Makalah Kel.5 (Manajemen Peerpustakaan Dalam Pendidikan Islam)
Makalah Kel.5 (Manajemen Peerpustakaan Dalam Pendidikan Islam)
Makalah Kel.5 (Manajemen Peerpustakaan Dalam Pendidikan Islam)
Kelompok 5 :
1. Dendy kurniawan
2. Putri Ayu
3. Heni Lestari
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Manajemen Perppustakaan dalam pendidikan Islam..................................5
B. Manajemen Staf............................................................................................8
C. Manajemen Koleksi........................................................................................
D. Manajemen Fasilitas....................................................................................10
F. Manajemen Layanan...................................................................................10
G. Manajemen Anggaran..................................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
profesioanal. Bahkan banyak sekolah yang menganggap remeh keberadaan
perpustakaan sehingga belum mempunyai angan-angan untuk menghadirkan
perpustakaan di lembaga pendidikannya, padahal perpustakaan sangat
diperlukan dalam suatu lembaga pendidikan guna membuka cakrawala
pengetahuan peserta didiknya.
Nasib serupa turut pula dialami oleh laboratorium, tak sedikit sekolah yang tak
memilikinya, kalaupun ada laboratorium itu pun dengan kondisi yang kurang
terurus. Banyak alasan dikemukakan mulai tidak adanya tenaga profesional
hingga dana perawatan dan sebagainya. Apapun alasannya sebenarnya tidak
dapat dibenarkan mengingat pentingnya kedua sarana tersebut dalam
menunjang proses pendidikan sehingga kekurangan dan keterbatasan tersebut
sudah selayaknya menjadi perhatian serius pengelola lembaga pedidikan
sehingga segera dicari solusi penanganannya.
Berangakat dari uraian singkat diatas dan guna memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Lembaga Pendidikan Islam serta untuk meningkatakan kecakapan
dalam Manajemen Pendidikan Islam maka penulis menyusun makalah berjudul
“Manajemen Perpustakaan dan Laboratorium dalam Lembaga Pendidikan
Islam.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana Manajemen Perpustakaan dalam Lembaga Pendidikan Islam?
2. Bagaimana Manajemen Laboratorium dalam Lembaga Pendidikan Islam?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan pembahsannya adalah untuk
mengetahui:
1. Manajemen Perpustakaan dalam Lembaga Pendidikan Islam
2. Manajemen Laboratorium dalam Lembaga Pendidikan Islam
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Jadi, manajemen perpustakaan lembaga Pendidikan Islam adalah
pengaturan dan pelaksanaan proses fungsi manajemen (perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pelaporan) bahan-bahan
pustaka baik berupa buku maupun bukan berupa buku (non book material)
guna memudahkan para peserta didik maupun pendidik dalam proses
pembelajaran di lembaga pendidikan Islam.
2. Fungsi Perpustakaan Lembaga Pendidikan Islam.
Penyelenggaraan perpustakaan sekolah mengacuh kepada Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, terutama pada
pasal 45. Pasal tersebut menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal
dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan, intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
Hal tersebut diperkuat dengan dalam Peraturan Pemerintah No 13 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 42 dan 43 tentang standar
sarana dan prasarana. Yang intinya menyebutkan bahwa sekolah wajib memiliki
sarana salah satunya adalah buku dan sumber belajar, dan wajib memiliki
prasasrana yakni perpustakaan. Sebagai pendukung proses pembelajaran,
perpustakaan sekolah memiliki fungsi sebagai berikut:[11]
a. Fungsi pendidikan, perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang sesuai
dengan kurikulum dan diharapkan mampu membangkitkan minat baca para
peserta didik, mengembangkan daya ekspresi, mengembangkan kecakapan
berbahasa, mengembangkan daya pikir yang rasional dan kritis, serta mampu
membimbing dan membina para peserta didik dalam hal cara menggunakan
dan memelihara bahan pustaka dengan baik;
b. Fungsi informasi, perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang memuat
informasi berbagai cabang ilmu pengetahuan yang bermutu dan up to date
yang disusun secara teratur dan sistematis, sehingga dapat memudahkan
para petugas dan pemustaka dalam mencari informasi yang diperlukannya;
c. Fungsi penelitian, perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang dapat
dijadikan sebagai sumber/obyek penelitian sederhana dalam berbagai bidang
studi;
d. Fungsi pelestarian, perpustakaan merawat bahan pustaka, baik secara fisik
maupun informasi yang terkandung di dalamnya melalui konservasi
(perlindungan, pengawetan) dan preservasi (pemeliharaan, penjagaan, dan
pengawetan). Pemeliharaan bahan pustaka tidak ditujukan pada bahan
pustaka yang sudah tua dan rusak saja, tetapi juga pada bahan pustaka yang
baru.
e. Fungsi rekreasi, perpustakaan, di samping menyediakan bahan pustaka
pengetahuan, juga perlu menyediakan bahan pustaka yang bersifat rekreatif
(hiburan) yang bermutu dan mendidik, sehingga dapat digunakan para
6
pemustaka untuk mengisi waktu luang, baik oleh peserta didik maupun oleh
para pendidik;
f. Fungsi administrasi, perpustakaan harus mengerjakan pencatatan,
penyelesaian dan pemrosesan bahan-bahan pustaka serta
menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif, efisien dan akurat.
3. Manajemen Perpustakaan Lembaga Pendidikan Islam.
Menurut Wijoyo yang dikutip Widodo[12], mengelola perpustakaan sekolah
tidaklah semudah yang dibayangkan orang pada umumnya. Dalam mengelola
perpustakaan sekolah terdapat pernik-pernik permasalahan. Atau tidak
berlebihan sekiranya disebut dengan segudang kompleksitas, baik karena faktor
internal maupun faktor eksternal. Berikut ini rangkuman fokus manajemen
perpustakaan:
a) Manajemen Organisasi dan Administrasi
Organisasi dan administrasi memegang peranan strategis dalam membawa
perpustakaan ke depan. Dengan administrasi yang baik akan nampak
keteraturan, kekonsistenan, dan terdokumentasi serta diharapkan ada
tindaklanjut dan peningkatan kinerja. Sementara itu, hal-hal utama dalam
organisasi mencakup:
1. Re-organisasi. Organisasi perpustakaan bukan organisasi yang statis,
melainkan organisasi yang berkembang sesuai dengan kebutuhan.
Restrukturisasi organisasi perpustakaan sangat diperlukan, manakala ada faktor
internal dan eksternal perpustakaan yang mempengaruhinya. Perubahan karena
faktor internal ini, misalnya apabila terjadi pengembangan layanan baru di
perpustakaan. Perubahan organisasi karena faktor eksternal, misalnya: adanya
perkembangan teknologi di luar perpustakaan yang memaksa perpustakaan
untuk mengikutinya.
2. Pengembangan peran unit kerja. Unit-unit kerja di perpustakaan perlu didorong
untuk mengembangkan peranannya. Bisa jadi di perpustakaan perlu
mengembangkan perannya sebagai unit usaha yang intinya untuk menggali
dana di luar anggaran yang ada.
3. Memperluas kerjasama. Kebutuhan informasi oleh pengguna belum
sepenuhnya tercukupi oleh perpustakaan yang disebabkan oleh sumberdaya
manusia, keterbatasan infrastruktur yang ada, dan dana yang belum memadai
untuk berdaya-gunanya perpustakaan. Oleh karena itu, keterbatasan ini menjadi
salahsatu alasan perlunya kerjasama antar perpustakaan. Salahsatu bentuk
kerjasama perpustakaan adalah pemanfaatan koleksi secara bersama (resource
sharing) yang didahului dengan membentuk jaringan kerjasama perpustakaan
(library networking) antara dua perpustakaan atau lebih, baik dalam dan luar
negeri. Perpustakaan juga harus secara aktif bermitra dengan fakultas/program
studi dari berbagai tingkat dan keahlian agar dapat memberikan dukungan
layanan pendidikan.
