Modul Ajar KMB 3 S1 Kep (3) ... 1

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

MODUL AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

Penyusun :

TIM KMB 3

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


STIKES BANYUWANGI
2021

1
VISI DAN MISI STIKES BANYUWANGI

Visi
Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi di bidang Kesehatan yang menghasilkan
tenaga kesehatan berdaya saing global berlandaskan pada keimanan dan
ketaqwaan pada tahun 2025.

Misi:
1. Menyelenggarakan proses pendidikan akademik,profesi dan vokasi yang
berdaya saing global serta berorientasi pada pengembangan hard skill dan soft
skill
2. Melaksanakan penelitian di bidang kesehatan yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan serta berorientasi kepada kebutuhan
masyarakat.
3. Mengembangkan aktivitas pengabdian masyarakat yang berkontribusi dalam
pembangunan kesehatan dengan mengacu kepada hasil penelitian dan
kearifan lokal.
4. Menciptakan lulusan yang memiliki kemandirian, keimanan dan ketaqwaan.
5. Mengembangkan kerjasama institusional dalam negeri dan luar negeri sebagai
upaya optimalisasi kegiatan Tridarma.
6. Mengembangkan jiwa kewirausahaan dan wawasan kebangsaan kepada
seluruh akademika

2
VISI MISI PRODI PENDIDIKAN NERS

Visi :
Menjadi program studi pendidikan ners yang unggul di bidang keperawatan
holistik berbasis spiritual serta berdaya saing asia tahun 2025

Misi :
1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan ners dengan keunggulan
keperawatan holistik berlandaskan spiritual
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan
keunggulan keperawatan holistik berlandaskan spiritual
3. Mengoptimalkan kerjasama dalam negeri dan luar negeri sebagai optimalisasi
kegiatan tridharma perguruan tinggi

Tujuan:
1. Menghasilkan lulusan yang unggul pada keperawatan holistik berlandaskan
spiritual
2. Menghasilkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang memiliki
keunggulan keperawatan holistik berlandaskan spiritual
3. Menghasilkan kerjasama dalam negeri dan luar negeri sebagai optimalisasi
kegiatan tridharma perguruan tinggi

3
PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’alamin Segala puji dan syukur kami haturkan


kehadirat Allah Subhanallohu Wa Ta’aa atas Taufik dan Hidayahnya
sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan Modul Ajar Keperawatan
Medikal Bedah 3. Modul ini kami susun sebagai pedoman bagi mahasiswa
keperawatan dalam melaksanakan kegiatan Keperawatan Medikal Bedah 3.
Buku ini kami susun dengan menyesuaikan tujuan praktik klinik yang harus
dicapai oleh mahasiswa keperawatan dengan mengacu kurikulum nasional
yang dikeluarkan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan.
Dalam penyusunan Modul Ajar Keperawatan Medikal Bedah 3 ini,
kami menyadari masih terdapat kekurangan oleh karena itu masih
dibutuhkan adanya kajian ilmiah kembali untuk dapat mengeksplorasi
Modul Ajar Keperawatan Medikal Bedah 3. Kami mengucapkan Terima
kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah ambil bagian
dalam penyusunan modul ini. Kiranya kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan guna penyusunan dan perbaikan modul
ini dan karya kami selanjutnya. Akhir kata, semoga modul ini bermanfaat
bagi para pembaca.

Banyuwangi,

Penulis

4
DAFTAR ISI

Judul ...................................................................................................................................... 1
Visi-Misi ............................................................................................................................... 3
Prakata ................................................................................................................................. 4
Pendahuluan ..................................................................................................................... 6
Peta Kompetensi ............................................................................................................. 8
Materi 1 ............................................................................................................................... 9
Materi 2 ............................................................................................................................... 18
Materi 3 ............................................................................................................................... 22
Materi 4 ............................................................................................................................... 27
Materi 6 ............................................................................................................................... 66
Materi 7 ............................................................................................................................... 69
Materi 8 ............................................................................................................................... 105
Materi 9 ............................................................................................................................... 134
Referensi ............................................................................................................................. 137

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Mata Kuliah


Mata Kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk memberikan pemenuhan kebutuhan kepada klien dewasa dengan
gangguan sistem muskuloskeletal, integumen, persepsi sensori, dan
persarafan dengan mengaplikasikan ilmu biomedik seperti biologi,
histologi, biokimia, anatomi, fisiologi, patofisiologi, ilmu keperawatan
medikal bedah, ilmu penyakit dalam, farmakologi, nutrisi, bedah dan
rehabilitasi. Gangguan sistem tersebut meliputi gangguan peradangan,
kelainan degeneratif, keganasan, dan trauma yang termasuk dalam 10
kasus terbesar baik lokal, regional, nasional dan international. Lingkup
bahasan pada mata kuliah ini mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi asuhan keperawatan pada klien.
B. Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu melakukan simulasi asuhan keperawatan
dengan kasus gangguan sistem muskuloskeletal, integumen,
persepsi sensori, dan persarafan (P2, P4, P5, P9, P6, P9, P12, P14, S2,
S3)
2. Mahasiswa mampu melakukan simulasi pendiidkan kesehatan
dengan kasus gangguan sistem muskuloskeletal, integumen,
persepsi sensori, dan persarafan (P2, P4, P5, P9, P6, P9, P12, P14, S1,
S2, S3).
3. Mahasiswa mampu Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian kedalam
asuhan keperawatan dalam mengatasi dengan gangguan sistem
muskuloskeletal, integumen, persepsi sensori, dan persarafan (P2,
P4, P5, P9, P6, P9, P12, P14, S2, S3).
4. Mahasiswa mampu Melakukan simulasi pengelolaan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal, integumen, persepsi sensori, dan persarafan (P2,
P4, P5, P6, P9, P12, P14, S1, S2, S3).

6
5. Mahasiswa mampu Melakukan fungsi advokasi pada kasus dengan
gangguan sistem muskuloskeletal, integumen, persepsi sensori, dan
persarafan (P2, P4, P5, P9, S1, S2, S3).

6. Mahasiswa mampu Mendemonstrasikan intervensi keperawatan


pada kasus dengan gangguan sistem endokrin muskuloskeletal,
integumen, persepsi sensori, dan persarafan (P2, P4, P5, P6, P9, P12,
P14, S1, S2, S3)

C. Materi
1. Materi 1 Asuhan Keperawatan Penyakit Sistem Persyarafan
2. Materi 2 Asuhan Keperawatan Penyakit Sistem Integumen
3. Materi 3 Asuhan Keperawatan Penyakit Sistem Persepsi Sensori
4. Materi 4 Asuhan Keperawatan Penyakit Sistem Musculoskeletal

7
PETA KOMPETENSI (PETA CAPAIAN PEMBELAJARAN)

Tujuan umum pembelajaran


Mampu memberikan askep kepada individu, keluarga, dan kelompok
baik sehat, sakit, dan kegawatdaruratan dengan memperhatikan
aspek bio, psiko, sosial kultural, dan spiritual yang menjamin
keselamatan klien (patient safety), sesuai standar askep dan
berdasarkan perencanaan keperawatan yang telah tersedia

mendokumentasikan proses keperawatan

Perencanaan Prosedur
keperawatan pada khusus
klien

Sintesa masalah keperawatan

Pengkajian fisik Pengkajian Pengkajian


pada klien tanda vital riwayat kesehatan

Komunikasi terapetik pada klien

Prinsip keamanan dan keselamatan (diri dan pasien)

8
BAB II

Materi 1
Asuhan Keperawatan Penyakit
Sistem Persyarafan

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini mahasiswa mampu:
1. Memahami pegkajian keperawatan pada penyakit sistem persyarafan
2. Merumuskan diagnosis keperawatan pada penyakit sistem persyarafan
3. Menyusun intervensi keperawatan pada penyakit sistem persyarafan
B. Materi

9
C. Evaluasi

1. Bagaimana pengkajian keperawatan pada penyakit sistem persyarafan?


2. Rumuskan diagnosis keperawatan prioritas pada penyakit sistem
persyarafan!
3. Susunlah intervensi keperawatan pada penyakit sistem persyarafan!

10
BAB III

Materi 2

Asuhan Keperawatan Penyakit


Sistem Integumen

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini mahasiswa mampu:
1. Memahami pegkajian keperawatan pada penyakit sistem integumen
2. Merumuskan diagnosis keperawatan pada penyakit sistem integumen
3. Menyusun intervensi keperawatan pada penyakit sistem integumen

B. Materi

11
C. Evaluasi

1. Bagaimana pengkajian keperawatan pada penyakit sistem integumen?


2. Rumuskan diagnosis keperawatan prioritas pada penyakit sistem
integumen!
3. Susunlah intervensi keperawatan pada penyakit sistem integumen!

12
13
BAB IV

Materi 3
Asuhan Keperawatan Penyakit
Sistem Persepsi Sensori

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini mahasiswa mampu:
1. Memahami pegkajian keperawatan pada penyakit sistem persepsi
sensori
2. Merumuskan diagnosis keperawatan pada penyakit sistem persepsi
sensori
3. Menyusun intervensi keperawatan pada penyakit sistem persepsi
sensori

B. Materi

A. Definisi Sistem Persepsi Sensori

Sistem sensoris atau dalam bahasa Inggris sensory system berarti yang

berhubungan dengan panca indra. Sistem ini membahas tentang organ


akhir yang khusus menerima berbagai jenis rangsangan tertentu.
Rangsangan tersebut dihantarkan oleh sensorys neuron (saraf sensoris) dari
berbagai organ indra menuju otak untuk ditafsirkan. Reseptor sensori,
merupakan sel yang dapat menerima informasi kondisi dalam dan luar
tubuh untuk dapat direspon oleh saraf pusat. Implus listrik yang
dihantarkan oleh saraf akan diterjemahkan menjadi sensasi yang nantinya
akan diolah menjadi persepsi di saraf pusat. Sistem persepsi sensori
manusia terdiri organ mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit (Syaifuddin,
2014).

