Full

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 134

PENGENDALIAN KECEPATAN PUTARAN MOTOR

DC 100 VOLT DENGAN METODE PULSE WIDTH


MODULATION (PWM)

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Elektro

Disusun Oleh:

NICODEMUS CAHYO TRIATMONO


NIM : 005114062

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
THE ROTATION SPEED CONTROL EQUIPMENT OF 100
VOLT DC MOTOR USING PULSE WIDTH MODULATION
(PWM) METHOD

FINAL PROJECT

Presented as Partial Fulfillment of Requirements


To Obtain the Sarjana Teknik Degree
In Electrical Engineering

By

NICODEMUS CAHYO TRIATMONO


NIM :005114062

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM


ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT
ENGINEERING FALCUTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2007

ii
iii
iv
v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Apa yang kita peroleh sampai dengan hari ini adalah suatu hal yang
berharga tapi bagaimana cara kita memperolehnya
adalah sesuatu yang lebih berharga”

Kupersembahkan tugas akhir ini :

Pada Tuhan Yesus Kristus atas hidup, rahmat, penyertaan, mukjizat dan

penebusan-Nya untukku dan Bunda Maria atas doa dan bimbingan yang selama ini

menyertai langkahku.

Untuk Bapak “Pancratius krismandoko” dan Ibu “Pancratia Murpudjanti”

atas dukungan dana, doa, dan bimbingan yang tiada henti, pembelajaran atas hidup dan

kasih yang selama ini aku terima.

Untuk Kakakku dan keponakanku tersayang : Mas Budi, Mbak Retno, Mbak Sari,

Mas jimmy, steven, Krisna, Lintang. Yang kita perlukan hanyalah kebersamaan kita,

dengan itu kita bisa melalui segalanya.

vi
Intisari

Pengendalian Kecepatan putaran motor DC banyak dijumpai di dalam suatu


industri. Hal ini disebabkan banyak industri – industri yang menggunakan motor dalam
proses produksinya, di mana peralatan-peralatan tersebut memerlukan kecepatan motor
tertentu sehingga alat dapat bekerja dengan baik tanpa adanya gangguan. Oleh karena itu
di perlukan adanya pengendalian motor, baik yang sederhana maupun kompleks.
Pada penelitian ini, dirancang suatu alat pengendali kecepatan putar motor DC
dengan menggunakan metode Pulse width modulation (PWM). Alat ini menggunakan
dua buah sumber tegangan yang digunakan sebagai sumber catu daya PWM dan motor
DC tersebut. Pengendalian kecepatan putaran motor dc ini dilakukan dengan mengatur
lebar pulsa dari gelombang kotak, dimana semakin besar lebar pulsa maka semakin besar
pula tegangan keluaran motor dan putaran motor semakin cepat.
Hasil dari perancangan ini adalah alat pengendali kecepatan putar motor dc 100
volt yang bekerja pada level tegangan antara 2,4 volt sampai dengan 12 volt dengan lebar
pulsa dari 0 % sampai dengan 100 % dan kecepatan motor maksimum sebesar 10000
rpm.

Kata kunci : Pengendalian kecepatan putar, lebar pulsa, PWM

vii
Abstract

The rotation speed control system of dc motor is commonly found in industry.


This cause many industries use motor in their production process. Those equipment need
a certain motor speed in order to work well without any possible problems occurance.
Therefore, it is important to operate motor controller either the simple one or the complex
one.
In this study, the researches designs a circle speed equipment of dc motor by
using pulse width modulation (PWM) method. This equipment uses two energy sources
that tend to be power source of PWM and dc motor. The circle speed control of dc motor
is conducted by setting up the pulse width of the square wave which shows that the wider
the pulse, the bigger the output of motor energy also faster the motor circle.
The result of the design is the circle speed control equipment of 100 volt dc motor
are work in voltage from 2,4 volt to 12 volt with the pulse width from 0 % to 100 % and
the maximum rotation speed is 10000 rpm.

Definition of terms / Key word : rotation speed control, pulse width, PWM.

viii
KATA PENGANTAR

Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmatnya dari awal hingga akhir penulisan ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu

syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar sarjana teknikdi jurusan Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Persoalan Tugas Akhir ini adalah pengendalian kecepatan putar motor dc 100 volt

dengan menggunakan metode Pulse Width Modulation (PWM). Tugas akhir ini bertujuan

untuk mengetahui bentuk variasi kecepatan motor terhadap duty cycle.

Banyak bantuan yang penulis dapatkan dalam penyusunan tugas akhir ini, maka

boleh kiranya dengan rendah hati penulis menghaturkan banyak terimakasih kepada :

1. Allah Bapa di Surga, atas kehendak-Mu penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir ini.

2. Bapak Martanto, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, dan bantuan,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Ir.,Tjendro selaku dosen pembimbing II atas bimbingan dan

bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak Pancratius Krismandoko dan Ibunda Pancratia Murpudjanti yang telah

memberikan kasih dan sayangnya, doa, dorongan, semangat, biaya yang tiada

henti hingga terselesaikan studi dan penyusunan tugas akhir ini.

5. Kakak-kakakku, Mas Budi dan Mbak sari, Mas Jimmy dan Mbak Retno atas

segala kasih sayang, perhatian, nasehat dan dorongannya.

ix
6. Semua keponakanku, Steven, Krisna, Lintang, jangan nakal.

7. Semua sahabat2ku, Wahyu ”Dukomp”, Aas “Ganyong”, Santi (PBI), Leo,

Ikun, Agus BBC, Andre, Marcel “Boli”, Suryo, K-cap, Sigit, Koko, Cah

Kontrakan, dll, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

8. Segenap dosen-dosen Teknik Elektro atas segala bantuan yang telah diberikan

selama penulis menimba ilmu di bangku kuliah.

9. Segenap Karyawan, Sekretariat Teknik, Laboran Teknik Elektro mas Suryo,

mas Mardi dan mas Hardi atas bantuan yang telah diberikan.

10. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, karena

keterbatasan tempat, atas saran, ide dan dukungan yang diberikan hingga

tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Dengan segala kerendahan hati juga, penyusun menyadari bahwa tugas akhir ini

masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang

membangun akan penyusun terima dengan senang hati.

Akhir kata penyusun mengharapkan semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi

semua pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.

Yogyakarta, Juli 2007

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………. i

HALAMAN JUDUL BAHASA INGGRIS …………………………………………….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………………………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………………... vi

INTISARI ……………………………………………………………………………… vii

ABSTRACT …………………………………………………………………………... viii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. ix

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...…. xi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………….. xiv

DAFTAR TABEL ….……………………………………………………………...…... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………...…….. xvii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1

1.1 Judul ……………………………………………………………………. 1

1.2 Latar Belakang …………………………………………………………. 1

1.3 Perumusan Masalah ……………………………………………………. 2

1.4 Batasan Masalah ……………………………………………………….. 3

1.5 Tujuan ……………………………………………………….................. 3

1.6 Manfaat ……………………………………………………………….... 3

xi
1.7 Sistematika Penulisan ………………………………………………….. 4

BAB II Dasar Teori …………………………………………………………………….. 5

2.1. Pengertian Kecepatan dan percepatan …………………………………. 5

2.1.A. Pengertian Kecepatan ……………………………………….... 5

2.1.B. Jenis-jenis Kecepatan ………………………………………… 5

2.1.C. Pengertian Percepatan ………………………………………... 5

2.1.D. Jenis-jenis Percepatan ………………………………………... 6

2.1.E. Percepatan Dalam Gerak Melingkar …………………………. 6

2.2. Pengatur Kecepatan Putar Motor DC …………………………………... 7

2.3. Catu daya ……………………………………………………………….. 8

2.3.1. Catu Daya 15 Volt …………………………………………….. 9

2.3.2. Catu Daya 100 Volt ………………………………………….. 10

2.4. Pulse Width Modulation (PWM) ……………………………………… 12

2.4.1. Penguat Operasional (op-Amp) ……………………………… 14

2.4.2. Rangkaian Pembagi Tegangan ……………………………….. 18

2.4.3. Rangkaian Pensaklaran ………………………………………. 19

2.4.4. Rangkaian Pengatur Lebar Pulsa …………………………….. 21

2.5. M0tor AC / DC Universal ……………………………………………... 22

2.6. Alat Pengukur Kecepatan Putar Motor DC …………………………… 25

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS …………………………………. 26

3.1 Diagram Blok Dasar Pengendalian Kecepatan

Putaran Motor DC ……………………………………………………… 26

3.2 Perancangan Perangkat Keras ………………………………………….. 27

xii
3.2.1 Catu Daya ………………………………………………………. 27

3.2.1.1 Catu Daya 15 Volt …………………………………….. 27

3.2.1.2 Catu Daya 100 Volt …………………………………… 28

3.2.2 Pulse Width Modulation ……………………………………….. 31

3.2.2.1 Pembangkit Gelombang Segitiga ………………………. 31

3.2.2.2 Rangkaian Pembagi Tegangan …………………………. 33

3.2.2.3 Rangkaian Pengatur Lebar Pulsa ………………………. 34

3.2.2.4 Rangkaian Pensaklaran ……………………………….... 36

BAB IV DATA dan PEMBAHASAN ………………………………………………… 38

4.1 Hasil Akhir Perancangan ………………………………………………. 38

4.2 Data Pengamatan ……………………………………………………...…

39

4.3 Pembahasan …………………………………………………………….. 42

4.3.1 Frekuensi 1 KHz ………………………………………….. 45

4.3.2 Frekuensi 2 KHz ………………………………………….. 53

BAB V KESIMPULAN dan SARAN ………………………………………………... 56

5.1 Kesimpulan …………………………………………………………….. 61

5.2 Saran …………………………………………………………………… 61

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 63

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema pengendalian kecepatan putar motor dc………………….………. 7

Gambar 2.2 Penyearah dengan trafo tap tengah……………………………….…….... 8

Gambar 2.3 Jembatan penyearah tegangan.…………………………………………… 9

Gambar 2.4 Rangkaian catu daya 15 volt………..…………………...……………… 10

Gambar 2.5 Rangkaian regulator seri .......................................................................... 10

Gambar 2.6 Rangkaian catu daya 100 Volt …………………………………………. 11

Gambar 2.7 Bentuk pulsa PWM dengan masukan Vdc1 dan Vdc2……...………….. 13

Gambar 2.8 Bentuk gelombang segitiga dengan tegangan referensi ………..….…… 13

Gambar 2.9 Batas praktis lebar pulsa PWM ………………………………………… 14

Gambar 2.10 Pembangkit gelombang segitiga menggunakan saklar …………………. 15

Gambar 2.11 Rangkaian Pembangkit Gelombang Segitiga ........................................... 16

Gambar 2.12 Skema Pembanding dalam Tegangan Nol ............................................... 17

Gambar 2.13 Rangkaian pembagi tegangan .................................................................. 18

Gambar 2.14 Rangkaian Pensaklaran ............................................................................ 20

Gambar 2.15 Rangkaian Pengatur Lebar Pulsa ............................................................. 21

Gambar 2.16 Konstruksi Motor Universal .................................................................... 22

Gambar 2.17 Karakteristik kecepatan terhadap beban .................................................. 23

Gambar 3.1 Diagram Blok Pengendalian Motor DC …………………….….……… 26

Gambar 3.2 Rangkaian Catu Daya 15 Volt DC …………………………..…………. 27

Gambar 3.3 Rangkaian Catu Daya 100 Volt DC ……………………………………. 29

xiv
Gambar 3.4 Rangkaian Pembentuk Gelombang Segitiga...………….………………. 33

Gambar 3.5 Rangkaian Pembagi Tegangan …………………………………………. 34

Gambar 3.6 Rangkaian Pengatur Lebar Pulsa.......……………………………………... 35

Gambar 3.7 Rangkaian Pensaklaran...... …………………………………….............. 36

Gambar 4.1 Alat pengendali kecepatan putar motor dc ………................................... 38

Gambar 4.2 Pengamatan Duty cycle dengan Vref =12 V (f =1 KHz)………...…....... 40

Gambar 4.3 Pengamatan Duty cycle dengan Vref=11 V (f=1 KHz)………………… 40

Gambar 4.4 Pengamatan Duty cycle dengan Vref=11 (f=1 KHz).…………………... 41

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Duty Cycle ………………………………………. 47

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Tegangan Motor ………………………………… 49

Gambar 4.7 Grafik Pengaruh Duty Cycle Terhadap

Kecepatan Motor ………………..………….………………………….. 52

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Duty Cycle …….………………………………… 55

Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Tegangan Motor .…….………………………….. 58

Gambar 4.10 Grafik Pengaruh Duty Cycle Terhadap

Kecepatan Motor …………………… ………………………………… 60

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perbandingan duty cycle hasil pengamatan dengan perhitungan untuk

frekunsi 1 KHz.

Tabel 4.2. Perbandingan data Tegangan motor hasil pengamatan dengan

perhitungan untuk frekunsi 1 KHz.

Tabel 4.3 Pengaruh Duty Cycle terhadap kecepatan putaran Motor DC untuk

Frekuensi 1 KHz.

Tabel 4.4 Perbandingan duty cycle hasil pengamatan dengan perhitungan untuk

frekunsi 1 KHz.

Tabel 4.5. Perbandingan Tegangan Motor hasil pengamatan dengan perhitungan

untuk frekunsi 2 KHz.

Tabel 4.6 Pengaruh Duty Cycle terhadap kecepatan putaran Motor DC untuk

Frekuensi 2 KHz.

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I :

Gambar rangkaian

LAMPIRAN II :

Tabel Data Pengamatan

LAMPIRAN III :

Data Sheet

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Judul

Pengendalian Kecepatan Putaran Motor DC 100 volt dengan menggunakan

metode Pulse Width Modulation (PWM) Analog.

1.2. Latar Belakang

Motor di dalam suatu industri memiliki fungsi yang sangat penting, di

karenakan hampir sebagian besar industri semuanya menggunakan motor dalam salah

satu bagian prosesnya. Hal ini disebabkan mekanik-mekanik yang tersusun dari gear-

gear mesin digerakkan dengan menggunakan motor listrik. Begitu juga dengan

conveyor belt yang menggerakkan berbagai peralatan mesin juga digerakkan dengan

menggunakan motor listrik. Sistem pengendalian pada peralatan-peralatan elektronik

yang menggunakan sistem robotik juga banyak menggunakan motor listrik sebagai

penggeraknya. Peralatan-peralatan tersebut memerlukan kecepatan motor tertentu

sehingga alat dapat bekerja dengan baik tanpa adanya gangguan. Oleh karena itu di

perlukan adanya pengendalian motor, baik yang sederhana maupun kompleks.

Secara garis besar ada dua macam motor menurut catu dayanya yaitu motor

AC dan motor DC, di mana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Motor DC mudah cara pengendaliannya, namun dalam hal perawatan agak rumit.

Sedangkan motor AC mudah perawatannya dan biasanya dayanya besar, namun

pengendalian dengan ketelitian yang tinggi lebih sulit.


2

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan masing-masing motor tersebut, baik

motor AC maupun motor DC maka penulis lebih tertarik untuk membahas mengenai

pengendalian motor DC. Hal ini dikarenakan karena keterbatasan biaya, juga

dikarenakan kita lebih sering menjumpai pembahasan mengenai pengendalian

kecepatan motor AC daripada motor DC.

Untuk mengendalikan kecepatan motor DC cara yang paling mudah adalah

dengan mengatur besarnya nilai tegangan jangkar, yaitu dengan menggunakan

metode rangkaian Pulse Width Modulation (PWM). Rangkaian Pulse Width

Modulation ini dapat mengubah-ubah besarnya tegangan jangkar, dimana Semakin

tinggi nilai tegangan jangkar maka semakin cepat putaran yang dihasilkan oleh motor

DC.

1.3. Perumusan Masalah

Sistem pengendalian kecepatan putaran motor DC dengan menggunakan

metode Pulse Width Modulation (PWM ) adalah sistem pengaturan tegangan dan

arus yang masuk ke motor DC, yaitu dengan memberi masukan tegangan ke motor

DC berupa pulsa yang memiliki karakteristik lebar denyut (duty cycle) tertentu. Lebar

denyut akan berpengaruh pada nilai arus yang masuk ke motor DC, yang berarti

mempengaruhi kecepatan putaran motor DC. Oleh karena itu di dalam penulisan

perumusan masalah ini akan membahas tentang :

1. Bagaimana membuat suatu peralatan yang dapat menghasilkan tegangan yang

digunakan sebagai sumber tegangan motor DC sebesar 100 Volt.

2. Bagaimana membuat suatu rangkaian Pulse Width Modulation (PWM) yang

dapat mengendalikan motor DC 100 volt.


3

1.4. Batasan Masalah

Agar tidak melebarnya pembahasan pada penulisan laporan tugas akhir, maka

masalah akan diberikan batasan-batasan yaitu :

1. Motor DC yang digunakan memiliki tegangan maksimum 100 volt.

2. Penggunaan prinsip dasar Pulse Width Modulation (PWM).

3. Putaran motor DC diukur dengan menggunakan Tachometer.

4. Menggunakan 2 buah sumber tegangan untuk motor DC dan rangkaian PWM.

1.5. Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian / TA ini adalah :

1. Untuk merancang dan membuat alat pengatur kecepatan motor DC dengan

menggunakan penyulutan Pulse Width Modulation (PWM).

2. Untuk mengetahui bentuk variasi kecepatan motor terhadap duty cycle.

1.6. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dan diharapkan dengan adanya alat ini adalah :

1. Sebagai alat pengendalian motor listrik terutama motor listrik DC yang

banyak sekali dipakai dalam industri.

2. Alat ini bisa digunakan sebagai alat bantu pada proses belajar mengajar

khususnya alat bantu praktek di laboratorium, maupun penerapannya pada

pengaturan motor peralatan rumah tangga.


4

1.6. Sistematika Penulisan


Pada penulisan tugas akhir ini penulis membuat sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, pembatasan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : DASAR TEORI


Bab ini berisi dasar teori yang berkaitan dengan bagian dari rangkaian

pengendali kecepatan putar motor dc 100 Volt.

BAB III : PERANCANGAN ALAT PENGENDALI KECEPATAN PUTAR

MOTOR DC 100 VOLT

Bab ini membahas penentuan nilai-nilai komponen yang digunakan dalam

sistem pengendali kecepatan putar motor dc beserta cara kerjanya.

BAB IV : HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN.

Bab ini membahas data hasil pengamatan yang dihasilkan oleh

rangkaian PWM yang ditampilkan dengan menggunakan osiloskop.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari perancangan dan pembuatan

alat pengendali kecepatan putar motor dc 100 Volt.


5

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Pengertian Kecepatan dan Percepatan

2.1.A. Pengertian Kecepatan

Kecepatan adalah perpindahan yang dialami oleh suatu obyek tiap satu

satuan waktu. Misalkan suatu obyek memiliki kecepatan 5 m/s, artinya tiap satu

second obyek mengalami perpindahan sebesar 5 m.

