Dokumen PDF 3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 58

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

(RPS) DAN BAHAN AJAR


MATA KULIAH DASAR-DASAR LOGIKA

Di susun oleh :

KARMILA AKIB, S.S.,M.Si

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
POSO
2022

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 1


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
baik berupa kesehatan rohani maupun jasmani, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan bahan ajar ini. Menyadari sepenuhnya bahwa diktat ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan yang mungkin belum sesuai dengan harapan, disebabkan
keterbatasan kemampuan pengetahuan yang dimiliki.

Dasar-Dasar Logika adalah salah satu mata kuliah yang diberikan kepada
mahasiswa di perguruan tinggi. Mata kuliah ini merupakan Mata Kuliah wajib mengenai
bagaimana berpikir yang sistematis dan mematuhi norma-norma berpikir.

Tujuan penyusunan bahan ajar ini adalah sebagai salah satu bahan / materi mata
kuliah Dasar-Dasar Logika yang merupakan mata Kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara .

Selesainya penulisan diktat ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik
berupa dorongan moril maupun materil. Karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-
tingginya.

Akhirnya kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan


diktat ini pada waktu-waktu mendatang.

Poso, Januari 2022

Penyusun

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 3

BAB I LOGIKA 4

BAB II PENALARAN 10

BAB III KATA 14

BAB IV DEFINISI 22

BAB V PROPOSISI 28

BAB VI SILOGISME 35

BAB VII GENERALISASI 43

BAB VIII TEORI 48

BAB IX BERPIKIR KREATIF 52

BAB X SESAT PIKIR 56

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 3


LOGIKA

1. Pengertian Logika

Logika berasal dari bahasa Latin : “LOGOS” yang berarti perkataan atau
sabda. Kemudian istilah ini disalin ke dalam beberapa bahasa, seperti : Bahasa Inggris
(Logic), bahasa Belanda (logica), bahasa Jerman (Logik) dan dala bahasa Arab
(Mantik).
Istilah lain dari bahasa Arab : “MANTIQ” dari kata kerja “NATAQA” yang
berarti berkata atau berucap. MANTIQ : penyelidikan ttg dasar-dasar dan metode-
metode berpikir benar (buku Logic and Language of Education). MANTIQ : hukum
yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir (kamus Munjid).
Logika ialah ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam
memperoleh suatu kebenaran (Prof. Thaib Thahir A. Muin). Sedangkan pengeertian
lain yaitu Logika ialah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah (Irving
M. Copi).
Logika : pengetahuan tentang cara berpikir sehat (Kamus Umum Bahasa Indonesia)
Logika : pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (Alex Lanur, OFM, 1985)
Logika : ilmu pengetahuan tentang berpikir, yakni mempelajari, menyelidiki serta
menemukan hukum-hukum, pedoman-pedoman, kaidah-kaidah, atau azas-azas
berpikir, agar manusia dapat berpikir secara runtut dan benar.
Runtut artinya berpikir secara beraturan, tertib dan berpedoman atau bersistem.
Benar artinya berpikir yang tidak salah, tidak keliru dan tidak kacau.

2. Objek Logika

Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan penelitian atau pembentukan


pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan
menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.
Objek material yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki,

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 4


dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik
yang konkret ataupun hal yang abstrak.
Objek formal, yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian
atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot.
Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang
sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya,
objek materialnya adalah “ manusia” dan manusia ini ditinjau dari sudut pandang yang
berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia, diantaranya
psikologi, antropologi, sosiologi dan sebagainya.
Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang
lurus, tepat dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki,
merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.
Berpikir adalah objek material logika. Yang dimaksudkan berpikir disini adalah
kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia mengolah dan
mengerjakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan mengolah dan
mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan
serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Dalam
logika, berpikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu,
berpikir lurus dan tepat merupakan objek formal logika.
3. Sejarah Singkat Logika
Kata “Logika” pertama kali digunakan oleh Zeno dari Citium. Kaum Sofis,
Socrates dan Plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya Logika. “Logika” sebagai
ilmu lahir atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Aristoteles
meninggalkan enam buah buku yang oleh murid-muridnya diberi nama Organon.
Buku tersebut adalah Categoriae (mengenai pengertian-pengertian), De
Interpretatiae (mengenai keputusan-keputusan), Analitica Priora (tentang
Silogisme), Analitica Posteriora ( mengenai pembuktian), Topika (mengenai
berdebat) dan De Sophisticis Elenchis (mengenai kesalahan-kesalahan
berpikir). Theoprotus mengembangkan Logika Aristoteles ini, sedangkan kaum Stoa

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 5


mengajukan bentuk-bentuk berpikir yang sistematis. Buku-buku inilah yang menjadi
dasar Logika Tradisonal.
Pada masa penerjemahan ilmu-ilmu Yunani ke dalam dunia Arab yang
dimulai pada Abad II Hijriah, logika merupakan bagian yang amat menarik minat
kaum Muslimin. Selanjutnya logika dipelajari secara meriah dalam kalangan luas,
menimbulkan perbagai pendapat dalam hubungannya dengan masalah agama. Ibnu
Salih dan Imam Nawawi menghukumi haram mempeljarai Mantiq sampai mendalam.
Al-Gazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan menurut Jumhur Ulama
membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya.
4. Arti Pikiran
Logika mempelajari hukum-hukum, patoka-patokan dan rumus-rumus
berpikir. Psikologi juga membicarakan aktivitas berpikir, karena itulah kita hendaklah
berhati-hati melihat persimpangannya dengan logika. Psikologi mempelajari pikiran
dan kerjanya tanpa menyinggung sama sekali urusan benar salah. Sebaliknya urusan
benar dan salah menjadi masalah pokok dalam logika.
Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan serius dan
terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan
dan keinginan perorangan. Ia merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan
patoka-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien dan
teratur.
Berpikir (thingking) adalah serangkaian proses mental yang beraneka ragam,
seperti mengingat-ingat kembali, berkhayal, menghitung, memghubungkan beberapa
pengertian, menciptakan suatu konsep dan masih banyak lagi.
5. Arti Benar
Hukum-hukum, asas-asas, patokan-patokan logika membimbing akal menempuh
jalan yang paling efisien untuk menjaga kemungkinan salah dalam berpikir. Lantas
apakah arti benar itu?
Ukuran Kebenaran adalah :
1. Adanya persesuaian antara pikiran dan kenyataan
Contoh : kita akan mengakui bahwa proposisi berikut adalah salah : Batu
lebih ringan daripada kapuk. Sebaliknya kita mengakui kebenaran dari proposisi

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 6


berikut : bumi bergerak mengelilingi matahari, besi lebih berat daripada air.
Apakah dasar kita menentukan demikian? Tidak lain tidak bukan adalah sesuai
tidaknya proposisi-proposisi itu dengan kenyataan sesungguhnya.
2. Adanya persesuaian atau tidak adanya pertentangan dalam dirinya. Suatu
pernyataan dikatakan benar jika ia tidak mengandung pertentangan dari awal
hingga akhir.
Contoh : Ia adalah seorang jujur yang suka menipu.
Semua filosofi itu cerdas
Al-Farabi adalah filosof
Maka ia bodoh

Cara Mendapatkan Kebenaran

Ada dua cara berpikir yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan
pengetahuan baru yang benar, yaitu :
1. Metode Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum menuju
kesimpulan yang bersifat khusus, seperti :
Semua logam bila dipanaskan memuai
Tembaga adalah logam
Jadi tembaga bila dipanaskan
2. Metode Induksi

Induksi adalah penalaran yang dimulai dari kenyataan-kenyataan yang


bersifat khusus dan terbatas kemudian diakhiri dengan pernyataan yang bersifat
umum, seperti :
Besi dipanaskan memuai
Seng dipanaskan memuai
Emas dipanaskan memuai
Timah dipanaskan muai
Jadi semua logam jika dipanaskan memuai

6. Pembagian Logika

 Dari segi kualitas :


1) Logika Naturalis / Mantiq al-fitri : kecakapan berlogika berdasarkan
kemampuan akal bawaan manusia. Akal manusia yg normal dpt bekerja scr

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 7


spontan sesuai hukum2 logika dasar. Kemampuan berlogika naturalis pada
tiap2 orang berbeda-beda tergantung dari tingkatan pengetahuannya.
2) Logika Artifisial / Mantiq As-Suri : memperhalus, mempertajam serta
menunjukkan jalan pemikiran agar akal dpt bekerja lebih teliti, efesien, mudah
dan aman.
 Dari segi metodenya :
1) Logika Tradisional / Mantiq al-Qadim : logika Aristoteles
2) Logika Modern / Mantiq al-Hadis : dimulai pada abad XIII oleh Raymundus
Lullus yg menemukan metode baru logika yaitu Ars Magna.
 Dari segi obyeknya :
1) Logika Formal / Mantiq as-Suwari : menggunakan cara berpikir deduktif.
Logika formal mempelajari dasar2 persesuaian (tdk adanya pertentangan)
dlm pemikiran dgn menggunakan hukum2, rumus2 dan patokan2 berpikir
benar. Cabang logika formal : Logika Minor.
2) Logika Material / Mantiq al-Maddi : menggunakan cara berpikir induktif.
Logika material mempelajari dasar-dasar persesuaian pikiran dgn kenyataan.
Ia menilai hasil pekerjaan logika formal dan menguji benar tidaknya dengan
kenyataan empiris. Cabang Logika material : logika Mayor.
7. Tujuan dan Kegunaan Mempelajari Logika

a. Tujuan Mempelajari Logika

Tujuan Umum
Untuk mengenal, memahami serta menerapkan cara-cara berpikir, yang
diwujudkan baik melalui bahasa lisan, bahasa tulisan maupun dalam tindakan atau
perbuatan secara benar sehingga terjadi komunikasi yang komunikatif di antara
manusia.

Tujuan Khusus
1) Menemukan hukum-hukum atau kaedah-kaedah atau pedoman-pedoman
berpikir sebagai tuntutan berpikir, sehingga manusia dalam berpikirnya

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 8


secara runtut dan benar yang digunakan atau diterapkan dalam
kehidupan praktis.
2) Bila seseorang telah berpikir secara runtut dan benar tentu pemikirannya
akan mudah dipahami atau dimengerti oleh orang lain.
b. Kegunaan Mempelajari Logika
1) Membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.
2) Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri.
3) Dengan mempelajari logika, seseorang dapat menyadari atau memahami
dirinya bahwa ia sedang salah atau keliru berpikir.
4) Dalam dunia pendidikan khususnya di kalangan perguruan tinggi yang
selalu mengkaji teori-teori ilmiah dengan proses berpikir yang benar.
Justru di kalangan para ilmuwan logika sangat dibutuhkan oleh karena
setiap saat dalam pengkajian ilmu dituntut cara-cara dan prosedur berpikir
yang benar.
Dalam melakukan penelitian ilmiah, mulai pada saat merancang
penelitian, menentukan masalah, hipotesis, variabel, menganalisis data
sampai menetapkan kesimpulan semuanya dilakukan menurut logika yang
benar.
Bagi ilmu pengetahuan, logika merupakan keharusan. Tidak ada
ilmu pengetahuan yang tidak didasarkan pada logika. Ilmu pengetahuan
tanpa logika tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah. Sebagaimana
di kemukakan Aristoteles, logika benar-benar merupakan alat bagi seluruh
episteme (pengetahuan). Oleh karena itu, barang siapa mempelajari
logika, sesungguhnya ia telah menggenggam master key untuk membuka
semua pintu masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 9


