Mas Utomo Revisi
Mas Utomo Revisi
Mas Utomo Revisi
TENTANG
PELAYANAN KLINIS
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal :
TENTANG
PELAYANAN KLINIS
DI UPT PUSKESMAS SUDIMORO
MEMUTUSKAN
Di tetapkan di : Sudimoro
Pada Tanggal : Januari 2017
SITI NURANI
Lampiran I : Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sudimoro
Nomor : /24/AKSDM/SK-UKP/2017
Tanggal : Maret 2020
Tentang : Pelayanan Klinis
Jenis Pelayaann, Jadwal Pelayanan Tarif Pelayanan Klinis UPT Puskesmas Sudimoro
N JENIS PELAYANAN TARIF
JADWAL PELAYANAN
O KLINIS PELAYANAN
1 Pelayanan Pendaftaran a. Senin-Kamis : Pukul 08.00-14.30 Gratis
WIB
b. Jum’at : Pukul : 08.00-13.00 WIB
c. Sabtu : Pukul 08.00-14.30 WIB
2 Pelayanan Pemeriksaan a. Senin-Kamis : Pukul 08.00-14.30 Gratis
Umum WIB
b. Jum’at : Pukul 08.00-13.00 WIB
c. Sabtu : Pukul 08.00-14.30 WIB
3 Pelayanan Tindakan a. Senin-Kamis : Pukul 08.00-14.30 Gratis
WIB
b. Jum’at : Pukul 08.00-13.00 WIB
c. Sabtu : Pukul 08.00-14.30 WIB
4 Pelayanan Kesehatan Gigi a. Senin-Kamis : Pukul 08.00-14.30 Gratis
dan Mulut WIB
b. Jum’at : Pukul 08.00-13.00 WIB
c. Sabtu : Pukul 08.00-14.30 WIB
5 Pelayanan PAL a. Senin-Kamis : Pukul 08.00-14.30 Gratis
WIB
b. Jum’at : Pukul 08.00-13.00 WIB
c. Sabtu : Pukul 08.00-14.30 WIB
6 Pelayanan KIA a. Senin-Kamis : Pukul 08.00-14.30 Gratis
WIB
b. Jum’at : Pukul 08.00-13.00 WIB
c. Sabtu : Pukul 08.00-14.30 WIB
9 Pelayanan Obat a. Senin-Kamis : Pukul 08.00-14.30 Gratis
WIB
b. Jum’at : Pukul 08.00-13.00 WIB
c. Sabtu : Pukul 08.00-14.30 WIB
11 Pelayanan IV A Setiap Hari Rabu Minggu kedua dan Gratis
keempat
Loket Pendaftaran
Mengtar RM
beserta nomor
Menyusun
antrian ke ruang
Kembali RM
yang di tuju
pasien
Mengetahui,
Ka. UPT Puskesmas Sudimoro
Pasien datang
Pasien datang
Ruang Tindakan
1. BP Konsultasi
2. KIA/KB/IVA 1. Promkes
Ruang Tindakan 2. Klinik Sanitasi
3. GIGI
4. PAL
Mengetahui,
Ka. UPT Puskesmas Sudimoro
A. PENDAFTARAN PASIEN
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
2. Pendaftaran dilakuan oleh petugas yang kompeten yang memenuhi kriteria sebagai
berikut : Standar kompetensi D III Rekam medis, bila tidak ada dapat didelegasikan
kepada petugs yang telah mengikuti pelatihan.
3. Pendaftaran pasien mempertikan keselamatan pasien
4. Identifikasi pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara identifikasi
sebagai berikut : nama pasien, alamat/tempat tinggal, tanggal lahir pasien dannomor
rekma medis.
5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan informasi lain yang
dibutuhkan masyarakat yang meliputi : Alur Pelayanan Pasien, jenis pelayanan, dan
informasi tentang kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang lain harusdapat
disediakan di tempat pendaftaran.
6. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses pelayanan yang
dimulai dari pendaftaran.
7. Hak-hak pasien meliputi :
Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Puskesmas;
Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa disrikimasi;
Memperoleh pelayana kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
operasional prosedur;
Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi;
Memilih perugas kesehatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku
di Puskesmas, (jika memungkinkan);
Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second
opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik didalam maupun di Luar
Puskesmas;
Mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
Memberikan pesetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosa dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan kompilasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan;
Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Puskesmas;
Mengajukan usulan, saran, perbaikan atas perlakuan Puskesmas terhadap dirnya;
C. PELAKSANAAN LAYANAN
1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis.