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persepsi Sensori

1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Penglihatan (Mata)

Indra penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) yang terdiri dari

14
organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata). Saraf indra
penglihatan, saraf optikus, muncul dari sel-sel ganglion dalam retina,

bergabung untuk membentuk saraf optikus.

a. Organ Okuli Assesoria

Organ okuli assesoria (alat bantu mata), terdapat di sekitar bola mata yang
sangat erat hubungannya dengan mata, terdiri dari:

1) Kavum orbita, merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut


dengan puncaknya mengarah ke depan dan ke dalam.

2) Supersilium (alis mata) merupakan batas orbita dan potongan kulit


tebal yang melengkung, ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi
sebagai kosmetik atau alat kecantikan dan sebagai pelindung mata dari
sinar matahari yang sangat terik.
3) Palpebra (kelopak mata) merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah
kulit yang terletak didepan bulbus okuli. Kelopak mata atas lebih besar
dari yang disebut pupil. Pupil berguna untuk mengatur cahaya
yang masuk ke mata, sedangkan ujung tepinya melanjut sampai
korpus siliaris. Pada iris terdapat 2 buah otot: muskulus sfingter
pupila pada pinggir iris, muskulus dilatator pupila terdapat agak
pangkal iris dan banyak mengandung pembuluh darah dan
sangat mudah terkena radang, bisa menjalar ke korpus siliaris.
e. Tunika nervosa
Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata, disebut
retina. Retina dibagi atas 3 bagian :
1) Pars optika retina, dimulai dari kutub belakang bola mata
sampai di depan khatulistiwa bola mata.
2) Pars siliaris, merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam
korpus siliar.
3) Pars iridika melapisi bagian permukaan belakang iris
(Syaifuddin, 2014).

15
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pendengaran (Telinga)

Indra pendengaran merupakan salah satu alat pancaindra untuk


mendengar. Anatomi telinga terdiri dari telinga bagian luar, tengah,
dan dalam.
a. Telinga bagian luar

Aurikula (daun telinga), menampung gelombang suara yang


datang dari luar masuk ke dalam telinga. Meastus akustikus
eksterna (liang telinga). Saluran penghubung aurikula dengan
membran timpan,
 panjangnya 2,5 cm, terdiri dari tulang rawan dan tulang
keras. Saluran ini mengandung rambut, kelenjar subasea. Dan
kelenjar keringat khususnya menghasilkan sekret-sekret
berbentuk serum.
Membran timpani antara telinga luar dan telinga tengah
terdapat selaput gendang telinga yang disebut membran typani.

C. Evaluasi
1. Bagaimana pengkajian keperawatan pada penyakit sistem persepsi
sensori?
2. Rumuskan diagnosis keperawatan prioritas pada penyakit sistem
persepsi sensori!
3. Susunlah intervensi keperawatan pada penyakit sistem persepsi
sensori!

16
Telinga bagian tengah

Kavum timpani, rongga didalam tulang temporalis yang didalamnya


terdapat 3 buah tulang pendengaran yaitu maleus, incus, stapes yang
melekat pada bagian dalam membra timpani.
Antrum timpani merupakan rongga tidak teratur yang agak luas,
terletak dibagian bawah samping dari kavum timpani. Antrum timpani
dilapisi oleh mukosa, merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum
timpani. Rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang
disebutn sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum, di
dalam tulang temporalis.
Tuba auditiva eustaki. Saluran tulang rawan yang panjangnya 3,7 cm
berjalan miring ke bawah agak ke depan, dilapisi oleh lapisan mukosa.

17
. Telinga bagian dalam

Telinga bagian dalam terletak pada bagian tulang keras pilorus


temporalis, terdapat reseptor pendengaran, dan alat pendengaran ini
disebut labirin.
1) Labiritus osseous, serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan
yang dinamakan perilimfe. Labiritus osseous terdiri dari vestibulum,
koklea, dan kanalis semisirkularis.
2) Labirintus membranous, terdiri dari:

A. Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng


terpaut pada tempatnyaoleh jaringan ikat. Pada dinding belakang
utrikulus terdapat muara dari duktus semisirkularis dan pada
dinding depannya ada tabung halus disebut utrikulosa sirkularis,
saluran yang menghubungkan antara utrikulus dan sakulus.
B. Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus,
terletak pada bagian depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut
erat oleh jaringan ikat
C. Duktus semisirkularis. Ada tiga tabung selaput semisirkularis yang
berjalan pada kanalis semesirkularis (superior, posterior, dan
lateralis). Bagian duktus yang melebar disebut dengan ampula
selaput. Setiap ampula mengandung celah sulkus ampularis
merupakan tempat masuknya cabang ampula nervus akustikus.
D. Duktus koklearis merupakan saluran yang bentuknya agak segitiga
seolah-olah membuat batas pada koklea timpani. Duktus koklearis
mulai dari kantong buntu (seikum vestibular)ndan berakhir tepat
diseberang kanalis lamina spiralis pada kantong buntu (seikum
ampulare) (Heharia et al, 2011).

18
5. Anatomi dan Fisiologi Sistem Peraba (Kulit)
a. Anatomi Kulit
Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal
yang berbeda- beda: 400−600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan
dan kaki) dan 75−150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan
kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas
lapisan:
1) Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
melanogenesis.
2) Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum
tulang yang merangsang sel Limfosit T. Sel Langerhans juga mengikat,
mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T.
Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi
kulit.
3) Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris
dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus d.
Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling
dalam sebagai berikut:

Gambar 2.9 Anatomi Kulit

19
a) Stratum Korneum, terdiri atas 15−20 lapis sel gepeng, tanpa
inti

dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin.

 b) Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik
yang sangat gepeng.
C ) Stratum Granulosum, terdiri atas 3−5 lapis sel poligonal gepeng
yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin.
D ) Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum
saling terikat dengan filamen.
E ) Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah
pada epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid
Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Dermis terdiri atas
dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan
stratum reticular.
- Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis,
terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati
fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari
pembuluh (ekstravasasi).
b. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum
 papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat tak teratur
(terutama kolagen tipe I). Selain kedua stratum di atas, dermis juga
mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar. Pada bagian bawah dermis, terdapat
suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan subkutan dan
mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut juga
fasia superficial, atau panikulus adiposus.
- Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis,
terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati
fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari
pembuluh (ekstravasasi). b. Stratum retikulare, yang lebih tebal
dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat tak

20
teratur (terutama kolagen tipe I). Selain kedua stratum di atas,
dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea. Pada bagian bawah
dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan
subkutan dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini
disebut juga fasia superficial, atau
 panikulus adiposus (Syaifuddin, 2014).

 b. Fisiologi Kulit

Sama halnya dengan jaringan pada bagian tubuh lainnya, kulit


juga melakukan respirasi (bernapas), menyerap oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Namun, respirasi kulit sangat lemah.
Kulit lebih banyak menyerap oksigen yang diambil dari aliran darah,
dan hanya sebagian kecil yang diambil langsung dari lingkungan luar
(udara). Begitu pula dengan karbondioksida yang dikeluarkan, lebih
banyak melalui aliran darah dibandingkan dengan yang
diembuskan langsung ke udara. Meskipun
 pengambilan oksigen oleh kulit hanya 1,5 persen dari yang dilakukan
oleh paru-paru, dan kulit hanya membutuhkan 7 persen dari
kebutuhan oksigen tubuh (4 persen untuk epidermis dan 3 persen
untuk dermis), pernapasan kulit tetap merupakan proses fisiologis
kulit yang penting. Pengambilan oksigen dari udara oleh kulit sangat
berguna bagi metabolisme di dalam sel-sel kulit. Penyerapan oksigen
ini penting, namun pengeluaran atau pembuangan karbondioksida
(CO2) tidak kalah pentingnya, karena jika CO2 menumpuk di dalam
kulit, ia akan menghambat pembelahan (regenerasi) sel-sel kulit.
Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran CO2
dari kulit tergantung pada banyak faktor diluar maupun di dalam kulit,
seperti temperatur udara, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban
udara, kecepatan aliran darah ke kulit, usia, keadaan vitamin dan
hormon di kulit, perubahan dalam proses metabolisme sel kulit,
pemakaian bahan kimia pada kulit, dan lain-lain (Guyton dan Hall,

21
2014). kelenjar sebacea. Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu
jaringan ikat longgar yang disebut jaringan subkutan dan mengandung
sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut juga fasia
superficial, atau panikulus adiposus (Syaifuddin, 2014). b. Fisiologi
Kulit

Sama halnya dengan jaringan pada bagian tubuh lainnya, kulit


juga melakukan respirasi (bernapas), menyerap oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Namun, respirasi kulit sangat lemah.
Kulit lebih banyak menyerap oksigen yang diambil dari aliran darah,
dan hanya sebagian kecil yang diambil langsung dari lingkungan luar
(udara). Begitu pula dengan karbondioksida yang dikeluarkan, lebih
banyak melalui aliran darah dibandingkan dengan yang
diembuskan langsung ke udara. Meskipun
 pengambilan oksigen oleh kulit hanya 1,5 persen dari yang dilakukan
oleh
 paru-paru, dan kulit hanya membutuhkan 7 persen dari kebutuhan
oksigen tubuh (4 persen untuk epidermis dan 3 persen untuk
dermis), pernapasan kulit tetap merupakan proses fisiologis kulit
yang penting. Pengambilan oksigen dari udara oleh kulit sangat
berguna bagi metabolisme di dalam sel-sel kulit. Penyerapan
oksigen ini penting, namun pengeluaran atau pembuangan
karbondioksida (CO2) tidak kalah pentingnya, karena jika CO2
menumpuk di dalam kulit, ia akan menghambat pembelahan
(regenerasi) sel-sel kulit. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam
kulit dan pengeluaran CO2 dari kulit tergantung pada banyak faktor
diluar maupun di dalam kulit, seperti temperatur udara, komposisi
gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke
kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam
proses metabolisme sel kulit, pemakaian bahan kimia pada kulit, dan
lain-lain (Guyton dan Hall, 2014). kenaikan bilirubin serum dan
sering kali terlihat pada sklera serta membran mukosa.
2. Tekstur kulit Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang, pajanan
22
matahari, proses penuaan dan peroko berat akan membuat kulit
sedikit lembut. Niormalnya kulit adalah elastis dan akan lebih cepat
kembali turgor kulit baik
D. Suhu Suhu kulit normalnya hangat , walaupun pada beberapa kondisi

 pada bagian ferifer seperti tangan dan telapak kaki akan teraba dingin
akibat vasokontriksi
E. Kelembaban Secara normal kulit akan teraba kering saat disentuh.
Pada suatu kondisi saat ada peningkatan aktifitas dan pada
peningkatan kecemasan kelembaban akan meningkat (Muttaqin,
2011).

BAB V

23
Materi 4

Asuhan Keperawatan Penyakit


Sistem Muskuloskeletal

A. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami pegkajian keperawatan pada penyakit sistem
muskuloskeletal
2. Merumuskan diagnosis keperawatan pada penyakit sistem
muskuloskeletal
3. Menyusun intervensi keperawatan pada penyakit sistem
muskuloskeletal
B. Materi

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem


rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem
syaraf, sistem penginderaan, sistem otot, dll. Sistem-sistem tersebut saling
terkait antara satu dengan yang lainnya dan berperan dalam menyokong
kehidupan manusia.

Muskuloskeletal terdiri atas : Muskuler / Otot : Otot, tendon, dan ligamen,


Skeletal / Rangka : Tulang dan sendi.

1. Sistem Otot (Muscular System)

Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagaitempat


melekatnya otot-otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi,
pengganti sel-sel yang rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak
pengendali, dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Rangka
manusia terdiri dari tulang-tulang yang menyokong tubuh manusia yang
terdiri atas tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang anggota gerak. Fungsi
utama sistem musculoskeletaladalah untuk mendukung dan melindungi
tubuh dan organ-organnya serta untuk melakukan gerak. Agar seluruh tubuh
dapat berfungsi dengan normal, masing-masing substruktur harus berfungsi
24
dengan normal. Enam substruktur utama pembentuk sistem
musculoskeletalantara lain: tendon, ligamen, fascia(pembungkus), kartilago,
tulang sendi dan otot.
Tendon, ligamen, fasciadan otot sering disebut sebagai jaringan lunak.
Sedangkan tulang sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh.
Peran mereka dalam musculo skeletal system keseluruhan sangatlah penting
sehingga tulang sendi sering disebut sebagai unit fungsional sistem
musculoskeletal

a. Otot (Musculus)
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.
Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar
otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh
tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
Fungsi sistem muskuler/otot:

 Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat


otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ
internal tubuh.
 Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot
menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada
dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
 Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis
menghasilkan panas untuk mepertahankan suhu tubuh
normal.

Ciri-ciri sistem muskuler/otot:

 Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang,


yang dapat atau tidak melibatkan pemendekan otot.
 Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika
distimulasi oleh impuls saraf.

 Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk


menegang melebihi panjang otot saat rileks.
 Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula
25
setelah berkontraksi atau meregang.
b. Jenis-jenis otot
a) Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat
pada rangka.
 Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk
silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai
100 mikron.
 Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di
bagian perifer.
 Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
 Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
• Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri
dari serabut-serabut berbentuk silinder yang panjang,
disebut myofiber /serabut otot.
• Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang
mempunyai banyak nukleus ditepinya.
Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh
dengan bermacam-macam organella, kebanyakan berbentuk
silinder yang panjang disebut dengan myofibril.

• Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang


berbeda - beda ukurannya:
 yang kasar terdiri dari protein myosin
 yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
b) Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter.
Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga seperti
kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti
pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius,
dan sistem sirkulasi darah.
 Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral.
 Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron
(melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus
wanita hamil.

26
 Kontraksinya kuat dan lamban.
 Struktur Mikroskopis Otot Polos
 Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh
myofilamen-myofilamenJenis otot polos

Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot


distimulasi untuk berkontraksi.

 Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh


darah besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik,
pada otot mata yang

memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan


pada otot erektor pili rambut.

• Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun


dalam lapisan dinding organ berongga atau visera.
Semua serabut dalam lapisan mampu berkontraksi
sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi
sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi
saraf eksternal untuk hasil dari aktivitas listrik spontan
c) Otot Jantung
 Merupakan otot lurik
 Disebut juga otot seran lintang involunter
• Otot ini hanya terdapat pada jantung
• Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot
jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali
berdenyut.
 Struktur Mikroskopis Otot Jantung
• Mirip dengan otot skelet

Gambar 1.1

27
Otot Rangka Otot Polos Otot Jantung
Kerja Otot

Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)

Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)

Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)

Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)

Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)

Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)

Tendon

Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel,
yang terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi
melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot.

Gambar 1.2 Tendon

Ligamen

Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang


merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen.
Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.

28
Beberapa tipe ligamen :

Ligamen Tipis
Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament
kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan
terjadinya pergerakan.
Ligamen jaringan elastik kuning.
Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus
dan memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang
lengan atas.

Gambar 1.3 Ligamen

2. Skeletal

Tulang/ Rangka

Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-


tulang. Tubuh kita memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian
terpenting adalah tulang belakang.

Fungsi Sistem Skeletal :

1. Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.


2. Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh
dan otot-otot yang.
3. Melekat pada tulang
4. Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan
salah satu jaringan pembentuk darah.
5. Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium
29
daridalam darah misalnya.
6. Hemopoesis

Struktur Tulang

Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak
hidup (matriks).

Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang).

Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam


mineral.

Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan


dibentuk.

Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi


osteosit (sel tulang dewasa).

Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel
perusakan tulang).

Jaringan tulang terdiri atas :

a. Kompak (sistem harvesian  matrik dan lacuna, lamella


intersisialis)

b. Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang dan


pembuluh darah)

Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya

1. Tulang Kompak

a. Padat, halus dan homogen

b. Pada bagian tengah terdapat medullary cavity yang mengandung


’yellow bone marrow”.

c. Tersusun atas unit : Osteon  Haversian System

d. Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal) tempat


30
pembuluh darah dan saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik
(lamellae).

e. Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh membran tipis yang


disebut periosteur, membran ini mengandung:

 Bagian luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke


dalam tulang
 Osteoblas
2. Tulang Spongiosa

a. Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut trabekula.

b. Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan.

c. Rongga antara trebakula terisi ”red bone marrow” yang


mengandung pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang.

d. Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang belakang, tengkorak dan pada


ujung tulang lengan dan paha.

Klasifikasi Tulang berdasarkan Bentuknya:

a. Tulang panjang, contoh: humerus, femur, radius, ulna

b. Tulang pendek, contoh: tulang pergelangan tangan dan pergelangan


kaki

c. Tulang pipih, contoh: tulang tengkorak kepala, tulang rusuk dan sternum
d. Tulang tidak beraturan: contoh: vertebra, tulang muka, pelvis

Pembagian Sistem Skeletal

1. Axial / rangka aksial, terdiri dari :


 tengkorak kepala / cranium dan tulang-tulang muka
 columna vertebralis / batang tulang belakang
 costae / tulang-tulang rusuk
 sternum / tulang dada

31
2. Appendicular / rangka tambahan, terdiri dari :
 tulang extremitas superior
a. korset pectoralis, terdiri dari scapula (tulang berbentuk
segitiga) dan clavicula (tulang berbentuk lengkung).
b. lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku.
c. lengan bawah, mulai dari siku sampai pergelangan tangan.
d. tangan
 tulang extremitas inferior: korset pelvis, paha, tungkai bawah,
kaki.

Sendi

Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian rupa, sehingga


dimaksudkan untuk memudahkan terjadinya gerakan.

1. Synarthrosis (suture)
Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan,
strukturnya terdiri atas fibrosa. Contoh: Hubungan antara tulang di
tengkorak.

2. Amphiarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat digerakkan,
strukturnya adalah kartilago. Contoh: Tulang belakang

3. Diarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan, yang
terdiri dari struktur sinovial. Contoh: sendi peluru (tangan dengan
bahu), sendi engsel (siku), sendi putar (kepala dan leher), dan sendi
pelana (jempol/ibu jari).

Gambar 1.4

32
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian Asuhan keperawatan pada klienfraktur menurut (Muttaqin, 2015)
yaitu :
1. Identitas klien Meliputi : nama, umur, jenis kelamin,agama, alamat, bangsa,
pendidikan, pekerjaaan tanggal MRS, diagnosa medis, nomor registrasi.
2. Keluhan utama Keluhan utamapada masalah fraktur yaitu nyeri. Nyeri akut
atau kronik tergantung berapa lamanya serangan. Unit memperoleh data
pengkajian yang yang lengkap mengenai data pasien di gunakan :
a. Proboking insiden : apa ada peristiwa faktor nyeri.
b. Quality of pain : bagaimana rasanya nyeri saat dirasakan pasien.
Apakah panas, berdenyut / menusuk.
c. Region Radiation of pain : apakah sakitbisa reda dalam sekejap, apa
terasa sakit menjalar, dan dimana posisi sakitnya.
d. Severity/scale of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
pasien berdasarkan skala nyeri.
e. Time : berapakah waktu nyeri berlangsung, apa bertambah buruk
pada waktu malam hari atau pagi hari.

b. Riwayat penyakit sekarang


Pada pasien patah tulang disebabkan karena trauma / kecelakaan, dapat
secara degenerative/patologis yang disebabkan awalnya pendarahan, kerusakan
jaringan di sekitar tulang yang mengakibatkan nyeri, bengkak, pucat/perubahan
warna kulit dan terasa kesemutan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien mengalami patah tulang paha atau pasien pernah punya
33
penyakit menurun sebelumnya. Memiliki penyakit osteoporosis/arthritis atau
penyakit lain yang sifatnya menurun atau menular.
d. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi hidup sehat Klien fraktur apakah akan mengalami perubahan
atau gangguan pada personal hygiene atau mandi.
b. Pola nutrisi dan metabolisme Klien fraktur tidak ada perubahan nafsu makan,
walaupun menu makanan disesuakan dari rumah sakit.
c. Pola eliminasi Perubahan BAK/BAB dalam sehari, apakah mengalami
kesulitan waktu BAB di kaenakan imobilisasi, feses warna kuning, pada
pasien fraktur tidak ada gangguan BAK.
d. Pola istirahat dan tidur Kebiasaan pada pola tidur apakah ada gangguan yang
disebabkan karena nyeri, misalnya nyeri karena fraktur.
e. Pola aktivitas dan latihan Aktivitas pada klien yang mengalami gangguan
karena fraktur mengakibatkan kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat
atau keluarga.
f. Pola persepsi dan konsep diri Klien mengalami gangguan percaya diri sebab
tubuhnya perubahan pasien takut cacat / tidak dapat bekerja lagi.
g. Pola sensori kognitif Adanya nyeri yang disebabkan kerusakan jaringan, jika
pada pola kognotif atau pola berfikir tidak ada gangguan.
h. Pola hubungan peran Terjadi hubungan peran interpersonal yaitu klien
merasa tidak berguna sehingga menarik diri.
i. Pola penggulangan stress Penting ditanyakan apakah membuat pasien
menjadi depresi / kepikiran mengenai kondisinya.
j. Pola reproduksi seksual Jika pasien sudah berkeluarga maka mengalami
perubahan pola seksual dan reproduksi, jika pasien belum berkeluarga
pasien tidak mengalami gangguan pola reproduksi seksual.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan Terjadi kecemasan/stress untuk pertahanan
klien meminta mendekatakan diri pada Allah SWT.
PEMERIKSAAN FISIK
Menurut (Muttaqin 2015) ada dua macam pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan
fisik secara umum (status general)untuk mendapatkan gambaran umum dan
pemeriksaan setempat (local). Hal ini diperlukan untuk dapat melaksanakan

34
perawatan total (total care).
1. Pemeriksaan fisik secara umum
Keluhan utama:
a. Kesadaran klien : apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis yang bergantung
pada klien
b. Kedaaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang, berat. Tanda-tanda vital tidak
normal terdapat gangguan lokal, baik fungsi maupun bentuk.
c. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan,baik fungsi maupun
bentuk.
Pemeriksaan fisik secara Head To Toe:
a. Kepala
Inspeksi : Simetris, ada pergerakan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b. Leher
Inspeksi : Simetris, tidak ada penonjolan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, reflek menelan ada
c. Wajah
Inspeksi :Simetris, terlihat menahan sakit,
Palpasi : Tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk, tidak ada
lesi, dan tidak ada oedema.
d. Mata
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan seperti kongjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan)
e. Telinga
Inspeksi :Normal, simetris,
Palpasi : Tidak ada lesi, dan nyeri tekan
f. Hidung
Inspeksi : Normal, simetris
Palpasi : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung
g. Mulut
Inspeksi : Normal, simetris

35
Palpasi : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
h. Thoraks
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak bengkak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Tidak ada ronchi, wheezing, dan bunyi jantung I, II reguler
i. Paru.
Inspeksi :Pernafasan meningkat,regular atau tidak tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi:Pergerakan simetris, fermitus teraba sama.
Perkusi:Sonor, tidak ada suara tambahan.
Auskultasi : Suara nafas normal, tidak ada wheezing atau suara tambahan
lainnya.
j. Jantung
Inspeksi :tidak tampak iktus jantung
Palpasi :nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi:suara S1 dan S2 tunggal
k. Abdomen
Inspeksi : simetris,bentuk datar
Palpasi :turgor baik, tidak ada pembesaran hepar.
Perkusi :suara timpani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : peristaltic usus normal ± 20 x/menit
l. Inguinal, genetalia, anus
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan BAB.
2. Keadaan luka.
Pemeriksaan pada system musculoskeletal adalah sebagai berikut:
a. Inspeksi (look) : pada inspeksi dapat di perhatikan wajah klien,
kemudian warna kulit, kemudian syaraf, tendon, ligament, dan jaringan lemak,
otot,kelenjar limfe, tulang dan sendi, apakah ada jaringan parut,warna
kemerahan atau kebiruan atau hiperpigmentasi, apa ada benjolan dan
pembengkakan atau adakah bagian yang tidak normal.

36
b. Palpasi (feel) pada pemeriksaan palpasi yaitu : suatu pada kulit,
apakah teraba denyut arterinya, raba apakah adanya pembengkakan, palpasi
daerah jaringan lunak supaya mengetahui adanya spasme otot,artrofi otot,
adakah penebalan jaringan senovia,adannya cairan didalam/di luar sendi,
perhatikan bentuk tulang ada/tidak adanya penonjolan atau abnormalitas.
c. Pergerakan (move) : perhatikan gerakan pada sendi baik secara
aktif/pasif, apa pergerakan sendi diikuti adanya krepitasi, lakukan pemeriksaan
stabilitas sandi, apa pergerakan menimbulkan rasa nyeri, pemeriksaan (range
of motion) danpemeriksaan pada gerakan sendi aktif ataupun pasif.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan atau cidera jaringan lunak.
2. Hambatanmobilitas fisik b/d nyeri, pembengkakan, prosedur bedah,
imobilisasi.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d edema.
4. Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diaknosa Tujuan dan Kriteria Interfensi
Hasil
1. Nyeri akut 1. Mampu mengontrol 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan nyeri (mengetahui secara komprehensif termasuk
dengan penyebab nyeri, mampu lokasi, karakteristik, durasi,
terputusnya menggunakan teknik frekuensi, kualitas dan faktor
kontinuitas non farmakologi untuk presipitasi.
jaringan atau mengurangi nyeri) 2. Observasi reaksi non verbal
cidera 2. Melaporkan bahwa dari ketidaknyamanan
jaringan nyeri berkurang dengan 3. Bantu pasien dan keluarga
lunak menggunakan untuk mencari dan menemukan
manajemen nyeri dukungan.
3.Mampu mengenali 4. Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri (skala, intensitas, mempengaruhi nyeri seperti
frekuensi, dan tanda suhu ruangan, pencahayaan dan
nyeri) kebisingan.

37
4.Menyatakan rasa 5. Kurangi faktor presipitasi
nyaman setelah nyeri nyeri
berkurang 5.Tanda 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
tanda vital dalam untuk menentukan intervensi
rentang normal 7. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi:napas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/dingin
8.Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang
nyeri, berapalama nyeriakan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dariprosedur
11. Monitor vital sign

Evaluasi
1. Bagaimana pengkajian keperawatan pada penyakit sistem
muskuloskeletal ?
2. Rumuskan diagnosis keperawatan prioritas pada penyakit sistem
muskuloskeletal!
3. Susunlah intervensi keperawatan pada penyakit sistem
muskuloskeletal!

38
REFERENSI

Barber B, Robertson D, (2012) Essential of Pharmacology for Nurses, 2nd edition,


Belland Bain Ltd. Glasgow.

Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
hasil yang diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Elsevier (Singapore)
Pte. Ltd.

Bulechek G.M., Butcher H.K., Dochterman J.M., Wagner C. (2013) . Nursing


Interventions Classification (NIC). 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.

Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S.
(2012). NOC and NIC Linkages to NANDA-1 and Clinical Conditions: Supporting
Critical Reasoning and Quality Care, 3rd, edition. Mosby: Elsevier Inc.

Lewis S.L., Dirksen S.R., Heitkemper M.M., Bucher L. (2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problems. 9th edition. Mosby: Elsevier
Inc.

Lynn P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skill, China: Wolter Kluwer
Health.

Moorhead S., Johnson M., Maas M.L., Swanson E. (2013). Nursing Outcomes
Classifications (NOC): Measurement of Health Outcomes. 5th edition. Mosby:
Elsevier Inc.

Nanda International. (2014). Nursing Diagnosis 2015-17: Definitions and


Classification (Nanda International). Philladelphia: Wiley Blackwell

Waugh A., Grant A., Nurachmah E., Angriani R. (2011). Dasar-dasar Anatomi dan
Fisiologi Rass dan Wilson. Edisi Indonesia 10. Elsevier (Singapore) Pte. Ltd.

Waugh A., Grant A.. (2014). Buku Kerja Anatomi dan Fisiologi Ross and Woilson. Edisi
Bahasa Indonesia 3. Churchill Livingstone: Elsevier (Singapore) Pte. Ltd.

Herdman, T., Shigemi Kamitsuru; alih bahasa, Budi Anna Keliat, Henny Suzana Mdiani,
Teuku Tahlil (2018) : NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan klasifikasi.
Edisi 11. Jakarta: EGC.

Kowalak, Jennifer P. Buku Ajar Patofisiologi, Jakarta EGC 2012.

Ackley B.J., Ladwig G.B. (2014). Nursing Diagnosis Handbook: An Evidence Based
Guide to Planning Care. 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.

Dudek, S. G. (2013). Nutrition Essentials for Nursing Practice, 7th. Lippincott: William
Wilkins.

Grodner M., Escott-Stump S., Dorner S. (2016) Nutritional Foundations and Clinical
Applications: A Nursing Approach. 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Hall E. (2014). Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Bahasa
Indonesia 12. Saunders: Elsevier (Singapore) Pte. Ltd.

Huether S.E. and McCance K.L. (2016). Understanding Pathophysiology. 6th edition.
Mosby: Elsevier Inc.

Madara B, Denino VP. (2008). Pathophysiology; Quick Look Nursing, 2nd eddition.
Jones and Barklet Publisher, Sundbury.

McCamce, K.L. & Huether, S.E. (2013). Pathophysiology: The Biologic Basic for Disease
in Adults and Children, 7th edition. Mosby: Elsevier Inc.

McCuistion L.E., Kee, J.L. and Hayes, E.R. (2014). Pharmakology: A Patient Centered
Nursing Process Approach. 8th ed. Saunders: Elsevier Inc.

Silverthom, D.U. (2012). Human Physiology: An Integrated Approach (6th edition).

Skidmore-Roth, Linda (2016). Mosby’s 2016 Nursing Drug Reference. 29th edition.
Mosby: Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai