Makalah - Kel 1 - Geo Negara Berkembang - e

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GEOGRAFI NEGARA BERKEMBANG

“KONSEP REGION DI PERMUKAAN BUMI”

Dosen Pengampu : Dr. Novida Yenny, M.Si & Mulhady Putra, S.Pd., M.Sc.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

Claudia Athaya Diva Samosir (3201131002)

Hanna Yosica Valentina Saragih (3203331026)

Jhon Kevin Bawamenewi (3203131028)

Siti Hardianti (3203131022)

KELAS : E-2020

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Geografi Negara Berkembang. Terima kasih penulis
sampaikan kepada dosen mata kuliah Geografi Negara Berkembang. Penulis berharap makalah ini
turut membantu semua pihak secara langsung maupun tak langsung, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktunya.

Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sekecil apapun akan penulis
perhatikan dan pertimbangkan guna penyempurnaan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

Semoga makalah ini mampu memberikan nilai tambah bagi pembacanya dan juga
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Agustus 2022

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 5
2.1 Pengertian Region ................................................................................................................. 5
2.2 Region Formal dan Region Fungsional ................................................................................. 7
2.3 Batas Region di Indonesia ................................................................................................... 12
BAB III......................................................................................................................................... 15
PENUTUP.................................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 15
3.2 Saran .................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permukaan bumi merupakan ruang yang sangat luas. Untuk memudahkan dalam
pengkajiannya maka permukaan bumi dapat dibagi ke dalam wilayah-wilayah baik secara
luas maupun terbatas. Wilayah di permukaan bumi yang memiliki karakteristik yang khas,
baik sifat fisi maupun budayanya, sehingga dapat dibedakan dengan wilayah lainnya
disebut region. Region dapat dibedakan berdasarkan region formal dan region fungsional
atau disebut juga region nodal. Region formal adalah wilayah berdasarkan pada gejala atau
objek yang ada di tempat tersebut atau administrasi pemerintahan. Sedangkan region
fungsional adalah wilayah berdasarkan fungsi, asal usul, atau perkembangannya. Region
fungsional nampak lebih dinamis, tidak statis seperti region formal, karena didefinisikan
sebagai gerakan bukan obyek yang statis dan terdapat fungsi suatu tempat sebagai sirkulasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Region?


2. Apa itu Region Formal dan Region Fungsional?
3. Bagaimana Batas Region di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Arti Region.


2. Untuk Mengetahui Region Formal dan Region Fungsional.
3. Untuk Mengetahui Batas Region di Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Region


Terjemahan region ke dalam bahasa Indonesia menjadi wilayah, rasanya kurang
tepat karena banyak bidang studi lain yang menggunakan kata wilayah tetapi mempunyai
pengertian yang berbeda. Untuk memahami pengertian region sebaiknya pahami terlebih
dahulu mengenai perbedaan pemahaman landschaft dan landscape sebagai inti pada studi
geografi. Pemahaman landschaft pada mulanya oleh Alfred Hettner di Jerman diartikan
sebagai suatu wilayah di permukaan bumi yang memiliki sifat fisis yang karakteristik
sebagai suatu individualitas tertentu, yang dapat dibedakan dari wilayah lain di sekitarnya.
Kemudian konsep tersebut diperluas tidak hanya terbatas pada keadaan fisis saja,
melainkan juga termasuk tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusianya.

Berbeda halnya dengan pemahaman landscape di Amerika Serikat dan Britania saat
itu. Konsep landscape berarti bentuk luar dari permukaan bumi di bawah atmosfir, atau
dapat disebut permukaan bumi. Pengertian landscape dapat dipandang sebagai obyek
material wilayah yang terbatas atau dapat dikatakan sebagai suatu bentangan (bentang alam
dan bentang budaya) saja seperti yang kita lihat dari hasil pemotretan foto udara. Seolah-
olah tanpa memperhatikan unsur-unsur interelasi-interaksi-integrasinya dalam ruang.

