Bab 2 Konsep BBLR
Bab 2 Konsep BBLR
Bab 2 Konsep BBLR
TINJAUAN TEORI
1. Definisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang saat
dilahirkan memiliki berat badan senilai < 2500 gram tanpa menilai masa gestasi
(Sholeh, 2014).
Pada tahun 1961 oleh World Health Organization (WHO) semua bayi yang
telah lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth
Weight Infants atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Banyak yang masih beranggapan apabila BBLR hanya terjadi pada bayi
prematur atau bayi tidak cukup bulan. Tapi, BBLR tidak hanya bisa terjadi pada
bayi prematur, bisa juga terjadi pada bayi cukup bulan yang mengalami proses
hambatan dalam pertumbuhannya selama kehamilan (Profil Kesehatan Dasar
Indonesia, 2014).
2. Etiology BBLR
Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan faktor fetus. Etiologi
dari maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan IUGR (Intrauterine
Growth Restriction). Yang termasuk prematur dari faktor maternal yaitu
Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi, penggunaan obat, KPD, polihidramnion,
iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta previa, solusio plasenta, inkompeten
serviks, atau malformasi uterin. Sedangkan yang termasuk IUGR (Intrauterine
Growth Restriction) dari faktor maternal yaitu Anemia, hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit kronis, atau pecandu alcohol atau narkortika. Selain etiologi dari faktor
maternal juga ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk prematur dari faktor
fetus yaitu Gestasi multipel atau malformasi. Sedangkan, yang termasuk IUGR
(Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus yaitu Gangguan kromosom,
infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau gestasi multipel (Bansal,
Agrawal, dan Sukumaran, 2013).
Selain itu ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi dengan berat
badan lahir rendah atau biasa disebut BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
a. Factor ibu
1) Usia
Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR lebih
tinggi terjadi pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%) dibandingkan
dengan yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
WHO yaitu usia yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat usia
reproduksi, hamil dan melahirkan.
1) Parietal
Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak empat
atau lebih) lebih berisiko untuk melahirkan anak BBLR, itu
dikarenakan setiap proses kehamilan dan persalinan meyebabkan
trauma fisik dan psikis, semakin banyak trauma yang ditinggalkan
akan menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan persalinan
berikutnya.
2) Gizi
Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil menyebabkan persalinan
sulit/lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), serta perdarahan
setelah persalinan. Ibu yang memiliki gizi kurang saat hamil juga lebih
berisiko mengalami keguguran, bayi lahir cacat dan bayi lahir dengan
berat badan yang kurang.
3) Jarak kehamilan
Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun
berisiko lebih besar melahirkan anak BBLR di bandingkan dengan ibu
yang memiliki jarak kelahiran > 2 tahun, itu dikarenakan pola hidup,
belum menggunakan alat kontrasepsi dan ibu tidak melakukan
pemeriksaan dengan rutin.
4) Pola hidup
Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi
alkohol dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan
aliran darah umbilikal sehingga pertumbuhan janin akan mengalami
gangguan dan menyebabkan anak lahir dengan BBLR.
b. Faktor kehamilan
1) Eklampsia / Pre-eklampsia.
2) Ketuban Pecah dini.
3) Perdarahan Antepartum.
4) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
5) Faktor Janin
6) Cacat bawaan (kelainan kongenital).
7) Infeksi dalam rahim.
3. Klasifikasi BBLR
Menurut Cutland, Lackritz, Mallett-Moore, Bardají, Chandrasekaran,
Lahariya, Nisar, Tapia, Pathirana, Kochhar & Muñoz (2017) dalam
mengelompokkan bayi BBLR ada beberapa cara yaitu:
a. Berdasarkan harapan hidupnya:
1) Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR).
2) Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR).
3) Bayi dengan berat lahir < 1000 gram adalah bayi berat lahir ekstrim rendah
(BBLR).
b. Berdasarkan masa gestasinya:
1) Prematuritas Murni Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu atau
biasa disebut neonatus dengan berat normal ketika lahir. Dapat disebut
BBLR jika berat lahirnya antara 1500 – 2500 gram.
2) Dismaturitas Bayi dengan berat badan lahir tidak normal atau kecil ketika
dalam masa kehamilan.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis atau biasa disebut gambaran klinis biasanya digunakan
untuk menggambarkan sesuatu kejadian yang sedang terjadi. Manifestasi klinis
dari BBLR dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan dismaturitas.
Manifestasi klinis dari premataturitas yaitu :
a. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
d. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
e. Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
f. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
g. Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
h. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis kelamin
perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki belum turunnya
testis.
i. Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami hipotonik.
j. Menangis dan lemah.
k. Pernapasan kurang teratur.
l. Sering terjadi serangan apnea.
m. Refleks tonik leher masih lemah.
n. Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna (Saputra, 2014).
5. Komplikasi BBLR
a. Hipotermi
Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh
pada bayi baru lahir belum matang.adapun ciri-ciri mengalami hipotermi
adalah suhu tubuh < 32 0 C, mengantuk dan sukar dibangunkan, menangis
sangat lemah, seluruh tubuh dingin, pernafasan tidak teratur.
b. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makaan otak dan membawa oksigen ke otak.
Jika asupan glukosa ini kurang mempenagruhi kecerdasan otak
c. Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G,
maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sangup membentuk anti
bodi dan daya fagositisis serta reaksi terhadap infeksi belum baik, karena
sistem kekebalan bayi belum matang
d. Sindroma Gangguan Pernafasan
Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah perkembangan imatur
pada sistem pernafasan atau tidak adekuat jumlah surfaktan pada paru-paru
Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR (masa gestasi pendek) adalah
penyakit membran hialin, dimana angka kematian ini menurun dengan
meningkatnya umur kehamilan.
e. Masalah Eliminasi Kerja ginjal masih belum matang.
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air belum
sempurna. Ginjal yang imatur baik secara anatomis dan fungsinya.
f. Gangguan Pencernaan Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi
sempurna sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik.
Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah.
6. Penatalaksanaan BBLR
a. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Bayi premature akan cepatmengalami kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan
baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relative luas. Oleh karena
itu bayi premature harus dirawat di dalam incubator, sehingga panas badannya
mendekati rahim. Bila belum memiliki incubator, bayi premature dapat
dibungkus dengan kain dan di sampingnya di taruh botol yang berisi air panas
atau menggunakan metode kanguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti
bayi kanguru dalam kantung ibunya (Proverawati, 2010)
b. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi Pengaturan dan pengawasan intake
nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan
jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu
Ibu ) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap. Permulaan
pemberian cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kg/BB/hari. Cara pemberian
makanan BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah
terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus (Proverawati.dkk,
2010).
c. Pencegahan Infeksi Infeksi adalah masuk bibit penyakit atau kuman dalam
keadaan tubuh khususnya mikroba. BBLR sangat mudah mendapatkan infeksi.
Rentan terhadap infeksi dikarenakan oleh kadar immunoglobulin serum pada
BBLR masih rendah. BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi
dalam bentuk apapun. Fungsi perawatan disini adalah memberikan
perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu bayi
BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka
tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptis dan antiseptic alat-
alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat
pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama,
mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat (Sudarti,
2012).
d. Penimbangan Berat Badan Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi
atau nutrisi bayi oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
e. Pemberian Oksigen Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi preterm akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi diberikan
sekitar 30%-35% dengan mengunakan head box. Konsentrasi O2 yang tinggi
dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
f. Kenaikan berat badan pada bayi Bayi BBLR
Bayi BBLR dengan berat badan <1500 gram akan mengalami kehilangan
berat badan 15% selama 7-10 hari pertama. Berat lahir biasanya tercapai
kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan. Kenaikan berat badan bayi
BBLR dengan berat badan <1500 gram adalah 150-200 gram seminggu
(misalnya 20-30 gram/hari) (Sudarti, 2012) .
g. Pengawasan jalan nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakea, bronkeolus,
bronchioles respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambatnya
jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian.
Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi
selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi
BBLR beresiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga
tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari
plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera
setelah lahir ( aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang
pernafasan dengan menepuk atau menjetik tumit. Bila tindakan ini gagal,
dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian
oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan
tindakan ini dicegah sekaligusmengatasi asfiksia sehingga memperkecil
kematian bayi BBLR ( Verawati, 2010).
7. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang
terutama pada bayi BBLR Prematur
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena
target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas
permukaan tubuh tidak sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada
jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan
kalori
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi (2015) pemeriksaan
penunjang bayi BLLR antara lain :
a. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic perinatal.
