengaruh pada peningkatkan
produksi. Namun, ada kecenderungan peningkatan pertumbuhan dan produksi
dengan meningkatnya penggunaan mulsa.

Jerami Sebagai Pengganti Mulsa Plastik


Posted on July 30, 2015 by azzamy
Fungsi dan Manfaat Jerami
Artikel Penggunaan mulsa plastik dalam budidaya tanaman holtikultura sepertinya adalah
sesuatu yang mutlak dilakukan. Banyak sekali manfaat yang didapatkan oleh petani, diantaranya
adalah meringankan pekerjaan petani dalam membersihkan gulma. Akan tetapi harga mulsa
plastik yang terus meningkat dan tidak diimbangi dengan harga jual hasil panen terkadang
mengakibatkan kerugian. Hingga akhirnya banyak yang gulung tikar dan alih profesi. Padahal
jika kita jeli, kita bisa memanfaatkan potensi yang ada sebagai pengganti mulsa. Jerami padi
misalnya, kita bisa memanfaatkan jerami sebagai pengganti mulsa plastik.

Memanfaatkan Jerami Sebagai Pengganti Mulsa


Daripada membakar jerami, kita bisa menggunakan jerami untuk menutupi permukaan bedengan
sebagai pengganti mulsa plastik. Menggunakan jerami tentu lebih hemat biaya, bahkan gratis.
Yang dibutuhkan hanya kemauan, waktu dan tenaga. Selain hemat biaya, penggunaan jerami
juga memiliki keunggulan daripada menggunakan mulsa plastik. Jerami dapat menghambat
tumbuhnya gulma sekaligus menyuburkan tanaman. Jerami lama kelamaan akan lapuk dan
terurai menjadi pupuk organik. Kandungan hara pada jerami sangat baik bagi tanaman.
Pelapukan yang berlangsung secara perlahan diserap tanaman sedikit demi sedikit dan
berlangsung lama. Sehingga tanaman mendapatkan asupan nutrisi secara terus menerus.

Menggunakan Jerami Sebagai Penutup Bedengan


Lalu bagaimana dengan kemungkinan tumbuh dan berkembangnya cendawan patogen?
Jerami merupakan salah satu tempat favorit bagi pertumbuhan cendawan patogen. Beberapa jenis
cendawan patogen seperti Fusarium oxisporum sering ditemukan pada sisa-sisa pelapukan
jerami. Cendawan tersebut sangat tidak baik bagi tanaman. Cendawan Fusarium oxisporum
menyebabkan tanaman layu dan mati, yang dikenal dengan layu fusarium. Untuk mencegahnya
bisa dilakukan dengan aplikasi trichoderma, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1). Letakkan jerami secara merata pada permukaan bedengan,
2). Sebaiknya gunakan jerami yang masih baru agar tahan lebih lama,
3). Menjelang penanaman, semprotkan Trichoderma secara merata pada jerami,

4). Agar lebih aman dari cendawan patogen, semprotkan Trichoderma seminggu sekali,
5). Pemberian jerami jangan terlalu dekat dengan batang tanaman, minimal 10 cm.
Baca juga Cara Mudah Membuat Kompos Jerami
Keuntungan Menggunakan Mulsa Jerami
1. Tanaman lebih subur
2. Murah dan hemat biaya
3. Tanah selalu lembab
4. Menghambat tumbuhnya rumput
Jerami mengandung unsur hara Si 4-7%, K2O 1,2-1,7%, P2O5 0,07-0,12% dan N 0,5-0,8% yang
sangat dibutuhkan tanaman. Penggunaan mulsa jerami merupakan langkah yang baik dalam
memanfaatkan jerami. Jerami bisa juga ditaburkan langsung pada lahan sawah atau dikomposkan
terlebih dahulu.

SIRAMAN AIR DINGIN PADA MEDIA MENINGKATKAN PERTUMBUHAN

Posted by Muhammad Hatta in Budidaya, Teknologi. Tagged: air dingin, daun, media, suhu.
Tinggalkan komentar
PENDAHULUAN
Suhu tanah dan suhu udara tempat tanaman tumbuh akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman, termasuk juga bibit cabai. Pengaruhnya beragam. Suhu udara yang terlalu rendah
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Sebaliknya, suhu yang tinggi yang disertai
pengairan kurang akan menghambat suplai unsur hara dan menyebabkan transpirasi tinggi.
Menurut Prajnanta (1998) suhu tinggi juga akan merangsang perkembangbiakan hama seperti
ulat, thrips, dan aphids. Suhu tinggi yang disertai daya kelembaban yang tinggi akan
meningkatkan intensitas serangan bakteri Pseudomonas solanacearum penyebab layu akar serta
merangsang perkembangbiakan cendawan dan bakteri. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan
tanaman cabai adalah 24-28C.
Perubahan suhu beberapa derajat saja dapat menyebabkan perubahan yang nyata dalam laju
pertumbuhan tanaman. Setiap spesies dan varietas tanaman masing-masing mempunyai suhu
kardinal yaitu suhu minimum, optimum dan maksimum. Laju pertumbuhan tanaman akan sangat
rendah apabila tanaman dikondisikan di bawah suhu minimum dan di atas suhu maksimum,

sedangkan pada kisaran suhu optimum akan diperoleh laju pertumbuhan tanaman yang lebih
tinggi (Salisbury dan Ross, 1995).
Suhu banyak mempengaruhi metabolisme tanaman seperti fotosintesis, respirasi, dan
fotorespirasi. Peningkatan suhu sampai pada tingkat tertentu akan meningkatkan laju fotosintesis.
Namun, peningkatan ini akan segera menurun pada suhu yang sangat tinggi (Gardner et al.,
1985). Demikian pula halnya suhu terhadap respirasi.
Laju respirasi meningkat dengan meningkatnya suhu. Namun, apabila dikondisikan di atas suhu
maksimum laju respirasi akan mulai menurun. Hal ini disebabkan sebagian enzim-enzim yang
berperan akan mulai mengalami denaturasi (Lakitan, 1991). Saitoh et al. (1998) melaporkan
bahwa pada tanamam padi, semakin tinggi suhu atmosfir maka semakin tinggi laju respirasi daun
dan cabang. Karena hasil bersih fotosintesis merupakan selisih dari aktifitas laju fotosintesis dan
respirasi maka suhu secara tidak langsung juga akan menentukan hasil bersih fotosintesis.
Gardner et al. (1985) menyatakan juga bahwa suhu yang tinggi akan meningkatkan laju
fotorespirasi, yang berarti menurunkan hasil bersih fotosintesis.
Tanaman cabai menghendaki suhu tertentu. Suhu untuk perkecambahan benih paling baik antara
25-30C. Laju perkecambahan rendah pada suhu yang rendah dan meningkat secara gradual
dengan meningkatnya suhu menyerupai kurva reaksi kimia. Suhu untuk pembibitan berada
sedikit di bawah suhu perkecambahan. Tanaman di pembibitan membutuhkan suhu yang agak
rendah akan tetapi membutuhkan pencahayaan yang terang (Hartmann et al., 1990).
Dari beberapa penelitian tentang suhu ternyata belum terlihat secara jelas bagaimana perbedaan
antara pengaruh suhu tanah dengan suhu atmosfir terhadap pertumbuhan tanaman. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu air penyiraman yang diberikan pada media dan pada
daun terhadap pertumbuhan bibit cabai.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pemberian air dingin (12C) memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan bibit cabai, yaitu terhadap tinggi bibit, diameter batang, luas daun, berat
basah bibit, berat basah akar, berat kering bibit, dan berat kering akar. Perlu diketahui bahwa
pengaruhnya bisa positif tapi bisa juga negatif. Makanya harus hati-hati.
Secara umum bisa kami katakan bahwa pemberian atau penyemproan air dingin, yaitu air dengan
suhu sekitar 12C pada daun akan sangat menghambat pertumbuhan bibit. Air dingin yang
bersuhu 12 C terlihat mengganggu morfologi daun. Selain berukuran sempit, daun juga terlihat
mengkerut. Gangguan morfologi ini bermuara pada tertekannya pertumbuhan perakaran bibit.
Menurut Lakitan (1991) daun merupakan bagian tanaman yang sangat mempengaruhi proses
metabolisme, seperti fotosintesis, hidrolisis air, fiksasi, reduksi CO2 dan respirasi. Hampir semua
proses-peoses tersebut terjadi di dalamnya.
Sebaliknya, penyiraman air dingin pada media tanam akan memberikan pertumbuhan yang baik.
Menurut Lakitan (1991), proses-proses fisik dan kimiawi dikendalikan oleh suhu, dan kemudian
proses-proses ini mengendalikan reaksi biologi yang berlangsung dalam tanaman. Selain itu,
suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Apabila suhu turun, viskositas
air naik, begitu juga untuk gas-gas energi kinetik dari karbodioksida, oksigen dan zat lain