Untuk menghindarkan pengertian yang kabur terhadap kedua konsep tersebut maka
menurut Sumaatmadja (1988:42) digunakan konsep region. Selanjutnya dalam
Sumaatmadja dikatakan bahwa, “Region berarti suatu wilayah yang memiliki karakteristik
tertentu yang khas, yang membedakan diri dari region-region lain di sekitarnya”. Region
ini memiliki ukuran yang bervariasi, dapat meliputi wilayah yang sangat luas maupun
wilayah terbatas. Karakter terpenting yang harus dimilikinya yaitu terdapatnya
homogenitas tertentu yang khas. Karakteristik yang khas ini dapat berupa aspek fisis
maupun aspek kultural.

5
Dengan demikian, menurut Dickinson (dalam Sumaatmadja, 1988), “Suatu region
adalah suatu komplek keruangan atau komplek teritorial yang terdiri dari penyebaran
gejala-gejala yang berbeda sesamanya, yang mengungkapkan suatu keseluruhan aspek
tertentu sebagai ruang geografi”. Sifat karakteristik sebagai suatu keseluruhan wilayah
geografi pada studi geografi digambarkan sebagai suatu pengertian geografi yang dikenal
sebagai konsep regional.

Pembagian region dalam geografi dapat meliputi region berdasarkan unsur fisis
misalnya region geologi (geological region), regio jenis tanah (soil region), region iklim
(climatic region), region vegetasi (vegetation region), dan regio berdasarkan aspek budaya
seperti region bahasa (linguistic region), region ekonomi (economic region), region sejarah
(historical region), dan sebagainya. Dari pengertian di atas, region dapat pula dibedakan
sebagai berikut :

1) Pengertian internasional: region dapat meliputi beberapa negara yang mempunyai


kesatuan alam dan kesatuan manusia, misalnya : wilayah Asia Tenggara, wilayah Asia
Timur, wilayah Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa Barat, Eropa Timur dan
sebagainya.
2) Pengertian nasional: region merupakan sebagian dari negara, tetapi bagian tersebut
mempunyai kesatuan alam dan kesatuan manusia, misalnya: pantai timur Sumatera,
pantai utara Jawa, dataran tinggi Bandung dan sebagainya.

Berkaitan dengan pengertian region adapula yang disebut kawasan, yaitu bagian dari
region yang digunakan untuk suatu fungsi tertentu, misalnya di pedesaan terdapat kawasan
perkampungan, kawasan pertanian, kawasan kehutanan. Demikian pula di perkotaan
terdapat kawasan permukiman, kawasan perkantoran, kawasan perniagaan, kawasan
industri, kawasan rekreasi dsb.

6
2.2 Region Formal dan Region Fungsional

Region dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu region formal (formal region)
dan region fungsional (functional region) atau disebut juga nodal.

a) Region Formal

Region formal disebut juga region uniform dan bersifat statis, yaitu suatu wilayah yang
dibentuk oleh adanya kesamaan kenampakan termasuk kedalamnya kenampakan fisik
muka bumi, iklim, vegetasi, tanah, bentuk lahan, penggunaan lahan dsb. Bentuk
permukaan bumi berdasarkan topografi (tinggi-rendah) nya, misalnya menjadi wilayah
pegunungan (wilayah ini merupakan kesatuan kenampakan yang sama yaitu bentuk
bergunung-gunung, sejauh kenampakan muka bumi bergunung itu masih terkait atau
retif sama, maka sejauh atau seluas itu pula wilayah pegunungan tersebut). Demikian
pula untuk dataran tinggi atau dataran rendah.

Berdasarkan iklim, permukaan bumi dapat Anda kelompokkan menjadi tiga wilayah
iklim, yaitu wilayah iklim tropis dimana daerah ini rentangannya diantara 23½ºLU
sampai 23½ºLS, wilayah iklim Sedang yang rentangannya diantara 23½ºLU dan
23½ºLS sampai 66½ºLU dan 66 ½ºLS, dan wilayah iklim Dingin atau Kutub yang
rentangannya diantara 66½ºLU dan 66 ½ºLS sampai 90º LU dan 90º LS. Pembagian
tersebut hanya berdasarkan salah satu unsur iklim saja yaitu unsur suhu.