2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi : pelayanan medis, keprawatan,
kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
3. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.
4. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekaman medis.
5. Jiak dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekaman medis.
6. Tindakan medis/pengobatan yang beresiko wajib diinformasikan pada pasien sebelum
mendapatkan persetujuan.
7. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informend consent) wajib
didokumentasikan.
8. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjuti.
9. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut.
10.Kasus-kasus gawat darurat diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan
pasien gawat darurat.
11.Kasus-kasus beresiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus
beresiko tinggi.
12.Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus
ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan universal).
13.Pemberian obat/cairan istavena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian
obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.
14.Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan di evaluasi dengan indikator yang jeles.
15.Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat pemberian layanan.
16.Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindak lanjuti.
17.Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk menghindari
pengulangan yang tidak perlu.
18.Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksanan penunjang,
perencanaan layanana, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sempat
dengan pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
19.Pasien berhak untuk menolak pengobatan.
20.Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain.
21.Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu oleh
prosedur yang baku.
22.Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi tentang
hak pasien untuk membuat keputusa,, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab
mereka berkenaan dengan keputusan tersebut.
23.Pelayanan anestasi dan pembedahan harus di pandu dengan prosedur baku.
24.Pelayanan anestasi dan membedakan harus dilaksanakan oleh petugas yang
kompeten.
25.Sebelum melakukan anestasi dan pembedahan harus mendapatkan iformed consent.
26.Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestasi dan pembedahan.
27.Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan sesuai dengan rencana
layanan.
E. RENCANA RUJUKAN
1. Rujukan pasien dipandu oleh prosedur baku
2. Dokter/petugas yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses
rujukan.
3. Umpan balik dair fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh dokter yang menangani.
4. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, puskesmas wajib memberikan alternatif pelayanan.
5. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis.
6. Resume klinis meliputi : nama pasien, kondisi klinis, prosedur/tidakan yang harus
dilakukan, dan kebutuhan akan tindak lanjut.
7. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan.
8. Pasien dengan kebutuhan khsusu perlu didampingi oleh petugas yang kompeten.
9. Kriteria merujuk pasien meliputi, pasien dengan diagnosa selain dari 144 penyakit
ICD X dan pasien yang tidak dapat ditangani puskesmas Sudimoro.
10.Pada saat pemulangan, pasien/keluarga pasien harus diberi informasi tentang tindak
lanjut lainnya.
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal : Januari 2017
A. Definisi
Pedoman Nasional Pelayana Kedokter (PNPK) adalah pernyataan yang dibuat sitematis
yang didasarkan pada bukti ilmiah untuk membantu dokter dan dokter gigi dalam
membuat keputusan klinis tentang tata laksana penyakit atau kondisi klinis tertentu.
Panduan Praktik Klinis (PKK) adalah dokumen yang dibuat oleh fasilitas kesehatan dengan
mengacu pada PNPK dan/atau sumber lain. PPK adalah istilah teknis sebagai pengganti
Santadar Operasional Prosedur (SOP) adalah undang-undang praktik kedokteran yang
merupakan istilah aministrastif. Jaid secara SOP dibuat berupa PPK yang dapat berupa
disertai dengan salah satu atau lebih : alur klinis, protokol, prosedur, algoritma, standring
order (suatu set instruktur dokter kepada perwatan atau profesional kesehatan lain untuk
melaksanakan tugas pada saat dokter tidak ada di tempat).
B. Tujuan
1. Meningkatkan mutu pelayanan pada keadaan klinis dan lingkungan tertentu.
2. Mengurangi jumlah intervensi yang tidak perlu atau berbahaya.
3. Memberi oposi pengobatan terbaik dengankeuntungan maksimal.
4. Memberi opsi pengobatan dengan resiko terkecil.
5. Memberi tatalaksana dengan biaya memandai.
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari PPK seharusnya adalah semua jenis penyakit/kondisi yang ditemukan
dalam UPT Puskesmas Sudimoro. Namun pada pelaksanaannya dengan mengedepankan 10
penyakit tersering yang ada di tiap unit pelayanan tersebut.
