Literasi Digital

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

LITERASI DIGITAL

Literasi digital kini bukan lagi sesuatu yang asing, karena semakin berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, termasuk di lingkungan birokrasi dan pemerintahan. Aparatur Sipil
Negara (ASN) sebagai SDM yang menjalankannya perlu menguasai literasi digital. Literasi
digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai
bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas dan diakses melalui alat komputer.

Terdapat empat pilar literasi digital yaitu digital skill, digital culture, digital ethics, dan
digital safety. Digital skill (Cakap Bermedia digital) merupakan Kemampuan individu dalam
mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak teknologi
informasi komputer serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture
(Budaya Bermedia Digital) merupakan Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan,
membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui
pemanfaatan teknologi informasi komputer. Digital ethics (Etis Bermedia Digital) merupakan
kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan digital safety (Aman Bermedia Digital) merupakan
kemampuan User dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang
dan meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari.

Tujuan utama penguasaan literasi digital tersebut adalah untuk mewujudkan


digitalisasi pemerintahan (e-government). Digitalisasi di sektor pemerintahan dan pelayanan
publik harus segera diterapkan agar tidak ketinggalan zaman. Penerapan Digital skill di
lingkungan kerja dari segi perangkat keras yaitu pengetahuan mengenai penggunaan telepon
pintar, komputer, notebook, netbook, tablet, hard disk, keyboard, dan kartu penyimpanan.
Digital skill dari segi perangkat lunak adalah pengetahuan mengenai perangkat lunak yang
merupakan aplikasi dan program yang ditanamkan di dalam perangkat untuk membuat
perangkat keras mampu bekerja dengan baik, seperti pengetahuan menggunakan microsoft,
menggunakan internet, intranet dan wifi, edrive, pengetahuan tentang sisdm, sistem
informasi pemeriksaan, SMP, SIAP, WASMA, catch and inquiry, SIPTL, SIKAD, Portal
IHPS, SIKAP web BPK dan perwakilan, website museum BPK, Aplikasi PPID Pusat dan
Perwakilan, Aplikasi Whistleblower, JDIH, Database Peraturan, Aplikasi Mobile Kelola
Tugas, PPID Mobile, dan sebagainya.
Penerapan digital culture di lingkungan kerja seperti mengakses, mengeksplorasi dan
sekaligus menyeleksi informasi tentang agama dan kepercayaan dari sumber yang kredibel,
dan memungkinkan adanya kajian multi perspektif. Kesadaran bahwa setiap kita adalah
setara, tidak ada pembedaan jenis kelamin, ras, agama, status sosial, kelompok politik,
disabilitas fisik dan pembedaan lainnya dalam hal akses. Mengetahui batasan ujaran
kebencian (hate speech) yang memprovokasi polarisasi/perpecahan. Mengetahui,
mengeksplorasi, menyeleksi dan mengelaborasi informasi publik yang berhak diakses dari
lembaga publik sebagai pertanggungjawaban transparansi dan akuntabilitasnya. Memberi
ruang bagi setiap orang untuk bebas berekspresi. Proses produksi maupun konten yang
dihasilkan dilandasi dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yakni cinta
kasih, kesetaraan, harmoni dalam keberagaman, demokrasi dan kekeluargaan
(kegotongroyongan) juga kesadaran mematuhi hukum di Indonesia. Mengetahui informasi
mana saja yang tidak sejalan dengan nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan,
radikalisme dan menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam berkomunikasi,
menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika.
Penerapan digital ethics di lingkungan kerja seperti mengetahui cara berinteraksi,
partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital dan aktif membangun dan mendiskusikan ide-ide
orang lain mengenai isu-isu budaya dalam beragam platform media platform digital
(Youtube, FB, Instagram, Twitter, Skype, Blog, dan sebagainya). Tidak menyebar,
memproduksi, dan meneruskan konten hoaks, ujaran kebencian, perundungan, dan konten
negatif lainnya. Dapat mengidentifikasi berbagai cara berinteraksi, partisipasi, dan
kolaborasi di berbagai platform digital. Menjaga privasi satu sama lain, tidak memberikan
nomor orang lain kepada siapapun tanpa izin. Menulis email dengan ejaan yang benar dan
kalimat yang sopan, menuliskan subjek email, menggunakan BCC (Blind Carbon Copy).
Menghargai hak cipta orang lain Penyediaan kelas virtual seperti yang dilakukan selama
pandemi dan pengarsipan digital yang lebih menghemat tempat.
Penerapan digital safety lingkungan kerja seperti memproteksi perangkat keras
dengan kata sandi, fingerprint authentication, face autentification, memproteksi perangkat
lunak dengan find my device, back up data, antivirus, enskripsi full disk, shredder,
memahami fitur keamanan platform digital dan menyadari adanya rekam jejak digital dalam
memuat konten sosial media dan perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi
digital serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi.
Untuk membantu mewujudkannya, ASN dituntut untuk meningkatkan kualitas diri
dengan menguasai literasi digital dengan membuat rencana tindakan meningkatkan
penerapan keempat kompetensi pilar tersebut di lingkungan kerja dan di kehidupan sehari-
hari. Peningkatan penerapan literasi digital dapat dilakukan dengan berpikir kritis, menggali
ilmu yang dapat dilakukan dengan bertanya atau mencari informasi pengetahuan yang valid
di media sosial yang dasar utamanya adalah pertanyaan apakah konten kita benar (objektif,
sesuai fakta), penting, dibutuhkan (inspiratif) dan memiliki niatan baik untuk orang lain
(tidak memihak, tidak merugikan). Tidak mengumbar kehidupan pribadi di media sosial dan
mengasah skill dengan cara menerapkannya dalam dunia kerja sehingga bisa melakukannya
dan menjadi mahir.
Meminimalisir Unfollow, Unfriend dan Block untuk menghindari Echo Chamber
dan Filter Bubble juga dapat meningkatkan literasi digital, sangat penting kiranya melatih
kematangan bermedia. Salah satunya adalah dengan belajar untuk tidak mudah memutuskan
pertemanan (unfollow, unfriend, block atau blokir) di media sosial dan media percakapan
online. Baik echo chamber maupun bubble filter menciptakan situasi yang membuat kita
berhadapan dengan keseragaman- seragam sama dengan kita. Akibatnya, kerap kita merasa
paling benar atas pemikiran kita sendiri, karena terhalangi untuk melihat realitas yang lebih
beragam di luar sana. Hal ini tentu berlawanan dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika. Gotong Royong Kolaborasi Kampanye Literasi Digital.
Literasi digital tidak hanya seputar penguasaan teknis, tetapi juga berkaitan dengan
informasi yang diproduksi dan tampil di media digital. Penting untuk tahu bagaimana
mengkomunikasikan sebuah informasi secara digital. Kemudian mengevaluasi informasi
yang didapat dan menyaring informasi tersebut. Pahami informasi tersebut apakah
sumbernya valid dan kredibel serta apakah informasi layak dipublikasikan atau tidak.
Tingkatkan kesadaran untuk selalu bersosial media secara bijak dan minimalisir penyebaran
hoax

Anda mungkin juga menyukai