2.1.B. Jenis-jenis Kecepatan

1. Kecepatan Linier (Kecepatan Tangensial) Obyek Berputar

Kecepatan linier obyek yang berputar didefinisikan sebagai panjang

lintasan yang ditempuh oleh suatu obyek tiap satu satuan waktu, dimana untuk

satu putaran, lintasan obyek yang berputar sama dengan keliling lingkaran itu

sendiri.

2. Kecepatan Sudut Objek Berputar

Kecepatan sudut objek berputar atau disebut juga kecepatan anguler objek

berputar, didefinisikan sebagai besar perubahan sudut yang terjadi tiap satu satuan

waktu.

2.1.C. Pengertian Percepatan

Percepatan (acceleration) adalah perubahan kecepatan yang dialami suatu

objek tiap satu satuan waktu. Misalkan suatu objek mempunyai percepatan

sebesar 3 m/s² artinya, tiap 1 second kecepatan objek itu bertambah 3 m/s.
6

2.1.D. Jenis – jenis Percepatan

1. Percepatan Objek Berdasarkan Nilainya


a. Nilai percepatan lebih besar dari nol, maka gerak dipercepat.

b. Nilai percepatan sama dengan nol, maka kecepatan tetap.

c. Nilai percepatan kurang dari nol, maka gerak diperlambat.

2. Percepatan Objek Berdasarkan Lintasannya

a. Gerak lurus berubah beraturan (Glbb)

Mempunyai ciri-ciri :

1. Lintasannya lurus

2. Kecepatannya berubah secara beraturan.

3. Percepatannya tetap.

b. Gerak melingkar berubah beraturan (gmbb)

Mempunyai ciri-ciri :

1. Lintasannya berupa lingkaran.

2. Kecepatannya berubah secara beraturan.

3. Percepatannya tetap

2.1.E. Percepatan Dalam Gerak Melingkar

Beberapa jenis percepatan di dalam gerak melingkar adalah sebagai

berikut:

1. Percepatan Sentripetal

Percepatan ini terdapat pada semua jenis gerak melingkar. Percepatan

sentripetal bukan berfungsi mengubah kecepatan sudut namun berfungsi

mengubah arah kecepatan. Dinamakan percepatan sentripetal karena arahnya


7

menuju ke pusat, atau dinamakan percepatan radial karena arahnya berhimpit

dengan jari-jari (radius).

2. Percepatan Sudut (Percepatan Anguler)

Percepatan ini terdapat dalam gerak melingkar selain gerak melingkar

berubah beraturan. Percepatan sudut berhubungan dengan perubahan kecepatan

sudut.

3. Percepatan Linier (Pecepatan Tangensial)

Di dalam gerak melingkar selalu terdapat hubungan antara besaran anguler

dengan besaran linier yang nilainya sebanding. Jika dalam gerak melingkar

terdapat percepatan sudut, maka percepatan sudut tersebut mengakibatkan

percepatan liniernya.

2.2. Pengatur Kecepatan Putaran Motor DC

Pengatur kecepatan dilakukan dengan memberikan tegangan yang variabel

pada motor DC. Pengaturan lebar pulsa akan memberikan efek seperti pengaturan

tegangan variabel. Diagram Blok dari pengaturan kecepatan putaran motor DC

tampak pada gambar 2.1.

Sumber AC Catu Daya

Rangkaian
Pensaklaran Motor

Catu Daya PWM

Gambar 2.1. Skema Pengendalian Kecepatan Putaran Motor DC


8

2.3. Catu daya

Agar rangkaian elektronika bekerja dengan baik maka diperlukan catu daya,

tetapi catu daya memiliki keterbatasan mengenai berapa besar daya yang dapat

dihasilkannya untuk membuat rangkaian elektronika dapat bekerja dengan baik. Hal

ini menyangkut tahanan dalam catu daya. Rangkaian penyearah gelombang penuh

dengan transformator pada dasarnya dapat dianggap sebagai suatu rangkaian

penyearah yang terdiri dari dua rangkaian penyearah setengah gelombang yang

bekerja secara bergantian. Tegangan DC yang diperoleh dari penyearah gelombang

penuh masih belum rata, akan tetapi berbentuk gelombang sinus yang selalu positif

(Searah). Untuk mendapat tegangan yang lebih rata, maka setelah keluar dari

penyearah, tegangan tersebut akan dilewatkan melalui suatu filter. Filter yang paling

sederhana adalah filter kapasitor. Rangkaian penyearah dengan filter kapasitor

terdapat dalam gambar 2.2.

J1
D8

DIODE
J2

R +
C
J3 -
D9

DIODE

Gambar 2.2. Penyearah dengan Trafo Tap Tengah

Selain menggunakan trafo tap tengah, dapat pula menggunakan empat buah diode

seperti gambar 2.3.


9

Gambar 2.3. Jembatan Penyearah Tegangan

Untuk memperoleh tegangan penyearah yang cukup konstan pada suatu harga,

dapat di buat suatu penyearah tegangan dengan menggunakan dioda. Kita dapat

membuat berbagai macam rangkaian penyearah, misalnya rangkaian penyearah

dengan tapis yang berfungsi untuk meratakan tegangan keluaran.

Adanya hambatan keluaran transformator yang menyebabkan hilangnya atau

turunnya tegangan keluaran dapat kita hindari dalam batas-batas arus beban tertentu.

Untuk tujuan tersebut kita dapat memasang dioda zener dalam rangkaian catu daya.

Jadi kita dapat membuat penyearah gelombang dengan menggunakan, dioda,

kapasitor, dan dioda zener dengan berbagai macam desain.

2.3.1. Catu Daya 15 Volt

Di dalam pengendalian kecepatan putaran Motor DC, rangkaian Catu

Daya 15 volt menggunakan metode penyearah gelombang penuh model

jembatan. Dua diode akan berkondusi (berpanjar mundur) saat isyarat positif

dan dua diode akan berkonduksi (berpanjar maju) saat isyarat negatif.

Mekanisme terjadinya konduksi pada masing –masing diode tergantung pada


10

polaritas tegangan yang terjadi pada masukan. Untuk lebih jelasnya perhatikan

gambar 2.4.

J1

3
U1
LM7815/TO J3
4 2 1 2
- + VIN VOUT

GND
J2
LED
C1 C2 C3
1

3
R
J4

GND

Gambar 2.4. Rangkaian Catu Daya 15 Volt

2.3.2. Catu Daya 100 Volt

Di dalam rangkaian catu daya untuk tegangan keluaran maksimal

± 15V dc, maka kita dapat menggunakan rangkaian regulator dalam bentuk

kemasan IC. Namun, apabila kita ingin merancang sebuah catu daya dengan

tegangan keluaran tinggi, maka kita dapat menggunakan rangkaian regulator

seri. Sebuah rangkaian regulator seri sederhana yang terdiri atas komponen

dioda zener, hambatan dan sebuah transistor dapat di lihat pada gambar 2.5.

2 3
IN OUT
Q1

R1 R2
1

D1

Gambar 2.5. Rangkaian Regulator Seri


11

Untuk mencari besarnya tegangan antara kaki kolektor dan kaki emitor
didapat dengan persamaan 2.1.

VCE = Vi − Vo ................................................................................................ (2.1)

Sedangkan untuk mencari tegangan keluaran dari catu daya didapat dengan

persamaan 2.2.

Vo = Vz − V BE ............................................................................................... (2.2)

Dengan menggunakan rangkaian regulator seri seperti pada gambar 2.5,

maka dapat di buat rangkaian yang digunakan sebagai sumber tegangan 100

Volt seperti terlihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Rangkaian Catu Daya 100 Volt


12

Berdasarkan gambar rangkaian di atas, maka dapat mencari besarnya arus

pada dioda zener menurut persamaan 2.3.

V I − VZ
IZ = ............................................................................................. (2.3)
R1

Sedangkan untuk mencari besarnya arus emitor pada catu daya dapat dicari

menurut persamaan 2.4.

I E = I E 2 + I E 3 ............................................................................................. (2.4)

2.4. Pulse Width Modulation (PWM)

PWM merupakan rangkaian yang menghasilkan variasi pulsa untuk masukan

DC yang bervariasi. Dengan PWM akan didapatkan nilai duty cycle yang berubah-

ubah tergantung dari masukan DC-nya. Pada prinsipnya PWM ini membandingkan

tegangan segitiga yang berperiode konstan tertentu dengan perbandingan periode on-

off yang berubah, yaitu berupa tegangan referensi. Misalkan suatu gelombang

segitiga dibandingkan dengan tegangan referensi sebesar Vdc1 yang berpolaritas

positif maka akan dihasilkan gelombang kotak dengan duty cycle diatas 50 % dan jika

dibandingkan dengan tegangan Vdc2 yang berpolaritas negatif maka akan

menghasilkan duty cycle dibawah 50 %. Untuk lebih jelasnya mengenai rangkaian

pulse width modulation dapat di lihat pada gambar 2.7.


13

Vdc1
0
Vdc2

Vsat

Vsat

Gambar 2.7 Bentuk pulsa PWM dengan masukan Vdc1 dan Vdc2

Berdasarkan gambar 2.7, maka kita dapat mencari besarnya nilai duty cycle

dengan menggunakan metode phytagoras, yaitu dengan membandingkan antara

tegangan referensi dengan gelombang segitiga. Untuk lebih jelasnya perhatikan

gambar 2.8 .

Vcc

Vpp

Vref

0
1/2Toff Ton T

Gambar 2. 8. Bentuk gelombang segitiga dengan tegangan referensi

Berdasarkan gambar 2.8 . maka dapat di peroleh persamaan 2.5 .

1 T
Vpp 2
= .......................................................................................... (2.5)
Vref 1 Toff
2
14

Sehingga :

Ton
δ= ........................................................................................... (2.6)
Ton + Toff

Satu hal penting yang harus diperhatikan pada PWM ini adalah bahwa variasi

lebar pulsa mempunyai batas secara praktiknya, dimana lebar pulsa tidak bisa

melebihi jarak antar pulsa. Apabila ini terjadi maka akan terjadi saling menutupi dan

akan terjadi hubungan yang sebanding antara lebar pulsa dengan amplitudo sinyal

yang tidak panjang. Ketika lebar pulsa negatif menjadi tidak berarti, maka sebagian

besar ayunan negatif pada sinyal yang dicontohkan bisa untuk memproduksi lebar

pulsa nol. Hal yang perlu diperhatikan juga dalam PWM ini adalah bahwa lebar pulsa

terlebar tidak akan melebihi 80 % dari lebar pulsa maksimum, dan lebar pulsa

tersempitnya tidak akan kurang dari 20 % dari lebar pulsa maksimumnya. Hal ini

dapat ditunjukkan pada gambar 2.9.

A
m Mini
p Maximum mum
Maximum Possible Pract
l Practical
i
Pulse Width (100%) ical(
(80%)%)
t 20%)
u
d
o

Gambar 2.9. Batas Praktis Lebar Pulsa PWM

2.4.1. Penguat Operasional (Op-amp)

Op-amp mempunyai lima terminal dasar : dua untuk mensuplai daya, dua

untuk isyarat masukan, dan satu untuk keluaran. Dalam pengendalian kecepatan

putaran motor DC ini, rangkaian Pulse Width Modulation (PWM) membutuhkan


15

penguat operasional sebagai pembangkit segitiga serta sebagai pembanding

(Comparator).

1. Pembangkit Gelombang Segitiga (Triangle Wave Generator)

Menurut Robert F. Coughlin dan Frederick F. Driscoll (1985),

pembangkit gelombang segitiga yang memerlukan dua buah op amp

pengertiannya bisa disederhanakan jika kita ikuti dalam tiga langkah yang logis.

Pertama, memperlihatkan bagaimana gelombang segitiga dasar dapat

dibangkitkan dengan menggunakan tangan oleh satu op-amp, sebuah tahanan,

sebuah kapasitor, dan sebuah saklar. Kedua, memilih pembanding untuk

menggantikan cara kerja pada saklar yang menggunakan tangan. Ketiga,

menyatukan pembanding dan pembangkit gelombang segitiga dasar terbuat

bersama-sama. Sebuah pembangkit gelombang segitiga yang dikendalikan tangan

dapat dibuat dengan menambahkan satu saklar dan tegangan pengendali DC lain

ke pembangkit tanjakan tunggal. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada

gambar 2.10.

Gambar 2.10. Pembangkit Gelombang Segitiga menggunakan Saklar

Untuk membuat cara kerja saklar pengendalian itu menjadi otomatis,

maka kita bisa menggantikannya dengan sebuah pembanding. Untuk itu kita harus
16

menghubungkan masukan (input) dari pembanding tersebut ke keluaran (output)

dari pembangkit tanjakannya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 2.11.

Gambar 2.11. Rangkaian Pembangkit Gelombang Segitiga

Frekuensi dari pembangkit gelombang segitiga tergantung pada perubahan

keluaran integrator, yaitu perubahan dari tegangan ambang atas menuju tegangan

ambang bawah. Ini berarti tergantung pada nilai hambatan dan kapasitor yang

digunakan pada integrator. Untuk mencari nilai dari tegangan ambang

pembangkit gelombang segitiga dapat kita lihat pada persamaan 2.7.

⎛R ⎞
Vthreshold = Vsat ± ⎜⎜ 5 ⎟⎟ ............................................................................... (2.7)
⎝ R4 ⎠

Pada persamaan 2.7, nilai dari Vsat dapat berarti Vsat+ atau Vsat- ( dalam

perancangan ini nilai Vsat- = 0). Sedangkan untuk mencari nilai tegangan puncak

ke puncak dapat dilihat pada persamaan 2.8.

⎛R ⎞
Vp − p = 2 × Vsat × ⎜⎜ 5 ⎟⎟ .................................................................................... (2.8)
⎝ R4 ⎠
17

Sedangkan untuk mencari besarnya nilai frekuensi dapat diperoleh melalui

persamaan 2.9.

R4
ftriangle = ......................................................................................... (2.9)
4 R5 R3C

2. Pembanding (Comparator)

Pembanding adalah suatu rangkaian dengan dua tegangan masuk (tak

membalik dan membalik) dan satu tegangan keluaran. Apabila tegangan tak

membalik lebih besar daripada tegangan membalik, maka pembanding akan

menghasilkan tegangan keluaran yang tinggi. Bila masukan tak membalik lebih

kecil daripada masukan membalik, maka keluarannya akan rendah.

Cara yang paling sederhana untuk membuat sebuah pembanding adalah

dengan memasang Op-amp tanpa hambatan umpan balik seperti yang ditunjukkan

pada gambar 2.12.

Vcc

Vin Vout

Gambar 2.12. Skema Pembanding dalam Tegangan Nol

Pada gambar 2.12. jika ada tegangan masuk pada masukan tak membalik

yang amat kecil sudah cukup membuat op-amp menjadi jenuh. Misalnya, apabila

tegangan catu berharga 15 V, maka tegangan keluaran berkisar antara 0 V

sampai 13 V. Bati tegangan simpal terbuka (A) pada Op-amp biasanya tinggi.
18

Dengan demikian, tegangan masuk yang dibutuhkan untuk menghasilkan

kejenuhan positif dapat dicari menurut persamaan 2.10.

13V
Vtn = .........………………………………………………………........... (2.10)
A

Misal A = 100000, maka besar Vin :

13V
Vin = = 0,13mV
100000

2.4.2 Rangkaian pembagi Tegangan

Rangkaian pembagi tegangan biasanya digunakan untuk memperoleh

tegangan yang diinginkan dari suatu sumber yang besar. Gambar 2.13

memperlihatkan bentuk sederhana dari rangkaian pembagi tegangan, yaitu

diinginkan untuk mendapatkan tegangan keluaran Vo yang merupakan bagian dari

sumber VI dengan memasang dua resistor R1 dan R2. Untuk lebih jelasnya

perhatikan gambar 2.13.

Gambar 2.13. Rangkaian pembagi tegangan


19

Berdasarkan gambar 2.1. Nampak bahwa arus i mengalir lewat R1 dan R2,

sehingga :

Vi = Vo + Vs .................................................................................................... (2.11)

Vs = i × R1 ....................................................................................................... (2.12)

Vo = i × R2 ....................................................................................................... (2.13)

Vi = (i × R2 ) + (i × R2 ) ...................................................................................... (2.14)

Dari persamaan 2.12 dan 2.14 diperoleh persamaan 2.15.

VO R2
= ......................................................................................................... (2.15)
VS R1

Nampak bahwa tegangan masukan terbagi menjadi dua bagian (Vo , Vs),

masing – masing sebanding dengan harga hambatan yang dikenai tegangan

tersebut. Dari persamaan 2.13 dan 2.114 kita peroleh persamaan 2.16.

R2
Vo = Vi × ............................................................................................ (2.16)
(R1+ R2 )

Rangkaian pembagi tegangan adalah sangat penting sebagai dasar untuk

memahami rangkaian DC atau rangkaian elektronika yang melibatkan berbagai

komponen yang lebih rumit.

2.4.3. Rangkaian Pensaklaran

Pada dasarnya rangkaian pensaklaran tergantung pada harga β, maka

memproduksi transistor dengan β yang tinggi banyak memberi keuntungan.


20

Dengan menggunakan pasangan darlington dapat memberikan hambatan masukan

yang lebih tinggi, dapat menurunkan efek dari hambatan sumber pada penguatan

dan hambatan keluaran. Untuk mencapai maksud tersebut, maka bisa dilakukan

dengan menghubungkan dua transistor seperti yang terlihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14. Rangkaian Pensaklaran

Apabila besar arus dari kaki kolektor nilai β diketahui, maka nilai R6 dapat

dicari menurut persamaan 2.17 dan 2.18.

IC
β= ............................................................................................................ (2.17)
IB

Sehingga :

V − V BE
R6 = .................................................................................................. (2.18)
IB
21

2.4.4. Rangkaian Pengatur Lebar pulsa

Di dalam pengendalian kecepatan putaran motor DC ini, rangkaian

pengatur lebar pulsa berfungsi sebagai pembanding antara tegangan keluaran dari

osilator dengan tegangan dari Vcc. Sebuah rangkaian pengatur lebar pulsa yang

terdiri dari sebuah potensiometer dan rangkaian op-amp dapat di lihat pada

gambar 2.14.

Gambar 2.15. Rangkaian Pengatur Lebar Pulsa

Berdasarkan gambar 2.15. untuk mencari tegangan referensi pada pin 9

(Vref) dapat diperoleh berdasarkan persamaan 2.19.

(R pot − Rref )
Vref = × Vcc .......................................................................... (2.19)
R pot
22

2.5. MOTOR AC / DC UNIVERSAL

Motor adalah suatu mesin listrik yang menghasilkan gerak mekanis dengan

prinsip electromagnetik. Motor AC / DC universal atau yang sering disebut sebagai

motor AC atau DC seri ini adalah motor yang dalam bekerjanya dapat disuplai

dengan menggunakan baik arus AC maupun DC. Motor ini memiliki konstruksi yang

hampir sama dengan konstruksi motor AC pada umumnya. Motor ini terdiri dari

stator sebagai pembangkit putaran fluk, dan rotor sebagai magnet putarnya. Bentuk

konstruksi dari motor universal ini dapat dilihat pada gambar 2.16.