BAB III
TATA LAKSANA
A. Penyusunan PPK
PPK dibuat dengan rujukan PNPK, namu karena hanya PNPK hanya dibuat untuk sebagian
kecil penyakit/kondisi klinis maka sebagai PPK dibuat dengan memperhatikan fasilitas
setempat dan merujuk pada :
Puskatak mutakhir berupa artikel asli
Systematic review atau meta analisis
PNPK dari negera lain
Buku ajar
Panduan dari organisasi profesi
Petunjuk pelaksana program dari kemenkes
Kesepakatan para staf medis
B. Isi PPK
Pada umumnya PPK berisi butir-butir berikut :
1. Pengertian
2. Anamnesis
3. Pemeriksa fisik
4. Prosedur diagnostik
5. Diagnostik banding
6. Pemeriksaan penunjang
7. Terapi
8. Edukasi
9. Prognosis
10.Daftar pustaka
D. Penerapan PPK
Panduan Praktik Klinis (PPK) merupakan panduan yang harus diterpakan sesuai dengan
keadaan pasien. Oleh karenanya dikatakan bahwa semua PPK bersifat rekomendasi atau
advis. Apa yang tertulis didalam PPK tidak harus diterapkan pada semua pasien tanpa
kecuali.
Orang yang paling berwenang menilai secara komprehensif keadaan pasien adalah dokter
yang bertugas, dialahyang akhirnya menentukan untuk memberi atau tidak memberikan
obat atau prosedur sesuai yang tertulis dalam PPK. Dalam halini ia tidak melaksanakan
apa yang ada dalam PPK, mak ia harus menuliskan alasannya dengan jelas dalam rekam
medis, dan ia harus siap untuk mempertanggungjawabkannya. Bila ini tidak dilakukan
maka dokter tersebut dianggap lalai melakukan kewajibannya kepada pasien.
E. Revisi PPK
PPK merupakan panduan terkini untuk tata laksana pasien, karenanya harus selalu
mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran. Untuk itu PPK secara periodik perlu
dilakukan revisi, biasanya setiap 2 tahun. Idelanya meskipun tidak ada perbaikan,
pinjaman tetap dilakukan setiap 2 tahun.
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi Panduan Praktik Klinis berupa Standar Operasional Prosedur yang terdapat
ditiapunit pelayanan klinis.
PEMERINAH KABUPATEN TANGGAMUS
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SUDIMORO
Jl. Raya Sudimoro Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus
No. HP. 081369137026 e_mail: [email protected] Kode Pos : 35386
Yang sifat dan tujuan tindakan serta kemungkinan timbulnya akibat-akibat telah dijelaskan
sepenuhnya oleh Dokter/Petugas Kesehatan dan telah saya mengerti seluruhnya.
Sudimoro, ……………………………
Dokter/Petugas Yang Membuat Pernyataan
…………………………… ……………………………
STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAYANAN MEDIS
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal : Januari 2017
J. Rekaman Historis:
No Halaman Yang Dirubah Perubahan Diberlakukan Tgl
PEDOMAN KEWASPADAAN
UNIVERSAL
BAB I
DEFINISI
Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh
tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan dilandaskan pada prinsip
bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien
maupun petugas kesehatan.
Prinsip kewaspadaan unversal (Universal Precaution) di pelayaann kesehatan adalah
menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruang, serta sterilisasi peralatan. Hal ini
penting mengingat sebagian besar yang terinfeksi virus lewat darah seperti HIV dan HIB tidak
menunjukkan gejala fisik. Kewaspadaan universal diterapkan untuk melindungi setiap orang
(pasien dan petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tiak. Kewaspadaan universal
berlaku untuk darah, sekresi ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput lendir.
Penerapan standar ini penting untuk mengurangi resiko penuluran mikroorganisme yang
berasal dari sumber infeksi yang diketahui (misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum
suntik bekas pakai, san spuit) di dalam sistem pelayanan kesehatan.