PENALARAN
1. Pengertian Penalaran

Pada hakekatnya manusia berpikir adalah untuk mendapatkan


pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Akal mencari
pengetahuan baru itu bekerja terus menerus secara aktif melakukan proses
berpikir, menimbang, mengevaluasi, mengumpulkan fakta (informasi), serta
menganalisis terhadap pengetahuan yang telah dimiliki sampai melahirkan
pengetahuan baru. Kegiatan atau aktivitas berpikir manusia yang merambat dari
pengetahuan yang telah dimiliki sampai melahirkan pengetahuan baru, itulah
yang disebut dengan Penalaran atau Reasoning.
Penalaran ialah pekerjaan akal menganalisis pengetahuan-pengetahuan
yang telah dimiliki merambat kepada timbulnya pengetahuan baru. Pengetahuan
yang telah dimiliki itu merupakan pendahuluan atau premis-premis
(antencenden), sedang pengetahuan baru yang timbul disebut kesimpulan atau
konsekuensi atau konklusi. Salah satu contoh penalaran yang paling sederhana
ialah Silogisme.
Kegiatan penalaran atau menalar, dalam proses berpikir logis adalah hal
yang penting. Oleh karena melalui penalaran jiwa kita lebih menampakkan
aktivitas serta dinamika yang lebih tinggi menghasilkan pengetahuan baru, dan
itulah yang penting dalam kehidupan berpikir manusia. Dengan perkataan lain,
bahwa manusia yang berpikir menghasilkan sesuatu dari hasil pikirannya itu
yang bermanfaat bagi kehidupannya.
2. Unsur-Unsur Penalaran
Penalaran ini mempunyai unsur-unsur yang membangun atau membentuk
penalaran. Karena dengan unsur-unsur penalaran adalah merupakan
komponen-komponen yang menyebabkan proses penalaran berjalan.
Unsur - unsur penalaran tersebut, ialah :
Pertama : adanya pengertian yang terbentuk secara logis benar, baik secara
coherensi, maupun menurut corespondensi.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 10


Kedua : adanya premis-premis yang mendahului, yang terdiri atas premis
mayor dan premis minor. Premis-premis tersebut berwujud
pendapat-pendapat.
Ketiga : adanya konklusi atau kesimpulan yang ditarik dari premis-premis

Keterkaitan antara pengertian, pendapat dan penalaran dalam proses berpikir


manusia. Artinya adanya penalaran, karena adanya pendapat,sedang adanya
pendapat terbentuk dari pengertian-pengertian.
3. Premis Mayor dan premis Minor

Premis ialah pendahuluan (antecenden) yakni yang mendahului sebelum


lahirnya suatu kesimpulan atau pengetahuan baru. Premis-premis ini merupakan
pengetahuan-pengetahuan lama yang telah dimiliki. Oleh karena itu dalam
proses penalaran, premis adalah alasan atau pertimbangan yang logis untuk
melahirkan pengetahuan baru.
Premis ini adalah berwujud pendapat, yang terdiri dari susunan kata, term
atau mungkin pula susunan kalimat yang berupa pendapat umum.
4. Klasifikasi Jenis - jenis Penalaran lain

Adapun jenis-jenis penalaran itu ialah :


1. Entymoma, yakni suatu penalaran dimana premisnya tidak lengkap. Salah
satu premisnya tidak dinyatakan secara eksplisit cukup diketahui secara
batiniah.
Contoh : Dia datang di rumah saya bukan waktu siang. Kalau
begitu dia datang waktu malam.
2. Sorites,yakni suatu penalaran dimana premisnya merupakan suatu premis
yang berantai.
Contoh : Orang dermawan ialah orang yang suka memberikan
bantuan kepada orang yang susah
3. Dilemma, yakni suatu penalaran dmana premis-premisnya menunjukkan
dua hal yang bertentangan.
Contoh : Tentukanlah pendapatmu pergi atau tidak pergi

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 11


- Kalau kau pergi dengan kelompok A kau akan dipecat
dari kelompok B
- Dan kalau kau tetap tinggal di kelompok B, maka
anggota kelompok akan datang membunuh kamu.
- Jadi kalau begitu lebih baik aku.............
5. Ciri - Ciri Penalaran
Adapun ciri - ciri penalaran itu,ialah :
a) penalaran itu menampakkan suatu proses berfikir logis. Dan berfikir logis itu
adalah berfikir menurut pola-pola tertenu atau logika tertentu.
b) Penalaran itu adalah analitik. Artinya kegiatan berfikir tersebut
menyandarkan diri pada suatu analisa yang kelak melahirkan suatu hasil
proses analisis penalaran deduktif maupun penalaran induktif.
c) Suatu penalaran sering dikaitkan dengan data atau fakta di lapangan
(korespondensi), jadi kalau kita mengatakan bahwa “kerbau itu bukan
hewan” adalah suatu pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta.
d) Proses penalaran menampakkan suatu coherenitas antara kesimpulan,
premis minor dan premis mayor.
6. Norma Atau Ketentuan Dalam Berpikir Logis Penalaran
Untuk menerapkan norma atau azas berpikir secara logis, maka perlu
diperhatikan prinsip-prinsip dalam melakukan penalaran yaitu sebagai berikut :
1) Principium Identitas
Bahwa sesuatu itu mempunyai identitasnya sendiri-sendiri. Artinya segala
sesuatu itu, apakah benda manusia, hewan, benda alam dan sebagainya
mempunyai identitasnya sendiri- sendiri yang berbeda satu dengan yang lain.
Contoh : si nina tidak sama dengan si uci (walaupun Nina dan Uci kembar).
Kuda tidak sama dengan Kerbau (walaupun kerbau dan kuda sama-sama
hewan).
2) Principium Contradiktionis
Yakni suatu prinsip yang menyatakan, bahwa sesuatu itu tidak sama dengan
lawannya. Artinya di dunia ini terdapat saja hal-hal yang berlawanan. Dan
secara logika hal-hal yang berlawanan itu perlu diketahui prinsip-prinsip

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 12


pemakaiannya. Contohnya : Laki-laki tidak sama dengan wanita, siang tidak
sama dengan malam, dan sebagainya.
3) Principium Eksklusi
Ialah suatu prinsip yang memungkiri atau mengeluarkan adanya
kemungkinan yang kedua. Contohnya : kalau benar bahwa bukan dia yang
mengambil barang itu, maka tuduhan bahwa dia yang mengambil adalah
salah.
7. Penalaran Dalam Pendekatan Praktis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan praktis tersebut ialah :
1) Dalam menelaah sesuatu harus memperhatikan logis atau tidak.
2) Segala ungkapan, pernyataan, konsep, ide-ide dan sebagainya yang
dikemukakan harus dilihat apakah sesuai fakta atau tidak.
3) Harus mempunyai kemampuan untuk menganalisa sesuatu dan apakah
koheren atau tidak.
4) Dalam menetapkan kesimpulan harus melihat apakah premis-premis sudah
benar atau tidak.
5) Dalam menetapkan kesimpulan harus memperhatikan apakah kesimpulan
yang diambil itu sudah sesuai dengan premis atau tidak.
8. Peranan Penalaran
Peranan penalaran bagi dunia perguruan tinggi sebagai lembaga ilmiah, yaitu :
1) Melatih dosen dan mahasiswa agar melakukan pendekatan penalaran
ilmiah terhadap sesuatu masalah yang dihadapi.
memberi petunjuk bagi dosen dan mahasiswa dalam penulisan karya-
karya ilmiah agar dalam menarik kesimpulan hendaknya memperhatikan
premis-premisnya.
2) Melatih dosen dan mahasiswa untuk berpikir lebih kritis, hati-hati, objektif,
rasional dan bertanggung jawab.
3) Mempersiapkan dosen dan mahasiswa agar mampu menghadapi
berbagai tantangan dalam kehidupan ini, serta mampu melakukan cara-
cara penyelesaian dengan menerapkan proses berpikir logis.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 13


KATA

Kata adalah satuan terkecil dalam proposisi. Berbeda dengan ilmu Bahasa yang
menyelidiki kata dari segala aspeknya, penyelidikan logika bertujuan mencari pengertian
kata dan bagaimana penggunaan setepatnya. Penyelidikan kata ini penting karena ia
merupakan unsur yang membentuk pemikiran.

Kata-kata mempunyai beberapa pengertian, yaitu :

1. Positif, Negatif dan Privatif

Sesuatu kata mempunyai pengertian positif apabila mengandung penegasan


adanya sesuatu, seperti gemuk (adanya daging), kaya (adanya harta benda), pandai
(adanya ilmu), terang (adanya sinar) dan sebagainya.

Sesuatu kata mempunyai arti negatif apabila diawali dengan salah satu dari :
tidak, tak, non, atau bukan seperti : tidak gemuk, tak kurus, bukan kaya, dsb.

Suatu kata mempunyai pengertian privatif apabila mengandung makna tidak


adanya sesuatu, seperti kurus (tidak ada daging), bodoh (tidak adanya ilmu),miskin
(tidak adanya harta).

Dalam pembicaraan sehari-hari kata-kata seperti : tidak gemuk disamakan


artinya dengan kurus, tidak kaya sama dengan miskin, tidak pandai sama dengan
bodoh, tidak terang sama dengan gelap dsb. Penggunaan serupa adalah tidak benar,
karena tidak gemuk berarti dikecualikan dari sifat gemuk tetapi bisa juga belum
sampai ke tingkat kurus.

Tidak pandai berarti seseorang itu tidak masuk ke dalam kelompok orang-
orang pandai tetapi bisa juga bukan orang yang bodoh. Tidak kaya berarti bahwa
seseorang itu tidak mempunyai cukup harta, tetapi bisa juga belum sampai taraf
miskin. Jadi tidak gemuk tidak semakna dengan kurus, tidak pandai tidak semakna
dengan bodoh, tidak kaya tidak semakna dengan miskin.

Dalam skema berikut ketiga pengertian kata itu menjadi jelas bedanya :

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 14


POSITIF NEGATIF PRIVATIF

Dermawan Tidak dermawan Kikir

Cantik Tidak cantik Jelek

Luas Tidak luas Sempit

Rajin Tidak rajin Malas

Kuat Tidak kuat Lemah

Tentu saja ada juga kata-kata dalam pengertian negatif sama maknanya dengan
kata-kata privatif, seperti : tidak lulus semakna dengan gagal, tidak hidup semakna
dengan mati, tidak pergi semakna dengan di tempat dan sebagainya.

2. Universal, Partikular, Singular dan Kolektif

Suatu kata mempunyai pengertian universal apabila mengikat keseluruhan


bawahannya tanpa kecuali, seperti rumah, kursi, hewan, tumbuhan, manusia dsb.
Dimaksud “rumah” adalah keseluruhan rumah tanpa kecuali; rumah kita, rumah
tetangga kita; rumah teman kita; rumah kayu, rumah batu; rumah yang dekat, rumah
yang jauh; pokoknya semua wujud yang disebut rumah.

Suatu kata mempunyai pengertian partikular apabila ia mengikat


bawahannya yang banyak, tetapi tidak mencakup keseluruhan anggota yang
diikatnya. Kata “manusia” adalah universal. Tetapi, apabila sudah dibatasi,
betapapun banyaknya anggota yang diikat, maka mempunyai pengertian partikular
seperti : sebagian manusia, beberapa manusia, ada manusia, banyak manusia,
tidak semua manusia, sebagian besar manusia.

Jika pada kata universal anggota yang diikatnya adalah banyak tidak
terbatas, maka pada kata singular adalah sebaliknya. Anggota yang menjadi
bawahan kata singular adalah satu. Kata yang mempunyai pengertian singular
dapat dibedakan menjadi :

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 15


a). Nama Unik, yaitu nama yang memberi identitas berikut keterangan atau
penjelasan suatu obyek, misalnya Presiden Indonesia yang kedua; sungai
terpanjang di dunia; orang paling pendek di dunia. Termasuk dalam kelompok
ini adalah kata yang diberi penunjuk ‘ini’ atau ‘itu’. “Kursi” adalah universal,
tetapi “kursi ini” atau “kursi itu” adalah singular.

b). Nama Diri : yaitu nama yang diberikan kepada orang atau barang untuk tujuan
identifikasi, seperti Hasan, Fatimah, Kusen, Serayu, Himalaya, Sahid Hotel,
Taman Mini Indonesia Indah dsb.