berubah sesuai perubahan suhu. Dalam air dingin kelarutan karbodioksida dua dua kali lipat dari
kelarutannya dalam air panas. Suhu media yang rendah kemungkinan juga menyebabkan
aktivitas mikrobia di dalam media relatif lebih lambat sehingga status nutrisi dan bahan organik
berada dalam keadaan lebih stabil. Kondisi yang lebih stabil ini tentu menguntungkan bagi
pertumbuhan bibit.

Mulsa
https://id.wikipedia.org/wiki/Mulsa
januari 2016
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Daun pinus yang rontok dapat digunakan sebagai mulsa

Mulsa yang sudah tua akan secara alami menjadi kompos

Serpihan kayu sebagai mulsa

Mulsa dari serpihan batu

Mulsa anorganik dari bahan plastik yang digunakan pada kebun cabe di Sukabumi,
Jawa Barat

Mulsa karet, yang bisa didapatkan dari bahan limbah seperti ban

Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga
kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman
tumbuh dengan baik. Mulsa dapat bersifat permanen seperti serpihan kayu, atau sementara
seperti mulsa plastik. Mulsa dapat diaplikasikan sebelum penanaman dimulai maupun setelah
tanaman muncu. Mulsa organik akan secara alami menyatu dengan tanah dikarenakan proses
alami yang melibatkan organisme tanah dan pelapukan non-biologis. Mulsa digunakan pada
berbagai aktivitas pertanian, mulai dari pertanian subsisten, berkebun, hingga pertanian industri.
[1]

Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan
anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa
tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit ditanam.
Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat
terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah
alang-alang/ jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan
lainnya.
Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa
anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung. Mulsa anorganik
dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa
anorganik ini harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak yang banyak digunakan dalam
budi daya cabai atau melon.
Daftar isi

1 Bahan
o

1.1 Mulsa organik

2 Penerapan

3 Dekomposisi anaerobik

4 Lihat pula

5 Referensi

6 Pranala luar

Bahan

Pemilihan bahan mulsa yang terbaik bagi pertanaman harus mempertimbangkan banyak faktor,
seperti ketersediaannya, harga, dampaknya bagi tanah, dan penampilannya. Sifat fisik dan
kimiawi yang dipertimbangkan diantaranya laju dekomposisi, reaktivitas terhadap tanah,
porositas, tingkat penyerapan air, dan sebagainya. Beberapa jenis mulsa juga dapat mengandung
benih gulma dan patogen.[2]
Mulsa organik

Mulsa organik akan terurai seiring dengan waktu. Laju penguraian akan sangat bergantung pada
kondisi lingkungan, seperti temperatur, penyinaran matahari, curah hujan, organisme tanah, dan
kelembaban udara. Mulsa yang mengandung terlalu banyak karbon relatif terhadap kandungan
nitrogennya dapat menyebabkan konsentrasi unsur nitrogen di dalam tanah berkurang karena
aktivitas organisme tanah cenderung menghabiskan nitrogen untuk pertumbuhannya.[3][4] Namun
belum diketahui apakah hal ini berdampak negatif bagi tanah atau tidak.[5] Rasio karbon terhadap
nitrogen yang optimal adalah 30-35:1.[6] Mulsa organik yang terlalu rapat porositasnya dapat
menghalangi laju penyerapan air, dan mulsa organik yang terlalu kering dapat menyerap air dari
tanah sehingga membuat zona perakaran kering.
Sebuah percobaan di Institut Pertanian Bogor dengan menggunakan limbah perkebunan kelapa
sawit memperlihatkan bahwa mulsa organik dengan rasio C/N yang tinggi (misal dari limbah
kelapa sawit) tidak baik bagi tanaman cabai. Dan mulsa organik tidak memberikan hasil panen
yang lebih baik secara signifikan dibandingkan tanaman tanpa mulsa. Namun mulsa organik
terbukti menjadikan struktur tanah lebih baik, yang mampu memberikan pengaruh secara jangka
panjang.[7]
Contoh mulsa organik yaitu:
Daun
Dedaunan yang telah rontok dapat digunakan sebagai mulsa. Setelah rontok
dari pohon, dedaunan cenderung mengering dan terdekomposisi menyatu ke
tanah.
Potongan rumput
Potongan rumput dari mesin pemotong rumput dapat dikumpulkan dan
dijadikan mulsa. Potongan rumput berukuran kecil sehingga bersifat padat
dan memiliki porositas yang rendah. Potongan rumput perlu dicampur
dengan bahan lainnya yang lebih renggang sebelum diterapkan menjadi
mulsa. Minimnya kandungan nitrogen pada potongan rumput menyebabkan
konsentrasi nitrogen pada tanah dapat berkurang, sehingga penerapan
potongan rumput perlu dicampur dengan sesuatu yang kaya nitrogen.
Lumut

Lumut, seperti Sphagnum dapat cepat tumbuh, dapat dikemas, dipadatkan,


dikeringkan dan dibasahkan kembali. Tubuh Sphagnum, yang hidup maupun
yang mati, dapat menyerap air hingga 26 kali berat keringnya. [8]
Serpihan kayu
Serpihan kayu merupakan produk samping atau limbah usaha penggergajian
kayu, penebangan kayu, silvikultur, dan arborikultur. Serpihan kayu dapat
digunakan untuk menjaga kelembaban tanah, menjaga temperatur tanah,
dan menekan pertumbuhan gulma. Namun dekomposisi serpihan kayu oleh
bakteri memakan nitrat dari tanah. Mulsa dari serpihan kayu juga dianggap
memiliki nilai seni. Serpihan kayu yang digunakan biasanya didapatkan dari
kulit kayu karena bagian ini adalah yang paling jarang digunakan oleh
industri pulp dan kertas dan penggergajian kayu.
Jerami
Jerami adalah residu tanaman gandum, padi, atau tanaman suku rumputrumputan lainnya, umumnya sebagai produk samping. Memiliki kemampuan
menahan kelembaban tanah dan menekan penyebaran gulma, namun karena
merupakan limbah hasil pertanaman, jerami juga dapat menjadi media
persebaran benih gulma.
Kardus dan keras
Kardus dan kertas terbuat dari bahan dasar yang sama, yaitu pulp dari kayu,
sehingga termasuk bahan organik dan dapat terurai secara alami. Karena
sudah berbentuk lembaran, kardus dan kertas mudah diterapkan di atas
tanah. Kardus dan kertas mampu menyerap air dan menekan pertumbuhan
gulma. Namun karena massa yang ringan dibandingkan dengan luas
permukaannya, kardus dan kertas dapat tertiup oleh angin, sehingga
penerapannya memerlukan komponen kardus yang berat di atas lapisan yang
ringan. Membasahinya dengan air juga dapat meningkatkan berat. [9]
Tandan kosong buah sawit
Proses pengolahan buah sawit menjadi minyak sawit menghasilkan limbah
yang sangat besar. Limbah tersebut berupa tandan kosong dan cangkang
buah sawit. Jika tidak dijadikan bahan bakar, keduanya diberikan kembali
secara langsung ke tanaman sawit sebagai mulsa. Secara perlahan, limbah
sawit tersebut akan terdekomposisi dan menyatu dengan tanah. [7]
Penerapan

Mulsa umumnya diterapkan menjelang musim tanam. Mulsa anorganik, terutama yang mudah
rusak seperti plastik harus diganti setiap musim tanam. Mulsa organik dapat bertahan lama
tergantung laju dekomposisinya, dan dapat diterapkan ulang jika diperlukan. Seiring dengan

perubahan musim, mulsa menjaga temperatur dan kelembaban tanah, serta mencegah cahaya
matahari menyentuh gulma yang baru bertunas.[2]
Efek mulsa pada tanah di iklim sedang amat bergantung pada kapan mulsa diterapkan. Mulsa
umumnya diterapkan di akhir musim semi atau awal musim panas ketika temperatur tanah
sedang meningkat namun kelembaban tanah masih relatif tinggi, sehingga fungsi menjaga
temperatur dan kelembaban tanah lebih optimal.[9] Mulsa juga dapat mengalihkan beberapa jenis
hama seperti siput dari daun tumbuhan karena siput dapat memakan mulsa dedaunan.
Dekomposisi anaerobik

Mulsa yang sehat akan berbau seperti potongan kayu atau rumput segar, namun mulsa yang tidak
sehat akan memiliki bau seperti amonia, cuka, sulfur, dan silase. Mulsa yang tidak sehat terjadi
karena dekomposisi anaerobik di dasar mulsa. Dekomposisi anaerobik terjadi karena kurangnya
oksigen, yang disebabkan oleh porositas mulsa yang terlalu sempit dan tingginya kandungan
nitrogen pada mulsa lapisan bawah. Dekomposisi anaerobik ini dapat menyebabkan munculnya
senyawa fitotoksik yang berbahaya bagi tumbuhan. Keasaman tanah juga menjadi tinggi.
Pengadukan mulsa dapat mencegah hal tersebut.[10]

undefined
MULSA

2.1 Pengertian Mulsa


a. Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk
menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit
sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik.
b. Mulsa adalah
seluruh

setiap bahan yang dihamparkan untuk menutupi sebagian atau

permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang

ditutupi tersebut. Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau
bagian tanaman yang dikelompokkan sebagai mulsa organik dan bahan-bahan
sintesis berupa plastik yang dikelompokkan sebagai mulsa anorganik.
c. mulsa ialah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di
permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan
hujan,

erosi,

dan

menjaga

kelembaban,

struktur,

kesuburan

tanah,

serta

menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar).

2.2 Keuntungan dan Kelemahan Mulsa


a. Keuntungan mulsa

Melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan serta
mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah.

Menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi


(biaya tenaga kerja untuk penyiangan.

Mulsa yang berupa sisa-sisa tanaman menjadi sumber bahan organik tanah

Meningkatkan

aktivitas

jasad

renik

(mikroorganisme

tanah),

sehingga

memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah

Membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga


mempertahankan kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban
tanah menjadi lebih efisien.

Tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja /


biaya rendah.

b. Kelemahan Mulsa

Bahan-bahan mulsa mungkin menjadi sarang berkembangbiaknya penyakitpenyakit tanaman. Namun hal ini masih perlu diteliti bagi setiap bahan mulsa
yang digunakan.

Tidak dapat digunakan dalam keadaan iklim yang terlampau basah.

Mulsa sukar ditebarkan secara merata pada lahan-lahan yang sangat miring.

Bahan-bahan untuk mulsa tidak selalu tersedia.

Beberapa jenis rumput jika digunakan sebagai mulsa dapat tumbuh dan
berakar sehingga dapat menjadi tanaman pengganggu.

2.3 Jenis Mulsa


a. Mulsa Organik
Mulsa organik adalah sisa-sisa tanaman yang disebar di permukaan tanah. Sisa
tanaman dapat berupa serasah tanaman (gulma), cabang, ranting, batang maupun
daun-daun bekas tanaman atau sisa tanaman hasil panen. Mulsa dapat melindungi
tanah dari terpaan hujan, erosi, menjaga struktur, menambah kesuburan tanah
serta menghambat pertumbuhan gulma. Mulsa dibedakan menjadi dua macam
dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan anorganik. Bahan-bahan dari
mulsa

dapat

berupa

sisa-sisa

tanaman

atau

bagian

tanaman

yang

lalu

dikelompokkan sebagai mulsa organik, dan bahan-bahan sintetis berupa plastik


yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa non-organik.
1.

Mulsa Plastik Hitam Perak


Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi standar umum dalam produksi
tanaman sayuran yang bernilai ekonomis tinggi, baik di negara-negara maju
maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bahan utama penyusun mulsa
plastik adalah low-density polyethylene yang dihasilkan melalui proses polimerisasi
etilen

dengan

menggunakan

tekanan

yang

sangat

tinggi

(Lamont

1993).

Penggunaan mulsa plastik, terutama mulsa plastik hitam perak, dalam produksi
sayuran yang bernilai ekonomis tinggi seperti cabai, tomat, terong, semangka,
melon

dan

mentimun,

semakin

hari

semakin

meningkat

sejalan

dengan

peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk sayuran


tersebut. Meskipun penggunaan mulsa plastik ini memerlukan biaya tambahan,
tetapi nilai ekonomis dari hasil tanaman mampu menutupi biaya awal yang
dikeluarkan.
2.

Mulsa Sisa Tanaman


Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti
sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah
tanaman /bibit ditanam.
Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih ekonomis (murah), mudah
didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik
dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah alang-alang/ jerami, ataupun cacahan
batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya.
Kekurangannya meliputi : Tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi
hanya saat musim panen tadi. Hanya tersedia di sekitar sentra budidaya padi
sehingga daerah yang jauh dari pusat budidaya padi membutuhkan biya ekstra

untuk transportasi Tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya.
b. Mulsa Anorganik
Meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti
batu kerikil, batu koral, pasir kasar, batu bata, dan batu gravel. Untuk tanaman
semusim, bahan mulsa ini jarang digunakan. Bahan mulsa ini lebih sering
digunakan untuk tanaman hias dalam pot.
c. Mulsa Kimia- Sintetis
Meliputi bahan bahan plastic dan bahan bahan kimia lainnya. Bahanbahan plastic berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang
beragam. Bahan plastic yang saat ini sering digunakan yang sering digunakan
sebagai bahan mulsa adalah plastik transparan, plastik hitam, palstik perak, dan
plastik perak hitam.
Kelebihan dari jenis mulsa ini

adalah : Dapat di peroleh setiap saat

Memiliki sifat yang beragam terhadap suhu tanah tergantung plastik, Dapat
menekan erosi, Mudah di angkut sehingga dapat digunakan di setiap tempat

Menekan pertumbuhan tanaman pengganggu , Dapat digunakan lebih dari satu


musim tanam tergantung perawatan bahan mulsa
Kekurangannya adalah : Tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah
karena sifatnya sukar lapuk dan Harganya relative mahal.

1.

2.4
Manfaat Mulsa
Manfaat Terhadap Tanaman
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan sangat
terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi
dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi
dengan gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu

2.
a.

meningkatnya produksi tanaman budidaya.


Manfaat Terhadap Kestabilan Agregat dan Kimia Tanah
Kestabilan agregat tanah
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, energy air hujan akan
ditanggung oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan
terhindar dari proses penghancuran. Semua jenis mulsa dapat digunakan untuk

b.

tujuan mengendalikan erosi.


Kimia tanah
Fungsi langsung mulsa terhadap sifat kimia tanah terjadi melalui pelapukan bahan
bahan mulsa. Fungsi ini hanya terjadi pada jenis mulsa yang mudah lapuk seperti
jerami padi, alang-alang, rumput-rumputan, dan sisa-sisa tanaman lainnya. Hal ini
merupakan salah satu keuntungan penggunaan mulsa sisa-sisa tanaman disbanding

3.

mulsa plastic yang sukar lapuk.


Manfaat Terhadap Ketersediaan Air Tanah
Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap
dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah.
Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke udara
hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses transpirasi inilah tanaman
dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya telah terlarut berbagai hara
yang dibutuhkan tanaman.
Dari hasil penelitian diperoleh air tanah setebal 1,5 cm ditanah-tanah terbuka (bare
soil) tanpa mulsa akan menguap selama 3-5 hari, sedangkan ditanah-tanah yang

4.

diberi mulsa akan menguap 6 minggu dengan ketebalan yang sama.


Manfaat Terhadap Neraca Energi

Unsure fisik tanah yang sangat dipengaruhi oleh bahan mulsa ialah suhu tanah.
Suhu tanah ini sangat bergantung pada proses pertukaran panas antara tanah
dengan lingkungannya. Proses ini terjadi akibat adanya radiasi matahari dan
pengaliran panas kedalam tanah melalui proses konduksi. Pemulsaan mengubah
warna tanah yang dengan sendirinya dapat mengubah albedo tanah. Perubahan
suhu tanah terjadi karena perubahan radian energy yang mencapai tanah. Adanya
mulsa akan menyebabkan panas yang mengalir kedalam tanah lebih sedikit
disbanding tanpa mulsa. Selain itu, permukaan tanah yang diberi mulsa memiliki
suhu maksimum harian lebih rendah disbanding tanpa mulsa Mulsa plastic putih
dapat menurunkan suhu tanah. Hal ini disebabakan radiasi yang direfleksikan
kembali akan cukup besar sehingga berkurang suhu maksimum harian dari tanah
yang diberi mulsa. Sedangkan mulsa plastic hitam cenderung meningkatkan suhu
5.

tanah karena radiasi yang direfleksikan kembali sangat kecil.


Manfaat Terhadap Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan kegiatan dalam proses budidaya yang cukup menyita waktu, tenaga, dan
biaya antara lain pemupukan, penyiraman dan penyiangan. Namun dengan
pemulsaan dapat memperkecil perlakuan pemupukan kerena hanya dilakukan sekali
saja yaitu sebelum saat panen. Demikain juga dengan penyiraman perlakuannya
hanya dilakukan sekali saja. Selain itu kegiatan penyiangan tidak perlu dilakukan
pada keseluruhan lahan, melainkan hanya pada lubang tanam atau sekitar batang
tanaman.
2.5 Menjaga Kelembaban dan Mengatur Suhu Tanah
Membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga
mempertahankan kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban tanah
menjadi lebih efisien. Secara umum penggunaan mulsa plastik hitam perak
meningkatkan suhu rizosfir yang ditutupi mulsa dibanding tanpa mulsa (Fahrurrozi
and Stewart, 1994 ; Fahrurrozi et al., 2001). Peningkatan suhu tanah di bawah
mulsa plastik hitam perak lebih rendah dibanding dengan suhu tanah di bawah
mulsa plastik hitam. Meskipun di daerah tropis, peningkatan suhu tanah relatif
tidak diinginkan, tetapi peningkatan suhu tanah akan meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah dalam menguraikan bahan organik yang tersedia (Fahrurrozi
et al., 2001), sehingga terjadi penambahan hara tanah dan pelepasan karbon
dioksida melalui lubang tanam.

2.6 KESESUAIAN BAHAN MULSA DAN TANAMAN


1. Mulsa Jerami
Mulsa jerami sesuai digunakan untuk-untuk tanaman semusim atau nonsemusim yang tidak terlalu tinggi dan memiliki struktur tajuk berdaun lebat dengan
system perakaran dangkal. Tanaman-tanaman yang selama ini sukses diberi mulsa
jerami antara lain kentang, kedelai, bawang putih dataran rendah, semangka, dan
melon. Dengan adanya mulsa jerami yang memilki efek menurunkan suhu tanah,
kentang pada dataran medium sampai rendah dapat menghasilkan umbi.
3.

Mulsa Plastik
Mulsa plastik sesuai digunakan untuk pembudidayaan tanaman yang struktur
perakannya dangkal tajuk tanaman berdaun tidak terlalu lebat dan tinggi tanaman
di atas 0,5 meter. Berdasarkan efeknya terhadap suhu tanah maka mulsa plastik
dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan suhu tanah tanah.

a.

Mulsa Plastik Putih (MPP)


Berdasarkan penelitian, mulsa plastik putih (MPP) memantulkan cahaya sekitar 45%
sehingga 55% cahaya matahari yang dipantulakan dan di serap secara langsung
atau

tidak

langsung

akan

berinteraksi

dengan

tanah.

Selain dapat menurunkan suhu tanah, MPP juga dapat menambah jumlah cahaya
matahari yang di terima oleh tajuk tanaman karena cukup besarnya cahaya
matahari yang dipantulkan. Hal ini kan sangat membantu tanaman dalam
melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, MPP sangat cocok untuk budidaya
semangka, melon, serta berbagai jenis cabai hibrida dan terung-terungan.
b.

Mulsa Plastik Transparan (MPT)


Dari hasil penelitian pada tanah yang diberi mulsa plastik transparan (MPT), cahaya
yang matahari yang dipantulkn dan di serap oleh bahan mulsa sangat sedikit.
Sebaliknya cahaya yang diteruskan banyak. Hal ini menyebabkan MPT memiliki efek
menaikkan suhu tanah. MPT sangat cocok diterapkan pada tanaman-tanaman
dataran rendah yang ingin dibudidayakan. Di dataran tinggi. Namun, tanamantanaman tersebut harus memiliki struktur tajuk yang tidak terlalu tinggi, seperti

c.

pada bawang merah dataran tinggi.


Mulsa Plastik Hitam (MPH)

Dengan adanya MPH, cahaya matahari yang dipantulkan dan diteruskan sangat
kecil. Banyaknya cahaya matahari yang diserap dapat mencapai 90,5 %, dari
jumlah cahaya matahari yang datang. Cahaya yang diserap tersebut akan
dipantukan dalam bentuk panas ke segala arah termasuk tanah. Penerapan mulasa
d.

ini dapat dilakukan pada bawang merah dan asparagus di dataran tinggi.
Mulsa Plastik Perak Hitam (MPPH)
MPPh akn mnyebabkan cahaya matahari yang dipantulkan cukup besar, bahkan
lebih tinggi dari MPP. Akibatnya cahaya matahari yang dipantulkan cukup besar. Di
lain pihak, permukaan hitam dari MPPH akan menyebabkan cahaya matahari yang
di teruskan menjadi sangat kecil, bahkan mungkin nol. Keadaan ini akan
menyebabkan suhu tanah akan tetap rendah. Dewasa ini, MPPH mualai diterapkan
secara luas dan sangat cocok untuk pembudidayaan semangka hibrida, melon,
serta berbagai jenis cabai hibrida dan terung-terungan.
2.7 Menjaga Kualitas atau Kebersihan Produk
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis mulsa
pada berbagai jenis tanaman secara tepat dan benar dapat meningkatkan hasil
awal dan total hasil dari berbagai tanaman, meningkatkan kualitas hasil tanaman
dan pada akhirnya meningkatkan

efisiensi usaha tani itu sendiri. Apabila

pemanfaatan teknologi penggunaan mulsa dilakukan secara optimal dan efisien


maka akan tercipta suatu proses produksi tanaman budidaya yang berkelanjutan,
baik dari sisi ekonomis, ekologis maupun dari segi sosial budaya petani dalam
memproduksi tanaman budidaya.

2.7 Shading Net

Pembuatan Shading net


Fungsi shading net adalah untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk
ke dalam bedeng.
Misalnya saja pada stek pucuk daun jati
Dalam pembuatan setek pucuk jati diperlukan intensitas sinar matahari 40%.
Untuk itu dibutuhkan shading net dengan ukuran 60%. Pembuatan shading net
disesuaikan dengan kapasitas produksi. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan shading net antara lain, bahan yang digunakan untuk tiang dan rangka.

Untuk persemaian jangka panjang sebaiknya digunakan bahan yang tahan lama
dalam hal ini menggunakan besi yang di cor dalamnya menggunakan pasir dan
semen. Untuk persemaian jangka pendek bahan yang digunakan cukup dengan
bambu. Untuk standar dalam 1 shading net dengan ukuran panjang dan lebar 24 x
72 meter jarak antar tiang 3 meter dan tinggi tiang 2 meter. Dengan ukuran
a.

tersebut mampu menghasilkan bibit sebanyak 200.000plc.


Pembuatan Bedengan
Selain shading net untuk mengatur intensitas matahari dalam pembuatan
setek pucuk jug dibutuhkan suhu dan kelembaban yang sesuai. Dalam mengatur
suhu dan kelembaban diperlukan bedengan yang nantinya digubakan untuk
menutup setek dengan plastik sungkup. Bedengan yang dibuat dengan ukuran
standar 20 x 1,2 x 0,7 meter mampu menampung polybag yang akan digunakan

untuk setek pucuk jati sebanyak 6.720plc.


b. Pembuatan Media
Media yang akan digunakan dalam pembuatan setek pucuk sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan setek. Komposisi terbaik dalam pembuatan
setek pucuk jati adalah tanah top soil, pupuk kandang, dan arang sekam dengan
perbandingan 2:1:1. Untuk tempat media digunakan polybag dengan ukuran 10 x
c.

15 x 0,2 cm.
Pengambilan Bahan Setek
Bahan setek yang diambil harus memenuhi kriteria sebagai berikut 1. Pucuk
autotrop, 2. Pucuk masih muda (juvenil), 3. Pucuk bebas hama dan penyakit, 4.
Panjang pucuk 10 cm atau terdiri dari dua ruas. Pucuk yang telah diambil
sebaiknya langsung ditanam, jika tidak pucuk akan mudah layu, untuk itu setelah
dipotong pucuk seaiknya dimasukan ke dalam air penyegar dahulu agar kesegaran

pucuk mampu bertahan lama.


d. Penanaman Setek
Pucuk yang telah di potong dicelupkan pada zat perangsang tumbuh akar
dan kemudian ditanam pada media tanam yang sebelumnya sudah disiram air
sampai jenuh dan juga sudah dilubangi. Setelah tertanam dalam satu bedeng
e.

segera ditutup dengan plastik sungkup.


Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan 2 hari sekali dengan memperhatikan kelembaban
media tanam. Pembukaan sungkup dilakukan 1 minggu sekali, dalam pembuakaan
sungkup dilakukan kegiatan pemeliharaan antara lain : 1. Penyiangan terhadap
gulma yang tumbuh pada polybag, 2. Pengambilan pucuk-pucuk yang busuk dan
layu, 3. Penyemprotan insektisida, dan fungisida, 4. Penyemprotan pupuk daun.

Kegiatan pembukaan bedengan dilakukan sampai minggu ke-4 dimana pucuk telah
keluar akarnya dan siap untuk dikeluarkan dari sungkup. Setelah dikeluarkan dari
sungkup pucuk yang telah menjadi bibit tersebut diletakkan dibawah shading net
untuk proses aklimatisasi selama seminggu. Setelah proses aklimatisasi selesai bibit
ditaruh ditempat yang mendapat sinar matahari secara penuh (Open area). Satu
minggu setelah bibit berada di open area dilakukan kegiatan pemeliharaan berupa
penambahan media pada polybag dan memperbaiki posisi bibit agar pas ditengahf.

tengah polybag dan tumbuh secara tegak lurus.


Pemupukan
Bibit yang telah ditambah tanah setelah 1 bulan berada di open area
dilakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan dalam bentuk cair agar cepat diserap,
disamping itu pemberian pupuk dengan dilarutkan dengan akan mempermudah
dalam memperhitungkan dosis. Pupuk yang digunakan adalah campuran NPK, Za
dan bahan organik cair dengan komposisi : 1,25 gram NPK, 0,5 gram Za, dan 0,125
cc bahan organik cair. Setelah umur 1 bulan dari pemupukan dilakukan seleksi bibit
dengan kriteria ketinggian. Untuk bibit yang mempunyai ketinggian lebih dari 30 cm
sudah siap ditanam. Sedangkan untuk bibit yang belum mencapai 30 cm diberikan
perlakuan pemupukan dengan dosis setengah dari pemupukan pertama.
2.8 Greenhouse
Rumah kaca (atau rumah hijau) adalah sebuah bangunan di mana
tanaman dibudidayakan. Sebuah rumah kaca terbuat dari gelas atau plastik; Dia
menjadi

panas

karena

radiasi

elektromagnetik

yang

datang

dari

matahari

memanaskan tumbuhan, tanah, dan barang lainnya di dalam bangunan ini.


A. Penggunaan
Rumah kaca melindungi tanaman dari panas terlalu banyak atau dingin,
tanaman pelindung dari badai debu dan badai salju, dan membantu untuk
mencegah hama. Light and temperature control allows greenhouses to turn inarable
land into arable land , thereby improving food production in marginal environments.
Cahaya dan suhu kontrol memungkinkan rumah kaca untuk mengubah tanah
inarable menjadi tanah yang subur , dengan demikian meningkatkan produksi
pangan di lingkungan marjinal.

Because greenhouses allow certain crops to be grown throughout the year,


greenhouses are increasingly important in the food supply of high latitude countries.
Karena rumah kaca memungkinkan tanaman tertentu yang ditanam sepanjang
tahun, rumah kaca semakin penting dalam penyediaan makanan di negara garis
lintang tinggi. One of the largest greenhouse complexes in the world is in Almeria,
Spain, where greenhouses cover almost 50,000 acres (200 km

). Salah satu

kompleks rumah kaca terbesar di dunia adalah di Almeria, Spanyol, di mana rumah
kaca mencakup hampir 50.000 hektar (200 km

2).

Sometimes called the sea of

plastics . Kadang-kadang disebut lautan plastik .


Greenhouses are often used for growing flowers , vegetables , fruits , and
tobacco plants. Bumblebees are the pollinators of choice for most greenhouse
pollination , although other types of bees have been used, as well as artificial
pollination. Hydroponics can be used in greenhouses as well to make the most use
of the interior space. Rumah kaca sering digunakan untuk menanam bunga ,
sayuran , buah-buahan , dan tembakau tanaman. lebah adalah penyerbuk pilihan
bagi rumah kaca yang paling penyerbukan , meskipun jenis-jenis lebah telah
digunakan, serta penyerbukan buatan. Hidroponik dapat digunakan dalam rumah
kaca juga untuk memanfaatkan sebagian besar ruang interior.

Daftar Pustaka
Alleyne, E.H. and F.O. Morrison. 1978. The lettuce root aphid, Pemphigus bursaries
L. Homothera:Aphidoidae) in Cquebec Cananada. Ann. Soc. Ent. Quebec. 22:171180
Baron, J.J. and S.F. Gorske. 1981. Soil carbon dioxide level as affected by plastic
mulches. Proc. Natl. Agr. Plastic Congress. 16:149-155.

Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer, D.D. Daniels and P.G. Hunt. 1988. Plastic mulch
color effects on reflected light and tomato plant growth. Scientia Hortic. 34:169-175.
Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer and P.G. Hunt. 1989. Mulch surface color affects
yield of fresh tomato. J. Amer. Soc.Hort. Sci 114:216-219.

2.1 Pengertian Aklimatisasi


Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian planlet dari kondisi mikro dalam botol
(heterotrof) ke kondisi lingkungan luar (autotrof). Planlet yang dipelihara dalam keadaan
steril dalam lingkungan (suhu dan kelembaban) optimal, sangat rentan terhadap
lingkungan luar (lapang). Mengingat sifat-sifat tersebut, sebelum ditanam di lapang,
planlet memerlukan aklimatisasi. Aklimatisasi dapat dilakukan di rumah kaca atau
pesemaian, baik di rumah kaca atau pesemaian. Dalam aklimatisasi, lingkungan tumbuh
(terutama kelembaban) berangsur-aengsur disesuaikan dengan kondisi lapang (Wetherelll,
1982).
Aklimatisasi merupakan proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol
(aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan
kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga jika
tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak
akan dapat bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik
kultur jaringan. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur
jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk
produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh
yang kurang aseptik.
Planlet yang dapat diaklimatisasi adalah planlet yang telah lengkap organ pentingnya
seperti daun akar dan batang (jika ada), sehingga dalam kondisi lingkungan luar planlet
dapat melanjutkan perumbuhannya dengan baik. Selain itu aklimatisasi juga memerlukan
media yang tepat untuk pertumbuhan planlet. Aklimatisasi dilakukan dengan
memindahkan planlet kedalam polybag yang berisi media dan disungkup dengan plastik
bening. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama

penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama
penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya
maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara
yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Tanaman memiliki sifat totipotesi yang merupakan kemampuan setiap sel, dari mana
saja sel tersebut diambil, apabila diletakan dalam lingkungan yang sesuai akan dapat
tumbuh menjadi tanaman yang sempurna. Pemindahan eksplan dilakukan secara hati-hati
dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi
bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan
sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu
beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan
pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit
generative (Pierik, 1997).
Masa aklimatisasi merupakan masa yang kritis karena pucuk atau planlet yang
diregenerasikan dari kultur in vitro menunjukan beberapa sifat yang kurang menguntungkan,
seperti lapisan lilin (kutikula tidak berkembang dengan baik, kurangnya lignifikasi batang,
jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang dan stomata sering kali tidak
berfungsi (tidak menutup ketika penguapan tinggi). Keadaan itu menyebabkan pucuk-pucuk in
vitro sangat peka terhadap transpirasi, serangan cendawan dan bakteri, cahaya dengan intensitas
tinggi dan suhu tinggi. Oleh karena itu, aklimatisasi pucuk-pucuk in vitro memerlukan
penanganan khusus, bahkan diperlukan modifikasi terhadap kondisi linkungan terutama dalam
kaitannya dengan suhu, kelembaban dan intensiitas cahaya. Disamping itu, medium tumbuh pun
memiliki

peranan

yang

cukup

penting

khususnya

bila

puucuk-pucuk

mikro

yang

diaklimatisasikan belum membentuk sistem perakaran yang baik (Varghese, 2007).


Metode aklimatisasi dibagi menjadi 2, yaitu metode langsung (direct) dan metode tidak
langsung (indirect).

Metode langsung:

1. Menyiapkan planlet dalam botol yang akan diaklimatisasi dan mengeluarkan planlet secara hatihati dari dalam botol.
2. Membersihkan akar tanaman dari agar-agar yang masih melekat dengan air.
3. Merendam akar tanaman dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 5 menit.
4. Menanam tanaman pada bak media arang sekam yang telah dibasahi.
5. Tutup bak dengan plastik transparan selam 1 - 2 minggu.
6. Setelah 1 -2 minggu plastik dibuka dan tanaman dibiarkan tumbuh dan berkembang dalam bak
aklimatisasi hingga minggu ketiga sampai keempat.
7. Selanjutnya tanaman dipindahkan ke dalam polibag-polibag kecil sampai siap untuk di tanam di
lapang.
Metode tidak langsung:
1. Menyiapkan planlet dalam botol yang akan diaklimatisasi dan mengeluarkan planlet secara hatihati dari dalam botol
2.

Memotong tanaman tepat pada bagian bawah nodus ketiga kemudian merendamnya dalam
larutan fungisida dan bakterisida selama 5 menit.

3. Menanam tanaman pada bak media arang sekam yang telah dibasahi.
4. Tutup bak dengan plastik transparan selam 1 - 2 minggu.
Aklimatisasi Planlet di Rumah Kaca Aklimatisasi merupakan tahap penting dalam
proses kultur jaringan. Tahap ini sering kali menjadi titik kritis dalam aplikasi teknik kultur
jaringan. Aklimatisasi diperlukan karena tanaman hasil kultur jaringan umumnya memiliki
lapisan lilin tipis dan belum berkembang dengan baik, sel-sel dalam palisade belum berkembang
maksimal, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang, dan stomata sering kali
tidak berfungsi, yaitu tidak dapat menutup pada saat penguapan tinggi.
2.3. Contoh aklimatisasi tanaman kultur jaringan
A. Aklimatisasi anggrek terestrial Bletilla striata (Orchidaceae) disebarkan di bawah dalam
kondisi in vitro :
Bletilla striata adalah sympodial terestrial anggrek. Substrat digunakan untuk tumbuh
luar, berbeda dalam campuran ditambahkan

komponen dan nutrisi, yang dipilih untuk

aklimatisasi yang asimbiotik diperbanyak tanaman.

Anggrek diaklimatisasi dalam plastik mini rumah kaca seperti benih nampan, yang
terdiri dari dua bagian. Bagian bawah gelap hijau, terbuat dari plastik yang lebih fleksibel,
sementara bagian atas (penutup) adalah transparan. Ada dua yang terbuka meliputi, yaitu,
ventilasi untuk ventilasi dari daerah berkembang. Ukuran dari bagian bawah adalah 36 22 6
cm dan ukuran penutup 36 22 12 cm. Setelah penanaman, tanaman yang cukup disiram
dengan air suling. Substrat tidak boleh terlalu lembab, karena tanaman memiliki dinding sel
tipis dan lembut dalam bagian hipokotil dan dapat dengan cepat menjadi terinfeksi dan mati.
Kita Oleh karena itu menempatkan dua gelas 50 ml dengan air di setiap rumah kaca kecil untuk
mendirikan sebuah kelembaban relatif yang tinggi. Setelah satu minggu, satu gelas air yang
dibuang. Ventilasi di sampul rumah kaca kecil tinggal ditutup selama dua minggu tetapi daerah
berkembang yang berventilasi dengan mrmbuang air selama beberapa menit setiap hari dan
kemudian kembali ditutup. Ventilasi di sampul itu secara bertahap dibuka pada minggu ketiga.
Pada minggu keempat, mencakup secara bertahap diangkat dan, pada akhir minggu, benar-benar
dibuang. Anggrek dalam membuka rumah kaca kecil disiram setidaknya sekali seminggu atau
sesuai kebutuhan tergantung pada kelembaban substrat.
Hal ini juga penting bagi tanaman untuk terkena cahaya selama aklimatisasi, yang
memungkinkan mereka untuk membangun proses fotosintesis. Penting lainnya kondisi suhu
yang sesuai tanpa utama fluktuasi atau sirkulasi udara. Ketika periode cuaca panas dimulai,
rumah kaca kecil dipindahkan ke tempat gelap bagian dari rumah kaca. Setiap hari selama dua
pertama

minggu, ketika mini rumah kaca benar-benar

ditutup, direkomendasikan cahaya

buatan, dimana lebih mudah untuk mengontrol panjang dan intensitas pencahayaan. Cahaya
buatan menghindari perbedaan musiman atau lebih periode cuaca berawan dan, di samping itu,
sebagian memecahkan masalah pemanasan.
Selain faktor-faktor yang terdaftar dan sesuai
panggung dan vitalitas

substrat, ukuran dan perkembangan

dari pada tanaman budidaya in vitro sangat penting. Itu

anggrek

termasuk dalam percobaan ini adalah ukuran rata-rata dari 2,5 cm, dengan setidaknya 2 daun
dan 2 - 3 cm panjang akar atau akar bahwa ukuran yang sesuai untuk aklimatisasi anggrek
adalah ketika daun mereka setidaknya 5 cm.
Tanaman Bletilla striata lebih kecil dan dengan akar lebih sedikit dari pada menyatakan
dalam literatur tersebut. Tidak ada data yang tersedia diliteratur untuk Bletilla striata anggrek,

jadi kami memutuskan ukuran yang sesuai dan phenophase diri kita sendiri, berdasarkan ketika
tanaman memiliki setidaknya minimal nutrisi disimpan dalam daun dan akar yang diperlukan
untuk aklimatisasi proses. Dengan menggunakan tanaman minimum. Ukuran mungkin untuk
menyesuaikan diri kita memperpendek periode dalam budidaya in vitro, yang sangat penting
untuk massa pasar produksi ( Lesar, 2012)
B. Aklimatisasi Daun Encok ( Plumbago zeynalica )
Untuk aklimatisasi, planlet daun encok asal perlakuan terbaik pada multiplikasi tunas
yang telah sempurna dengan akar lengkap dikeluarkan dari botol kultur, lalu dicuci di bawah air
mengalir untuk menghilangkan sisa-sisa agar yang masih menempel pada akar tanaman.
Tanaman diaklimatisasi di rumah kaca dengan menggunakan media tanah + sekam (1:1) selama
8 minggu. Setelah vigor tanaman kuat, dilakukan adaptasi tanaman dengan cara
memindahkannya ke dalam polibag berukuran 20 x 30 cm dengan perbandingan media tanah +
pupuk kandang (1:1). Tanaman yang diobservasi berjumlah dua puluh polibag. Parameter yang
diamati adalah jumlah anakan, jumlah daun dan tinggi tanaman pada umur dua dan empat bulan.
Observasi dilakukan secara individual tanpa menggunakan rancangan percobaan ( Kristinia,
2008).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman hasil kultur jaringan tidak bisa langsung ditanam begitu saja dalam pot.
Pucuk-pucuk dan planlet in vitro yang diregenerasikan di dalam lingkungan dengan kelembaban
tinggi dan bersifat heterotrof, harus berubah menjadi autotrof bila dipindahkan ke tanah atau
lapangan. Tanaman hasil kultur jaringan (planlet atau tunas mikro) perlu mendapatkan perlakuan
khusus untuk dapat hidup di lingkungan baru hingga menjadi bibit baru yang siap ditanam di
lapang. Proses pemindahan merupakan langkah akhir dari prosedur mikropropagasi dan
diistilahkan sebagai tahap aklimatisasi. Tahap aklimatisasi merupakan tahapan kritis karena
kondisi iklim dilapang sangat berbeda dengan kondisi dalam botol, sehingga diperlukan
penyesuaian. Aklimatisasi merupakan proses yang penting dalam rangkaian aplikasi teknik
kultur jaringan untuk mendukung pengembangan pertanian.
Metode aklimatisasi ini adalah salah satu dari sekian banyak metode yang digunakan
untuk melakukan aklimatisasi terhadap bibit anggrek botol dan disebut dengan metode kering.
Untuk dapat meningkatkan efektivitas metode yang digunakan, maka masalah fisiologis yang
dihadapi oleh tanaman mungkin juga perlu diketahui.
Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki kondisi
lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar didapat
secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa
untuk dapat membuat sendiri bahan organik secara endogenous

Budidaya tanaman memanfaatkan tehnik green house telah tidak sedikit dikenal di negeri kita,
tetapi budidaya tanaman memanfaatkan tehnik terowongan plastik (hunian plastik/sungkup) ini
belum umum dikembangkan. Perbedaan plastik uv green house dengan plastik sungkup antara
lain:
Plastik UV lebih tebal dan kuat, bisa digunakan pada area yang luas seperti green house.
Plastik sungkup, lebih tipis, mudah sobek, jadi hanya cocok untuk area yang tidak luas, seperti
menutupi area tanah bedengan.
Plastik UV memiliki kandungan zat kimia tertentu (misal 6% dan 14%), sementara plastik
sungkup tidak.
Plastik UV greenhouse ketebalan plastik kebanyakan kira kira 0,20 micron, sedangkan terhadap
plastik sungkup ketebalan plastik hanya 0,06 mikron.
Sekarang di Indonesia pemakaian sungkup plastik (terowongan) ini masihlah terbatas terhadap
budidaya pembenihan, pengembangbiakan bibit tanaman (vegetatif ataupun generatif). diluar
negara seperti di Mesir metode sungkup (terowongan) ini telah dikembangkan dengan cara luas
buat budidaya tanaman berusia pendek, seperti mentimun, tomat, sayuran, dll.
Kami sediakan plastik sungkup, atau plastik bening untuk bedengan kepada pembibitan tanaman.
Saat ini untuk plastik sungkup tidak ready stock, cuma melayani pesanan. Proses pengerjakan
(produksi) lebih kurang 2 pekan.
Berikut ini gambaran untuk ukuran sungkup plastik :
lebar 120cm/240cm, maksudnya lebar disaat belum dibelah (terlipat) 120cm, ketika telah
dibelah (di buka) 240cm
ketelaban 0,06 mikron (minimal 0,04 mikron)
panjang per roll 25 meter
berat per roll lebih kurang 3,5 kg.
Perlu juga diketahui lastik sungkup berbeda plastik cor, perbedaannya antara lain :
plastik sungkup lebih bening, sementara plastik cor agak buram (agak kecoklatan).
bahan yg digunakan utk pelaksanaan sungkup plastik yaitu biji plastik murni (asli), sedangkan
terhadap plastik cor dibuat dari bahan campuran.
Fungsi & Manfaat Sungkup Plastik
Berikut ini sekian banyak fungsi/manfaat plastik sungkup, antara lain :
Pemakaian sungkup plastik ini dapat menurunkan suhu & meningkatkan kelembaban udara.
Plastik sungkup mampu menyebabkan kadar lengas tanah lebih awet maka ketersediaan air
bagi tanaman lebih maksimal, sehingga pertumbuhan tanaman bisa lebih baik.
Sanggup menghalangi hewan/serangga pengganggu tanaman.

Sedangkan untuk mengatasi lahan yang


tanahnya marginal, terpaksa dilakukan pemupukan dan pemberian alkosof
(zat pengikat air)

https://www.scribd.com/doc/52064826/Agroklim-4-Suhu
KEBANYAKAN ORGANISME HIDUP DI SUHULINGKUNGAN 10-35

CHANYA BAKTERI TERTENTU DAPAT BERTAHANHINGGA SUHU >90C DAN GANGGANG HIJAUBIRU> 70C
DIVERSITAS DANDISTRIBUSIORGANISME MAKINRENDAH DILINGKUNGAN SUHUMAKIN RENDAH

SUHUTUBUHORGANISMERELATIFKONSTAN DAN
TIDAKMUDAHTERPENGARUHOLEHSUHULINGKUNGANKARENAKANDUNGANAIR(AIR
SEBAGAIPENJAGASUHU)
KECUALIBILASUHUDALA
M
KEA
D
AA
N
EK
S
T
RE
M

L
A
J
U
P
R
O
S
E
S
M
E
T
A
BOL

IS
M
E
T
U
R
U
NB
I
L
A
SUHU
D
I
B
A
W
A
H
A
T
A
U
D
I
A
T
A
S
SUHU
OPT
I
M
U
MB
A
T
A
S
SUHU
T
U
B
UH
P
A
L
I
NG
RE
ND
A

H
V
AR
I
A
T
IF
P
A
D
A
B
ER
B
A
G
A
I
J
E
N
IS
T
U
MB
UH
A
NB
A
T
A
S
SUHU
T
U
B
UH
P
A
L
I
NG T
I
NGG
I
40 - 45C

S
E
J
U
ML

A
H
P
A
N
A
S
Y
A
NG D
I
P
ER
L
U
KA
N
SU
A
T
U
J
E
N
IS
T
A
N
A
M
A
N
U
NT
U
K
M
E
NY
E
L
E
S
A
I
KA
ND
A
U
R
HI
D
U
P (D
IS

E
B
U
TJ
U
G
A
HEATUNITS,HEATSUMS,
A
T
A
U
THERMAL UNITS
)CONTO
H
:
U
NT
U
K
J
A
G
U
NG: 3000

Cd

T
0
:
SUHU
L
I
NG
K
U
NG
A
NP
A
L
I
NG
RE
ND
A
H

M
E
NG
AK
I
B
A
T
KA
NT
U
MB
UH
A
NM
E
NG
H
E
NT
I
KA
N
AK
T
I
V
I
T
A
S
(
RERA
T
A
8

C)

L
A
J
U

RE
S
P
I
RA
SI
M
AK
SI
M
U
M
S
AA
T
SUHU
M
E
NC
A
P
A
I
40

C,
S
AA
T
I
T
U
L
A
J
U
F
OTO
SI
NT
E
SIS
= 0 (M
AK
S
P
A
D
A

SUHU
20

C)

RE
S
PON T
ER
H
A
D
A
P
SUHU
RE
ND
A
H
(< 0C)
D
A
U
NL
E
B
IH
S
E
MP
I
T, B
U
A
H
L
E
B
IH
KE
C
I
L, C
A
B
A
NG T
ER
SI

ER
M
E
N
I
NG
KA
T, L
A
J
U
T
RA
N
S
LO
KA
SI
D
A
N
RE
S
P
I
RA
SI
T
U
R
U
N,P
E
MB
E
NT
U
KA
NB
U
NG
A
D
A
NB
U
A
H
D
I
RA
NG
S
A
NG

KER
US
AKA
NT
A
N
A
M
A
N
AK
I
B
A
T
SUHU
RE
ND
A
H
akibat dari suhu lingkungan turun atau tanaman berasaldari suhu lebih tinggiT
ER
G
A
NT
U
NGD
ERA
J
A
TD
A
NL
A
M
A
SUHU
B
ER
L
A
NG
SU
NG,
K
OND
ISI
FISI
OLOG

I
S
E
B
E
L
U
MNY
A
,D
A
ND
A
Y
A
A
D
A
PT
A
SI

Anda mungkin juga menyukai