Langkah 8 Pedoman PKBRS
Langkah 8 Pedoman PKBRS
Langkah 8 Pedoman PKBRS
PENDAHULUAN
A. Definisi
Permasalahan kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang harus dikaji, tidak
hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah
kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi: IUD, suntik,
pil, implant, kontap, kondom. (BKKBN,2004).
Kegiatan Keluarga berencana ini bisa di lakukan di fasilitas kesehatan salah satunya di
Rumah Sakit. Kegiatan Keluarga Berencana di Rumah Sakit dikembangkan sejak tahun
1986 melalui Program post partum Rumah Sakit (P3RS). Program ini dilaksanakan di
unit kebidanan kandungan dengan sarana utama pelayanan adalah penderita pasca
persalinan dan keguguran yang dilayani di unit tersebut.
Mulai tahun 1973-1974 program keluarga berencana di rumah sakit dikembangkan
menjadi bagian bagi proyek pelayanan proram KB Nasional dan mulai tahun 1979-1980
P3RS menjadi program keluarga berencana di rumah sakit atau PKBRS.
Sasaran pelayanan tidak lagi diarahkan hanya pada penderita pasca persalinan dan
keguguran yang dilayani di unit kebidanan dan kandungan saja, tetapi seluruh penderita
rawat inap walaupun rawat jalan beserta keluarganya, serta pengunjung dan pengantar
penderita, bahkan juga sebelum petugas kesehatan di rumah sakit. Ruang lingkup
kegiatan yang tadinya bertumpuk di unit kebidanan kandungan dengan
demikian diperlukan keseluruhan unit lainnya yang ada di rumah sakit.
B. Latar Belakang
Hal-hal yang melatarbelakangi dikembangkannya program KB di rumah sakit, karena
rumah sakit memiliki beberapa hal yang spesifik dan menguntungkan program KB :
1) Rumah sakit memiliki tenaga yang diakui dan dipercaya oleh masyarakat di bidang
pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan, termasuk KB, sehingga petugas
rumah sakit potensial sebagai penyuluh dan penggerakan KB di masayarakat.
2) Peralatan dan tenaga yang tersedia di rumah sakit memungkinkan untuk pelayanan
yang lebih bermutu, sehingga rumah sakit potensial untuk pelaksanaan fungsi
pengayoman medis KB.
1
3) Petugas rumah sakit merupakan suatu kelompok masyarakat tersendiri, jumlahnya
cukup banyak dan hubungan heterogen, sehingga untuk melaksanakan kegiatan KB
diperlukan pendekatan khusus.
4) Rumah sakit merupakan jalur terakhir bagi masyarakat untuk motivasi dan pelayanan
kesehatan termasuk KB, sehingga rumah sakit dapat dijadikan pusat rujukan
pelayanan kesahatan termasuk KB oleh unit pelayanan kesehatan lainnya yang ada
diluar rumah sakit.
5) Didalam perkembangan KB nasional diperlukan upaya maksimal selain memeperluas
jangkauan pelayanan dengan menambah makin banyak peserta keluarga kecil, juga
mempertahankan apa yang telah dicapai melalui upaya pengayoman medis KB.
Dengan demikian diharapkan akan memantapkan kelembagaan pembudayaan norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera ( NKKBS) peran tersebut sangat relevan dengan
fungsi rumah sakit pada umumnya.
C. Tujuan
1) Tujuan umum PKBRS :
PKBRS diarahkan untuk menunjang pencapaian tujuan program KB Nasional
sekaligus program pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan diterima dan dilaksananya Norma Keluarga Berencana dan
sejahtera.
2) Tujuan khusus PKBRS :
Secara kuantitatif, PKBRS bertujuan menunjang upaya penurunan fertilitas
sekaligus mortalitas dan morbiditas khususnya bagi ibu dan anak melalui Pelayan
KB Paripurna yang ditunjukan kepada sasaran yang berhubungan dengan rumah
sakit terdiri dari aspek :
a. Promotif, berupa pelayanan KIE-Kb dan Kesehatan Ibu dan Anak.
b. Preventif, berupa pelayanan kontrasepsi menggunakan metode efektif terpilih (
IUD, Implant dan Kontap)
c. Kuratif, berupa pelayanan efek sampingan, komplikasi dan kegagalan
penggunaan kontrasepsi serta pelayanan mendis lainnya bagi akseptor KB.
d. Rehabilitative, berupa pelayanan reversibilitas dan infertilitas.
e. Pencatatan, pelaporan hasil layanan internal, external rumah sakit.
D. Ruang Lingkup
2
Semua jenis pelayanan kontrasepsi serta penanganan efek samping, komplikasi dan
kegagalan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketersediaan sumber daya rumah sakit
seperti : sumber daya manusia, fasilitas, sarana, prasarana.
E. Sasaran
1) Pasangan usia subur
2) Klien rujukan komplikasi dan efek samping
3) Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
4) Pasangan yang infertile
5) Masyarakat
F. Pendekatan Pelayanan KB di Rumah Sakit
Pelayanan KB di rumah sakit terutama diarahkan kepada peningkatana kesehatan Ibu dan
anak yang memeberi dampak pada penurunan fertilitas sekaligus mortalitas dan
morbiditas ibu dan anak. Tetapi sesuai fungsi dan ruang lingkup pelayanan KB di rumah
sakit, maka pendekatan pelayanan dapat dikembangkan menjadi :
1) Pelayanan KB untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sekaligus pelayanan
kesehatan ibu dan anak untuk memberikan rasa aman dan perlindungan kepada
akseptor untuk berkeluarga kecil.
2) Pelayanan KB yang ditujukan kepada penderita terutama di rumah sakit untuk
menghindari atau mengurangi kemungkinan kedaruratan medik karena resiko
kehamilan.
3) Pelayanan KB untuk membantu penderita dan keluarga mendeteksi masalah
reproduksinya
G. Pendekatan Strategis KB di Rumah Sakit
Pelaksanaan pendekatan starategis adalah dengan menumbuhkan atau membina peran
serta petugas atau unit-unit pelayanan di rumah sakit melalui penerapan :
1) Catatan medik yang berorientasi KB
2) Pelayanan KB melekat dalam pelayanan keseahatan sehari- hari kepada penderita
rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit
3) Rujukan intern ( antara unit pelayanan ) di rumah sakit
H. Manajemen Pasokan Alat Kontrasepsi
a. Panduan dasar penyimpanan alat/obat kontrasepsi
Tata cara penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang baik merupakan upaya menjaga
agar kulaitas alat/obat kontrasepsi tersebut selalu dalam kondisi yang baik aman untuk
digunakan oleh klien KB. Untuk itu, para petugas di klinik dan di lapangan perlu
3
memperhatikan pedoman dasar alat/obat kontrasepsi yang isinya antara lain sebagai
berikut.
• Bersihkan dan sucihamakan tempat penyimpanan alat/obat kontraspsi secara
teratur
• Simpan alat/obat kontrasepsi dalam keadaan kering, tidak lembab, mendapat
ventilasi udara yang baik, dan tidak terkena sinar matahari langsung
• Pastikan bahwa tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi bebas dari cipratan air
atau kebocoran atap karena hujan
• Pastikan bahwa alat pengaman bahaya kebakaran berada dalam kondisi baik,
serta siap dan mudah digunakan/diambil
• Tempatkan dus kondom terbuat dari karton, agar dijauhkan dari sumber
lisrik/lampu, untuk mencegah bahaya kebkaran
• Tempatkan dus penyimpanan alat/obat kontrasepsi (yang berada di gudang):
1. Kurang lebih 10 cm di atas lantai
2. Kurang lebih 30 cm dari tembok atau dinding
3. Tinggi susunan dus tidak lebih dari 2,5 meter
• Agar diatur dus karton sedemikian rupa sehingga kartu identitas/label yang berisi
batas waktu kadaluarsa atau waktu pembuatan di pabrik dapat mudah dilihat
• Tempatkan alat/obat kontrasepsi pada posisi yang memungkinkan untuk
pendistribusian pada sistem FEFO (first expire-first out distribution yaitu
alat/obat kontrasepsi yang lebih awal kdaluarsanya, agar lebih awal
didistribusikan/dipakai oleh klien)
• Tempatkan tiap jenis alat/obat kontrasepsi secara terpisah, dan jauhkan dari
bahan-bahan yang mengandung insektisida, bahan kimia, arsip tua/lama,
peralatan kantor dan material lain
• Pisahkan alat dan obat kontrasepsi yang sampai pada batas kadaluarsa, sesuai
dengan ketentuan pemerintahan atau Donor Agency/pemberi bantuan
• Pastikan bahwa penyimpanan alat/obat kontrasepsi benar-benar dalam posisi
aman
Sistem Distribusi Dengan Cara FEFO
Untuk memastikan bahwa alat/obat kontrasepsi belum sampai pada batas kadaluarsa
pada wkatu disalurkan ke klien, maka perlu ditetapkan kebijakan FEFO (first expire,
first out), sebagai pengganti sistem yang lama yaitu FIFO (fisrt in first out). Kebijakan
4
ini harus diinformasikan ke seluruh jajaran petugas (klinik dan lapangan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan pada FEFO:
• Teliti setiap dus alat/obat kontrasepsi yang tiba di gudang atau fasilitas pelayanan
(RS, Puskesmas, Klinik), kapan waktu kadaluarsa
• Letakan setiap dus alat/obat kontrasepsi sesuai dengan urutan waktu kadaluarsa.
Letak dus alat/obat kontrasepsi paling atas adalah alat/obat kontrasepsi yang masa
kadaluarsanya paling tua/dekat. Pastikan bahwa alat/obat kontrasepsi tersebut
mudah terllihat dan mudah diambil oleh petugas untuk disalurkan ke klien
• Umumkan kepada petugas lain agar menggunakan alat/obat kontrasepsi yang masa
kadaluarsanya paling tua terlebih dahulu pastikan untuk tidak menyalurkan
alat/obat kontrasepsi yang masa kadaluarsanya telah lewat
Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Untuk Penjagaan Kualitas Alat/Obat
Kontrasepsi
pengamatan alat/obat kontrasepsi secara visual dapat dilakukan apabila secara fisik
terlihat adanya adanya tanda-tanda kelainan sebagai berikut. Jangan digunakan pabila
terdapat tanda-tanda:
a. Pil KB
Pil terlihat rusak (pecah-pecah, rapuh/remuk, berubah warna)
Aluminium pembungkus rusak
Pada paket/strip, ada pil yang hilang
Pil terlihat buruk/rusak (ada bintik cokelat, mudah pecah)
b. Kondom
Kondom terlihat rusak
Kemasan kondom terbuka/bocor
Segel kemasan tidak utuh
c. AKDR
Kemasan steril sudah rusak/terbuka
Catatan: Efektivitas AKDR Cu tidak berkurang bila Cu-nya terlihat gelap
atau ada noda/bintik hitam.
d. Suntik KB
Cairan memadat, walaupun sudah dicocok
Catatan: Bila cairan obat suntik terpisah, kocok dahulu sebelum digunakan.
I. Panduan Inventarisasi Alat / Obat Kontrasepsi
5
Guna mengetahui apakah obat/alat kontrasepsi yang tersimpan dalam gudang atau tempat
penyimpanan di RS atau Puskesmas/Klinik KB masih berada dalam kualitas yang baik
dan aman untuk disalurkan ke klien, perlu dilakukan pengamatan mutu terhadap fisik
alat/obat kontrasepsi secara terbuka.
Manajer atau penyelia yang mengunjungi tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi
yang perlu mengobservasi dan melakukan pengamatann dengan menggunakan Daftar
Tilik. Penggunaan Daftar Tilik dilakukan dengan cara mengisi pada kolom Ya/Tidak.
Jawaban Tidak, dapat mengindikasinkan permasalahan yang perlu diperhatikan dan
dicarikan jalan keluarnya.
6
BAB II
PENGORGANISASIAN
A. Struktur Organisasi
Dengan bervariasinya kepemilikan RS makan bernegaruh terhadap struktur organisasi
PKBRS tersebut. Untuk RS vertikal milik Depkes mengacu pada Kepmenkes No. 1045
tahun 2006 tentang Pedoman Organisasi RS di lingkungan Depkes, sedangkan untuk RS
daerah, TNI/POLRI dan swasta maka strukturnya mengikuti kebijakan/aturan
kepemilikan RS tersebut.
Dalam pelaksanaan pelayanan KB di RS FMC dilakukan secara terpadu oleh suatu
tim/pokja yang terdiri dari berbagai unsur/unit dalam RS seperti bagian kebidanan &
kandungan, bedah, penyakit dalam, farmasi dan sebagainya yang ditetapkan dengan SK
Kepala RS FMC.
Untuk RS FMC.
Kepala
Instalasi
YanMed
Bag Farmasi
7
Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Provinsi/Kabupaten/Kota) dan istitusi
KB setempat untuk kegiatan yang berkaitan dengan layanan KB.
2) Penanggung Jawab PKBRS
Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan PKBRS adalah dokter.
Berkoordinasi dengan unit/bagian lain terkait pelayanan KB di RS.
Memberikan laporan penyelanggaraan pelayanan KBB di RS kepada Direktur
Utama.
Membuat perencanaan kebutuhan alokon.
Melakukan monev pelayanan KB di RS
3) Penanggung Jawab medis KB
Sebagai penanggung jawab layanan medis KB adalah bagian Obsgin/bedah
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan konseling, tindakan medis di
poli KB dan tindakan operatif.
Dibantu oleh tenaga pelayanan kontrasepsi yang terdiri dari dokter spesialis
(obsgyn, bedah, urologi, anestesi), dokter umum terlatih dan bidan terlatih.
