Dokumen PDF 3
Dokumen PDF 3
Dokumen PDF 3
Di susun oleh :
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
baik berupa kesehatan rohani maupun jasmani, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan bahan ajar ini. Menyadari sepenuhnya bahwa diktat ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan yang mungkin belum sesuai dengan harapan, disebabkan
keterbatasan kemampuan pengetahuan yang dimiliki.
Dasar-Dasar Logika adalah salah satu mata kuliah yang diberikan kepada
mahasiswa di perguruan tinggi. Mata kuliah ini merupakan Mata Kuliah wajib mengenai
bagaimana berpikir yang sistematis dan mematuhi norma-norma berpikir.
Tujuan penyusunan bahan ajar ini adalah sebagai salah satu bahan / materi mata
kuliah Dasar-Dasar Logika yang merupakan mata Kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara .
Selesainya penulisan diktat ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik
berupa dorongan moril maupun materil. Karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-
tingginya.
Penyusun
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 3
BAB I LOGIKA 4
BAB II PENALARAN 10
BAB IV DEFINISI 22
BAB V PROPOSISI 28
BAB VI SILOGISME 35
1. Pengertian Logika
Logika berasal dari bahasa Latin : “LOGOS” yang berarti perkataan atau
sabda. Kemudian istilah ini disalin ke dalam beberapa bahasa, seperti : Bahasa Inggris
(Logic), bahasa Belanda (logica), bahasa Jerman (Logik) dan dala bahasa Arab
(Mantik).
Istilah lain dari bahasa Arab : “MANTIQ” dari kata kerja “NATAQA” yang
berarti berkata atau berucap. MANTIQ : penyelidikan ttg dasar-dasar dan metode-
metode berpikir benar (buku Logic and Language of Education). MANTIQ : hukum
yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir (kamus Munjid).
Logika ialah ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam
memperoleh suatu kebenaran (Prof. Thaib Thahir A. Muin). Sedangkan pengeertian
lain yaitu Logika ialah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah (Irving
M. Copi).
Logika : pengetahuan tentang cara berpikir sehat (Kamus Umum Bahasa Indonesia)
Logika : pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (Alex Lanur, OFM, 1985)
Logika : ilmu pengetahuan tentang berpikir, yakni mempelajari, menyelidiki serta
menemukan hukum-hukum, pedoman-pedoman, kaidah-kaidah, atau azas-azas
berpikir, agar manusia dapat berpikir secara runtut dan benar.
Runtut artinya berpikir secara beraturan, tertib dan berpedoman atau bersistem.
Benar artinya berpikir yang tidak salah, tidak keliru dan tidak kacau.
2. Objek Logika
Ada dua cara berpikir yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan
pengetahuan baru yang benar, yaitu :
1. Metode Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum menuju
kesimpulan yang bersifat khusus, seperti :
Semua logam bila dipanaskan memuai
Tembaga adalah logam
Jadi tembaga bila dipanaskan
2. Metode Induksi
6. Pembagian Logika
Tujuan Umum
Untuk mengenal, memahami serta menerapkan cara-cara berpikir, yang
diwujudkan baik melalui bahasa lisan, bahasa tulisan maupun dalam tindakan atau
perbuatan secara benar sehingga terjadi komunikasi yang komunikatif di antara
manusia.
Tujuan Khusus
1) Menemukan hukum-hukum atau kaedah-kaedah atau pedoman-pedoman
berpikir sebagai tuntutan berpikir, sehingga manusia dalam berpikirnya
Kata adalah satuan terkecil dalam proposisi. Berbeda dengan ilmu Bahasa yang
menyelidiki kata dari segala aspeknya, penyelidikan logika bertujuan mencari pengertian
kata dan bagaimana penggunaan setepatnya. Penyelidikan kata ini penting karena ia
merupakan unsur yang membentuk pemikiran.
Sesuatu kata mempunyai arti negatif apabila diawali dengan salah satu dari :
tidak, tak, non, atau bukan seperti : tidak gemuk, tak kurus, bukan kaya, dsb.