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebih ).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata
– rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
f. Pemeriksaan analisa gas darah
1. PENGKAJIAN
Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup Riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik dan laboratorium serta informasi dari
tim kesehatan serta keluarga klien, yang meliputi :
a. Biodata: Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada
umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa bayi BBLR.
b. Keluhan Utama : Pada klien BBLR yang tampak yaitu BBL kurang dari 2500
gram.
c. Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang dirasakan klien sampai di rawat di
Rumah Sakit atau perjalanan penyakit.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan: Bagaimana proses persalinan, apakah spontan,
premature, aterm, letak bayi belakang kaki atau sungsang.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan lemah, bayi
terlihat kecil, pergerakan masih kurang dan lemah, BB <2500 gram,
dan tangisan masih lemah.
2) Tanda-tanda Vital
Pada umunya suhu tubuh mudah terjadi hipotermi
3) Pemeriksaan fisik Head To Toe
a) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor
masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih
bergerak. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
b) Rambut
Inpeksi: lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau bercabang
dan halus atau kasar.
Palpasi: mudah rontok atau tidak
c) Mata
Inpeksi: biasanya kunjungtiva dan scklera berwana normal,
lihat reflek kedip baik atau tidak, terdapat radang atau tidak dan
pupil isokor. Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.
d) Hidung
Inpeksi: biasanya terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat
sekret berlebih dan terpasang O2
Palpasi: adanya nyeri tekan dan benjolan
e) Mulut dan faring
Inspeksi: pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir
kering, dan pucat
f) Telinga
Inpeksi: adanya kotoran atau cairan dan baigaimana bentuk
tulang rawanya.
Palpasi: adanya respon nyeri pada daun telinga.
g) Thorax
Inspeksi : Nafas cepat dan tarikan dada bagian bawah ke dalam.
Pada lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
Auskultasi : Adanya stridor atau wreezing menunjukkan tanda
bahaya
h) Abdomen
Inpeksi: lihat kesimetrisan dan adanya pembesaran abdomen
Palpasi: adanya nyeri tekan dan pembesaran abdomen
i) Kulit dan kelamin
Inspeksi : pada kulit terlihat keriput, tipis, penuh lanugo, pada
dahi, pelipis, telinga, dan lengan, terlihat hanya sedikit lemak
jaringan. Pertumbuhan genetalia belum sempurna.
Palpasi : pada bayi laki – laki testis belum turun, sedangkan
pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol (labia
mayora belum menutup labia minora)..
j) Muskuloskeletal
Inspeksi : tumit terlihat mengkilap, dan telapak kaki teraba
halus, tonus otot masih lemah sehingga bayi kurang aktif dan
pergerakkannya lemah, tubuhnya kurang berisi ototnya lembek,
dan kulitnyapun terlihat keriput dan tipis
Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan
f. Neurology atau reflek
1) Reflek Morrow :
Reflek morrow adalah timbul oleh rangsangan
mendadak/mengejutkan. Bayi akan mengembangkan tangannya ke samping
dan melebarkan jari-jari kemudian tangannya ditarik kembali dengan cepat.
Reflek ini akan mereda 1 atau 2 minggu dan hilang setelah 6 bulan.
2) Reflek Rooting (reflek mencari)
Kepala bayi akan berpaling memutar kea rah asupan dan mencari
puttng susu dengan bibirnya. Reflek ini berlanjut sementara bayi masih
menyusu dan menghilang setelah 3- 4 bulan.
3) Reflek Menghisap ( Sucking )
Ditimbulkan oleh rangsangan pada daerah mulut atau pipi bayi dengan
puting/jari tangan. Bibir bayi akan maju ke depan dan lidah melingkar
kedalam untuk menyedot. Menghilang saat bayi berusia 2-3 bulan.
4) Reflek Menggenggam
Reflek menggenggam timbul bila kita menggoreskan jari melalui
bagian dalam atau meletakkan jari kita pada telapak tangan bayi. Jarijari bayi
akan melingkar ke dalam seolah memegangi suatu benda dengan kuat. Reflek
ini menghilang umur 3-4 bulan.
5) Tonic Neck Reflek
Tonic neck reflek merupakan reflek mempertahankan posisi
leher/kepala. Timbul bila kita membaringkan bayi secara terlentang. Kepala
bayi akan berpaling ke salah satu sisi sementara ia berbaring terlentang.
Lengan pada sisi kemana kepalanya berpaling akan terlentang lurus keluar,
sedangkan tangan lainnya dilipat. Reflek ini sangat nyata pada 2-3 bulan dan
hilang sekitar 4 bulan.