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu mencuci tangan
guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung
tangan guna mencegah kotak dengan darah serta cairan infeksius lain, pengelolaan alat
kesehatan, pengelolaan alat tajam untuk mencegah perlukaan, dan pengelolaan limbah.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Cuci Tangan
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengontrolan infeksi. Tujuan mencuci tangan adalah untuk membuang kotoran dan
organisme yang menempel dari tangan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat
itu. Mikroorganisme pada kulit manusia dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok flora
residen danflora transien. Flora residen adalah mikroorganisme yang secara konsisten
dapat diisolasi dari tangan manusia, tidak mudah dihilangkan dengan gesekan mekanisme
yang telah beradaptasi pada kehidupan tangan manusia. Florar transien yang flora tansit
atau flira kontaminasi, yang jenisnya tegantung dari lingkungan tempat bekerja.
Mikroorganisme ini dengan muah dapat dihilangkan dari permukaan dengan gerakan
mekanis dan pencucian dengan sabun. Cuci tangan harus dilakukan dengan benar
sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan
ataualat pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada
ditangan sehingga penyebaran penyakit dpaat dikurangi dan lingkungan terjaga dari
infeksi. Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan
tidakdapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan.
F. Kecelakaan Kerja
Pajanandari atau cairan tubuh dapat terjadi secara parental melalui tusukan, luka,
percikan pada mukosamata, hidung atau mulut dan percikan pada kulit yang tidak utuh,
misalnya pecah, terkikis ataukulit eksematosa. Kejadian seperti tersebut harus dicegah
dan keselamatan petugas harus diutamakan
G. Kewaspadaan Khusus
Kewaspadaan khusus merupakan tambahan pada kewaspadaan universal, yang
terdiridari tigajenis kewaspadaan, yaitu :
a. Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara (airborne)
b. Kewaspadaan terhadap penularan melalui pecikan (droplet)
c. Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak
Dalam penerapannya maka dapat berupa kombinasi dari kewaspadaan universal dan salah
satu jenis kewaspadaan khusus sesuai dengan indikasinya.
BAB III
TATA LAKSANA
A. Cuci Tangan
Sarana Cuci Tangan
a. Air Mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan seluruh pembuangan atau
hak penampung yang memadai. Dengan guyuran air mengalir tersebut maka
mikroorganisme yang terlepas karena gesekan mekanisme atau kimiawi saat cuci
tangan akan terhalau dan tidak menempel lagi di permukaan kulit. Air mengalir
tersebut dapat berupa kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung, namun cara
mengguyur gayung ataupun percikan air bekas cucian kembali dari penampung air
bersih. Air kran bukan berarti harus dari PAM, namun dapat diupayakan secara
sederhana dengan tangki berkran di ruang pelayanan/perawatan kesehatan agar
mudah dijangkau oleh para petugas kesehatan yang memerlukannya.
Selain air mengalir ada 2 jenis bahan pencuci tangna yang dibutuhkan, yaitu : sabun
atau deterjen dan larutan antiseptik.
c. Larutan Antiseptik
Larutan antisepti atau disebut jugaantimikroba topikal, dipakai pada kulit atau jaringan
hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikrooganisme pada kulit.
Antiseptik memiliki bahan kimia yang memungkinkan untuk digunakan pada kulit dan
selaput mukosa. Antiseptik memiliki keragaman dalam hal efektivitas, aktivitas, akibat
dan rasa pada kulit setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik tersebut
dan reaksi kulit masing-masing individu. Kulit manusia tidak dapat distelikan. Tujuan
yang ingin dicapai adalah penurunanjumlah mikroorganisme pada kulit secara
maksimal terutama kuman transien. Kriteria memilih antiseptik adalah sebagai berikut :
1. Memiliki efek yang luas, menghambat atu merusak mikroorganisme secara lus
(gram positif dangram negatif, virus lipofilik, bsilus dantubnrkulosis, fungi,
endospora)
2. Efektifitas
3. Kecepatan aktifitas awal
4. Efek residu, aksi yang lama setelah pemakain untuk meredam perubahan
5. Tidkamengakibatkan iritasi kulit
6. Tidak menyebabkan alergi
7. Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang
8. Dapat diterima secara visual maupun estetik.
B. Alat Pelindung
a. Sarung Tangan
Dikenal tiga jenis sarung tangan, yaitu :
Sarung tangan bersih
Adalah sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi, dan digunakan sebelum
tindakan rutin kulit dan selaput lendir mislanya tindkan medik pemeriksaan dalam,
merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan
bedah bila tidak ada sarung tangan steril.
c. Gaun Pelindung
Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah untuk melindungi petugas dari kemungkinan
genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lain yang dapat mencemari baju atau
seragam. Adapun jenis gaun pelindung tersebut berbagai macam bila dipandang perlu
berbagi aspeknya, seperti gaun pelindung non steril dipakai diberbagai unit yang
beresiko tinggi, misalnya pengunjung kamar bersalin, ruang puluih dari kamar bedah,
ruang insentif (ICU), rawat daruta, dan kamar bayi.
C. Pengelolaan Alat Kesehatan
Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 3 tahap kegiatan, yaitu :
a. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan, yaitu suatu bahan
atau larutan kimia yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada bendamati,
dan tidak digunakan untuk kulit dan jaringan mukosa.
Dapat dijumpai berbagai macam disinfektan dipasaran dengan daya kerja masing-
masing salah satu yang bisa dipakai terutama dinegara berkembang seperti Indonesia
adalah larutan klorin 0,5% atau 0,05% sesuai dengan intensitas cemaran dan jenis
alat atau permukaan yang akan didekontaminasi.
c. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat ataubahan dengan tujuan mematikan
semua mikroorganisme termasuk endospora. Sterilisasi adalah cara paling aman dan
paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang berhubungan langsung dengan
daerah atau jaringan di bawah kulit secara normal bersifat steril.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan duacara :
1. Fisik, seperti pemanasan atau radiasi, fitrasi.
2. Kimiawi, menggunakan bahan kimia dengan cara merendam (mis: dalam larutan
glutaraldehid) dan menguapi dengan gas kimia (diantaranya dengan gas etilin
oksida).
d. Pengelolaan Limbah
Limbah yang berasal dari sarana kesehatan secara umum dibedakan atas :
1. Limbah rumah tangga atau limbah non medis, yaitu limbah yang tidak kontak
dengan daerah atau cairan tumbuh sehingga disbut sebagai resiko tendah.
Semua limbah yang tidak kontak denan tubuh pasien umumnya dikenal sebagai
sampah non-medik, yakni sampah-sampah yang dihasilkan dari kegiatan di ruang
tunggu pasien atau penunjang, ruang administrasi dan kebun. Sampah jenis ini
meliputi sisa makanan, sisa pembungkusan makanan, plastik dansisa pembungkus
obat. Sampah jenisini dapat langsung dibuang melalui pelayanan pengelolaan
sampah kota.
2. Limbah medis, yaitu bagian dari sampah kesehatan yang berasal dari bahan yang
mengali kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien dankategorikan sbagai
limbah beresiko tinggi dan bersifat menularkan penyakit, limbah medis dapat
berupa :
Limbaah Klinis
Limbah klinis merupaan tanggung jawab sarana kesehatan lain dan
memerlukan perlakuan khusus. Karena berpotensi menularkan penyakit, maka
dikategorikan sebagai limbah beresiko tinggi.
Cara penganan limbah klinis ini yaitu dengan cara sebelum dibawa ketempat
pembuangan akhir/pembakaran (insenerator) semua jenis limbah klinis
ditampung dalam kantong kedap air, biasanya berwarna kuning, dan ikat
secara rapat kantong yang sudah berisi 2/3 penuh.
Limbaah Laboratorium
Setiap jenis limbah yang berasal dari laboratorium dikelompokkan sebagai
limbah beresiko tinggi.
Cara penanganan limbah laboratorium ini dengan cara sebelum keluar dari
ruang laboratorium dilakukan sterilisasi dengan otoklaf selanjutnya ditangani
secara prosedur pembuangan limbah klinis, cara penangan terbaik untuk limbah
medis adalah dengan insenerasi, dan cara lain adalah menguburnya dengan
metode kapurisasi.
3. Limbah berbahaya, adalah limbah kimia yang mempunyai sifat racun. Limbah jenis
ini meliputi produk pembersih, disinfektan, obat-obatan sitotoksis dan senyawa
radio aktif. Upaya penanggungan limbah di pelayanan kesehatan meliputi
penaganan limbah cair dan limbah padat (sampah). Adapun teknik penanganan
smpah meliputi pemisahan,penanganan, ……………………..
e. Kecelakaan Kerja
Apabial terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum suntik bekas
pasien atau terpercik bahan kimia infeksius maka perlu pengelolaan yang cermat dan
tepat serta efektif untuk mencegah semaksimal mungkin terjadinya infeksi nosokomial
yang tidak diinginkan. Yang penting disini adalah segera mencucinya dengansabun
antiseptik, danusahakanuntuk meminimalkan kuman yang masuk ke dalam aliran
darah dengan menekan luka hingga darah keluar. Bila darah mengenai mulut,
ludahkan kumur-kumur denganair beberapa kali, bila mengenai mata cucilah dengan
air mengalir (irigasi) atau garam fisiologis, bila percikan mengenai hidung hembuskan
keluar hidung, dan bersihkan dengan air.
BAB IV
DOKUMENTASI
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal : Januari 2017
ASUHAN KEPERAWATAN
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal : Januari 2017
FORMAT PENGKAJIAN
I. DATA DEMOGRAFI
A. Biodata
- Nama (nama lengkap, nama panggilan) :
- Usia / tanggal lahir :
- Jenis Kelamin :
- Alamat (Lengkap dengan no. telp) :
- Suku/Bangas :
- Satatus/bangsa :
- Status pernikahan :
- Agama/keyakinan :
- Pekerjaan/sumber pengahasilan :
- Diagnosa medik :
- No. medical record :
- Tanggal masuk :
- TanggalPengkajian :
- Therapy medik :
B. Penaggung jawab
- Nama :
- Usia :
- Jenis Kelamin :
- Pekerjaan/Sumber penghasilan :
- Hubungan dengan klien :
B. Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah :
- Suhu :
- Nadi:
- Pernafasan :
- Sistem pernafasan :
- Hidung:
- Leher :
- Dada :
C. Sistem Kordiovaskuler
- Cojunctiva(anemia/tidak), bibir (pucat,cynosis) :
- Arteri carotis :
- Tekanan Vena jugularis :
- Capillary retilling time :
D. Sistem pencernaan
1) Sklere (ikrerus/tidak) :
2) Bibir (lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis) :
3) Mulut (stomatitis, apakah ada palatoskizis, jumlah gigi, kemampuan menelan,
gerakan lidah) :
4) Gester (kembung, gerakan peristaltik) :
5) Abdomen (periksa sesuai dengan organ dalam tiap kuadran) :
E. Sistem indra
a. Mata
- Kelopak mata, bulu mata, alis, lipatan epikantus :
- Visus (gunakan snellen card) :
- Lapang pandang :
b. Hidung
- Penciuman, perih di hidung, trauma, mimisan:
- Skret yang menghalangi pencuman:
c. Telinga
- Keadaan daun telinga, operasi telinga :
- Kenala auditoris :
- Membran tympani :
- Fungsi pendengaran :
d. Sistem saraf
1) Fungsi cerebral
- Status mental (orientasi, daya ingat, perhatian, dan perhitunga, bahasa) :
- Kesadaran dengan GCS (E4V5M6) :
- Bicara (ekspresive danresiptive) :
2) Fungsi crenial :
3) Fungsi sensorik :
4) Fungsi cerebellum :
5) Refleks :
6) Iritasi menigen :
e. Sistem saraf
- Rambut :
- Kulit :
- Kuku :
1) Kelenjar teroid :
2) Ekskresi urine berlebihan, polydipsi, poliphagi :
3) Suhu tubuh yang tidak seimbang, keringat berlebihan, leher kaku ) :
4) Riwayat bekas air seni dikelilingi semut :
f. Sistem perkemihan
a) Edema palpebra :
b) Moon face :
c) Edema anasarka (umum)
d) Keadaan kadnung kemih :
e) Nocturia, dysuria, kencing batu :
f) Penyakit hubungan sexual :
g. Sistem induksi
1. Wanita
- Payudara (putting, areola mammae, besar, perbadingan kiri dan kanan) :
- Labia mayora dan minora :
- Haid pratama :
- Siklus haid :
2. Laki-laki
- Keadaan glandpenis(urethra) :
- Testis (sudah turun/belum) :
- Pertumbuhan rambut (kumis, janggut, ketiak) :
h. Sistem Immun
- Allergi (cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia ):
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca :
- Riwayat tranfusi dan reaksinya :
V. AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Nutrisi
- Selera makan :
- Menu makan dalam 24 jam :
- Frekuensi makan dalam 24 Jam :
- Makanan yang disukai dan makanan pantangan :
- Pembatasan pola makanan :
- Cara makan (bersama keluarga, alat makan yang digunakan) :
- Ritual sebelum makan :
B. Cairan
- Jenis meinuman yang dikonsumsu dalam 24 jam :
- Frekuensi minuman :
- Kebutuhan cairan dalam 24 jam :
D. Istirahat tidur :
- Apakah cepat tidur :
- Jam tidur (siang/Malam) :
- Bila tidak dapat tidur apa yang dilakukan :
- Apakah tidur secara rutin :
E. Olahraga
- Program olahraga tertentu :
- Beberapa lama melakukan dan jenisnya :
G. Personal hygiene
- Mandi (rekuens, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu) :
- Cuci rambut :
- Guting kuku :
- Gosok gigi :
H. Aktivitas/mobilitas fisik
- Kegiatan sehari-hari :
- Pengaturan jadwal harin :
- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas ;
- Kesulitan pergerakan tubuh :
VI. TES DIAGNOSTIK
- Laboratorium (tulis nilai normalnya) :
- Ro foto :
- CT Scan :
- MRI, USG, EEG, ECG, dll:
CAIRAN INTRAVENA
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal : Januari 2017
Infus :
1. Mencuci tangan
2. Identifikasi pasien
3. Petugas memberi penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan
4. Meminta pasien untuk mengisi form informed consent
5. Mengatur pasien pada posisi nyaman
6. Membuka plastik infus set dengan benar
7. Tetap melindungi ujung selang steril
8. Menggantung infus set dengan cairan infus dengan posisi
cairan infus mengarah ke atas
9. Menggantungkan cairan infus
10. Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
11. Menutup ujung selang dan tutup dengan memperhatikan
kesterilan
12. Cek adanya udara dalam selang
13. Pakai sarung tangan
14. Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus
15. Memasang torniquet
16. Desnfeksi dengan alkoholdari atas ke bawah dan sekali hapus
17. Buka abocath, dantusukkanabocath pada vena yang telah
dipilih
18. Memperhatikan adanya darah dalam kompertemen darah
dalam abocath
19. Melepaskan torniquet
20. Menyambungkan dengan ujung selang, lalu berikan plaster
padaujung abocath tapi tidak menyentuh area penusukan,
untuk fisasi
21. Memberi plaster dengan benar dan mempertahankan
keamanan abocath agar tidak tercabut
22. Mengatur tetasan cairan infus sesuai kebutuhan pasien
23. Membereskan alat dan memperhatiakn respon pasien
24. Membuka sarung tangan dan cuci tangan
25. Mendokumentasiakn dalam rekam medis
G. Hal-hal yang perlu - Kelancaran tetesan infus
diperhtikan - Respon pasien setelah dilakukan tindakan
H. Unit terkait - Unit Pelayanan
I. Dokumentasi - Rekam medis
- Informed consent
J. Rekaman Historis::
Yang Diberlakukan
No Halaman Perubahan
dirubah Tgl
UPT PUSKESMAS SUDIMORO
KEC. SEMAKA KAB. TANGGAMUS
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal : Januari 2017
TENTANG
PEMBERIAN CAIRAN INTRAVENA
DI UPT PUSKESMAS SUDIMORO
MEMUTUSKAN
Mentapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS SUDIMORO TENTANG PEMBERIAN
CAIRAN INTRAVENA DI UPT PUSKESMA SUDIMORO;
Kesatu : Pemberian obat atau cairan intravena adalah tindakan memasukkan obat
atau cairan langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan
waktu tertentu;
Kedua : Pemberian cairan intravena dapat digunakan ketiak pasien syok,
dehidrasi, tidak dapat menelan, tidak sadar, atau obat perlu diberikan
secara intravena;
Ketiga : a. Memberikan jalan masuk untuk memberi obat-obatan kedalam tubuh;
b. memberikan atau mengganti cairan tubuh yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral;
Keempat : Pemberian obat atau cairan intravena harus mengikuti prosedur yang ada
sehingga dapat dihindari terjadinya infeksi;
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diperbaiki
sesuai ketentuan;
Ditetapkan di : Sudimoro
Pada Tanggal : 06 Januari 2017
SITI NURANI,SKM,MM