Tidak pandai berarti seseorang itu tidak masuk ke dalam kelompok orang-
orang pandai tetapi bisa juga bukan orang yang bodoh. Tidak kaya berarti bahwa
seseorang itu tidak mempunyai cukup harta, tetapi bisa juga belum sampai taraf
miskin. Jadi tidak gemuk tidak semakna dengan kurus, tidak pandai tidak semakna
dengan bodoh, tidak kaya tidak semakna dengan miskin.
Dalam skema berikut ketiga pengertian kata itu menjadi jelas bedanya :
Tentu saja ada juga kata-kata dalam pengertian negatif sama maknanya dengan
kata-kata privatif, seperti : tidak lulus semakna dengan gagal, tidak hidup semakna
dengan mati, tidak pergi semakna dengan di tempat dan sebagainya.
Jika pada kata universal anggota yang diikatnya adalah banyak tidak
terbatas, maka pada kata singular adalah sebaliknya. Anggota yang menjadi
bawahan kata singular adalah satu. Kata yang mempunyai pengertian singular
dapat dibedakan menjadi :
b). Nama Diri : yaitu nama yang diberikan kepada orang atau barang untuk tujuan
identifikasi, seperti Hasan, Fatimah, Kusen, Serayu, Himalaya, Sahid Hotel,
Taman Mini Indonesia Indah dsb.
Univok adalah kata yang mempunyai satu makna yang jelas, tidak
membingungkan; seperti: pulpen, pensil, botol, kursi dsb.
Equivok adalah kata yang mengandung makna lebih dari satu, seperti bunga,
bulan, buku. Bunga bisa bermakna tanaman, bisa juga tambahan nilai dari sejumlah uang.
Bulan bisa bermakna planet, bisa juga panjang waktu yg jumlahnya 30 hari. Buku bisa
bermakna kertas yg diikat sebagian sisinya, bisa juga panjang batang tanaman di antara
dua ruas.
Analog adalah kata yang dalam pemakaiannya mempunyai makna yang berbeda
dengan makna aslinya tetapi masih mempunyai persamaan juga. Semua kata bisa dibuat
dalam makna analog. Contoh :
Ada juga kata yang bermakna lebih dari satu yang disebut Ambigu. Berbeda dengan
equivok dan analog yang mempunyai makna yang berbeda karena letaknya dalam kalimat,
Setiap kata universal, selalu mempunyai dua macam pengertian. Sebagai contoh, kita
ambil kata ‘manusia’, maka ia mempunyai :
(a). Pengertian ‘manusia’. ‘Manusia’ adalah kata yang tidak diberikan kepada sembarang
benda, tetapi kepada sesuatu yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Berdasarkan sifat-
sifat tertentu itulah kita dapat mengetahui makhluk yang bernama manusia, bahwa ia
bukan benda mati, ia seperti binatang tetapi berbeda dengannya, dapat menerima
pendidikan tinggi, kawin, mempergunakan alat untuk bekerja dsb. Sifat tertentu inilah
yang membentuk apa yang disebut makna atau konotasi atau mafhum.
(b). Barang yang dicakup oleh kata ‘manusia’, yakni : Hasan, Budi, John, Badu; manusia
kulit kuning, manusia kulit hitam dan sebagainya. Barang yang dicakup itu disebut
cakupan, denotasi atau masodak.
Setiap kata yang mempunyai konotasi dan denotasi disebut kata bermakna atau
konotatif. Kebanyakan kata masuk kelompok ini. Sebagian lain adalah kata yang tidak
mempunyai denotasi, yakni tidak mempunyai cakupan, seperti Gatotkaca, Kuda Sembrani,
Nyai Roro Kidul, Gunung emas dan semua nam dalam mitologi dan dongeng.
Kuda sembrani misalnya, dapat kita ketahui nama itu melalui pengertian yang
diberikan orang, yakni ‘kuda bersayap yang dapat terbang’. Kita dapat menangkap
pengertiannya, tetapi ia tidak mempunyai realitas, jadi ia tidak mempunyai denotasi. Kata
yang tidak mempunyai denotasi disebut kata tak-bermakna atau non-konotatif.
Kata atau susunan kata yang berfungsi sebagai subyek atau predikat disebut
Term. Sebagai predikat, term, dapat dibedakan menjadi :
Spesia (kelas, nau’) adalah term yang menunjukkan hakikat yang berlainan tetapi
sama-sama terikat dalam satu jenis. Manusia, kuda lembu, kerbau adalah spesia.
Jenisnya adalah binatang.
Jenis : binatang
Spesia : manusia (binatang yang berpikir)
Differentia : yang membedakan manusia dari barang lain yang tercakup dalam
binatang (kuda, lembu, kerbau) adalah sifat berpikir. Sifat berpikir
pada manusia inilah yang disebut differentia.
Selanjutnya adalah Propia (sifat khusus, al-khassah) adalah term yang menyatakan
sifat hakikat dari suatu spesia sebagai akibat dari sifat pembeda yang dimilikinya. Sifat
pembeda yang dimiliki manusia adalah berpikir. Dari sifat berpikir inilah timbul sifat-sifat
khusus seperti : kawin, membentuk pemerintahan, membuat lembaga, berpakaian,
mengembangkan kebudayaan.
Accidentia (sifat umum, al-’arad) adalah term yang menunjukkan sifat yang tidak
harus dimiliki oleh satu spesia seperti : gemuk, kurus, pandai, ceroboh.
1. Batas Konotasi
Dalam logika ada sebuah batasan yang sangat terkenal tentang manusia
yakni ‘binatang yang berpikir’. Mengapa pengertian manusia begitu sederhana?
Seperti kita ketahui, sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu subyek, inilah yang
membentuk pengertian subyek itu. Apakah pengertian suatu subyek harus
menyebut semua sifat yang dimiliki jenis, differentia, propria dan accidentianya?
Tidak. Pengertian suatu subyek cukup dengan menyebut sekedar sifat yang
menunjukkan pengertiannya. Jadi kita tidak perlu propria dan accindetianya, tetapi
cukup jenis dan sifat pembedanya secara tepat. Dengan jenis kita telah dapat
mengetahui golongan mana subyek tersebut dimasukkan. Dengan sifat pembeda
kita dapat membedakan, subyek tersebut dengan subyek lain yang terikat dalam
golongan itu.
Logika menetapkan, batas konotasi adalah spesia yakni jenis yang telah
dihadirkan sifat pembedanya. Karena keduanya menggunakan spesia sebagai
batas, maka antara konotasi dan denotasi terjadi perbandingan terbalik, yakni :
Semakin bertambah pengertian yang membentuk konotasi, semakin kuranglah
kesatuan yang dicakup denotasi dan sebaliknya, semakin kurang pengertian yang
membentuk konotasi, semakin luaslah kesatuan yang dicakup denotasi.
1. Pengertian Definisi
Logika mempelajari cara bernalar yang benar dan kita tidak bisa
melaksanakannya tanpa memiliki dahulu pengetahuan yang menjadi premisnya.
Bila dibandingkan dengan sebuah bangunan, premis itu adalah batu, pasir
dan semennya; sedangkan proses penalaran itu dpt kita samakan dengan bagan
atau arsitekturnya.
Dengan semen, batu dan pasir serta arsitektur yang baik akan dihasilkan
bangunan yang indah dan kokoh, dengan premis yang dapat
dipertanggungjawabkan dan melalui proses penalaran yang sah akan dihasilkan
kesimpulan yang benar.
Dalam logika, premis-premis yang dimaksud adalah berupa pernyataan
dalam bentuk kata-kata.
Pernyataan pikiran manusia mengungkapkan keinginan, perintah, harapan,
cemooh, kekaguman dan pengungkapan realitas tertentu baik yang dinyatakan
dalam bentuk positif maupun bentuk negatif. Logika berurusan dengan pernyataan
pikiran dalam bentuk terakhir, seperti :
Hasan adalah manusia penyabar
Besi bila dipanaskan memuai
Agus salim adalah diplomat
Semua gajah tidak punah di tahun 1984
Shakespeare bukan pemimpin militer
Besi tidak lebih ringan daripada air tawar
Dalam logika ada dua macam proposisi menurut sumbernya, yaitu : proposisi
analitik dan proposisi sintetik.
Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri dari satu term subyek,
satu term predikat, satu kopula dan satu quantifier.