6) Reflek Gallant
Reflek gallant ditimbulkan dengan menggosok satu sisi punggung
sepanjang garis paravertebratal 2-3 cm dari garis tengah mulai dari bahu
hingga bokong. Reflek ini secara normal akan hilang setelah 2-3 bulan.
7) Stepping Reflek
Stepping reflek akan timbul ketika kita memegangi bayi pada posisi
berdiri dan sedikit menekan. Bayi akan mengangkat kakinya secara bergantian
seakan-akan berjalan. Reflek ini terlihat setelah 1 minggu dan akan
menghilang setelah 2 bulan.
8) Swallowing Reflek
Swallowing reflek adalah reflek gerakan menelan bendabenda yang
didekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan makanan ada secara
permainan tapi berubah sesuai pengalaman. Terjadi mulai : usia 0-3 bulan,
penyebab : ada benda yang masuk ke mulutnya, maka akan segera dia hisap,
lalu dia telan. Reflek ini tidak akan hilang, namun leat usia 3 bulan bayi sudah
menghisap secara sadar. Waspada jika tidak ada reflek, kemungkinan ada
kelainan pada susunan ketika kita memasukkan puting susu atau dot dan bayi
mulai menghisap kemudian menelan.
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan adalah cara mengidentifikasi,memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko
tinggi.Diagnosa keperawatan dalam NANDA (2015) yang mungkin muncul pada
kasus Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah yaitu :
a. Keidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan
dan penurunan ekspansi paru atau kelelahan.
b. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan
mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan adalah prekripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan
dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.tindakan keperawatan
dipilih untuk membantu klien dalam mencapai hasil klien diharapkan dan tujuan
pemulangan (Doenges,2012).
a. Keidakefektifan pola nafas berhungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan dan
penurunan ekspansi paru atau kelelahan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan,pola nafas menjadi efektif
Kriteria hasil : Neonatus akan mempertahankan pola pernafasan
periodik,membrane mukosa merah muda.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi dan pola pernafasan,perhatikan adaya apnea dan perubahan
frekuensi jantung
Rasional : membantu dalam membedakan periode perputaran pernafasan
normal dari serangan apnetik sejati,terutama sering terjadi pada gestasi
minggu ke-30
2) Bersihkan jalan nafas sesuai kebutuhan Rasional : menghilangkan Sekret yang
menyumbat jalan napas
3) Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok
dibawah bahu untuk menghasilkan hiperekstensi
Rasional : posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode
apnea,khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau
hiperkapnea
4) Tinjauan ulang riwayat terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi
pernapasan pada bayi
Rasional : magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan
aktivitas susunan saraf pusat (SSP).
5) Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi
Rasional : perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernafasan
6) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi,seperti berikut :
a) Natrium bikarbonat
Rasional : memperbaiki asidosis
b) Antibiotik
Rasional : mengatasi infeksi pernafasan dan sepsis
c) Aminopilin
Rasional : dapat meningkatkan aktivitas pusat pernapasan dan menurunkan
sensitivitas terhadap CO2,menurunkan frekuensi apnea.
b. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan
mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.
Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal dan tidak hipotermi
kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,2.
Intervensi :
1) Rawat bayi dalam incubator bersuhu 32 - 35
Rasional : mempertahankan suhu tubuh bayi
2) Pertahankan suhu lingkungan yang adekuat
Rasional : agar tidak terjadi kehilangan panas yang berlebihan
3) Hindari bayi dimandikan
Rasional : memandikan bayi dengan hipotermi membahayakan
4) Monitor suhu tubuh setiap jam Rasional : mengetahui perkembangan/keadaan
bayi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna
Tujuan : Kebutuhan nutrisi kurang dapat terpenuhi
kriteria hasil : Turgor kulit membaik, BAB dan BAK lancer
Intervensi :
1) Observasi intake dan output setiap hari
Rasional : Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan
kebutuhan nutrisi
2) Monitor berat badan setiap hari
Rasional : membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik
3) Kolaborasi pemberian infus
Rasional : ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan
bayi.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
Tujuan : Imunne Status,Knowledge : infection control, risk control
kriteria hasil :
1) Bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3) Jumlah leukosit dalam batas normal
4) Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
e. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah disusun, dimana tindakan keperawatan memenuhi klien
sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai dengan baik. Hal ini terlaksana karena
adanya kerjasama yang baik dan partisipasi klien, keluarga dan keperawatan suatu
tim medis lainnya.
f. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.(Hidayat,2011) tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemapuan klien dalam mencapai tujuan.hal ini dapat
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan
1) Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
2) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan)