Makalah Osmoregulasi, Fototaksis, Reotaksis, Dan Bukaan Mulut Ikan.

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 31

TUGAS PENGGANTI PRAKTIKUM

MAKALAH OSMOREGULASI, FOTOTAKSIS, REOTAKSIS, DAN BUKAAN


MULUT PADA IKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Fisiologi Hewan Air
Dosen :
Priyandaru Agung E. T. S.Pi. MP

Disusun Oleh :

NONA YANA PRATIWI (42191104)


MILA SAVORA Q. A (42191108)
NOVA DWI ALDIANA DEWI (42191110)
DIAH UTARI (42191111)
RIZA KIKI APRILIA (42191112)

PROGRAM STUDI ILMU PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
BANYUWANGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Osmoregulasi, Fototaksis, Reotaksis,
Dan Bukaan Mulut Pada Ikan ”, ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Fisiologi Hewan Air. Dalam
penyusunan makalah ini penyusun telah mendapatkan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan rasa hormat penyusun
mengucapkan banyak terimah kasih kepada :
1. Bapak Priyandaru Agung E. T. S.Pi. MP selaku dosen mata kuliah Fisiologi
Hewan Air.

2. Teman-teman yang telah memberikan berbagai referensi sebagai bahan isi


makalah

3. Serta semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah
memberi bantuan secara langsung maupun tidak langsung.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu
dengan kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pihak manapun demi perbaikan makalah ini.
Dengan segala kekurangan yang mungkin terdapat di dalam makalah ini, penyusun
berharap semoga makalah ini mempunyai nilai tambah lagi bagi penyusun dan
pembaca.

Banyuwangi, 1 Januari 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II. PEMBHASAN ........................................................................................................... 5
2.1 Osmoregulasi .................................................................................................................. 5
2.2 Mekanisme Osmoregulasi Pada Hewan Teleostei Air Tawar ........................................ 6
2.3 Proses Osmoregulasi Ikan Teleostei ............................................................................. 10
2.4 Hormon Osmoregulasi .................................................................................................. 10
2.5 Fototaksis ...................................................................................................................... 11
2.6 Pengaruh Cahaya Terhadap Tingkah Laku Pada Ikan .................................................. 12
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Fototaksis ....................................................................... 13
2.8 Cone and Rod pada Ikan dan Udang ............................................................................ 13
2.9 Pengujian Fototaksis pada Sebuah Referensi Penelitian .............................................. 14
2.10 Rheotaksis................................................................................................................... 17
2.11 Faktor yang Mempengaruhi Rheotaksis ..................................................................... 18
2.12 Pengaruh Suhu,Arus,dan Salinitas Terhadap Rheotaksis ........................................... 18
2.13 Respirasi ..................................................................................................................... 19
2.14 Sistem Pernafasan Hewan Vertebrata ......................................................................... 19
2.15 Mekanisme Pernapasan Ikan Bertulang Sejati Dilakukan Melalui Mekanisme
Inspirasi Dan Ekspirasi. ...................................................................................................... 20
2.16 Suhu ............................................................................................................................ 20
2.17 DO (Dissolved Oxygen) Oksigen Terlarut ................................................................. 22
BAB III. PENUTUP ............................................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 25
3.2 Saran ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 26

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Osmoregulasi Ikan Air Tawar ................................................................................ 7
Gambar 2. Morfologi Insang .................................................................................................... 8
Gambar 3. Diagram Nefron (Bond, 1979 dalam Tridjoko, 2009). .......................................... 9
Gambar 4. Contoh Fototaksis Pada Ikan ................................................................................ 11

iv
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk
mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya
melalui mekanisme pengaturan tekanan osmosis. Proses osmoregulasi diperlukan
karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya.
Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula
sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi
juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan
oleh sel atau organisme hidup (Campbell, 2004).
Osmoregulator merupakan hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas
internalnya, karena cairan tubuh tidak isoosmotik dengan lingkungan
luarnya.Seekor hewan osmoregulator harus membuang kelebihan air jika hewan itu
hidup dalam lingkungan hiperosmotik. Kemampuan untuk mengadakan
osmoregulasi membuat hewan mampu bertahan hidup, misalnya dalam air tawar
dimana osmolaritas tertentu rendah untuk mendukung osmokonformer, dan didarat
dimana air umumnya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Semua hewan air
tawar dan hewan air laut adalah osmoregulator. Manusia dan hewan darat lainnya
yang juga osmoregulator harus mengkompensasi kehilangan air (Campbell,2004).
Osmoregulasi terjadi pada hewan perairan, karena adanya perbedaan tekanan
osmosis (osmosis berasal dari bahasa Junani yang berarti mendorong antara larutan
didalam tubuh dan diluar tubuh).Sehingga osmoregulasi merupakan upaya hewan
air untuk mengontrol untuk keseimbangan air dan ion-ion yang terdapat didalam
tubuhnya dengan lingkungan melalui sel permeable.Pengaturan osmoregulasi ini
sangat mempengaruhi metabolisme tubuh hewan perairan dalam menghasilkan
energi (Nicol, 1967).
Organisme perairan harus melakukan osmoregulasi karena harus terjadi
keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan.Membran sel yang
permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak
cepat.Adanya perbedaan tekanan osmosis antara cairan tubuh dan lingkungan.