Gambar 2.16. Konstruksi Motor Universal

Karakteristik operasi dari motor universal ini adalah sama seperti pada operasi

motor dengan arus DC dimana torsi startnya tinggi dan kecepatan yang sangat tinggi

akan membahayakan jika beban motor dilepas. Motor universal memiliki putaran

yang sangat tinggi yaitu antara 1500 sampai 15000 rpm jika dibebankan pada

peralatan-peralatan rumah tangga, apalagi saat kondisi tanpa beban maka kecepatan

akan lebih tinggi lagi. Motor universal akan memiliki kecepatan yang lebih tinggi jika
23

disuplai dengan arus AC dibanding dengan suplai dengan arus DC sehingga biasanya

dalam operasinya motor universal diberi kopel langsung dengan beban. Karakteristik

kecepatan terhadap beban yang dikopel dapat dilihat dari gambar 2.17.

Kecepatan tanpa beban

rpm

Kecepatan pada beban penuh

Beban

Gambar 2.17 Karakteristik kecepatan terhadap beban

Motor universal dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Kutub terpusat, menggunakan sepatu kutub, tanpa kumparan kompensasi

sehingga memiliki kekuatan yang rendah. Jenis ini memiliki pelat-pelat dinamo

pada inti kutubnya, kumparan rotor sama seperti kumparan motor DC, dan alur

rotor dapat dibuat sejajar dengan poros atau miring.

2. Kutub terbagi, yaitu dengan kumparan stator seri fase biasanya dilengkapi

kumparan kompensasi sehingga memiliki kekuatan yang tinggi. Pada jenis ini

kumparan magnet sama seperti kumparan stator satu fase dan kumparan rotor

seperti kumparan motor DC.

Menurut Djemari Mardapi (1980), cara mengatur kecepatan motor AC/DC

universal ini dapat disamakan dengan pengaturan kecepatan motor AC pada


24

umumnya, yaitu dengan memperhatikan rumus pada persamaan 2.20 dan persamaan

2.21.

Er
n= ..........................………………………………………………………. (2.20)

Dengan : n = Kecepatan (rpm)

Er = GGL/Teg.jala-jala motor (volt)

Φ = fluk perkutub (Wb)

120 f
n= .............................................................................................................. (2.21)
Ρ

Dengan : n = besar keceptan (rpm)

ƒ = frekuensi (Hz)

P = jumlah kutub

Motor universal banyak diaplikasikan pada peralatan-peralatan rumah tangga

seperti motor mesin jahit, motor bor, mixer, motor vacum cleaner, serta peralatan

dapur dan portabel lainnya.

Pengendalian yang lain juga dapat dilakukan pada motor universal, contohnya

saja untuk membalik arah putaran motor yaitu dengan menukar kawat yang

dihubungkan ke sikat-sikat motor, dan pengendalian-pengendalian yang lain misalnya

soft start dan soft stop motor.

Spesifikasi Motor Universal :

Daya Motor = 120 Watt


Arus Motor = 1 A
Frekuensi = 50/60 Hz
25

2.6. Alat Pengukur Kecepatan Putaran Motor DC

Alat pengukur kecepatan putaran motor merupakan pelengkap dari sistem

yang dirancang, yaitu untuk memudahkan dalam pengamatan. Perubahan kecepatan

putaran motor yang dihasilkan dengan mengubah nilai setting point pada pemilih

level kecepatan, akan menyebabkan perubahan angka (decimal) yang ditampilkan.

Penampil akan menampilkan kecepatan motor dalam tiga digit, yaitu sepersepuluh,

satuan dan puluhan.

Pada pengendalian kecepatan putaran motor DC 100 Volt ini, penulis

menggunakan tachometer sebagai alat untuk mengukur kecepatan putaran motor.

Prinsip kerja alat ini sama dengan LED biasa. Saat menghantar arus LED infra merah

juga memancarkan cahaya. Perbedaan cahaya yang dipancarkan berupa cahaya tidak

tampak, sedangkan pada LED biasa cahaya yang dipancarkan berupa cahaya tampak.

Informasi yang ditampilkan pada tachometer sangat tergantung pada kecepatan motor

DC tersebut. Apabila sebuah motor DC memiliki nilai percepatan besar, artinya

perubahan kecepatan yang dialami oleh kendaraan tiap satu satuan waktu memiliki

nilai yang besar.


26

BAB III

PERANCANGAN PERANGKAT KERAS

3.1. Diagram Blok Dasar Pengendalian Kecepatan Putaran Motor DC

Sistem pengendali kecepatan putaran motor DC ini menggunakan metode

PWM, dengan cara melakukan perubahan terhadap duty cyle. Keluaran dari

pembangkit PWM digunakan sebagai Pemicu driver / penggerak motor DC. Proses

dalam membuat alat ini memerlukan suatu konsep yamg merupakan bagian-bagian

dalam pembuatan alat, terutama konsep bagian-bagian dari alat yang harus dipenuhi

sehingga rancang bangun dari alat dapat terpenuhi seluruhnya.

Secara keseluruhan sistem tersebut dapat digambarkan dalam diagram kotak seperti

terlihat pada gambar 3.1.

SUMBER POWER SUPPLY


AC 100 VOLT

RANGKAIAN MOTOR
PENSAKLARAN DC

POWER RANGKAIAN
SUPPLY 15 V PWM

Gambar 3.1 Diagram Blok Pengendalian Motor DC


27

3.2. Perancangan Perangkat Keras

3.2.1 Catu Daya

Rangkaian catu daya yang digunakan bekerja dengan menggunakan

sumber yang berasal dari PLN sebesar 220 Volt AC. Sumber tegangan yang di

butuhkan ada dua, yaitu catu daya dengan tengangan keluaran sebesar 100 Volt

DC sebagai sumber catu daya motor dan catu daya dengan tegangan keluaran

sebesar 15 volt DC sebagai sumber catu daya Pulse width Modulation (PWM)

3.2.1.1. Catu Daya 15 Volt

Di dalam rangkaian Pulse width Modulation (PWM), catu daya 15 volt

digunakan untuk mensuplai tegangan op amp. Gambar rangkaian catu daya 15

Volt dapat dilihat pada gambar 3.2.

J1

18V AC
3

U1
LM7815/TO J3
4 2 1 2
- + VIN VOUT
GN D

+15V
J2
LED
C1 C2 C3
1

18V AC 4700 uF/50V 1000 uF/50V 47 uF/50V


3

1K3
R
J4

GND

Gambar 3.2 Rangkaian Catu Daya 15 Volt DC


28

Sebagai indikator pada catu daya 15 Volt, kita dapat menggunakan LED. LED

akan menyala jika mendapat tegangan 1,8 Volt. Apabila tegangan maju untuk

LED lebih besar dari 1,8 Volt, maka diperlukan adanya resistor sebagai pembagi

tegangan.

Keluaran IC LM 7815 15 Volt

Vresistor = (15 volt – 1,8 volt) = 13,2 volt

Arus yang melalui resistor = Arus LED = 10 mA

Vresistor
Besarnya hambatan : R=
I

13,2volt
=
10mA

= 1K3 Ω

3.2.1.2. Catu Daya 100 Volt

Pada rangkaian catu daya 100 volt ini, memiliki rangkaian yang hampir

sama dengan rangkaian catu daya 15 Volt DC, yaitu dengan menggunakan

penyearah model jembatan. Perbedaan antara kedua rangkaian ini hanya terletak

pada transistor dan dioda zener yang terdapat pada catu daya 100 Volt DC. Pada

Jembatan penyearah tegangan ini dua diode akan berkonduksi pada saat isyarat

positif dan akan berkonduksi pada saat isyarat negatif. Selain dapat merakit

sendiri secara manual, untuk catu daya yang menggunakan jembatan penyearah

tegangan ini, biasanya rangkaian jembatan empat diode ini dapat ditemukan di

pasaran dalam bentuk paket dalam berbagai kemasan. Namun, secara prinsip
29

masing-masing bentuk mempunyai dua terminal masukan AC dan dua terminal

masukan DC, seperti yang terlihat pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Rangkaian Catu Daya 100 Volt DC

Pada Rangkaian Catu Daya 100 Volt DC, kita menggunakan Dioda Zener

yang berfungsi untuk mencegah terjadinya drop tegangan apabila Catu Daya di

hubungkan dengan beban. Agar stabil pada tegangan 100 Volt, maka kita dapat

menggunakan dioda zener 100 Volt dengan daya sebesar 1 watt, yang

dihubungkan pada kaki basis transistor. Sehingga besar arus yang mengalir pada

dioda zener dapat di cari dengan cara :

P =V ×I

1watt = 100V × I

I = 10mA
30

Untuk mencari besarnya arus basis pada kaki transistor Q1 dapat di cari

dengan cara :

VI − VZ
IB =
R1

IB =
(85 × 2 ) − 100
3k 3Ω

= 6,1 mA

Setelah kita mengetahui besarnya nilai I B , kita dapat mencari besarnya

nilai I C1 berdasarkan data sheet. Untuk lebih jelasnya perhatikan perhitungan di

bawah ini :

I C1 = β 1 × I B1

= 10 × 6,1mA

= 61mA(I C1 ≈ I E1 )

Maka :

I E1
I B 2 = I B3 =
2
61mA
=
2

= 30,5mA

Sehingga :

I E 2 = I E 3 = (β 2 + 1)I B 2

= 21× 30,5mA

= 640,5 mA
31

Berdasarkan perhitungan di atas maka besarnya arus emitter total (I E ) adalah :

I E = I E 2 + I E3

= 640,5 mA + 640,5 mA

= 1,281 A

3.2.2. Pulse Width Modulation (PWM)

3.2.2.1. Pembangkit Gelombang Segitiga

Rangkaian yang digambarkan disini dapat mengatur kecepatan motor

DC dengan kenaikan arus beberapa ampere. Rangkaian ini menggunakan

tegangan catu daya 15 Volt dan bekerja dengan menggunakan gelombang kotak,

dengan variabel perbandingan on ke off, rata-rata waktu on dapat diatur dari 0%

sampai 100%.

Besarnya nilai hambatan R4 di dapat dari persamaan :.

2 × Vsat × R5
Vp − p =
R4

Jika besar tegangan Vsat, Vp-p dan salah satu hambatan diketahui, maka

besar hambatan R4 ditentukan dengan persamaan :

2 × Vsat × R5
R4 =
Vp − p
32

Jika diketahui :

Vsat =14 Volt, Vp-p = 10 Vp-p, dan R5 = 100 KΩ

14 × 100 KΩ
R4 =
10Vp − p

= 140 KΩ

Dengan menentukan nilai C = 10 μF, maka kita dapat menentukan besar

nilai Hambatan R3 untuk frekuensi 1 Khz :

R4
R6 =
4 R1 ftriangle × C

280 KΩ
=
4 × 100 KΩ × 1KHz × 10μF

= 35 KΩ

Sedangkan untuk frekukensi 2 KHz maka besarnya nilai hambatan R3

adalah :

R4
R5 =
4 R1 ftriangle × C

140 KΩ
=
4 × 100 KΩ × 2 KHz × 10μF

= 17,5KΩ

Setelah kita mengetahui besar nilai hambatan R2 dan R3, maka kita telah

dapat merancang sebuah rangkaian pembangkit gelombang segitiga. Rangkaian

pembangkit gelombang segitiga yang terdapat pada gambar 3.4, menggunakan


33

tegangan +Vsat = +15 Volt dan –Vsat = 0 Volt. Untuk lebih jelasnya mengenai

rangkaian pembangkit gelombang segitiga ini dapat kita lihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Rangkaian Pembentuk Gelombang Segitiga

Rangkaian PWM memerlukan osilator untuk pengoperasian dan

menggunakan potensiometer untuk mengatur variasi lebar pulsa untuk beban kecil

dan besar. Sebagai bagian dari rangkaian pembangkit variabel lebar pulsa, maka

kita dapat menambahkan Comparator (U3A).

3.2.2.2. Rangkaian Pembagi Tegangan

Rangkaian pembagi tegangan ini berfungsi sebagai sumber catu daya untuk

osilator. Besar tegangan Vout didapat dengan persamaan :

R1
Vout = × Vin
R1 + R2
34

Jika besar tegangan Vout, Vin, dan salah satu hambatan diketahui. Maka besar

salah satu hambatan lainnya ditentukan.

Gambar rangkaian pembagi tegangan dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Rangkaian Pembagi Tegangan

Jika diketahui :

Vin = 15 V, Vout = 7,5V, R2 = 100 K

100 K × 15
R1 = − 100 K
7,5V

R1 = 200 K − 100 K

R1 = 100 K

Jadi nilai hambatan R1 yang digunakan sebesar 100 K

3.2.2.3. Pengatur Lebar Pulsa

Pengatur lebar pulsa dibangun dari sebuah komparator dengan menggunakan

IC LM 324N. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar 3.6.
35

Gambar 3.6 Rangkaian Pengatur Lebar Pulsa

Saat nilai Rpot = 0, maka besarnya tegangan pada kaki inverting adalah :

(R pot − Rref )
Vref = × Vcc
R pot

=
(100 K − 0) × 15V
100 K

= 15 Volt

Saat nilai Rpot = 100 K, maka besarnya tegangan pada kaki inverting adalah :

(R pot − Rref )
Vref = × Vcc
R pot

=
(100 K − 100k ) × 15V
100 K

= 0 Volt
36

Sinyal pada kaki non inverting (dari osilator) akan dibandingkan dengan

tegangan pada kaki inverting. Hasilnya berupa pulsa dengan lebar pulsa

tergantung dari hasil perbandingan antara tegangan sumber (Vcc) dan tegangan

referensi (Vref).

3.2.2.4. Rangkaian Pensaklaran

Rangkaian pensaklaran memakai sebuah transistor darlington NPN BD

679. Sedangkan fungsi dari pemasangan diode adalah sebagai pengaman

transistor apabila terjadi arus balik yang besar. Untuk lebih jelasnya perhatikan

gambar 3.7.

VCC

1n4007 M
2

Q1
BD 679
Dari Komparator R6 10 K

Gambar 3.7 Rangkaian Pensaklaran

Tegangan maksimal dari komparator sebesar 15 Volt, sedangkan keluaran arus

motor sekitar 1 A dan berdasarkan data Sheet nilai ß = 750, sehingga :

Ic
β=
IB
37

1mA
750 =
IB

IB = 1,3mA

Sehingga nilai R6 dapat ditentukan :

V − V BE
R6 =
IB

15V − 2,5V
=
1,3mA

= 9615,385 Ohm

Nilai R6 yang dipakai pada perancangan sebesar 10 Kohm.


38

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Akhir Perancangan

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai beberapa perancangan yang

digunakan dalam membuat alat pengendali kecepatan putar motor dc. Bab ini akan

akan menampilkan data hasil pengamatan yang ditampilkan dalam bentuk gambar

dan tabel. Selain itu, bab ini juga disertai pembahasan mengenai data hasil

pengamatan dengan membandingkan dengan data hasil perhitungan secara teori yang

kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Di bawah ini akan ditampilkan gambar sistem alat pengendali kecepatan

putar motor dc beserta cara pengoperasiannya. Untuk lebih jelasnya perhatikan

gambar 4.1.

Gambar 4.1. Alat pengendali kecepatan putar motor dc

Cara pengoperasian alat :


Berdasarkan gambar 4.1. Berikut akan dijelaskan bagaimana cara

pengoperasian alat pengendali kecepatan putar motor dc :


39

1. Pertama-tama, hubungkan rangkaian pulse width modulation (PWM) dan

rangkaian motor ke rangkaian catu daya 100 volt dan catu daya 15 volt yang

tersambung dengan jala-jala listrik 220 volt. Kemudian hubungkan pula

rangkaian PWM tersebut dengan rangkaian osiloskop digital. Setelah

terhubung, kemudian tekan tombol power untuk menghidupkan alat tersebut.

2. Di dalam alat pengendali kecepatan putaran motor dc untuk mengatur lebar

pulsa gelombang kotak, dapat di lakukan dengan memutar potensiometer.

Semakin besar nilai tegangan referensi maka semakin kecil nilai dari duty

cycle tersebut.

3. Untuk mengetahui besarnya tegangan motor dc dapat menggunakan

multimeter digital sedangkan untuk mengetahui besarnya kecepatan putaran

motor dc dapat diketahui dengan melakukan pengukuran dengan

menggunakan tachometer. Semakin besar nilai duty cycle maka semakin

besar pula tegangan motor dc dan kecepatan putar motor dc tersebut.

4.2. Data Pengamatan

Di dalam percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap 2 (dua) macam

frekuensi yang berbeda, yaitu pada frekuensi 1 KHz dan frekunsi 2 KHz. Di dalam

melakukan pengamatan, alat mulai bekerja pada level tegangan referensi antara 2,4

Volt sampai dengan 12 Volt. Agar dapat mencapai ketelitian yang tinggi, maka

dilakukan pengamatan dengan tingkat ketelitian sebesar 0,2 Volt untuk tiap masing –

masing frekuensi. Di bawah ini akan di tampilkan gambar hasil pengamatan dengan

menggunakan osiloskop digital. Untuk data hasil pengamatan secara lengkap

disajikan dalam bentuk tabel yang terdapat pada tabel 1 dan tabel 2 di lampiran 2.
40

Gambar 4.2. Pengamatan Duty cycle dengan Vref =12 V (f =1 KHz)

Berdasarkan gambar 4.2. Kita dapat mengetahui bahwa untuk tegangan referensi 12

Volt kita belum dapat membedakan antara periode waktu on dan periode waktu off

sehingga kita belum dapat mencari besarnya nilai duty cycle (δ = 0 %).

Gambar 4.3. Pengamatan Duty cycle dengan Vref=11 V (f=1 KHz)


41

Gambar 4.3. di atas merupakan hasil pengamatan dengan meggunakan

osiloskop digital untuk tegangan referensi 11 Volt pada frekuensi 1 KHz.

Berdasarkan gambar 4.3, dapat terlihat adanya gelombang kotak dengan waktu

periode on sebesar 76,7 µs. Sedangkan untuk mengetahui besarnya waktu periode off

dapat di lihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4. Pengamatan Duty cycle dengan Vref=11 (f=1 KHz)

Berdasarkan gambar 4.4 di atas, tampak bahwa pada layar osiloskop digital

dapat dilhat adanya bentuk gelombang kotak dengan waktu periode off = 933,5µs.

Pada pengamatan dengan menggunakan osiloskop digital ini, dapat terlihat bahwa

semakin kecil nilai tegangan referensi maka periode waktu on semakin besar dan

periode waktu off semakin kecil sehingga nilai duty cycle semakin besar. Setelah

mengetahui besarnya nilai waktu periode on dan waktu periode off, maka dapat di

cari pula besarnya nilai duty cycle.


42

4.3. Pembahasan

Pada bagian ini disajikan pembahasan berdasarkan data hasil pengamatan

kemudian membandingkannya dengan data hasil perhitungan secara teori untuk

mencari besarnya kesalahan pengukuran. Berikut akan disajikan perhitungan

berdasarkan data hasil pengamatan dan perhitungan berdasarkan teori.

Setelah diketahui besarnya nilai waktu periode on dan waktu periode off

berdasarkan pengamatan menggunakan osiloskop digital, maka dapat dicari besarnya

nilai duty cycle. Berdasarkan gambar 4.3 dan 4.4. dapat dicari besarnya nilai duty

cycle untuk tegangan referensi 11 volt pada frekuensi 1 KHz. Untuk lebih jelasnya

perhatikan perhitungan di bawah ini :

Waktu periode on (Ton) = 76,7 µs


Waktu periode off (Toff) = 933,5 µs

Maka :
Ton
Duty cycle (δ) =
Ton + Toff
76.7
=
(76.7 + 933.5)
= 7,592 %

Pada bab 2, sebelumnya telah dijelaskan bagaimana cara mencari besar nilai

duty cycle dengan menggunakan teorema phytagoras. Untuk mencari nilai duty cycle,

maka di bawah ini disajikan perhitungan untuk mengetahui besar nilai duty cycle

berdasarkan perhitungan secara teori untuk tegangan referensi 11 Volt dengan

frekuensi 1 KHz. Untuk menghitung besarnya nilai duty cycle berdasarkan teori dapat

di cari menurut perhitungan dibawah ini :


43

Frekuensi (F) = 1 KHz


Perioda (T) = 1000 ms
Tegangan referensi (Vref) = 11 Volt
Tinggi Segitiga = 10 Vp

Maka :
1 T
Vpp 2
=
Vref 1 Toff
2
1 (1000 )ms × 8,5V
1 Toff = 2
2 10Vp
= 425 µs (Toff = 950 µs)
Sehingga :

Ton = Perioda Total ( T ) – Toff


= 1000 - 950
= 50 µs

Setelah kita mengetahui besar nilai periode waktu on dan periode waktu off
maka nilai duty cycle dapat diperoleh berdasarkan persamaan 2.10.

Ton
Duty cycle (δ) = × 100%
Ton + Toff

50V
= × 100%
(950V + 50V )
= 5%

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan di atas, maka membuktikan

bahwa besarnya nilai duty cycle berbanding terbalik dengan nilai tegangan referensi.

Untuk mengetahui secara lengkap mengenai data hasil perhitungan berdasarkan teori

(f = 1 KHz dan f = 2 KHz) secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 yang

terdapat di lampiran 2.
44

Hasil pengukuran berdasarkan pengamatan pada alat ukur masih memiliki

beberapa kesalahan. Untuk mencari besarnya nilai kesalahan, maka dapat dicari

berdasarkan persamaan 4.1 dan 4.2.

E = nilai sejati – aproksimasi ……………………………………………………. (4.1)

dan

Galat
ε= .100% ……………………………………………………………. (4.2)
NilaiSejati

Keterangan:

E = Galat (true error)


ε = Persen galat

Contoh perhitungan kesalahan pengukuran tegangan motor untuk percobaan I


(f=1KHz) :

Aproksimasi =0V
Nilai sejati =5V

Maka:
E = 5V − 0V = 5V
Sehinga :

5V
ε= .100% = 100%
5V

Setelah dihasilkan nilai kesalahan dari hasil pengukuran dapat dihasikan juga

nilai rata-rata dari kesalahan alat ukur ini. Untuk menghitung nilai rata-rata tersebut

dihitung dengan perhitungan dibawah ini.

Contoh perhitungan rata – rata kesalahan pengukuran untuk tabel 4.1(f=1KHz) ::

Rata-rata kesalahan =
∑ kesalahan ………………………...…………………... (4.2)
n
45

879,297
= ; n = jumlah pengukuran
49
= 17,945%

Berdasarkan perhitungan untuk mencari besarnya nilai kesalahan di atas,

berikut akan disajikan data hasil perhitungan nilai kesalahan yang ditampilkan

dalam bentuk tabel dan grafik untuk frekuensi 1 KHz dan 2 KHz.

4.3.1. Frekuensi 1 KHz


A. Duty Cycle

Tabel 4.1. di bawah ini menunjukkan perbandingan antara data hasil

pengamatan dengan data hasil perhitungan sesuai dengan hasil perancangan

yang telah dibahas pada BAB III.

Tabel 4.1. Perbandingan duty cycle hasil pengamatan dengan perhitungan untuk
frekunsi 1 KHz.
Tegangan Referensi Duty cycle (%) Duty Cycle (%) Galat Galat
No (V) pengamatan teori (V) (%)
1 12 0 5 5 100
2 11.8 1.267 7 5.733 81.9
3 11.6 2.534 9 6.466 71.844
4 11.4 3.791 11 7.209 65.536
5 11.2 5.059 13 7.941 61.084
6 11 7.592 15 7.408 49.387
7 10.8 8.859 17 8.141 47.888
8 10.6 11.394 19 7.606 40.031
9 10.4 13.805 21 7.195 34.262
10 10.2 15.185 23 7.815 33.978
11 10 17.497 25 7.503 30.012
12 9.8 19.249 27 7.751 28.707
13 9.6 22.5 29 6.5 22.414
14 9.4 24.052 31 6.948 22.413
15 9.2 26.579 33 6.421 19.457
16 9 28.203 35 6.797 19.42
17 8.8 30.77 37 6.23 16.838
18 8.6 32.467 39 6.533 16.751
19 8.4 35.445 41 5.555 13.549
20 8.2 37.177 43 5.823 13.542
21 8 39.743 45 5.257 11.682
22 7.8 41.027 47 5.973 12.708
46

Tabel 4.1. Perbandingan duty cycle hasil pengamatan dengan perhitungan untuk
frekunsi 1 KHz (Lanjutan).
Tegangan Referensi Duty cycle (%) Duty Cycle (%) Galat Galat
No (V) pengamatan teori (V) (%)
23 7.6 43.589 49 5.411 11.043
24 7.4 45.57 51 5.43 10.647
25 7.2 48.717 53 4.283 8.081
26 7 50 55 5 9.09
27 6.8 54.429 57 2.571 4.51
28 6.6 56.411 59 2.589 4.388
29 6.4 58.973 61 2.027 3.322
30 6.2 60.257 63 2.743 4.353
31 6 62.823 65 2.177 3.349
32 5.8 64.555 67 2.445 3.649
33 5.6 67.533 69 1.467 2.126
34 5.4 71.813 71 0.813 1.132
35 5.2 73.421 73 0.421 0.573
36 5 75.948 75 0.948 1.248
37 4.8 77.499 77 0.499 0.643
38 4.6 80.77 79 1.77 2.191
39 4.4 82.502 81 1.502 1.82
40 4.2 84.814 83 1.814 2.138
41 4 86.257 85 2.257 2.616
42 3.8 88.606 87 1.606 1.812
43 3.6 91.14 89 2.14 2.348
44 3.4 92.407 91 1.407 1.522
45 3.2 94.941 93 1.941 2.044
46 3 96.209 95 1.209 1.256
47 2.8 97.466 97 0.466 0.478
48 2.6 98.729 99 0.271 0.273
49 2.4 100 100 0 0

Pada tabel 4.1. di atas tampak perbedaan data antara hasil pengukuran

dengan perhitungan secara teori, meskipun penyimpangannya tidak terlalu

besar. Setelah di hasilkan nilai kesalahan dari hasil pengukuran dapat dihasilkan

juga nilai rata-rata dari kesalahan alat ukur ini. Untuk menghitung nilai rata-rata

tersebut dapat dihitung dengan perhitungan dibawah ini.

Rata-rata kesalahan =
∑ kesalahan
n
47

879,297
= ; n = jumlah pengukuran
49
= 17,945 %

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka besarnya nilai rata-rata

kesalahan alat ukur ini sebesar 17,945 %,. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil

perbandingan data hasil pengamatan dan teori dapat dilihat dalam Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Duty Cycle

Dari Gambar 4.5. dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai tegangan

referensi maka akan semakin tinggi pula nilai dari duty cycle. Dari grafik

tersebut dapat dilihat pula bahwa nilai duty cycle hasil pengamatan dengan nilai

duty cycle hasil perhitungan secara teori tidak terlalu jauh perbedaannya.

Sehingga dapat di katakan data hasil pengamatan hampir mendekati data hasil

perhitungan secara teori.

B. Tegangan Motor
Di dalam alat pengendali kecepatan putar motor dc ini, pengukuran

tegangan motor di lakukan dengan cara mengukur besarnya tegangan yang


48

masuk pada motor dc dengan menggunakan multimeter digital. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Perbandingan data Tegangan motor hasil pengamatan dengan


perhitungan untuk frekunsi 1 KHz.
Tegangan Tegangan Motor Tegangan Motor Galat Galat
No Referensi (V) (V) Teori (V) Pengamatan (V) (%)
1 12 0.01 5 4.99 99.8
2 11.8 2.07 7 4.93 70.428
3 11.6 3.85 9 5.15 57.222
4 11.4 5.65 11 5.35 48.636
5 11.2 7.53 13 5.47 42.077
6 11 9.73 15 5.27 35.133
7 10.8 11.7 17 5.3 31.176
8 10.6 13.95 19 5.05 26.579
9 10.4 15.9 21 5.1 24.286
10 10.2 18.2 23 4.8 20.869
11 10 20.42 25 4.58 18.32
12 9.8 22.49 27 4.51 16.703
13 9.6 24.72 29 4.28 14.758
14 9.4 26.98 31 4.02 12.968
15 9.2 29.27 33 3.73 11.303
16 9 31.43 35 3.57 10.2
17 8.8 33.38 37 3.62 9.783
18 8.6 35.5 39 3.5 8.974
19 8.4 37.88 41 3.12 7.609
20 8.2 39.98 43 3.02 7.023
21 8 42.1 45 2.9 6.444
22 7.8 44.1 47 2.9 6.17
23 7.6 46.2 49 2.8 5.714
24 7.4 48.4 51 2.6 5.098
25 7.2 50.6 53 2.4 4.528
26 7 52.7 55 2.3 4.181
27 6.8 54.3 57 2.7 4.736
28 6.6 56.6 59 2.4 4.067
29 6.4 58.8 61 2.2 3.606
30 6.2 60.8 63 2.2 3.492
31 6 62.01 65 2.99 4.6
32 5.8 65.1 67 1.9 2.835
33 5.6 67.2 69 1.8 2.608
34 5.4 69.2 71 1.8 2.535
35 5.2 71.3 73 1.7 2.328
36 5 73.8 75 1.2 1.6
37 4.8 75.8 77 1.2 1.558
38 4.6 77.8 79 1.2 1.519
39 4.4 79.9 81 1.1 1.358
40 4.2 81.9 83 1.1 1.325
49

Tabel 4.2. Perbandingan data Tegangan motor hasil pengamatan dengan


perhitungan untuk frekunsi 1 KHz (Lanjutan).
Tegangan Tegangan Motor Tegangan Motor Galat Galat
No Referensi (V) (V) Teori (V) Pengamatan (V) (%)
41 4 83.8 85 1.2 1.411
42 3.8 86.2 87 0.8 0.919
43 3.6 88.4 89 0.6 0.674
44 3.4 90.6 91 0.4 0.439
45 3.2 92.3 93 0.7 0.752
46 3 93.1 95 1.9 2
47 2.8 96.2 97 0.8 0.824
48 2.6 97.3 99 1.7 1.717
49 2.4 98 100 2 2

Berdasarkan pada tabel 4.2 diatas kita dapat menghitung besarnya nilai
rata-rata kesalahan dari data tersebut melalui perhitungan dengan menggunakan
persamaan 4.2.

Rata-rata kesalahan =
∑ kesalahan
n
654,885
= ; n = jumlah pengukuran
49
= 13,365 %

Maka besarnya rata-rata kesalahan alat ukur ini adalah sebesar 13,365 %,

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik perbandingan duty cycle

berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan dalam Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Tegangan Motor


50

Dari Gambar 4.6. dapat dilihat pula bahwa besarnya nilai tegangan motor

hasil pengamatan hampir mendekati nilai tegangan motor hasil perhitungan

secara teori. Di dalam alat pengendali tegangan motor dc ini, besarnya nilai

tegangan motor selain dipengaruhi oleh hambatan dalam juga sangat

dipengaruhi oleh adanya pembebanan pada motor dc tersebut.

C. Kecepatan Motor

Di dalam pengendalian kecepatan putar motor dc ini, selain dilakukan

dilakukan pengamatan terhadap duty cycle dan tegangan motor juga dilakukan

pengamatan pengaruh duty cycle terhadap besarnya nilai kecepatan. Di dalam

melakukan pengamatan digunakan instrumen berupa sebuah alat tachometer,

yaitu semacam alat untuk mengukur kecepatan putar sebuah motor. Untuk dapat

mengukur besar nilai kecepatan motor maka penulis menggunakan sebuah

piringan Compact Disc (CD) yang di beri warna berupa bagian warna gelap dan

terang . Hal ini dikarenakan alat ukur tachometer hanya dapat bekerja apabila

sinar inframerah mengenai media yang berwarna gelap. Untuk lebih jelasnya

mengenai pengaruh duty cycle terhadap kecepatan putaran motor dapat di lihat

pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Data hasil pengamatan pengaruh duty cycle terhadap kecepatan
putaran motor untuk frekunsi 1 KHz.
No Duty Cycle (%) Kecepatan Motor (Rpm)
1 0
2 1.267
3 2.534
4 3.791
5 5.059
6 7.592
7 8.859
8 11.394
9 13.805
51

Tabel 4.3. Data hasil pengamatan pengaruh duty cycle terhadap kecepatan
putaran motor untuk frekunsi 1 KHz (Lanjutan).
No Duty Cycle (%) Kecepatan Motor (Rpm)
10 15.185
11 17.497
12 19.249
13 22.5 199.725
14 24.052 589.25
15 26.579 896.475
16 28.203 1355.875
17 30.77 1758
18 32.467 2106.625
19 35.445 2534.625
20 37.177 2903
21 39.743 3299.375
22 41.027 3557.75
23 43.589 3681.875
24 45.57 3826.5
25 48.717 3910.625
26 50 4206.375
27 54.429 4796.25
28 56.411 4908.375
29 58.973 5204.625
30 60.257 5522.75
31 62.823 5809.375
32 64.555 6188
33 67.533 6702.375
34 71.813 7048.75
35 73.421 7462.625
36 75.948 8161.625
37 77.499 8436.375
38 80.77 8610.75
39 82.502 8786.375
40 84.814 8949.875
41 86.257 9124
42 88.606 9259.25
43 91.14 9398.375
44 92.407 9552..375
45 94.941 9868.375
46 96.209 9973.375
47 97.466 10306.125
48 98.729 10407.375
49 100 10610.375
52

Pada tabel 4.3. di atas tampak bahwa nilai duty cycle berpengaruh

terhadap besarnya nilai kecepatan putaran motor. Motor mulai bergerak pada

duty cycle 22,5 % dengan kecepatan 199.725 rpm. Di dalam melakukan

pengamatan kecepatan putaran motor DC, dapat diketahui bahwa semakin besar

nilai duty cycle maka kecepatan motor DC juga semakin tinggi. Untuk

mengetahui mengenai karakteristik dari duty cycle terhadap kecepatan motor

dapat di lihat pada gambar 4.7.

12000
K e c e p a ta n M o to r

10000
8000
(R p m )

6000
4000
2000
0
0 50 100 150
Duty cycle (%)

Gambar 4.7. Grafik Pengaruh Duty Cycle terhadap Kecepatan Motor

Berdasarkan pada gambar 4.7. Tampak bahwa kecepatan motor semakin

bertambah dengan semakin besarnya nilai duty cycle. Motor mulai bergerak

pada level duty cycle 22,5 % sampai dengan 100 % dengan kecepatan motor

199,725 rpm sampai dengan 10610,375 rpm.


53

4.3.2. Frekuensi 2 KHz

A. Duty Cycle

Untuk mengubah besarnya frekuensi PWM dapat di lakukan dengan

mengubah besarnya nilai hambatan pada rangakaian PWM. Di dalam

melakukan pengamatan, digunakan sebuah saklar rotary untuk mempermudah

dalam melakukan pengubahan frekuensi. Model pengambilan data hampir sama,

yaitu dengan memberikan perubahan pada nilai duty cycle. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.4. Perbandingan duty cycle hasil pengamatan dengan perhitungan untuk
frekunsi 2 KHz.
Tegangan Duty cycle (%) Duty Cycle (%) Galat Galat
No Referensi (V) Teori Pengamatan (V) (%)
1 12 0 5 5 100
2 11.8 2.502 7 4.498 64.257
3 11.6 5.005 9 3.995 44.388
4 11.4 7.7 11 3.3 30
5 11.2 10.267 13 2.773 21.33
6 11 12.83 15 2.17 14.467
7 10.8 15.38 17 1.62 9.53
8 10.6 17.943 19 1.057 5.563
9 10.4 20.513 21 0.487 2.32
10 10.2 23.08 23 0.08 0.346
11 10 25.647 25 0.647 2.522
12 9.8 26.836 27 0.164 0.607
13 9.6 30.009 29 1.009 3.362
14 9.4 33.34 31 2.34 7.018
15 9.2 35.893 33 2.893 8.06
16 9 38.46 35 3.46 8.996
17 8.8 41.019 37 4.019 9.797
18 8.6 43.593 39 4.593 10.536
19 8.4 45.217 41 4.217 9.326
20 8.2 47.366 43 4.366 9.217
21 8 50.01 45 5.01 10.017
22 7.8 52.634 47 5.634 10.704
23 7.6 54.773 49 5.773 10.539
24 7.4 56.407 51 4.407 7.812
25 7.2 58.981 53 5.981 10.14
26 7 61.528 55 6.528 10.609
54

Tabel 4.4. Perbandingan duty cycle hasil pengamatan dengan perhitungan untuk
frekunsi 2 KHz (Lanjutan).
Tegangan Duty cycle (%) Duty Cycle (%) Galat Galat
No Referensi (V) Teori Pengamatan (V) (%)
27 6.8 64.25 57 7.25 11.284
28 6.6 66.653 59 7.653 11.481
29 6.4 69.99 61 8.99 12.844
30 6.2 73.614 63 10.614 14.418
31 6 74.358 65 9.358 12.585
32 5.8 75.014 67 8.014 10.683
33 5.6 79.487 69 10.487 13.193
34 5.4 79.49 71 8.49 10.68
35 5.2 82.036 73 9.036 11.014
36 5 82.053 75 7.053 8.595
37 4.8 84.593 77 7.593 8.976
38 4.6 84.988 79 5.988 7.045
39 4.4 87.507 81 6.507 7.435
40 4.2 87.809 83 4.809 5.476
41 4 90.253 85 5.253 5.82
42 3.8 92.512 87 5.512 5.958
43 3.6 92.695 89 3.695 3.986
44 3.4 95.136 91 4.136 4.347
45 3.2 97.498 93 4.98 5.082
45 3.2 97.498 93 4.98 5.082
46 3 97.559 95 2.559 2.623
47 2.8 98.567 97 1..567 1.59
48 2.6 99.885 99 0.215 0.217
49 2.4 100 100 0 0

Berdasarkan pada tabel dapat terlihat bahwa untuk frekuensi 2 KHz, kita

dapat melihat bahwa pada tegangan referensi 2,4 Volt besarnya kecepatan

motor mulai stabil (linier). Artinya, kecepatan motor pada level tegangan

tersebut sudah tidak dapat di tambah lagi. Berdasarkan tabel 4.3. Untuk mencari

nilai rata-rata dari data tersebut dapat dilakukan menurut perhitungan dibawah

ini.

Rata-rata kesalahan =
∑ kesalahan
n
55

600,405
= ; n = jumlah pengukuran
48

= 12,51 %

Berdasarkan perhitungan diatas maka rata-rata kesalahan alat ukur ini

adalah sebesar 12,51 % melalui pembulatan ke atas, dengan persentasi

kesalahan di dapatkan dari membandingkan hasil pengukuran pada alat dengan

pengukuran menurut teori. Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan hasil

perhitungan secara teori dengan hasil pengamatan secara lengkap dapat dilihat

pada gambar 4.8.

Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Duty Cycle

Berdasarkan gambar 4.8, terlihat perbedaan data antara nilai duty cycle

hasil pengamatan dan nilai duty cycle hasil dari perhitungan secara teori.

Perbedaan yang mencolok antara data hasil pengamatan dengan hasil

perhitungan tampak pada saat tegangan referensi berada di kisaran 5 Volt

sampai dengan 10 Volt.


56

B. Tegangan Motor

Di dalam pengambilan data tegangan motor untuk frekuensi 2 KHz ini di

lakukan dengan cara yang hampir sama dengan pengambilan data untuk

frekuensi 1 KHz. Untuk lebih jelasnya mengenai data hasil pengamatan

tegangan motor dapat di lihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.5. Perbandingan Tegangan Motor hasil pengamatan dengan perhitungan


untuk frekuensi 2 KHz.
Tegangan Tegangan Motor Tegangan Motor Galat Galat
No Referensi (V) (V) Teori (V) Pengamatan (V) (%)
1 12 0.0123 5 4.9877 99.754
2 11.8 1.092 7 5.908 84.4
3 11.6 6.45 9 2.55 28.33
4 11.4 7.45 11 3.55 32.272
4 11.4 7.45 11 3.55 32.272
5 11.2 9.45 13 3.55 27.307
6 11 11.6 15 3.4 22.667
7 10.8 13.93 17 3.07 18.058
8 10.6 15.79 19 3.21 16.894
9 10.4 18.13 21 2.87 13.667
10 10.2 20.22 23 2.78 12.086
11 10 22.38 25 2.62 10.48
12 9.8 24.66 27 2.34 8.667
13 9.6 26.53 29 2.47 8.517
14 9.4 28.9 31 2.1 6.774
15 9.2 31.06 33 1.94 5.878
16 9 33.36 35 1.64 4.685
17 8.8 35.26 37 1.74 4.702
18 8.6 37.51 39 1.49 3.82
19 8.4 39.75 41 1.25 3.048
20 8.2 41.3 43 1.7 3.953
21 8 43.9 45 1.1 2.444
22 7.8 45.9 47 1.1 2.34
23 7.6 47.8 49 1.2 2.448
24 7.4 49.7 51 1.3 2.55
25 7.2 52.1 53 0.9 1.7
26 7 54.2 55 0.8 1.454
27 6.8 56.2 57 0.8 1.403
28 6.6 58.1 59 0.9 1.525
29 6.4 60.7 61 0.3 0.491
30 6.2 62.7 63 0.3 0.476
31 6 65.5 65 0.5 0.763
32 5.8 67.9 67 0.9 1.325
33 5.6 69.6 69 0.6 0.862
57

Tabel 4.5. Perbandingan Tegangan Motor hasil pengamatan dengan perhitungan


untuk frekuensi 2 KHz (Lanjutan).
34 5.4 71.8 71 0.8 1.114
35 5.2 73.5 73 0.5 0.685
36 5 75.6 75 0.6 0.793
37 4.8 78.3 77 1.3 1.66
38 4.6 80 79 1 1.25
39 4.4 82.1 81 1.1 1.339
40 4.2 84.4 83 1.4 1.658
41 4 86.3 85 1.3 1.506
42 3.8 88.2 87 1.2 1.36
43 3.6 89.3 89 0.3 0.336
44 3.4 92.6 91 1.6 1.727
45 3.2 94.9 93 1.9 2.002
46 3 96.9 95 1.9 1.96
47 2.8 97.6 97 1.4 1.422
48 2.6 98 99 0.6 0.606
49 2.4 98.4 100 2 2

Untuk menghitung nilai rata-rata tersebut dapat dihitung dengan perhitungan

dibawah ini.

Rata-rata kesalahan =
∑ kesalahan
n
455,158
= ; n = jumlah pengukuran
48
= 9,482 %

Sehingga rata-rata kesalahan alat ukur ini sebesar 9,482 %, dengan

persentasi kesalahan didapatkan dari membandingkan hasil pengukuran pada

alat dengan pengukuran menurut teori. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

grafik perbandingan tegangan motor berdasarkan hasil pengamatan dan

perhitungan dalam Gambar 4.9.


58

Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Tegangan Motor

Dari Gambar 4.9. Dapat dilihat bahwa perubahan kenaikan tegangan

referensi berbanding terbalik terhadap perubahan kenaikan tegangan keluaran

motor. Di dalam melakukan pengamatan ini, sebenarnya penulis tidak hanya

melakukan pengamatan terhadap pengaruh duty cycle dan tegangan motor

namun juga melakukan pengamatan terhadap pengaruh duty cycle terhadap

besarnya nilai kecepatan motor.

C. Kecepatan Motor

Di dalam pengendalian kecepatan putar motor dc ini, pengamatan

pengaruh duty cycle terhadap besarnya nilai kecepatan hampir sama dengan

pengamatan untuk frekuensi 1 KHz. Untuk lebih jelasnya mengenai pengaruh

duty cycle terhadap kecepatan putaran motor dapat di lihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Data hasil pengamatan pengaruh duty cycle terhadap kecepatan
putaran motor untuk frekunsi 2 KHz.
No Duty cycle (%) Kecepatan Motor (rpm)
1 0
2 2.502
3 5.005
4 7.7
5 10.267
59

Tabel 4.6. Data hasil pengamatan pengaruh duty cycle terhadap kecepatan
putaran motor untuk frekunsi 2 KHz (Lanjutan).
No Duty cycle (%) Kecepatan Motor (rpm)
6 12.83
7 15.38
8 17.943
9 20.513
10 23.08
11 25.647
12 26.836 264.925
12 26.836 264.925
13 30.009 439.675
14 33.34 964.025
15 35.893 1348.625
16 38.46 1656.25
17 41.019 2043.5
18 43.593 2349.5
19 45.217 2822.625
20 47.366 3135.625
21 50.01 3733.125
22 52.634 3981
23 54.773 4355.375
24 56.407 4612.5
25 58.981 4734.75
26 61.528 4950.375
27 64.25 5364.75
28 66.653 5622.125
29 69.99 5800.375
30 73.614 5905.5
31 74.358 6300.125
32 75.014 0.625
33 79.487 6944.375
34 79.49 7035.625
35 82.036 7146.375
36 82.053 7552.75
37 84.593 7674.375
38 84.988 7836.875
39 87.507 7964.625
40 87.809 8214.625
41 90.253 8314.25
42 92.512 8441.5
43 92.695 8646.5
44 95.136 8917.875
45 97.498 9090.875
46 97.559 9168.625
47 98.567 9299.375
48 99.885 9390.625
49 100 9480.375
60

Pada tabel 4.6. di atas tampak bahwa nilai duty cycle berpengaruh

terhadap besarnya nilai kecepatan putaran motor. Motor mulai bergerak pada

duty cycle 26,836 % dengan kecepatan 264.925 rpm. Berdasarkan tabel

4.6.Dapat diketahui bahwa semakin besar nilai duty cycle maka kecepatan motor

DC juga semakin tinggi. Untuk mengetahui mengenai karakteristik dari duty

cycle terhadap kecepatan motor dapat di lihat pada gambar 4.10.


Kecepatan Motor ( Rpm )

10000
8000
6000
4000
2000
0
0 50 100 150
Duty Cycle ( % )

Gambar 4.10. Grafik Pengaruh Duty cycle terhadap kecepatan motor

Berdasarkan pada gambar 4.10. Tampak bahwa kecepatan motor semakin

bertambah dengan semakin besarnya nilai duty cycle. Motor mulai bergerak pada

level duty cycle 26,836 % sampai dengan 100 % dengan kecepatan motor 264,925

rpm sampai dengan 9480,375 rpm..Di dalam melakukan pengamatan alat pengendali

kecepatan putar motor DC ini, dapat di ketahui bahwa motor DC yang digunakan

memiliki karakteristik yang tidak linier. Hal ini dapat diketahui berdasarkan

perubahan kecepatan putaran motor DC yang dipengaruhi oleh perubahan dari duty

cycle.
61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan percobaan yang telah di uraikan pada bagian

sebelumnya dapat di ambil beberapa kesimpulan antara lain :

a. Alat pengendali kecepatan putaran motor DC telah bekerja dengan

baik sesuai dengan teori dari perancangan rangkaian pulse width

modulation.

b. Saat pengujian telah membuktikan bahwa semakin kecil nilai tegangan

referensi maka nilai duty cycle dan kecepatan putaran motor semakin

besar dengan kenaikan kecepatan yang tidak linier.

c. Alat ini mulai bekerja pada level tegangan referensi antara 2,4 Volt

sampai dengan 12 Volt dengan duty cycle antara 0 % sampai dengan

100 % dan kecepatan motor maksimum sebesar 10000 rpm dengan

rata – rata kesalahan pengukuran sebesar 17,945 %.

5.2. Saran

Alat ukur yang dibuat masih jauh dari sempurna maka penulis mencoba

memberikan saran bagi pengembangan yang lebih lanjut agar bisa menjadi lebih baik.

Yaitu :

a. Alat ini masih dapat dikembangkan dengan aplikasi dan fasilitas yang

lain, sehingga selain dapat digunakan untuk mengendalikan kecepatan

putar motor DC juga dapat digunakan untuk mengendalikan yang


62

lainnnya, contoh yang paling sederhana adalah untuk mengatur

kecerahan lampu DC.

b. Penaksiran yang tepat, adalah dengan melakukan pembacaan dengan

cermat, pencatatan data dengan benar, pengukuran dilakukan lebih

dari satu kali. Hal ini dikarenakan apabila user mengalami kelelahan

c. Alat pengukur berupa dua buah multimeter digital yang mempunyai

kualitas standar di pasaran. Ketelitian pengukuran dapat lebih

ditingkatkan dengan memakai multimeter digital yang mempunyai

kualitas lebih tinggi.

d. Sebagian alat terdiri dari komponen elektronika analog yang rentan

terhadap perubahan suhu lingkungan. Bila pemakaian alat berlangsung

lama maka akan ada efek perubahan temperatur (pemanasan alat),

sehingga menyebabkan kinerja alat menurun. Hal ini dapat dilihat

pada rangkaian pulse Width Modulation, yaitu apabila di pakai terlalu

lama maka kecepatan motor dapat bertambah dengan sendirinya.


63

DAFTAR PUSTAKA

Barmawi, Malvino. Prinsip-Prinsip Elektronika, Jilid 2. Erlangga.

Boylestad, Robert. Electronic Devices and Circuit Theory, Sixth Edition. Prentice
Hall, New Jersey.

Honeycutt, Richard A. Op Amps & Linear Integrated Circuit. Delmar Publishing Inc.
New York. 1988.

Stanley, William D. Operational Amplifier with Linear Integrated Circuit. Mac


Millman College Pub Co. New York. 1994.

Wasito S. Data Sheet Book 1. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

http://www.national.com
D2
1

J1 1 T1 5
2 4 - + 2
1
4 8
220 Vac
TRANSFORMER 330 ohm
3

2c1242
330 uF/200 V 330 uF / 200 V

2sc3039

1N4764
0.22 ohm
Q3
C3 2sc3039 100 Volt DC
CAP
J2

0.22 ohm 1
CAP 2
3.3 uF / 200 V

Title
CATU DAYA 100 VOLT DC

Size Document Number Rev


A <Doc> <Rev Code>

Date: Friday , January 05, 2001 Sheet 1 of 1


J1

18V AC
3

U1
LM7815/TO J3
4 2 1 2
- + VIN VOUT

J2 GND +15V
LED
C1 C2 C3
1

18V AC 4700 uF/50V 1000 uF/50V 47 uF/50V


3

1K3
R
J4

GND

Title
Catu Day a 15 Volt DC

Size Document Number Rev


A 1

Date: Thursday , February 15, 2007 Sheet 1 of 1


+15 Vdc

C
+15 Vdc 10 nF

R1
100 K
4

3 1
3 1
+
1 CON2 R6 +15 Vdc
2 1 35 K

2
-
R2 U1A CON1
100 K TL 074 3 1 JP2
1

4
11

CON3 R5 3
+
17.5 K 1
2

2
-
U2A
TL 074

1
11

R3 140 K
D1
1n4007
M
R4 100 K
+15 Vdc

2
+15 Vdc
4

2
1

3 R6 Q1
+
1 1 BD679
2 2
-

2
U3A 10 K
POT TL 074
11

100K 1

3
Q2
3

BD679

Title
Rangkaian Pulse Width Modullation (PWM)

Size Document Number Rev


A 1 <Rev Code>

Date: Thursday , June 28, 2007 Sheet 1 of 1


Tabel 1. Hasil Perhitungan Secara Teori (f = 1 KHz)
Tegangan Referensi Duty Cycle Tegangan Motor Kecepatan Motor
No (V) (%) (V) (Rpm)

1 12 5 5 --

2 11.8 7 7 --

3 11.6 9 9 --

4 11.4 11 11 --

5 11.2 13 13 --

6 11 15 15 --

7 10.8 17 17 --

8 10.6 19 19 --

9 10.4 21 21 --

10 10.2 23 23 --

11 10 25 25 --

12 9.8 27 27 --

13 9.6 29 29 199.725

14 9.4 31 31 589.25

15 9.2 33 33 896.475

16 9 35 35 1355.875

17 8.8 37 37 1758

18 8.6 39 39 2106.625

19 8.4 41 41 2534.625

20 8.2 43 43 2903

21 8 45 45 3299.375

22 7.8 47 47 3557.75

23 7.6 49 49 3681.875

24 7.4 51 51 3826.5

25 7.2 53 53 3910.625

26 7 55 55 4206.375

27 6.8 57 57 4796.25

28 6.6 59 59 4908.375

29 6.4 61 61 5204.625

30 6.2 63 63 5522.75

31 6 65 65 5809.375

32 5.8 67 67 6188

33 5.6 69 69 6702.375

34 5.4 71 71 7048.75

35 5.2 73 73 7462.625

36 5 75 75 8161.625

37 4.8 77 77 8436.375

38 4.6 79 79 8610.75

39 4.4 81 81 8786.375

40 4.2 83 83 8949.875

41 4 85 85 9124

42 3.8 87 87 9259.25

43 3.6 89 89 9398.375

44 3.4 91 91 9552..375
Tegangan Referensi Duty Cycle Tegangan Motor Kecepatan Motor
No (V) (%) (V) (Rpm)

45 3.2 93 93 9868.375

46 3 95 95 9973.375

47 2.8 97 97 10306.125

48 2.6 99 99 10407.375

49 2.4 100 100 10610.375


Tabel 2. Hasil Perhitungan Secara Teori (f = 2 KHz)

Tegangan Referensi Duty Cycle Tegangan Motor Kecepatan Motor


No (V) (%) (V) (Rpm)
1 12 5 5 --
2 11.8 7 7 --
3 11.6 9 9 --
4 11.4 11 11 --
5 11.2 13 13 --
6 11 15 15 --
7 10.8 17 17 --
8 10.6 19 19 --
9 10.4 21 21 --
10 10.2 23 23 --
11 10 25 25 --
12 9.8 27 27 264.925
13 9.6 29 29 439.675
14 9.4 31 31 964.025
15 9.2 33 33 1348.625
16 9 35 35 1656.25
17 8.8 37 37 2043.5
18 8.6 39 39 2349.5
19 8.4 41 41 2822.625
20 8.2 43 43 3135.625
21 8 45 45 3733.125
22 7.8 47 47 3981
23 7.6 49 49 4355.375
24 7.4 51 51 4612.5
25 7.2 53 53 4734.75
26 7 55 55 4950.375
27 6.8 57 57 5364.75
28 6.6 59 59 5622.125
29 6.4 61 61 5800.375
30 6.2 63 63 5905.5
31 6 65 65 6300.125
32 5.8 67 67 6980.625
33 5.6 69 69 6944.375
34 5.4 71 71 7035.625
35 5.2 73 73 7146.375
36 5 75 75 7552.75
37 4.8 77 77 7674.375
38 4.6 79 79 7836.875
39 4.4 81 81 7964.625
40 4.2 83 83 8214.625
41 4 85 85 8314.25
42 3.8 87 87 8441.5
43 3.6 89 89 8646.5
Tegangan Referensi Duty Cycle Tegangan Motor Kecepatan Motor
No (V) (%) (V) (Rpm)
44 3.4 91 91 8917.875
45 3.2 93 93 9090.875
46 3 95 95 9168.625
47 2.8 97 97 9299.375
48 2.6 99 99 9390.625
49 2.4 100 100 9750.125
Tabel 3. Hasil Pengamatan (f = 1 KHz)

Tegangan Referensi Perioda Duty cycle Teg.Motor Kec.Motor


No (V) (µs) (%) (V) (rpm)
1 12 0 0.01 --
2 11.8 1.267 2.07 --
3 11.6 2.534 3.85 --
4 11.4 3.791 5.65 --
5 11.2 5.059 7.53 --
6 11 7.592 9.73 --
7 10.8 8.859 11.7 --
8 10.6 11.394 13.95 --
9 10.4 13.805 15.9 --
10 10.2 15.185 18.2 --
11 10 17.497 20.42 --
12 9.8 19.249 22.49 --
13 9.6 22.5 24.72 199.725
14 9.4 24.052 26.98 589.25
15 9.2 26.579 29.27 896.475
16 9 28.203 31.43 1355.875
17 8.8 30.77 33.38 1758
18 8.6 32.467 35.5 2106.625
19 8.4 35.445 37.88 2534.625
20 8.2 37.177 39.98 2903
21 8 39.743 42.1 3299.375
22 7.8 41.027 44.1 3557.75
23 7.6 43.589 46.2 3681.875
24 7.4 45.57 48.4 3826.5
25 7.2 48.717 50.6 3910.625
26 7 50 52.7 4206.375
27 6.8 54.429 54.3 4796.25
28 6.6 56.411 56.6 4908.375
29 6.4 58.973 58.8 5204.625
30 6.2 60.257 60.8 5522.75
31 6 62.823 62.01 5809.375
32 5.8 64.555 65.1 6188
33 5.6 67.533 67.2 6702.375
34 5.4 71.813 69.2 7048.75
35 5.2 73.421 71.3 7462.625
36 5 75.948 73.8 8161.625
37 4.8 77.499 75.8 8436.375
38 4.6 80.77 77.8 8610.75
39 4.4 82.502 79.9 8786.375
40 4.2 84.814 81.9 8949.875
41 4 86.257 83.8 9124
42 3.8 88.606 86.2 9259.25
43 3.6 91.14 88.4 9398.375
44 3.4 92.407 90.6 9552..375
Tegangan Referensi Perioda Duty cycle Teg.Motor Kec.Motor
No (V) (µs) (%) (V) (rpm)
45 3.2 94.941 92.3 9868.375
46 3 96.209 93.1 9973.375
47 2.8 97.466 96.2 10306.125
48 2.6 98.729 97.3 10407.375
49 2.4 100 98 10610.375
Tabel 4. Hasil Pengamatan (f = 2 KHz)

Tegangan Refernsi Perioda Duty cycle Tegangan Motor Kecepatan Motor


No (V) (µs) (%) (V) (rpm)
1 12 0 0.0123 --
2 11.8 2.502 1.092 --
3 11.6 5.005 6.45 --
4 11.4 7.7 7.45 --
5 11.2 10.267 9.45 --
6 11 12.83 11.6 --
7 10.8 15.38 13.93 --
8 10.6 17.943 15.79 --
9 10.4 20.513 18.13 --
10 10.2 23.08 20.22 --
11 10 25.647 22.38 --
12 9.8 26.836 24.66 264.925
13 9.6 30.009 26.53 439.675
14 9.4 33.34 28.9 964.025
15 9.2 35.893 31.06 1348.625
16 9 38.46 33.36 1656.25
17 8.8 41.019 35.26 2043.5
18 8.6 43.593 37.51 2349.5
19 8.4 45.217 39.75 2822.625
20 8.2 47.366 41.3 3135.625
21 8 50.01 43.9 3733.125
22 7.8 52.634 45.9 3981
23 7.6 54.773 47.8 4355.375
24 7.4 56.407 49.7 4612.5
25 7.2 58.981 52.1 4734.75
26 7 61.528 54.2 4950.375
27 6.8 64.25 56.2 5364.75
28 6.6 66.653 58.1 5622.125
29 6.4 69.99 60.7 5800.375
30 6.2 73.614 62.7 5905.5
31 6 74.358 65.5 6300.125
32 5.8 75.014 67.9 9480.625
33 5.6 79.487 69.6 6944.375
34 5.4 79.49 71.8 7035.625
35 5.2 82.036 73.5 7146.375
36 5 82.053 75.6 7552.75
37 4.8 84.593 78.3 7674.375
38 4.6 84.988 80 7836.875
39 4.4 87.507 82.1 7964.625
40 4.2 87.809 84.4 8214.625
41 4 90.253 86.3 8314.25
42 3.8 92.512 88.2 8441.5
43 3.6 92.695 89.3 8646.5
44 3.4 95.136 92.6 8917.875
45 3.2 97.498 94.9 9090.875
Tegangan Refernsi Perioda Duty cycle Tegangan Motor Kecepatan Motor
No (V) (µs) (%) (V) (rpm)
46 3 97.559 96.9 9168.625
47 2.8 98.567 97.6 9299.375
47 2.8 99.885 98 9390.625
48 2.6 100 98.4 9480.375
1N4001-1N4007
1N4001 - 1N4007

Features
• Low forward voltage drop.

• High surge current capability.

DO-41
COLOR BAND DENOTES CATHODE

General Purpose Rectifiers (Glass Passivated)


Absolute Maximum Ratings* TA = 25°C unless otherwise noted

Symbol Parameter Value Units


4001 4002 4003 4004 4005 4006 4007
VRRM Peak Repetitive Reverse Voltage 50 100 200 400 600 800 1000 V
IF(AV) Average Rectified Forward Current,
1.0 A
.375 " lead length @ TA = 75°C
IFSM Non-repetitive Peak Forward Surge
Current 30 A
8.3 ms Single Half-Sine-Wave
Tstg Storage Temperature Range -55 to +175 °C
TJ Operating Junction Temperature -55 to +175 °C
*These ratings are limiting values above which the serviceability of any semiconductor device may be impaired.

Thermal Characteristics
Symbol Parameter Value Units
PD Power Dissipation 3.0 W
RθJA Thermal Resistance, Junction to Ambient 50 °C/W

Electrical Characteristics TA = 25°C unless otherwise noted

Symbol Parameter Device Units


4001 4002 4003 4004 4005 4006 4007
VF Forward Voltage @ 1.0 A 1.1 V
Irr Maximum Full Load Reverse Current, Full 30 µA
Cycle TA = 75°C
IR Reverse Current @ rated VR TA = 25°C 5.0 µA
TA = 100°C 500 µA
CT Total Capacitance 15 pF
VR = 4.0 V, f = 1.0 MHz

2001 Fairchild Semiconductor Corporation 1N4001-1N4007, Rev. C


1N4001-1N4007
General Purpose Rectifiers (Glass Passivated)
(continued)

Typical Characteristics
Average Rectified Forward Current, IF [A]

1.6 20
1.4 10

1.2 4

Forward Current, IF [A]


2
1
1
0.8 SINGLE PHASE
HALF WAVE 0.4
0.6 60HZ
RESISTIVE OR
0.2
0.4 INDUCTIVE LOAD 0.1 T J = 25ºC
.375" 9.0 mm LEAD µS
Pulse Width = 300µ
LENGTHS 0.04
0.2 2% Duty Cycle
0.02
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0.01
Ambient Temperature [ºC] 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Forward Voltage, VF [V]
Figure 1. Forward Current Derating Curve
Figure 2. Forward Voltage Characteristics

30 1000
Peak Forward Surge Current, IFSM [A]

24 100 TJ = 150ºC
Reverse Current, IR [mA]

18 10

TJ = 100ºC
12 1

6 0.1 T J = 25ºC

0 0.01
1 2 4 6 8 10 20 40 60 100 0 20 40 60 80 100 120 140
Number of Cycles at 60Hz Percent of Rated Peak Reverse Voltage [%]
Figure 3. Non-Repetitive Surge Current Figure 4. Reverse Current vs Reverse Voltage

2001 Fairchild Semiconductor Corporation 1N4001-1N4007, Rev. C


TRADEMARKS
The following are registered and unregistered trademarks Fairchild Semiconductor owns or is authorized to use and is
not intended to be an exhaustive list of all such trademarks.
ACEx™ FAST  OPTOLOGIC™ SMART START™ VCX™
Bottomless™ FASTr™ OPTOPLANAR™ STAR*POWER™
CoolFET™ FRFET™ PACMAN™ Stealth™
CROSSVOLT™ GlobalOptoisolator™ POP™ SuperSOT™-3
DenseTrench™ GTO™ Power247™ SuperSOT™-6
DOME™ HiSeC™ PowerTrench  SuperSOT™-8
EcoSPARK™ ISOPLANAR™ QFET™ SyncFET™
E2CMOSTM LittleFET™ QS™ TinyLogic™
EnSignaTM MicroFET™ QT Optoelectronics™ TruTranslation™
FACT™ MicroPak™ Quiet Series™ UHC™
FACT Quiet Series™ MICROWIRE™ SILENT SWITCHER  UltraFET 
STAR*POWER is used under license
DISCLAIMER

FAIRCHILD SEMICONDUCTOR RESERVES THE RIGHT TO MAKE CHANGES WITHOUT FURTHER


NOTICE TO ANY PRODUCTS HEREIN TO IMPROVE RELIABILITY, FUNCTION OR DESIGN. FAIRCHILD
DOES NOT ASSUME ANY LIABILITY ARISING OUT OF THE APPLICATION OR USE OF ANY PRODUCT
OR CIRCUIT DESCRIBED HEREIN; NEITHER DOES IT CONVEY ANY LICENSE UNDER ITS PATENT
RIGHTS, NOR THE RIGHTS OF OTHERS.
LIFE SUPPORT POLICY

FAIRCHILD’S PRODUCTS ARE NOT AUTHORIZED FOR USE AS CRITICAL COMPONENTS IN LIFE SUPPORT
DEVICES OR SYSTEMS WITHOUT THE EXPRESS WRITTEN APPROVAL OF FAIRCHILD SEMICONDUCTOR CORPORATION.
As used herein:
1. Life support devices or systems are devices or 2. A critical component is any component of a life
systems which, (a) are intended for surgical implant into support device or system whose failure to perform can
the body, or (b) support or sustain life, or (c) whose be reasonably expected to cause the failure of the life
failure to perform when properly used in accordance support device or system, or to affect its safety or
with instructions for use provided in the labeling, can be effectiveness.
reasonably expected to result in significant injury to the
user.
PRODUCT STATUS DEFINITIONS
Definition of Terms

Datasheet Identification Product Status Definition

Advance Information Formative or This datasheet contains the design specifications for
In Design product development. Specifications may change in
any manner without notice.

Preliminary First Production This datasheet contains preliminary data, and


supplementary data will be published at a later date.
Fairchild Semiconductor reserves the right to make
changes at any time without notice in order to improve
design.

No Identification Needed Full Production This datasheet contains final specifications. Fairchild
Semiconductor reserves the right to make changes at
any time without notice in order to improve design.

Obsolete Not In Production This datasheet contains specifications on a product


that has been discontinued by Fairchild semiconductor.
The datasheet is printed for reference information only.

Rev. H4
This datasheet has been download from:

www.datasheetcatalog.com

Datasheets for electronics components.


1N4728A - 1N4764A Zeners
January 2005

1N4728A - 1N4764A
Zeners

DO-41 Glass case


COLOR BAND DENOTES CATHODE

Absolute Maximum Ratings * Ta = 25°C unless otherwise noted

Symbol Parameter Value Units


PD Power Dissipation 1.0 W
@ TL ≤ 50°C, Lead Length = 3/8”
Derate above 50°C 6.67 mW/°C
TJ, TSTG Operating and Storage Temperature Range -65 to +200 °C
* These ratings are limiting values above which the serviceability of the diode may be impaired.

Electrical Characteristics Ta = 25°C unless otherwise noted

VZ (V) @ IZ (Note 1) Max. Zener Impedance Leakage Current


Test Current
Device ZZ @ I Z ZZK @ IZK IR VR
Min. Typ. Max. IZ (mA)
(Ω) IZK (Ω) (mA) (µA) (V)
1N4728A 3.315 3.3 3.465 76 10 400 1 100 1
1N4729A 3.42 3.6 3.78 69 10 400 1 100 1
1N4730A 3.705 3.9 4.095 64 9 400 1 50 1
1N4731A 4.085 4.3 4.515 58 9 400 1 10 1
1N4732A 4.465 4.7 4.935 53 8 500 1 10 1
1N4733A 4.845 5.1 5.355 49 7 550 1 10 1
1N4734A 5.32 5.6 5.88 45 5 600 1 10 2
1N4735A 5.89 6.2 6.51 41 2 700 1 10 3
1N4736A 6.46 6.8 7.14 37 3.5 700 1 10 4
1N4737A 7.125 7.5 7.875 34 4 700 0.5 10 5
1N4738A 7.79 8.2 8.61 31 4.5 700 0.5 10 6
1N4739A 8.645 9.1 9.555 28 5 700 0.5 10 7
1N4740A 9.5 10 10.5 25 7 700 0.25 10 7.6
1N4741A 10.45 11 11.55 23 8 700 0.25 5 8.4
1N4742A 11.4 12 12.6 21 9 700 0.25 5 9.1
1N4743A 12.35 13 13.65 19 10 700 0.25 5 9.9
1N4744A 14.25 15 15.75 17 14 700 0.25 5 11.4
1N4745A 15.2 16 16.8 15.5 16 700 0.25 5 12.2
1N4746A 17.1 18 18.9 14 20 750 0.25 5 13.7
1N4747A 19 20 21 12.5 22 750 0.25 5 15.2

©2005 Fairchild Semiconductor Corporation 1 www.fairchildsemi.com


1N4728A - 1N4764A Rev. G2
1N4728A - 1N4764A Zeners
Electrical Characteristics TC = 25°C unless otherwise noted

VZ (V) @ IZ (Note 1) Max. Zener Impedance Leakage Current


Test Current
Device ZZ @ IZ ZZK @ IZK IR VR
Min. Typ. Max. IZ (mA)
(Ω) IZK (Ω) (mA) (µA) (V)
1N4748A 20.9 22 23.1 11.5 23 750 0.25 5 16.7
1N4749A 22.8 24 25.2 10.5 25 750 0.25 5 18.2
1N4750A 25.65 27 28.35 9.5 35 750 0.25 5 20.6
1N4751A 28.5 30 31.5 8.5 40 1000 0.25 5 22.8
1N4752A 31.35 33 34.65 7.5 45 1000 0.25 5 25.1
1N4753A 34.2 36 37.8 7 50 1000 0.25 5 27.4
1N4754A 37.05 39 40.95 6.5 60 1000 0.25 5 29.7
1N4755A 40.85 43 45.15 6 70 1500 0.25 5 32.7
1N4756A 44.65 47 49.35 5.5 80 1500 0.25 5 35.8
1N4757A 48.45 51 53.55 5 95 1500 0.25 5 38.8
1N4758A 53.2 56 58.8 4.5 110 2000 0.25 5 42.6
1N4759A 58.9 62 65.1 4 125 2000 0.25 5 47.1
1N4760A 64.6 68 71.4 3.7 150 2000 0.25 5 51.7
1N4761A 71.25 75 78.75 3.3 175 2000 0.25 5 56
1N4762A 77.9 82 86.1 3 200 3000 0.25 5 62.2
1N4763A 86.45 91 95.55 2.8 250 3000 0.25 5 69.2
1N4764A 95 100 105 2.5 350 3000 0.25 5 76
Notes:
1. Zener Voltage (VZ)
The zener voltage is measured with the device junction in the thermal equilibrium at the lead temperature (TL) at 30°C ± 1°C and 3/8” lead length.

2 www.fairchildsemi.com
1N4728A - 1N4764A Rev. G2
1N4728A - 1N4764A Zeners
Top Mark Information
Device Line 1 Line 2 Line 3 Line 4 Line 5
1N4728A LOGO 47 28 A XY
1N4729A LOGO 47 29 A XY
1N4730A LOGO 47 30 A XY
1N4731A LOGO 47 31 A XY
1N4732A LOGO 47 32 A XY
1N4733A LOGO 47 33 A XY
1N4734A LOGO 47 34 A XY
1N4735A LOGO 47 35 A XY
1N4736A LOGO 47 36 A XY
1N4737A LOGO 47 37 A XY
1N4738A LOGO 47 38 A XY
1N4739A LOGO 47 39 A XY
1N4740A LOGO 47 40 A XY
1N4741A LOGO 47 41 A XY
1N4742A LOGO 47 42 A XY
1N4743A LOGO 47 43 A XY
1N4744A LOGO 47 44 A XY
1N4745A LOGO 47 45 A XY
1N4746A LOGO 47 46 A XY
1N4747A LOGO 47 47 A XY
1N4748A LOGO 47 48 A XY
1N4749A LOGO 47 49 A XY
1N4750A LOGO 47 50 A XY
1N4751A LOGO 47 51 A XY
1N4752A LOGO 47 52 A XY
1N4753A LOGO 47 53 A XY
1N4754A LOGO 47 54 A XY
1N4755A LOGO 47 55 A XY
1N4756A LOGO 47 56 A XY
1N4757A LOGO 47 57 A XY
1N4758A LOGO 47 58 A XY
1N4759A LOGO 47 59 A XY
1N4760A LOGO 47 60 A XY
1N4761A LOGO 47 61 A XY
1N4762A LOGO 47 62 A XY
1N4763A LOGO 47 63 A XY
1N4764A LOGO 47 64 A XY

3 www.fairchildsemi.com
1N4728A - 1N4764A Rev. G2
1N4728A - 1N4764A Zeners
Top Mark Information (Continued)

1st line: F - Fairchild Logo


F
47 2nd line: Device Name - 3rd to 4th characters of device name for 1Nxx series
or 4th to 6th characters for BZXyy series

36 3rd line: Device Name - 5th to 6th characters of device name for 1Nxx series
or Voltage rating for BZXyy series
A
4th line: Device Name - 7th to 8th characters of device name for 1Nxx series
or Large Die identification only for BZXyy series
XY 5th line: Date Code - Two Digit - Six Weeks Date Code
F

General Requirements:
1.0 Cathod Band
2.0 First Line: F - Fairchild Logo
3.0 Second Line: Device name - For 1Nxx series: 3rd to 4th characters of the device name.
For BZxx series: 4th to 6th characters of the device name.
4.0 Third Line: Device name - For 1Nxx series: 5th to 6th characters of the device name.
For BZXyy series: Voltage rating
5.0 Third Line: Device name - For 1Nxx series: 7th to 8th characters of the device name.
(the 8th character is the large die identification)
For BZXyy series: Large Die Identification character
6.0 Fourth Line: Date Code - Two Digit - Six Weeks Date Code
Where: X represents the last digit of the calendar year
Y represents the Six weeks numeric code
7.0 Devices shall be marked as required in the device specification (PID or FSC Test Spec).
8.0 Maximum no. of marking lines: 5
9.0 Maximum no. of digits per line: 3
10.0 FSC logo must be 20 % taller than the alphanumeric marking and should occupy the 2 characters of the specified line.
11.0 Marking Font: Arial (Except FSC Logo)
12.0 First character of each marking line must be aligned vertically

4 www.fairchildsemi.com
1N4728A - 1N4764A Rev. G2
1N4728A - 1N4764A Zeners
TRADEMARKS
The following are registered and unregistered trademarks Fairchild Semiconductor owns or is authorized to use and is not intended to
be an exhaustive list of all such trademarks.
ACEx™ FAST® IntelliMAX™ POP™ SPM™
ActiveArray™ FASTr™ ISOPLANAR™ Power247™ Stealth™
Bottomless™ FPS™ LittleFET™ PowerEdge™ SuperFET™
CoolFET™ FRFET™ MICROCOUPLER™ PowerSaver™ SuperSOT™-3
CROSSVOLT™ GlobalOptoisolator™ MicroFET™ PowerTrench® SuperSOT™-6
DOME™ GTO™ MicroPak™ QFET® SuperSOT™-8
EcoSPARK™ HiSeC™ MICROWIRE™ QS™ SyncFET™
E2CMOS™ I2C™ MSX™ QT Optoelectronics™ TinyLogic®
EnSigna™ i-Lo™ MSXPro™ Quiet Series™ TINYOPTO™
FACT™ ImpliedDisconnect™ OCX™ RapidConfigure™ TruTranslation™
FACT Quiet Series™ OCXPro™ RapidConnect™ UHC™
OPTOLOGIC® µSerDes™ UltraFET®
Across the board. Around the world.™
OPTOPLANAR™ SILENT SWITCHER® UniFET™
The Power Franchise®
PACMAN™ SMART START™ VCX™
Programmable Active Droop™

DISCLAIMER
FAIRCHILD SEMICONDUCTOR RESERVES THE RIGHT TO MAKE CHANGES WITHOUT FURTHER NOTICE TO ANY
PRODUCTS HEREIN TO IMPROVE RELIABILITY, FUNCTION OR DESIGN. FAIRCHILD DOES NOT ASSUME ANY LIABILITY
ARISING OUT OF THE APPLICATION OR USE OF ANY PRODUCT OR CIRCUIT DESCRIBED HEREIN; NEITHER DOES IT
CONVEY ANY LICENSE UNDER ITS PATENT RIGHTS, NOR THE RIGHTS OF OTHERS.

LIFE SUPPORT POLICY

FAIRCHILD’S PRODUCTS ARE NOT AUTHORIZED FOR USE AS CRITICAL COMPONENTS IN LIFE SUPPORT DEVICES OR
SYSTEMS WITHOUT THE EXPRESS WRITTEN APPROVAL OF FAIRCHILD SEMICONDUCTOR CORPORATION.
As used herein:
1. Life support devices or systems are devices or systems which, 2. A critical component is any component of a life support device
(a) are intended for surgical implant into the body, or (b) support or system whose failure to perform can be reasonably expected
or sustain life, or (c) whose failure to perform when properly used to cause the failure of the life support device or system, or to
in accordance with instructions for use provided in the labeling, affect its safety or effectiveness.
can be reasonably expected to result in significant injury to the
user.

PRODUCT STATUS DEFINITIONS


Definition of Terms

Datasheet Identification Product Status Definition

Advance Information Formative or In This datasheet contains the design specifications for
Design product development. Specifications may change in
any manner without notice.

Preliminary First Production This datasheet contains preliminary data, and


supplementary data will be published at a later date.
Fairchild Semiconductor reserves the right to make
changes at any time without notice in order to improve
design.

No Identification Needed Full Production This datasheet contains final specifications. Fairchild
Semiconductor reserves the right to make changes at
any time without notice in order to improve design.

Obsolete Not In Production This datasheet contains specifications on a product


that has been discontinued by Fairchild semiconductor.
The datasheet is printed for reference information only.

Rev. I15

5 www.fairchildsemi.com
1N4728A - 1N4764A Rev. G2
This datasheet has been downloaded from:

www.DatasheetCatalog.com

Datasheets for electronic components.


Part Number = 2SC1242
Manufacturer Name = Toshiba
Average Price = 86.08278
Description = Bipolar NPN UHF-Microwave Transisitor
V(BR)CEO (V) = 20
V(BR)CBO (V) = 40
I(C) Abs.(A) Collector Current = 3.0
Absolute Max. Power Diss. (W) = 20
I(CBO) Max. (A) = 100u
h(FE) Min. Static Current Gain = 10
h(FE) Max. Current gain. = 50
@I(C) (A) (Test Condition) = 500m
@V(CE) (V) (Test Condition) = 10
f(T) Min. (Hz) Transition Freq = 350M
Status = Discontinued
Package = StX-M4
Military = N
2SC3039 Silicon Epitaxial Planar Transistor
GENERAL DESCRIPTION
Silicon NPN high frequency, high power transistors
in a plastic envelope, primarily for use in audio and
general purpose

QUICK REFERENCE DATA TO-220

SYMBOL PARAMETER CONDITIONS TYP MAX UNIT


VCESM Collector-emitter voltage peak value VBE = 0V - 500 V
VCEO Collector-emitter voltage (open base) - 300 V
IC Collector current (DC) - 7 A
ICM Collector current peak value - A
Ptot Total power dissipation Tmb 25 - 50 W
VCEsat Collector-emitter saturation voltage IC = 3.0A; IB = 0.3A - 2 V
VF Diode forward voltage IF = 3.0A 1.5 2.0 V
tf Fall time IC=3A,IB1=-IB2=0.3A,VCC=60V 0.4 1.0 s

LIMITING VALUES
SYMBOL PARAMETER CONDITIONS MIN MAX UNIT
VCESM Collector-emitter voltage peak value VBE = 0V - 500 V
VCEO Collector-emitter voltage (open base) - 300 V
VEBO Emitter-base oltage (open colloctor) 5 V
IC Collector current (DC) - 7 A
IB Base current (DC) - 2 A
Ptot Total power dissipation Tmb 25 - 50 W
Tstg Storage temperature -55 150
Tj Junction temperature - 150

ELECTRICAL CHARACTERISTICS
SYMBOL PARAMETER CONDITIONS TYP MAX UNIT
ICBO Collector-base cut-off current VCB=400V - 0.2 mA
IEBO Emitter-base cut-off current VEB=5V - 0.2 mA
V(BR)CEO Collector-emitter breakdown voltage IC=1mA 300 V
VCEsat Collector-emitter saturation voltages IC = 2.0A; IB = 0.5A - 2 V
hFE DC current gain IC = 0.8A; VCE = 5V 15 100
fT Transition frequency at f = 5MHz IC = 1A; VCE = 12V 25 - MHz
Cc Collector capacitance at f = 1MHz VCB = 10V 120 - pF
ton On times IC=3A,IB1=-IB2=0.3A,VCC=60V 1.0 us
ts Tum-off storage time IC=3A,IB1=-IB2=0.3A,VCC=60V 2.5 us
tf Fall time IC=3A,IB1=-IB2=0.3A,VCC=60V 0.4 1.0 us

Wing Shing Computer Components Co., (H.K.)Ltd. Tel:(852)2341 9276 Fax:(852)2797 8153
Homepage: http://www.wingshing.com E-mail: [email protected]
This datasheet has been download from:

www.datasheetcatalog.com

Datasheets for electronics components.


BD677/A/679/A/681
® BD678/A/680/A/682
COMPLEMENTARY SILICON
POWER DARLINGTON TRANSISTORS

■ STMicroelectronics PREFERRED
SALESTYPES
■ COMPLEMENTARY PNP - NPN DEVICES
■ MONOLITHIC DARLINGTON
CONFIGURATION
■ INTEGRATED ANTIPARALLEL
COLLECTOR-EMITTER DIODE

APPLICATION 1
■ LINEAR AND SWITCHING INDUSTRIAL 3
2
EQUIPMENT
SOT-32
DESCRIPTION
The BD677, BD677A, BD679, BD679A and
BD681 are silicon epitaxial-base NPN power
transistors in monolithic Darlington configuration
mounted in Jedec SOT-32 plastic package.
They are intended for use in medium power linar INTERNAL SCHEMATIC DIAGRAM
and switching applications
The complementary PNP types are BD678,
BD678A, BD680, BD680A and BD682
respectively.

R 1 Typ.= 7K Ω R 2 Typ.= 230

ABSOLUTE MAXIMUM RATINGS


Symbol Parameter Value Unit
NPN BD677/A BD679/A BD681
PNP BD678/A BD680/A BD682
V CBO Collector-Base Voltage (I E = 0) 60 80 100 V
V CEO Collector-Emitter Voltage (I B = 0) 60 80 100 V
V EBO Emitter-Base Voltage (I C = 0) 5 V
IC Collector Current 4 A
I CM Collector Peak Current 6 A
IB Base Current 0.1 A
P tot Total Dissipation at T c ≤ 25 o C 40 W
o
T stg Storage Temperature -65 to 150 C
o
Tj Max. Operating Junction Temperature 150 C
For PNP types voltage and current values are negative.

December 2000 1/6


BD677/677A/678/678A/679/679A/680/680A/681/682

THERMAL DATA
o
R thj-case Thermal Resistance Junction-case Max 3.12 C/W
o
R thj-amb Thermal Resistance Junction-ambient Max 100 C/W

ELECTRICAL CHARACTERISTICS (Tcase = 25 oC unless otherwise specified)


Symbol Parameter Test Conditions Min. Typ. Max. Unit
I CBO Collector Cut-off V CE = rated V CBO 0.2 mA
Current (I E = 0) V CE = rated V CBO T C = 100 o C 2 mA
I CEO Collector Cut-off V CE = half rated VCEO 0.5 mA
Current (I B = 0)
I EBO Emitter Cut-off Current V EB = 5 V 2 mA
(I C = 0)
V CEO(sus) ∗ Collector-Emitter I C = 50 mA
Sustaining Voltage for BD677/677A/678/678A 60 V
for BD679/679A/680/680A 80 V
for BD681/682 100 V
V CE(sat) ∗ Collector-Emitter for BD677/678/679/680/681/682
Saturation Voltage I C = 1.5 A I B = 30 mA 2.5 V
for BD677A/678A/679A/680A
IC = 2 A I B = 40 mA 2.8 V
V BE ∗ Base-Emitter Voltage for BD677/678/679/680/681/682
I C = 1.5 A V CE = 3 V 2.5 V
for BD677A/678A/679A/680A
IC = 2 A V CE = 3 V 2.5 V
h FE ∗ DC Current Gain for BD677/678/679/680/681/682
I C = 1.5 A V CE = 3 V 750
for BD677A/678A/679A/680A
IC = 2 A V CE = 3 V 750
h fe Small Signal Current I C = 1.5 A V CE = 3 V f = 1MHz 1
Gain
* Pulsed: Pulse duration = 300 ms, duty cycle 1.5 %

Safe Operating Areas Derating Curve

2/6
BD677/677A/678/678A/679/679A/680/680A/681/682

DC Current Gain (NPN type) DC Current Gain (PNP type)

Collector-Emitter Saturation Voltage (NPN type) Collector-Emitter Saturation Voltage (PNP type)

Base-Emitter Saturation Voltage (NPN type) Base-Emitter Saturation Voltage (PNP type)

3/6
BD677/677A/678/678A/679/679A/680/680A/681/682

Base-Emitter On Voltage (NPN type) Base-Emitter On Voltage (PNP type)

Freewheel Diode Forward Voltage (NPN types) Freewheel Diode Forward Voltage (PNP types)

4/6
BD677/677A/678/678A/679/679A/680/680A/681/682

SOT-32 (TO-126) MECHANICAL DATA

mm inch
DIM.
MIN. TYP. MAX. MIN. TYP. MAX.

A 7.4 7.8 0.291 0.307

B 10.5 10.8 0.413 0.445

b 0.7 0.9 0.028 0.035

b1 0.49 0.75 0.019 0.030

C 2.4 2.7 0.040 0.106

c1 1.0 1.3 0.039 0.050

D 15.4 16.0 0.606 0.629

e 2.2 0.087

e3 4.15 4.65 0.163 0.183

F 3.8 0.150

G 3 3.2 0.118 0.126

H 2.54 0.100

H2

c1

0016114

5/6
BD677/677A/678/678A/679/679A/680/680A/681/682

Information furnished is believed to be accurate and reliable. However, STMicroelectronics assumes no responsibility for the consequences
of use of such information nor for any infringement of patents or other rights of third parties which may result from its use. No license is
granted by implication or otherwise under any patent or patent rights of STMicroelectronics. Specification mentioned in this publication are
subject to change without notice. This publication supersedes and replaces all information previously supplied. STMicroelectronics products
are not authorized for use as critical components in life support devices or systems without express written approval of STMicroelectronics.
The ST logo is a trademark of STMicroelectronics

© 2000 STMicroelectronics – Printed in Italy – All Rights Reserved


STMicroelectronics GROUP OF COMPANIES
Australia - Brazil - China - Finland - France - Germany - Hong Kong - India - Italy - Japan - Malaysia - Malta - Morocco -
Singapore - Spain - Sweden - Switzerland - United Kingdom - U.S.A.

http://www.st.com

6/6
This datasheet has been download from:

www.datasheetcatalog.com

Datasheets for electronics components.


LM78XX Series Voltage Regulators
May 2000

LM78XX
Series Voltage Regulators
General Description put, although this does improve transient response. Input by-
passing is needed only if the regulator is located far from the
The LM78XX series of three terminal regulators is available filter capacitor of the power supply.
with several fixed output voltages making them useful in a
For output voltage other than 5V, 12V and 15V the LM117
wide range of applications. One of these is local on card
series provides an output voltage range from 1.2V to 57V.
regulation, eliminating the distribution problems associated
with single point regulation. The voltages available allow
these regulators to be used in logic systems, instrumenta- Features
tion, HiFi, and other solid state electronic equipment. Al- n Output current in excess of 1A
though designed primarily as fixed voltage regulators these n Internal thermal overload protection
devices can be used with external components to obtain ad- n No external components required
justable voltages and currents.
n Output transistor safe area protection
The LM78XX series is available in an aluminum TO-3 pack- n Internal short circuit current limit
age which will allow over 1.0A load current if adequate heat
n Available in the aluminum TO-3 package
sinking is provided. Current limiting is included to limit the
peak output current to a safe value. Safe area protection for
the output transistor is provided to limit internal power dissi- Voltage Range
pation. If internal power dissipation becomes too high for the
LM7805C 5V
heat sinking provided, the thermal shutdown circuit takes
over preventing the IC from overheating. LM7812C 12V
Considerable effort was expanded to make the LM78XX se- LM7815C 15V
ries of regulators easy to use and minimize the number of
external components. It is not necessary to bypass the out-

Connection Diagrams

Metal Can Package Plastic Package


TO-3 (K) TO-220 (T)
Aluminum

DS007746-3
DS007746-2
Top View
Bottom View Order Number LM7805CT,
Order Number LM7805CK, LM7812CT or LM7815CT
LM7812CK or LM7815CK See NS Package Number T03B
See NS Package Number KC02A

© 2000 National Semiconductor Corporation DS007746 www.national.com


LM78XX
Schematic

DS007746-1

www.national.com 2
LM78XX
Absolute Maximum Ratings (Note 3) Maximum Junction Temperature
If Military/Aerospace specified devices are required, (K Package) 150˚C
please contact the National Semiconductor Sales Office/ (T Package) 150˚C
Distributors for availability and specifications. Storage Temperature Range −65˚C to +150˚C
Input Voltage Lead Temperature (Soldering, 10 sec.)
(VO = 5V, 12V and 15V) 35V TO-3 Package K 300˚C
Internal Power Dissipation (Note 1) Internally Limited TO-220 Package T 230˚C
Operating Temperature Range (TA) 0˚C to +70˚C

Electrical Characteristics LM78XXC (Note 2)


0˚C ≤ TJ ≤ 125˚C unless otherwise noted.
Output Voltage 5V 12V 15V
Input Voltage (unless otherwise noted) 10V 19V 23V Units
Symbol Parameter Conditions Min Typ Max Min Typ Max Min Typ Max
VO Output Voltage Tj = 25˚C, 5 mA ≤ IO ≤ 1A 4.8 5 5.2 11.5 12 12.5 14.4 15 15.6 V
PD ≤ 15W, 5 mA ≤ IO ≤ 1A 4.75 5.25 11.4 12.6 14.25 15.75 V
VMIN ≤ VIN ≤ VMAX (7.5 ≤ VIN ≤ 20) (14.5 ≤ VIN ≤ (17.5 ≤ VIN ≤ V
27) 30)
∆VO Line Regulation IO = 500 Tj = 25˚C 3 50 4 120 4 150 mV
mA
∆VIN (7 ≤ VIN ≤ 25) 14.5 ≤ VIN ≤ 30) (17.5 ≤ VIN ≤ V
30)
0˚C ≤ Tj ≤ +125˚C 50 120 150 mV
∆VIN (8 ≤ VIN ≤ 20) (15 ≤ VIN ≤ 27) (18.5 ≤ VIN ≤ V
30)
IO ≤ 1A Tj = 25˚C 50 120 150 mV
∆VIN (7.5 ≤ VIN ≤ 20) (14.6 ≤ VIN ≤ (17.7 ≤ VIN ≤ V
27) 30)
0˚C ≤ Tj ≤ +125˚C 25 60 75 mV
∆VIN (8 ≤ VIN ≤ 12) (16 ≤ VIN ≤ 22) (20 ≤ VIN ≤ 26) V
∆VO Load Regulation Tj = 25˚C 5 mA ≤ IO ≤ 1.5A 10 50 12 120 12 150 mV
250 mA ≤ IO ≤ 25 60 75 mV
750 mA
5 mA ≤ IO ≤ 1A, 0˚C ≤ Tj ≤ 50 120 150 mV
+125˚C
IQ Quiescent Current IO ≤ 1A Tj = 25˚C 8 8 8 mA
0˚C ≤ Tj ≤ +125˚C 8.5 8.5 8.5 mA
∆IQ Quiescent Current 5 mA ≤ IO ≤ 1A 0.5 0.5 0.5 mA
Change Tj = 25˚C, IO ≤ 1A 1.0 1.0 1.0 mA
VMIN ≤ VIN ≤ VMAX (7.5 ≤ VIN ≤ 20) (14.8 ≤ VIN≤ 27) (17.9 ≤ VIN ≤ V
30)
IO ≤ 500 mA, 0˚C ≤ Tj ≤ +125˚C 1.0 1.0 1.0 mA
VMIN ≤ VIN ≤ VMAX (7 ≤ VIN ≤ 25) (14.5 ≤ VIN≤ 30) (17.5 ≤ VIN ≤ V
30)
VN Output Noise TA =25˚C, 10 Hz ≤ f ≤ 100 kHz 40 75 90 µV
Voltage
Ripple Rejection IO ≤ 1A, Tj = 25˚C 62 80 55 72 54 70 dB
or
f = 120 Hz IO ≤ 500 mA 62 55 54 dB
0˚C ≤ Tj ≤ +125˚C
VMIN ≤ VIN ≤ VMAX (8 ≤ VIN ≤ 18) (15 ≤ VIN ≤ 25) (18.5 ≤ VIN ≤ V
28.5)
RO Dropout Voltage Tj = 25˚C, IOUT = 1A 2.0 2.0 2.0 V
Output Resistance f = 1 kHz 8 18 19 mΩ

3 www.national.com
LM78XX
Electrical Characteristics LM78XXC (Note 2) (Continued)

0˚C ≤ TJ ≤ 125˚C unless otherwise noted.


Output Voltage 5V 12V 15V
Input Voltage (unless otherwise noted) 10V 19V 23V Units
Symbol Parameter Conditions Min Typ Max Min Typ Max Min Typ Max
Short-Circuit Tj = 25˚C 2.1 1.5 1.2 A
Current
Peak Output Tj = 25˚C 2.4 2.4 2.4 A
Current
Average TC of 0˚C ≤ Tj ≤ +125˚C, IO = 5 mA 0.6 1.5 1.8 mV/˚C
VOUT
VIN Input Voltage
Required to Tj = 25˚C, IO ≤ 1A 7.5 14.6 17.7 V
Maintain
Line Regulation
Note 1: Thermal resistance of the TO-3 package (K, KC) is typically 4˚C/W junction to case and 35˚C/W case to ambient. Thermal resistance of the TO-220 package
(T) is typically 4˚C/W junction to case and 50˚C/W case to ambient.
Note 2: All characteristics are measured with capacitor across the input of 0.22 µF, and a capacitor across the output of 0.1µF. All characteristics except noise voltage
and ripple rejection ratio are measured using pulse techniques (tw ≤ 10 ms, duty cycle ≤ 5%). Output voltage changes due to changes in internal temperature must
be taken into account separately.
Note 3: Absolute Maximum Ratings indicate limits beyond which damage to the device may occur. For guaranteed specifications and the test conditions, see Elec-
trical Characteristics.

www.national.com 4
LM78XX
Typical Performance Characteristics
Maximum Average Power Dissipation Maximum Average Power Dissipation

DS007746-5 DS007746-6

Peak Output Current Output Voltage (Normalized to 1V at TJ = 25˚C)

DS007746-7
DS007746-8

Ripple Rejection Ripple Rejection

DS007746-9 DS007746-10

5 www.national.com
LM78XX
Typical Performance Characteristics (Continued)

Output Impedance Dropout Voltage

DS007746-11 DS007746-12

Dropout Characteristics Quiescent Current

DS007746-13 DS007746-14

Quiescent Current

DS007746-15

www.national.com 6
LM78XX
Physical Dimensions inches (millimeters) unless otherwise noted

Aluminum Metal Can Package (KC)


Order Number LM7805CK, LM7812CK or LM7815CK
NS Package Number KC02A

7 www.national.com
LM78XX Series Voltage Regulators
Physical Dimensions inches (millimeters) unless otherwise noted (Continued)

TO-220 Package (T)


Order Number LM7805CT, LM7812CT or LM7815CT
NS Package Number T03B

LIFE SUPPORT POLICY


NATIONAL’S PRODUCTS ARE NOT AUTHORIZED FOR USE AS CRITICAL COMPONENTS IN LIFE SUPPORT
DEVICES OR SYSTEMS WITHOUT THE EXPRESS WRITTEN APPROVAL OF THE PRESIDENT AND GENERAL
COUNSEL OF NATIONAL SEMICONDUCTOR CORPORATION. As used herein:
1. Life support devices or systems are devices or 2. A critical component is any component of a life
systems which, (a) are intended for surgical implant support device or system whose failure to perform
into the body, or (b) support or sustain life, and can be reasonably expected to cause the failure of
whose failure to perform when properly used in the life support device or system, or to affect its
accordance with instructions for use provided in the safety or effectiveness.
labeling, can be reasonably expected to result in a
significant injury to the user.
National Semiconductor National Semiconductor National Semiconductor National Semiconductor
Corporation Europe Asia Pacific Customer Japan Ltd.
Americas Fax: +49 (0) 180-530 85 86 Response Group Tel: 81-3-5639-7560
Tel: 1-800-272-9959 Email: [email protected] Tel: 65-2544466 Fax: 81-3-5639-7507
Fax: 1-800-737-7018 Deutsch Tel: +49 (0) 69 9508 6208 Fax: 65-2504466
Email: [email protected] English Tel: +44 (0) 870 24 0 2171 Email: [email protected]
www.national.com Français Tel: +33 (0) 1 41 91 8790

National does not assume any responsibility for use of any circuitry described, no circuit patent licenses are implied and National reserves the right at any time without notice to change said circuitry and specifications.
TL074
TL074A - TL074B
LOW NOISE J-FET QUAD OPERATIONAL AMPLIFIERS

■ WIDE COMMON-MODE (UP TO VCC+) AND


DIFFERENTIAL VOLTAGE RANGE
■ LOW INPUT BIAS AND OFFSET CURRENT
■ LOW NOISE en = 15nV/√Hz (typ)
■ OUTPUT SHORT-CIRCUIT PROTECTION
N
■ HIGH INPUT IMPEDANCE J–FET INPUT DIP14
STAGE (Plastic Package)
■ LOW HARMONIC DISTORTION : 0.01% (typ)
■ INTERNAL FREQUENCY COMPENSATION
■ LATCH UP FREE OPERATION
■ HIGH SLEW RATE : 13V/µs (typ)
D
SO14
(Plastic Micropackage)

ORDER CODE
DESCRIPTION
Package
The TL074, TL074A and TL074B are high speed Part Number Temperature Range
N D
J–FET input quad operational amplifiers incorpo-
TL074M/AM/BM -55°C, +125°C • •
rating well matched, high voltage J–FET and bipo-
TL074I/AI/BI -40°C, +105°C • •
lar transistors in a monolithic integrated circuit.
TL074C/AC/BC 0°C, +70°C • •
The devices feature high slew rates, low input bias Example : TL074IN
and offset currents, and low offset voltage temper-
N = Dual in Line Package (DIP)
ature coefficient. D = Small Outline Package (SO) - also available in Tape & Reel (DT)

PIN CONNECTIONS (top view)

Output 1 1 14 Output 4

Inverting Input 1 2 - - 13 Inverting Input 4

Non-inverting Input 1 3 + + 12 Non-inverting Input 4

VCC + 4 11 VCC -

Non-inverting Input 2 5 + + 10 Non-inverting Input 3

Inverting Input 2 6 - - 9 Inverting Input 3

Output 2 7 8 Output 3

March 2001 1/11


TL074- TL074A - TL074B

SCHEMATIC DIAGRAM

VCC

N on- i nver t ing


i nput
I nver t ing
input
1 0 0Ω
2 0 0Ω
Output

1 0 0Ω 1/4 TL074
30k

8.2k

1.3k 35k 1.3k 35k 1 0 0Ω

VCC

ABSOLUTE MAXIMUM RATINGS


Symbol Parameter TL074M, AM, BM TL074I, AI, BI TL074C, AC, BC Unit
VCC Supply voltage - note 1) ±18 V
Vi Input Voltage - note 2) ±15 V
Vid Differential Input Voltage - note 3) ±30 V
Ptot Power Dissipation 680 mW
Output Short-circuit Duration - note 4) Infinite
Toper Operating Free-air Temperature Range -55 to +125 -40 to +105 0 to +70 °C
Tstg Storage Temperature Range -65 to +150 °C
1. All voltage values, except differential voltage, are with respect to the zero reference level (ground) of the supply voltages where the zero reference
level is the midpoint between VCC + and VCC -.
2. The magnitude of the input voltage must never exceed the magnitude of the supply voltage or 15 volts, whichever is less.
3. Differential voltages are the non-inverting input terminal with respect to the inverting input terminal.
4. The output may be shorted to ground or to either supply. Temperature and/or supply voltages must be limited to ensure that the dissipation rating
is not exceeded

2/11
TL074 - TL074A - TL074B

ELECTRICAL CHARACTERISTICS
VCC = ±15V, Tamb = +25°C (unless otherwise specified)
TL074I,M,AC,AI,AM,
TL074C
Symbol Parameter BC,BI,BM Unit
Min. Typ. Max. Min. Typ. Max.
Input Offset Voltage (Rs = 50Ω) mV
Tamb = +25°C TL074 3 10 3 10
TL074A 3 6
Vio TL074B 1 3
Tmin ≤ Tamb ≤ Tmax TL074 13 13
TL074A 7
TL074B 5
DV io Input Offset Voltage Drift 10 10 µV/°C
Input Offset Current - note 1)
Iio Tamb = +25°C 5 100 5 100 pA
Tmin ≤ T amb ≤ T max 4 10 nA
Input Bias Current -note 1
Iib Tamb = +25°C 20 200 30 200 pA
Tmin ≤ Tamb ≤ Tmax 20 20 nA
Large Signal Voltage Gain (R L = 2kΩ, Vo = ±10V) V/mV
Avd Tamb = +25°C 50 200 25 200
Tmin ≤ Tamb ≤ Tmax 25 15
Supply Voltage Rejection Ratio (RS = 50Ω) dB
SVR Tamb = +25°C 80 86 70 86
Tmin ≤ T amb ≤ Tmax 80 70
Supply Current, no load, per amplifier mA
ICC Tamb = +25°C 1.4 2.5 1.4 2.5
Tmin ≤ T amb ≤ T max 2.5 2.5

V icm ±11 +15 ±11 +15 V


Input Common Mode Voltage Range
-12 -12
Common Mode Rejection Ratio (RS = 50Ω) dB
CMR Tamb = +25°C 80 86 70 86
T min ≤ Tamb ≤ Tmax 80 70
Output Short-circuit Current mA
Ios Tamb = +25°C 10 40 60 10 40 60
Tmin ≤ Tamb ≤ Tmax 10 60 10 60
Output Voltage Swing V
Tamb = +25°C RL = 2kΩ 10 12 10 12
±Vopp RL = 10kΩ 12 13.5 12 13.5
Tmin ≤ T amb ≤ T max RL = 2kΩ 10 10
RL = 10kΩ 12 12
Slew Rate (Tamb = +25°C) V/µs
SR
Vin = 10V, RL = 2kΩ, CL = 100pF, unity gain 8 13 8 13

tr
Rise Time (Tamb = +25°C) µs
Vin = 20mV, RL = 2kΩ, C L = 100pF, unity gain 0.1 0.1
Overshoot (Tamb = +25°C) %
Kov
Vin = 20mV, RL = 2kΩ, C L = 100pF, unity gain 10 10
Gain Bandwidth Product (Tamb = +25°C) MHz
GBP
Vin = 10mV, R L = 2kΩ, CL = 100pF, f= 100kHz 2 3 2 3
Ri Input Resistance 1012 1012 Ω

3/11
TL074- TL074A - TL074B

TL074I,M,AC,AI,AM,
TL074C
Symbol Parameter BC,BI,BM Unit
Min. Typ. Max. Min. Typ. Max.
Total Harmonic Distortion (Tamb = +25°C)
%
THD f= 1kHz, R L = 2kΩ,CL = 100pF, A v = 20dB,
0.01 0.01
Vo = 2V pp
Equivalent Input Noise Voltage nV
en ------------
R S = 100Ω, f = 1KHz 15 15 Hz
∅m Phase Margin 45 45 degrees
Channel separation dB
Vo1/Vo2
Av = 100 120 120
1. The input bias currents are junction leakage currents which approximately double for every 10°C increase in the junction temperature.

4/11
TL074 - TL074A - TL074B

MAXIMUM PEAK-TO-PEAK OUTPUT MAXIMUM PEAK-TO-PEAK OUTPUT


VOLTAGE versus FREQUENCY VOLTAGE versus FREQUENCY

MAXIMUM PEAK-TO-PEAK OUTPUT MAXIMUM PEAK-TO-PEAK OUTPUT


VOLTAGE versus FREQUENCY VOLTAGE versus FREE AIR TEMP.

MAXIMUM PEAK-TO-PEAK OUTPUT MAXIMUM PEAK-TO-PEAK OUTPUT


VOLTAGE versus LOAD RESISTANCE VOLTAGE versus SUPPLY VOLTAGE

30
MAXIMUM PEAK-TO-PEAKOUTPUT

RL = 10 kΩ
25
Tamb = +25°C
20
VOLTAGE (V)

15

10

0 2 4 6 8 10 12 14 16
SUPPLY VOLTAGE ( V)

5/11
TL074- TL074A - TL074B

INPUT BIAS CURRENT versus FREE AIR LARGE SIGNAL DIFFERENTIAL VOLTAGE
TEMPERATURE AMPLIFICATION versus FREE AIR TEMP.

100 1000
V CC = 15V
400
INPUT BIAS CURRENT (nA)

10 200

DIFFERENTIAL VOLTAGE
AMPLIFICATION (V/V)
100

1 40
20
10 V CC = 15V
0.1 VO = 10V
4
2 R = 2k Ω
L

0.01 1
-75 -50 -25 0 25 50 75 100 125
-50 -25 0 25 50 75 100 125
TEMPERATURE (°C)
TEMPERATURE (°C)

LARGE SIGNAL DIFFERENTIAL VOLTAGE TOTAL POWER DISSIPATION versus FREE AIR
AMPLIFICATION AND PHASE SHIFT versus TEMPERATURE
FREQUENCY

250
DIFFERENTIAL VOLTAGE

100
AMPLIFICATION (V/V)

225 VCC = 15V


TOTAL POWER DISSIPATION(mW)

DIFFERENTIAL 180
VOLTAGE 200 No signal
PHASE SHIFT AMPLIFICATION
(right s ca le) (left scale) 175 No load
150
10 90
125
R = 2 kΩ 100
L
C L = 1 00p F 75
1 V CC = 15 V 0 50
T amb = +125 C 25

100 1K 10K 10 0K 1M 10M 0


-75 -50 -25 0 25 50 75 100 125
FREQUENCY (Hz)
TEMPERATURE (°C)

SUPPLY CURRENT PER AMPLIFIER versus COMMON MODE REJECTION RATIO versus
FREE AIR TEMPERATURE FREE AIR TEMPERATURE

2.0 89
1.8 V CC = 15V R L = 10 kΩ
COMMON MODE MODE REJECTION

1.6 No signal 88
V C C= 15V
SUPPLY CURRENT (mA)

1.4 No load
87
1.2
RATIO (dB)

1.0 86
0.8
0.6 85

0.4
84
0.2
0 83
-75 -50 -25 0 25 50 75 100 125
-75 -50 -25 0 25 50 75 100 125
TEMPERATURE (°C)
TEMPERATURE (°C)

6/11
TL074 - TL074A - TL074B

VOLTAGE FOLLOWER LARGE SIGNAL PULSE OUTPUT VOLTAGE versus ELAPSED TIME
RESPONSE

28
INPUT AND OUTPUT VOLTAGES

6
24
4 OUTPUT OVERSHOOT

OUTPUT VOLTAGE (mV)


INPUT 20 90%

2 16
(V)

0 12
VCC= 15V
8
-2 R L = 2 kΩ V = 15V
CC
C L= 100pF 4 R L = 2k Ω
-4 10%
Ta mb = +25 C 0 Tamb = +25°C
-6 t r
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 -4
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
TIME (µs ) TIME ( µs)

EQUIVALENT INPUT NOISE VOLTAGE versus TOTAL HARMONIC DISTORTION versus


FREQUENCY FREQUENCY

70 1
VCC = 15V V VCC = = 15V15V
TOTAL HARMONIC DISTORTION

60 CC
A = 10 0.4
EQUIVALENT INPUT NOISE

V AAV V= =11
50 R S = 100 Ω VV
VOLTAGE (nV/VHz)

O (rms)
O
= 6V
(rms) = 6V
0.1
T amb = +25°C
40 T amb
T amb= =
+25°C
+25°C
0.04
(%)

30

20 0.01

0.004
10

0 0.001
10 40 100 400 1k 4k 10k 40k 100k 100 400 1k 4k 10k 40k 100k
FREQUENCY (Hz) FREQUENCY (Hz)

7/11
TL074- TL074A - TL074B

PARAMETER MEASUREMENT INFORMATION

Figure 1 : Voltage Follower Figure 2 : Gain-of-10 Inverting Amplifier

10k Ω

1k Ω
eI -
1/4
TL074 eo

RL CL = 100pF

TYPICAL APPLICATIONS
AUDIO DISTRIBUTION AMPLIFIER

fO = 100 kHz

1/4
Output A
1M Ω T L074

1/4 -
1 µF T L074
1/4
Input TL074
Output B

100k Ω 100k Ω
100k Ω
V CC+
1OO µF -
100k Ω
1/4
Output C
T L074

8/11
TL074 - TL074A - TL074B

TYPICAL APPLICATIONS (continued)

POSITIVE FEEDBACK BANDPASS FILTER

16 k Ω 16 k Ω

22 0p F 2 20 pF

43 k Ω 43 k Ω

43 k Ω 30k Ω 43 k Ω 30 k Ω
Input - -

22 0p F 1/4 1/4 43 k Ω
- 22 0p F -
TL 07 4 TL 07 4
43 k Ω 1/4 1/4
TL 07 4 TL 07 4
Output B
1.5 k Ω 1 .5 k Ω

Ground
Output A

OUTPUT A OUTPUT B

SECOND ORDER BANDPASS FILT ER CASCADED BANDPASS FILTE R


fo = 100kHz; Q = 30; Gain = 16 fo = 100kHz; Q = 69; Gain = 16

9/11
TL074- TL074A - TL074B

PACKAGE MECHANICAL DATA


14 PINS - PLASTIC DIP

Millimeters Inches
Dim.
Min. Typ. Max. Min. Typ. Max.
a1 0.51 0.020
B 1.39 1.65 0.055 0.065
b 0.5 0.020
b1 0.25 0.010
D 20 0.787
E 8.5 0.335
e 2.54 0.100
e3 15.24 0.600
F 7.1 0.280
i 5.1 0.201
L 3.3 0.130
Z 1.27 2.54 0.050 0.100

10/11
TL074 - TL074A - TL074B

PACKAGE MECHANICAL DATA


14 PINS - PLASTIC MICROPACKAGE (SO)

L G
c1

C
a2
A
b e

b1
a1
s
e3 E

D
M

14 8

F
1 7

Millimeters Inches
Dim.
Min. Typ. Max. Min. Typ. Max.
A 1.75 0.069
a1 0.1 0.2 0.004 0.008
a2 1.6 0.063
b 0.35 0.46 0.014 0.018
b1 0.19 0.25 0.007 0.010
C 0.5 0.020
c1 45° (typ.)
D (1) 8.55 8.75 0.336 0.344
E 5.8 6.2 0.228 0.244
e 1.27 0.050
e3 7.62 0.300
F (1) 3.8 4.0 0.150 0.157
G 4.6 5.3 0.181 0.208
L 0.5 1.27 0.020 0.050
M 0.68 0.027
S 8° (max.)
Note : (1) D and F do not include mold flash or protrusions - Mold flash or protrusions shall not exceed 0.15mm (.066 inc) ONLY FOR DATA BOOK.

Information furnished is believed to be accurate and reliable. However, STMicroelectronics assumes no responsibility for the consequences
of use of such information nor for any infringement of patents or other rights of third parties which may result from its use. No license is granted
by implication or otherwise under any patent or patent rights of STMicroelectronics. Specifications mentioned in this publication are subject
to change without notice. This publication supersedes and replaces all information previously supplied. STMicroelectronics products are not
authorized for use as critical components in life support devices or systems without express written approval of STMicroelectronics.
 The ST logo is a registered trademark of STMicroelectronics

 2001 STMicroelectronics - Printed in Italy - All Rights Reserved


STMicroelectronics GROUP OF COMPANIES
Australia - Brazil - China - Finland - France - Germany - Hong Kong - India - Italy - Japan - Malaysia - Malta - Morocco
Singapore - Spain - Sweden - Switzerland - United Kingdom
 http://www.st.com

11/11
This datasheet has been download from:

www.datasheetcatalog.com

Datasheets for electronics components.

Anda mungkin juga menyukai