7
4. Sogan. Untuk menggugah, menyemangati, dan rasa memiliki dan kepedulian
pustakawan dan pemustakanya, perlu dipertimbangkan untuk menetapkan
slogan perpustakaan. Berikut contoh slogan perpustakaan:
• Be the best with your library,
• Get more out of class in your library,
• Perpustakaan adalah jendela dunia,
b) Manajemen Staf
Staf merupakan salah satu modal utama perpustakaan. Sebagai modal utama,
staf harus dikelola agar tetap produktif, karena staf memegang kunci berhasil
tidaknya sasaran mutu perpustakaan. Staf dengan loyalitas dan dedikasi tinggi,
memiliki pengalaman dan kompeten di bidangnya merupakan aset utama dan
salahsatu faktor penunjang keberhasilan perpustakaan dalam mencapai visi dan
menjalankan misinya. Oleh karenanya yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Kejelasan deskripsi pekerjaan (job description), the right man in the right
place, pemberdayaan SDM, dan team work, hubungan kerja inter dan antar
unit di perpustakaan.
2. Pemberian motivasi. Menurut Ahmad Sudrajat, motivasi dapat diartikan
sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat
persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik
yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun
dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Jadi motivasi merupakan suatu daya
gerak (kekuatan) yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melaksanakan
suatu pekerjaan atau mencapai tujuan tertentu. Seseorang yang memiliki
motivasi berarti ia telah memiliki modal kekuatan untuk memperoleh
kesuksesan dalam suatu pekerjaan.
3. Pengembangan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Perlu juga
penanaman pengertian kepada seluruh staf/pustakawan bahwa,
pengetahuan, keterampilan, kemampuan, harus selalu di-update guna
memberikan pelayanan yang sebaik mungkin. Perlu menanamkan filosifi
kepada seluruf staf tentang belajar sepanjang hayat adalah perlu dan harus,
terlebih belajar teknologi informasi, karena pengguna yang dilayani adalah
generasi yang tumbuh dengan teknologi. Tidak hanya berhenti di sini saja,
pustakawan harus memerankan dirinya sebagai: agents of change,
knowledge managers, dan entrepreneurial thinkers.
4. Peningkatan karier dan kesejahteraan. Tidak dipungkiri bahwa, staf akan
dapat bekerja dan berprestasi dengan sunguh-sungguh apabila terpenuhi
kesejahteraannya. Begitu juga dengan staf yang telah berprestasi dengan
baik perlu pengakuan dan reward. Oleh karena itu, manajemen perpustakaan
perlu memikirkan program kesejahteraan staf, misalnya: peningkatan karier
ke jenjang yang lebih tinggi, tunjangan, fasilitas dan pelayanan gratis. Dengan
8
program ini diharapkan dapat memberi kepuasan kepada staf yang
berdampak pada tumbuhnya semangat kerja secara optimal sehingga terjadi
peningkatan produktivitas kerja.
c) Manajemen Koleksi
Salah satu dari sekian unsur perpustakaan adalah koleksi/bahan pustaka.
Koleksi/bahan pustaka menjadi salahsatu unsur yang sangat penting dan sangat
menentukan eksistensi perpustakaan di tengah masyarakatnya. Koleksi/bahan
pustaka akan mampu menarik perhatian masyarakat untuk memanfaatkannya
apabila koleksi/bahan pustaka tersebut berkualitas, sesuai kebutuhan dan
tersedianya sarana akses terhadap koleksi/bahan pustaka tersebut.
Koleksi/bahan pustaka merupakan inti dan jiwa perpustakaan dalam
mengemban tugasnya sebagai penyedia jasa informasi. Namun perlu diingat
bahwa, kekuatan koleksi cetak sekarang bukanlah sesuatu yang boleh dikatakan
wah, karena koleksi/bahan pustaka cetak akan mempersempit gedung
perpustakaan yang ada. Oleh karena itu, bisa jadi koleksi/bahan pustaka cetak
lambat-laun akan tergantikan atau disandingkan oleh koleksi digital.