1
Semakin jauh perbedaan tekanan osmosis antara tubuh dan lingkungan, semakin
banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi
sebagai upaya adaptasi. Karena perbedaan proses osmoregulasi pada beberapa
golongan ikan, maka struktur organ-organ osmoregulasinya juga kadang berbeda.
Beberapa organ yang berperanan dalam proses osmoregulasi ikan, antara lain
insang, ginjal, dan usus. Organ-organ ini melakukan fungsi adaptasi di bawah
kontrol hormon osmoregulasi, terutama hormon-hormon yang disekresi oleh
pituitari, ginjal, dan urofisis (Fujaya,2004). Oleh karena itu, untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai mekanisme osmoregulasi pada hewan, khususnya
osmoregulasi hewan terestrial dan osmoregulasi pada hewan teleoestei yang
berguna untuk menyeimbangkan cairan dalam tubuhnya maka dibuatlah makalah
ini.
Menurut Sudarsono (2010), fototaksis adalah gerak taksis yang menyebabkan
oleh adanya rangsangan berupa cahaya.Ikan tertarik cahaya melalui otak (pineal
rigean pada otak).Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya disebut fototaksis.Dengan
demikian ikan tertarik oleh cahaya hanyalah ikan-ikan fototaksis,yang umumnya
adalah ikan-ikan pelagis dan sebagian kecil ikan demersal,sedangkan ikan-ikan
yang tidak tertarik oleh cahaya akan menjauhi cahaya biasa disebut fotophobi.
Pengaruh cahaya terhadap masing-masing perlakuan adalah berbeda. Untuk
perbedaan posisi atas dan bawah pengaruh cahaya jauh berbeda. Artinya pada
posisi atas cahaya yang diterima jauh lebih besar dibanding di bawah (Muchlisa,
1996). Pola ikan pada umumnya akan membentuk schooling pada saat terang dan
menyebar saat gelap dalam keadaan tersebar ikan akan lebih mudah dimangsa
predator dibandingkan saat berkelompok adanya pengaruh cahaya buatan pada
malam hari akan menarik ikan kedaerah dominansi sehingga memungkinkan
mereka membentuk schooling dan lebih aman dari predator ikan-ikan yang
tergolong fototaksis positif dan akan memberikan respon dengan mendekati sumber
cahaya sedangkan ikan-ikan yang bersifat fototaksis negatif akan bergerak
menjauhi sumber cahaya (Ciptaningtiyas, 1993).
Pada suhu 35˚C laju fotosintesis tidak menurun sampai ada intensitas cahaya
yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi gelap kini berjalan lebih

2
cepat. Faktor bahwa pada intensitas cahaya yang rendah laju fotosintesis itu tidak
lebih besar pada 35˚C dibandingkan pada 20˚C juga menunjang gagasan bahwa
yang menjadi pembatas pada proses ialah reaksi terang. Reaksi terang ini tidak
bergantung pada suhu tetapi hanyalah pada intensitas penyinaran (Kimbal,
1983). Pola kedatangan ikan di sekitar sumber cahaya berbeda-beda, tergantung
jenis dan keberadaan ikan di perairan. Pengamatan dengan menggunakan side scan
sonar colour tidak dapat mengetahui jenis ikan yang berada di perairan,namun
pergerakan kawanan ikan yang ada di sekitar bagan dapat diketahui. Hasil
pengamatan dengan menggunakan side scan sonar colour memperlihatkan bahwa
kawanan ikan berenang mendatangi sumber cahaya dari kedalamanan yang
berbeda, yaitu ada yang berenang pada kisaran kedalaman 20-30 m dan ada pula
yang berenang pada kisaran kedalam 5- 10 m. (Wulangi, K.S., 1993).
Pergerakan dari suatu organisme biasanya terjadi karenaorganisme tersebut
merespon stimulant dari lingkungan. Rheotaksisadalah pergerakan terarah yang
dihasilkan dari pergerakan gradientair, banyak dipelajari pada ikan, invertebrata air,
dan spermatozoa (Marcos et al.,2012). Ikan ditempatkan pada air yang bergerak
yang menunjukkansebuah respon alami yang dilakukan tanpa syarat. Sebuah
respondapat dikatakan taksis positif jika respon yang terjadi adalah menujuatau
mendekati rangsangan, sedangkan taksis negatif jika responyang terjadi adalah
menjauhi rangsangan (Arnold, 1974 dalam Bak Coleman et al., 2014).
Poecilia reticulata merupakan salah satu hewan yang tumbuh dan berkembang
di perairan air tawar dan beberapa di antaranya juga ada yanghidup di perairan air
payau. Ikan Poecilia reticulata bersifat omnivora yangmemiliki suhu optimal untuk
pemeliharaan sekitar 25-28° C dengan pH sekitar 7,0 dan kekerasan 20° dH. Pada
perkembangannya, Poecilia reticulataberkembang biak di tempat umum seperti
saluran air, got, sungai, dan kanal. Ikan guppy (Poecilia reticulata) terdiri dari
beberapa jenis yang merupakan hasil dari perkawinan silang yang menyebabkan
mutasi gen. Selain warna,bentuk dasar ekor ikan guppy (Poecilia reticulata) juga
bervariasi (Virgianti,2005: 66). Tingkah laku ikan diartikan sebagai perubahan-
perubahan ikan dalam kedudukan, tempat, arah, maupun sifat lahiriah suatu
makhluk hidup. Makhluk hidup ini yang mengakibatkan suatu perubahan dalam

3
hubungan antara makhluk tersebut dan lingkungannya yang pada gilirannya juga
berpengaruh kembali pada makhluk itu sendiri. Prinsip tingkah laku ikan harus
didukung oleh pemahaman terhadap indera utama dari ikan (Fitri, 2008:33).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme osmoregulasi pada ikan teleostei air tawar ?
2. Apa yang dimaksud dengan fototaksis ?
3. Apa yang dimaksud dengan reotaksis ?
4. Bagaimana proses yang terjadi pada bukaan mulut ikan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut :
1. Menjelaskan mekanisme osmoregulasi pada ikan teleostei air tawar.
2. Menjelaskan bagaimana proses fototaksis pada ikan.
3. Menjelaskan bagaimana proses reotaksis pada ikan.
4. Menjelaskan bagaimana proses yang terjadi pada bukaan mulut ikan

4
BAB II.
PEMBAHASAN
2.1 Osmoregulasi
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk
mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya
melalui mekanisme pengaturan tekanan osmosis. Osmosis terjadi ketika dua
larutan yang dipisahkan oleh membran memiliki perbedaan tekanan osmotik. Jika
dua larutan yang dipisahkan oleh sebuah membran permeabel selektif yang
memiliki osmolaritas yang sama, kedua larutan itu disebut isoosmotik. Namun
ketika dua larutan memiliki perbedaan molaritas, larutan dengan konsentrasi zat-
zat terlarut yang lebih besar disebut hiperosmotik dan larutan yang lebih encer
disebut hipoosmotik. Air mengalir melalui osmosis dari larutan hipoosmotik ke
larutan hiperosmotik. Seekor hewan dapat mempertahankan keseimbangan air
dengan dua cara, yang pertama adalah menjadi osmokonformer yang isoosmotik
dengan sekitarnya. Cara kedua adalah menjadi osmoregulator yang mengontrol
osmolaritas internal terlepas dari osmolaritas lingkungannya (Fujaya, 2004).
Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan
tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak
air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel
akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana
untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup
(Fujaya, 2004).
Hewan osmoregulator merupakan hewan yang mampu melakukan
osmoregulasi dengan baik. Sedangkan Hewan Osmokonformer merupakan hewan
yang tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik, sehingga harus beradaptasi
agar bertahan hidup dengan syarat perubahan lingkungan tidak besar dan dalam
kisaran toleransi (Fujaya, 2004).
Dalam lingkungan, tentunya akan menciptakan suatu kondisi yang mendukung
dan ancaman bagi kelangsungan hidup hewan. Sehingga perlu mekanisme
osmoregulasi, dan setiap hewan berbeda-beda dengan variasi yang sangat luas
tergantung kemampuan dan jenis organ tubuh hewan dan kondisi lingkungan
hewan. Pada invertebrata laut disebut dengan hewan osmokonformer yaitu

