LP BBLR

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BBLR


(BERAT BADAN LAHIR RENDAH)

YUNI MAULIDDINI HADI

5022031128

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
2022/2023
A. Definisi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu
kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).

Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20


minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

B. Klasifikasi

Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara


mengelompokan bayi BBLR, yaitu:
1. Menurut harapan hidupnya:
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir 1.500-2.500 gram
b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.500 gram.
c. Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.000 gram
2. Menurut Gestasinya :
a. Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya
berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan.
b. DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan di karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan.

C. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010), yaitu:
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia,
infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex
virus), danpenyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah
kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari
1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

c. Keadaan sosial ekonomi


1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan
antenatal yang kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah.
2. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi
janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan
kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion,
plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat
tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan
berat badan rendah mempunyai ciri-ciri:

1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu


2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
4. Kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30 cm.
5. Rambut lanugo masih banyak
6. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
7. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
8. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
9. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum
turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang
(pada bayi laki-laki)
10. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah
11. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
12. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot
dan jaringan lemak masih kurang
13. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.

E. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin
tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada
masalah gizi.
1. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam
tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti
zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu
terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai
potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain.
Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur.
2. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi
aterm.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan,
koordinasi antara refleks hisap dan menelan belum berkembang
dengan baik sampai kehamilan 32 34 minggu, padahal bayi BBLR
kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya
lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
4. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan
kebutuhan kalori yang meningkat.
5. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah
kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori
G. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan
sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan
badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati
dalam rahim.
2. Nutrisi atau ASI
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
3. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih
kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh
karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau
BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
4. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim
hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak
dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus
dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka
warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
6. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin.
Pada penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam
4 jam bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam
inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat


dilakukan antara lain :

1. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang


menggambarkan reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek
pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi itu
prematuritas atau maturitas
2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
merupakan tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat
kurang yang lupa mens terakhirnya.
3. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
I. Pathway
KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Biodata
b. Keluhan Utama
Mengangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan
atau suhu tubuh rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37
minggu, berat badan kurang atau sama dengan 2.500gram.
apgar skor pada 1-5 menit, 0 sampai 3 menunjukan
kegawatan yang parah,4 - 6 kegawatan sedang dan 7 – 10
normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memiliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda, ,
hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti
DM,TB Paru,Tumor kandungan kista hipertensi.
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung
kurang, daya absorbsi kurang atau lemah sehingga
kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar
adalah mekonium, produksi urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum

a) Kesadaran compos mentis


b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian
menurun sampai 120- 140X/menit

c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun


sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan fisik

a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan


irama jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit,
bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi
sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill
(kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau
cembung, penggunaan otot aksesoris, cuping
hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi
pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen
(lingkar perut bertambah, kulit mengkilat),
peristaltik usus, muntah (jumlah, warna,
konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks
menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia,
hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan
PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan
bayi, refleks moro, menghisap, mengenggam,
plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi,
ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon
pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh
dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila,
suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi,
tanda lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur dan
turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau
kurang dari 2500 gram, panjang badan sama
dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala
sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada
sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar
lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis,
halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki
skrotum belum berkembang, tidak menggantung
dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit
1 dan ke 5, kulitkeriput.
ANALISA DATA
No Data Analisa data dan Diagnosa
patoflow keperawatan
1 DataSubjektif: Factor kehamilan Pola nafas tidak
- Dispepsia efektif
Bayi lahir dengann BB
- Ortopnea rendah
Data Objektif :
- Penggunaan otot bantu Pengaturan pernafasan
pernafasan belum sempurna
- Fase ekspirasi memnajang
Surtakan paru-paru
- Pola nafas abnormal masih kurang
- Pernafasan pursed-lip
Kompine paru
- Diameter thoraks anterior- menurun
posterior meningkat
Ventilasi menurun
- Ventilasi semenit menurun
- Pernafasan cuping hidung
- Kapasitas vital menurun
Sesak

- Tekanan ekspirasi menurun


- Tekanan inspirasi menurun Pola nafas tidak
- Ekskurasi dada berubah efektif
2 Faktor Risiko : Bayi lahir dengan BB Resiko
- Penyakit kronis rendah infeksi

- Efek prosedur invasive


- Malnutrisi Penurunan system
imun
- Peningkatan paparan
mikrooganisme
- Ketidakadekuatan
- pertahanan tubuh primer Rentan terjadi infeksi
- Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder
Resiko infeksi
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil/Tujuan INTERVENSI AKTIVITAS
(SLKI) (SIKI) (SIKI)
Pola napas tidak efektif b,d Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan nafas Observasi
imaturitas neurologis dibuktikan keperawatan selama 3x24 jam  Memonitor pola napas
dengan : diharapkan Pola napas membaik, (Frekuensi, kedalaman,
DS : dengan kriteria hasil: usaha napas)
 Dispnea
1) Dispnea menurun  Memonitor bunyi napas
DO : 2) Penggunaan otot bantu
 Memonitor sputum
 Penggunaan otot bantu pernapasan menurun
(jumalh, warna, aroma)
pernapasan 3) Pemanjangan ekspirasi
menurun Terapeutik
 Fase ekspirasi
4) Pernafasan cuping hidng  Mempertahankan
memanjang
menurun kepatenan jalan napas
Pola napas abnormal (mis. 5) Frekuensi napas membaik
Takipnea, bradipnea,  Melakukan penghisapan

hiperventilasi, dsb lender kurang dari 15


detik

 Melakukan
hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotakreal

Resiko infeksi b.d imunologi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi parental Observasi
keperawatan selama 3x24 jam  Identifikasi indikasi
diharapkan resiko infeksi pemberian nutrisi
membaik, dengan kriteria hasil: parental

1. Berat badan meningkat


 Monitor reaksi alergi
 Monitor asupan nutrisi
2. Panjang badan
 Monitor terjadinya
meningkat
komplikasi
3. Premturitas membaik Terapeutik
 Hitung kebutuhan
4. Proses tumbuh kembang
kalori
membaik
 Berikan nutrisi
1. parental, sesuai
indikasi
 Atur kecepatan
pemberian infus
dengan tepat
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemberian
nutrisi parental
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemasangan akses vena
sentral, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai