1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Perbedaan Tingkat Stres Kerja ditinjau dari Penggunaan Strategi Coping Stress pada Sales di PT.

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA DITINJAU DARI PENGGUNAAN STRATEGI COPING STRESS
PADA SALES DI PT. X

Wahyu Fajar Bahari


Jurusan Psikologi, FIP, Unesa, email: [email protected]

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat stress kerja ditinjau dari penggunaan strategi
coping stress pada sales di PT. X. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif komparasi dengan
teknik analisa independent sample t-test.. Jumlah subjek penelitian sebanyak 231 orang yang dipilih dengan
menggunakan teknik sampel populasi. Instrumen yang digunakan untuk pengujian pada penelitian ini
adalah skala psikologi, yang terdiri dari skala stres kerja dan skala strategi coping stress. Skala strategi
coping stress yang merupakan modifikasi dari skala strategi coping yang mengadopsi teori Lazarus. Skala
stres kerja disusun berdasarkan gejala dan indikator yang dikemukakan Robbins. Uji hipotesis
menunjukkan terdapat perbedaan, dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (0.000<0.05) sehingga
berdasarkan syarat pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres kerja
ditinjau dari penggunaan strategi coping stress pada sales di PT. X.
Kata Kunci: Stres Kerja, Strategi Coping Stress.

Abstract
This research aims to determine the difference in occupational stress levels are reviewed from the use of a
stress coping with strategy in sales at PT. X. The research method used is quantitative comparison with
independent sample T-Test.. The number of research subjects as many as 231 people were selected using
the population sample technique. The instrument used for testing on this research is the psychology scale,
which consists of scale work stress and a scale of coping with stress strategies. The scale of the coping with
stress strategy was a modification of the scale of coping with strategies that adopted Lazarus theory. Work
stress scales are based on symptoms and indicators expressed by Robbins. The hypothesis test indicates
there is a difference, with a significance value of 0.000 (0.000 < 0.05) so that based on the test conditions it
can be concluded that there is a difference in occupational stress levels reviewed from the use of coping
with strategies Stress on sales at PT. X.
Keyword: Work Stress, Coping Stress Strategy.

PENDAHULUAN halnya dengan sisi psikologis seseorang, keadaan


Sumber daya manusia merupakan unsur utama psikologis dapat mempengaruhi kinerja seseorang.
dalam organisasi yang berperan penting dalam Menjadi bagian penting ketika pikiran seseorang tidak
menjalankan roda kehidupan organisasi, pertumbuhan terfokus pada masalah-masalah dalam lingkungan
dan perkembangan suatu organisasi tergantung pada pekerjaannya, salah satunya adalah stres kerja, sehingga
peran yang dilakukan oleh anggota organisasi. kinerja seseorang tidak menurun. Apabila kondisi
Perusahaan sebagai organisasi yang memiliki tujuan yang tersebut dapat tercapai, maka diharapkan produktivitas
diusahakan bersama karyawan sebagai anggota organisasi perusahaan akan meningkat.
sekaligus sebagai sumber daya yang memiliki nilai Sebuah perusahaan dalam proses mencapai
tertinggi bagi organisasi, maka penting bagi perusahaan keberhasilannya harus memiliki individu-individu dengan
untuk memperhatikan karyawan sebagai manusia dan kompetensi unggul, yang bersedia bekerja pada saat dan
bukan sebagai alat pencapai tujuan semata, perhatian tempat yang tepat. Sales, modal dan teknologi merupakan
tersebut bisa dalam bentuk kesejahteraan secara materil kebutuhan dasar bagi berkembangnya suatu perusahaan
atau non materil. Allen (As’ad, 2009) menyatakan bahwa dalam menciptakan suatu kualitas produk, hal tersebut
sebaik apapun organisasi direncanakan dan diawasi, juga berlaku bagi perusahaan khusunya bidang
namun apabila sumber daya manusiaanya tidak Sales/penjualan.
menjalankan minat dan gembira maka suatu organisasi Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dicari
tidak akan mencapai hasil yang sebenarnya dapat dicapai. kendala-kendala yang menghambat, salah satunya adalah
Kondisi fisik yang baik dapat mendukung seseorang stres kerja. Seiring dengan persaingan perusahaan yang
menjalankan pekerjaan dengan baik pula. Demikian semakin berkembang dan menuntut kinerja yang semakin

1
Volume 06. Nomor 03 (2019). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

maksimal, sangat berpengaruh besar pada stres kerja. kreativitas dalam situasi kompetitif. Jenis stres kerja yang
Perusahaan-perusahaan dihadapkan pada mayoritas kerja kedua ialah Distress, merupakan akibat negatif yang
yang penuh dengan stres. Pada kenyataannya banyak merugikan misalnya perasaan bosan, frustasi, kecewa,
sales yang sering mengalami beberapa kondisi yang tidak kelelahan fisik, gangguan tidur, mudah marah, sering
sesuai dengan apa yang diharapkan dalam ruang lingkup melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul sikap
pekerjaannya. Hal ini dapat disebabkan karena adanya keragu-raguan, menurunnya motivasi, meningkatnya
serangkaian tuntutan yang berkaitan dengan pekerjaan absensi, serta timbulnya sikap apatis.
seperti beban kerja yang berlebihan, keterbatasan waktu, Robbins (1996) mendefinisikan bahwa stres kerja
adanya konflik peran, hubungan yang kurang harmonis merupakan beban kerja yang berlebihan, perasaan sulit
dengan rekan kerja, perubahan gaya manajerial yang dan ketegangan emosional yang menghambat
kurang sesuai dan hal lain yang dapat menyebabkan performansi individu. Stres kerja dapat membuat individu
seseorang merasa tertekan sehingga secara potensial mengalami nervous, merasakan kecemasan yang kronis,
dapat memicu timbulnya stres kerja pada sales. Stres peningkatan ketegangan pada emosi, proses berpikir dan
kerja merupakan suatu kondisi dimana seorang sales kondisi fisik individu (Rizkiyani & Saragih, 2012). Hal
dihadapkan dengan tuntutan, hambatan, peluang dan tersebut dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
tantangan yang berbeda atau tidak sesuai dengan kondisi PT. X adalah salah satu perusahaan ritel terbesar di
yang diharapkan sehingga dapat mempengaruhi kondisi Indonesia yang didirikan pada tahun 1990 dengan kantor
fisik dan mentalnya serta dapat berakibat baik maupun pusat perusahaan yang berlokasi di Jakarta, yang diakui
kurang baik bagi dirinya maupun lingkungan organisasi sebagai salah satu pengecer terkemuka di Indonesia. PT.
(perusahaan). Oleh karena itu, keberadaan stres kerja X adalah perusahaan yang membawahi berbagai macam
harus disadari oleh sales dan perusahaan agar dapat supermarket dan restaurant kota-kota besar di Indonesia,
diketahui apa yang membuat sales stres dilingkungan beberapa diantaranya ada di kota Surabaya. Salah satunya
kerjanya. adalah sebuah Department Store yang terletak di salah
Perhatian khusus terkait stres kerja merupakan satu Mall besar di Kawasan Surabaya Barat, yang
sebuah fenomena psikologis yang dapat terjadi oleh merupakan tempat pusat belanja dengan pengalaman
setiap pekerja dalam segala bidang pekerjaan. Robbins yang nyaman dan fantastis yang menawarkan berbagai
(1996) mendefinisikan bahwa stres kerja merupakan macam produk baik dari lokal dan internasional
beban kerja yang berlebihan, perasaan sulit dan termasuk: kosmetik, wewangian, busana pria dan wanita
ketegangan emosional yang menghambat performansi serta mode anak-anak & aksesoris dan peralatan rumah
individu. Dari pengertian tersebut, stres kerja merupakan tangga.
salah satu hal yang bisa memicu timbulnya masalah Scherer dan Brodzinski mendefinisikan stres
dalam perusahaan dan menuntut penanganan serius, sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya yang
karena dikhawatirkan mempengaruhi produktivitas. disebabkan karena perubahan fisik maupun psikologi
Robbins (1996) mengungkapkan bahwa dari hasil sebuah akibat dari deviasi dari keadaan normal (Davidson,
survey pada 600 pekerja di Amerika, 276 orang 2006). Stres dapat terjadi karena faktor internal maupun
mengatakan bahwa pekerjaan mereka sangat penuh eksternal. Faktor eksternal seperti tingkat penerangan
dengan stres dan 204 orang mengatakan bahwa stres yang yang rendah atau ventilasi yang kurang, sedangkan faktor
mereka alami terlalu buruk dan mendorong mereka untuk internal seperti sikap individu dan kepribadian.
berhenti bekerja. Fenomena terkait stres kerja perlu Karakteristik pekerjaan menyebabkan stres kerja
diperhatikan oleh perusahaan, sebab kesejahteraan sales memiliki banyak variasi dan dimensi. Dengan
secara psikologis akan berdampak pada sikap yang mempertimbangkan adanya pengaruh potensial dari
cenderung positif sehingga secara masif sales akan perubahan-perubahan organisasi dan struktur organisasi
beranggapan bahwa tekanan adalah tantangan yang harus ada beberapa tekanan-tekanan pekerjaan yang lebih
diselesaikan. umum dialami, yaitu: konflik peran, ambiguitas peran,
Quick dan Quick (dalam Almasitoh, 2011) beban kerja yang berlebihan, tekanan waktu, dan
mengkategorikan jenis stres menjadi dua yaitu yang kurangnya dukungan sosial.
pertama adalah Eustress, merupakan akibat positif yang Tekanan peran dalam terjadi bila dua aspek
ditimbulkan oleh stres yang berupa timbulnya rasa pekerjaan tidak sesuai satu sama lain, yaitu ketika
gembira, perasaan bangga, menerima suatu hal sebagai kombinasi pengharapan seseorang dan permintaan yang
tantangan, merasa cakap dan mampu melakukan berbagai menjadi tuntutan organisasi menghasilkan tekanan.
hal, meningkatnya motivasi untuk berprestasi, semangat Karyawan yang mengalami konflik peran yang tinggi
kerja tinggi, produktivitas tinggi, timbul harapan untuk menyatakan tegangan lebih besar pada pekerjaan,
dapat memenuhi tuntutan pekerjaan, serta meningkatnya

2
Perbedaan Tingkat Stres Kerja ditinjau dari Penggunaan Strategi Coping Stress pada Sales di PT. X

kepuasan kerja lebih rendah, konflik pribadi, dan citra Berdasarkan penjelasan di atas maka muncul
pribadi yang buruk. pertanyaan Apakah terdapat Perbedaan Tingkat Stres
Beban kerja yang berlebihan adalah tekanan yang Kerja ditinjau dari Strategi Coping Stres pada Sales di
membuat seseorang merasa tidak sabar, tergesa-gesa, dan PT. X? Mengacu pada pertanyaan tersebut maka peneliti
perasaan bahwa ia tidak melakukan apapun atau dia harus tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
menyelesaikan semua pekerjaan hanya dalam sehari. “Perbedaan Tingkat Stres Kerja ditinjau dari Strategi
Kelebihan kerja kuantitatif ketika seorang individu tidak Coping Stress pada Sales di PT. X”.
memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
yang menumpuk. Sedangkan kelebihan kerja kualitatif METODE
adalah munculnya perasaan tidak mampu untuk Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,
menyelesaikan semua pekerjaan tanpa melihat waktu dengan rancangan penelitian berupa analisis komparatif
yang tersedia. kausal. Analisis komparatif kausal merupakan bentuk
Kondisi perusahaan berdasarkan observasi dan analisis variabel (data) penelitian yang bertujuan untuk
wawancara peneliti saat melaksanakan penelitian menguji dan membandingkan dua/lebih kelompok dalam
pendahuluan menunjukkan bahwa saat ini sales memiliki satu atau lebih variabel (Purwanto, 2010).
berbagai macam permasalahan. Di satu sisi sales dituntut Populasi pada penelitian ini adalah seluruh sales di
untuk mampu bersaing di dalam lingkungan perusahaan PT. X dengan jumlah 231 orang sales. Teknik
dan mampu mewujudkan tujuan yang ingin dicapai oleh pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
perusahaan. Di sisi lain sales menghadapi banyak menggunakan teknik nonprobability sampling.
permasalahan maupun kendala yang menimbulkan stres Pengambilan jumlah sampel menggunakan jenis teknik
yang berasal dari lingkungan kerja. Lingkungan sosial sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua dari
ketika Sales harus menghadapi konsumen dengan jumlah populasi yang ada yaitu 231 sales.
berbagai macam karakter, ada yang mudah menerima dan Instrument yang digunakan dalam penelitian ini
tak sedikit pula menolak. Selain itu bagi sales wanita adalah dengan menggunakan skala stres kerja, dan skala
ketika menawarkan produk ke pasaran merasa tidak strategi coping stress dengan menggunakan model skala
nyaman karena mendapat gangguan dari calon konsumen likert.
pria yang sering menggoda. Masalah lain adalah Penelitian ini menggunakan teknik analisis
perbedaan pendapat antara rekan kerja, ditolak oleh independent t-test yang bertujuan untuk menguji dan
customer, kerjasama yang kurang baik antara sales baik membandingkan dua atau lebih kelompok dalam satu
dengan sesama sales dan bagian lain, tekanan-tekanan atau lebih variabel yaitu variabel stres kerja dan strategi
kerja yang berkaitan dengan pencapaian target, terjadinya coping stres.
kecelakaan kerja dan kerja yang lebih berat.
Permasalahan lain yang berkaitan dan berpengaruh HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan kenyamanan kerja adalah masalah gaji atau Pengujian hipotesis menggunakan uji Independent
kesejahteraan, kejenuhan juga dirasakan sales ketika t test pada ketiga data variabel penelitian menunjukkan
berada di toko walaupun menurutnya tempat yang ideal hasil p hitung = 0,000. Karena p hitung lebih kecil
dan nyaman adalah di dalam toko. Ketidakpuasan dan daripada p tabel (p<0,05) maka hipotesis dalam penelitian
perasaan iri juga muncul ketika rekan sales ada yang ini diterima. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat
mampu memenuhi target bahkan over target. perbedaan stres kerja ditinjau dari penggunaan strategi
Setiap individu mengalami stres kerja dikarenakan coping stres pada Sales PT. X.
terdapat stimulus (stressor), stimulus tersebut dapat Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat
menimbulkan perubahan atau masalah dan memerlukan perbedaan stres kerja di tinjau dari strategi coping stres
cara menyelesaikannya atau cara untuk menyesuaikan pada sales PT. X, dapat dikatakan bahwa hipotesis dalam
kondisi sehingga individu dapat menjadi lebih baik atau penelitian ini diterima, karena (p < 0,05).
adaptif (Keliat, 1991). Dalam kondisi yang tertekan, Berkenaan dengan variabel yang diteliti, Luthans
profesi sales slalu berusaha untuk beradaptasi dan (dalam Harrisma & Witjaksono, 2013) mendefinisikan
menyelesaikan masalahnya yaitu target dengan stres kerja sebagai respon adaptif yang dihubungkan oleh
melakukan coping. Penggunaan dan pemilihan strategi perbedaan individu dan atau proses psikologi yang
coping oleh sales, baik yang berorientasi pada masalah merupakan tuntutan atau fisik yang berlebihan pada
(problem-focused coping) maupun strategi coping yang seseorang.
berorientasi pada emosi (emotion-focus coping) Mangkunegara (dalam Harrisma & Witjaksono,
bergantung pada pengalaman. 2013) mendefinisikan stres kerja sebagai perasaan
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi

3
Volume 06. Nomor 03 (2019). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

pekerjaan. Gibson (dalam Harrisma & Witjaksono, 2013) Yang terakhir ialah faktor individu yang meliputi
juga mengemukakan bahwa stres kerja merupakan suatu masalah keluarga, masalah ekonomi, masalah
tanggapan penyesuaian diperantarai perbedaan individu kepribadian dan sebagainya. Faktor individu berkaitan
akibat dari setiap tindakan, situasi atau peristiwa yang dengan masalah-masalah pribadi diluar lingkup pekerjaan
menetapkan permintaan psikologi atau fisik yang yang memberikan tekanan psikologis, yang akan
berlebihan pada individu. berdampak pada masalah dalam lingkup pekerjaan.
Handoko (2008) menyatakan bahwa stres kerja Masalah individu juga menjadi salah satu penyebab tidak
merupakan suatu kondisi ketegangan yang kondusifnya lingkungan sales, hal ini dikarenakan sistem
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi kerja sales yang berorientasi pada tim, ada individu yang
seseorang. stres yang terlalu besar dapat mengancam menjadi tulang punggung tim, ada individu yang hanya
kemampuan individu dalam menghadapi lingkungan, ikut, ada individu yang suka, dan ada individu yang tidak
yang akhirnya mengganggu pelaksanaan tugas-tugasnya suka dengan rekan kerja sesama. Hal tersebut berkaitan
dalam melakukan pekerjaan. dengan masalah personality masing-masing sales.
Stres kerja dipicu oleh berbagai faktor. Robbins Mangkunegara (Tunjungsari, 2011) berpendapat
(1996) memaparkan beberapa faktor yang dapat bahwa penyebab stres kerja antara lain meliputi beban
menyebabkan individu mengalami stres kerja, fakotr kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang
pertama adalah faktor lingkungan meliputi ketidakpastian mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim
ekonomi, ketidakpastian politik, dan ketidakpastian kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai,
teknologi serta hal lainnya. yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja,
Sales yang mendapati faktor lingkungan sebagai perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin yang
faktor penyebab stres kerja ini berkaitan dengan frustasi dalam pekerjaan.
lingkungan pekerjaan, ketidakpastian ekonomi dirasakan Coping merupakan suatu proses yang dilakukan
sebagai gaji pokok tidak lebih besar dari bonus yang setiap waktu dalam lingkungan keluarga, lingkungan
diterima, sehingga apabila sales tidak mencapai target kerja, sekolah maupun masyarakat. Coping digunakan
yang ditetapkan perusahaan ketidak pastian pendapatan seseorang untuk mengatasi stres dan hambatan–hambatan
yang diperoleh menjadi salah satu faktor penyebab stres, yang dialami. Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino ;
kemudian ketidak pastian politik ini berkaitan dengan 1997) mengartikan coping adalah suatu proses dimana
persaingan dalam karir yang cenderung dirasa keras dan individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi
saling menjatuhkan di antara sales-sales yang lain, selain antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan
itu kondisi persaingan di dalam mendapatkan konsumen mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut. Sedangkan
juga sering dirasakan sebagai bentuk persaingan, apabila (dalam Smet 1994 ; 143) Lazarus dan Folkman
sales di hadapkan pada produk yang sama namun mendefinisikan coping sebagai sesuatu proses dimana
berbeda brand, seringkali hal tersebut menjadi situasi individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara
hubungan dengan rekan kerja yang lain menjadi kurang tuntutan-tuntutan, baik itu tuntutan yang berasal dari
kondusif, saling berebut pelangggan merupakan hal yang individu maupun yang berasal dari lingkungan dengan
sering terjadi di dunia pemasaran. sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam
Lalu selanjutnya adalah faktor organisasi, meliputi menghadapi stres.
permintaan tugas, permintaan peran, permintaan Rasmun mengatakan bahwa coping adalah dimana
interpersonal kepuasan, struktur organisasi, seseorang yang mengalami stres atau ketegangan
kepemimpinan, tahap hidup organisasi dan lain psikologis dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-
sebagainya. Faktor organisasi dalam dunia sales hari yang memerlukan kemampuan pribadi maupun
terangkum dalam tuntutan pekerjan, personality atasan, dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stres
dan tipe kepemimpinan yang dirasa menekan yang yang dihadapinya. Dengan kata lain, coping adalah
diterapkankan oleh manajemen perusahaan, sales yang proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan
memiliki sifat keras akan cenderung memiliki rasa situasi stresful. Coping tersebut adalah merupakan respon
oposisi dengan manajemen khususnya pada atasan, sales individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik
cenderung memiliki pemikiran sendiri, bagaimana cara fisik maupun psikologis. (Rasmun, 2004 ; 29).
dia bekerja dan harapan bagaimana cara mereka Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa
diperlakukan oleh manajemen, aturan-aturan yang pemilihan dan penggunaan strategi coping stres yang
mengikat cenderung membuat sales memiliki pemikiran berbeda, menyebabkan tingkat stres kerja yang berbeda
untuk melakukan agresi meski terkadang hanya dalam pula pada sales di PT. X. Menurut Lazarus dan Folkman
pemikiran sales. (dalam Chamberlain dan Lyons, 2006) individu dapat
menggunakan baik problem-focused coping maupun

4
Perbedaan Tingkat Stres Kerja ditinjau dari Penggunaan Strategi Coping Stress pada Sales di PT. X

emotion-focused coping dalam situasi yang penuh Sales PT. X yang menggunakan strategi coping
tekanan, akan tetapi bagaimanapun juga lingkungan pada yang efektif dapat meminimalisasi masalah yang
situasi tersebut memberikan kontribusi pada menyebabkan stres kerja. Rivai dan Sagala (2009)
kecenderungan strategi coping yang akan digunakan mengatakan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi
individu dan efektivitasnya. Park, dkk (dalam Bartram, ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir,
2008) menambahkan bahwa baik problem-focused coping dan kondisi seorang karyawan. Coping adalah mediator
dan emotion-focused coping memiliki potensi bersifat dari tuntutan pekerjaan dan pekerja (Rijk et al dalam
adaptif pada situasi stres, jika strategi coping yang Rodrigues dan Chaves, 2006). Smith dkk (dalam Taylor
digunakan sesuai, maka individu memiliki simptoms 2006) menambahkan ada hubungan penggunaan strategi
psikologis yang lebih rendah daripada penggunaan coping dengan kemampuan beradaptasi pada jadwal shift
strategi koping yang tidak sesuai. Strategi coping yang dan penggunaan strategi coping yang efektif dapat
sesuai dan efektif pada situasi yang dialami sales di PT. membantu sales mengurangi gangguan-gangguan yang
X dapat membantu sales menyelesaikan masalahnya dialami.
sehingga memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan Sales di PT. X membutuhkan strategi coping yang
sebaliknya strategi koping yang tidak efektif hanya akan efektif dalam mengurangi gangguan-gangguan yang
meningkatkan stres kerja. Perbedaan rata-rata stres kerja timbul dan pada penelitian ini penggunaan problem-
pada kelompok strategi coping menunjukkan bahwa focused coping merupakan strategi coping efektif dan
kecenderungan penggunaan strategi coping yang adaptif dalam situasi yang dialami oleh sales di PT. X
berorientasi pada masalah (problem- focused coping) dibandingkan dengan penggunaan emotional-focused
secara umum bersifat lebih adaptif dan efektif pada coping.
situasi stres yang dialami sales di PT. X daripada strategi Hasil analisis deskriptif tersebut dapat pula
coping yang berorientasi pada emosi (emotion-focused menjawab fenomena stres kerja pada sales yang ada di
coping). PT. X, yang berkaitan dengan rendahnya kontribusi
Perbedaan skor stres kerja pada kelompok penjualan. Serta fenomena sales yang memilih resign
problem-focused coping dan kelompok emotional- dengan masa kerja yang sebentar.
focused coping juga menunjukkan perbedaan pada
tingkat stres kerja antara kedua kelompok. Jaengsawang PENUTUP
(2007) menyatakan bahwa problem-focused coping dapat Simpulan
membantu individu bekerja secara lebih efisien di dalam Berdasarkan hasil analisis Pengujian hipotesis
situasi yang penuh tekanan. Jaengsawang (2007) menggunakan uji Independent T-Test menunjukkan hasil
menambahkan bahwa dengan menggunakan problem- p hitung sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga berdasarkan
focused coping, individu dapat menyelesaikan masalah syarat pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang dihadapinya secara langsung sehingga memudahkan terdapat perbedaan tingkat stres kerja ditinjau dari
individu untuk melewati rintangan yang dihadapi dan penggunaan strategi coping stress pada sales di PT. X.
meraih tujuan. Perbedaan tingkat stres kerja pada
kelompok strategi coping, yaitu tingkat stres kerja yang Saran
lebih rendah pada kelompok problem-focused coping 1. Bagi PT. X
menunjukkan bahwa problem-focused coping merupakan Bagi perusahaan di harapkan bisa mendapatkan
strategi coping yang adaptif dan membantu individu gambaran terkait bagaimana kecenderungan karyawan
menyelesaikan masalah secara lebih efisien pada situasi bagian sales menghadapi tekanan khususnya tentang
yang dialami sales di PT. X. respon secara psikologis ketika seorang sales di
Efektifitas strategi coping yang digunakan sales hadapkan pada tuntutan dan beban kerja yang kemudian
juga dipengaruhi kondisi dan penyebab stres itu sendiri. akan memunculkan stres kerja, sehingga perusahaan
Menurut Taylor (2006), masalah yang berhubungan bisa memberikan kebijakan baik itu dalam bentuk
dengan pekerjaan membawa individu melakukan strategi kegiatan atau peraturan dalam rangka melatih
coping yang berorientasi pada masalah misalnya, manajemen stres bagi karyawan.
melakukan tindakan langsung atau meminta bantuan pada Selain itu juga Perusahaan dapat memberikan
orang lain. Bartram (2008) mengatakan bahwa strategi informasi terkait strategi coping stres yang efektif yang
coping yang berorientasi pada masalah (problem-focused dapat digunakan dalam situasi stres kerja yang rendah
coping) akan adaptif digunakan pada situasi yang bisa pada bagian marketing di PT. X adalah penggunaan
dirubah dan dapat dikontrol misalnya dalam memecahkan strategi coping yang berorientasi pada masalah
masalah yang terjadi di masa yang akan datang (problem-focused coping). Perusahaan dapat
memberikan pelatihan strategi coping sebagai

5
Volume 06. Nomor 03 (2019). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

sosialisasi agar lebih menarik. Perusahaan juga Kepuasan Kerja. Jurnal Ilmu Manajemen, 1(2),
sebaiknya melakukan tindakan-tindakan yang 650-662.
kooperatif pada usaha penyelesaian masalah yang
dilakukan oleh sales, misalnya memberikan sosialisasi Jaengsawang, Thammanananthika, Sanprasit, Yongyut.,
mengenai pemecahaan masalah yang berhubungan Thummapun, Polrapee. 2007. The Influence of Job
dengan pekerjaan, mencari informasi mengenai masalah Stress and Coping Strategies on the Work
yang memungkinkan terjadinya stres kerja misalnya; Efficiency of Call Center Employees at
jadwal shift, dan memberikan ruang bagi sales yang Telecommunication Company, The Journal of
ingin berkonsultasi dan berdiskusi mengenai masalah Behavioral Science.Vol.2 No.1 11-22
secara terbuka.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Keliat, B.A. 1999. Penta laksanaan Stress. Jakarta:
Penelitian ini hanya menekankan pada variabel Penerbit Buku Kedokteran; EGC.
stres kerja dan strategi coping stres saja, sehingga tidak
semua faktor yang mempengaruhi stres kerja dalam Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif
bekerja dapat diungkap. Oleh sebab itu, diharapkan Untuk Psikologi Dan Pendidikan. Yogyakarta:
penelitian selanjutnya dapat mengungkap variabel- Pustaka Pelajar.
variabel lain yang dapat mempengaruhi stres kerja
yang belum diungkap pada penelitian ini. Adanya Rasmun. 2004. Stress, Koping dan Adaptasi, Teori dan
variasi penelitian ini diharapkan dapat menambah Pohon Masalah Keperawatan, (Cet.1). Jakarta:
pengetahuan dibidang psikologi terutama psikologi Sagung Seto.
industri dan organisasi.
Rivai, V. & Sagala, E. J. 2011. Manajemen Sumber Daya
DAFTAR PUSTAKA Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik.
Jakarta: PT Raja Grafindo.
Almasitoh, U.H. 2011. Stres Kerja Ditinjau dari Konflik
Peran Ganda dan Dukungan Sosial pada Perawat. Rizkiyani, D., & Saragih, S.R. 2012. Stress Kerja dan
Jurnal Psikologi Islam, 8(1), 63-82. Motivasi Kerja Pada Petugas Lembaga
Permasyarakatan. Jurnal Manajemen, 12(1), 27-
As’ad, Mohammad. 2009. Seri Ilmu Sumber Daya
44.
Manusia: Psikologi Industri, Edisi IV.
Yogyakarta: Liberty
Sarafino, Edward. P. 1997. Health Psychology. New
York: Jhon Wiley & Sons
Bartram, David & Gardner, Dianne. 2008. Coping With
Stress. In Practice 30 (2008) 228 – 231.
Stephen P. Robbins, 1996. Perilaku Organisasi, Konsep,
Kontroversi dan Aplikasi. Alih Bahasa :Hadyana
Chamberlain, Kerry., Lyons, Antonia. 2006. Health
Pujaatmaka. Edisi Keenam. Penerbit PT.Bhuana
Psychology: Cambridge: Cambridge University
Ilmu Populer, Jakarta.
Press.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT.
Chaves, Eliane Correa., Rodrigues., Bezzerra, Andrea.
Gramedia Widiasarana.
2006. Stressing Factor and Coping Strategies Used
by Oncology Nurses. Journal for Education in the
Taylor, Shelley E. 2006. Health Psychology. Singapore:
Built Environment. Vol. 1, Issue 2. 23-28.
McGraw-Hill Companies, Inc.

Davidson, G.C & Neale J.M. 2006. Psikologi Abnormal.


Tunjungsari, P. 2011. PEngaruh Stres Kerja Terhadap
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kepuasan Kerja Karyawan Pada Kantor Pusat PT.
Pos Indonesia (Persero) Bandung. Jurnal
Handoko, T. H. 2008. Manajemen Personalia dan
Universitas Komputer Indonesia, 1(1), 1-14.
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Harrisma, O.W., & Witjaksono, A.D. 2013. Pengaruh


Stres Kerja terhadap Produktivitas Kerja Melalui

Anda mungkin juga menyukai