Koleksi/bahan pustaka yang baik tentunya koleksi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pemakainya, penyediaan koleksi/bahan pustaka akan
menjadi baik apabila dilakukan dengan pengadaan yang baik pula dengan
melibatkan beberapa unsur yang terkait dan melaluii pengorganisasian yang
baik pula. Salahsatu pengorganisasian koleksi/bahan pustaka adalah penyajian.
Koleksi/bahan pustaka yang tersaji, setelah melalui pengolahan, harus
disediakan alat aksesnya untuk memberi kesempatan pengguna mengakses
koleksi/bahan pustaka tersebut.
Di samping, perlu dilakukan pemeliharaan terhadap koleksi, baik secara fisik
maupun informasii yang terkandung di dalamnya. Pemeliharaan koleksi, yang
salahsatu usahanya adalah konservasi, tidak saja ditujukan pada koleksi yang
sudah tua dan rusak saja, tetapi juga pada koleksi yang baru. Berikut prinsip-
prinsip konservasi yang dikutip oleh Purwono dalam Buku Materi Pokok: Dasar-
dasar Dokumentasi (2009) dari Code of Ethics and Guideline for conservation
Pratice (1986):
1) Preservation of deterioration: tindakan untuk melindungi benda budaya
termasuk bahan pustaka dengan mengendalikan kondisi lingkungan,
melindungi dari faktor perusak lainnya, termasuk salah penanganan.
2) Preservation: penanganan yang berhubungan langsung dengan benda.
Kerusakan oleh udara lembab, faktor kimiawi, serangga, mikroorganisme
harus dihentikan termasuk untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
3) Consulidation: memperkuat benda yang sudah rapuh dengan jalan memberi
perekat atau bahan penguat.
9
4) Restoration: memperbaiki koleksi yang telah rusak dengan jalan menambal,
menyambung, memperbaiki jilidan yang rusak dan mengganti bagian yang
hilang bentuknya mendekati keadaan semula.
5) Reproduction: membuat ganda dari benda asli, termasuk membuat
mikrofilm, mikrofis, foto repro, fotokopi.
d) Manajemen Fasilitas
Pengelolaan fasilitas/peralatan perpustakaan meliputi: perencanaan,
pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan fasilitas. Di dalam perencanaan
meliputi perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk pengelolaan dan
pemeliharaan fasilitas/peralatan yang dimiliki oleh perpustakaan. Dimungkinkan
perpustakaan PT membentuk devisi pengelolaan fasilitas/peralatan yang
bertanggungjawab kepada kepala/manajer perpustakaan.
Untuk fasilitas/peralatan perpustakaan yang ada dan masih memiliki nilai layak
pakai perlu dilakukan perawatan secara periodik guna memastikan kenyamanan
bila dipakai.
Desain ulang perabot dan gedung/ruang perlu dilakukan untuk memenuhi gaya
belajar mahasiswa masa kini. Perpustakaan harus memikirkan untuk
memfasilitasi masyarakat penggunanya dengan berbagai ruang untuk
konsultasi, kolaborasi, dan instruksi guna mendorong kebutuhan belajar yang
bervariasi. Tren desain gedung/ruang perpustakaan saat ini memiliki nilai-nilai
arsitistik, bisa jadi ruang seperti bar, rumah-makan cepat saji, atau ruang-ruang
pertemuan di hotel. Hal ini dimaksudkan agar perpustakaan menjadi tempat
yang nyaman untuk bekerja dan belajar, serta memberikan kemudahan akses.
10
Dengan perubahan sikap staf, tentunya akan meningkatkan citra terhadap
perpustakaan dan stafnya. Oleh karenanya, perpustakaan harus:
1. Menetapkan kebijakan, prosedur dan pelaksanaannya. Perpustakaan perlu
memiliki peraturan baku tentang layanan. Rekonstruksi peraturan
perpustakaan perlu dilakukan dan seyogyanya melibatkan seluruh
pengelola perpustakaan.
2. Mengkaji lingkungan. Pengkajian lingkungan, terutama terhadap pemustaka,
untuk memastikan apa yang diharapkan dan dibutuhkan dari perpustakaan.
Dengan demikian akan terjadi kesamaan persepsi antara pengelola
perpustakaan dan masyarakat penggunanya.
3. Memperluas layanan dengan penyediakan makerspaces (penyediaan ruang,
mesin dan perangkat lunak di mana pengunjung perpustakaan dapat membuat
sesuatu) di perpustakaan, jika perlu mengembangkan mobile reference service.
4. Promosi dan pemasaran. Promosi dan pemasaran perlu diprogramkan dan
diimplementasikan guna memperikan informasi pada yang sudah, sedang dan
akan dilakukan serta apa yang ada di perpustakaan.
g) Manajemen Anggaran
Perpustakaan manapun tidak lepas dari anggaran dan masalahnya. Pengelola
perpustakaan secara umum akan berharap bahwa, perpustakaan memiliki
anggaran dengan pengelolaan sendiri dan fleksibel sehingga berdayaguna.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007, tentang
Perpustakaan, Bagian Ketiga, Pasal 23 (6) mengamanatkan bahwa,
“Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran
belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja
pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.” Standar
Nasional Indonesia 7329:2009 Perpustakaan Sekolah menyebutkan pula bahwa,
”Sekolah menjamin tersedianya anggaran perpustakaan setiap tahun sekurang-
kurangnya 5% dari total anggaran sekolah di luar belanja pegawai dan
pemeliharaan serta perawatan gedung.”
Tidak mudah memang meyakinkan pimpinan untuk mengalokasikan anggaran
untuk perpustakaan agar memenuhi SNI tersebut. Namun bukan hal yang
mustakhil dengan kegigihan, keuletan, kesabaran jumlah anggaran tersebut
akan tercapai. Poin utama dalam pengelolaan anggaran adalah:
a. Penggalian anggaran. Perpustakaan tidak hanya bertumpu pada anggaran
dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang notabene dari APBN dan
anggaran institusii yang ditarik dari iuran mahasiswa baru saja, melainkan
sumber lain perlu digali, misalnya: kerjasama dengan instutisi lain yang sama-
sama menguntungkan, mencari sponsorship, mengembangan layanan kreatif
yang menghasilkan dana (pelatihan, konsultatif, usaha fotokopi, menyewakan
ruang, terjemahan, kantin, penarikan dari jasa tertentu, dll.)
11
b. Perencanaan, penggunaan, pelaporan anggaran dan pengawasan. Menurut
A. Ridwan Siregar, anggaran yang dialokasikan untuk perpustakaan dapat
mengikuti pola 50:25:25 persen untuk koleksi: staf: peralatan/operasional.
Pengelolaan anggaran harus melalui perencanaan yang jelas, terstruktur,
mudah dipahami dan dilaksanakan. Penggunaan anggaran perlu kehati-
hatian dan teliti, menghindari pemborosan/ penyimpangan dan
pembelanjaan yang tidak semestinya, dengan pengadministrasian melalui
prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan anggaran harus dijalankan
dengan baik. Sedangkan pelaporan harus dilakukan setepat waktu mungkin
disertai dengan bukti-bukti yang diperlukan.
Rincian penggunaan anggaran perpustakaan sekolah pada umumnya
dikelompokkan ke dalam, antara lain:
1. operasional rutin perpustakaan, misalnya kerumahtanggaan (bila tidak
dibeayai oleh sekolah);
2. pengadaan alat-alat dan perabot perpustakaan (bila harus pengadaan sediri);
3. pengadaan dan bahan-bahan pengolahan bahan pustaka;
4. pemeliharaan bahan pustaka;
5. penyebaran, pemasaran dan promosi jasa perpustakaan;
6. perjalan dinas (bila tidak disediakan sekolah);
7. perbaikan dan perawatan gedung/ruang (bila tidak disediakan sekolah);
8. perbaikan dan perawatan alat (bila tidak disediakan sekolah);
9. pendidikan dan pelatihan staf perpustakaan (bila tidak dibiayai oleh sekolah).
5. Kendala Manajemen Perpustakaan Lembaga Pendidikan Islam
Kedala tersebut bisa jadi berupa aspek strutural, dalam arti keberadaan
perpustakaan sekolah kurang memperoleh perhatian dari pihak manajemen
sekolah dan aspek teknis, yang berarti keberadaan perpustakaan sekolah
belurn ditunjang aspek-aspek bersifat teknis yang sangat dibutuhkan oleh
perpustakaan sekolah, seperti: tenaga, dana, serta sarana dan prasarana.
Berikut ini beberapa kendala yang mungkin dialami dalam manajemen
perpustakaan lembaga pendidikan Islam, antara lain:
a) minimnya dana operasional;
b) terbatasnya sumberdaya manusia;
c) kepedualian pihak manajemen sekolah terhadap perpustaaan masih
rendah;
d) terbatasnya sarana dan prasarana;
12
e) keberadaan perpustakaan yang masih dianggap sebagai sarana pelengkap
untuk kegiatan belajar siswa bukan sebagai jantungnya sekolah untuk
menggerakkan proses kegiatan belajar;
f) tingkat pemanfaatan perpustakaan masih rendah, hanya pada jam-jam
istirahat/kosong kegiatan belajar kelas.
upaya yang harus dilakukan serang manajer dalam rangka mengptimalkan
fungsi perpustakaan adalah:
1. menambah dan memperbanyak koleksi di perpustakaan. Perpustakaan
sudah seharusnya dilengkapi dengan referensi yang terkait dengan
kebutuhan peserta didik dan pendidik, baik ‘kitab-kitab’, buku, jurnal,
prooceding, laporan penelitian, skripsi, tesis, desertasi, majalah, surat kabat,
diktat-diktat, ensiklopedia, karya sastra, novel pendidikan, naskah-naskah
kuno, mahtutat-mahtutat (semacam diktat), akses internet dsb. Untuk
mewujudkan hal ini manajer dapat berkerjasama dengan lembaga
penerbitan maupun lembaga lain baik dalam maupun luar negri yang
mendistribusikan berbagai macam referensi buku.
2. Melakukan studi banding dengan perpustakaan terbaik dan terlengkap, baik
di dalam dan luar negeri, khususnya diperpustakaan sekolah dan perguruan
tinggi di lembaga pendidikan negara-negara maju.
3. Mengalokasikan dana untuk pengadaan referensi setiap tahun.
4. Menyiapkan fasilitas terkait dengan perpustakaan seperti fotokopi, alat tulis
menulis, alat penjilidan dsb.
5. Berkrdinasi dengan kepala perpustakaan dan/atau pustakawan untuk
melakukan pemetaan referensi perpustakaan serapu dan sebaik mungkin
sehingga memudahkan peminjaman.
6. Membuat suasana perpustakaan yang nyaman sehingga pembaca dapat
kerasan dan betah berlama-lama di perpustakaan.
7. Berupaya mengampanyekan cinta perpustakaan melalui berbagi cara.[13]
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen perpustakaan lembaga Pendidikan Islam adalah pengaturan dan
pelaksanaan proses fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan pelaporan) bahan-bahan pustaka baik berupa
buku maupun bukan berupa buku (non book material) guna memudahkan para
peserta didik maupun pendidik dalam proses pembelajaran di lembaga
pendidikan Islam.
B. Saran
1. Kepada para manajer pendidikan diharapkan mampu mengamalkan tuntunan
agama yang diyakininya sehingga lebih bisa menghargai bawahanya.
2. Kepada para pegawai pendidikan diharapkan lebih bisa sabar karena setiap
pemimpin pasti mempunyai alasan dan pertimbanga atas setiap tindakan dan
keputusan yang diambil.
3. Kepada para wali murid/donatur dsb. Diharapkan lebih intensif dalam
memingkatkan pendaan terhadap lembaga sehingga para praktisi pendidikan
tidak terasa setengah-setengah daam berjuang memajukan pendidikan serta
mencerdaskan peserta didik.
14
DAFTAR PUSTAKA
15