Sementara jika kriterianya lebih dari satu misalnya suhu dan curah hujan maka
pengelompokkannya akan lebih beragam lagi. Sebagai contoh karena di wilayah
Indonesia terdapat suatu tempat yang memiliki ketinggian mencapai 5000 meter dpl.
maka sekalipun di wilayah tropis, tetapi juga memiliki salju seperti di wilayah iklim
sedang atau dingin. Contoh lainnya iklim mediteran di laut tengah ternyata terdapat
pula di wilayah negara bagian California Amerika Serikat dsb. Sehingga wilayah iklim
dapat pula terpisah-pisah.

7
Region dapat ditandai pula oleh bentuk-bentuk kenampakan lahan dengan pola umum
dari aktivitas pertanian, industri, pemukiman, perkebunan atau bentuk lahan lain yang
relalif tetap seperti lembah sungai yang dibatasi oleh daerah alirannya. Berdasarkan
vegetasi atau penggunaan lahan, maka akan dibagi sebagaiwilayah perkebunan,
wilayah pertanian sawah, wilayah pertanian kering, wilayah kehutanan. Mungkin aja
tidak sepenuhnya di wilayah tersebut bertani sawah, tetapi terdapat pula atau iselingi
dengan jenis pertanian lainnya misalnya pertanian kering, perkampungan atau
permukiman, tetapi karena pertanian sawah sangat dominan atau keseragaman sawah
sangat menonjol, maka wilayah tersebut dapat Anda katakan wilayah pertanian sawah.
Demikian pula untuk wilayah penggunaan lahan lainnya. Bila pada suatu tempat
industri lebih dominan maka dapat dikatakan wilayah tersebut sebagai wilayah industri
dsb.

8
Region formal berdasarkan kenampakan budaya, misalnya di Jawa Barat dapat Anda
bedakan antara Wilayah Parahyangan dengan Wilayah Pantura (Pantai Utara Jawa).
Pada kedua contoh region ini dapat membedakan bagaimana karakter masyarakatnya
yang berbeda, baik dari aspek budaya maupun kehidupan sosialnya.

Pembagian wilayah secara politik atau administratif pun dapat dikelompokkan menjadi
wilayah formal, misalnya negara, propinsi, kabupaten atau kecamatan dan seterusnya.
Kadangkala wilayah berdasarkan kriteria tertentu dapat melampaui batas-batas politis
tadi, misalnya kebudayaan (dunia) Arab wilayahnya tidak terbatas pada negara-negara
Arab yang terdapat di Asia Barat Daya saja, tetapi membentang hingga ke Afrika Utara,
demikian pula kebudayaan atau dunia Cina dan sebagainya. Di kota besar pun Anda
dapat menjumpai misalnya daerah atau kawasan pusat perniagaan yang disebut dengan
Central Bussiness District (CBD), zona permukiman, zona pinggiran kota, zona
perindustrian dan sebagainya.

b) Regional Fungsional

Region fungsional disebut juga region nodal. Region fungsional bersifat dinamis
dibandingkan dengan region formal, yaitu ditandai oleh adanya gerakan dari dan ke
pusat. Pusat tersebut disebut sebagai node. Sejauh mana node dapat menarik daerah
sekitarnya sehingga tercipta interaksi maksimal, maka sejauh itulah batas region
nodalnya.

Contoh sederhana dapat diamati pada masyarakat tradisional atau pra-industri, dimana
pada pusat perkampungan penduduk dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
Lahan pedesaan dapat menyediakan berbagai kebutuhan penduduk seperti makanan,
nahan bakar dan pakaian sederhana. Perkampungan merupakan pusat tempat dibuatnya
berbagai keputusan yang menyangkut kehidupan warga kampung, dan perkampungan
pun merupakan pusat pergerakan manusia atau penduduk kampung dan hewan sebagai
alat bantu pembajakan lahan pertaniannya ke lahan pertanian setiap pagi dan pulang di
siang atau sore harinya. Pada masyarakat maju, jumlah penduduk lebih banyak dan
menyebar. Lokasi pasar, sekolah, pusat kesehatan umumnya terkonsentrasi dalam satu

9
tempat tertentu. Tempat tertentu tersebut merupakan region nodalnya. Para petani
menjual hasil panennya di pasar, anak-anak ke sekolah, ibu-ibu berbelanja ke wilayah
pusat perbelanjaan, para karyawan pabrik pergi setiap hari kerja ke wilayah pusat
industri.

Suatu region nodal terdapat empat unsur penting sebagai berikut :


• Adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia;
• Adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara
terorganisir;
• Adanya wilayah yang makin meluas;
• Adanya jaring-jaring rute tempat tukar menukar berlangsung.

Pada region nodal terdapat fungsi suatu tempat sebagai sirkulasi. Pada wilayah tersebut
terdapat aktivitas yang diorganisir dan umumnya bersifat lebih dinamis seperti gerakan
orang, barang, berita atau pesan. Karena itu dalam region nodal meliputi wilayah di
sekitar titik pusat. Region formal tidak perlu memiliki core (inti), walaupun dalam
beberapa hal memiliki heartland area (wilayah jantung). Heartland area adalah daerah
yang kenampakkan dari suatu kriteriatertentu sangat jelas kenampakkannya.

Gambar sebelah kiri di atas, menunjukkan yang menjadi inti pada region
uniform/formal adalah daerah yang hampir seluruhnya (>75%) digunakan untuk pertanian

10
padi, sedangkan wilayah sekitar inti (periphery) dominasi pertanian padi mencapai 50 –
75%, sedangkan daerah yang pertanian padinya sekitar 25% saja tidak termasuk ke dalam
region yang mempunyai keseragaman dalam hal membudidayakan tanaman padi.

Sementara itu pada gambar sebelah kanan di atas, menunjukkan sebuah region
nodal yang dimana garis yang menghubungkan pusat dengan daerah sekitarnya dapat
diartikan terjadinya sebuah gerakan penduduk dari pedesaan ke kota atau sebaliknya untuk
berbagai kepentingan, misalnya membawa dan menjual hasil-hasil pertanian atau
berbelanja. Pusat kegiatan berkembang karena adanya kebutuhan manusia, baik kebutuhan
biologis maupun kebutuhan sosial. Kebutuhan tersebut sangat beragam dan tidak
seluruhnya dapat dipenuhi oleh produksi sendiri. Karena itu manusia membutuhkan
manusia lain. Contoh petani menghasilkan padi, akan tetapi mereka juga membutuhkan
pakaian, barang bangunan dan kebutuhan lainnya. Mereka perlu kerjasama atau saling
tukar menukar barang dengan aorang lain yang berbeda produksinya. Timbulah pertukaran
atau proses jual beli pada masyarakat modern. Tempat jual beli itu umumnya tempat-
tempat yang dapat dengan mudah dijangkau dari berbagai tempat. Dalam proses interaksi
itu ada berbagai aturan, dimana baik sipenjual maupun si pembeli harus sepakat dan
mematuhinya, sehinga terjadi kepuasan berbagai pihak.

Dengan demikian dalam region nodal tidak hanya terlibat sejumlah orang tetapi
juga barang, jasa, transportasi dan berbagai aturan sehingga membentuk suatu sistem yang
saling menunjang. Misalnya, Kota Cirebon di Jawa Barat merupakan suatu wilayah
pertemuan lalu lintas darat antara wilayah timur ke arah Jakarta atau ke arah Bandung,
daerah ini akan sangat terasa sekali pada saat menjelang dan sesudah hari raya idul fitri
dengan arus lalu lintas yang padat dan macet. Wilayah tersebut dinamakan wilayah
fungsional (nodal) bagi pengendalian kelancaran arus lalu lintas. Luas wilayah fungsional
dapat saja lebih luas dari pada wilayah formal, misalnya wilayah Bopuncur yaitu wilayah
Bogor, Puncak, dan Cianjur yang merupakan wilayah fungsional yang berfungsi sebagai
daerah konservasi. Wilayah cekungan sedimen tersier di pulau Sumatera merupakan
wilayah fungsional karena memiliki cadangan minyak terbesar di Indonesia. Wilayah
hutan tropika merupakan wilayah fungsional karena berfungsi sebagai paru-paru dunia.

11
Wilayah Ujung Kulon merupakan wilayah fungsional bagi perlindungan satwa langka
tropika seperti badak bercula satu.

2.3 Batas Region di Indonesia

1. Batas Politik
Batas wilayah Republik Indonesia mengalami beberapa kali perubahan secara
politik dilandasi oleh :
a. Kesepakatan 1824 antara Kerajaan Belanda dan Kerajaan Inggris. Kedua
Negara imperialis yang menguasai wilayah-wilayah jajahan di banyak
Negara ini memerlukan batas penguasaan agar tidak terjadi konflik diantara
mereka sendiri.
b. Keputusan Pengadilan tetap International tahun 1928
c. Ordonansi 1939 (Territorial Zee en Maritime Kringen Ordonantie),
ordonansi ini membagi wilayah laut Indonesia menjadi Laut Teritorial dan
Laut Pedalaman. Saat itu, laut territorial dinyatakan sebagai wilayah
perairan yang membentang ke arah laut sampai jarak 3 mil laut dari garis
surut pulau-pulau atau bagian-bagian pulau, termasuk karang-karang dan
gosong-gosong yang ada di atas permukaan laut pada waktu air surut.
Sedangkan perairan pedalaman terdiri dari semua perairan yang terletak
pada bagian isi darat dari laut territorial, termasuk sungai-sungai, terusan-
terusan, danau-danau, dan rawa-rawa. Di luar wilayah perairan tersebut
merupakan laut bebas, yang terdapat diantara pulau-pulau nusantara.
d. Deklarasi Juanda 13 Desember 1957, menyatakan bahwa segala perairan di
sekitar, diantara, dan yang menghubungkan pulau-pulau atau sebagian
pulau-pulau yang termasuk daratan Republik Indonesia, dengan tidak
memandang luas atau lebarnya adalah bagian yang wajar daripada wilayah
daratan Negara Republik Indonesia, dan dengan demikian merupakan
bagian daripada perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di
bawah kedaulatan mutlak Negara Republik Indonesia, lalu lintas yang
damai di perairan pedalaman ini bagi kapal-kapal asing terjamin selama dan

12
sekedar tidak bertentangan dengan kedaulatan dan keselamatan Negara
Indonesia.
e. Undang-undang nomor 7 tahun 1976 tentang pengesahan penyatuan Timor
Timur ke NKRI dan pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Timor Timur,
sebagai tindak lanjut pelaksanaan perjanjian New York pada 5 Mei 1999,
serta TAP MPR No VI/1978 tentang penyatuan Timor Timur. Luas wilayah
Indonesia berkurang karena lepasnya Timor Timur berdasarkan Ketetapan
MPR RI yakni Tap No. V/MPR/1999 yang mengakui hasil jajak pendapat
di Timor Timur dimana mayoritas rakyat Timor Timur, sekitar 78,5%,
menolak tawaran otonomi khusus. Dasar keluarnya ketetapan ini adalah
demi menghargai hak asasi warga Timor Timur yang telah menunjukkan
kemauan mereka melepaskan diri dari Indonesia melalui jajak pendapat
tersebut.
f. Konvensi Hukum Laut International Tahun 1982. Pada Konvensi Hukum
Laut PBB (UNCLOS-United Nations Convention on the Law of the Sea)
III yang diselenggarakan pada 30 April 1982 di New York, Indonesia
berhasil meyakinkan dunia Internasional mengenai bentuk Negara
kepulauan. Menurut Konvensi tersebut, dengan pengakuan sebagai Negara
kepulauan wilayah lautan Indonesia mencakup 75% dan daratannya 25%
termasuk Zona Ekonomi Eksklusif, dimana batas region RI terdiri dari 3
jenis batas laut, yakni :
• Batas laut teritorial, adalah batas laut yang ditarik dari sebuah garis
dasar, dengan jarak 12 mil keluar kearah laut bebas.
• Batas landas kontinen, landas kontinen (continental shelf) semula
merupakan konsep dalam geologi.
• Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE). Menurut UNCLOS 1982 pasal 55
dan 56 ayat 1a, Zone ekonomi ekslusif (ZEE) suatu daerah di luar
dan berdampingan dengan laut territorial, ditentukan dengan cara
menarik jarak tidak lebih dari 200 mil dari garis dasar ke arah laut
bebas.

13
g. Undang-undang No. 17 Tahun 1985, mengamanahkan perlunya
penanganan secara serius penataan batas-batas maritim dengan negara-
negara tetangga.

2. Batas Fisik
Batas wilayah Indonesia dengan wilayah negara lain berupa daratan dan perairan
(laut, selat, lautan bebas).
• Batas berupa daratan misalnya di Papua yang berbatasan dengan Papua
Nugini dan di Kalimantan dengan Malaysia Timur. Perbatasan tersebut
hanya berupa patok dan tugu, yang seungguhnya sangat rentan terhadap
kemungkinan terjadinya penyusupan-penyusupan dari negara lain,
misalnya perbatasan Indonesia – Papua Nugini yang berupa garis
perbatasan sepanjang kurang lebih 900 km baru ditandai dengan patok-
patok sebanyak 24 buah. Bahkan di Kalimantan perbatasan antara Indonesia
dan Malaysia belum jelas keadaannya di lapangan, oleh karena itu perlu
dilakukan pengukuran. Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan dan
dalam rangka melindungi masyarakat, maka didirikan beberapa pos
perbatasan. Misalnya pos pengawas perbatasan di Longbawang Kalimantan
Timur, Pos Pengawas lintas batas di Entekong Kalimantan Barat, pos lintas
batas di Pulau serasan (Riau Kepulauan dekat Kalimantan Barat).
• Batas fisik region Indonesia yang berupa perairan adalah Samudera Hindia
di sebelah selatan berbatasan dengan laut bebas dan Pulau Chritsmas
(Australia). Batas berupa laut juga terdapat di Selat Malaka antara
Indonesia-Malaysia-Muangthai (sebagaimana di bahas dalam batas landas
kontinen). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal batas ini adalah
pemberian tanda dan pengawasan yang cukup dari suatu negera, dimana
pengawasan ini dapat pula didukung oleh rakyat. Tanpa pengawasan dan
batas yang memadai maka batas ini akan menjadi tidak bermakna. Apalagi
region Indonesia yang banyak berbatasan dengan negera lain ditambah pula
dengan garis pantai yang panjang, sehingga kemungkinan terjadi
penyusupan/inflitrasi sangat besar.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Geografi budaya merupakan cabang geografi yang objek kajiannya keruangan
manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termasuk kependudukan (geografi
penduduk) aktivitas atau perilaku manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas sosial
(geografi sosial) dan aktivitas budayanya. Sedangkan geografi pariwisata adalah cabang
ilmu geografi regional yang mengkaji suatu wilayah suatu wilayah atau region di
permukaan bumi secara komprehensif, baik aspek fisis geografisnya maupun
aspekmanusianya (Ahman sya, 2005: 1). Menurut Supardi (2011: 62), “kata geografi
berasal dari Bahasa Yunani yaitu geo (Bumi) dan graphien(“menulis atau menjelaskan”).
Pada asalnya geografi berarti “uraian atau gambaran” (graphe) mengenai “bumi (geo)”,
“geografi bahwa menekankan pada pendekatan keruangan, ekologi dan hubungan
kehidupan dengan lingkungan alamnya, dan sebagian lagi menekankan perhatian pada
pendekatan kewilayahan”.

3.2 Saran

Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca dalam
pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Kami menyarankan kepada pembaca agar ikut
peduli dalam mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari tentang materi ini. Semoga
dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Susilawati, Susi. "Konsep Region Dan Regionalisasi."


Bambang Saeful Hadi. 2008. Geografi Regional Indonesia. Dalam
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132240452/pendidikan/Diktat+Georegindo.pdf.
diakses pada 24 Agustus 2022

16

Anda mungkin juga menyukai