Kepemimpinan Digital

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tren dunia tengah menunjukkan bahwa masyarakat hari ini hidup pada fase
revolusi 4.0, dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat terhadap berbagai
teknologi termasuk pada perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Salah
satu fenomena yang terjadi yakni adanya upaya menjadikan aspek digital melalui
peran manusia sebagai alat yang membantu berbagai urusan kehidupan.

Laju digitalisasi yang berkembang pesat dalam masyarakat sungguh


memberikan solusi atas masalah sosial. Namun, bagai pedang bermata dua, teknologi
telah membentuk suatu hiper-realita di tengah kemajuan peradaban, dimana terjadi
perubahan struktur dalam bermasyarakat dan mempengaruhi tatanan penegakkan
hukum, khususnya di kepolisian. Adapun perubahan ini menciptakan suatu turbulansi
penegakkan hukum akibat dinamika sosial, ekonomi, dan politik yang begitu cepat.

Pemanfaatan teknologi digital di kalangan beberapa anggota kepolisian,


seharusnya menjadi salah satu sarana yang dapat membantu personel Polri bekerja
secara mudah, cepat, dan efisien. Namun realita menunjukkan bahwa masih terjadi
penyalahgunaan internet dan media sosial oleh personel kepolisian.

Teknologi tersebut membuat setiap personel kepolisian berada di ambang


perubahan sistem yang radikal dan tingkat adaptabilitas yang cepat. Beberapa kondisi
menunjukkan bahwa personel kepolisan memanfaatkan internet untuk hal negatif dan
melenceng dari norma kepolisian.

Pada Oktober 2021, dalam beberapa hasil survei disebutkan bahwa tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap Polri berada pada angka 77,5 persen. Penurunan
terjadi lebih tajam pada Januari 2022, yakni 74,8 persen, kemudian menjadi 65,7
persen pada Juni 2022 (data litbang kompas).

Berbagai fenomena ini sebagai satu bentuk tantangan dan perhatian,


khususnya dalam melakukan pembenahan kompetensi sumber daya manusia (SDM)
dan organisasi kepolisian agar mampu membuat formulasi khusus dalam penyelesaian
berbagai tindak kejahatan tersebut. Hasilnya maka terjadi polariasi antara kelompok
pendukung perubahan dengan kelompok yang cenderung resisten bahkan melawan

1
sistem perubahan.

Untuk itu maka perlu adanya metode atau konsep pemantauan dari pimpinan
secara berjenjang secara terus menerus serta pimpinan yang memahami digital
dengan tujuan agar tetap menjaga citra organisasi Polri.

B. Kepemimpinan Polri di Era Digital

Dua dekade terakhir, para pemimpin organisasi telah menghadapi eskalasi


seperti meningkatkan jangkauan global organisasi karena melakukan bisnis di luar
batas-batas negara, dan secepat mungkin melakukan inovasi berbasis teknologi
informasi. Pendekatan kepemimpinan konvensional menjadi tidak efektif untuk
mengelola dan memimpin bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Kebutuhan
mendesak untuk melampaui kepemimpinan konvensional dan menggunakan gaya
kepemimpinan baru. Kepemimpinan berarti interaksi antara pemimpin dan pengikutnya
di mana pemimpin membimbing dan mengawasi pengikutnya untuk melakukan
pekerjaan.

Seorang Pemimpin terlibat dalam menetapkan arahan, menyelaraskan orang,


memotivasi dan menginspirasi orang-orang yang dipimpin olehnya. Menurut Kotler,
kepemimpinan berfokus kepada kemampuan seseorang dalam mengatasi sebuah
perubahan. Dengan perkembangan dan inovasi dalam teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), seperti pengembangan e-commerce dan internet, gaya
kepemimpinan baru telah muncul yang disebut e-leadership.

Di institusi Kepolisian, dalam menghadapi kemajuan teknologi dan komunikasi


dan tantangan era 4.0, Pimpinan Polri Komjen Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si.
(Kapolri) menerapkan Program kepemimpinan yang harus diterapkan oleh seluruh
personil Polri yang dikenal dengan istilah “POLRI PRESISI”. Polri Presisi dipercaya
mampu membantu praktik penegakkan hukum di kepolisian dalam melakukan
pendekatan pemolisian prediktif (predictive policing) yang memungkinkan setiap aparat
kepolisian mampu menjaga ketertiban dan keamanan secara efektif, efisien,
transparan, dan berkeadilan.

“POLRI PRESISI” dalam hal ini ialah prediktif, responsibilitas, transparansi


berkeadilan. Prediktif berarti, mengedepankan kemampuan untuk memprediksi situasi
dan kondisi yang menjadi isu dan permasalahan serta gangguan keamanan dan

2
ketertiban masyarakat (KAMTIBMAS).

Kemudian terkait asas responsibilitas, dalam hal ini Polri memiliki enam belas
program prioritas yang akan dilaksanakan agar dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan di masyarakat.

Program prioritas tersebut merupakan tanggapan Polri untuk menyesuaikan


kebutuhan dan perkembangan dalam masyarakat yang terus berkembang secara
dinamis, antara lain : penataan kelembagaan, perubahan sistem dan metode
organisasi, menjadikan sdm polri yang unggul di era police 4.0, perubahan teknologi
kepolisian modern di era 4.0, pemantapan kinerja penegak hukum, peningkatan kinerja
penegak hukum, pemantapan dukungan Polri dalam penanganan covid-19 (pc),
pemulihan ekonomi nasional (PEN), menjamin keamanan program prioritas nasional,
penguatan penanganan konflik sosial, peningkatan kualitas pelayanan publik Polri,
mewujudkan pelayanan publik Polri yang terintegrasi, pemantapan komunikasi publik,
pengawasan pimpinan terhadap setiap kegiatan, penguatan fungsi pengawasan,
pengawasan oleh masyarakat pencari keadilan (public complaint).

Hal ini dilakukan dengan pembentukan sistem pengawasan oleh masyarakat


yang cepat dan mudah. Pembentukan sistem pengawasan yang mudah dan cepat ini
sebenarnya sudah ada melalui lapor.go.id. Sehingga nantinya Polri dalam hal ini dapat
membuat suatu sistem pengaduan masyarakat yang dapat terhubung dengan
lapor.go.id sehingga data-data tersebut terintegrasi dalam big data.

Kemudian, asas transparansi dalam kepemimpinan “POLRI PRESISI” yang


terakhir mengacu pada perkembangan teknologi yang memudahkan setiap orang
untuk mengakses data-data yang dibutuhkan. Dalam hal ini Polri dapat memanfaatkan
kemudahan perkembangan teknologi ini dengan membuat suatu sistem pelayanan
dimana setiap masyarakat dapat mengakses perkembangan yang terjadi dalam
kasusnya, atau memudahkan masyarakat dalam proses pengaduan secara transparan.
Dengan terjadinya transparansi diharapkan rasa keadilan dan kepercayaan
masyarakat dapat terbangun

Adapun metode ini digunakan Polri pendekatan soft approach untuk


memberikan rasa puas serta keadilan dalam masyarakat. Karena dengan pendekatan
soft approach ini, masyarakat dapat merasakan didengar dan dilindungi haknya
sebagai warga negara yang ingin mencari keadilan dari para penegak hukum. Hal-hal
seperti ini dapat membuat citra baru dan penilaian yang baik bagi Polri.
3
C. Kesimpulan

Konsep kepemimpinan “POLRI PRESISI” ialah upaya mewujudkan harapan


masyarakat untuk memperbaiki kinerja dan pelayanan Polri serta mengantisipasi
perkembangan strategis teknologi dan dinamika masyarakat. Polri sebagai agen
pelindung masyarakat dalam menjaga keamanan dalam negeri diharapkan senantiasa
memperbaharui pengetahuan dan isu yang berkembang demi dapat merangkul isu
yang berkembang di masyarakat, termasuk meningkatkan kinerja dari budaya pungli di
sektor pelayanan, perilaku kasar, mengutamakan kekerasan, penegakkan hukum
“tajam ke bawah dan tumpul ke atas”, subjektivitas dalam proses pengungkapan tindak
pidana, dan penanganan kasus “tebang-pilih”.

Diharapkan bahwa transformasi “POLRI PRESISI” membantu Polri menjadi


organisasi kepolisian modern yang dapat menjankan fungsinya selaku penegak hukum
dan pelayanan publik yang transparan dan akuntabel, baik yang bertugas di lapangan
maupun dalam jajaran kepemimpinan/komando.

Anda mungkin juga menyukai