5
konsentrasi osmotik cairan tubuh sama dengan air laut dan terjadi keseimbangan
osmotik cairan tubuh hewan dengan lingkungannya. Dan apabila tidak dalam
kondisi keseimbangan ionik akan terjadi perbedaan komposisi ion yang
menghasilkan gradien konsentrasi.Cara hewan melakukan pengaturan konsentrasi
ion yaitu dengan mensekresi atau menyerap ion secara aktif (Fujaya, 2004).
2.2 Mekanisme Osmoregulasi Pada Hewan Teleostei Air Tawar
Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara
osmosis. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan
ke dalam tubuh. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air sebagai air seni.
Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar.Ini
dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar
dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan
malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli
proximallis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli
ginjal bersifat impermiable (kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air.Ikan
bertulang sejati (teleostei), ikan air tawar maupun ikan laut pada dasarnya
mempunyai kemampuan untuk mempertahankan komposisi ion-ion dan
osmolaritas cairan tubuhnya pada tingkat yang secara signifikan berbeda dari
lingkungan eksternalnya. Proses ini merupakan suatu mekanisme dasar osmotik.
Untuk menghadapi masalah osmoregulasi hewan melakukan pengaturan tekanan
osmotiknya dengan cara (Kaneko. dkk. 2002):
1. Mengurangi gradien osmotik antara cairan tubuh dengan lingkungannya.
2. Mengurangi permeabilitas air dan garam.
3. Melakukan pengambilan garam secara selektif
Osmoregulasi pada ikan air tawar melibatkan pengambilan ion dari
lingkungan untuk membatasi kehilangan ion. Air akan masuk ke tubuh ikan
karena kondisi tubuhnya hipertonik, sehingga ikan banyak mengeksresikan air
dan menahan ion. Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh
yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk
ke tubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermeabel. Bila
hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya
garam-garam tubuh dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh
6
tidak dapat menyokong fingsi- fungsi fisiologis secara normal.
Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal
mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar.Ini
dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar
dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan
malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli
proximalis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli
ginjal bersifat impermiable (kedap air). Air seni yang dikeluarkan ikan sangat
encer dan mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen, seperti (Kaneko. dkk.
2002):
1. Asam
2. Kreatin
3. Kreatinin
4. Amonia.

Gambar 1. Osmoregulasi Ikan Air Tawar


Organ-organ Osmoregulasi Yaitu:
1. Insang
Menurut Tridjoko (2009), pertukaran antara oksigen yang masuk ke dalam
darah dengan CO2 yang keluar dari darah terjadi dengan cara diffusi pada
pembuluh darah dalam insang. Peredaran darah dalam fillamen insang
merupakan pertemuan antara pembuluh darah yang berasal dari jantung yang
masih banyak mengandung CO2 dengan pembuluh darah yang akan
meninggalkan filamen insang yang kaya akan oksigen. Difusi oksigen pada
7
filamen insang dibantu oleh tekanan air yang terdapat pada rongga mulut dan air
dipaksa keluar melalui insang.

Gambar 2. Morfologi Insang


Pada insang, sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel
chloride yang terletak pada dasar lembaran-lembaran insang. Studi mengenai
fungsi dari biokimiawi insang teleostei mengindikasikan bahwa insang teleostei
merupakan pompa ion untuk Chloride (Cl-), sodium (Na+), dan potassium (K+).
Perubahan ion- ion pada ikan air laut berbeda dengan ikan-ikan air tawar.
Perbedaan utama yaitu bahwa Na+, NH4+, Cl-, dan HCO3- semuanya bergerak
keluar pada ikan air laut, sedangkan pada ikan air tawar Na+ dan Cl-, keduanya
masuk dankeluar yang disebabkan oleh suatu perubahan difusi. Pada ikan
diadromus, selama migrasi antara air tawar dan air laut, membran dan
mitokondria sel mengalami perubahan besar dalam struktur, menyebabkan
beberapa aktivitas transpor ion berubah, yakni seperti pada ikan air laut dan ikan
air tawar bila di air tawar.
2. Ginjal

Ginjal melakukan dua fungsi utama: pertama, mengekskresikan sebagian


besar produk akhir metabolisme tubuh; dan kedua, mengatur konsentrasi cairan
tubuh. Gambar 04 menggambarkan fungsi nefron teleostei yang terdiri dari
glomerulus dan tubulus.Glomerulus berfungsi menyaring cairan, sedangkan
tubulus mengubah cairan yang disaring menjadi urin. Dengan demikian nefron
dapat membersihkan atau menjernihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak
dikehendaki ketika ia melalui ginjal. Filtrasi dapat terjadi pada glomerulus
8
karena jaringan kapiler glomerulus merupakan jaringan bertekanan tinggi
sedangkan jaringan kapiler peritubulus adalah jaringan bertekanan rendah
(Fujaya, 2008). Menurut Irianto (2005), ginjal ikan berupa penefros dan
mesonefros, memiliki fungsi sebagai organ osmoregulator. Pada ikan air tawar,
ginjal menyimpan ion-ion dan membebaskan air.Pada ikan air asin, ikan
membebaskan ion-ion dan menyimpan air.sebagian besar sisa metabolisme
berupa senyawa-senyawa nitrogen dibebaskan melalui insang. Ginjal juga
berfungsi dalam haematopiesis pada jaringan haematopietik yang terdapat pada
interstitium ginjal. Haematopiesis terutama berlangsung pada bagian anterior
ginjal, tetapi proses tersebut dapat berlangsung di seluruh bagian ginjal.
Selanjutnya zat sisa metabolisme akan dibuang ke luar tubuh.

Gambar 3. Diagram Nefron (Bond, 1979 dalam Tridjoko, 2009).

