Praktikum Kosmetologi (Tabir Surya)
Praktikum Kosmetologi (Tabir Surya)
Praktikum Kosmetologi (Tabir Surya)
Disusun oleh:
Nama:
NIM :
Kelas : 3C Farmasi
II. TUJUAN
Krim tabir surya adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang berfungsi
untuk melindungi kulit dari pengaruh sinar UV-A dan UV-B yang dipancarkan oleh
matahari (Damogalad, dkk, 2013). Berdasarkan kandungannya, tabir surya dibedakan
menjadi sunblock dan sunscreen. Sunblock merupakan jenis tabir surya yang bersifat
memantulkan sinar UV. Kandungan dari sunblock biasanya titanium dioksida (TiO2)
dan zink oksida (ZnO), sedangkan, sunscreen 6 adalah jenis tabirsurya yang bersifat
menyerap sinar UV.
Syarat-syarat yang diperlukan dalam tabir surya adalah (Wilkinson dan Moore,
1982):
1. Mempunyai nilai SPF yang tinggi sehingga dapat lebih lama menjaga kulit dari
sengatan sinar matahari.
2. Tidak berbau dan memiliki daya lengket yang baik.
3. Tidak menyebabkan toksik, tidak iritan, dan tidak menimbulkan sensitisasi.
4. Memiliki daya proteksi terhadap matahari selama beberapa jam.
5. Stabil dalam penggunaan.
6. Tidak memberikan noda pada pakaian.
Penyinaran ultraviolet dengan panjang gelombang diatas 330 nm dapat
menyebabkan kulit menjadi kecoklatan. Eritema timbul bersamaan dengan warna
cokelat. Sediaan tabir surya tersedia dalam bentuk lotion, krim, salep, gel, dan larutan
(solution). Efektivitas penggunaannya, tergantung dari bahan kimia, daya larut dalam
vehikulum (bahan pembawa) lipofilik atau hidrofilik, kemampuan absorbsi UV
(ultraviolet), konsentrasi bahan kimia, dan jumlah tabir surya yang dioleskan. Untuk
hasil terbaik, disarankan pemakaian tabir surya dilakukan secara tipis pada permukaan
kulit. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan standar internasional, pemakaian tabir
surya hanya sebanyak 2 mg/cm2.
Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor
proteksi sinar (sun protecting factor/ SPF) yaitu perbandingan dosis minimal yang
diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi tabir surya dengan yang
tidak. Bilangan SPF ditentukan secara experimental dalam ruangan tertutup dengan
memaparkan subjek manusia pada cahaya dengan spektrum mirip cahaya metahari pada
siang hari.
Teh hijau (Camellia sinensis L) yaitu suatu tanaman yang memiliki khasiat obat
herbal. Tanaman teh hijau memiliki ciri-ciri batangnya tegak, berkayu, bercabang-
cabang, ujung ranting dan daun mudanya berambut halus. Tanaman teh memiliki daun
tunggal, bertangkai pendek, letaknya berseling, helai daunnya kaku seperti kulit tipis,
panjangnya 6-18 cm, lebarnya 2-6 cm, warnanya hijau, dan permukaan mengkilap.
Teh yang baik dihasilkan dari bagian pucuk (peko) ditambah 2-3 helai daun
muda, karena pada daun muda tersebut kaya akan senyawa polifenol, kafein serta asam
amino. Senyawa-senyawa inilah yang akan mempengaruhi kualitas warna, aroma dan
rasa dari teh. Kandungan senyawa kimia dalam daun teh, yakni polifenol, kafein dan
essential oil. Zat-zat yang terdapat dalam teh sangat mudah teroksidasi. Bila daun teh
terkena sinar matahari, maka proses oksidasi pun terjadi. (Ajisaka, 2012).
Sistematika Daun Teh Hijau ( Camellia Sinensis L)Daun teh hijau (Cammellia
sinensis L), dikenal sebagai tanaman yang mengandung senyawa katekin yang lebih
tinggi dari teh oolong dan teh hitam (Karori,2007). Senyawa katekin diketahui
merupakan antioksidan yang 2 memberikan serapan pada panjang gelombang daerah
UV B (290-320) yang dapat digunakan sebagai bahan aktif sediaan tabir surya (Sari,
2014).
Bahan :
1. Pengamatan organoleptik :
Perubahan warna, bau dan homogenitas krim dilihat fisik tekstur sediaan
krim yang baru dibuat.
2. Penentuan pH
3. Uji iritasi krim :
Dilakukan terhadap 5 orang sukarelawan, krim dioleskan tipis-tipis pada
kulit tangan dan dibiarkan selama 5 menit kemudian diamati iritasi pada
kulit
2. Uji penentuan pH
pH :6
b. Pembahasan
Pada praktikum hari ini dilakukan pembuatan krim tabir surya ekstrak teh
hijau. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan,
mampu melakukan proses produksi & evaluasi Krim Tabir Surya, serta mampu
melakukan perhitungan nilai SPF.
Prosedur pembuatan dimulai dengan pembuatan ekstrak teh hijau yaitu
dengan cara timbang simplisia teh hijau sebanyak 2 gram, kemudian panaskan
etanol 70% sebanyak 30 ml, campurkan simplisia dan etanol. Setelah tercampur
panaskan selama 15 menit dengan suhu 80° C dalam kondisi tertutup. Maka
Ekstrak teh hijau sudah jadi.
Langkah berikutnya adalah membuat fase minyak dengan fase air. Fase
minyak dibuat dengan cara asam stearat, cera alba, vaselin album, dan adeps lanae
dilebur diatas penangas air hingga 70oC. Asam stearate berfungsi sebagai
emulgator atau solubilizing agent. Cera alba berfungsi sebagai bahan dasar, alat
penstabil emulsi, agen pengerasan. Vaselin album berfungsi sebagai basis krim.
Adeps lanae berfungsi sebagai penstabil emulsi dan bahan dasar salep.
Fase air dibuat dengan langkah panaskan air di atas penangas air 50 oC,
tambahkan metil paraben dan propil paraben hingga larut. Tambahkan TEA dan
propilenglikol, teruskan pemanasan hingga 70oC. Propil paraben berfungsi sebagai
pengawet sediaan krim. Metil paraben berfungsi sebagai antimikroba. TEA
berfungsi sebagai agen pengemulsi. Propilengikol berfungsi sebagai reagen
pengoksidasi.
Setelah fase minyak dan fase air jadi maka campurkan fase minyak dan fase
air di dalam mortir panas. Aduk hingga terbentuk masa putih seperti susu. Setelah
dingin (40oC) tambahkan ekstrak sedikit demi sedikit kedalam basis sambil diaduk
terus hingga homogen. Terakhir tambahkan parfum. Aduk hingga homogen.
Masukkan ke dalam wadah.
Setelah krim tabir surya jadi, langkah berikutnya adalah pengujian. Pengujian
yang dilakukan yakni; pengamatan organoleptik dengan cara mengamati perubahan
warna, bau dan homogenitas krim dilihat fisik tekstur sediaan krim yang baru
dibuat dan yang telah disimpan selama 7, 14 dan 21 har, penentuan pH dan Uji
iritasi krim yang dilakukan terhadap 5 orang sukarelawan, krim dioleskan tipis-
tipis pada kulit tangan dan dibiarkan selama 5 menit kemudian diamati iritasi pada
kulit.
Uji organoleptik yang dilakukan pada krim didapatkan hasil warna putih
tulang, bau aroma jasmine dan krim yang homogen. Untuk uji pH didapatkan hasil
pH 6. Menurut standar SNI 16-4399-1996 nilai pH produk kulit untuk tabir surya
berkisar antara 4,5-7,5. Maka krim tabir surya yang dibuat sudah sesuai dengan
standar pH SNI. Untuk uji iritasi didapatkan hasil bahwa tidak terjadi iritasi pada
kulit tangan yang telah diolesi krim.
VIII. KESIMPULAN
Uji organoleptik pada krim didapatkan hasil warna putih tulang, bau aroma
jasmine dan krim yang homogen. Untuk uji pH didapatkan hasil pH 6. Untuk uji
iritasi didapatkan hasil bahwa tidak terjadi iritasi pada kulit tangan yang telah
diolesi krim. Kesimpulan yang didapat dari ketiga evaluasi adalah krim tabir surya
memenuhi syarat.
LAMPIRAN