LR Farfis
LR Farfis
LR Farfis
FARMASI FISIKA II
KELARUTAN
Disusun oleh :
PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIABUDI
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Kelarutan
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai
konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan
tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat
melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500
mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen
(Tungandi, 2009).
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-
sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru
dapat di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah
satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan
menaikkan kelarutan zat aktifnya (Tungandi, 2009).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di
dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun
campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan
bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti
perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada
senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus
yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang
disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil (Woedepss) (Tungandi,
2009).
3. Pelarut
Pelarut (solven) didefinisikan sebagai suatu medium dimana zat terlarut
(solute) terlarut (Baroroh, 2004).
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair, gas
yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah air (Shevla, 1979).
Terdapat jenis-jenis pelarut, diantaranya seperti :
Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lainnya. Sesuai
dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan
melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain (Martin, 1990).
Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion
elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dieektrik pelarut yang rendah.
Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang
terionisasi lemah karena pelarut aprotik, dan dapat membentuk jembatan
hidrogen dengan nonelektrolit (Martin, 1990).
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu
derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehinga menjadi
dapat larut dalam alkohol, contohnya benzena yang mudah dapat
dipolarisasikan (Martin, 1990).
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah berikut (Ditjen POM, 1979) :
BAB II
METODE PENELITIAN
I. ALAT DAN BAHAN
NO ALAT BAHAN
1. Spektrofotometer UV-VIS Paracetamol
2. Tabung Reaksi Aqua dest
3. Labu Takar 100 ml dan 50 ml Propilenglikol
4. Orbital Shacker Etanol 96%
5. Timbangan Analitik
6. Erlenmeyer
7. Pipet Volume dan Pipet pomp
Membuat 50 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada table di bawah ini
Air Etanol(% v/v) Propilen glikol (% v/v)
30 15 5
Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex Principles and Practice of Pharmaceutics 12th ed.
The Pharmaceutical Press. London.
Shevla. 1979. Buku Ajar Vogel Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. PT
Kalman Media Pusaka. Jakarta.