3. Usus

Usus pada ikan memiliki banyak variasi. Pada beberapa ikan seringkali
bagian depan ususnya berwarna besar menyerupai lambung sehingga bagian ini
dinamakan sebagai lambung palsu, misalnya ikan mas, Cyprinus carpio
(Tridjoko, 2009). Setelah air masuk ke dalam usus ikan air laut, dinding usus
aktif mengambil ion-ion monovalen (Na+, K+, dan Cl-) dan air, sebaliknya
membiarkan lebih banyak ion-ion divalen (Mg2+, Ca2+, dan SO42-) tetap di
dalam usus sebagai cairan rektal agar osmolaritas usus sama dengan darah. Hal
ini penting dilakukan untuk menghindarkan air yang telah diserap usus kembali
ke dalam rektal. Proses minum pada ikan air tawar dibutuhkan oleh usus untuk
mengambil kembali ion-ion yang hilang melalui difusi dan juga melalui urin
(Fujaya, 2008).
9
4. Kulit
Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang disebut epidermis dan
lapisan dalam yang disebut dermis atau corium. Epidermis selalu basah karena
adanya lendir yang dihasilkan oleh sel- sel yang berbentuk piala yang terdapat di
seluruh permukaan tubuhnya. Epidermis bagian dalam terdiri dari lapisan sel
yang selalu giat mengadakan pembelahan untuk menggantikan sel- sel sebelah
luar yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh. Lapisan ini
dinamakan stratum germinativum (lapisan Melphigi). Dermis berperan dalam
pembentukan sisik pada ikan- ikan yang bersisik. Derivat- derivat kulit juga
dibentuk di dalam lapisan ini. Pada dermis ini terkandung pembuluh darah, saraf
dan jaringan pengikat. Kulit digunakan sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi.
Pada beberapa jenis ikan, kulit juga berfungsi sebagai alat pernafasan tambahan
dan sebagainya (Tridjoko, 2009).
2.3 Proses Osmoregulasi Ikan Teleostei
Pada ikan teleostei euryhaline, Fundulus heterooclitus, saat berada di air
tawar, osmolalitas darahnya 335 mOsmol/lt, Na+ 170 mOsmol/lt, dan Cl- 125
mOsmol/lt, sedangkan ketika di air laut osmolalitas darahnya adalah 365
mOsmol/lt, Na+ 85 mOsmol/lt, dan Cl- 145 mOsmol/lt (Gordon et al., 1982
dalam Susilo dan Sukmoningrum, 2010). Namun pada ikan Nila, Oreochromis sp.,
yang bersifat euryhaline, peningkatan salinitas medium secara signifikan meningkatkan
konsentrasi osmotik plasma darah, yaitu 388 mOsmol/lt pada aklimasi perairan air tawar
menjadi 447 mOsmol/lt pada aklimasi di perairan dengan salinitas 25 ppt (Rahardjo,
1980).
2.4 Hormon Osmoregulasi
Kelenjar endokrin yang bertanggung jawab terhadap proses osmoregulasi
antara lain pituitari, ginjal, dan urofisis, melalui aksi beberapa hormonnya
(Fujaya, 1999). Menurut Marshall (2006), volume air seni yang dikeluarkan dan
keseimbangan pada ikan diatur oleh sekresi kelenjart endokrin (hormon).
Hormon bisa mempengaruhi ginjal dan menaikan atau menurunkan tekanan
darah yang mengubah laju penyaringan ke dalam kapsul bowman. Hormon juga
bisa mempengaruhi ekskresi ginjal dengan cara tertentu pada sel tubuli ginjal
untuk mengubah permeabilitas dan laju penyerapan kembali terhada substansi

10
tertentu. Hormon juga mempengaruhi penyaringan ataupun penyerapan pada
insang.
2.5 Fototaksis

Gambar 4. Contoh Fototaksis Pada Ikan


Fototaksis, yaitu gerak tubuh dengan rangsangan berupa cahaya. Fototaksis
ikan yaitu gerak taksis pada ikan yang dipengaruhi oleh cahaya. Fototaksis
dibagi menjadi 2 macam yaitu fototaksis positif dan fototaksis negatif.
Fototaksis positif yaitu pergerakan ikan mendekati sumber cahaya contohnya
ikan lemon dan ikan komet. Fototaksis negatif yaitu pergerakan ikan yang
menjauhi sumber cahaya contohnya ikan lele.
Cahaya merupakan salah satu factor abiotik yang diperlukan dalam proses
fotosintesis. Dan Cahaya dengan segala aspek yang dikandungnya seperti
intensitas dan panjang gelombang akan memepengaruhi secara langsung
maupun tidak langsung terhadap pergerakkan atau tingkah laku ikan.Bagi
hewan laut cahaya mempunyai pengaruh terbesar secara tidak langsung yakni
sebagai sumber energy untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang
menjadi tumpuan hidup mereka karena menjadi sumber makanan. Cahaya juga
merupakan factor penting dalam hubungannya antara cahaya dan perpindahan
populasi laut. Selain itu reaksi ikan terhadap cahaya pun berbeda-beda, seperti
fototaksis positif, preferensi untuk intensitas optimum, investigatory reflex,
mengelompok dan mencari makan di bawah cahaya serta diorientasi akibat
kondisi buatan dari gradient intensitas di bawah air. Reaksi ikan inilah yang

11
dimanfaatkan untuk menangkap ikan dengan mengunakan alat bantu cahaya.
Pergerakan ikan yang berbeda-beda terhadap sumber cahaya merupakan
salah satu aspek yang perlu diketahui untuk meningkatkan hasil
tangkapan. Reaksi cahaya atau terang menyediakan energy pereduksi yang
diperlukan untuk biosintesis karbohidrat sedangkan reaksi gelap berhubungan
dengan fiksasi. Karbon mengubah CO2 menjadi glukosa sebagai salah satu
karbohidrat dalam sel membantu penyerapan unsur hara dalam proses
fotosintesis. Pergerakan ikan yang mendekati sumber cahaya di konsentasikan
dengan mengurangi intensitas cahaya dengan cara menggunakan lampu fokus
untuk mengkonsentrasikan ikan di catchable area. Pengkonsentrasian ikan
hubungannnya dengan pergerakan ikan yang berbeda terhadap sumber cahaya
mengakibatkan perlakuan dalam mengkonsentrasikan ikan juga berbeda.
2.6 Pengaruh Cahaya Terhadap Tingkah Laku Pada Ikan
Adaptasi dari badan ikan terhadap lingkungan internal dan eksternal,
sedangkan reaksi ikan merupakan respon yang berhubungan tingkah laku ikan
karena adanya rangasangan eksternal.Terdapat dua bentuk reaksi dari hewan
terhadap cahaya yaitu fotokinesis dan fototaksis.Fotokinesis adalah respon
dalam kecepatan perubahan darah gerakan terhadap suatu intensitas
cahaya,sedangkan fototaksis adalah tindakan lokomotor dari suatu organisme
mendekat (positif) atau menjauhi (negatif) dari sumber cahaya (Ben Yaml,1987
dalam Utami 2006).
Menurut Suherman (2002), cahaya berpengaruh besar dalam orientasi
migrasi ikan secara mudah dapat dihubungkan tingkah laku diurnal dengan
siklus diurnal matahari. Hubungan cahaya dengan hasil penangkapan ikan telah
dikenal oleh nelayan sejak dahulu. Pengaruh cahaya terhadap tingkah laku ikan
tidak mudah dipisahkan.Hela dan Laevestu (1970) dalam Suherman (2002) juga
menyatakan bahwa cahaya buatan akan merangsang banyak organisme laut
untuk mendekati. Sehingga organisme laut tersebut akhirnya merupakan
makanan bagi ikan- ikan pemangsa lainnya.
 Mempengaruhi Migrasi Vertikal
 Kehadiran cahaya diasosiasikan sebagai indikasi makanan. Ikan Lapar lebih

12
bersifat fototaksis positif.
 Beberapa ikan betina bersifat fototaksis negatif ketika matang gonad,
sedangkan untuk ikan jantan pada jenis yang sama akan bersifat fototaksis
positif ketika matang gonad.
 Ikan akan mempunyai sifat fototaksis yang kuat ketika berada pada lingkungan
dengan suhu air yang optimal (sekitar 28C).
 Kehadiran predator akan mengurangi sifat fototaksis pada ikan.
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Fototaksis
1 Faktor internal :
 Sifat ikan itu sendiri (diurnal dan nocturnal)
 Umur ikan
 Jenis (teleostei dan elesmobranchi)
 Penglihatan (sel cone dan sel rod)
2 Faktor eksternal :
 Intesitas cahaya
 Kepadatan tersuspensi
 Habitat (demersal dan pelagis)
2.8 Cone and Rod pada Ikan dan Udang
Menurut Kimball (1983), reseptor penglihatan sebenarnya pada mata adalah
batang dan kerucut.Yaitu sel-sel tersusun rapat tepat di bawah permukaan retina
.(1) Batang kira-kira ada 100 juta batang dalam setiap mata.Batang terutama
dipakai untuk penglihan cahaya suram dan teramat peka terhadap cahaya.Akan
tetapi bayangan yang dihasilkan batang-batang ini tidak tajam.Satu batang dapat
mengawali impuls dalam rangkaian tersebut tetapi otak tidak mungkin
menentukan batang mana dalam kumpulam itu yang terlibat.(2) Kerucut.Lebih
sedikit yang kita ketahui bagaimana kerucut itu bekerja dibanding dengan
bagaimana batang bekerja.Kerucut itu sangat banyaknya (sekitar 15.000 setiap
milimeter persegi) di satu daerah retina, yaitu fovea pada suatu daerah tepat di
sebarang lensa. Berbeda dari batang, kerucut hanya bekerja dalam cahaya
terang.
Menurut Scheer (1984), pada jantan dan hewan diurnal lainnya sel kerucut
adalah partikulasi agresi didalam pusat fovea. Disamping itu selaput dari sel
13
batang dan sel kerucut memiliki pigmen epittelium,proses dari sel bersamaan
dengan setiap sel visual dimana mata beradaptasi unruk mendapatkan
cahaya.Suatu catatan dimana mata (mush) hanaya memiliki sel batang
(testudo),sel kerucut dan (rana jantan) memiliki keduanya.
Menurut Weichert (1959), fotoreseptor neurosensorik disebut batang dan
kerucut terletak dibagian terluar sensori dari retina,yang terletak dilapisan
koroid dan jauh dari cahaya,sel batang dan sel kerucut berbeda dalam
bentuk,sel batang berbentuk tipis sedangkan sel kerucut berbentuk pendek dan
tebal.
2.9 Pengujian Fototaksis pada Sebuah Referensi Penelitian
1. Alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum mengenai Fototaksis ialah sebagai
berikut :
 Senter : sebagai sumber cahaya untuk menentukan jenis fototaksis ikan.
 Aquarium : sebagai media pengamatan ikan.
 Steroform : untuk menutup bagian atas aquarium.
 Aerator : sebagai alat penyuplai oksigen pada media pengamatan.
 Selang aerasi : sebagai saluran untuk menyuplai udara atau oksigen.
 Batu aerasi: untuk menyaring udara atau oksigen.
2. Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum mengenai fototaksis ialah
sebagai berikut :
 Ikan nila (Oreochromis niloticus) : sebagai bahan yang akan diamati.
 Ikan mas (Cyprinus carpio) : sebagai bahan yang akan diamati.
 Ikan sepat (Trichogaster sp) : sebagai bahan yang akan diamati.
 Udang galah (Macrobachium rossenbergii) : sebagai bahan yang akan
diamati.
 Ikan patin (Pangasius hypopthalmus) : sebagai bahan yang akan
diamati.
 Ikan bawal merah (Collosoma macropomum) : sebagai bahan yang
akan diamati.
 Plastic gelap : untuk membungkus aquarium agar cahaya tidak masuk.
14
 Air : sebagai media tempat hidup ikan.
3. Analisis Prosedur
Hal pertama yang harus dilakukan dalam praktikum Fisiologi Hewan
Air dengan materi fototaksis adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat – alat
yang digunakan adalah aquarium persegi bahan kaca datar sebagai media
pengamatan ikan, senter sebagai sumber cahaya pada saat pengamatan,
aerator sebagai suplai oksigen, nampan untuk menutup bagian atas
aquarium. Bahan – bahan yang digunakan adalah ikan Mas (Cyprinus
carpio), ikan Patin (Pangasius hypopthalmus), ikan Sepat (Trichogaster sp),
ikan Bawal merah (Collosoma macropomum), Udang Galah
(Macrobranchium rosenbergii) kelima ikan tersebut sebagai objek yang
diamati fototaksisnya. Air sebagai media hidup ikan, plastic gelap hitam
untuk menutup aquarium, selotip untuk meletakkan plastic pada aquarium,
kertas label untuk menandai aquarium.
Setelah alat dan bahan sudah siap, Isi aquarium persegi dengan air
sebagai media hidup ikan sebanyak ¾ bagian agar ikan tidak mudah
melompat keluar dan air tidak tumpah ketika ikan dimasukkan. Penggunaan
aquarium dikarenakan akca aquarium yang datar sehingga tidak
membelokkan atau membiaskan cahaya dapat memudahkan pengamatan
saat pemberian cahaya dari lampu senter. Lalu aquarium dibungkus dengan
plastik besar berwarna hitam agar cahaya tidak dapat menembus atau masuk
dalam aquarium. Pada bagian plastik diberi lubang untuk jalan masuknya
cahaya. Kemudian ikan Mas (Cyprinus carpio) , ikan Patin (Pangasius
hypopthalmus), ikan Sepat (Trichogaster sp), ikan Bawal merah
(Collossoma macropomum) , Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii),
dimasukkan kedalam aquarium yang berbeda – beda dan diberi kerrtas label
untuk menandai jenis ikan dalam aquarium. Menggunakan ikan yang
berbeda – beda untuk mengetahui iakn mana yang melakukan fototaksis
positif, fototaksis negative dan fototaksis netral. Lalu pengamatan menuggu
malam hari karena tidak cahaya terang yang dapat mempengaruhi hasil dari
pengamatan fototaksis. Lalu diberi sumber cahaya dari lampu bersifat fokus

15
yaitu lampu senter. Pemberian cahaya dilakukan untuk mengetahui
perubahan ikan mana yang melakukan fototaksis positif, fototaksis negatif,
dan fototaksis netral. Setelah itu diamati tingkah laku yang terjadi dan hasil
pengamatan dicatat pada table pengamatan.
4. Analisis Hasil
Dari praktikum tentang fototaksis diperoleh hasil kelompok 1-10 untuk
ikan nila (Oreochromis niloticus) berjenis fototaksis negative, ikan mas
(Cyprinus carpio) untuk kelompok 1,5,8,9,10 mengalami fototaksis negative
sedangkan kelompok 2,3,4,6,7 mengalami fototaksis positif, udang galah
(Macrobrachium rossenbergii) pada kelompok 1-10 mengalami fototaksis
negative. Begitupun pada ikan patin (Pangasius hypopthalmus) juga
mengalami fototaksis negative. Ikan bawal merah (Colossoma
macropomum), untuk kelompok 1,2,4,9 mengalami fototaksis positif,
sedangkan kelompok 3,5,6,7,8,10 mengalami fototaksis negative. Untuk
ikan sepat (Trichogaster sp) pada kelompok 1,5,10 mengalami fototaksis
negative,sedangkan pada kelompok 2,3,4,6,7,8,9 mengalami fototaksis
positif. Dalam hal ini ikan yang bersifat fototaksis positif termasuk hewan
diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari,baik berberak maupun
mencari makan. Sedangjan ikan-ikan yang berfototaksis negative termasuk
ikan nocturnal yaitu ikan yang aktif pada malam hari, baik saat mencari
makan maupun bergerak.
Menurut He (1989) dalam Utami (2006), terdapat teori tentang ikan
berenang mendekati sumber cahaya (fototaksis yaitu forced movement
theory, adaptation theory dan feeding phototaksis theory), sedangkan factor-
faktor yang mempengaruhi fototaksis pada ikan adalah faktor internal
seperti umur, jenis kelamin dan kepenuhan isi lambung serta factor eksternal
seperti temperatu air, level lingkungan cahaya (dini hari dan bulan
purnama), intensitas dan warna dari sumber cahaya, ada tidaknya makanan
dan kehadiran predator.
Dari pengamatan ikan mas (Cyprinus carpio) adalah tergolong ikan
fototaksis negative karena saat diberi rangsangan berupa cahaya, ikan mas

16
membelakangi cahaya sehingga ikan mas dapat disimpulkan aktif di malam
hari (nocturnal); hidup didasar dan termasuk dlam ikan sel batang yang
mengandung pigmen peka terhadap cahaya selain itu cara dia mencari
makan dengan cara mencari makan di tepi perairan.
Hal tersebut dapat dijelaskan dalam Laili (2007) dalam Khairuman
(2002), bahwa ikan mas biasa hidup di perairan air tawar yang tidak terlalu
dalam dan alirannya tidak terlalu deras, misalnya dipinggiran sungai atau
atau danau. Ikan mas dapat hidup diketinggian 150-600 m di atas permukaan
laut dan suhu 25-30°C, pH air antara 7-8. Meskipun tergolong ikan air
tawar, ikan mas gterkadang juga ditemukan di perairan payau atau dimuara
sungai yang bersalinitas (kadar garam).
2.10 Rheotaksis
Rheotaksis adalah suatu kecenderungan dari mahkluk hidup untukmenerima
rangsangan mekanis dari arus air karena gerakan. Pola kedatanganikan di sekitar
sumber cahaya berbeda-beda, tergantung jenis dan keberadaanikan di perairan.
Pengamatan dengan menggunakan side scan sonar colour tidakdapat
mengetahui jenis ikan yang berada di perairan, namun pergerakankawanan ikan
yang ada di sekitar bagan dapat diketahui. Hasil pengamatandengan
menggunakan side scan sonar colour memperlihatkan bahwa kawananikan
berenang mendatangi sumber cahaya dari kedalamanan yang berbeda, yaituada
yang berenang pada kisaran kedalaman 20-30 m dan ada pula yangberenang
pada kisaran kedalam 5- 10 m (Adianto, 2004: 25 ).
Salah satu ciri dari makhluk hidup yaitu peka terhadap rangsang, respon
makhluk hidup terhadap lingkungannya. Mampu merespon berbagai impuls atau
stimulus- stimulus yang ada disekitar lingkungannya. Lingkungan memberikan
segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup dan saling berinteraksi.
Lingkungan sangat berperan penting bagi semua makhluk hidup. Lingkungan
meliputi lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Lingkungan abiotik itu
sendiri terdiri dari suhu, cahaya matahari, kelembapan, dan benda-benda mati
lainnya yang tidak digunakan sebagai sumber daya seperti batu, tanah sebagai
tempat tinggal sedangkan lingkungan biotik yaitu manusia, hewan dan

17
tumbuhan (Pratiwi, 2007).
2.11 Faktor yang Mempengaruhi Rheotaksis
Faktor – faktor pengaruh rheotaksis yaitu :
1. Salinitas
Penguapan,semakin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah,maka salinitasnya
tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah
itu rendah kadar garamnya.Curah hujan,makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah
laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan
yang turun salinitas akan tinggi.
2. Arus Air
Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan,hubungan arus terhadap penyebaran ikan
adalah arus mengalihkan telur-telur dan anak-anak ikan pelagis didaerah pemijahan ke
daerah pembesaran dan ke tempat mecari makan .Migrasi ikan ikan dewasa disebabkan
arus ,sebagai alat orientasi ikan dan sebagai bentuk rute alami,tingkah laku ikan dapat
disebabkan arus khususnya arus pasang surut ,arus secara langsung dapat mempengaruhi
distribusi ikan-ikan dewasa dan secara tidak langsung mempengaruhi pengelompokan
makanan.
2.12 Pengaruh Suhu,Arus,dan Salinitas Terhadap Rheotaksis
Untuk mengetahui pengaru suhu, arus dan salinitas terhadap
rheotaksis dapat dilakukan dengan cara: Menyambungkan saklar
pompa air, sehingga terjadi arus pada rheometer yang masih
mengandung salinitas. Pada saat saklar dinyalakan, saat itulah dimulai
penghitungan waktu dimulai dengan menggunakan stopwatch selama 5 menit
dengan pencatatan setiap 1 menitnya untuk suhu, dan jumlah ikan
pada masing-masing zona.Dengan dilakukannya percobaan maka bisa
disimpulkan sebagai berikut :
1 Ikan mas cenderung melawan arus dengan posisi tubuh pada saat bergerak
kepala menghadap kearah arus (reotaksis positif).
2 Ikan mas cenderung berpaling ke air yang berkadar garam lebih
rendahdengan posisi kepala menjauhi salinitas yang lebih tinggi.
3 Pada kondisi air dengan kadar garam yang sama benih ikan mas cenderung
bergerak ke daerah yang bersuhu optimal (20 -26°C dan berarus.
18
2.13 Respirasi
Respirasi (Pernapasan) adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran
karbon dioksida oleh darah melalui permukaan alat pernapasan (Fujaya,
2008).Respirasi adalah suatu proses perombakan bahan makanan dengan
menggunakan oksigen, sehingga diperoleh energi dan gas CO2. Energi yang
dihasilkan dalam proses ini tidak langsung digunakan untuk aktivitas sel dalam
pembentukan ATP dari ADP dan H3PO4 ( Akbulut, 2002).Ikan bernapas pada
insang yang terdapat di sisi kanan dan kirikepala (kecuali ikan Dipnoi yang
bernapas dengan paru-paru). Selain berfungsi sebagai alat pernapasan, insang
juga berfungsi sebagai alat ekskresi dan transportasi garam-garam. Oksigen
dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang (Salmin,2000).
2.14 Sistem Pernafasan Hewan Vertebrata
telah memiliki sistem sirkulasi yang fungsinya antara lain untuk
mengangkut gas pernapasan (O2) dari tempat penangkapan gas menuju sel-sel
jaringan. Begitu pula sebaliknya, untuk mengangkut gas buangan (CO 2) dari sel
sel jaringan ke tempat pengeluarannya. Ikan bernapas menggunakan insang.
Insang berbentuk lembaran- lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu
lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian
dalam berhubungan erat dengan kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang
terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis
(lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler,
sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Pada
ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang
(operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya
tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula
kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan
paruparu (Dipnoi). Insang tidak hanya berfungsi sebagai alat pernapasan, tetapi
juga berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat
pertukaran ion, dan osmoregulator. Ikan mas merupakan ikan bertulang sejati.
Insang ikan mas tersimpan dalam rongga insang yang terlindung oleh tutup
insang (operkulum). Insang ikan mas terdiri dari lengkung insang yang tersusun
atas tulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang yang berfungsi untuk enyaring
19
air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Filamen
insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda
karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari
arteri insang. Di tempat inilah pertukaran CO 2 dan O2 berlangsung. Oksigen
diambil dari oksigen yang terlarut dalam air melalui insang secara difusi. Dari
insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh.
Dari jaringan tubuh, CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju
insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus
dan berulang-ulang.
2.15 Mekanisme Pernapasan Ikan Bertulang Sejati Dilakukan Melalui
Mekanisme Inspirasi Dan Ekspirasi.
a. Fase inspirasi ikan Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang
tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,
sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam
rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka
sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. Perhatikan gambar di
samping.
b. Fase ekspirasi ikan Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut
menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah
insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh
lembaran-lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara
pernapasan. Darah melepaskan CO 2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air.
Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O 2 diikat
oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan
bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
2.16 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah
diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting
dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini
terutama disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi
dalam tubuh dan sekaligusmenentukan kegiatan metabolisme,misalnya dalam hal

20
respirasi. Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu
mempunyai rentang yang dapat ditolerir oleh setiap jenis organisme. Masalah ini
dijelaskan dalam kajian ekologi yaitu, “Hukum Toleransi Shelford”. Dengan alat
yang relatif sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas
respirasi organisme tidak sulit dilakukan, misalnya dengan menggunakan
respirometer sederhana (Amdah, 2011). Kehadiran dan keberhasilan suatu
organisme tergantung pada lengkapnya keadaan, ketiadaan atau kegagalan suatu
organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan maupun kelebihan baik secar
kualitatif maupun secara kuantitatif dari salah satu dari beberapa faktor yang
mungkin mendekati batas-batas toleransi organisme tersebut. Faktor-faktor yang
mendekati batas biotik tersebut meliputi komponen biotik dan komponen abiotik
yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme tersebut. Komponen biotik
yang dimaksud tidak terbatas pada tersedianya unsur-unsur yang dibutuhkan,
tetapi mencakup pula temperatur, sinar matahari, air dan sebagainya. Tiap
organisme mempunyai batas maksimum dan minimum terhadap faktor-faktor
tersebut, dengan kisaran diantaranya batas-batas toleransi (Udom, 1989). Makin
tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda.
Suhu juga disebut temperatur. Benda yang panas memiliki suhu lebih tinggi
dibandingkan benda yang dingin. Suhu juga disebut temperatur . Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Namun dalam kehidupan
sehari-hari, untuk mengukur suhu masyarakat cenderung menggunakan indera
peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah
termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Termometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah
termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti bahang dan meter yang
berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang
paling umum digunakan adalah termometer air raksa. Ikan beradaptasi dengan
lingkungannya. Adaptasi fisiologi ikan salah satunya berhubungan dengan
system respirasi. Pada adaptasi ini terlihat dari gerakan operculum ikan.
Adapatasi ini dipengaruhi oleh temperature dan keadaan lingkungannya.

21
Kenaikan suhu pada suatu perairan menyebabkan kelarutan oksigen atau dissolve
oxygen (DO) di peraiaran tersebut akan menurun, sehingga kebutuhan organisme
air terhadap oksigen semakin bertambah dengan pergerakan operculum yang
semakin cepat, penurunan suhu pada suatu perairan dapat menyebabkan
kelarutan oksigen dalam perairan itu meningkat sehingga kebutuhan organisme
dalam air terhadap oksigen semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya
frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan tersebut
(Yulianto,2011).
2.17 DO (Dissolved Oxygen) Oksigen Terlarut
(Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam
proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu
proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut (Salmin, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung
sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air
dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. Odum (1971) menyatakan
bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya
suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan
permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara
air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya
kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses
fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan
untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Keperluan
organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan
aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih
sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah.
Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas,
memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen
terlarut (Wardoyo, 1978). Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2

22
ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik).
Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan
organisme (Swingle, 1968). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh
kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat
kejenuhan sebesar 70% (Huet, 1970). KLH menetapkan bahwa kandungan
oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut
(Anonimous, 2004). Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator
kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan
reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan
biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi
aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan
anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat
memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang
dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana
dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka
peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban
pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuanaerobik yang
ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan
pereduksibahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan
tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme,
sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa
lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting
ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum
terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya (Salmin, 2005). DO merupakan
perubahan mutu air paling penting bagi organisme air, pada konsentrasi lebih
rendah dari 50% konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen dalam air kurang
kuat untuk mempenetrasi lamela, akibatnya ikan akan mati lemas (Ahmad
dkk,1998). Kandungan DO di kolam tergantung pada suhu, banyaknya bahan
organik, dan banyaknya vegetasi akuatik (Lelono, 1986 dalam Anonim, 2008).

23
Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal:
a. Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.
b. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan.
c. Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam
hari. Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil (Abdilanov,
2011).

24
BAB III.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk
mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya
melalui mekanisme pengaturan tekananosmosis.
Fototaksis, yaitu gerak tubuh dengan rangsangan berupa cahaya. Fototaksis
ikan yaitu gerak taksis pada ikan yang dipengaruhi oleh cahaya. Fototaksis
dibagi menjadi 2 macam yaitu fototaksis positif dan fototaksis negatif.
Rheotaksis adalah suatu kecenderungan dari mahkluk hidup untuk
menerima rangsangan mekanis dari arus air karena gerakan. Hasil pengamatan
dengan menggunakan side scan sonar colour memperlihatkan bahwa kawanan
ikan berenang mendatangi sumber cahaya dari kedalamanan yang berbeda,
yaituada yang berenang pada kisaran kedalaman 20-30 m dan ada pula
yangberenang pada kisaran kedalam 5- 10 m (Adianto, 2004 : 25 ).
Respirasi adalah suatu proses perombakan bahan makanan dengan
menggunakan oksigen, sehingga diperoleh energi dan gas CO2. Energi yang
dihasilkan dalam proses ini tidak langsung digunakan untuk aktivitas sel dalam
pembentukan ATP dari ADP dan H3PO4 ( Akbulut, 2002).
3.2 Saran
Saran yang dapat kami ajukan dalam pembuatan laporan praktikum ini
yaitu dengan kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pihak manapun demi perbaikan laporan ini. Dan untuk
teman-teman yang diberi tugas harus dikerjakan sebaik mungkin dan saling
kerja samanya sehingga dalam pembuatan laporan agar dapat diselesaikan
dengan tepat dan waktu pengumpulan yang telah ditentukan.Untuk
menambah ilmu pengetahuan penulis mengarapkan tugas ini bisa dibaca
atau mencari referensi lain untuk melengkapi

25
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2005. Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga

Fujaya, Y. 1999. Bahan Pengajaran Fisiologi Ikan. Makassar: Fakultas Perikanan


dan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta: Rineka Cipta

Hurkat, P.C. & Mathur. 1976. A Text Book of Animal Physiology. New York: Shcand
and Co. Ltd

Kaneko, T., Shiraishi, K., Katoh, F., Hasegawa, S., dan Hiroi, J. 2002.Chloride cells
during early life stages of fish and their functional differentiation. Fisheries
Science 68: 1-9.

Lehinger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta:


Erlangga.

Marshall, W.S., dan M. Grosell. 2006. Ion transport, Osmoregulation, and acid-base
balance. In the Physiology of Fishes, Evans, D.H., and Claiborne, J.B. (eds.).
taylor and Francis Group.

Nicol, J.A.C., 1967. The biology of marine animals.2d ed. Wiley.Interscience, New
York.
Rahardjo. 1980. Ichthyologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Soeseno, S. 1997.
Pemeliharaan Ikan di Kolam Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius

Soewolo, 2000.Pengantar Fisiologi Hewan. Malang: Proyek Pengembangan Guru


Sekolah Menengah

Soewolo,dkk. 1994. Fisiologi Hewan. Jakarta: UT Storer, T. I. 1968. General


Zoology. Saunders Company: Philadelphia. Suntoro, S. H. 1994. Anatomi dan
Fisiologi Hewan. Salemba Medika: Jakarta.

Takeuchi, K., H. Toyohara, dan M. Sakaguchi. 2000. Effect of hyper- and


hypoosmotic stress on protein in cultured epidermal cell of common carp.
26
Fisheries Science 66: 117-123.

Tridjoko.2009.Ichthyologi.Bali: Undiksha.Wulangi, S Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip


fisiologi Hewan. Bandung: DepDikBud

Putri V. J. 2020. Laporan Praktikum Ichtyologi 2020/2021 Rangkuman Materi


Ekologi. Malang: Universitas Brawijaya

Islamy R. A. 2012. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Pewarna Tubuh Ikan.
Malang: Universitas Brawijaya

Widiastuti, Endang L. 2002. Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Universitas Lampung.


Bandar lampungSutowijoyo.2013.Makalah Riset Pengaruh Suhu,Arus
Salinitas Air .BDK Surabaya.

Abdlanov, Dikri. 2011. Hubungan antara oksigen terlarut (DO) , PH dengan


penyerapan bahan toksik oleh organisme air. Diakses melalui
http://abdilanov.blogspot.com/2011/11/hubungan-antara-oksigen-terlarut-
doph.html pada tanggal 8 Oktober 2012.

27

Anda mungkin juga menyukai