Suatu kata mempunyai pengertian kolektif apabila ia mengikat sejumlah


barang yang mempunyai persamaan fungsi yang membentuk suatu kesatuan,
seperti regu; tim; kesebelasan, panitia, dewan. Kata yang mempunyai pengertian
kolektif adalah keseluruhan yang terikat, bukan individunya. Semua pemain
bersama-sama membentuk regu, tetapi tidak bisa dikatakan setiap pemain adalah
regu. Berbeda dengan pengertian universal yang berlaku bagi setiap individunya,
maka pengertian kolektif tidak. Bila kita menyatakan “Bangsa Jerman rajin” ini tidak
berarti setiap orang Jerman adalah rajin. Sedangkan dalam “Bangsa Jerman adalah
orang Barat” maka tidak boleh tidak setiap individu bangsa Jerman adalah orang
Barat. Dalam pernyataan pertama “bangsa Jerman” mempunyai pengertian kolektif,
sedangkan pada pernyataan kedua “orang Barat” mempunyai pengertian universal.

3. Konkret dan Abstrak

Suatu kata mempunyai pengertian konkret apabila ia menunjuk kepada suatu


benda , orang atau apa saja yang mempunyai eksistensi tertentu seperti : buku, kursi,
rumah, kuda, Hasan.
Suatu kata mempunyai pengertian abstrak apabila ia menunjuk kepada sifat,
keadaan, kegiatan yang dilepas dari obyek tertentu seperti : kesehatan, kebodohan,
kekayaan, kepandaian.
Ternyata ada beberapa kata yang bermakna konkret pada suatu saat dan bermakna
abstrak pada saat lain. Hal ini terjadi menurut penggunaannya. ‘Orang Jawa’ jika dimaksud
adalah sekelompok manusia yang tinggal di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat ia

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 16


bermakna konkret. Tetapi bila dimaksud adalah cara dan sikap mereka hidup maka
menjadi abstrak. ‘Kebaikan’, ‘kekayaan’, ‘kenakalan’, ‘kesempurnaan’ adalah abstrak.
Tetapi bila kata itu ditekankan pada obyek tertentu, ia menjadi konkret.
4. Mutlak dan Relatif

Suatu kata mempunyai pengertian mutlak apabila ia dapat dipahami dengan


sendirinya tanpa membutuhkan hubungan dengan benda lain, seperti : buku, rumah, kuda.

Ia mempunyai pengertian relatif apabila tidak dapat dipahami dengan sendirinya,


tetapi harus selalu ada hubungannya dengan benda lain, seperti : ayah, pemimpin, suami,
kakak, kakek.

5. Univok, Equivok dan Analog

Univok adalah kata yang mempunyai satu makna yang jelas, tidak
membingungkan; seperti: pulpen, pensil, botol, kursi dsb.

Equivok adalah kata yang mengandung makna lebih dari satu, seperti bunga,
bulan, buku. Bunga bisa bermakna tanaman, bisa juga tambahan nilai dari sejumlah uang.
Bulan bisa bermakna planet, bisa juga panjang waktu yg jumlahnya 30 hari. Buku bisa
bermakna kertas yg diikat sebagian sisinya, bisa juga panjang batang tanaman di antara
dua ruas.

Analog adalah kata yang dalam pemakaiannya mempunyai makna yang berbeda
dengan makna aslinya tetapi masih mempunyai persamaan juga. Semua kata bisa dibuat
dalam makna analog. Contoh :

* Bunga itu merupakan bagian tanaman yang paling indah

Waktu muda ia adalah bunga di desa ini.

* Bila hujan bumi akan basah

Banyak pejabat enggan di pindah dari tempat yang basah

Ada juga kata yang bermakna lebih dari satu yang disebut Ambigu. Berbeda dengan
equivok dan analog yang mempunyai makna yang berbeda karena letaknya dalam kalimat,

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 17


ambigu adalah kata yang mempunyai makna lebih dari satu berdasarkan penafsiran orang
yang menggunakannya. Contoh kata ambigu : demokrasi, hak azasi. Pengertian
demokrasi menurut masyarakat liberal berbeda dengan masyarakat totaliter. Begitu juga
pengertian hak azasi berbeda antar beberapa negara.

6. Bermakna dan Tak Bermakna

Setiap kata universal, selalu mempunyai dua macam pengertian. Sebagai contoh, kita
ambil kata ‘manusia’, maka ia mempunyai :

(a). Pengertian ‘manusia’. ‘Manusia’ adalah kata yang tidak diberikan kepada sembarang
benda, tetapi kepada sesuatu yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Berdasarkan sifat-
sifat tertentu itulah kita dapat mengetahui makhluk yang bernama manusia, bahwa ia
bukan benda mati, ia seperti binatang tetapi berbeda dengannya, dapat menerima
pendidikan tinggi, kawin, mempergunakan alat untuk bekerja dsb. Sifat tertentu inilah
yang membentuk apa yang disebut makna atau konotasi atau mafhum.

(b). Barang yang dicakup oleh kata ‘manusia’, yakni : Hasan, Budi, John, Badu; manusia
kulit kuning, manusia kulit hitam dan sebagainya. Barang yang dicakup itu disebut
cakupan, denotasi atau masodak.

Setiap kata yang mempunyai konotasi dan denotasi disebut kata bermakna atau
konotatif. Kebanyakan kata masuk kelompok ini. Sebagian lain adalah kata yang tidak
mempunyai denotasi, yakni tidak mempunyai cakupan, seperti Gatotkaca, Kuda Sembrani,
Nyai Roro Kidul, Gunung emas dan semua nam dalam mitologi dan dongeng.

Kuda sembrani misalnya, dapat kita ketahui nama itu melalui pengertian yang
diberikan orang, yakni ‘kuda bersayap yang dapat terbang’. Kita dapat menangkap
pengertiannya, tetapi ia tidak mempunyai realitas, jadi ia tidak mempunyai denotasi. Kata
yang tidak mempunyai denotasi disebut kata tak-bermakna atau non-konotatif.

B. KATA SEBAGAI PREDIKAT

Kata atau susunan kata yang berfungsi sebagai subyek atau predikat disebut
Term. Sebagai predikat, term, dapat dibedakan menjadi :

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 18


1. Genus (jenis, jins)
2. Differentia (sifat pembeda, fals)
3. Spesia (kelas, nau’)
4. Propria (sifat khusus, al-khassah)
5. Accidentia (sifat umum, al-’arad)
Jenis (genus, jins) adalah term yang mempunyai bawahan banyak dan berbeda-beda,
tetapi kesemuanya mempunyai sifat sama yang mengikat keseluruhan bawahan yang
berbeda-beda itu. Dengan kata lain jenis adalah term yang menyatakan hakikat suatu
barang tetapi sebagian saja, belum melukiskan hakikatnya yang sempurna. Kerbau, kuda,
gajah, kera, burung, manusia adalah berbeda, tetapi kesemuanya mempunyai sifat
persamaan yang tidak bisa dilepaskan dari masing-masing nama itu yaitu sifat
kebinatangan. Jadi kata ‘binatang’ adalah jenis. Term ‘binatang’ belum memberikan
pengertian secara sempurna tentang suatu kata, seperti : Manusia adalah binatang; ia
telah menyebut hakikat manusia tetapi belum seluruhnya.

Spesia (kelas, nau’) adalah term yang menunjukkan hakikat yang berlainan tetapi
sama-sama terikat dalam satu jenis. Manusia, kuda lembu, kerbau adalah spesia.
Jenisnya adalah binatang.

Differentia (sifat pembeda, al-fasl),adalah term yang membedakan satu hakikat


dengan hakikat lain yang sama-sama terikat dalam satu jenis.

Jenis : binatang
Spesia : manusia (binatang yang berpikir)
Differentia : yang membedakan manusia dari barang lain yang tercakup dalam
binatang (kuda, lembu, kerbau) adalah sifat berpikir. Sifat berpikir
pada manusia inilah yang disebut differentia.

Jenis : bidang datar


Spesia : segitiga,
Differentia : yang membedakan segitiga dari bentuk bidang datar lainnya (segi

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 19


empat, segi lima, segi enam) adalah kenyataan dibatasinya bidang
datar itu oleh tiga garis.

Selanjutnya adalah Propia (sifat khusus, al-khassah) adalah term yang menyatakan
sifat hakikat dari suatu spesia sebagai akibat dari sifat pembeda yang dimilikinya. Sifat
pembeda yang dimiliki manusia adalah berpikir. Dari sifat berpikir inilah timbul sifat-sifat
khusus seperti : kawin, membentuk pemerintahan, membuat lembaga, berpakaian,
mengembangkan kebudayaan.

Accidentia (sifat umum, al-’arad) adalah term yang menunjukkan sifat yang tidak
harus dimiliki oleh satu spesia seperti : gemuk, kurus, pandai, ceroboh.

3. KONOTASI DAN DENOTASI SERTA BATAS-BATASNYA

1. Batas Konotasi

Dalam logika ada sebuah batasan yang sangat terkenal tentang manusia
yakni ‘binatang yang berpikir’. Mengapa pengertian manusia begitu sederhana?

Seperti kita ketahui, sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu subyek, inilah yang
membentuk pengertian subyek itu. Apakah pengertian suatu subyek harus
menyebut semua sifat yang dimiliki jenis, differentia, propria dan accidentianya?
Tidak. Pengertian suatu subyek cukup dengan menyebut sekedar sifat yang
menunjukkan pengertiannya. Jadi kita tidak perlu propria dan accindetianya, tetapi
cukup jenis dan sifat pembedanya secara tepat. Dengan jenis kita telah dapat
mengetahui golongan mana subyek tersebut dimasukkan. Dengan sifat pembeda
kita dapat membedakan, subyek tersebut dengan subyek lain yang terikat dalam
golongan itu.

Maka pengertian manusia cukup dengan ‘binatang yang berpikir’; karena


inilah sifat yang terpenting. Kita tidak perlu memyebut sifat lain yang dimiliki
manusia, seperti berjual beli, kawin, membuat lembaga, membuat pemerintahan
juga sifat seperti :kaya, gemuk, kurus, keriting dan sebagainya.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 20


2. Batas Denotasi

Logika menetapkan, batas konotasi adalah spesia yakni jenis yang telah
dihadirkan sifat pembedanya. Karena keduanya menggunakan spesia sebagai
batas, maka antara konotasi dan denotasi terjadi perbandingan terbalik, yakni :
Semakin bertambah pengertian yang membentuk konotasi, semakin kuranglah
kesatuan yang dicakup denotasi dan sebaliknya, semakin kurang pengertian yang
membentuk konotasi, semakin luaslah kesatuan yang dicakup denotasi.

Dalam kata ‘kendaraan’ tercakup olehnya semua macam dan jenis


kendaraan, baik laut, darat, maupun udara. Jika konotasi kita tambah menjadi
‘kendaraan darat’, maka kendaraan laut dan kendaraan udara tidak tercakup lagi.
Denotasi kendaraan akan lebih sempit lagi jika konotasinya menjadi ‘kendaraan
darat beroda dua’ demikian selanjutnya, semakin bertambah luas pengertiannya
semakin sempitlah denotasinya.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 21


DEFINISI

1. Pengertian Definisi

Dalam kehidupan ilmiah maupun kehidupan sehari-hari kita banyak berurusan


dgn definisi. Pada saat kita memasuki pembicaraan permulaan suatu ilmu, ia akan
bertemu dahulu dengan defenisinya. Menjelaskan pengertian suatu kata agar supaya
tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penggunaannya adalah tugas definisi. Mendefinisi
adalah menyebut sekelompok karakteristik suatu kata sehingga kita dapat mengetahui
pengertiannya serta dapat membedakan kata lain yang menunjuk obyek yang lain pula.
Kata atau istilah definisi berasal dari bahasa Latin, dari kata definitio yang
berarti pembatasan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1998 :
235), definisi diartikan batasan atau keterangan singkat. Definisi merupakan suatu
pernyataan yang memuat penjelasan tentang arti suatu istilah (Noor MS Bakry, 2001 :
31). Dari pengertian ini diketahui, bahwa suatu definisi mempunyai fungsi untuk
memberi batas arti atau makna sesuatu. Batasan arti itu dilakukan dengan tepat, jelas,
singkat dan padat, sehingga orang dapat membedakan antara definisi suatu term
dengan definisi term lain.
Menurut pengertian operasional definisi ialah suatu susunan kalimat yang jelas,
tepat dan singkat untuk memberi batas arti atau makna suatu istilah atau term atau
objek yang dipikirkan.
Kegiatan berpikir memberi definisi atau memberi batas arti sesuatu yang banyak
terdapat dalam kehidupan masyarakat terutama di bidang pendidikan yang
menghendaki pemberian definisi tersebut dilakukan dengan benar.
2. Jenis Definisi
Terdapat tiga macam definisi yang masing-masing jenis definisi dapat dibagi kedalam
beberapa cara merumuskan definisi, yaitu :
1) Definisi Nominalis
Definisi nominalis ialah pemberian batasan arti atau penjelasan atau keterangan
suatu istilah dengan mengartikan istilah atau kata tersebut, dimana masyarakat
umum mudah memahaminya, walaupun dalam definisi tersebut belum

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 22


memberikan suatu pengertian yang tuntas. Misalnya kata “Psikologi” diartikan jiwa.
Pengertian ini belum dapat memberikan suatu gambaran yang jelas tentang apa
psikologi itu, namun penjelasan tersebut masyarakat umum sudah dapat
memahaminya. Oleh karena itu definisi nominalis, dapat dilakukan :
a) Secara terminologi
b) Secara sinonim
c) Secara semantik
Pemberian arti suatu kata atau istilah secara terminologi ialah dengan
menguraikan akar kata dari istilah tersebut, lalu diartikan. Misalnya “Psikologi”
dari asal kata “Psyche” dan “Logos”. Psyche artinya jiwa dan logos artinya
ilmu. Jadi psikologi artinya “ilmu jiwa”.
2) Definisi Realis
Definisi Realis ialah pemberian penjelasan atau keterangan suatu istilah atau
objek menurut realitasnya atau kondisi yang nyata dari objek tersebut.
3) Definisi Praktis
Definisi Praktis ialah pemberian penjelasan atau keterangan suatu istilah atau
objek pemikiran dengan melihat tindakan praktis atau kemanfaatan atau
kegunaan istilah tersebut.
3. Patokan Dalam Membuat Definisi
Patokan-patokan dalam merumuskan definisi ialah sebagai berikut :
a. Hal yang didefinisikan itu dapat dibolak-balik dengan keterangannya namun tetap
menunjukkan pengertian yang sama.
Contoh : manusia adalah animal rational. Bila dibalik, animal rational adalah
manusia (pengertiannya tidak berubah)
Kerbau adalah hewan berkaki empat (benar). Bila dibalik : hewan
berkaki empat adalah kerbau (salah) pengertiannya berubah.
b. Sebaiknya suatu definisi dirumuskan dengan secara afirmatif (positif) dan bukan
secara negatif. Jadi tidak menggunakan kata-kata “bukan” atau “tidak”.
Contoh : manusia adalah makhluk sosial (benar)
Psikologi adalah ilmu tingkah laku (benar)
Manusia bukanlah hewan (salah)

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 23


Psikologi bukan sosiologi (salah)
c. Hal yang didefinisikan itu tidaklah termasuk dalam definisi itu sendiri. Bila hal ini
terjadi maka timbullah apa yang disebut definisi dalam definisi.
Contoh : Psikologi ialah psikologi tentang......
Etika ialah etika tentang.......
d. Dalam merumuskan definisi tentang sesuatu supaya tidak mengandung
pengertian yang kabur atau mendua arti (ambigu).
Contoh : gerhana bulan, ialah cahaya bulan tidak sampai di bumi (salah).
Mengapa? Karena sudah dipahami, bahwa setiap gerhana bulan cahayanya tidak
sampai di bumi. Tetapi kalau didefinisikan, gerhana bulan ialah cahaya bulan
terlindung oleh matahari (benar). Mengapa benar? Karena gerhana sudah diberi
definisi, yaitu cahaya bulan yang terlindung.
Seminar ialah pertemuan beberapa orang......(salah)
Mengapa salah? Karena rapat, simposium dan sebagainya juga merupakan
pertemuan beberapa orang (ambigu). Tetapi kalau didefinisikan : seminar ialah
diskusi ilmiah tentang......(benar). Mengapa benar?karena diskusi ilmiah sudah
mendefinisikan tentang seminar (tidak ambigu).
4. Penggunaan kata affirmatif “ialah” dan “adalah”
Dalam merumuskan suatu definisi, apakah definisi itu bersifat ilmiah (definisi
ilmu) atau bukan (definisi biasa) orang sering dikacaukan dalam penggunaan kata
“ialah” dan kata “adalah”. Penggunaan kedua kata tersebut sering sembarangan
penempatannya. Kesalahan ini merupakan salah kaprah. Suatu kesalahan namun
masyarakat menerimanya sebagai suatu yang benar. Mengapa bisa terjadi? Karena
penggunaan kedua kata tersebut sering tidak disadari dan dianggap sama saja.
Merumuskan definisi, apalagi definisi bersifat ilmiah sebaiknya digunakan kata
“ialah” dan bukan “adalah”. Kata “adalah” lebih baik digunakan pada hal-hal yang
bersifat pemberian informasi atau pernyataan pendapat atau putusan tentang
sesuatu.
Contoh :
- filsafat ialah ilmu pengetahuan yang berminat mencari kebenaran sesuatu
berdasarkan pemikiran (benar)

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 24


- filsafat adalah ilmu pengetahuan......(salah)
Akan tetapi kalau hal itu bersifat pemberian pendapat atau putusan atau informasi,
maka kata “adalah” baik digunakan. Misalnya : Filsafat adalah ilmu normatif.
Pengertian ini hanya memberikan informasi, bukan definisi.
Contoh : mahasiswa yang ada dalam ruiangan itu adalah mahasiswa.......
5. Cara Merumuskan Definisi
Dalam merumuskan para pakar atau ahli sangat tergantung dari sudut pandang
mereka masing-masing. Oleh karena itu kadang-kadang suatu bidang ilmu
mempunyai rumusan definisi yang berbeda-beda.
Menurut filsafat suatu ilmu dapat dirumuskan definisinya melalui lima cara sebagai
berikut :
1) Memberi arti istilah secara terminologi
Cara ini menganalisa suatu istilah ilmu, menurut katanya dan lalu memberinya arti.
Biasanya cara ini orang membuka kamus dan lalu mencari istilah tersebut atau
sinonimnya serta arti istilah itu. Oleh karena itu cara ini biasa disebut secara
harfiah.
Misalnya “Psikologi” dari asal kata “Psyche” dan “Logos”. Psyche artinya jiwa
dan logos artinya ilmu. Jadi psikologi artinya “ilmu jiwa”. Cara ini belum
memberikan gambaran atau pengertian yang jelas tentang psychology, oleh
karena itu masih diperlukan cara lain.
2) Memberi arti istilah secara etimologi
Memberi arti suatu istilah secara etimologi adalah memberi arti istilah tersebut
menurut asal usul istilah itu. Di sini istilah ilmu dicari tahu dari mana asalnya istilah
itu dan bagaimana pengertian asalnya, ketika muncul istilah tersebut.
Contoh : filsafat menurut etimologinya adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu
dari Philosophia yang terdiri dua suku kata “philo” dan “shopia”. Philo artinya suka
atau cinta dan shopia artinya bijaksana. Jadi Philosophia artinya suka kepada
kebijaksanaan. Di yunani merupakan tempat asal timbulnya filosof-filosof barat
maka pada ketika itu para filosof disebut orang-orang yang bijaksana yakni orang-
orang yang arif yang banyak mengetahui sesuatu.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 25


Cara yang kedua ini pun belum juga memberikan suatu pengertian atau definisi
yang jelas apa sesungguhnya yang ingin kita ketahui dari istilah filsafat itu. Tetapi
cara ini sudah dapat membantu untuk membuat atau merumuskan suatu definisi
yang baik.
3) Memberi arti istilah menurut realitanya
Cara ini menganalisa istilah ilmu itu menurut sifat hakekatnya atau menurut
realitanya, sehingga secara spesifik dapat membedakan dengan yan lain. Oleh
karena itu cara ini disebut juga definisi realis.
Realita dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
1) Realita Logik, yaitu realita menurut kerja akal : 2 x 2 = 4
2) Realita Kodrat atau alami : manusia adalah mahkluk jasmani dan rohani
3) Realita Buatan : mesjid istiqlal adalah mesjid yang indah di jakarta
4) Realita Agama : Umat Islam ke lapangan untuk melaksanakan shalat idul fitri.
4) Memberi arti istilah secara praktis
Pada cara ini, istilah atau term dilihat dari segi tindakan praktisnya serta
kemanfaatannya dari term atau istilah yang didefinisikan itu.
5) Memberi arti istilah secara operasional (Definisi Operasional)
Memberi arti (makna) sesuatu sampai melahirkan suatu rumusan yang
operasional, dapat dilakukan dengan memberi penjelasan konkrit tentang apa
yang didefinisikan. Dengan kata lain, definisi operasional ialah pemberian
penjelasan atau keterangan sesuatu secara terukur yang dapat dilakukan dengan
pengujian atau pembuktian sehingga melahirkan hasil pengukuran. Misalnya bila
kita ingin mendefinisikan tentang : Prestasi Belajar. Dalam pengertian secara
konsep, mungkin dapat didefinisikan : prestasi belajar ialah hasil yang dicapai
oleh seorang siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar tertentu. Akan
tetapi seorang mahasiswa akan melaksanakan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar siswa kelas II SLTP Negeri
2 dalam Mata pelajaran Matematika”.
Mahasiswa tersebut harus memberikan definisi operasional apa yang dimaksud
dengan “prestasi belajar” dalam judul penelitiannya. Misalnya dia memberi definisi
operasional yang dimaksud dengan Prestasi belajar dalam penelitian ini ialah

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 26


nilai rapor siswa kelas II SLTP Negeri 2 dalam mata pelajaran Matematika
pada catur wulan ke 2.
Jadi pada definisi operasional ini definisi tersebut merupakan hal-hal yang terukur
yang dapat dihitung hasil pengukuran.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 27


PROPOSISI

Logika mempelajari cara bernalar yang benar dan kita tidak bisa
melaksanakannya tanpa memiliki dahulu pengetahuan yang menjadi premisnya.
Bila dibandingkan dengan sebuah bangunan, premis itu adalah batu, pasir
dan semennya; sedangkan proses penalaran itu dpt kita samakan dengan bagan
atau arsitekturnya.
Dengan semen, batu dan pasir serta arsitektur yang baik akan dihasilkan
bangunan yang indah dan kokoh, dengan premis yang dapat
dipertanggungjawabkan dan melalui proses penalaran yang sah akan dihasilkan
kesimpulan yang benar.
Dalam logika, premis-premis yang dimaksud adalah berupa pernyataan
dalam bentuk kata-kata.
Pernyataan pikiran manusia mengungkapkan keinginan, perintah, harapan,
cemooh, kekaguman dan pengungkapan realitas tertentu baik yang dinyatakan
dalam bentuk positif maupun bentuk negatif. Logika berurusan dengan pernyataan
pikiran dalam bentuk terakhir, seperti :
Hasan adalah manusia penyabar
Besi bila dipanaskan memuai
Agus salim adalah diplomat
Semua gajah tidak punah di tahun 1984
Shakespeare bukan pemimpin militer
Besi tidak lebih ringan daripada air tawar

Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai


benar dan salahnya. Proposisi merupakan unit terkecil dari pemikiran yang
mengandung maksud sempurna. Semua pernyataan pikiran yang
mengungkapkan keinginan dan kehendak yang tidak dapat dinilai benar dan
salahnya bukanlah proposisi, seperti :

Semoga Tuhan selalu melindungimu


Ambilkan aku segelas air
Alangkah cantiknya gadis itu
Saudara sekalian yang terhormat
Cis kau anak tolol
wahai purnama bersinarlah selalu

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 28


Mengukur benar atau salahnya suatu proposisi?

Dalam logika ada dua macam proposisi menurut sumbernya, yaitu : proposisi
analitik dan proposisi sintetik.

1. Proposisi analitik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian


yang sudah terkandung pada subyeknya, seperti :

Mangga adalah buah-buahan


Kuda adalah hewan
Ayah adalah seorang laki-laki
Kata “hewan” pada contoh “Kuda adalah hewan” pengertiannya sudah
terkandung pada subyek “kuda”. Jadi predikat pada proposisi analitik tidak
mendatangkan pengetahuan baru. Untuk menilai benar atau tidaknya
proposisi tersebut dapat kita lihat ada tidaknya pertentangan dalam diri
pernyataan itu. Proposisi analitik disebut juga proposisi a priori.

2. Proposisi sintetik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian


yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya, seperti :

Pepaya ini manis


Gadis ini manis
Onassis adalah kaya raya
Kata “manis” pada proposisi ‘Gadis ini manis” pengertiannya belum
terkandung pada subyeknya, yaitu “gadis”. Jadi kata “manis” merupakan
pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman. Proposisi sintetik
adalah lukisan dari kenyataan empirik maka untuk menguji benar salahnya
diukur berdasarkan sesuai tidaknya dengan kenyatan empiriknya. Proposisi
ini disebut juga proposisi a posteriori.

Proposisi menurut bentuknya ada tiga macam, yaitu : Proposisi Kategorik,


Proposisi Hipotetik dan Proposisi Disyungtif.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 29


A. PROPOSISI KATEGORIK

Proposisi kategorik adalah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa


adanya syarat, seperti :

Hasan sedang sakit


Anak-anak yang tinggal di asrama adalah mahasiswa
Orang rajin akan mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang mereka harapkan

Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri dari satu term subyek,
satu term predikat, satu kopula dan satu quantifier.
Subyek adalah term yang menjadi pokok pembicaraan;predikat adalah
term yang menerangkan subyek. Kopula adalah kata yang menyatakan hubungan
antara term subyek dan term predikat. Quantifier adalah kata yang menunjukkan
banyaknya satuan yang diikat oleh term subyek.
Contoh sebuah proposisi kategorik, yaitu :
Sebagian manusia adalah pemabuk

1 2 3 4

1=quantifier; 2=term subyek; 3=kopula; 4=term predikat

Quantifier ada kalanya menunjuk kepada permasalahan universal, seperti kata :


seluruh, semua, segenap, setiap, tidak satu pun.
Quantifier juga menunjuk kepada permasalahan partikular seperti : sebagian,
kebanyakan, beberapa, tidak semua, sebagian besar, hampir seluruh, rata-
rata, [salah] seorang di antara…..; [salah] sebuah di antara……
Quantifier juga menunjuk kepada permasalahan singular, tetapi untuk
permasalahan singular biasanya quantifier tidak dinyatakan. Apabila quantifier
suatu proposisi menunjuk kepada permasalahan universal maka proposisi itu
disebut proposisi universal. Apabila menunjuk kepada permasalahan partikular
disebut proposisi partikular, dan apabila menunjuk kepada permasalahan
singular disebut proposisi singular.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 30


Jika suatu proposisi tidak dinyatakan quantifier-nya tidak berarti subyek dari
proposisi tersebut tidak mengandung pengertian banyaknya satuan yang
diikatnya. Untuk mengetahui kuantitas dari proposisi yang tidak dinyatakan
quantifier-nya dapat diketahui lewat hubungan pengertian antara subyek dan
predikatnya.
Contoh proposisi yang quantifier-nya dinyatakan :

 Proposisi universal : semua tanaman membutuhkan air


 Proposisi partikular : sebagian manusia dapat menerima
pendidikan tinggi
 Proposisi singular : seorang yang bernama Hasan adalah
seorang guru
Proposisi tersebut dapat dinyatakan tanpa disebut quantifier-nya tanpa mengubah
kuantitas proposisinya :

 Proposisi universal : Tanaman membutuhkan air

 Proposisi partikular : Manusia dapat menerima pendidikan tinggi

 Proposisi singular : Hasan adalah guru

Dalam proposisi “Tanaman membutuhkan air”, meskipun quantifier-nya tidak


dinyatakan, yang dimaksud adalah semua tanaman, karena tidak satu tanaman pun
tidak membutuhkan air. Pada Proposisi “Manusia dapat menerima pendidikan tinggi”,
yang dimaksud adalah sebagian manusia karena tidak semua manusia dapat
menerima pendidikan tinggi. Sedangkan pada proposisi “Hasan adalah guru” yang
dimaksud tentulah seorang, bukan beberapa orang.

Kopula adalah kata yang menegaskan hubungan term subyek dan term
predikat baik hubungan mengiakan maupun hubungan mengingkari. Bila ia berupa
“adalah” berarti mengiakan dan bila berupa “tidak, bukan atau tak” berarti
mengingkari. Kopula menentukan kualitas proposisinya. Bila ia mengiakan,
proposisinya disebut proposisi positif dan bila mengingkari disebut proposisi negatif.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 31


Proposisi positif : Hasan adalah guru
Proposisi negatif : Budi bukan seniman
Kopula dalam proposisi positif kadang-kadang dinyatakan dan kadang-kadang
tidak (tersembunyi). Kita sering mendengar ungkapan “Napoleon adalah seorang
panglima yang ulung” (kopula dinyatakan); tetapi sering juga mendengar hanya :
“Napoleon panglima yang ulung” (kopula tersembunyi). Kopula pada proposisi negatif
tidak mungkin disembunyikan, karena bila demikian berarti mengiakan hubungan
antara term subyek dan predikatnya. Kopula dalam proposisi merupakan keharusan,
meskipun bisa dinyatakan dan bisa pula tidak.
Dengan quantifier dapat kita ketahui kuantitas proposisi tertentu, apakah
universal, partikular ataukah singular dan dengan kopula bisa kita ketahui kualitas
proposisi itu apakah positif ataukah negatif.
B. PROPOSISI HIPOTETIK
Pada Proposisi Hipotetik kebenaran yang dinyatakan justru digantungkan
pada syarat tertentu. Pada proposisi hipotetik, kopulanya adalah “jika, apabila,
atau manakala” yang kemudian dilanjutkan dengan “maka”, meskipun yang
terakhir ini sering tidak dinyatakan. Pada proposisi kategorik kopula
menghubungkan dua buah term sedang pada proposisi hipotetik kopulanya
menghubungkan dua buah pernyataan.
Contoh proposisi hipotetik :
‘jika permintaan bertambah maka harga akan naik’.
Pada dasarnya terdiri dari dua proposisi kategorik ‘permintaan bertambah’ dan
‘harga akan naik’.
‘Jika’ dan ‘Maka’ pada contoh diatas adalah kopula, ‘permintaan bertambah’
sebagai pernyataan pertama disebut sebab atau antecedent dan ‘harga akan naik’
sebagai pernyataan kedua disebut akibat atau konsekuen
Proposisi hipotetik mempunyai dua buah bentuk.

Pertama : Bila A adalah B maka A adalah C, seperti :


Bila Hasan rajin ia akan naik kelas
Jika tanaman sering diberi pupuk ia akan subur
Manakala seseorang dihina, maka ia akan marah

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 32


Kedua : bila A adalah B maka C adalah D, seperti :
Bila hujan, saya naik becak
Bila keadilan tidak dihiraukan maka rakyat akan menuntut
Bila permintaan bertambah, maka harga akan naik

Antara sebab dan akibat dalam proposisi hipotetik ada kalanya merupakan hubungan
kebiasaan dan ada kalanya merupakan hubungan keharusan.
Proposisi hipotetik yang mempunyai hubungan kebiasaan seperti :

Bila pecah perang, maka harga akan membumbung.


Jika hujan turun, saya tidak akan pergi.
Manakala ia lulus, ayahnya akan memberi dia hadiah
yang menarik.

Proposisi hipotetik yang mempunyai hubungan keharusan, seperti :

Bila matahari terbit maka waktu shalat Subuh habis


Bila nyawa meninggalkan badan maka berakhirlah
kegiatan jasmani.
Bila sesuatu itu hidup maka ia membutuhkan air.

C. PROPOSISI DISYUNGTIF

Proposisi disyungtif juga terdiri dari dua buah proposisi kategorik. Sebuah
proposisi disyungtif seperti : Proposisi jika tidak benar maka salah;
jika dianalisis menjadi : ‘proposisi itu benar’ dan ‘proposisi itu salah’.
Kopula dari proposisi distyungtif bervariasi sekali, seperti :

Hidup kalau tidak bahagia adalah susah


Hasan di rumah atau di sekolah
Jika bukan Hasan yang mencuri maka Budi

Dalam proposisi hipotetik kopula menghubungkan sebab dan akibat sedangkan


dalam proposisi disyungtif kopula menghubungkan dua buah aternatif.
Ada dua bentuk proposisi disyungtif, yaitu proposisi disyungtif sempurna dan
proposisi disyungtif tidak sempurna.
Proposisi disyungtif sempurna mempunyai alternatif kontradiktif. Rumusnya adalah
: A mungkin B mungkin non B, seperti :
Hasan berbaju putih atau berbaju non putih
Budi mungkin masih hidup mungkin sudah mati (non-hidup)

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 33


Fatimah berbahasa Arab atau berbahasa non-Arab.

Proposisi disyungtif tidak sempurna alternatifnya tidak berbentuk kontradiktif. Rumusnya


adalah : A mungkin B mungkin C, seperti :
Hasan berbaju hitam atau berbaju pulih
Budi di toko atau di rumah
PSSI kalah atau menang

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 34


SILOGISME

1. Pengertian Silogisme

Dalam Silogisme kita menyimpulkan pengetahuan baru yang kebenarannya


diambil secara sintetis dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu,
yang tidak terjadi dalam proses penyimpulan Eduksi. Aristoteles membatasi silogisme
sebagai : argumen yang konklusinya diambil secara pasti dari premis-premis yang
menyatakan permasalahan yang berlainan.
Proposisi yang menjadi pangkalan umum dan pangkalan khusus disebut premis
(mukadimah), sedangkan proposisi yang dihasilkan dari sintetis kedua premisnya
disebut kesimpulan (konklusi) dan term yang menghubungankan kedua premis disebut
term penengah (middle term).
Premis yang termnya menjadi subyek pada konklusi disebut premis minor.
Premis yang termnya menjadi predikat pada konklusi disebut premis mayor. Dikatakan
demikian karena predikat hampir selalu lebih luas daripada subyeknya.
Semua manusia akan mati
Plato adalah manusia
Plato akan mati
‘Semua manusia akan mati’ adalah premis mayor, ‘Plato adalah manusia’
adalah premis minor dan ‘Plato akan mati’ adalah konklusi, sedangkan manusia adalah
term penengah.

A. Silogisme Kategorik
Silogisme kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan
proposisi kategorik.
Semua tanaman membutuhkan air (premis mayor)
M P
Akasia adalah tanaman (premis minor)
S M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
S P

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 35


keterangan :
S = subyek; P=predikat; M-middle term
Term penengah (middle term) tidak boleh kita sebut atau kita tulis dalam
konklusi.
HUKUM-HUKUM SILOGISME KATEGORIK

Patokan-patokan dalam silogisme adalah :

1). Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti :

Semua yang halal dimakan menyehatkan


Sebagian makanan tidak menyehatkan,jadi
Sebagian makanan tidak halal dimakan
(kesimpulan tidak boleh : semua makanan tidak halal dimakan).

2). Apabila salah satu premis negatif, kesipulan harus negatif juga, seperti :

Semua korupsi tidak disenangi


Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian pejabat tidak disenangi
(kesimpulan tidak boleh : Sebagian pejabat disenangi)

Semua mahasiswa terdidik


Sebagian manusia tidak terdidik, jadi:
Sebagian manusia bukan mahasiswa.

3). Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan, seperti :

Beberapa orang kaya kikir


Beberapa pedagang adalah kaya
Jadi : beberapa pedagang adalah kikir

Beberapa politikus tidak jujur


Banyak cendekiawan adalah politikus
Jadi : banyak cendekiawan tidak jujur

Kesimpulan yang diturunkan dari premis partikular tidak pernah menghasilkan kebenaran

yang pasti, oleh karena itu kesimpulan, seperti :

Sembilan puluh persen pedagang pasar Johar jujur


Kumar adalah pedagang pasar Johar
Jadi : sembilan puluh persen Kumar adalah jujur; adalah tidak sah.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 36


Sebagian besar pelaut dapat menganyam tali secara baik
Hasan adalah pelaut
Jadi : kemungkinan besar Hasan dapat menganyam tali secara baik ; adalah
tidak sah.

4). Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak menghasilkan kesimpulan apapun,
karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan
yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar
Kucing bukan bunga mawar
…….(tidak ada kesimpulan)

Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukkan


Tidak satu pun drama Shakespeare mudah dipertunjukkan
Jadi : semua drama Shakespeare adalah baik
(Kesimpulan tidak sah)
5). Paling tidak salah satu dari term penengah harus tertebar (mencakup). Dari dua premis
yang term penengahnya tidak tertebar akan menghasilkan kesimpulan yang salah,
seperti :
Semua ikan berdarah dingin
Binatang ini berdarah dingin
Jadi : binatang ini adalah ikan
(padahal bisa juga binatang melata)

Semua tanaman membutuhkan air


Manusia membutuhkan air
Jadi : manusia adalah tanaman

6) Term predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada
premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti :
Kerbau dalah binatang
Kambing bukan kerbau
Jadi : kambing bukan kerbau
(“binatang” pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis
adalah positif)

Hasan adalah manusia


Budi bukan Hasan
Jadi : Budi bukan Hasan

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 37


7). Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis
minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan manjadi lain, seperti :
Bulan itu bersinar di langit
Januari adalah bulan
Jadi : Januari bersinar di langit

(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya
31 hari, sedangkan pada premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).

8). Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term subyek, term predikat dan term middle.
Apabila terdiri dari sebuah term tidak bisa diturunkan konklusi, begitu pula bila terdiri
dari dua atau lebih dari tiga term.
Absah dan Benar
Absah (valid) berkaitan dengan prosedur penyimpulannya, apakah pengambilan
konklusi sesuai dengan patokan atau tidak. Dikatakan valid apabila sesuai dengan patokan
di atas dan dikatakan tidak valid bila sebaliknya.
Benar berkaitan dengan proposisi dalam silogisme itu, apakah ia didukung atau
sesuai dengan fakta atau tidak. Bila sesuai dengan fakta, proposisi itu benar, bila tidak ia
salah.
Keabsahan dan kebenaran dalam silogisme merupakan suatu satuan yang tidak
bisa dipisahkan, untuk mendapatkan konklusi yang sah dan benar. Hanya konklusi dari
premis yang benar dari prosedur yang sah konklusi itu dapat diakui. Mengapa demikian?
Karena bisa terjadi : dari premis salah dan prosedur valid menghasilkan konklusi yang
benar, demikian juga dari premis salah dan prosedur invalid dihasilkan konklusi benar.
Contohnya :
1. Prosedur valid, premis salah dan konklusi benar.

Semua yang baik itu haram (salah)


Semua yang memabukkan itu haram (salah)
Jadi : Semua yang memabukkan itu haram (benar)

Semua bunga berbau harum (salah)


Semua minyak wangi adalah bunga (salah)
Jadi : Semua minyak wangi berbau harum (benar)

2. Prosedur invalid (tak sah) premis benar konklusi salah.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 38


Plato adalah filosof (benar)
Aristoteles bukan Plato (benar)
Jadi : Aristoteles bukan filosof. (salah)

Semua ikan berdarah dingin (benar)


Reptil bukan ikan (benar)
Jadi : Reptil tidak berdarah dingin (salah)

3. Prosedur invalid, premis salah konklusi benar

Sebagian besi bernyawa (salah)


Sebagian logam bernyawa (salah)
Jadi : Sebagian logam adalah besi (benar)

4. Prosedur valid premis salah dan konklusi salah.

Semua yang keras tidak berguna (salah)


Adonan roti adalah keras (salah)
Jadi : adonan roti tidak berguna (salah)

Semua yang ada tidak dapat dilihat (salah)


Jiwa dapat dilihat (salah)
Jadi : Jiwa tidak ada (salah)

B. SILOGISME HIPOTETIK

Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi


hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorik yang menetapkan atau
mengingkari term antecedent atau term konsekuen premis mayornya.
Pada silogisme hipotetik, term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung
oleh premis mayornya, mungkin bagian antecedent dan mungkin pula bagian konsekuen-
nya tergantung oleh bagian yang diakui atau dipungkiri oleh premis minornya.
Ada empat (4) macam tipe silogisme hipotetik :
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti :

Jika hujan, saya naik becak


Sekarang hujan
Jadi saya naik becak

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 39


2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuen-nya,
seperti :

Bila hujan, bumi akan basah


Sekarang bumi telah basah
Jadi hujan telah turun

3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti :

Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan


timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul

4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuen-nya,


seperti

Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah


Pihak penguasa tidak gelisah
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan

Hukum-hukum Silogisme Hipotetik

Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme adalah :
1. Bila Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana (tidak sah = salah)
2. Bila B terlaksana, maka A terlaksana (tidak sah = salah)
3. Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

C. SILOGISME DISYUNGTIF

Silogisme disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan


disyungtif sedangkan premis minornya keputusan kategorika yang mengakui atau
mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan
silogisme disyungtif dalam arti luas.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit premis mayornya mempunyai alternatif
kontradiktif, seperti :
Ia lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
Ia bukan tidak lulus.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 40


Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif, seperti :
Hasan di rumah atau di pasar
Ternyata tidak di rumah
Jadi di pasar

Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu :
1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi –nya adalah mengakui
alternatif yang lain, seperti :
Ia berada di luar atau di dalam
Ternyata tidak berada di luar
Jadi ia berada di dalam
Ia berada di luar atau di dalam
Ternyata tidak berada di dalam
Jadi ia berada di luar
2. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari
aletrnatif yang lain, seperti :
Budi di mesjid atau di sekolah
Ia berada di mesjid
Jadi ia tidak berada di sekolah
Budi di mesjid atau di sekolah
Ia berada di sekolah
Jadi ia tidak berada di mesjid

Hukum-hukum Silogisme Disyungtif


1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid, seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Hasan berbaju putih atau tidak putih
Ternyata ia tidak berbaju putih
Jadi ia berbaju non-putih
2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah sebagai berikut :
a. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar),
seperti :
Budi menjadi guru atau pelaut
Ia adalah guru
Jadi bukan pelaut

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 41


Budi menjadi guru atau pelaut
Ia adalah pelaut
Jadi bukan guru

b. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, konklusinya tidak sah (salah ),
seperti :
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya
Ternyata tidak lari ke Yogya
Jadi ia lari ke Solo (bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut
Ternyata ia bukan pelaut
Jadi ia guru (bisa jadi ia seorang pedagang)

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 42


GENERALISASI

1. Pengertian Generalisasi

Proses penalaran induktif dapat kita laksanakan melalui teknik-teknik :


generalisasi, analogi, hubungan kausal, hipotesis dan teori.
Generalisasi sebagai teknik yang mula-mula kita bicarakan adalah proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan
imum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang
diselidiki. Dengan begitu hukum yang disimpulkan dari fenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Oleh karena itu hukum yang
dihasilkan oleh penalaran ini, juga semua bentuk penalaran induktif tidak pernah
sampai kepada kebenaran pasti, tetapi kebenaran kemungkinan besar
(probability). Pada penalaran deduksi, kesimpulan yang kita dapatkan bila
premisnya kita yakin kebenarannya, dengan prosedur yang valid akan dihasilkan
kesimpulan yang pasti. Jika kita mengakui bahwa setiap orang Jepang rajin dan
Hanoko adalah orang Jepang, maka kesimpulan yang dihasilkan yaitu : “Hanoko
adalah rajin” adalah benar pasti.
Sedangkan pada penalaran serupa :
A Pedagang Pasar Johar......jujur
B Pedagang Pasar Johar......jujur
C Pedagang Pasar Johar......jujur
D Pedagang Pasar Johar......jujur
E Pedagang Pasar Johar......jujur
F Pedagang Pasar Johar......jujur

Semua pedagang Pasar johar jujur; hanya mempunyai kemungkinan


kebenaran probabilitas.
2. Macam-Macam Generalisasi

Berdasarkan kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan,


generalisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 43


1) Generalisasi Sempurna. Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana
seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Misalnya setelah
kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun Masehi kemudian
disimpulkan bahwa : Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31.
Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setipa bulan
kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat
diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis.
2) Generalisasi Tidak Sempurna. Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi
berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku
bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Misalnya setelah kita menyelidiki
sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong
royong, kemudia kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
suka bergotong royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi tidak
sempurna.
Meskipun macam generalisasi ini tidak menghasilkan kesimpulan sampai ke
tingkat pasti sebagaimana generalisasi sempurna, tetapi corak generalisasi ini
jauh lebih praktis dan lebih ekonomis dibandingkan dengan generalisasi yang
sempurna.
Generalisasi tidak sempurna tidak saja terdapat pada teori ilmiah, tetapi juga
terlaksana pada pikiran anak kecil, bahkan pada hewan sekalipun. Anak kecil
yang pernah terluka jari-jarinya karena bermain-main dengan pisau akan berhati-
hati jika pada saat lain ia menggunakannya, karena dia mengetahui bahwa pisau
(semua pisau) adalah barang berbahaya. Seekor anak anjing yang telah sekali
mencocorkan moncongnya pada radiotor listrik tidak akan mengulangi lagi untuk
selanjutnya karena ia mengetahui bahwa yang demikian itu (mencocorkan
moncong ke radiotor listrik) adalah menyakitkan. Meskipun tindakan bocah
maupun anak anjing tersebut bukan didasarkan kesadaran penalaran, namun
tindakan serupa adalah corak penyimpulan generalisasi.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 44


3. Pengujian Atas Generalisasi
Untuk menguji apakah generalisasi yang dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya dapat
kita pergunakan evaluasi berikut :
1) Apakah sampel yang digunakan secara kuantitatif cukup mewakili. Memang tidak
ada ukuran yang pasti berapa jumlah fenomena individual yang diperlukan untuk
dapat menghasilkan kesimpulan yang terpercaya.
2) Apakah sampel yang digunakan cukup bervariasi. Semakin banyak variasi
sampel, semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan.
3) Apakah dalam generalisasi itu diperhitungkan hal-hal yang menyimpang dengan
fenomena umum atau tidak. Kekecualian- Kekecualian harus diperhitungkan juga,
terutama jika kekecualian itu cukup besar jumlahnya. Dalam hal kekecualian
cukup besar tidak mungkin diadakan generalisasi. Bila kekecualian sedikit
jumlahnya harus dirumuskan dengan hati-hati, kata-kata seperti semua, setiap,
selalu, tidak pernah, selamanya dan sebagainya harus dihindari. Pemakaian kata
: hampir seluruhnya, sebagian besar, kebanyakan, harus didasarkan atas
pertimbangan rasional yang cermat. Semakin cermat faktor-faktor pengecualian
dipertimbangkan, semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan.
4) Apakah kesimpulan yang dirumuskan konsisten dengan fenomena individual.
Kesimpulan yang dirumuskan haruslah merupakan konsekuen logis dari
fenomena yang dikumpulkan, tidak boleh memberikan tafsiran menyimpang dari
data yang ada. Misalnya penyelidikan tentang faktor utam penyebab rendahnya
prestasi akademik mahasiswa IAIN. Apabila data setiap individu dari sampel yang
diselidiki ditemukan faktor-faktor lemahnya penguasaan bahasa asing, miskin
literatur, kurang berdiskusi serta terlalu banyaknya jenis mata kuliah, lalu
disimpulkan bahwa penyebab rendahnya prestasi itu adalah lemahnya
penguasaan bahasa asing dan miskin literatur, ini tidak merupakan konsekuensi
logis dari fenomena yang dikumpulkan. Kesimpulan ini lemah karena
meninggalkan dua faktor analogi, yakni kurang berdiskusi dan banyaknay jenis
mata kuliah. Kesimpulan akan lebih lemah lagi, bila hanya menyebut karena
lemahnya penguasaan bahasa asing. Semakin banyak faktor analogik yang
ditinggalkan, semakin lemah kesimpulan yang dihasilkan.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 45


4. Generalisasi yang Salah
Bagaimanapun juga ada kecenderungan umum untuk membuat generalisasi
berdasarkan fenomena yang sangat sedikit sehingga tidak mencukupi syarat untuk
dibuat generalisasi. Dalam kehidupan sehari-hari kekeliruan seperti ini seringkali
terjadi. Kita mendengar ungkapan seperti : Dia adalah mahasiswa kenapa
memecahkan masalah seringan ini tidak bisa, kalau begitu dia adalah bodoh; Dia orang
Islam mengapa korupsi kalau begitu orang Islam memang jahat; Dia memang tidak
suka membayar utang terbukti uangku tidak dikembalikannya.
Tidak jarang di kalangan orang-orang terdidik sering tercetus penyataan yang
bersifat generalisasi yang salah seperti : peredaran uang, sekali mengalami inflasi tidak
akan bisa dikendalikan; Setiap peradaban tumbuh melalui fase sirkuler: tumbuh,
berkembang, matang, menurun dan akhirnya hancur; Sejarah selalu mengulangi
dirinya; Pemerintahan demokrasi adalah jelek; Orang kaya bisa sukses karena ia kikir;
dan sebagainya.
5. Generalisasi Empirik dan Generalisasi dengan Penjelasan
Sebagaimana telah disebut bahwa generalisasi (generalisasi tidak sempurna)
tidak pernah mencapai tingkat keterpercayaan mutlak namun kesimpulan yang
dihasilkanya menjadi terpercaya manakala memenuhi empat syarat yang telah kita
ketahui. Apabila generalisasi ini kemudian disertai dengan penjelasan “mengapanya”
maka kebenaran yang dihasilkanya akan lebih kuat lagi.
Generalisasi yang tidak disertai dengan penjelasan mengapanya atau
generalisasi fenomenanya semata-mata disebut generalisasi empirik.
Jadi benarlah semua hukum alam mula-mula dirumuskan melalui generalisasi
empirik kemudian setelah diketahui hubungan kausalnya lahirlah generalisasi dengan
penjelasan dan inilah yang melahirkan penjelasan ilmiah.
6. Generalisasi Ilmiah
Generalisasi ilmiah tidak berbeda dengan generalisasi biasa, baik dalam bentuk
maupun permasalahannya. Perbedaan utama terletak pada metodenya, kualitas data
serta ketepatan dalam perumusannya.
Tanda-tanda penting dari generalisasi ilmiah adalah :

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 46


1) Datanya dikumpulkan dengan observasi yang cermat, dilaksanakan oleh tenaga
terdidik serta mengenal baik permasalahannya.
2) Adanya penggunaan instrumen untuk mengukur serta mendapatkan ketepatan
serta menghindari kekeliruan sejauh mungkin.
3) Adanya pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta.
4) Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh dinyatakan dengan term
yang padat dam matematik.
5) Observasi atas fakta-fakta eksperimental hasilnya dirumuskan dengan
memperhatikan kondisi yang bervariasi misalnya waktu tempat dan keadaan
khusus lainnya.
6) Dipublikasikan untuk memungkinkan adanya pengujian kembali, kritik dan
pengetesan atas generalisasi yang dibuat.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 47


TEORI

1. Pengertian
Dalam percakapan sehari-hari kita sering mendengar ucapan : “itu betul
dalam teori, tetapi tidak dapat dilaksanakan dalam praktek”. Terhadap ucapan
serupa hanya cukup dengan jawaban sederhana bahwa apabila tidak dapat
dilaksanakan dala praktek, maka itu bukan teori yang benar. Tidak ada teori itu
disebut benar apabila ia tidak relevan dengan fakta-fakta. Teori itu tidak lain
adalah interpretasi dari fakta-fakta.
2. Macam-Macam Teori
Ada dua macam teori, teori umum dan teori khusus. Teori umum adalah
suatu pernyataan apabila ia benar maka ia benar secara universal. Ia berlaku bagi
semua waktu, semua tempat dan semua keadaan serta semua permasalahan
dalam kelas yang dinyatakannya. Sebuah generalisasi adalah merupakn teori
yang bersifat umum,demikian juga sebuah penjelasan (Explanation) manakala ia
berlaku bagi semua peristiwa, keadaan, waktu dan tempat sesuai permasalahan
yang diterangkannya. Pernyataan seperti : Apabila semua keadaan lain tetap,
bertambahnya permintaan akan menaikkan harga barang. Bertambahnya
penduduk itu menurut deret ukur sedangkan bertambahnya makanan seperi deret
hitung; Negara akan aman apabila pemegang kekuasaan dan para
cendekiawannya bersatu; Perjalanan kebudayaan itu melalui tahapan tumbuh,
berkembang, mencapai puncak kejayaan, mundur dan akhirnya runtuh; dan
semua yang kita dapati sekarang itu merupakan perkembangan yang lebih
sempurna dari keadaan yang mendahuluinya,adalah merupakan teori-teori umum.
Teori khusus adalah teori yang berkaitan dengan sejumlah fakta-fakta
particular tertentu. Ia berusaha untuk menjelaskan fakta-fakta itu dalam
hubungannya yang satu dengan lainnya. ia harus sesuai dengan fakta-fakta yang
diketahuinya, tetapi juga harus berhasil mengidentifikasikan beberapa fakta atau
sejumlah fakta yang selama itu belum diketahui.
Bila seorang dokter setelah memeriksa tubuh seorang pasien ia
menetapkan bahwa pasiennya menderita sakti ini dan untuk mengobatinya

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 48


dengan cara begini, maka ia membuat teori yang bersifat khusus. Seorang
pedagang yang mengetahui dagangannya merosot ia akan berusaha mencari
sebabnya. Apa yang menyebabkan berkurangnya langganan dan bagaimana hal
itu diatasi. Maka kemudian ia menganalisa untuk menemukan sebab dari
kemerosotan bisnisnya. Kemudian ia membua teori yang tepat bagi semua fakta
yang berkaitan serta teori bagaimana yang seharusnya dikerjakan untuk
mengatasi kemerosotan itu. Teori yang diambilnya adalah teori khusus karena
berusaha memecahkan masalah yang khusus dan hanya dapat di aplikasikan
untuk masalah ini saja.
Setiap teori selalu bermula dari hipotesis. Keduanya tidak ada perbedaan
prinsip, kecuali hanya graduasi saja. Hipotesis juga merupakan interpretas dari
fakta ia juga disusun berdasarkan fakta, tetapi kebenarannya belum diuji,
sedangkan teori kebenarannya telah teruji. Oleh karena itulah maka dalam arti
kasar, teori mencakup juga hipotesis.

3. Pengujian Hipotesis

Ukuran-ukuran yang dapat kita gunakan untuk menilai suatu hipotesis adalah :

1. Relevansi. Tidak ada sebuah hipotesis diajukan kecuali berusaha


menerangkan fakta yang dihadapi. Oleh karena itu hipotesis tentulah harus
relevan dengan fakta yang hendak dijelaskan.
2. Mampu untuk diuji. Suatu hipotesis harus memungkinkan kita mengujinya
dengan observasi untuk membuktikan benar dan tidaknya. Sudah barang
tentu tidak seluruhnya harus dengan observasi langsung sebagaimana kita
melihat meja dan kursi. Hipotesis bahwa bumi itu bulat dapat kita buktikan
berdasarkan observasi tidak langsung yang melihat dengan mata kepala
bahwa bumi itu bulat, melainkan dengan perhitungan misalnya bahwa kapal
yang mendatang ke pantai lebih dahulu kelihatan tiangnya atau cerobong
asapny, menunjukkan bahwabumi bulat.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 49


3. Bersesuaian dengan hipotesis yang telah di terima sebagai pengetahuan yang
benar. Sebuah hipotesis tidak akan bertahan kalau ia tidak cocok dengan
pengetahuan manusia yang meyakinkan.
4. Mempunyai daya ramal. Hipotesis yang baik tidak saja mendeskripsikan fakta-
fakta, tetapi interpretasi yang dibuatnya mampu untuk menjelaskan fakta-fakta
sejenis yang tidak diketahui atau belum diselidiki.
5. Sederhana
4. Teori Dan Metode Ilmiah

Generalisasi, hubungan kausal dan analogi merupakan metode untuk


menemukan pengetahuan baru. Sekarang apakah fungsi teori? untuk menjawab
ini kita lebih dahuu berbicara tentang metode ilmiah.

Metode Ilmiah adalah cara untuk mendapatkan pengetahuan dengan cara


ilmiah. Dalam prosesnya untuk menemukan pengetahuan baru, ada beberapa
lngkah yang kesemuanya saling kait-mengait. Langkah-langkah itu adalah :

1. Penemuan atau penentuan masalah. Pada tahap ini kita secar sadar
mengetahui masalah yang akan kita telaah dengan ruang lingkup dan batas-
batasnya.
2. Perumusan masalah. Merupakan usaha untuk mendeskripsikan masalah yang
dihadapi dengan lebih jelas. pada tahap ini kita mengidentifikasikan semua
faktor-faktor yang terlibat dalam masalah yang dihadapi.
3. Pengajuan Hipotesis. pada tahap ini kita berusaha untuk memberikan
penjelasan sementara mengenai hubungan sebab akibat dari faktor-faktor
yang membentuk kerangka masalah yang kita hadapi.
4. Deduksi dari Hipotesis. Tahap ini merupakan langkah perantara untuk
pengujian hipotesis yang kita ajukan. deduksi hipotesis merupakan identifikasi
fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam hubungannya dengan
hipotesis yang diajukan.
5. Pembuktian Hipotesis. pada tahap ini kita mengumpulkan fakta-fakta untuk
membuktikan hipotesi yang telah kita ajukan. kalau fakta-fakta itu memang
ada maka hipotesis yang diajukan itu benar.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 50


6. Penerimaan Hipotesis menjadi teori ilmiah. hipotesis yang telah terbukti
kebenarannya diterima sebagai pengetahuan baru dan dianggap sebagai
bagian dari ilmu.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 51


BERPIKIR KREATIF

1. Pengertian Kreativitas

Istilah atau kata “kreativitas” ini pada dasarnya adalah implementasi atau
wujud dari berpikir kreatif. Sehingga ada yang menyebutkan kreativitas adalah
berpikir kreatif itu sendiri. Artinya seseorang yang berpikir kreatif akan
memperlihatkan tingkah laku kreativitas dalam hidupnya.
Kreativitas sebagai potensi bawaan ialah “kemampuan untuk membuat
kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada” (Utami
Munandar, 1987 : 47). Selanjutnya dijelaskan bahwa kreativitas atau berpikir kreatif
itu adalah kemampuan untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan
keragaman jawaban.

Kemudian menurut James R.Evans (1994) menyebutkan, kreativitas adalah


ketrampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subjek dari perspektif baru dan
membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak
dalam pikiran.

Dari pengertian-pengertian seperti tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa


kreatifitas pada hakekatnya adalah kemampuan untuk melahirkan dan menciptakan
aneka ragam ide, gagasan, jawaban, pendapat dan sebagainya yang merupakan
jalan keluar yang praktis dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Dari
kemampuan berpikir kreatif, lalu muncul berbagai kreativitas, misalnya ketrampilan
melukis, membuat anyaman, mengukir dan sebagainya. Contohnya seorang melihat
kertas dan bunga mawar lalu timbul pikirannya membuat bunga mawar dari kertas,
lalu iapun ciptakan bunga mawar dari kertas.

2. Perlunya Kreativitas
Menurut Utami Munandar (1994 : 39) mengatakan bahwa perlunya kreativitas bagi
manusia dapat dilihat dalam tiga hal, yaitu :
a. Dengan kreativitas manusia dapat berkreasi, mewujudkan dirinya, dan
perwujudan diri itu termasuk salah satu kebutuhan hidup manusia.
b. Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-
macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.
c. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan
kepuasan kepada individu.