Tenaga pelayanan kontrasepsi tersebut wajib memberikan pelayanan kontrasepsi
sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku (SOP) serta memberikan yang
bermutu sesuai standar profesi.
4) Penanggung Jawab Promosi
Sebagai penanggung jawab promosi dalam PKBRS dapat berasal dari unsur
PKRS (promosi Kesehatan RS) atau bidan/perawat terlatih yang akan mengayomi
petugas PKBRS.
Dalam pelaksaan sehari-hari berkoordinasi dengan unit/bagian lain terkait sesuai
kebutuhan.
Memberikan kegiatan KIE/motivasi kepada calon akseptor potensial/klien serta
peserta keluarga KB baru dan KB aktif- Sasaran konseling adalah
peserta/keluarga KB baru dan KB aktif.
5) Penanggung Jawab Administrasi
Bertanggung jawab adalam pencatatan dan pelaoran pelayanan KB di RS,
termasuk pencatatan dan pelaoran penggunaan alokon.
Memberikan laporan kepada Penanggung jawab PKBRS.
6) Instalasi/ Bagian Farmasi RS
Bertanggung jawab dalam penerimaan dan pendistribusian alokon.
8
Menjaga mutu, keamanan serta ketersediaan alokon.
7) Unit/ Bagian Lain
Berperan dalam kegiatan KIE/motivasi calon akseptor potensia
B. Sistem Pelayanan KB di Rumah Sakit
a. Pelayanan dilakukan sesuai standar di RS
b. Pendekatan Satu Atap (One Stop Services)
c. Terpadu dengan komponen kesehatan produksi lainnya
d. Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana sesuai ketentuan
e. Dokumentasi tindakan
f. Sistem rujukan
g. Monitoring dan evaluasi
h. Ayoman pasca pelayanan
C. Isu pokok peningkatan manajemen pelayanan keluarga berencana di rumah sakit
a. Peningkatan tata kelola pelayanan KB di Rumah Sakit
b. Peningkatan pemenuhan kebutuhan SDM yang kompeten
c. Peningkatan ketersedian kebutuhan Alokon sesuai kebutuhan dan berkesinambungan
d. Peningkatan sarana, prasarana dan peralatan untuk pelayanan KB di Rumah Sakit
e. Pembiayaan pelayanan KB di Rumah Sakit
f. Peningkatan komitmen Pemda
g. Peningkatan kemitraan Organisasi Profesi dan Asosiasi terkait
h. Monitoring dan Evaluasi dalam PKBRS
D. Kebijakan Rumah Sakit
a. SK tim pelaksana program KB RS FMC
b. Standar pelayanan medis pelayanan KB
c. Alur pencatatan-pelaporan program
RS wajib melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan PKBRS.
Pencatatan dan pelaporan dengan menggunakan formulir dari BKKBN dan Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS
E. Klasifikasi Fasilitas Pelayanan KB di Rumah Sakit
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu mata rantai fasilitas
pelayanan medis Keluarga Berencana yang pada umumnya terpadu dengan fasilitas
pelayanan kesehatan.
9
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana meliputi fasilitas pelayanan Keluarga
Berencana professional dan fasilitas pelayanan Keluarga Berencana masyarakat.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional diselenggarakan oleh tenaga
profesional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat kesehatan. Fasilitas
pelayanan Keluarga Berencana professional ini dapat bersifat statis dan bersifat bergerak
(mobil).
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional yang bersifat statis meliputi
pelayanan-pelayanan Keluarga Berencana yang dilaksanakan pada fasilitas pelayanan
Keluarga Berencana Sederhana, Lengkap, Sempurna dan Paripurna. Pengelompokan
fasilitas tersebut didasarkan pada kemampuan dan kewenangannya.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana profesional yang bersifat bergerak (mobil)
adalah pelayanan yang menjangkau masyarakat di pedesaan, yaitu Tim Keluarga
Berencana Keliling, Puskesmas Keliling dan Tim Mobil Kontap.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana oleh masyarakat ialah pelayanan Keluarga
Berencana yang diselenggarakan oleh masyarakat, meliputi PPKBD, Sub PPKBD, Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos KB – Kes, dan Kelompok Akseptor.
1) Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sederhana
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sederhana ialah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode :
a. Sederhana (kondom, obat vaginal)
b. Pil KB
c. Suntik KB
d. AKDR / Implan bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan terlatih
e. Upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan.
Fungsi
a. Memberikan pelayanan KIE medis selama ataupun sesudah pelayanan
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil dan suntik KB
c. Memberikan pelayanan AKDR / implan dan pelayanan konseling bagi fasilitas
pelayanan yang memiliki tenaga bidan terlatih
d. Memberikan pelayanan rujukan sesuai dengan kemampuan
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan :
Bidan yang sudah mendapat pelatihan Keluarga Berencana
10
2) Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Lengkap
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Lengkap adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode :
a. Sederhana
b. Pil KB
c. Suntik KB
d. AKDR
e. Pemasangan / pencabutan implant
f. Kontrasepsi mantap pria, bagi yang memenuhi persyaratan
Fungsi
a. Memberikan pelayanan KIE medis sebelum ataupun sesudah pelayanan
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, dan implant
serta kontrasepsi mantap pria bagi yang memenuhi persyaratan
c. Memberikan pelayanan konseling bagi fasilitas yang memiliki tenaga bidan terlatih
d. Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi sesuai
dengan kemampuan
e. Memberikan pelayanan rujukan
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan adalah :
a. Dokter umum yang sudah mendapat pelatih
b. Bidan atau perawat yang sudah mendapat pelatihan
c. Tenaga administrasi
3) Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sempurna
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sempurna adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode :
a. Sederhana
b. Pil KB
c. Suntik KB
d. AKDR
e. Pemasangan / pencabutan implant
f. Kontrasepsi mantap pria
g. Kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
Fungsi
11
• Memberikan pelayanan KIE medis sebelum ataupun sesudah pelayanan
• Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, implant dan
kontrasepsi mantap pria serta wanita kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang
memenuhi persyaratan
• Memberikan pelayanan konseling bagi klien
• Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi
• Memberikan pelayanan rujukan
• Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas sesuai dengan kemampuan
• Memberikan pelayanan kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi
persyaratan
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan adalah :
• Dokter spesialis kebidanan / dokter spesialis bedah / dokter umum yang telah
mendapat pelatihan
• Satu orang bidan yang telah mendapat pelatihan
• Satu orang perawat kesehatan yang telah mendapat pelatihan
• Satu orang tenaga konseling
• Satu orang tenaga administrasi
Fasilitas Pelayanan KB Sempurna berlokasi dan merupakan bagian dari :
• RSU Kelas C yang mempunyai dokter spesialis obstetric dan ginekologi dan
dokter spesialis bedah serta dokter umum yang telah mendapat pelatihan
• RSU Swasta setara yang mempunyai dokter spesialis kebidanan dan dokter
spesialis bedah serta dokter umum yang telah mendapat pelatihan
• RSU TNI / POLRI yang mempunyai dokter spesialis kenidanan dan dokter
spesialis bedah serta dokter umum yang telah mendapat pelatihan
• RS Bersalin
4) Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Paripurna
Fasilitas pelayanan keluarga berencana paripurna ialah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan semua jenis pelayanan kontrasepsi ditambah dengan
pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas.
Fungsi
• Memberikan pelayanan KIE medis baik sebelum maupun sesudah pelayanan.
12
• Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR dan
implant serta kontrasepsi mantap pria dan wanita.
• Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi.
• Memberikan pelayanan rujukan.
• Memberikan pelayanan rekanalisasi.
• Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas.
• Melakukan pencatatan dan pelaporan.
• Melaksanakan pelatihan medis teknis dan konseling.
• Melakukan penelitian teknologi kontrasepsi dan biomedis.
Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan :
• Dokter spesialis obstetric dan ginekologi yang telah mendapat pelatihan
penanggulangan infertilitas dan rekanalisasi.
• Dokter spesialis bedah yang telah mendapat pelatihan penanggulangan infertilitas
dan rekanalisasi.
• Dokter spesialis anestesi.
• Dokter spesialis urologi.
• Dokter umum yang telah mendapat pelatihan.
• Tenaga konseling yang telah mendapat pelatihan.
• Bidan dan perawat yang telah mendapat pelatihan.
• Tenaga administrasi yang telah mendapat pelatihan.
Fasilitas pelayanan keluarga berencana paripurna berlokasi dan merupakan bagian
dari:
a. RSU kelas A.
b. RSU TNI/POLRI kelas I.
c. RSU swasta setara.
d. RSU kelas B yang sudah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rekanalisasi.
Sarana, Prasarana dan Peralatan
Ruangan
1 R. Perlengkapan & Peralatan √ √ √
2 R. Tunggu & Pendaftaran serta √ √ √
KIE medis
13
3 R. Konsultasi/konseling √ √ √
4 R. Periksa & Pelayanan √ √ √
kontrasepsi
5 R. Khusus cuci tangan √ √ √
6 R. Operasi √ √ √
7 R. Perawatan Pasca Bedah √ √ √
8 R. Laboratorium √ √ √
9 Kamar Kecil / WC √ √ √
Peralatan Medis
1 Meja Ginekologi √ √ √
2 Tensimeter √ √ √
3 Stetoskop √ √ √
4 IUD Kit √ √ √
5 Minilaparoskop Kit √ √ √
6 Laparoskop √ √ √
7 Emergensi Kit √ √ √
8 Sterilisator √ √ √
9 Alat Suntik √ √ √
13 Peralatan penanggulangan - - √
infertilitas
14
9 Papan nama fasilitas √ √ √
pelayanan
10 Lemari penyimpan √ √ √
alokon
Persediaan Alokon
1 Kondom √ √ √
2 Pil KB √ √ √
3 Suntikan √ √ √
4 IUD √ √ √
F. Prosedur
1. Identifikasi Klien
Klien/calon akseptor yang datang untuk dilayani KB di RS pada tahap awal akan
melalui prosedur sebagai berikut :
a) Jika klien baru :
Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam RS serta datang sendiri.
Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh petugas
paramedis.
Pada status/rekam medik akan diberikan cap/stempel PKBRS.
Apabila klien bersedia menjadi akseptor KB maka diarahkan ke poli PKBRS.
Apabila pasien belum mau ikut KB tetap dirujuk ke poli PKBRS untuk
mendapat KIE.
15
Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh petugas
paramedis.
Apabila telah dilakukan KIE dan konseling sebelum ke RS, maka konseling
yang diberikan berupa pemantapan pilihan.
Pada status/rekam medik akan diberikan cap/stempel PKBRS.
c) Klien dengan kasus khusus (misalnya : efek samping, komplikasi, pasca
persalinan/keguguran) sebelum dilakukan KIE dan konseling maka
permasalahannya harus ditangani dengan baik terlebih dahulu.
d) Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB aktif, pelayanan KB pasca
persalinan di RS harus menjadi prioritas utama. Hal ini berarti diharapkan sebelum
pasien pasca persalinan pulang sudah dilakukan pelayanan KB.
G. Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE)
Setelah dilakukan identifikasi Klien maka dilakukan kegiatan KIE.
Dalam KIE tersebut akan diberikan informasi mengenai berbagai metode
kontrasepsi yang tersedia di RS tersebut.
KIE dapat diberikan oleh bagian promosi kesehatan/tenaga kesehatan yang sudah
terlatih dalam memberikan KIE.
H. Konseling
Setelah diberikan KIE maka dilakukan konseling dengan menggunakan alat bantu
pengambilan keputusan (ABPK) untuk memberikan bantuan kepada klien dalam
pengambilan keputusan pemilihan kontrasepsi yang cocok.
I. Penapisan medis
Setelah pasien memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan kemudian
dilakukan penapisan medis oleh dokter/dokter spesialis.
J. Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi diberikan oleh tenaga medis (dokter spesialis/dokter
terlatih/bidan) tergantung jenis kontrasepsi yang digunakan.
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi dan memperhatikan hak
pasien termasuk membuat informed consent.
Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium, radiologi dan sebagainya.
Pelayanan yang diberikan meliputi :
16
- Pelayanan preventif yaitu pelayanan kontrasepsi dengan lebih mengutamakan
metode efektif terpilih (IUD, implant dan kontrasepsi
mantap).
- Pelayanan kuratif yaitu pelayanan efek samping, komplikasi dan kegagalan
penggunaan kontrasepsi serta pelayanan ginekologis pada akseptor KB.
- Pelayanan rehabilitatif, berupa pelayanan infertilitas dan reversibilitas
(pemulihan kesuburan).
K. Pemantauan medis dan pemberian nasehat pasca tindakan
Dilakukan oleh petugas klinik/medis.
L. Kunjungan control
Dapat dilakukan di tempat pemberi layanan (RS) atau fasilitas kesehatan diluar
RS (Puskesmas, klinik, dokter/bidan swasta) apabila klien sebelumnya
merupakan kiriman/rujukan dari sarana pelayanan kesehatan tersebut.
17
M. Alur Pelayanan KB RS FMC
N. Sistem Rujukan
Rujukan pelayanan kesehatan adalah upaya pelimpahan tanggung jawab dan
wewenang secara timbal balik dalam pelayanan kesehatan untuk penyelenggaraan
kesehatan paripurna. Rujukan penyelenggaraan pelayanan KB dapat dilakukan dari
unit pelayanan KB di luar RS (RSIA/RB/Puskesmas) ke RS atau unit pelayanan KB
di RS ke RS lain dengan kemampuan pelayanan KB lebih tinggi.
18
Rujukan dapat berlangsung secara vertikal dan horizontal, rujukan balik,
rujukan eksternal dan internal sesuai dengan fungsi koordinasi dan jenis kemampuan
yang dimiliki. Rujukan internal berpedoman pada prosedur rujukan di dalam RS dan
mekanisme kerja di bagian terkait.
Ruang lingkup rujukan mencakup :
- Rujukan kesehatan (rujukan tenaga ahli dan rujukan sarana/logistik).
- Rujukan medis/kasus (rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan teknologi termasuk
rujukan spesimen, radiologi dan laboratorium).
Pelaksanaan pelayanan rujukan didasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Pelayanan KB belum/tidak tersedia pada fasilitas kesehatan tersebut.
2. Komplikasi atau kegagalan lebih lanjut yang tidak bisa ditangani oleh unit
pelayanan sederhana/diluar RS (Puskesmas, Bidan, RS/RB, dokter praktik
swasta).
3. Kasus-kasus yang membutuhkan penanganan dengan sarana/teknologi yang lebih
canggih/memadai (misalnya layanan infertilitas.
19
BAB III
PELAYANAN KB RS FMC
20
e. Tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya.
1.2 Senggama terputus / Coitus Interuptus adalah metode keluarga berencana
tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi.
Cara Kerja :
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk
ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan
kehamilan dapat dicegah.
Keuntungan
a. Efektif bila dilakukan dengan benar.
b. Tidak menganggu produksi ASI
c. Dapat dipakai sebagai pendukung metode KB lain
d. Tidak ada efek samping
e. Dapat digunakan setiap waktu dan tidak membutuhkan biaya.
1.3 Sistem Kalender
Adalah mencegah kehamilan dengan cara tidak melakukan senggama pada masa
subur yaitu dekat dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda tanda adanya
kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari vagina.
Profil Teknik pantang berkala:
a. Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung
b. Efektif bila dipakai dengan tertib.
c. Tidak ada efek samping
d. Pasangan secara sukarela menghindari sanggama pada masa subur ibu
Penyelenggaraan pelayanan KB Alamiah berupa kegiatan konseling dengan
menggunakan ABPK (Alat Bantu Pengambilan Keputusan), dilakukan di Poli
Obgyn dan ruang perawatan.
1) Petugas Melakukan persiapan (Tempat,materi,alat bantu).
2) Petugas memberikan Salam
3) Petugas menanyakan tentang kebutuhan dan keinginan klien.
4) Petugas menguraikan tentang hal hal yang berkaitan dengan MAL dan
alternative kontrasepsi yang lain.
5) Petugas membantu menentukan pilihan kontrasepsi yang sesuai dengan
keadaannya.
21
6) Petugas menjelaskan secara lengkap tentang kontrasepsi pilihannya, dan ulangi
hal hal yang penting dan perlu untuk di ingat.
7) Petugas meminta klien untuk datang kembali bila diperlukan.
8) Petugas mencatat di kartu KB.
2. Pelayanan KB Hormonal (Pil,Suntik,Implan)
KB Hormonal merupakan kontrasepsi dengan menggunakan hormon estrogen dan
hormone progesteron.
2.1 Pil KB
Adalah kontrasepsi bentuk pil / tablet diminum, yang merupakan kombinasi dari
hormone estrogen dan progesteron.
Cara Kerja Pil KB
Menekan ovulasi
Mencegah implantasi
Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan
terganggu pula.
Manfaat Pil KB
Memiliki efektifitas tinggi bila diminum setiap hari.
Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
Tidak mengganggu hubungan seksual.
Siklus haid menjadi teratur,banyaknya darah haid berkurang, tidak terjadi
nyeri haid.
Dapat digunakan jangka panjang selama masih menginginkan untuk mencegah
kehamilan.
Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
Mudah dihentikan setiap saat.
Kesuburan segera kembali setelah pengguna pil dihentikan.
Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
Membantu mencegah:
a. Kehamilan ektopik
b. Kanker ovarium
c. Kanker endometrium
d. Kista ovarium
22
e. Penyakit radang panggul
f. Kelainan jinak pada payudara
g. Dismenore
h. Akne
Waktu mulai menggunakan pil KB
Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak
hamil
Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid. Boleh menggunakan pada hari ke 8,
tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom). Mulai hari
ke 8 sampai hari ke 14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai hari ke
14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket
pil tersebut.
Setelah melahirkan:
Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
Pasca keguguran ( segera atau dalam waktu 7 hari)
Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan
pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.
Efek Samping menggunakan pil KB timbul:
Gangguan menstruasi (tidak haid / amenore, haid sedikit tapi lama/ spotting)
Mual,pusing atau muntah.
Kontra Indikasi
Hamil atau di curigai hamil
Menyusui eksklusif
Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
Penyakit hati akut
Perokok dengan usia > 35 tahun
Riwayat penyakit jantung,stroke atau tekanan darah > 180/110 mmhg
Riwayat factor pembekuan darah atau kencing manis
Kanker payudara
Migrain dan gejala nuerologik dan
Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
2.2 KB Suntik
23
Adalah kontrasepsi hormonal yaitu 25 mg Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg
Estradiol (Cyklofem) dan yang mengandung progestin (MPA) yang diberikan
secara suntikan.
Cara Kerja
Menekan ovulasi
Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
Perubahan pada endometrium ( atrofi ) sehingga implantasi terganggu.
Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Jenis KB suntik
a. Suntikan 1 bulan
Suntikan 1 bulan atau suntikan kombinasi yang isinya 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan
dengan cara di suntikan intramuscular sebulan sekali.
b. Suntikan 3 bulan
Suntikan yang diberikan Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera)
mengandung 150 mg DMPA,yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntikan intramuscular.
Waktu Mulai menggunakan kontrasepsi suntikan :
Setiap saat selama siklus haid,mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus
haid,asal ibu tidak hamil.
Pada ibu yang tidak haid,injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,asalkan
ibu tidak hamil,selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan,suntikan pertama dapat segera diberikan asalkan ibu tidak
hamil dan sebelumnya menggunakan kontrasepsi dengan benar dan tidak perlu
menunggu haid datang.
Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat diberikan asalkan ibu tidak
hamil dan ibu saat haid hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
Bila pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan dapat
diberikan asal tidak hamil,bila sudah haid suntikan bisa diberikan pada siklus
hari 1 sampai 7.
24
Pasca keguguran,suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari.
Pasca persalinan 3 minggu tidak menyusui suntikan kombinasi dapat diberikan
Pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui sebaiknya diberikan suntikan 3 bulan
Keuntungan Kontrasepsi Suntikan
Sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang.
Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
Tidak pengaruh terhadap ASI
Sedikit efek samping
Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
Tidak perlu periksa dalam
Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai pramenopase.
Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara,anemia .
Mencegah beberapa penyakit radang panggul
Kerugian / Efek samping
Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak /
spotting,atau perdarahan sela sampai 10 hari.
Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan akan hilang setelah
suntikan kedua atau ketiga.
Penambahan berat badan
Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual,hepatitis B virus,atau infeksi virus HIV.
Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian .
Kontra Indikasi Suntik KB
Hamil atau di duga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Tidak dapat menerima terjadi gangguan haid.
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
Riwayat penyakit jantung,stroke,atau dengan tekanan darah tinggi >180/110
mmhg.
Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun
Penyakit hati akut.
25
2.3. Kontrasepsi Implan
Adalah kontrasepsi hormonal yang dipasang dibawah kulit lengan kiri bagian
dalam .
Jenisnya Kontrasepsi implant:
Norplant terdiri dari 6 batang untuk 5 tahun berisi 36 mg Levonorgestrel.
Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur,dengan masa kerja 3 tahun,berisi 68
mg 3-Keto-desogestrel.
Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang untuk 3 tahun,berisi 75 mg
Levonorgestrel.
Cara Kerja
Lendir serviks menjadi kental.
Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
Mengurangi transportasi sperma
Menekan ovulasi.
Keuntungan
Perlindungan jangka panjang
Pengembalikan tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
Bebas dari pengaruh estrogen.
Tidak mengganggu kegiatan senggama.
Tidak mengganggu ASI
Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
Dapat dicabut setiap sesuai dengan kebutuhan.
Mengurangi jumlah darah haid
Menurunkan angka kejadian endometriosis.
Efek Samping
Nyeri Kepala
Peningkatan dan penurunan berat badan
Nyeri payudara
Perasaan mual
Perubahan perasaan atau kegelisahan
Membutuhkan tindak minor untuk insersi dan pencabutan
26
Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat tuberculosis dan obat epilepsy
Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi
Indikasi Implan
Usia reproduksi, telah memiliki anak atau belum
Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.
Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
Pasca persalinan dan tidak menyusui, pasca keguguran.
Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
Riwayat kehamilan ektopik
Tekanan darah > 180/110 mmhg, dengan masalah pembekuan darah,anemia.
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
Sering lupa menggunakan pil
Kontra Indikasi :
Hamil / diduga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
Miom uterus dan kanker payudara
Gangguan toleransi glukosa
3. Pelayanan KB Non Hormonal ( Kondom,IUD)
3.1. Kontrasepsi Kondom
adalah jenis kontrasepsi yang berbentuk selubung / sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan karet, plastic, bahan alami yang dipasang pada penis saat
hubungan seksual.
Cara Kerja :
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan microorganisme dari satu pasangan kepasangan yang
lain.
Keuntungan
Efektif bila digunakan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
27
Tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Murah dan dapat dibeli secara umum
Metode kontrasepsi sementara dan tidak perlu periksa dokter.
Efek samping
Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan)
Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan.
Dicurigai adanya reaksi alergi (Spermisida)
Mengurangi kenikmatan hubungan seksual.
Langkah-langkahnya:
a. Klien Daftar diloket pendaftaran
b. Petugas Melakukan persiapan (Tempat,materi,alat bantu).
c. Petugas memberikan Salam
d. Petugas menanyakan tentang kebutuhan dan keinginan klien.
e. Petugas menjelaskan tentang hal hal yang berkaitan dengan Kontrasepsi
dengan memakai ABPK dan APE KB
f. Petugas membantu menentukan pilihan kontrasepsi yang sesuai dengan
keadaannya.
g. Petugas melakukan anamnesa dan inform consent kepada klien.
h. Petugas melakukan pemeriksaan dan penapisan.
i. Petugas memberikan pelayanan kontrasepsi Kondom.
j. Petugas menjelaskan kembali tentang hal-hal yang penting yang perlu diingat
seputar kontrasepsi Kondom.
k. Petugas meminta klien untuk datang kembali bila diperlukan.
l. Petugas mencatat pada kartu KB dan Regester KB.
3.2. Kontrasepsi IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Adalah Jenis Kontrasepsi non hormonal yang dipasang di dalam rahim.
Jenis AKDR
AKDR CuT-380A
Berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus terbuat dari tembaga (Cu).
NOVA T (Schering)
Cara Kerja :
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
28
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
Keuntungan IUD/AKDR
Sangat Efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
Metode jangka panjang (10 tahun).
Tidak mempengaruhi hebengan seksual
Tidak ada efek samping hormonal
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
Dapat di pasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (bila tidak ada
terjadi infeksi)
Dapat digunakan sampai menopause
Membantu mencegah kehamilan ektopik dan tidak ada interaksi dengan obat-
obat.
Indikasi :
Tidak hamil
Usia Reproduksi, Gemuk / kurus.
Keadaan Nulipara
Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Setelah melahirkan menyusui atau tidak menyusui bayi.
Setelah abortus atau kegagalan kehamilan dan tidak terlihat infeksi
Ibu dengan penyakit yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormon.
Kontra indikasi ;
Sedang hamil
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
Sedang menderita infeksi alat genital.
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septic.
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim.
Diketahui penyakit TBC Pelvik
Kanker alat genital
29
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Efek Samping :
Amenorea
Kejang
Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur.
Benang yang hilang
Adanya pengeluaran cairan dari vagin a/ dicurigai adanya PRP.
Langkah-langkahnya:
a. Klien Daftar diloket pendaftaran
b. Petugas Melakukan persiapan (Tempat,materi,alat bantu).
c. Petugas memberikan Salam
d. Petugas menanyakan tentang kebutuhan dan keinginan klien.
e. Petugas menjelaskan tentang hal hal yang berkaitan dengan Kontrasepsi
dengan memakai ABPK dan APE KB
f. Petugas membantu menentukan pilihan kontrasepsi yang sesuai dengan
keadaannya.
g. Petugas melakukan anamnesa dan inform consent kepada klien.
h. Petugas melakukan pemeriksaan dan penapisan.
i. Petugas memberikan pelayanan kontrasepsi IUD.
j. Petugas menjelaskan kembali tentang hal-hal yang penting yang perlu diingat
seputar kontrasepsi IUD.
k. Petugas meminta klien untuk datang kembali bila diperlukan.
l. Petugas mencatat di kartu KB dan Regester KB.
30
mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya
termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi
kegiatan reproduksi tersebut. Dalam kesehatan reproduksi pembagian peran sosial
perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perempuan dan
laki-laki. Peran sosial laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan dalam kesehatan
reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia,
misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja, aborsi yang tidak
aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi.Status/posisi perempuan di
masyarakat merupakan penyebab utama masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi
perempuan.
Kesehatan karena menyebabkan perempuan kehilangan kendali terhadap kesehatan,
tubuh, dan fertilitasnya. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan
reproduksi seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan pemakaian alat
kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya, perempuan lebih rentan secara sosial
maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk HIV-AIDS. Masalah kesehatan
reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun
keterlibatan, motivasi, serta partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih
sangat kurang. Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya
yang berkaitan dengan IMS termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi
untuk memperbaiki kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula kebutuhan,
kepedulian, dan tanggung jawab laki-laki.Walaupun korban kekerasan adalah perempuan
dan laki-laki, perempuan pada dasarnya lebih rentan terhadap kekerasan atau perlakuan
kasar, yang pada dasarnya bersumber pada subordinasi perempuan terhadap laki-laki
atau hubungan gender yang tidak setara.