NIP.19710321 199803 2 003
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA UPT PUSKESMAS SUDIMORO
TENTANG IDENTIFIKASI DAN PENANGGUNGAN
KELUHAN PASIEN
DI UPT PUSKESMAS SUDIMORO
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal : Januari 2017
TENTANG
IDENTIFIKASI PENANGANAN KELUHAN PASIEN
DI UPT PUSKESMAS SUDIMORO
MEMUTUSKAN
Mentapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS SUDIMORO TENTANG PEMBERIAN
CAIRAN INTRAVENA DI UPT PUSKESMA SUDIMORO;
Kesatu : Keluhan, saran dan pengaduan diidentifikasi dari call center, kotak saran,
kotak kepuasan, survey kepuasan, e-mail, dan penyampaian langsung
oleh tim cepat tanggap;
Kedua : Setiap keluhan, saran dan pengaduan diidentifikasi, waktu, pelapor dan isi
laporan;
Ketiga : Setiap keluhan, saran dan pengaduan harus ditindak lanjuti dan dievaluasi
berdasarkan prioritas;
Keempat : Prosedur identifikasi dan tindak lanjut kelurhan didokumentasikan
dilaporkan kepada pihak berwenang (PMKP, Tim mutu Admin, tim mutu
UKM) untuk diteruskan kepada kepala UPT Puskesmas Sudimoro;
Kelima : Hasil pengelolaan keluhan/saran/pengaduan disampaikan kepada pihak
terkait;
Ditetapkan di : Sudimoro
Pada Tanggal : 06 Januari 2017
SITI NURANI,SKM,MM
NIP.19710321 199803 2 003
STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR (SOP)
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal : Januari 2017
J. Rekaman Historis:
No Halaman Yang Dirubah Perubahan Diberlakukan Tgl
STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR (SOP)
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal : Januari 2017
Bulan :
Ditetapkan di : Sudimoro
Pada Tanggal : 06 Januari 2017
SITI NURANI,SKM,MM
NIP.19710321 199803 2 003
STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal : Januari 2017
I. Ruang Historis
Perubahan
J. Rekaman Historis
Tgl. Mulai
Nomor Halaman Yang Diubah Perubahan
berlaku
STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR (SOP)
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal : Januari 2017
J. Rekaman Historis
Tgl. Mulai
Nomor Halaman Yang Diubah Perubahan
berlaku
PEMERINAH KABUPATEN TANGGAMUS
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SUDIMORO
Jl. Raya Sudimoro Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus
No. HP. 081369137026 e_mail: [email protected] Kode Pos : 35386
Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAk tanpa paksaan dari pihak manapun untuk dilakukan
Tindakan Medis berupa : ………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Dari penjelasan yang diberikan telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan tindak lanjut
medis yang akna dilaksanakan dan tidakakan menuntut kemungkinan resiko yang dapat
terjadi/ditimbulkannya saat dan pasca medis tersebut.
Sudimoro, ………………………………..
Dokter/Petugas Yang Membuat Pernyataan
Yang Melakukan
………………………….. …………………………..
Saksi-Saksi
………………………….. …………………………..
PEMERINAH KABUPATEN TANGGAMUS
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SUDIMORO
Jl. Raya Sudimoro Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus
No. HP. 081369137026 e_mail: [email protected] Kode Pos : 35386
Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAk tanpa paksaan dari pihak manapun untuk dilakukan
Tindakan Medis berupa : ………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Dari penjelasan yang diberikan telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan tindak lanjut
medis yang akna dilaksanakan dan tidakakan menuntut kemungkinan resiko yang dapat
terjadi/ditimbulkannya saat dan pasca medis tersebut.
Sudimoro, ………………………………..
Pelaksana Tindakan Yang Membuat Pernyataan
………………………….. …………………………..
Nomor : /27/AKSDM/SK-UKP/2017
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal :
TENTANG
HAK MENOLAK ATAU TIDAK MELANJUTKAN PENGOBATAN
DI UPT PUSKESMAS SUDIMORO
MEMUTUSKAN
Di tetapkan di : Sudimoro
Pada Tanggal : Januari 2017
SITI NURANI