Manfaat kreativitas bagi manusia dapat dilihat sebagai berikut :

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 52


a. Kreativitas dapat mendorong daya pikir seseorang, penuh semangat dan tidak
merasa putus asa melihat kesulitan hidup.
b. Kreativitas mendorong semangat kerja yang tinggi sehingga dapat mencapai
produktivitas yang tinggi.
c. Kreativitas sebagai sarana yang bisa memberikan kepuasan kerja.
d. Kreativitas memberikan semangat dan komitmen yang tegas bahwa tak ada
masalah yang tak dapat diselesaikan.
e. Kreativitas merupakan sarana untuk mengembangkan kepribadian.
f. Kreativitas memberi motivasi untuk dilakukan perbaikan terus menerus.
3. Ketrampilan Berpikir Kreatif

Keterampilan berpikir kreatif, dapat dilihat dalam lima bentuk berpikir kreatif,
yang kemudian dari masing-masing bentuk keterampilan berpikir kreatif tersebut,
memperlihatkan cirri perilaku kreativitas bagi seorang yang kreatif, yaitu :
1) Keterampilan berpikir lancar, yaitu : mencetuskan banyak ide, gagasan atau
saran, memberikan lebih dari satu jawaban, cirri-cirinya, antara lain :
 suka bertanya atau menjadi penanya yang baik
 mempunyai banya gagasan atau ide
 bekerja lebih cepat dari tugas-tugas yang diberikan
 suka terhadap pekerjaan yang menantang
2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel), yaitu : dapat memberikan pendapat
atau saran yang bervariasi, mencari banyak alternative, dapat melihat sesuatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
ciri-cirinya, antara lain :
 memberikan konsep, ide dengan cara yang berbeda
 memberikan aneka ragam penggunaan sesuatu yang tidak lazim
 memberikan saran, pertimbangan terhadap sesuatu yang berbeda dari yang
lain. suka kepada yang beraneka ragam.
 menggolongkan hal-hal yang menurut pembagian yang berbeda-beda.
3) keterampilan berpikir rasional, yaitu : data membuat kombinasi-kombinasiyang
tidak lazim, dapat melahirkan ungkapan baru dan unik, dapat melakukan
pengungkapan diri dalam cara yang berbeda.
ciri – cirinya, antara lain :
 memiliki cara berpikir yang lain dari orang lain baru.
 suka mempertanyakan hal-hal yang lama dan mencari solui dengan cara-cara
yang baru
 berpikir dengan cara yang lain dari yang lain
 lebih senang mensintesis daripada menganalisis sesuatu.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 53


4) keterampilan berpikir mengelaborasi atau merinci, yaitu : dapat memperkaya
wawasan dan gagasan-gagasannya, dapat merinci sesuatu secara mendetail.
memberikan gagasan-gagasan yang menarik. cirri – cirinya, antara lain :
 mencoba atau menguji detail-detail untuk melihat arah kedepan
 mempunyai rasa keindahan yang tinggi
 mencari ari lebih mendalam terhadap penyelesaian suatu masalah
 suka menggambar dan memberikan detail dala gambar tersebut
5) keterampilan menilai atau mengevaluasi, yaitu : mampu mengambil keputusan
terhadap situasi terbuka, suka melakukan penilaian terhadap sesuatu, tidak hanya
sekedar mencetuskan gagasan tetai juga mampu melaksanakannya. cirri – ciriny,
antara lain :
 memberi pertimbangan atas sudut pandangan sendiri
 merancang sesuatu kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus
 suka member penilaian terhadap sesuatu
 dapat mengemukakan pendapat secara rasional
 tidak cepat putus asah melihat kenyataan hidup.
4. Proses Berpikir Kreatif

Menurut Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2000 : 301) bahwa proses
berpikir kreatif berlangsung dan mengalir pada seseorang melalui lima tahapan atau
tingkatan yaitu :
1) Persiapan, yaitu tahap pengumpulan data atau informasi dalam melahirkan
suatu pemikiran kreatif. mendefinisikan masalah, tujuan atau tantangan.
2) Inkubasi, yaitu tahap diterimanya pemecahan masalah, berupa ide, gagasan
yang terdapat dalam prasadar. mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam
pikiran.
3) Iluminasi, yaitu tahap munculnya inspirasi, ide, gagasan dalam pemecahan
masalah. mendesak kepermukaan, gagasan bermunculan.
4) Verifikasi, yaitu tahap munculnya aktivitas evaluasi terhadap gagasan secara
kritis, dan penyesuaian dengan realita. memastikanapakah solusi itu benar-
benar memecahkan masalah.
5) Aplikasi, yaitu tahap menerapkan proses kreatif. mengambil langkah-langkah
untuk menindaklanjuti solusi tersebut.

5. Kiat-Kiat Mengembangkan Kreativitas

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2000 : 301) menawarkan 10 macam kiat
untuk memperoleh teknik-teknik kreativitas, yaitu :
 ingatlah sukses-sukses Anda dimasa lalu, baik yang biasa maupun yang
menakjubkan

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 54


 yakinlah ini dapat menjadi hari terobosan
 latihlah kreativitas anda dengan permainan mental
 ingat bahwa kegagalan membaa keberhasilan
 raihlah impian dan fantasi anda
 biarkan kesenangan memasuki kehidupan anda
 kumpulkan pengetahuan dari tempat lain
 pandanglah situasi dari segala sisi
 bersihkan pikiran anda dari asumsi-asumsi
 ubahlah posisi anda sesering mungkin

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 55


SESAT PIKIR

1. Pengertian Sesat Pikir

Pengetahuan tentang prinsip-prinsip logis sebuah penalaran sering tidak


memadai. Bahkan sering terlihat orang memaksakan prinsip tersebut untuk menarik
kesimpulan yang tidak relevan atau mempergunakan kata-kata yang memiliki makna
lebih dari satu. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan dipahami adanya kemungkinan
sesat pikir yang sering muncul dalam proses berpikir untuk menarik kesimpulan.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan sesat pikir itu? Sesat pikir adalah
proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah dan
menyesatkan, suatu gejala berpikir yang salah disebabkan oleh pemaksaan
prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya (Sumaryono, 1999).
Sesat pikir juga dapat terjadi dalam berbagai hal, antara lain sebagai berikut :
1) Definisi
Dalam membuat definisi yang tidak memperjelas (kata-katanya sulit, abstrak,
negatif dan mengulang). Misalnya, hukum waris adalah hukum untuk mengatur
warisan. Definisi ini sesat karena mengulang apa yang didefinisikan.
2) Penggolongan
a. Dasar penggolongan tidak jelas
b. Tidak konsisten
c. Tidak lengkap karena tidak bisa menampung seluruh fenomena yang ada.
Misalnya musim menurut kegiatannya dapat dibagi menjadi musim tanam,
musim kemarau, musim menyiangi, musim hujan dan musim panen. Contoh ini
ada kesesatan, yakni musim kemarau dan musim hujan bukanlah kegiatan.
2. Macam-macam Sesat Pikir
Ada banyak jenis kekeliruan yang dilakukan orang dalam melaksanakan
penalaran atau dalam berargumen. Setiap kekeliruan dalam menalar ini merupakan
argumen yang salah. Ada dua macam argumen yang salah, yakni sebagai berikut :
1) Argumen yang sebenarnya keliru namun tetap diterima umum karena banyak
orang yang menerima argumen tersebut tidak merasa kalau mereka itu
sebenarnya telah tertipu. Sesat pikir semacam ini disebut KEKELIRUAN
RELEVANSI. Kekeliruan relevansi biasanya terjadi karena ruang lingkup argumen
menunjukkan bahwa premis-premisnya secara logis tidak memiliki relevansi
dengan kesimpulan yang hendak dicapai. Argumen-argumen semacam itu
biasanya bersifat persuasif dan dimaksudkan untuk mempengaruhi aspek
kejiwaan orang lain. Argumen-argumen semacam ini misalnya terdapat dalam
pidato politik dalam kampanye, pernyataan pejabat yang dimaksudkan untuk
meredam situasi, reklame untuk menawarkan barang-barang produksi dan
sebagainya.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 56


2) Ambiguitas Argumen. Sesat pikir jenis initerjadi dalam argumen-argumen yang
susunannya terdiri dari kata-kata dan pernyataan yang ambigu, mendua arti atau
memiliki makna ganda. Bahkan kata-kata atau pernyataan tersebut memiliki
makna yang mudah berubah-ubah. Ada beberapa jenis kekeliruan argumentasi
yang disebabkan oleh ambiguitas tersebut.
a. Kesesatan karena Term Ekuivok
Banyak sesat pikir terjadi karena orang mempergunakan kata-kata yang
memiliki sifat EKUIVOK, yaitu kata-kata yang sama bunyinya tetapi
mempunyai arti yang berbeda. Misalnya, kata genting bisa berarti atap rumah,
gawat, sangat sempit, hampir putus. Jika perbedaan arti kata-kata tersebut
diterapkan pada kasus-kasus yang berbeda, tidak akan ada permasalahan.
Namun, jika kata tersebut kita kacaukan dengan cara mempergunakannya
dalam satu konteks dengan makna yang berbeda-beda, di sinilah terdapat
sesat pikir.
Contoh : malang itu kota yang indah. Orang miskin itu nasibnya malang.
Orang miskin itu nasibnya indah
b. Kesesatan karena aksen atau tekanan.
Dalam ucapan tiap-tiap kata, ada suku kata yang diberikan tekanan.
Perubahan tekanan dapat membawa perubahan arti. Maka kurang perhatian
terhadap tekanan ucapan dapat mengakibatkan perbedaan arti dan kesesatan
penalaran.
Contoh : tiap pagi pasukan mengadakan apel. Jadi, tiap pagi pasukan
mengadakan buah
c. Kesesatan karena arti kiasan (Metafora)
Kalau dalam suatu penalaran, sebuah kiasan disamakan dengan arti
sebenarnya atau sebaliknya, terjadilah kesesatan karena arti kiasan.
d. Kesesatan karena Amfiboli
Amfiboli terjadi kalau kontruksi sebuah kalimat sedemikian rupa sehingga
artinya menjadi bercabang.
Contoh : mahasiswa yang duduk di atas meja yang paling depan. Apa yang
paling depan, mahasiswanya atau mejanya ?
Ada iklan di media massa sebagai berikut. Dijual segera : kursi
tinggi untuk bayi dengan kaki patah. Pertanyaan : apa yang patah,
kaki kursi atau kaki bayi ?
3. Strategi Menghindar Sesat Pikir
Sesat pikir pada hakikatnya merupakan jebakan bagi proses penalaran kita.
Seperti halnya rambu-rambu lalu lintas dipasang sebagai peringatan bagi para
pemakai jalan di bagian-bagian yang rawan kecelakaan, maka rambu-rambu
sesatvpikir ditawarkan kepada kita agar kita jeli dan cermat terhadap kesalahan-
kesalahan dalam menalar, juga agar kita mampu mengidentifikasi dan menganalisis

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 57


kesalahan-kesalahan tersebut sehingga mungkin kita akan selamat dari penalaran
palsu.
Oleh karena itu, untuk menghindari kekeliruan relevansi, misalnya, kita sendiri
harus tetap bersikap kritis terhadap setiap argumen. Dalam hal ini, penelitian
terhadap peranan bahasa dan penggunaannya merupakan hal yang sangat menolong
dan penting. Realisasi keluwesan dan keanekaragaman penggunaan bahasa dapat
kita manfaatkan untuk memperoleh kesimpulan yang benar dari sebuah argumen.
Sesat pikir karena ambiguitas kata atau kalimat terjadi secara sangat “halus”.
Banyak kata yang menyebabkan kita mudah tergelincir karena banyak kata yang
memiliki rasa dan makna yang berbeda-beda. Untuk menghindari terjadinya sesat
pikir tersebut. Kita harus dapat mengupayakan agar setiap kata atau kalimat memiliki
makna yang tegas dan jelas. Untuk kita harus dapat mendefinisikan setiap kata atau
term yang kita pergunakan.

Bahan Ajar Dasar-Dasar Logika 58

Anda mungkin juga menyukai