Subyek adalah term yang menjadi pokok pembicaraan;predikat adalah
term yang menerangkan subyek. Kopula adalah kata yang menyatakan hubungan
antara term subyek dan term predikat. Quantifier adalah kata yang menunjukkan
banyaknya satuan yang diikat oleh term subyek.
Contoh sebuah proposisi kategorik, yaitu :
Sebagian manusia adalah pemabuk
1 2 3 4
Kopula adalah kata yang menegaskan hubungan term subyek dan term
predikat baik hubungan mengiakan maupun hubungan mengingkari. Bila ia berupa
“adalah” berarti mengiakan dan bila berupa “tidak, bukan atau tak” berarti
mengingkari. Kopula menentukan kualitas proposisinya. Bila ia mengiakan,
proposisinya disebut proposisi positif dan bila mengingkari disebut proposisi negatif.
Antara sebab dan akibat dalam proposisi hipotetik ada kalanya merupakan hubungan
kebiasaan dan ada kalanya merupakan hubungan keharusan.
Proposisi hipotetik yang mempunyai hubungan kebiasaan seperti :
C. PROPOSISI DISYUNGTIF
Proposisi disyungtif juga terdiri dari dua buah proposisi kategorik. Sebuah
proposisi disyungtif seperti : Proposisi jika tidak benar maka salah;
jika dianalisis menjadi : ‘proposisi itu benar’ dan ‘proposisi itu salah’.
Kopula dari proposisi distyungtif bervariasi sekali, seperti :
1. Pengertian Silogisme
A. Silogisme Kategorik
Silogisme kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan
proposisi kategorik.
Semua tanaman membutuhkan air (premis mayor)
M P
Akasia adalah tanaman (premis minor)
S M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
S P
1). Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti :
2). Apabila salah satu premis negatif, kesipulan harus negatif juga, seperti :
3). Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan, seperti :
Kesimpulan yang diturunkan dari premis partikular tidak pernah menghasilkan kebenaran
4). Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak menghasilkan kesimpulan apapun,
karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan
yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar
Kucing bukan bunga mawar
…….(tidak ada kesimpulan)
6) Term predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada
premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti :
Kerbau dalah binatang
Kambing bukan kerbau
Jadi : kambing bukan kerbau
(“binatang” pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis
adalah positif)
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya
31 hari, sedangkan pada premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
8). Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term subyek, term predikat dan term middle.
Apabila terdiri dari sebuah term tidak bisa diturunkan konklusi, begitu pula bila terdiri
dari dua atau lebih dari tiga term.
Absah dan Benar
Absah (valid) berkaitan dengan prosedur penyimpulannya, apakah pengambilan
konklusi sesuai dengan patokan atau tidak. Dikatakan valid apabila sesuai dengan patokan
di atas dan dikatakan tidak valid bila sebaliknya.
Benar berkaitan dengan proposisi dalam silogisme itu, apakah ia didukung atau
sesuai dengan fakta atau tidak. Bila sesuai dengan fakta, proposisi itu benar, bila tidak ia
salah.
Keabsahan dan kebenaran dalam silogisme merupakan suatu satuan yang tidak
bisa dipisahkan, untuk mendapatkan konklusi yang sah dan benar. Hanya konklusi dari
premis yang benar dari prosedur yang sah konklusi itu dapat diakui. Mengapa demikian?
Karena bisa terjadi : dari premis salah dan prosedur valid menghasilkan konklusi yang
benar, demikian juga dari premis salah dan prosedur invalid dihasilkan konklusi benar.
Contohnya :
1. Prosedur valid, premis salah dan konklusi benar.
B. SILOGISME HIPOTETIK
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme adalah :
1. Bila Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana (tidak sah = salah)
2. Bila B terlaksana, maka A terlaksana (tidak sah = salah)
3. Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
C. SILOGISME DISYUNGTIF
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu :
1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi –nya adalah mengakui
alternatif yang lain, seperti :
Ia berada di luar atau di dalam
Ternyata tidak berada di luar
Jadi ia berada di dalam
Ia berada di luar atau di dalam
Ternyata tidak berada di dalam
Jadi ia berada di luar
2. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari
aletrnatif yang lain, seperti :
Budi di mesjid atau di sekolah
Ia berada di mesjid
Jadi ia tidak berada di sekolah
Budi di mesjid atau di sekolah
Ia berada di sekolah
Jadi ia tidak berada di mesjid
b. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, konklusinya tidak sah (salah ),
seperti :
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya
Ternyata tidak lari ke Yogya
Jadi ia lari ke Solo (bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut
Ternyata ia bukan pelaut
Jadi ia guru (bisa jadi ia seorang pedagang)
1. Pengertian Generalisasi
1. Pengertian
Dalam percakapan sehari-hari kita sering mendengar ucapan : “itu betul
dalam teori, tetapi tidak dapat dilaksanakan dalam praktek”. Terhadap ucapan
serupa hanya cukup dengan jawaban sederhana bahwa apabila tidak dapat
dilaksanakan dala praktek, maka itu bukan teori yang benar. Tidak ada teori itu
disebut benar apabila ia tidak relevan dengan fakta-fakta. Teori itu tidak lain
adalah interpretasi dari fakta-fakta.
2. Macam-Macam Teori
Ada dua macam teori, teori umum dan teori khusus. Teori umum adalah
suatu pernyataan apabila ia benar maka ia benar secara universal. Ia berlaku bagi
semua waktu, semua tempat dan semua keadaan serta semua permasalahan
dalam kelas yang dinyatakannya. Sebuah generalisasi adalah merupakn teori
yang bersifat umum,demikian juga sebuah penjelasan (Explanation) manakala ia
berlaku bagi semua peristiwa, keadaan, waktu dan tempat sesuai permasalahan
yang diterangkannya. Pernyataan seperti : Apabila semua keadaan lain tetap,
bertambahnya permintaan akan menaikkan harga barang. Bertambahnya
penduduk itu menurut deret ukur sedangkan bertambahnya makanan seperi deret
hitung; Negara akan aman apabila pemegang kekuasaan dan para
cendekiawannya bersatu; Perjalanan kebudayaan itu melalui tahapan tumbuh,
berkembang, mencapai puncak kejayaan, mundur dan akhirnya runtuh; dan
semua yang kita dapati sekarang itu merupakan perkembangan yang lebih
sempurna dari keadaan yang mendahuluinya,adalah merupakan teori-teori umum.
Teori khusus adalah teori yang berkaitan dengan sejumlah fakta-fakta
particular tertentu. Ia berusaha untuk menjelaskan fakta-fakta itu dalam
hubungannya yang satu dengan lainnya. ia harus sesuai dengan fakta-fakta yang
diketahuinya, tetapi juga harus berhasil mengidentifikasikan beberapa fakta atau
sejumlah fakta yang selama itu belum diketahui.
Bila seorang dokter setelah memeriksa tubuh seorang pasien ia
menetapkan bahwa pasiennya menderita sakti ini dan untuk mengobatinya
3. Pengujian Hipotesis
Ukuran-ukuran yang dapat kita gunakan untuk menilai suatu hipotesis adalah :
1. Penemuan atau penentuan masalah. Pada tahap ini kita secar sadar
mengetahui masalah yang akan kita telaah dengan ruang lingkup dan batas-
batasnya.
2. Perumusan masalah. Merupakan usaha untuk mendeskripsikan masalah yang
dihadapi dengan lebih jelas. pada tahap ini kita mengidentifikasikan semua
faktor-faktor yang terlibat dalam masalah yang dihadapi.
3. Pengajuan Hipotesis. pada tahap ini kita berusaha untuk memberikan
penjelasan sementara mengenai hubungan sebab akibat dari faktor-faktor
yang membentuk kerangka masalah yang kita hadapi.
4. Deduksi dari Hipotesis. Tahap ini merupakan langkah perantara untuk
pengujian hipotesis yang kita ajukan. deduksi hipotesis merupakan identifikasi
fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam hubungannya dengan
hipotesis yang diajukan.
5. Pembuktian Hipotesis. pada tahap ini kita mengumpulkan fakta-fakta untuk
membuktikan hipotesi yang telah kita ajukan. kalau fakta-fakta itu memang
ada maka hipotesis yang diajukan itu benar.
1. Pengertian Kreativitas
Istilah atau kata “kreativitas” ini pada dasarnya adalah implementasi atau
wujud dari berpikir kreatif. Sehingga ada yang menyebutkan kreativitas adalah
berpikir kreatif itu sendiri. Artinya seseorang yang berpikir kreatif akan
memperlihatkan tingkah laku kreativitas dalam hidupnya.
Kreativitas sebagai potensi bawaan ialah “kemampuan untuk membuat
kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada” (Utami
Munandar, 1987 : 47). Selanjutnya dijelaskan bahwa kreativitas atau berpikir kreatif
itu adalah kemampuan untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan
keragaman jawaban.
2. Perlunya Kreativitas
Menurut Utami Munandar (1994 : 39) mengatakan bahwa perlunya kreativitas bagi
manusia dapat dilihat dalam tiga hal, yaitu :
a. Dengan kreativitas manusia dapat berkreasi, mewujudkan dirinya, dan
perwujudan diri itu termasuk salah satu kebutuhan hidup manusia.
b. Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-
macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.
c. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan
kepuasan kepada individu.
Keterampilan berpikir kreatif, dapat dilihat dalam lima bentuk berpikir kreatif,
yang kemudian dari masing-masing bentuk keterampilan berpikir kreatif tersebut,
memperlihatkan cirri perilaku kreativitas bagi seorang yang kreatif, yaitu :
1) Keterampilan berpikir lancar, yaitu : mencetuskan banyak ide, gagasan atau
saran, memberikan lebih dari satu jawaban, cirri-cirinya, antara lain :
suka bertanya atau menjadi penanya yang baik
mempunyai banya gagasan atau ide
bekerja lebih cepat dari tugas-tugas yang diberikan
suka terhadap pekerjaan yang menantang
2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel), yaitu : dapat memberikan pendapat
atau saran yang bervariasi, mencari banyak alternative, dapat melihat sesuatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
ciri-cirinya, antara lain :
memberikan konsep, ide dengan cara yang berbeda
memberikan aneka ragam penggunaan sesuatu yang tidak lazim
memberikan saran, pertimbangan terhadap sesuatu yang berbeda dari yang
lain. suka kepada yang beraneka ragam.
menggolongkan hal-hal yang menurut pembagian yang berbeda-beda.
3) keterampilan berpikir rasional, yaitu : data membuat kombinasi-kombinasiyang
tidak lazim, dapat melahirkan ungkapan baru dan unik, dapat melakukan
pengungkapan diri dalam cara yang berbeda.
ciri – cirinya, antara lain :
memiliki cara berpikir yang lain dari orang lain baru.
suka mempertanyakan hal-hal yang lama dan mencari solui dengan cara-cara
yang baru
berpikir dengan cara yang lain dari yang lain
lebih senang mensintesis daripada menganalisis sesuatu.
Menurut Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2000 : 301) bahwa proses
berpikir kreatif berlangsung dan mengalir pada seseorang melalui lima tahapan atau
tingkatan yaitu :
1) Persiapan, yaitu tahap pengumpulan data atau informasi dalam melahirkan
suatu pemikiran kreatif. mendefinisikan masalah, tujuan atau tantangan.
2) Inkubasi, yaitu tahap diterimanya pemecahan masalah, berupa ide, gagasan
yang terdapat dalam prasadar. mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam
pikiran.
3) Iluminasi, yaitu tahap munculnya inspirasi, ide, gagasan dalam pemecahan
masalah. mendesak kepermukaan, gagasan bermunculan.
4) Verifikasi, yaitu tahap munculnya aktivitas evaluasi terhadap gagasan secara
kritis, dan penyesuaian dengan realita. memastikanapakah solusi itu benar-
benar memecahkan masalah.
5) Aplikasi, yaitu tahap menerapkan proses kreatif. mengambil langkah-langkah
untuk menindaklanjuti solusi tersebut.
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2000 : 301) menawarkan 10 macam kiat
untuk memperoleh teknik-teknik kreativitas, yaitu :
ingatlah sukses-sukses Anda dimasa lalu, baik yang biasa maupun yang
menakjubkan