1. Persiapan Pra Nikah
a. Persiapan Fisik:
Pemeriksaan status kesehatan :
tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)-
Pemeriksaan Darah rutin :
Hb, Trombosit, Lekosit, -Pemeriksaan Darah yang dianjurkan :•Golongan Darah
dan Rhesus •Gula Darah Sewaktu (GDS) •Thalasemia•Hepatitis B dan C•TO R
C H (TOk s o p l a s m o s i s , Rubella,Citomegalovirusdan Herpes simpleks)-
Pemeriksaan Urin
31
b. Persiapan Gizi :
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi serta
defisiensi asam folat.
c. Status Imunisasi TT:
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus dilakukan
dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai kekebalan penuh.
Status TT Interval ( selang waktu) Lama
TT I 0
TT II Seminggu setelah TT I 3 Tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 Tahun
TT IV 1 Tahun setelah TT III 10 Tahun
TT V 1 Tahun setelah TT IV 25 Tahun
32
apakah organ reproduksi pria maupun wanita cukup mendukung untuk
mengalami kehamilan secara alami. Sebenarnya pemeriksaan ini tidak wajib
untuk dilakukan, namun tes kesuburan sebelum menikah sedikit banyak bisa
membantu merencanakan kehidupan keluarga kelak.
b. Kesehatan Reproduksi
Selain tes kesuburan, sebenarnya ada jenis tes yang lebih dianjurkan bagi
pasangan yang akan menikah, yaitu terkait kesehatan organ-organ reproduksi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi risiko penyakit menular seksual atau
penyakit tertentu yang bisa ditularkan ke pasangan. Dengan demikian, kamu dan
pasangan bisa mengantisipasi penularan penyakit sebelum nantinya aktif
melakukan hubungan intim.
c. Tes Darah
Sebelum menikah, kamu dan pasangan bisa memilih untuk melakukan tes darah
serta mengetahui golongan darah dan rhesus. Pemeriksaan darah bisa dilakukan
secara lengkap meliputi cek Hb, hematokrit, leukosit, trombosit, eritrosit, dan laju
endap darah (LED).
Manfaat dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar kolesterol, sehingga
terhindar dari risiko penyakit jantung koroner dan stroke. Pemeriksaan darah bagi
wanita juga bermanfaat untuk mengukur kadar Hb. Sebab, tingkat Hb yang
rendah bisa meningkatkan risiko thalassemia saat menjalani kehamilan kelak.
d. Tes Hepatitis B
Percaya atau tidak, tes hepatitis B menjadi jenis pemeriksaan yang cukup
dianjurkan untuk dilakukan sebelum menikah. Pemeriksaan ini akan memberi
gambaran apakah kamu atau pasangan memiliki hepatitis B atau tidak, risiko
penyakit ini pun bisa diketahui melalui tes.
Virus hepatitis B bisa bertahan lama di dalam tubuh pengidapnya dan
mengganggu fungsi hati. Kabar buruknya, virus penyebab penyakit ini sangat
mudah menular melalui hubungan intim, bahkan bisa juga ditularkan ke janin di
dalam kandungan yang kemudian bisa menyebabkan bayi lahir cacat.
e. Pap Smear
Pap smear alias Pap test merupakan metode pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya kanker leher rahim atau kanker serviks. Pengujian
ini dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks sedini mungkin, sehingga dapat
segera diobati. Rutin melakukan pap smear juga bisa digunakan untuk
33
memastikan kondisi jaringan serviks. Dengan mengetahui kondisi jaringan
serviks, dokter bisa membantu memprediksi apakah akan terjadi kanker atau tidak
dalam waktu yang akan datang.
3. Manfaat Konseling Pernikahan
Konseling pernikahan bukan hanya kegiatan “formalitas” yang dilakukan sebelum
menikah. Kegiatan ini justru punya banyak manfaat untuk kamu dan pasangan
sebelum mengarungi rumah tangga bersama. Apa saja manfaatnya?
a. Perencanaan Keluarga yang Baik
Melalui konseling pernikahan, kamu dan pasangan akan diberikan bekal informasi
mengenai perencanaan keluarga yang baik. Mulai dari bagaimana cara menghadapi
isu rumah tangga, membangun komunikasi yang efektif dengan pasangan dan
mertua, mengelola keuangan keluarga, hingga peran dan tanggung jawab suami-
istri. Dengan begitu, kamu dan pasangan akan memiliki bekal yang cukup untuk
membangun keluarga yang harmonis.
b. Mencegah Perceraian
Sebuah studi melaporkan bahwa pasangan yang pergi ke konseling pernikahan
berisiko lebih kecil untuk bercerai dibandingkan dengan mereka yang tidak datang.
Ini karena melalui konseling pernikahan, kamu dan pasangan akan diajak untuk
mengidentifikasi ketakutan, nilai-nilai, keyakinan, kebutuhan, dan keinginan dalam
membina rumah tangga kelak. Dengan begitu, kamu dan pasangan akan berupaya
bersama untuk melawan rasa takut dan menerapkan nilai-nilai yang diyakini untuk
mewujudkan rumah tangga yang diharapkan.
c. Berbagi Pengalaman dengan Konselor
Minimnya pengalaman tak jarang membuat hubungan pasangan menjadi renggang.
Oleh sebab itu, melalui konseling pernikahan, kamu bisa bertanya tentang cara
membangun rumah tangga yang baik dengan konselor, seseorang yang sudah
dianggap memiliki pengalaman yang cukup untuk membantu pasangan
menyelesaikan masalah rumah tangga. Jadi, kamu dan pasangan akan memiliki
“rambu-rambu” sebelum mengambil langkah besar kedepannya.
d. Mempersiapkan Kehamilan dengan Baik
Hal lain yang juga dibahas dalam konseling pernikahan adalah cara
mempersiapkan kehamilan dengan baik. Ini termasuk menentukan kapan waktu
yang tepat untuk hamil, menghitung jarak kehamilan yang aman, menyusun
langkah-langkah untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinan, hingga cara
34
membesarkan anak kelak (termasuk pola asuh, menentukan pendidikan, dan lain-
lain).
Terdapat tiga masa dalam reproduksi, antara lain :
1. Masa menunda perkawinan dan kehamilan
2. Masa menjarangkan kehamilan
3. Masa mencegah kehamilan
Fase diatas berkaitan dengan 4 terlalu :
1. Terlalu muda hamil
2. Terlalu muda melahirkan
3. Terlalu dekat jarak melahirkan
4. Terlalu sering melahirkan
35
BAB IV
KONSELING
36
BAB V
HUBUNGAN KERJA DALAM PELAYANAN KB
RUMAH SAKIT
A. Koordinasi
Dalam melakukan kegiatan tersebut diatas, RS melakukan koordinasi dengan berbagai
institusi seperti BKKBN Pusat, Institusi KB di daerah, Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota), Dinas Kesehatan, Asuransi, LSM dan sebagainya meliputi :
1. Promosi pelayanan KB RS
2. Pembiayaan
3. Penyediaan fasilitas, sarana/prasarana
4. Penyediaan SDM
5. Pelaporan
6. Monitoring dan evaluasi
7. Pelayanan KB diluar RS
B. Teknis Medis
RS bersama dengan organisasi profesi memiliki hubungan kerja yang bersifat teknis
medis layanan KB dalam rangka pemantapan dan peningkatan mutu pelayanan terutama
penggunaan metode/alat kontrasepsi/meliputi :
a. Pendidikan dan pelatihan
b. Sertifikasi
c. Jaga mutu
RS juga melakukan kemitraan dengan berbagai institusi seperti : Seminar, Institusi
Pendidikan Kesehatan, Klinik-klinik KB di luar rumah sakit, Rumah Bersalin, Puskesmas dan
sebagainya.
37
BAB VII
PENGENDALIAN KUALITAS PELAYANAN
38
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring/pemantauan
Pemantauan PKBRS dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas/memperbaiki pelayanan
kontrasepsi di Rumah Sakit, yang mencakup :
Pelayanan
SDM
Pembiayaan
Pelaporan
Fasilitas
1. Analisis hasil pencatatan dan pelaporan
2. Pertemuan /rapat koordinasi
Pemantauan internal dilakukan oleh Tim Jaga Mutu RS yang bersangkutan dengan cara
self assessment yang dapat dilakukan 4 kali setahun.
Pemantauan eksternal oleh Tim Jaga Mutu dilakukan di fasilitas pelayanan KB di
wilayah kerja tim jaga mutu tersebut yang meliputi :
Monitoring kualitas (4 kali/tahun)
Supervise fasilitatif (4 kali/tahun)
Audit medik pelayanan KB (berdasarkan kasus khusus dalam pelayanan KB)
Pertemuan koordinasi tim jaga mutu (2 kali/tahun)
B. Evaluasi
1. Evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan KB melalui pertemuan berkala atau
sewaktu-waktu bila diperlukan (Audit Medik Teknis, Rapat Program, Rapat Kerja)
dan melalui feed back pelaporan.
2. Tolak ukur adalah kualitas pelayanan
39
BAB IX
PENGEMBANGAN PELAYANAN
Dalam rangka peningkatan cakupan dan kualitas layanan KB di Rumah Sakit, dilakukan
berbagai upaya pengembangan layanan yang meliputi :
A. Pengembangan SDM
1. Pendidikan dan pelatihan petugas KB baik di dalam maupun diluar Rumah Sakit,
meliputi teknis medis dan kontrasepsi sesuai dengan kemampuan Rumah Sakit
sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan KB.
2. Dalam pelaksanaan pelatihan berkoordinasi dengan organisasi profesi (POGI,IBI),
PKMI, JNPK Depkes/Dinkes dan BKKBN.
3. Sertifikasi
B. Pengembangan Sarana, Prasarana dan Peralatan
Pengembangan sarana, prasarana dan peralatan dapat dilakukan melalui APBN, APBD,
dana dekon dan dana tugas perbantuan.
C. Pengembangan Layanan
1. Riset operasional
Riset operasional dilakukan oleh suatu pokja yang anggotanya terdiri dari dokter
spesialis, dokter umum dan bidan. Hasil riset tersebut dapat diimplementasikan dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan.
2. Pengembangan kemitraan PKBRS
Dapat berbentuk bakti sosial, kampanye mengenai kesehatan reproduksi untuk
sekolah/masyarakat, dan sebagainya.
3. Mobil Service
Definisi dan Jenis Layanan :
- Mobil services merupakan perluasan jaringan pelayanan KB melalui pemanfaatan
unit mobil pelayanan KB. Pelayanan ini akan berkeliling menjangkau masyarakat
di pelosok tanah air yang secara sosial ekonomi dan geografis sulit memperoleh
pelayanan, dilakukan secara terjadwal atau momental untuk mendukung
pelayanan kontrasepsi. Jenis pelayanan yang diberikan adalah pemasangan dan
pencabutan KB susuk, pemasangan dan pencabutan IUD dan MOP (vasektomi).
Khusus pelayanan kontrasepsi Metode Operatif Wanita /MOW (tubektomi) hanya
dapat dilakukan di rumah sakit (SK Menkes No.8/Menkes/SK/I/2000).
40
Tata cara pelayanan :
- Ijin operasional tim dikeluarkan oleh kepala Dinkes setempat dengan persetujuan
DIrektur RS setempat yang menjadi rujukannya (sesuai UU Praktek Kedokteran).
- Penanggung jawab pelayanan KB adalah tenaga medis (dokter)
- Pengerahan akseptor/calon akseptor menjadi tanggung jawab BKKBN
- Biaya operasional pelayanan dibebankan pada penyelenggara.
- Prosedur lain yang berkaitan dengan hal-hal medis dan non medis mengikuti
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
- Untuk RS yang melakukan mobile service di luar wilayah kerjanya maka sebagai
antisipasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (efek samping/komplikasi)
maka wajib berkoordinasi dengan RS yang akan menjadi rujukan klien.
- Pencatatan dan pelaporan hasil pelaksanaan pelayanan KB dilaporkan kepada
DInas Kesehatan setempat (Kabupaten/Kota).
Pengembangan layanan ini secara keseluruhan juga dalam rangka membangun networking
(jejaring) dalam melakukan layanan KB di luar Rumah Sakit namun tetap dalam pengawasan
rutin PKBRS.
41
BAB X
PENUTUP
42
Lampiran 1.
KB Mantap
Dimensi Mutu Ketersediaan Pelayanan Kontap
Frekuensipengumpulan 1 bulan
data
Periode analisa 2 bulan
43
Konseling KB Mantap
Dimensi Mutu Ketersediaan Kontap
Frekuensipengumpulan 1 bulan
data
Periode analisa 2 bulan
Standar 100%
44
Lampiran 2.
DATA PELAYANAN KB DI RS FMC TAHUN 2019
Jumlah
Metode Kontrasepsi
No Bulan
IUD
Pil Suntik MOW
Pemasangan Pencabutan
1 Januari 1 1
2 Februari 1 3 1 1
3 Maret 1 2
4 April 4 2
5 Mei 1 2 1 5
6 Juni 1 2 3
7 Juli 1 1
4,5
3,5
Pil
3
Suntik
2,5 Pemasangan IUD
2 Pencabutan IUD
1,5 MOW
0,5
0
Januari Februari Maret April Mei Juni
Kartu Peserta KB
45
Lampiran 3.
46
Lampiran 4.
47
Lampiran 7.
Cat :
*) DU terlatih : dimana yang tidak ada SpOG dan SpU dan bidan terlatih
48
49